NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4....

72
Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA MAKNA EKSISTENSIAL DIRI DAN ORIENTASI KEAGAMAAN SESEORANG Disusun Oleh: Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. NIP. 19570812 198802 2 001 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASAYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA TAHUN 2018

Transcript of NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4....

Page 1: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

Penelitian Dasar

Pengembangan Program Studi

(PDPS)

NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA

MAKNA EKSISTENSIAL DIRI DAN ORIENTASI

KEAGAMAAN SESEORANG

Disusun Oleh:

Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.

NIP. 19570812 198802 2 001

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA

MASAYARAKAT (LP2M)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2018

Page 2: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

i

NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA

MAKNA EKSISTENSIAL DIRI DAN ORIENTASI

KEAGAMAAN SESEORANG

Disusun Oleh:

Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.

NIP. 19570812 198802 2 001

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA

MASAYARAKAT (LP2M)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

TAHUN 2018

Penelitian Dasar

Pengembangan Program Studi

(PDPS)

Page 3: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

ii

PENELITIAN

NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA

MAKNA EKSISTENSIAL DIRI DAN ORIENTASI

KEAGAMAAN SESEORANG

Oleh:

Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.

NIP. 19570812 198802 2 001

Telah dikoreksi dan disetujui oleh konsultan

Salatiga, 25 September 2018

Konsultan;

Dr. Benny Ridwan, M.Hum.

NIP. 19730520 199903 1 006

Mengetahui;

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M)

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

Dr. Adang Kuswaya, M. Ag.

NIP. 19720531 199803 1 002

Page 4: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

iii

KATA PENGANTAR

Near-Death Experience sering dibahas dalam kajian psikologi. Namun

dalam realitasnya, NDE ternyata bukan semata-mata peristiwa

psikologis atau medis belaka, tetapi lebih dari itu, Near-Death

Experience adalah juga berkaitan dengan pengalaman keagamaan.

Apapun itu, penelitian ini mencoba mendeskripsikan peristiwa

NDE dengan latar kondisi yang merupakan pemicunya yang beragama

dan juga berbagai implikasinya dalam konteks makna eksistensial diri

maupun orientasi mendalam bukan hanya bagi subjek NDE namun

juga memiliki pengaruh bagi orang di luar subjek tersebut.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi siapapun yang concern

terhadap studi religious experience termasuk di dalamnya tentang

kasus NDE.

Salatiga, 25 September 2018

Penulis

Djami‟atul Islamiyah

Page 5: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

iv

ABSTRAK

Fokus penelitian ini adalah 1) Bagaimana deskripsi dan polarisasi

Near-death Experience dari masing-masing subjek? 2) Apa implikasi

NDE bagi subjek terkait makna eksistensial diri dan orientasi

keagamaan mereka. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif

yang ditandai keterlibatan peneliti di lapangan dalam upaya

memahami dan mengidentifikasi pengalaman NDE masing-masing

responden dan implikasinya. Penelitian ini menggunakan pendekatan

sosiologis dan psikologi terutama psikologi agama. Temuan yang

dihasilkan dari penelitian ini adalah meskipun responden (subjek

NDE) dalam penelitian ini beragam dari aspek kondisi-kondisi yang

menjadi pemicu NDE, aspek usia saat terjadinya NDE, maupun

religious literacy mereka, namun penelitian ini menyimpulkan rata-

rata responden menarasikan pengalaman NDE yang mereka alami

dengan narasi yang sama, yaitu narasi agama atau sebagai religious

experience. Implikasi NDE bagi subjek, oleh karenanya bersifat

sangat kuat dan mendalam dalam bentuk kesadaran agama baik secara

vertikal maupun horisontal, misalnya dalam hal kesadaran tentang

eksistensi Tuhan, makna eksistensi manusia dengan segala cobaan

yang ada, pentingnya doa dan ibadah, perasaan lebih dekat dengan

Tuhan, kesiapan menghadapi kematian, kebaikan terhadap sesamaa,

dan sikap toleran.

Keywords: Near-Death Experience, Makna Eksistensial Diri,

Orientasi Keagamaan

Page 6: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................. iii

ABSTRAK .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

D. Signifikansi Penelitian ............................................................ 5

E. Prior Research ........................................................................ 5

BAB II KERANGKA TEORI .................................................... 8

A. Perspektif Tentang NDE ......................................................... 9

B. Psikologi Logoterapi .............................................................. 12

C. Orientasi Keagamaan Ekstrinsik-Intrinsik G.W. Allport ...... 14

BAB III METODE PENELITIAN ............................................. 16

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................. 16

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ............................................. 16

C. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 19

D. Uji Keabsahan Data ................................................................ 21

E. Teknik Analisis Data .............................................................. 23

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................. 25

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ...................................... 25

B. Deskripsi Peritsiwa NDE ........................................................ 30

C. Implikasi NDE pada Makna Eksistensial Diri dan Orientasi

Keagamaan .............................................................................

40

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS ................................ 48

A. Polarisasi dan Sekuensi NDE ................................................. 48

B. Implikasi NDE Bagi Subjek ................................................... 50

C. Near-Death Experience dan Konteks Religious Experience .. 55

BAB VI KESIMPULAN DAN PENUTUP ................................ 58

A. Kesimpulan ............................................................................. 58

B. Penutup ................................................................................... 59

Page 7: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

vi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 8: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Near-death experience sesungguhnya merupakan salah satu

bidang kajian dalam studi psikologi. Namun dalam perkembangan

selanjutnya, beberapa hasil penelitian tentang NDE ini

menyimpulkan adanya implikasi bagi subjek yang tidak semata-

mata psikologis namun juga bersifat teologis. Kesimpulan

tersebut dapat dikatakan bersifat universal dengan beragam tradisi

agama dan kepercayaan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa eksistensi manusia

merupakan sesuatu yang nyata dan pasti, namun kematian adalah

juga nyata dan tak terelakkan. Sebagaimana firman Allah dalam

surat al Anbiya‟ ayat 35

كل ن فس ذائقة الموت Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”.

Dari sudut pandang sains, kematian adalah persoalan

kausalitas, sementara dalam perspektif teologis, kematian adalah

takdir yang sudah ditentukan Allah (kitaaban muajjalan: Ali

Imron 145). Meski sesungguhnya keduanya saling berkaitan.

Alquran surat Ali Imron: 145 menyebutkan

لا وما كان لن فس أن توت إلا بذن الله كتابا مؤجه

Artinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan

dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan

waktunya”.

Sekalipun kematian (di dunia ini) dialami seseorang sekali

sebagaimana juga kehidupan, namun pada kasus-kasus tertentu

orang bisa saja mengalami berada pada kondisi yang melibatkan

batasan antara kehidupan dan kematian atau Near-death

Experience (NDE).

Near-death Experience sebagaimana ditulis Braghetta “sebagai

kejadian psikologis yang sangat dalam, menunjukkan pola

persepsi yang sama dan terjadi pada saat seseorang dekat dengan

Page 9: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

2

kematian atau dalam situasi phisik yang ekstrim atau disstress

emosional (2013: 83). Intensitas pengalaman ini sangatlah dalam,

bukan hanya pada sequence kejadiannya namun juga pada

dampak psikologis yang ditimbulkannya.

Terkait dengan hal ini, CG Yung sebagaimana dikutip oleh

Jalaluddin Rahmat (2003: 224) menulis “seseorang dikatakan

betul-betul hidup hanya jika dia memasukkan kematian ke dalam

kehidupannya”. Hanya jika dia bersedia “die with life”, dalam

konteks ini, para subjek NDE secara tidak langsung telah

mengalami apa yang disebut Yung sebagai die with life tersebut.

Tulisan Yung tersebut tentu memiliki makna tersendiri. Yung

yang terkenal religius, gagasannya tentang fungsi agama bagi

hidup manusia, mengingatkan akan pentingnya orang yang masih

hidup untuk mengingat akan kematian agar berdampak positif

bagi perjalanan panjang kehidupan seseorang. Kita bisa

membayangkan bagaimana jika seseorang hidup namun

orientasinya hanya kehidupan dunia saja tentu akan berbeda

perilakunya dengan orang-orang yang dimaksud oleh Yung

tersebut. Dalam sebuah hadis Nabi bersabda,

كفى بلموت واعظااArtinya: “cukuplah melalui kematian (seseorang) itu ada

pelajaran/nasihat”.

Dengan kata lain, melalui pengalaman menyaksikan kematian

orang lain, seseorang dapat menginternalisasikan ajaran-ajaran

agama yang dimiliki dalam kehidupan yang lebih bermakna.

