Nefrotik Syndrome (Lp)
-
Upload
syahril-fauzi -
Category
Documents
-
view
236 -
download
1
Transcript of Nefrotik Syndrome (Lp)
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
1/27
BAB 1
PENDAHULUAN
Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-
kadang disertai hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus.
Sebab pasti belum jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatikdan sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap
tahun. Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada
anak perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada
pasien nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi
masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana
keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah
sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
2/27
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1.1 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)
1. Pengertian.
NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan
hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).
2. Etiologi
Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi :
a. Nefrotic syndrome bawaan.
Gejala khas adalah edema pada masa neonatus.
b. Nefrotic syndrome sekunder
Penyebabnya adalah malaria, lupus eritematous diseminata, GNA dan GNK,
bahan kimia dan amiloidosis.c. Nefrotic syndrome idiopatik
d. Sklerosis glomerulus.
3. Patofisiologi.
Adanya peningkatan permiabilitas glomerulus mengakibatkan proteinuria masif
sehingga terjadi hipoproteinemia. Akibatnya tekanan onkotik plasma menurun karean
adanya pergeseran cairan dari intravaskuler ke intestisial.
Volume plasma, curah jantung dan kecepatan filtrasi glomerulus berkurang
mengakibatkan retensi natrium. Kadar albumin plasma yang sudah merangsang
sintesa protein di hati, disertai peningkatan sintesa lipid, lipoprotein dan trigliserida.
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
3/27
Glomerulus
Permiabilitas
Porteinuria masif
Aliran
darah ke
Edema
Etiologi :
- autoimun
- pembagian
Resiko tinggi infeksi
Hipoproteinemia
Hipoalbumin
Sintesa protein
he as
Hiperlipidemia
Hipovolemia
Volume
lasma
Retensi natrium renal
Tekanan onkotik
- Gangguan volume
cairan lebih dari kebutuhan
Sistem imun
menurun
Malnutrisi
Gangguan nutrisi
Sekresi
ADH
Reabsorbsi
air dan
Pelepasan
renin
Vasokonstriksi
Efusi pleura
Sesak
Penatalaksanaan
HospitalisasiTirah baring
Diet
Kecemasan
anak dan
orang tua
Kurang
pengetahuan :
kondisi,
prognosa dan
Ketidapatuhan
Resti gangguan pemeliharaan
kesehatan
Intoleransi
aktivitas
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
4/27
4. Gejala klinis.
- Edema, sembab pada kelopak mata
- Rentan terhadap infeksi sekunder
- Hematuria, azotemeia, hipertensi ringan
- Kadang-kadang sesak karena ascites
- Produksi urine berkurang
5. Pemeriksaan Laboratorium
- BJ urine meninggi
- Hipoalbuminemia- Kadar urine normal
- Anemia defisiensi besi
- LED meninggi
- Kalsium dalam darah sering merendah
- Kadang-kdang glukosuria tanpa hiperglikemia.
6. Penatalaksanaan
- Istirahat sampai edema sedikit
- Protein tinggi 3 4 gram/kg BB/hari
- Diuretikum
- Kortikosteroid
- Antibiotika
- Punksi ascites
- Digitalis bila ada gagal jantung.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome
1. Pengkajian
a. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap
100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan
perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami
komplikasi nefrotic syndrome.
b. Riwayat Kesehatan.1) Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
2) Riwayat penyakit dahulu.
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
5/27
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan
kimia.
3) Riwayat penyakit sekarang.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare,
urine menurun.
c. Riwayat kesehatan keluarga.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani
dengan terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua
tahun setelah kelahiran.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan
Tidak ada hubungan.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Endemik malaria sering terjadi kasus NS.
f. Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang
bermain dengan anak berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki
lebih dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan
ayah.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa
bersalah) yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika
usahanya diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan
dunia dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan
kepala, lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut
hari dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan
besar dan kecil, meniru aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan,
keterbatasan dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua,
teman.
2
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
6/27
h. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga.
Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar)
X 100 %, dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan
> 80 % (gizi baik).
i. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi pleura karena
distensi abdomen
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 100/60 mmHg, hipertensi
ringan bisa dijumpai.
c) Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d) Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e) Sistem pencernaan.Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah
perut, malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f) Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g) Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h) Sistem endokrin
Dalam batas normal
i) Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
j. Persepsi orang tua
Kecemasan orang tua terhadap kondisi anaknya.
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan.
a) Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan
permiabilitas glomerulus.
3
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
7/27
Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan
edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600
700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara
akurat
2. Kaji dan catat tekanan darah,
pembesaran abdomen, BJ urine
3. Timbang berat badan tiap haridalam skala yang sama
4. Berikan cairan secara hati-hati dan
diet rendah garam.