Demikian juga dengan para subjek NDE yang sempat merasakan

dekatnya dengan kematian, tidak heran jika dikatakan bahwa

pengalaman NDE ini memiliki implikasi psikologis tersendiri

baik berkaitan dengan makna eksistensialnya maupun orientasi

keagamaannya “that NDEs lead to fundamental change in life. On

the one hand, they may affect only the subject’s image of and

attitude to death; on the other hand, they may lead to serious

change and after effects on the subjects life style, ranging from

changes in social behavior to increased religiousness”

Page 10: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

3

(Knoblauch, 2001: 18). Artinya bahwa NDEs memberi perubahan

yang fundamental dalam hidup. Pada satu sisi NDEs dapat

mempengaruhi image subjek dan sikap mereka pada kematian.

Namun pada sisi yang lain NDEs dapat juga membawa perubahan

yang serius dan efek sesudahnya pada gaya hidup subjek meliputi

perubahan-perubahan perilaku sosial hingga keberagamaan yang

semakin mendalam.

Namun kenyataan itu tidak harus dimaknai bahwa hanya

melalui NDE lah penghayatan seseorang terhadap agamanya

dapat menjadi semakin “acute” (meminjam terma William

James). Tetapi yang perlu digaris bawahi adalah bahwa persepsi

orang akan adanya kematian inilah sesungguhnya yang

menginspirasi dan memotivasi bagi tumbuh kembang keagamaan

seseorang secara umum. Persepsi tersebut tentu dipengaruhi oleh

keimanan atau „belief‟ yang akan mempengaruhi perilakunya

(Fadden, 2004: 159).

Hubungan antara persepsi tentang kematian dan perilaku

religius telah banyak dikaji, misalnya RH Thouless “The idea that

the adjusment to death is one of the essential factors in the

religious attidude ...” (1971: 63). Artinya, menurut R.H.

Thouless, ide penyesuaian terhadap kematian adalah merupakan

satu di antara faktor-faktor penting dalam perilaku keagamaan.

Demikian juga Spilka “The form of personal faith adopted is,

however, an important variable influencing the manner with

which one conceptualize and probably handles death and dying”

(1996: 151). Artinya, bagaimanapun bentuk keyakinan yang

diadopsi secara personal merupakan satu variabel penting yang

mempengaruhi cara seseorang mengkonsepsikan dan

kemungkinan menghandel mati dan kematian.

Kutipan tersebut di atas memberi pemahaman kepada kita

tentang bagaimana hubungan antara agama dengan persepsi dan

kemampuan seseorang menghadapi kematian.

Menyimak beberapa hal tersebut di atas penulis tertarik dengan

studi kualitatif tentang Near-death experience. Terlebih

pengalaman pernah menyimak cerita panjang dari SS (nama

Page 11: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

4

seorang ibu yang kemudian menjadi salah satu responden) yang

menuturkan kondisi tubuhnya yang nyaris tidak bisa apa-apa

(kepleh-kepleh bahasa dia) dalam waktu yang lama. Menurut SS,

penyakit yang dideritanya adalah akibat guna-guna mantan

kekasihnya (ST) yang telah menghamilinya. Hal itu dia alami

setelah dia menuntut tanggung jawab pengakuan atau pernikahan

atas kehamilannya. Namun semua itu tidak dia dapatkan, justru

penyakit yang dia terima. Dia menyebut kondisi dia saat itu

seperti mayat hidup di atas amben. Keluarga ST tidak percaya

bahwa yang menghamili SS adalah ST. Di samping itu, ST oleh

keluarganya sudah dijodohkan dan sudah mau menikah (saat itu)

dengan pilihan keluarganya. Sakit hati SS menerima kenyataan

hidupnya ditambah lagi penyakit yang dideritanya membuat dia

semakin terpuruk jasmani maupun rohaninya hingga dia

menyadari saat itu kematian telah mendekatinya.

Perpaduan antara bacaan literatur dengan pengalaman secara

empirik yang ada di masyarakat, menjadi inspirasi tersendiri bagi

penulis untuk berusaha menggali lebih dalam seputar Near-death

experience dengan implikasinya, melalui studi kualitatif yang

tidak semata-mata deskiptif namun juga menampilkan analisis

preskriptif agar dapat memberi pencerahan komunitas Near-death

experience ini.

Tulisan Greyson dalam jurnal Humanities tentang Near-death

Experience menjelaskan “Most Near-death Experiences interpret

their NDE as spiritual experience, and frame their understanding

of it in spiritual or religious term. Religious scholars have

examine NDE in the context of various spiritual faiths. Exploring

their concordance with particular tradition, teaching, regarding

death and dying (2015, 4, page 777).

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas penulis ingin

melakukan penelitian dengan judul “NEAR-DEATH

EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA MAKNA

EKSISTENSIAL DIRI DAN ORIENTASI KEAGAMAAN

SESEORANG ”.

Page 12: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

5

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana deskripsi dan polarisasi Near-death experience dari

masing-masing subjek?

2. Apa implikasi NDE bagi subjek terkait makna eksistensial diri

dan orientasi keagamaan mereka?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan dan mempolakan Near-death experience dari

masing-masing subjek.

2. Memberikan paparan dan analisis implikasi NDE bagi subjek

tentang makna eksistensial diri dan orientasi keagamaan

mereka.

D. Signifikansi Penelitian

1. Pada aspek teoritik, penelitian ini dimaksudkan untuk memberi

kontribusi akademik tentang diskursus NDE dan implikasinya

dalam arti yang luas.

2. Secara praktis, studi ini diharapkan dapat memperkaya

pemahaman aspek-aspek psikologis dan normatif bagi subjek

yang mengalami NDE, hingga dapat memperbaiki kualitas

kehidupan dari komunitas ini.

E. Prior Research

Penelitian dengan tema Near-death experience belum terlalu

banyak dilakukan. Hal itu disebabkan bukan karena tema ini

kurang menarik untuk diteliti tetapi lebih karena terbatasnya

subjek yang diteliti. Namun beberapa penelitian tentang NDE ini

yang telah dipublikasikan antara lain.

Studi tentang “Dinamika Psikologis Pengalaman Dekat dengan

Kematian (Near-death Experience) tulisan Imamul Muttaqin

(skripsi 2017). Sebagaimana judulnya penelitian ini bertujuan

untuk memahami dan mendesSipsikan dinamika psikologis pada

orang yang pernah mengalami Near-death Experience. Penelitian

Page 13: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

6

ini menyimpulkan bahwa pengalaman NDE diawali dengan

elemen kognisi sebagai kejadian sesaat sebelum NDE, seperti

sering melamun, teringat pada orang tua, kemudian terdapat

elemen transendental yaitu kejadian seperti bertemu dengan sosok

berjubah putih, melihat cahaya, bertemu dengan kerabat yang

sudah meninggal, dan lain-lain, yang kemudian memiliki efek

sesudahnya, misalnya ikhlas menjalani kehidupan, mampu

menerima, dan berkurangnya rasa takut menghadapi kematian.

Tulisan Sarah Aisyah Azzah Ra “Peak Experience pada

Individu yang mengalami Near-death Experience (sSipsi 2017).

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran peak-

experience pada individu yang mengalami Near-death Experience

juga untuk mengetahui pengaruh peak-experience terhadap

kehidupan subjek setelah mengalaminya. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa pada dua subjek yang diteliti untuk subjek

pertama setelah mengalami NDE, peak experience yang dialami

berupa rekonstruksi pandangan hidup serta memiliki tujuan hidup

dan tanggung jawab daripada sebelumnya. Sementara pada subjek

kedua disimpulkan lebih meningkatnya semangat hidup. Namun

secara umum keduanya memiliki kesadaran spiritual tidak adanya

rasa takut menghadapi kematian dan semakin giat dalam

keagamaan.

Western Scientific Approach to Near-death Experiences,

tulisan ini berbentuk review yang ditulis oleh Bruce Greyson,

yang dipublish dalam jurnal Humanities, 2015, 4, 775-796, doi:

10.3390/h 4040775. Secara ringkas review ini menyimpulkan

bahwa NDE adalah pengalaman yang sangat mendalam yang

sering terjadi dalam kondisi yang sangat genting, biasanya

ditandai oleh situasi transenden dan persepsi yang jelas tentang

hilangnya tubuh dan berada dalam dimensi waktu dan tempat

yang berbeda. Studi ini juga menyimpulkan (halaman 787)

betapapun tanpa memandang sebab-sebab atau interpretasi-

interpretasi NDEs, interpretasi-interpretasi tersebut secara

konsisten berhubungan dengan efek yang mendalam dan lama

Page 14: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

7

bagi subjek yang mengalaminya dan memiliki implikasi penting

baik bagi subjek maupun orang-orang yang tidak mengalaminya.

Tulisan Wahyu Wicaksono dan Sito Meiyanto dalam Jurnal

Psikologi No. 1, 57-65, 2003, ketakutan terhadap kematian

ditinjau dari kebijaksanaan dan orientasi religius pada periode

remaja akhir yang berstatus mahasiswa. Tulisan ini dimaksudkan

untuk mengetahui korelasi antara variabel-variabel di atas.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat

hubungan negatif antara kebijaksanaan dengan ketakutan terhadap

kematian. Hipotesis kedua yang menyatakan terhadap hubungan

negatif antara orientasi religius intrinsik dengan ketakutan

terhadap kematian diterima. Hipotesis ketiga yang menyatakan

terdapat hubungan yang positif antara orientasi religius ekstrinsik

dengan ketakutan terhadap kematian diterima.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian dengan

judul Near-Death Experience, Implikasinya pada Makna

Eksistensial Diri dan Orientasi Keagamaan Seseorang belum

pernah dilakukan orang.

Page 15: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

8

BAB II

KERANGKA TEORI

Menarik untuk disimak tulisan Spilka tentang hubungan antara agama

dan kematian “that religion is a way of coping with the unpredictable.

It offers both explanation and means of potentially controlling the

unknown, unexpected, and especially the undesired. Since death meet

all of these criteria in an extreme way, it is not surprising that the

great religions of the world make it a control of part of their belief

system and theology” (1996: 126). Artinya, agama adalah satu cara

untuk melingkupi hal-hal yang tidak bisa diprediksi. Agama

menawarkan baik penjelasan maupun cara-cara yang dapat

mengontrol secara potensial sesuatu yang tidak diketahui, tidak

diharapkan, dan terutama sesuatu yang tidak diinginkan. Karena

kematian memiliki semua kriteria ini dalam satu cara yang ekstrim,

adalah tidak mengherankan bahwa agama besar dunia menjadikan

kematian sebagai bagian kontrol dan bagian sistem keimanan dari

teologi mereka.

Lalu bagaimana dalam Islam? Alquran menyebut kematian sebagai

hal yang unpredictable/unknown, misalnya dalam surat an Nahl ayat

61

فإذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعةا ولا يست قدمون Artinya: “Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi

mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun

dan tidak (pula) mendahulukannya”.

Demikian juga dalam surat Ali Imron: 145

لا وما كان لن فس أن توت إلا بذن الله كتابا مؤجهArtinya: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan

izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya”.

Dua ayat tersebut menjelaskan bahwa kematian memang sudah

ditentukan Allah dengan izinnya, tetapi manusia tidak tahu kapan

terjadinya.

Page 16: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

9

Kematian sebagai hal yang tidak diharapkan (unexpected) dan tidak

diinginkan (undesired) sebagaimana tersebut dalam surat an Nisa‟

ayat 78

تم ف ب روج مشيهدة أي نما تكونوا يدرككم الموت ولو كن Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan

kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.

Atau dalam surat al Jumuah ayat 8

لموت الهذي تفرون منو فإنهو ملاقيكم قل إنه ا

Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari

daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu”.

Dari paparan ayat-ayat tersebut di atas, bahwa dalam Islam pun

kematian adalah bagian penting dalam sistem keimanan.

Meskipun dalam desain penelitian kualitatif tidak dimaksudkan

untuk menguji teori sebagaimana yang lazim dalam penelitian

kuantitatif, namun teori dalam konteks ini memiliki fungsi tersendiri,

terutama dalam hal pemaknaan realitas dan data (Suryanto, 2007: 192-

193). Dalam rangka itulah penulis menggunakan beberapa teori yang

diharapkan mampu menjadi frame of analyse dari data yang

dihasilkan dalam penelitian ini.

A. Perspektif tentang NDE

Near-death Experience sebagaimana didefinisikan oleh

International Association of Near-death Studies (IANDS) adalah

is a profound psychological event that may occur to a person

close to death or, if not near death, in a situation of physical or

emotional crisis, because it includes trancendental and mystical;

it is not mental illness (http://iands, org).

Artinya, NDE adalah kejadian psikologis yang mendalam yang

dapat terjadi pada seseorang seseorang mendekati kematian, jika

tidak dekat dengan kematian, berada dalam situasi Sisis fisik atau

Sisis emosional, karena NDE meliputi pengalaman transendental

atau mistikal. NDE bukanlah sakit mental.

Page 17: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

10

Dalam tulisan Greyson disebutkan bahwa “Near-death

experiences (NDEs) are vivid realistic, subjective experiences

that often occur in life-threatening conditions, such as in cardiac

or respiratory arrest, head injury, or states of shock. They are

usually characterized by a trancendent tone and clear perceptions

of having left the phisical body and being in a different

spatiotemporal dimension of being (Humanities, 2005: 775).

Artinya, NDEs adalah pengalaman subjektif, realistis, dan jelas

yang sering terjadi dalam kondisi-kondisi yang mengancam

kehidupan, seperti berhentinya denyut jantung, luka di kepala,

atau kondisi-kondisi shok. Pengalaman itu biasanya ditandai oleh

persepsi yang jelas dan transenden yang berupa hilangnya tubuh

secara fisik dan berada dalam dimensi ruang dan waktu yang

berbeda.

Salah satu asumsi tentang NDE adalah that NDEs are linked to

religious interpretation in two different ways. On the one hand,

the assumption of a universal structure of the NDE led some

investigators to speculate about religious explanation for these

experiences, by postulating either the objective existence of a

religious faculty of human experience, which supposedly forms

the basic of the universal structure. Secondly, and a more

empirical basic, some investigators found that these experiences

are regarded as religious by the experiencers (Knoublauch, 2001:

19).

Bahwa NDEs berhubungan dengan interpretasi-interprestasi

agama dalam 2 cara yang berbeda. Satu sisi, asumsi suatu struktur

universal dari NDE membawa beberapa peneliti berspekulasi

tentang eksplanasi religius terhadap pengalaman ini. melalui

postulat, baik eksistensi dari pembawaan religius pengalaman

manusia yang didukung oleh bentuk-bentuk dasar dari struktur

universal.

Sisi yang lain, dan lebih empiris, beberapa peneliti mendapati

bahwa pengalaman-pengalaman ini dipandang sebagai

pengalaman keagamaan oleh subjek-subjek yang mengalaminya.

Page 18: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

11

Memang harus diakui bahwa NDE berada dalam dua

perspektif yaitu pengalaman psikologis tentang dekatnya dengan

kematian dan perspektif lain yaitu implikasi dari NDE yang oleh

banyak peneliti dikategorikan sebagai pengalaman agama.

Masalahnya adalah mengapa pengalaman NDE ini dipandang

sebagai pengalaman agama. Beberapa hasil penelitian

menunjukkan bahwa NDE seringkali menumbuhkan kesadaran

baru yang bersifat spiritual dan religius.

Masalah selanjutnya adalah kondisi psikologis apa lagi yang

merupakan efek dari NDE dalam kehidupan subjek yang

mengalaminya? Menurut Greyson, beberapa aspek dari NDE

adalah “more spiritual orientation toward life, more positive

attitudes toward death, decreased concern about dying, and

increased sense of purpose in life (Humanities, 2015, 4, 786).

Artinya beberapa aspek NDE adalah orientasinya lebih spiritual

terhadap kehidupan, sikap-sikapnya lebih positif terhadap

kematian, semakin berkurang (ketakutan) terhadap kematian dan

semakin bertambah dalam tujuan kehidupan.

Dari kutipan tersebut, dapat dijelaskan bahwa salah satu aspek

penting dari peristiwa NDE yang dialami seseorang adalah

berkaitan dengan persoalan eksistensial dan kematian seseorang.

Sementara referensi paling sempurna yang dapat menjawab kedua

masalah tersebut adalah agama. Oleh karena itu, logis jika

sebagian peneliti memandang NDE bukan semata-mata peristiwa

pengalaman psikologis belaka namun juga sebagai pengalaman

agama (religius experience).

Lalu bagaimana membedakan pengalaman agama dengan

pengalaman-pengalaman lainnya? Donovan (1979: 3)

menjelaskan: bahwa suatu pengalaman menjadi pengalaman

agama, apabila pengalaman itu adalah satu jenis pengalaman di

mana agama interest di dalamnya.