5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari.
Evaluasi harian keberhasilan terapi
dan dasar penentuan tindakan
Tekanan darah dan BJ urine dapat
menjadi indikator regimen terapi
Estimasi penurunan edema tubuh
Mencegah edema bertambah berat
Pembatasan protein bertujuan untuk
meringankan beban kerja hepar dan
mencegah bertamabah rusaknya
hemdinamik ginjal.
b) Perubahan nutrisi ruang dari
kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan
protein dan penurunan napsu makan.
Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan
baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan
dihabiskan, edema dan ascites tidak ada.
Intervensi Rasional
1.
Catat intake dan output makanan secara
akurat
2.
Kaji adanya anoreksia, hipoproteinemia,
diare.
3.
Pastikan anak mendapat makanan dengan
diet yang cukup
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Gangguan nuirisi dapat terjadi secara
perlahan. Diare sebagai reaksi edema
intestinal
Mencegah status nutrisi menjadi
lebih buruk
4
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
8/27
c) Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun.
Tujuan tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada,
tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam
melakukan perawatan.
Intervensi Rasional
1.
Lindungi anak dari orang-orang yang
terkena infeksi melalui pembatasanpengunjung.
2.
Tempatkan anak di ruangan non infeksi
3.
Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan.
4.
Lakukan tindakan invasif secara aseptik
Meminimalkan masuknya organisme
Mencegah terjadinya infeksi
nosokomial
Mencegah terjadinya infeksi
nosokomial
Membatasi masuknya bakteri ke
dalam tubuh. Deteksi dini adanya
infeksi dapat mencegah sepsis.
d) Kecemasan anak berhubungan
dengan lingkungan perawatan yang asing (dampak hospitalisasi).
Tujuan kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif
pada tindakan keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal
mengatakan tidak takur.Intervensi Rasional
1.
Validasi perasaan takut atau cemas
2.
Pertahankan kontak dengan klien
3.
Upayakan ada keluarga yang menunggu
Perasaan adalah nyata dan membantu
pasien untuk tebuka sehingga dapat
menghadapinya.
Memantapkan hubungan,
meningkatan ekspresi perasaan
Dukungan yang terus menerus
mengurangi ketakutan atau
kecemasan yang dihadapi.
Meminimalkan dampak hospitalisasi
terpisah dari anggota keluarga.
5
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
9/27
4.
Anjurkan orang tua untuk membawakan
mainan atau foto keluarga.
6
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
10/27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengkajian diambil pada tanggal 16 April 2002 di Ruangan Anak RSUD Dr.
Soetomo Surabaya dengan diagnosa medik Nefrotic Syndrome. Anak masuk rumah
sakit tanggal 16 April 2002 dengan nomor register 10153559.
1. Identitas.
Nama : An. LiaUmur : 5 tahun (23 Juli 1997).
Jenis kelamin : perempuan
Agama : Islam
Nama ayah : Tn. Yakiyah (34 tahun).Pendidikan : SMP tidak lulus
Pekerjaan : petani
Nama ibu : Ny. Tumini (33 tahun).
Pendidikan : SD tidak lulus
Pekerjaan : petani
Alamat : Desa Karangpilang, Kec. Modo, Lamongan
Agama : Islam
Suku : Jawa
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama.
Mengeluh muka dan badan bengkak, perut tambah besar, kencing jarang dan
sedikit.
b. Riwayat penyakit dahulu.
Agustus 2001, klien mengalami bengkak pada muka, kaki dan perut tambahbesar. Oleh keluarga diperiksakan ke dokter di Lamongan dan dapat pil hijau
3 X selama satu minggu. Setelah bengkak turun, pasien tidak kontrol lagi.
c. Riwayat penyakit sekarang.
Tanggal 16 April 2002 pagi, pasien tidak mau makan karena sakit perut,
tegang, muka tangan dan kaki mulai bengkak. Sesak, klien dibawa ke dokter
dan kemudian dirujuk ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan.
Antenatal : saat hamil ibu pernah sakit jantung/paru-paru. Dan minum obat
dari dokter di rumah sakit, Kontrol kehamilan di bidan satu bulan sekali
secara teratur.
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
11/27
Natal : klien lahir dibantu dukun (bidan tidak ada). Berat 3 kg, usia kehamilan
9 bulan, lahir spontan, langsung menangis.
Neonatal : warna kulit merah, pucat, kejang dan lumpuh tidak ada, menangis
kuat.
e. Imunisasi
BCG 1 kali, DPT 3 kali, polio 3 kali, campak 1 kali dan TT satu kali.
f. Riwayat tumbuh kembang
Berat badan 16 kg, panjang badan 102 cm, perkembangan fisik dan mental
meliputi dapat menghitung jari 1 10, menyebut warna merah, hijau, kuning
dan biru, menurut ibu klien kalau sehat anak bermain dengan teman
seusianya.
g. Status nutrisi
Status gii 16/18 X 100 % = 88,9 %.