Demikian juga Ismail al Faruqi (1981: 16) dalam bukunya

religius experience in Islam menjelaskan bahwa hakikat

pengalaman agama dalam Islam terletak pada tuhan yang unik

dan yang keinginan, kehendak, serta kemauannya adalah

Page 19: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

12

merupakan kewajiban dan yang senantiasa membimbing manusia.

Oleh karena itu, kesadaran akan Tuhan harus dipandang sebagai

sentral dan tak bisa disisihkan dalam setiap pengalaman yang

dinamai pengalaman agama. Hal itu sering menjadi ending dari

setiap orang yang mengalami NDE.

B. Psikologi Logoterapi

Logooterapi merupakan aliran psikologi yang banyak

mempelajari fenomena makna hidup (the meaning of life).

Kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning) dan

bagaimana mengembangkan hidup bermakna (the meaning life).

Logoterapi diprakarsai oleh Victor E Frankl, seorang psikiater

berkebangsaan Austria. Menurut teori ini ada tiga nilai yang

merupakan sumber makna hidup, yaitu creative values,

experiental values, dan attitudinal values (Bastaman, 2005: 195-

196).

1. Creative values (nilai-nilai Seatif): bekerja dan berkarya atau

melaksanakan tugas dengan keterlibatan dan tanggung jawab

penuh pada pekerjaan. Sesungguhnya pekerjaan hanyalah

merupakan sarana yang dapat memberikan kesempatan untuk

menemukan dan mengembangkan makna hidup. Makna hidup

bukan terletak pada pekerjaan melainkan pada sikap dan cara

kerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada

pekerjaannya. Berbuat kebajikan dan melakukan hal-hal yang

bermanfaat bagi lingkungan termasuk usaha merealisasi nilai-

nilai Seatif.

2. Experiental values (nilai-nilai penghayatan): meyakini dan

menghayati kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan,

keimanan, dan nilai-nilai lain yang dianggap berharga, dalam

hal ini cinta kasih merupakan nilai yang sangat penting dalam

mengembangkan hidup bermakna. Mencintai seseorang berarti

menerima sepenuhnya keadaan orang yang dicintai seperti apa

adanya serta benar-benar memahami kepribadiannya dengan

penuh pengertian. Dengan jalan mengasihi dan dikasihi,

Page 20: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

13

seseorang akan merasakan hidupnya syarat dengan

pengalaman-pengalaman penuh makna dan membahagiakan.

3. Attitudinal values (nilai-nilai bersikap): menerima dengan

tabah dan mengambil sikap yang tepat terhadap penderitaan

yang tak dapat dihindari lagi setelah berbagai upaya dilakukan

secara optimal tetapi tidak berhasil mengatasinya. Mengingat

peristiwa tragis ini tak dapat dielakkan lagi, maka sikap

menghadapinyalah yang perlu diubah. Dengan mengubah

sikap, diharapkan beban mental akibat musibah dapat

berkurang, bahkan mungkin saja dapat memberikan

pengalaman berharga bagi penderita yang dalam bahasa sehari-

hari disebut hikmah. Penderitaan memang dapat memberikan

makna apabila penderita mampu mengatasinya dengan baik,

sekurang-kurangnya dapat menerima keadaannya setelah

upaya maksimal dilakukan tetapi tetap tidak berhasil

mengatasinya. Optimisme dalam mengatasi musibah ini

tersirat dalam ungkapan-ungkapan seperti “makna dalam

derita” (meaning of suffering) dan “hikmah dalam musibah”

(blessing in disquise) (Bastaman, 2005: 195-196).

Menurut teori ini, makna hidup memiliki karakteristik

personal, temporer, dan unik. Artinya, apa yang dianggap

penting dapat berubah dari waktu ke waktu. Demikian juga

sesuatu yang bermakna bagi seseorang belum tentu berarti bagi

orang lain. Selain karakteristik tersebut di atas, sifat lain dari

makna hidup adalah konSit dan spesifik, yakni makna hidup

benar-benar dapat ditemukan dalam pengalaman nyata

(misalnya dalam NDE) dan tidak harus selalu berkaitan dengan

hal-hal yang serba abstrak, filosofis, dan idealis (Bastaman,

2005: 194-195).

Pilihan pada teori logoterapi tersebut menurut penulis

sangat relevan jika dikaitkan dengan salah satu stressing point

penelitian ini yakni ingin memperoleh data tentang implikasi

NDE bagi makna eksistensial diri subjek, menyangkut

kebutuhan akan orientasi dalam kehidupan dan keinginan

untuk menempatkn diri secara berarti dan bermakna dalam

Page 21: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

14

hidup di dunia ini. Makna eksistensial diri tersebut diperoleh

melalui jawaban dari pertanyaan-pertanyaan misalnya,"dari

mana aku ini?, mengapa aku ada?, kemana hidup ini setelah

hidup ini berakhir?, dan apa yang harus aku lakukan?

C. Orientasi Keagamaan Ekstrinsik-Intrinsik G.W. Allport

Menurut Allport, sentimen keagamaan berbeda dari satu orang ke

orang lain. Perbedaan ini mencerminkan individualitas pribadi

dalam segi pemikiran dan emosi, dalam menghayati makna dan

tujuan hidup. Sentimen keagamaan subjektif dari setiap orang

adalah khas dan berbeda dari sentimen keagamaan orang lain. Hal

ini menurut Allport karena “The roots of religion are so

numerous, the weight of their influence in individual lives so

various and the forms of rational interpretation so endless, that

uniformity of product is impossible” (Allport, 1971: 29).

Akar agama begitu banyak, pengaruh atas kehidupan individu

pun begitu beragam dan bentuk-bentuk interpretasi rasionalnua

tak terbatas, sehingga keseragaman produknya tidak mungkin.

Dalam teori Allport, orientasi intrinsik lebih positif ketimbang

orientasi ekstrinsik dengan karakteristiknya masing-masing.

Dalam hal ini, Allport menggambarkan “who are high in

prejudice, their religious motivation is of the extrinsic order and

who are low in prejudice, their motivation is of the intrinsic”

(Malony, 1977: 123). Menurut Allport, orang-orang yang tidak

toleran lebih bersifat intrinsik. Allport menambahkan bahwa

orang-orang yang ekstrinsik motivasi agamanya bersifat

instrumental dan utilitarian (Malony, 1977: 121), sementara bagi

orang-orang yang intrinsik agama merupakan “the master motive”

(muhlisina lahuddin). Ciri lain adalah bahwa “The extrinsically

motivated person uses his religion, whereas the instrinsically

motivated lives his religion (Malony, 1977: 141). Orang-orang

dengan motivasi ekstrinsik cenderung menggunakan agama untuk

kepentingan pribadinya, sementara orang-orang dengan motivasi

intrinsik lebih cenderung menghidupkan syiar agama.

Page 22: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

15

Terkait dengan penelitian ini, penulis lebih sederhana dalam

mengaplikasikan teori Allport tersebut, dengan membatasi pada

kriteria tertentu. Misalnya, dalam hal toleransi beragama,

keterlibatan dalam syiar-syiar agama, ketulusan dalam

menjalankan kewajiban agama yang semua itu pada dasarnya

merupakan rangkuman dari teori tersebut.

Page 23: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

16

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Secara khusus, subjek dalam penelitian ini pribadi yang pernah

mengalami near-death experience, yaitu suatu pengalaman yang

membuat subjek mengalami rekonstruksi ulang terhadap makna

keberadaannya di dunia ini dan juga kesadaran keberagamaannya.

Pengalaman tersebut antara lain dapat berupa penyakit yang

sangat kronis yang beresiko kematian, namun subjek mampu

tetap bertahan dan menimbulkan kesadaran baru. Dengan kata

lain, subjek merasakan bahwa dirinya sudah mendekati kematian

akibat penyakit kronis yang dideritanya, namun akhirnya dia

mampu pulih kembali.

Berbeda dari penelitian-penelitian yang lain, lokasi penelitian

ini tidak bisa disebut dalam satu area atau wilayah tertentu, hal itu

dikarenakan sangat tergantung pada subjek penelitian yang

penulis dapatkan. Dalam penelitian ini terdapat 4 subjek NDE

dengan latar belakang yang beragam, 3 orang perempuan dan 1

orang subjek berjenis kelamin laki-laki.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Bagong

Suyanto (2007: 174) jenis penelitian ini bertujuan untuk

memahami makna yang mendasari tingkah laku manusia. Hal

senada juga dikemukakan oleh Ambert sebagaimana dikutip oleh

Solichin Abdul Wahab “The aim of qualitative research is to

learn how and why people behave, think, and make meaning as

they do, rather than focusing on what people do or believe on

large scale” (1997: 7). Dengan kata lain, tujuan penelitian

kualitatif ini adalah untuk mempelajari mengapa dan bagaimana

seseorang berperilaku, berpikir, dan memberi arti apa yang

mereka kerjakan, daripada fokus pada apa yang seseorang

kerjakan atau yang dipelajari pada skala yang besar. Dalam

konteks penelitian ini, adalah untuk mengetahui perilaku,

persepsi, pikiran-pikiran dan bagaimana subjek NDE memberi

Page 24: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

17

arti apa yang mereka kerjakan setelah pengalaman tersebut

terjadi.