Sejak sakit tahun 2001, klien tidak makan ikan laut dan telur. Dari dokter
dianjurkan juga tidak makan asinan dan makanan snack yang mengandung
banyak penyedap rasa. Tetapi anak tidak mau karena kesukaan seperti mie
remes, chiki dan snack lainnya. Klien akan mengamuk jika tidak diberikan.Dua hari sebelum MRS minum air putih bisa sampai 1 liter/hari, tidak mau
minum susu dan makan, mual dan sakit perut.
3. Pengkajian per sistem.
a. Sistem pernapasan.
RR 40 X/menit (takipnea), ronki positif dan whezeeng negatif, terpasang
oksigen nasal 2 L/menit.
b. Sistem kardiovaskuler.
Nadi 148 x/menit, reguler, Tekanan darah 90/60 mmHg, berbaring, tangan
kanan, suara jantung S1S2 tunggal di midklafikula 5 sinestra.
c. Sistem persarafan
Kesadaran komposmentis, rewel, gelisah, reaksi pupil baik.
d. Sistem Perkemihan
Menurut ibunya sejak pagi klien jarang kencing walaupun minumnya tetap,
kalau kencing klien ngompol, blass kosong.
e. Sistem pencernaan.
Abdomen tegang, kembung, bising usus normal suara lemah. Klien tidak mau
makan karena sakit, nyeri abdomen, saat diraba dan diperkusi klien menangis
2
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
12/27
dan menjerit. Vena abdomen menonjol, ascites, BAB positif, mencret sedikit-
sedikit, berlendir, minum air putih + 300 cc.
f. Sistem muskuloskeletal.
Kekuatan otot 5 5 pada ekstremitas atas dan 3 3 ekstremitas bawah.
g. Sistem integumen.
Edem ekstremitas atas dan bawah, akral hangat, suhu/aksila 39 2 0C, muka
sembab, nampak pucat.
h. Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
i. Sistem endokrin
Tidak ada riwayat alergi.
4. Respon keluarga.
Kelaurga atau ibu cemas akan keadaan anaknya karena biaya sudah banyak yang
dikeluarkan tetapi klien tidak sembuh. Terlebih saat ini biaya menipis dan
keluarga sudah mengurus JPS. Keluarga berharap klien cepat sembuh agar cepat
pulang.5. Pemeriksaan penunjang.
Tanggal 16-4-2002
Laboratorium : WBC 8,2 K/uL ; Hb 13,1 g/dl ; Hct 38 % ; albumin 0,87
gr % (3,6-5 gr %), BUN 16 mg % (5-10 mg %) dan creatinin serum
0,51 mg % (0,75-1,25 mg %), kalium 3,0 meq/L, natrium 128 meq/L,
kalsium 6,29 meq/L, kolesterol 373 mg/dl.
Urine lengkap : pH 5,0 ; leukosit negatif ; nitrogen negatif, protein 75
mg/dl (positif) ; eritrosit 25/uL (positif)
Radiologi : foto thoraks : cor besar dan bentuk normal, pulmo tidak
tampak infiltrat, kedua sinus phrenicol costalis tajam, dengan
kesimpulan tidak tampak tanda lung edema.
6. Pengobatan/therapi.
Lasiks 3 X 18 mg
Diit TKTPRL
Transfusi plasma 200 cc, prelasiks 1 ampul
3
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
13/27
Analisa data
Data Etiologi MasalahSubyektif :
- me
nurut ibu klien ;pernah
mengalami sakit yang sama
bulan Agustus 2001
- sej
ak 16 April 2002 pagi
muka, tangan dan kaki
mulai bengkak.
Obyekif :
- ede
ma ekstremitas atas dan
bawah, muka sembab,
ascites,venaabdomen
menonjol, albumin 0,87
g/dl, protein urine 75 mg/dl
(positif) dan roncii pada
paru kiri dan kanan.
Kelainan-kelainan glomerulus
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Tekanan onkotik koloid plasma
menurun
Volume plasma meningkat
Retensi natrium renal meningkat
Edema
Kelebihan volume cairan
Kelebihan volume
cairan tubuh
Subyektif :
- me
nurut ibu 2 haris SMRS
klien tidak mau makan,
mual dan mengeluh perut
sakit
Obyektif :
- stat
us gizi 88,9% (gizi kurang),
edema, ascites, albumin
0,87 g/dl, klien hanya mau
makan satusendok makan.
Hipoalbuminemia
Sisntesa pritein hepar meningkat
Hiperlipidemia
Malnutrisi
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
4
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
14/27
Subyektif :
- ibu
mengatakan klien pernah
menderita sakit yang sama
pada bulan agustus 2001
Obyektif :
- nad
i 148 X/menit, suhu 392 0C,
WBC 8,2 X 109/L, akral
hangat, dilakukan venflow,
status gizi kurang dan
edema
Penyakti autoimun
Kelainan glomerulus
Imunitas menurun
Infeksi meningkat
Resiko tinggi
infeksi
Subyektif :
- ibu
mengatakan bengkak sejak
pagi
Obyektif :
- kek
uatan otot 5-5 ekstremitas
atas, 3-3 ekstremitas bawah
dan klien tirah baring
Hipoalbuminemia
Edema
Tekanan, robekan, friksi, maserasi
Kerusakan integritas kulit
Resiko tinggi
kerusakan
integritas kulit
Subyektif :
- me
ngatakan perut bertambah
besar, tidak mau makan
karean perut sakit, tegang.
Obyektif :
- ke
mbung, tegang,
meteorismus, bising usus
normal lemah,
ascites,vvena abdomen
menonjol,
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Akumulasi cairan dalam rongga
abdomen
ascites
Nyero (akut)
Syubyektif :
- ibu
mengatakan pasien rewel,
tidak mau dibaringkan
Obyektif :
Hospitalisasi
Tindakan invasif Pisah dengan orang
tua
Kecemasan anak
5
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
15/27
- me
nangis saat didekati
perawat, jika dibaringkan
klien berontak. Rewel, berontak
Perencanaan dan Rasional
1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia.
Tujuan kelebihan volume cairan dapat teratsi setelah 3 hari perawatan dengan
kriteria edema, ascites, ronki tidak ada, sembab hilang, peningkatan albumin dan
tanda vital dalam batas normal
Intervensi Rasional1. Timbang berat badan setiap
haridengan alat yang sama
2. Catat pemasukan dan
pengeluaran carian
3. Monitor nadi dan tekanan
darah
4. Observasi adanya perubahan
edema
5. Observasi t ingkat kesadaran,
bunyi paru dan jantung
6. Kolaboratif : diuretik
Mengawasi status cairan yang baik. Peningkatan
berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada
retensi cairan
Perlu waktu menentukan fungsi ginjal.
Kebutuhan penggantian cairan dan penurunan
resiko kelebihan cairan.
Takikardi dan hipertermi dapat terjadi karena
kegagalan ginjal untuk mengeluarkana urine.
Edem dapat bertambah terutama pada jaringan
yang tergantung. Edema periorbita
menunjukkan adanya perpindahan cairan.
Dapat menunjukkan adanya perpindahan
cairan, akumulasi toksin, ketidak seimbangan
elektrolit.
Melebarkan lumen tubular, mengurangi
hiperkalemia dan meningkatkan volume urine
adekuat.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan akumulasi cairan dalam rongga abdomen
Tujuan nyeri (akut) teratasi setelah 3 hari perawatan dengan kriteria secara verbal
dan non verbal nyeri berkurang atau hilang, skala 0 3, nadi dan tekanana darah
dalam batas normal, ascites menurun atau hilang.
Intervensi Rasional
1. Observasi lingkar abdomen
setiap hari
2. Observasi nyeri (perubahan/
Penambahan lingkar abdomen dapaat
memberikan gambaran penambahan akumulasi
cairan.
Perubahan dalam intensitas tidak umum tetapi
6
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
16/27
penambahan), kualitas, lama
3. Kaji bising usus
4. Observasi nadi dan tensi
5. Kolaboratif : diuretik
dapat menunjukkan adanya komplikasi
Penurunan bising usus dapat memperberat
keluhan nyeri dan indikasi adanya ileus
Nyeri yang hebat dapat meningkatkan nadi
dan tensi
Meningkatkan pengeluaran urine yang
adekuat.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan malnutrisi
sekunder dari katabolisme protein
Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan klien setelah mendapat perawatan 3 hari
dengan kriteria edema berkurang atau hilang, albumin dalam batass normal,
status gizi baik dna mual tidak ada, porsi makan dihabiskan.
Intervensi Rasional
1. Berikan diet rendah garam dan
batasi pemberiana protein 1-2 gr/kg
BB/hari
2. Kaji adanya anoreksia, muntah,
diare
3. Catat intake dan output
makanan secara adekuat.
4. Observasi lingkar perut, bising
usus
Mencegah retensi natrium berlebihan dan
rusaknya hepar dan hemodinamik ginjal
Sebagai reaksi adanya edema intstinal.
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Memantau fungi peristaltik usus.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun
Tujuan setelah mendapat perawatan selama 1 minggu tidak terjadi infeksi dengan
kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi
phlebitis.