Sementara itu Tylor dan Bodgan mengemukakan beberapa

karakteristik dari penelitian kualitatif sebagaimana berikut.

1. Bersifat induktif, yaitu mendasarkan pada prosedur logik yang

berawal dari preposisi khusus sebagai hasil pengamatan dan

berpikir pada satu kesimpulan/hipotesis yang bersifat umum.

Dalam hal ini konsep-konsep, pengertian dan pemahaman

didasarkan pada pola-pola yang ditemui dalam data.

2. Melihat pada setting dan manusia sebagai satu kesatuan, yaitu

mempelajari manusia dalam konteks dan situasi di mana

mereka berada. Oleh karenanya, manusia dan setting tidak

disederhanakan ke dalam variabel, tetapi dilihat sebagai satu

kesatuan yang saling berhubungan.

3. Memahami perilaku manusia dari sudut pandang mereka

sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara memberikan empati

pada orang-orang yang diteliti dalam upaya memahami

bagaimana mereka melihat berbagai hal dalam kehidupannya.

4. Lebih mementingkan proses penelitian daripada hasil

penelitian. Oleh karena itu, bukan pemahaman mutlak yang

dicari, tetapi pemahaman yang mendalam tentang kehidupan

sosial.

5. Menekankan pada validitas data sehingga ditekankan pada

dunia empiris. Penelitian dirancang sedemikian rupa agar data

yang diperoleh benar-benar mencerminkan apa yang dilakukan

dan dikatakan yang diteliti.

6. Bersifat humanistis, yaitu memahami secara pribadi orang

yang diteliti dan ikut mengalami apa yang dialami orang yang

diteliti dalam kehidupan sehari-hari.

7. Semua aspek kehidupan sosial dan manusia dianggap berharga

dan penting untuk dipahami karena dianggap sebagai spesifik

dan unik (Suyanto, 2007: 169-170).

Selanjutnya tentang pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan psikologi, terutama psikologi

agama, juga pendekatan sosiologis. Pendekatan psikologi

Page 25: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

18

terhadap perilaku agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap

dan tingkah laku seseorang, atau mekanisme yang bekerja pada

diri seseorang karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi

kepribadiannya (Daradjat, 1976: 12).

Mengapa penulis memilih pendekatan psikologi agama?

Dalam salah satu Journal of Near-death Studies, disebutkan

bahwa “The other line of research assumes that NDEs may be

described in terms of forms of experiences, by which we mean the

ways in which the experience is constructed, or its noetic quality.

In this vein, Sabom (1982) tended to use more abstract categories

related to the study of religious experience” (Knoblauch, 2001:

18). Dengan kata lain, studi tentang NDE dapat dikategorikan

sebagai studi tentang pengalaman agama padahal topik tersebut

(pengalaman agama) adalah salah satu bidang kajian psikologi

agama.

Sementara itu, tentang pendekatan yang kedua yaitu

pendekatan sosiologi (sosiologi agama), secara khusus meneliti

tentang hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat atau

komunitas tertentu (Jongenel, 1978: 68). Pendekatan ini dipilih

mengingat konstruk pengalaman keagamaan seseorang tentu akan

dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana seseorang

tinggal, seperti tradisi-tradisi keagamaan, rumah-rumah ibadah

yang ada, dan lain-lain.

Oleh karena itu responden dalam penelitian ini dipilih melalui

purposive sampling, yaitu pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri

yang sesuai dengan penelitian. Adapun kriterianya adalah:

1. Orang-orang yang pernah tetap survive dalam menghadapi

Near-death Experience seperti melawan penyakit yang

beresiko kematian, pernah mengalami kecelakaan parah yang

bisa berakibat kematian atau orang-orang yang pernah secara

klinis mati namun ternyata masih hidup.

2. Subjek masih mampu dan bersedia diwawancarai.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini responden terdiri dari 4

orang dengan pengalaman NDE yang beragam.

Page 26: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

19

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan tahapan penting dalam penelitian.

Teknik pengumpulan data yang tepat sesuai dengan karakter

penelitian akan menghasilkan data yang kredibel dan tidak bias.

Sebagaimana lazimnya dalam penelitian kualitatif, penelitian

ini memiliki dua kategori data, yaitu data primer dan data

sekunder. Sumber data primer yaitu semua data yang diperoleh

melalui wawancara dengan para subjek penelitian. Dalam hal ini

adalah subjek yang mengalami NDE. Termasuk data primer juga

adalah orang-orang yang sangat dekat dengan subjek NDE yang

memiliki kontribusi penting dalam perjalanan panjang subjek

NDE, seperti suami, anak, istri, atau orang terdekat lainnya

misalnya ibu atau saudara-saudaranya. Sementara data sekunder

mencakup data tertulis, atau data yang diamati di lokasi penelitian

seperti foto-foto dokumentasi.

Bagong Suyanto (2007: 172) membagi informan dalam

penelitian kualitatif seperti 1) informan kunci (key informan)

yaitu mereka yang memiliki berbagai informasi yang

diperlakukan dalam penelitian. Dalam konteks penelitian ini

adalah subjek NDE; 2) informan utama, yaitu mereka yang

terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, dalam

penelitian ini adalah keluarga dekat dari subjek NDE, misalnya

istri, suami, ayah/ibu; 3) informan tambahan, yaitu mereka yang

dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat

dalam interaksi sosial yang diteliti, misalnya dalam penelitian ini

adalah tetangga, teman-teman, dan lain-lain dari subjek NDE.

Ada tiga macam teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

sebagaimana ditulis oleh Suyanto (2007: 186). Pertama, adalah

wawancara mendalam dan terbuka. Data yang diperoleh terdiri

dari kutipan langsung dari subjek penelitian, tentang pengalaman

pendapat, perasaan, dan pengetahuannya. Terkait dengan

penelitian ini adalah pengalaman subjek NDE, menyangkut

Sonologis pengalaman, jenis penyakit, perasaan, dan persepsi

Page 27: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

20

subjek tentang pengalaman NDE yang dialaminya, juga implikasi

psikologis maupun teologis dalam kehidupannya.

Kedua, adalah observasi langsung. Data yang didapat

observasi terdiri dari pemetaan rinci tentang kegiatan, perilaku,

tindakan orang-orang (informan) serta keseluruhan kemungkinan

interaksi interpersonal.

Menurut Nasution (2003: 55), dua hal penting yang harus

dikaitkan dalam proses observasi adalah informasi dan konteks.

Informasi adalah apa yang terjadi, sementara konteks adalah yang

berkaitan dengan sekitarnya. Segala sesuatu terjadi dalam dimensi

ruang dan waktu tertentu, di mana informasi yang ada tak bisa

dilepaskan dan konteksnya untuk menangkap makna yang tepat.

Tahap awal dalam rangka melengkapi observasi, penulis

menggunakan wawancara tanpa struktur dalam hal ini responden

diberi kebebasan dan kesempatan untuk menyampaikan pikiran

pandangan dan perasaan tanpa terikat oleh peneliti. Misalnya

tentang Sonologis peristiwa NDE, jenis penyakit yang diderita,

ungkapan perasaan tentang peristiwa itu dan juga persepsi-

persepsi mereka. Setelah penulis mendapatkan keterangan yang

dipandang cukup, penulis menggunakan wawancara yang

terstruktur yang disusun berdasarkan hasil observasi dan apa yang

telah disampaikan oleh responden dengan mempertimbangkan

kesesuaian stressing point penelitian ini dan beberapa referensi

yang ada.

Ketiga, penelaahan terhadap dokumen-dokumen tertulis yang

berhubungan dengan objek dan subjek penelitian. Misalnya foto-

foto subjek NDE sewaktu mengalami pengalaman tersebut.

Berikut ini adalah daftar wawancara, baik tanpa struktur

maupun yang terstruktur:

1. Kronologis dari kejadian NDE pada waktu itu. Responden

bebas menguraikan sequen kejadian dan perasaan-perasaan

yang ada saat itu.