Intervensi Rasional
1. Cuci tangan sebelum dan
sesudah perawatan
2. Lakukan tindakan invasif
dengan teknik aseptik
3. Batasi pengunjung dan
tempatkan klien pada ruang non
infeksi
4. Observasi tanda vital : nadi dan
suhu tidap 3 jam
5. Observasi tempat pemasangan
Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial
Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial
Meminimalkan kemungkinan terjadi infeksi
antar pasien dan dari luar
Nadi dan suhu yang meningkat indikator
adanya infeksi
Venflon merupaka port de entri kuman
patogen
7
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
17/27
venflon.
5. Kecemasan anak berhubungan dengan dampak hospitalisasi
Tujuan setelah mendapat perawatan 3 hari kecemasan anak berkurang atau hilang
dengan kriteria secara verbal mengatakana tidak takur, tidak menangis saat
didekati, kooperatif terhadap tindakan keperawatan dan mau diajak komunikasi.
Intervensi Rasional
1. Perkenalkan d iri kepada k len
dan keluarga
2. Libatkan keluarga dalam
perawatan klien
3. Anjurkan agar orang terdekat
klien menjaganya.
4. Jelaskan kepada anak setiap
tindakan yang akan dilakukan
5. Observasi adanya perubahan
perilaku pada respon hospitalisasi
Membina hubungan saling percaya dengan
klien dan keluarga.
Menciptakan hubungan kerjasama
Memberikan rasa nyaman kepada klien
Agar anak kooperatif pada setiap tindakan
keperawatan
Merupakan pedoman dalam menentukan perlu
tidaknya perbaikan intervensi.
6. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema.
Tujuan setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu kerusakan integritas kulit
tidak terjadi dengan kriteria edema berkurang atau hilang, kulit merah, tidak
terjadi lecet dan dekubitus.
Intervensi Rasional
1. Pertahankan sprei dalam
keadaan kering, bersih dan rapih.
2. Observasi lokasi yang
mengalami penekanan dalam jangka
waktu yang lama
3. anjurkan kepada ibu untuk
setiap kali ngompol kain pengalas
diganti
4. Observasi edema
Kelembaban yang berlebihan menimbulkan
rusaknya integritas kulit
Deteksi dini adanya kerusakan integritas kulit
Urine bersifat asama dapat mengiritasi kulit
jika kontak dalam jangka waktu yang lama
Deteksi kemungkinan bertambah paarahnya
integritas kulit.
Implementasi dan EvaluasiTanggal 17 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
07.15 Mengukur berat badan : 16 kg Pukuil 14.00
8
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
18/27
07.30
8.10
08.30
11.15
11.45
14.00
Mengobservasi edem : tungkai kanan dan kiri
edema, ascites dan edema pada kelopak mata
Produksi urine 24 jam 150 cc, kuning pekat
Memberikan injeksi lasiks 18 mg/iv
Ngompol 25 cc
Tanda vital : N 100X/mnt, T 110/60 mmHg, RR
36 X/mnt
Ibu mengatakan kalau bengkaknya belum
berkurang
Minum 50 cc
Ngompol 50 cc
Tanda vital : N 115 X/mnt, T 115/75 mmHg, RR
35 X/mnt
Minum 25 cc
Bunyi napas ronki
Minum 50 cc
Balans cairan + 25 cc
S : ibu mengatakan bengkak belum
menurun
O : edema periorbital, tungkai kanan
dan kiri serta ascites, tanda vital N
115 X/mnt, T 115/75 mmHg, RR 35
X/mnt, ada balans cairan, ronki pada
kedua paru.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi no 1 6 masih
diteruskan.
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
11.50
13.10
13.30
Mengobservasi bising usus : meningkat, asvites,
linkgarp erut 57 cm
Klien menangis terus kesakitan pada perut, P :
saatmakan, dipegang, Q : nyeri sekali saat
dipegang, R : seluruh daerah pereut, S : skala 8-9,
T : terus menerus
Tanda vital : N 100X/mnt, T 100/60 mmHg, RR
36 X/mnt
Kolaboratif : sementara puasa, pasang NGT
untuk dekompresi, pasang lingkar abdomen
Foto thoraks : kesimpulan ileus paralitik
Hasil lab : kalium 3,7 (3,8 5,5).
Pukuil 14.00
S : ibu menanyakan mengapa perut
bertambah sakit
O : bising usus 40 x/mnt, distensi,
meteorismus, vena abdomen
menonjol, tanda vital N 120 X/mnt,
T 110/70 mmHg, RR 40 X/mnt,
klien masih menangis terus
A : masalah belum teratasi
P : intervensi no 1 4 masih
diteruskan, mrmasang NGT, lingkar
perut dan pasien dipuasakan.
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi08.30
11.00
Klien muntah, mengatakan tidak mau makan,
perut terasa sakit, ascites dan meteorismus.
Hasil lab : kalium 3,7 (3,8-5,5) ; natirum 128
(136-144), kalsium 6,66 (8,1-10,4)
Memasang infus D5 saline 1150 cc/24 jam
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan sakit perut dan
tidak mau makan
O : bising usus meningkat, puasa, infus
D5 S 1150 cc/24 jam, NGT ada
9
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
19/27
12.10
13.10
BAB mencret 3 kali, sedikit-sedikit arnaa
kehijauan
Klien dipuasakan, pasang NGT : keluar cairan
warna hijau kecoklatan 25 cc, bising usus
meningkat, lingkar perut 57 cm.
keluar cairan hijau kecoklatan 25 cc.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi no 2 4 masih diteruskan.
4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
08.00
08.30
12.00
Memperkenalkan diri kepada pasien
,emnanyakan kondisinya hari ini, klien masih
menangis, ibu mengatakan semalam menangis
terus, rewel dan tidak mau tidur.
Saat disuntik klien berontak, mengatakan tidak
mau, menanyakan kepada ibu siapa lagi yang
terdekat dengan klien (menurut ibu bude-nya).
Melibatkan ibu untuk memasang termometer :
pasien tenang
Menjelaskan kepada ibu agar selalu ada yang
menunggu klien agar ia tidak bertambah takut
Pukuil 14.00
S : pasein mengatakan tidak mau pada
saat akandisuntik
O : sering menangis, rewel dan
berontak
A : masalah kecemasan anank belum
teratasi
P : intervensi no 2, 4 dan 5 diteruskan.
Tanggal 18 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
08.25
11.15
11.45
BAK 24 jam 250 cc
Memberikan injeksi lasiks 18 mg/iv
Tanda vital : N 120X/mnt, T 100/60 mmHg, RR
32 X/mnt.
Mengobservasi : ronki pada kedua paru, oksigen
nasal 2 L/menit, edem palpebra, kedua tungkai,ada ascitees, bising usus 37 x/menit,
meteorismus, lingkar perut 55 cm dan vena
abdomen menonjol.
Foto BOF ulang
Mengukur tanda vital : N 110 X/mnt, T 115/75
Pukuil 14.00
S : ---
O : BB 15,5 kg, edema palpebra,
tungkai kanan dan kiri serta ascites,
lingkar perut 55 cm, hasil BOF
kesimpulan meteorismusA : masalah kelebiahn volume cairan
belum teratasi
P : intervensi no 1 6 masih
diteruskan.
10
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
20/27
13.30 mmHg, RR 35 X/mnt
Jumlah urine 100 cc, input 250 cc, balans : :
kelebihan 150 cc
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
08.00 Ibu mengatakan anak sudah tidak terlalu sakit
pada pe perutnya, saat dipegang perutnya anak
lebih tenang dari hari kemarin, skala 7-8
Lingkar perut 55 cm, masih ascites, meteorismus,
bising usus 37 x/menit, cairan keluar dari NGT
warna kehijauan (25 cc/24 jam), flastus ada.
Pukuil 14.00
S : anak kadang masih mengeluh sakit
jika perut agak ditekan
O : skala 7 8, bising usus 37 x/mnt,
meteorismus, tanda vital N 110
X/mnt, T 115/75 mmHg
A : masalah belum teratasi
P : intervensi diteruskan,
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
10.15
12.30
Infus D5 saline 1500 cc/24 jam, dicoba minum
sedikit-sedikit, NGT ditutup, tidak mual.
Menjelaskan kepada ibu bahwa anak boleh
dicoba minum sedikit-sedikit, bila muntah
dihentikan
Ibu mengatakan tadi pagi klienmencret dua kali
warna hijau kecoklatan, ada flastus.
Mengobservasi bising usus 37 x/menit, lingkar
perut 55 cm.
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan sudah memberi
minum 5 sendok
O : bising usus dan flastus ada, mencret
dua kali, masih minum sedikit
sedikit, infus D5 S 1500 cc/24
jam,.
A : masalah nutrisi kurang belum
teratasi
P : intervensi diteruskan.
4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
09.4
5
11.0
0
11.3
0
Anak rewel, minta jalan-jalan, menjelaskan
kepada ibu agar anak digendong sebentar,
mungkin anak rewel karena bosan harus
berbaring terus
Saat didekati perawaat anak tidak lagi
berontak.
Keluarga berkunjung, ada yang membawakan
boneka : anak mulai bermaian dengan
bonekanya.