2. Setelah NDE berlalu, apa yang dirasakan? misalnya dalam hal;

a. Memaknai tentang keberadaan kita di dunia ini

b. Memaknai penderitaan sebagai apa?

Page 28: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

21

c. Adakah kesadaran baru tentang apa yang harus dilakukn

dalam hidup ini?

d. Persepsi tentang kematian? Apakah sesuatu yang

menakutkan?

e. Apakah muncul kesadaran tentang pentingnya persiapan

menghadapi kematian?

f. Apa harapan ibu/bapak ke depannya setelah peristiwa NDE

ini?

g. Dalam hal keimanan, adakah hal baru yang dirasakan?

h. Apakah adanya NDE ini, bapak /ibu merasa lebih dekat

dengan Tuhan? atau biasa-biasa saja?

i. Apakah dengan NDE ini bapak/ibu lebih menyadari tentang

pentingnya menjalankan syariat agama?

j. Apakah dalam menjalankan syariat agama ini tujuan

terpenting adalah agar diterima oleh masyarakat atau

semata-mata karena lillahi ta’ala?

k. Bagaimana bapak/ibu memaknai agama, apakah semata-

mata sebagai ibadah saja ataukah juga muamalah?

l. Bagaimana persepsi bapak/ibu tentang kepedulian sosial?,

contoh konSit apa yang telah bapak/ibu lakukan terkait hal

ini?

m. Jika bapak ibu sedang beramal seperti memberi infaq,

shodaqoh atau zakat, apakah bapak ibu memilih-milih

berdasarkan kelompok-kelompok Islam tertentu, atau bebas

tanpa mempertimbangkan perbedaan?

n. Dalam Islam sekalipun kitab sucinya sama, namun terdapat

banyak golongan yang berbeda, bagaimana sikap bapak /ibu

dalam hal ini?

D. Uji Keabsahan Data

Menurut Moleong, ada beberapa Siteria dari keabsahan data (trust

worthinness), yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan

(transferability), kebergantungan (deoendability), dan kepastian

(confirmability) (Moleong, 2011: 324).

Page 29: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

22

Sementara itu, untuk menguji keabsahan data, sebagaimana

ditulis oleh Nasution (2003: 114-118), dapat dengan 1)

memperpanjang masa observasi; 2) pengamatan yang terus

menerus; 3) trianggulasi; 4) membicarakan dengan orang lain; 5)

menganalisis kasus negatif; 6) menggunakan bahan referensi; 7)

menggunakan member check. Terkait penelitian ini digunakan

jenis uji keabsahan data dengan member check, yakni membuat

laporan tertulis mengenai wawancara secara garis besar yang

telah dilakukan untuk dibaca oleh responden atau ditambah yang

kurang. Di samping itu, penulis juga akan menggunakan teknik

trianggulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam hal ini Lexy G. Moleong

membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan sumber metode, penyidik, dan

teori Moleong (2011: 330-331).

Trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan (1) membandingkan

data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; (2)

membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; (3)

membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu; (4)

membandingkan keadaan dan perspektitf seseorang dengan

berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,

orang pemerintahan; (5) membandingkan hasil wawancara

dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Sementara untuk trianggulasi dengan metode, terdapat dua

strategi, yaitu: (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan

hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan (2)

pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan

metode yang sama.

Page 30: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

23

Teknik trianggulasi ketiga yaitu dengan memanfaatkan

penyidik (peneliti) atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

Trianggulasi dengan teori, hal itu dapat dilaksanakan sebagai

penjelasan banding (rival explanation).

Oleh karena itu, disamping uji keabsahan data dengan member

check, penulis juga menggunakan teknik trianggulasi dengan

pemanfaatan sumber.Yakni dengan membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, dan sebaliknya

menggunakan data hasil wawancara dengan pengamatan kembali.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar mudah

ditafsirkan yang bertujuan agar data yang telah ditemukan dalam

penelitian bisa ditangkap maknanya, tidak sekedar desSipsi

semata, ada langkah analisis data yaitu reduksi data, display data,

dan mengambil kesimpulan dan verifikasi (Nasution, 2003: 129).

Reduksi data, seluruh data yang diperoleh dari lapangan ditulis

dalam bentuk laporan. Dalam hal ini adalah data persepsi tentang

Near-death Experience yang dialami oleh masing-masing subjek,

yang mencakup desSipsi pengalaman, implikasinya terhadap

makna eksistensial mereka, juga implikasi pada psikologi

keberagamaan mereka.

Display data. Kegiatan display data dilakukan misalnya

dengan membuat matrik atau grafik dan tabel agar memudahkan

dalam melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu dalam

penelitian. Misalnya membuat tabel atau matrik tentang data

secara spesifik sesuai dengan tujuan penelitian, misalnya pola-

pola dalam Near-death Experience, bentuk-bentuk baru kesadaran

eksistensial, maupun intensitas psikologi keberagamaan mereka.

Mengambil kesimpulan dan verifikasi. Dalam penelitian

kualitatif peneliti sejak awal dapat merumuskan kesimpulan

tentang makna dari data yang terkumpul melalui observasi dan

wawancara. Tetapi karena sifatnya yang masih tentatif maka agar

kesimpulan dapat menjadi lebih grounded diperlukan data yang

Page 31: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

24

lebih banyak dan bertambah. Sementara verifikasi tetap dilakukan

secara singkat dengan mencari data baru (Nasution, 2002: 130).

Kesimpulan memang dibuat dalam setiap observasi maupun

wawancra oleh penulis.Namun kesimpulan itu tentu masih

sementara sifatnya. Oleh karena itu, kesimpulan yang final baru

diambil melalui proses evaluasi kembali dan kesimpulan yang

sementara, pada saat penelitian telah selesai. Dengan kata lain,

kesimpulan yang bersifat final adalah output penelitian itu sendiri,

melalui proses panjang dan dan data mentah kemudian data

tersebut di reduksi (dipilih-pilih) yang sesuai dengan data yang

diinginkan (tematik) penelitian ini. Selanjutnya data tersebut

dideskripsikan melalui display data dengan kemungkinan pola-

polanya diproses analisis menggunakan konstruksi teori yang ada

sehingga dengan cara itu diharapkan data tidak semata-mata tidak

bersifat desSiptif belaka, namun juga bersifat akademis.

Selanjutnya tentang kata makna eksistensial diri dan orientasi

keagamaan yang menjadi pilihan penulis dalam konteks implikasi

NDE bagi subjek, sesungguhnya dua kata tersebut saling

berkaitan. Makna eksistensial diri dan orientasi keagamaan adalah

seperti dua sisi mata uang yang saling berhubungan.

Makna eksistensial diri berkaitan dengan makna keberadaan

diri sendiri, dengan orang lain dan juga dengan Tuhan. Sementara

orientasi keagamaan adalah pemahaman akan tujuan dan makna

yang sesungguhnya dalam beragama yang semata-mata karena

agama itu sendiri dan bukan karena kepentingan emosional.

Page 32: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

25

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Tidak seperti dalam penelitian sebelumnya, penelitian dengan

subjek-subjek yang pernah mengalami NDE ini awalnya agak

berat bagi penulis untuk memulai percakapan. Bukan responden

menolak untuk diwawancarai, tapi lebih terkait dengan

pertimbangan adanya beban mental saat responden harus

menceritakan kembali pengalaman-pengalaman pahit dan

menyakitkan, baik secara fisik maupun psikis. Oleh karena itu

dibutuhkan kiat-kiat tersendiri dengan menunda percakapan atau

mengalihkan topik. Problem lain adalah tidak mudahnya

menemukan subjke NDE yang representatif, kalaupun ada,

kendalanya adalah letak tempat tinggal mereka yang jauh. Tetapi

dengan berbagai informasi dari beberapa orang, semua proses itu

telah terlewati.

Berdasarkan berbagai pertimbangan dan observasi, penulis

akhirnya menentukan empat responden yang terdiri dari satu

responden laki-laki dan tiga responden perempuan.

Responden 1 (SS)

Perempuan kelahiran 23 Oktober 1970 ini penulis pilih menjadi

salah satu responden berdasarkan cerita panjang responden, ibu

responden, dan beberapa pengakuan orang di sekitarnya tentang

derita yang pernah menimpanya. Saat ini SS yang kini sudah

berusia 48 tahun ini menempati rumah di Dusun Sindon,

Kelurahan Tukang, Kabupaten Semarang. Dia tinggal bersama

suaminya (SR) yang dinikahinya pada tahun 2010. Pada waktu

perkawinannya itu SS sudah memiliki 2 orang anak (laki-laki dan

perempuan). Sementara suaminya yang saat itu berstatus duda

(perceraian) juga memiliki dua orang anak laki-laki yang saat ini

kedua anak suaminya ikut SS. Sementara anak kandung SS ikut

neneknya (ibu SS) yang rumahnya tidak jauh dari rumah SS.