Saat akan dilakukan pengukuran suhu dan
tekanan darah klien mengatakan tidak mau
dan menangis
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan anak minta jalan-jalan
dan kalau tidak dituruti akan mengamuk
O : saat akan diperiksa anak menangis dan
tidak mau, mulai bermain dengan
bonekanya, saat didekati perawat anak
tidak berontak
A : masalah kecemasan anak mulai teratasi
sebagian
P : intervensi no 2, 4 dan 5 diteruskan.
Tingkatkan kunjungan dan komunikasi
pada klien
11
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
21/27
Tanggal 19 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
08.30
09.00
10.15
12.15
13.30
BAK 24 jam 500 cc
Tanda vital : N 110X/mnt, T 100/60 mmHg, RR
24 X/mnt.
Mengobservasi : ronki tidak ada, edema pada
palpebra, kedua tungkai, kedua lengan dan ada
ascitees, lingkar perut 53 cm dan BB 15,5 kg.
Memberikan injeksi lasix 18 mg/iv
Melaksanakan advis dokter infus aminofusin 200
cc/hari, D5 saline 1200 cc/24jam.
Mengukur tanda vital : N 105 X/mnt, T 110/70
mmHg, RR 25 X/mnt, ibu mengatakan anak
mulai membaik dan ingn cepat pulang,
menjelaskan kepada ibu bahwa perawatan klien
dengan kasus seperti ini memerlukan kesabaran,
sehingga perawatan dapat diberikan secara tuntas.
Balans cairan kelebihan 75 cc
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan anak mulai tampak
membaik
O : edema palpebra, lengan dan ascites,
lingkar perut 53 cm, BB 15,5 kg,
tidak ada ronki, tanda vital N 105
x/mnt, T 100/70 mmHG, RR 25
X/menit
A : masalah kelebihan volume cairan
teratasi sebagian
P : intervensi diteruskan.
2. Diagnosa keperawatan 2.
Jam Implementasi Evaluasi
09.00 Ibu mengungkapkan keluhan sakit perut anaknya
sudah berkurang
Mengobservasi : Lingkar perut 53 cm, masih
ascites, bising usus 35 x/menit, meteorismus, saat
dipalpasi anak tidak menunjukan wajah
kesakitan, skala 1 3.
Pukuil 14.00
S : ibu mengungkapkan keluhan sakit
perut pada anaknya sudah berkurang
O : bising usus 35 x/mnt, meteorismus,
dan masih ascites
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan,
3. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.45
09.10
12.30
Iibu mengatakan pagi ini anak BAB mencret 1
kali dan tidak muntah, tidak mual.
Mengobservasi bising usus 35 x/menit, lingkar
perut 53 cm, masih ascites, infus aminofusin 200
cc/hari dan D5 saline 1200 cc/hari
Tidak ada muntah
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan pagi ini BAB 1 x
mencret, itdak muntah
O : bising usus dan flastus ada, BB 15,5
kg, lingkar perut 53 cm, infus jalan
lancar.
A : masalah nutrisi kurang belum
teratasi
P : intervensi diteruskan.
12
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
22/27
4. Diagnosa keperawatan 4.
Jam Implementasi Evaluasi
09.0
0
Anak tampak tenang, jiak ditanaya dapat
mengatakan yan dan tidak, saat akan
diberikan injeksi dan dikatakan kalau
suntikan lewat slang, klien tidak mengatakan
takut dan tidak berontak. Klien bermain
dengan boneka.
Pukuil 14.00
S : ---
O : anak menjawab saat ditanaya, mulai
kooperatif dengan tindakan keperawatan,
tampak bermain dengan bonekanya
A : masalah kecemasan anak teratasi
P : intervensi dihentikan
Tanggal 20 April 2002 (Sabtu)
Catatan dari status
S : tidak ada nyeri peut, muntah dan BAB juga tidak ada, BAK dan flastus
positif.
O : kompos mentis, edem periorbital kiri dan kanan, edem tungkai menurun,
lengan, tidak ada ronki dan whezeeng, BB 16 kg, masih ascites, bising
usus postif dan normal, distensi menurun, masih meteorismus, tidak ada
nyeri tekan.
Terapi : infus D 5 % 50 cc/hari, Cefotaxim 3 X 1 gram iv, lasix 3 X 18 mg iv,
diet TKTPRG 1200 cc + 32 gram protein, diet sonde tiap 2 jam 20 cc,
susu tiap 1 jam 10 cc.
Tanggal 21 April 2002 (Minggu)
Catatan dari status
S : BAB positif, tidak ada nyeri peut, muntah, tidak rewel dan flastus positif.
O : edem periorbital kiri dan kanan, edem tungkai menurun, lengan, tidak ada
ronki dan whezeeng, BB 15 kg, masih ascites, bising usus postif dan
normal, N 109 x/mwnit, T 105/70 mmHg, RR 27 X/menit, abdomen
supel.