Di mata responden (SS) perkawinannya dengan SR adalah

anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa, dan memiliki makna

yang sangat penting dalam hidupnya. Betapa tidak? Penderitaan

Page 33: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

26

yang dialami sebelum dia menikah dengan SR sangatlah berat

dirasakan. Hal itu dikarenakan pada saat kelahiran anak yang

pertama (tahun 1992), dia harus melahirkan anak tanpa ayah,

karena pacarnya dan keluarganya tidak mengakuinya. Ekses dari

peristiwa ini amatlah panjang meninggalkan penderitaan lahir

batin, hingga nyaris merenggut nyawanya. Sementara pada

kelahiran anaknya yang kedua tahun 1997, setelah mampu survive

dari penderitaan sebelumnya, untuk yang pertama kali sempat

menikah (1997) dengan seorang laki-laki tetangga desa yang

bernama KR. Namun pernikahan itu pun hanya seumur jagung,

karena KR menceraikannya saat anaknya masih bayi. Akhirnya

dia berusaha tegar dan sabar “sing penting kulo sehat pun

alhamdulillah” ucapnya saat dia menceritakan riwayat hidupnya.

Dia pun melupakan semua penderitaannya dan bekerja demi

menghidupi kedua anaknya yang ditinggalkan oleh ayahnya

masing-masing. SS sempat merantau ke Jakarta sementara kedua

anaknya dititipkan pada kakek dan nenek anak-anak (ibu bapak

SS). Di Jakarta dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga

hingga dia mampu mengirimi uang untuk biaya hidup dua

anaknya. Dari Jakarta SS pindah ke Salatiga juga bekerja sebagai

pembantu rumah tangga. Dia menyadari ibunya sudah mulai tua

hingga perlu lebih dekat dengan keluarganya.

Tetapi cerita tentang NDE ini tidak berkaitan dengan kelahiran

anaknya yang kedua, melainkan pada kelahiran anak yang

pertama tahun 1992 saat itu usianya baru 22 tahun.

Pada saat wawancara tentang NDE ini berlangsung responden

sempat menarik nafas panjang. Mengingat kembali masa-masa

penderitaannya sehingga dia sempat mengubur semua mimpi dan

harapannya bahkan hidupnya sendiri. Terkadang dia berhenti

sejenak dan berat untuk meneruskan ceritanya kembali, “sampun

nggeh budhe” ucapnya terkesan ingin segera mengakhiri

pembicaraan tentang NDE itu sendiri. Dalam kondisi seperti itu

penulis membuat selingan dengan cerita yang lain untuk

mengalihkan pikiran dan perasaannya.

Page 34: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

27

Ungkapan sedih dari responden SS tersebut bisa dimaklumi

karena peristiwa NDE yang dialami tidak hanya berkaitan dengan

penderitaan fisik yang berupa penyakit saja (dipersepsi oleh SS

penyakitnya akibat disantet oleh keluarga SR, “ngerah patiku

budhe” ungkap SS). Namun juga beban psikologis akibat

melahirkan bayi tanpa suami, bahkan kekasihnya telah menikah

dengan orang lain sebelum dia melahirkan (Wawancara 29 Juni

2018).

Responden 2 (KS)

Responden 2 ini adalah seorang laki-laki yang kini usianya telah

mencapai 78 tahun. Dia dilahirkan di Purwodadi tahun 1940.

Kehidupan remajanya yang jauh dari kecukupan membuat

responden KS ini bekerja sejak muda “aku wis tau kerjo ning

Solotigo, Ambarowo, lan Semarang” ungkapnya meski tidak

begitu jelas kata-katanya. Dari satu kota pindah ke kota yang lain

hingga akhirnya dia sampai di Rembang, Mbulu, dan akhirnya

sampai di wilayah Lamongan, tepatnya di Desa Brondong,

Kecamatan Brondong, tempat dia tinggal sekarang. Di desa ini,

dia kos di rumah penduduk dan bekerja sebagai nelayan, hingga

akhirnya bertemu orang yang dicintainya bernama PKM.

Keduanya pun menikah pada tahun 1967. “Aku nikah sakwuse

gestapu” katanya.

Meski tidak dianugerahi anak dalam perkawinannya, namun

keduanya hidup rukun dalam sebuah rumah sebagai hasil dari

jerih payahnya. Bekerja sebagai nelayan terkadang membuat dia

lama meninggalkan rumahnya. Namun hasilnya juga lumayan.

Maka KS pun mulai menabung. “Aku diajari MD (pegawai BRI

yang kebetulan rumahnya bersebelahan) supoyo nabung”

kenangnya. Dari tabungan itulah dia bisa membeli becak. Maka

dia pun merangkap pekerjaan. Saat dia tidak melaut, KS menarik

becaknya untuk mencari uang tambahan. Karena dia rajin

menabung hingga akhirnya becaknya menjadi banyak dan

disewakan pada orang lain dengan sistem setoran. Setelah dia

merasa cukup dengan setoran-setoran becaknya, dia pun mulai

Page 35: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

28

meninggalkan pekerjaannya sebagai nelayan. Hal itu juga

disebabkan semakin bertambahnya usia, semakin berat untuk

melaut “miyang iku mlarat” katanya (menjadi nelayan itu capek

betul). Dengan menjadi juragan becak, KS tidak perlu lagi

meninggalkan istrinya dalam waktu yang lama.

Kehidupan berjalan terus, keduanya hidup rukun meski

sederhana. Dia mengakui bahwa kehidupannya saat itu belum

terlalu rajin beribadah, “jaman semono aku durung ajek

sembahyang” katanya. Hingga akhirnya kejadian dan musibah

pun menimpanya yang nyaris merenggut nyawanya. Saat itu

usianya sudah 62 tahun, usia yang tidak muda lagi tentunya.

Bagaimana cerita selengkapnya? Akan penulis desSipsikan pada

bagian berikutnya (Wawancara 17 dan 18 Juni 2018).

Responden 3 (NJ)

Responden ini seorang ibu yang kini usianya 58 tahun. Dia lahir

tahun 1960 menjadi anak tunggal dari keluarganya. Pendidikan

terakhirnya adalah Madrasah Aliyah Ngerso Sari-Suruh

Kabupaten Semarang. Ketika usianya 22 tahun (tahun 1982),

responden ini menikah dengan seorang PNS guru agama yang

bernama PN (lulusan S1 dari sebuah Perguruan Tinggi swasta di

Ungaran, Jawa Tengah), lelaki yang 2 tahun lebih tua dari

usianya. Pada tahun 1984, dari hasil pernikahannya membuahkan

lahirnya seorang bayi perempuan yang diberi nama NN. Kini NN

pun menjadi anak semata wayang dari keluarga ini.

Dalam kehidupan sehari-harinya, NJ adalah ibu rumah tangga

biasa sambil terkadang membantu suaminya di sawah pada saat-

saat libur. Maklum suaminya setiap hari tugas mengajar di

sekolah SDN di desa setempat, meski pernah juga pindah di

beberapa tempat terutama waktu menjabat sebagai kepala

sekolah. Sementara anak perempuannya mengikuti jejak ayahnya

menjadi seorang guru juga di SD Muhammadiyah Salatiga.

Kini saat usia suami responden genap 60 tahun, belum lama ini

tepatnya bulan Juli 2018 sudah pensiun. Keduanya tinggal di

sebuah rumah besar yang asri berdua dengan suaminya saja,

Page 36: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

29

sementara anaknya tinggal di kota Salatiga (wawancara 6 Juni

2018).

Saat penulis silaturahmi ke rumahnya (9 Agustus 2018)

responden sedang merawat suaminya yang baru saja pulang dari

rumah sakit akibat gangguan struk ringan. Namun alhamdulillah

saat ini kondisi suaminya sudah semakin membaik dan bisa

berjalan kembali, sehingga penulis dapat berulang kali silaturahmi

terkait upaya mendapatkan data penelitian ini.

Selama resopnden menderita sakit dari tahun 2000 sampai

tahun 2007, suaminya-lah yang giat merawatnya. Itulah sebabnya

saat dia menghadapi suaminya yang terkena gejala struk awal,

responden ini begitu gelisah, meski responden sadar betul bahwa

kini dia telah terbebas dari penyakitnya yang pernah

membelenggu hidupnya bertahun-tahun.