Terapi : infus habis lepas, Cefotaxim 3 X 1 gram iv, lasix 3 X 16 mg iv, kalk 3
X 1 (po), prednison 3-2-2 (po), diet sonde 1250 kkal + 30 gram protein
tiap 2 jam 20 cc, susu tiap 1 jam 20 cc.
Tanggal 22 April 2002
1. Diagnosa keperawatan 1.
Jam Implementasi Evaluasi
08.45 BAK 24 jam 550 cc, BB 15 kg.
Mengobservasi : ronki tidak ada, edema pada
Pukuil 14.00
S : ---
13
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
23/27
09.15
11.50
12.30
palpebra, lingkar perut 50 cm dan supel.
Menjelaskan kepada ibu minum per oral susu # X
200 cc, air putih maksimal 1 L/hari.
Memberikan injeksi Lasix 16 mg iv
Mengukur tanda vital : N 100 X/mnt, T 115/70
mmHg, RR 22 X/mnt
Mengukur tanda vital : N 110 X/mnt, T 110/75
mmHg, RR 22 X/mnt
Bak 250 CC
Balans cairan
Cm = 250 CC
Ck = 300 cc selisih 50 cc
O : edema periorbita, asicites menurun,
supel, lingkar perut 50 cm, balans
cairan (-) 50 cc, hasil lab : urine
ginjal mikroskopis albumin (=) 4,
urin e profil : protein 150 mg/dl (+
+), pH 8,0 dan Sg 1,010
A : masalah kelebihan volume cairan
teratasi sebagian
P : intervensi 1 6 diteruskan.
2. Diagnosa keperawatan 3.
Jam Implementasi Evaluasi
08.40
12.30
Perut supel, flastus positif, bising usus 27
x/menit, BAB 1 kali agak lembek,
Klien makan bubur kasar/nasi lunak habis 1 porsi
Terapi : diet nasi lunak 1300 kkal, 32 gram
protein, bubur kasar 3 x/hari, susu 3 X 200 cc
Klien makan nasi, lauk dan sayur habis 1
porsi, ibu mengatakan sejak kecil tidak
begitu suka dengan susu sehingga saat ini
sulit minum susu. Ibu juga mengatakan
klien makan sudah habis 1 porsi, tidak
ada muntah dan menceret.
Pukuil 14.00
S : ibu mengatakan kien tidak muntah,
mencret dan setiap kali makan selalu
habis
O : bising usus 20 x/mnt, flastus positif,
ascites menurun, perut supel, hasil
lab. Total protein 5,4 g% (6,20-8) ;
albumin 3,2 gr% (3,6-5) dan
globulin 2,2 gr% (2,6-3)
A : masalah nutrisi teratasi sebagian
P : intervensi 1 4 diteruskan
14
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
24/27
DAFTAR PUSTAKA
Berhman & Kliegman (1987),Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.
Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa,
EGC, Jakarta
Matondang, dkk. (2000),Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta
Ngastiyah, (1997),Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Rusepno, Hasan, dkk. (2000),Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta
Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
-------, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA,
Surabaya.
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
25/27
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1.3 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)
1. Pengertian.
2. Etiologi
b. Nefrotic syndrome bawaan.
c. Nefrotic syndrome sekunder d. Nefrotic syndrome idiopatik
e. Sklerosis glomerulus.
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
26/27
3. Patofisiologi.
1.4 Konsep Asuhan Keperawatan pada Nefrotic Syndrome
Glomerulus
Permiabilitas
glomerulus
Porteinuria masif
Aliran
darah ke
Edema
Etiologi :
- autoimun- pembagian
secara umum
Resiko tinggi infeksi
Hipoproteinemia
Hipoalbumin
Sintesa protein
he as
Hiperlipidemia
Hipovolemia
Volume
lasma
Retensi natrium renal
Tekanan onkotik
- Gangguan volume
cairan lebih dari kebutuhan
Sistem imun
menurun
Malnutrisi
Gangguan nutrisi
Sekresi
ADH
Reabsorbsi
air dan
Pelepasan
renin
Vasokonstriksi
Efusi pleura
Sesak
Penatalaksanaan
HospitalisasiTirah baring
Diet
Kecemasan
anak dan
orang tua
Kurang
pengetahuan :
kondisi,
prognosa dan
program
perawatan
Ketidapatuhan
Resti gangguan pemeliharaan
kesehatan
Intoleransi
aktivitas
2
-
7/30/2019 Nefrotik Syndrome (Lp)
27/27
1. Pengkajian
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan.
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein
sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
b. Perubahan nutrisi ruang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu
makan.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang
menurun.
d. Kecemasan anak berhubungan dengan lingkungan perawatan yang
asing (dampak hospitalisasi).
3