Responden 4 (FD)

Responden FD adalah seorang ibu yang kini berusia 52 tahun.

Tinggal di Desa Sruwen Kab. Semarang. Kini FD tinggal bersama

putri bungsunya AZ yang kebetulan kuliah semester 5 di IAIN

Salatiga. Sebetulnya dari perkawinannya dengan HM pada tahun

1987 FD dikaruniai dua orang putri. Hanya saja karena anak yang

pertama sudah menikah maka dia tinggal jaug dari rumahnya.

Pada awal-awal perkawinannya FD lebih sering tinggal

sendirian dengan anak-anaknya. Karena suaminya bekerja di Arab

Saudi. “27 tahun pernikahanku, 17 tahun aku tinggal di Saudi”

cerita FD. Ketika anak-anak mulai remaja, FD meminta suaminya

untuk tidak lagi bekerja di Arab Saudi, FD ingin berdua

menghabiskan waktu membesarkan anak-anak. Maka sejak tahun

2005 suami FD pulang ke Sruwen dan tidak lagi kembali ke Arab

Saudi. Keduanya membuka toko kelontong di samping rumahnya

hingga sekarang. Hari-hari pun dilalui dengan indah dalam satu

keluarga dalam beberapa tahun. Namun mulai tahun 2015 FD dan

suami (HM)nya merasakan adanya penyakit yang menggerogoti

kesehatannya. Suaminya ternyata menderita darah tinggi.

Responden FD sendiri tidak bisa terlalu sempurna merawat HM

Page 37: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

30

karena FD mulai terkena kanker payudara dan yang ternyata

sudah stadium 4. Hal ini disebabkan FD tidak pernah merasakan

sakit apa-apa sebelumnya, meskipun FD sadar adanya benjolan di

payudaranya.

FD sendiri sudah sering menyarankan pada suaminya untuk

mencari istri lagi, namun suaminya selalu menolak dengan

menjawab “cukup siji wae” cerita FD. Pada tahun 2018 di bulan

Rajab, suami FD terjatuh di kamar mandi (struk) oleh karenanya

suami dibawa ke RSUD Boyolali. Sementara FD sendiri tetap di

rumah karena kondisi tubuhnya yang sedang sakit juga. Pada

suatu hari perasaan FD tidak enak selalu kepikiran tentang

suaminya, maka dia memutuskan untuk menengok suaminya di

Boyolali. Di tengah perjalanan dia mendapat telepon bahwa

suaminya sudah meninggal dunia. Sebelumnya pada waktu itu

yang lebih parah sakitnya adalah FD, oleh karena itu pada waktu

ada pengumuman tentang kematian suaminya, masyarakat tidak

mengira yang meninggal adalah suaminya. Sepeninggal suaminya

FD semakin sering keluar masuk rumah sakit maupun

pengobatan-pengobatan alternatif, karena infeksi dari kanker

payudaranya telah menyebar kemana-mana. Kondisi inilah yang

menyebabkan FD pernah mengalami mati suri sebagaimana yang

akan diceritakan pada bagian berikutnya.

B. Deskripsi Peristiwa NDE

Responden I (SS)

Saat itu usianya masih tergolong remaja karena usianya baru 20

tahun saat pertama kali kenal dan pacarnya dengan S, pemuda

dari Desa Sumber, Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.

Perkenalannya dimulai karena S memiliki keluarga (bulek-bulek)

dari desa yang sama dengan responden. Hari demi hari, dua

remaja ini terus memadu cinta, hingga akhirnya responden hamil.

Semula kehamilannya dia tutup-tutupi terus hingga keluarganya

tidak ada yang tahu. Namun saat kehamilannya sudah mulai

membesar SS mulai bingung dan mencoba memberanikan diri

mengadu kepada keluarganya, “kok bisa nggak ketahuan

Page 38: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

31

hamilmu” dia menjawab “dibentingi” dikasih stagen agar terkesan

tidak besar perutnya.

Sebetulnya responden sudah pernah bilang ke S pacar yang

menghamilinya, namun sejak kehamilannya, pacarnya itu jarang

ke desa di mana responden SS tinggal. Ketika keluarga besar S

mendengar kabar tentang kehamilan SS, keluarga ini tidak

memiliki iktikad positif untuk menyuruh anaknya bertanggung

jawab, tetapi malah menganjurkan S untuk segera menikah

dengan gadis pilihannya. Alasannya sederhana, menurut keluarga

S tidak mungkin kehamilan SS akibat ulah S.

Hancur lebur hati SS saat mendengar pernyataan keluarga S

tesebut, sementara kehamilannya semakin membesar. Maka

diadakan rapat keluarga saat itu kehamilannya sudah mencapai 9

bulan. Rapat keluarga itu memutuskan untuk silaturahmi ke bulek

S, yang tidak jauh rumahnya dari rumah SS. Saat itu hari Jumat

malam, tanggal 18 Januari tahun 1992, keluarga SS membawa SS

ke rumah YT (bulek S), dan sudah ada kesepakatan bahwa pada

hari Senin tanggal 21 Januari 1992, S akan mengawini SS. Lega

sudah hati SS dan keluarganya.

Namun belum sempat pamit pulang, tiba-tiba responden SS

merasakan perutnya sangat mules seperti orang yang mau

melahirkan. Maka SS pun dipersilahkan tiduran di rumah YT

sambil dipanggilkan dukun bayi yang kebetulan rumahnya ada di

sebelah rumah YT.

Berbagai rasa muncul saat itu menghinggapi pikiran SS, rasa

sakit yang luar biasa akibat kontraksi, ditambah dengan perasaan

sakit hati karena S pacarnya sudah lama tidak pernah lagi

menengoknya (sejak tahu SS hamil), itu pun masih lagi ditambah

ucapan-ucapan kasar YT (bulek S). Pada saat SS lagi berusaha

mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melahirkan bayinya, YT

bilang “ni kowe tak kemuli kemule S, nek temen-temen bayimu

anak e S yo metuo, yen ora sumempelo...” “niku ucapane budhe

njajal pripun?” kata SS. Dengan sekuat tenaga SS pun akhirnya

melahirkan seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama

RFK.

Page 39: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

32

Setelah bayi berumur 1 bulan, S tidak mau menikahi SS

dengan alasan mau menikah dengan pilihan keluarganya.

Tinggallah SS sendiri bersama bayinya yang dilahirkan tanpa

pengakuan S sebagai ayahnya.

Namun penderitaan SS belum berhenti sampai di situ, karena

setelah bayinya berumur 1 bulan, tubuh SS mendadak

membengkak semua dan tidak bisa beraktivitas, “kulo kepleh-

kepleh di atas amben budhe” cerita dia. Bukan hanya itu saja,

“dodone kulo mbabak, sesak, watuk, lemes hanya bisa berbaring

seperti mayat hidup”. “Kulo kados niku ngantos karuh tengah

tahun”.

Ketika pada suatu malam (di awal sakitnya) keluarga

menemukan dua glundung lemah abang (kepelan) dan sebaran

lemah teles di sekitar kamar tidur SS, keluarga menyimpulkan

bahwa sakitnya SS adalah akibat disantet oleh keluarga S. “Sing

dirah patiku budhe” (yang dituju kematianku budhe) ungkap SS.

Saat penulis tanya apa kepentingan keluarga S menginginkan

kematianmmu?, SS menjawab agar tidak ada gangguan waktu

pernikahan S dengan calon istrinya.

Keluarga SS pun sudah harap-harap cemas tentang kesehatan

SS bahkan saat penulis konfirmasi ke ibu SS, ibu SS ini

menjawab “badane kantun lunglit bu, kulo wastani mboten dangu

umure” (badannya tinggal tulang dan kulit, saya pikir tidak

panjang umurnya) (Wawancara 17 Juni 20188).

Awalnya SS dibawa ke dokter di Desa Suruh yang agak

lumayan jauh untuk sampai ke dokter tersebut. Orang tua SS

terpaksa harus ngojek “seminggu tiga kali budhe” kata SS,

sementara dokternya saat itu sekali datang 15 ribu. Usaha ke

dokter tersebut membawa hasil, bengkak-bengkak di tubuhnya

mulai berkurang, namun tubuh SS menjadi sangat kurus (lunglit).

Oleh karena itu, keluarga SS memutuskan untuk mencari wong

pinter (dukun) karena menurut keluarganya dan juga nasihat

banyak orang tua sakitnya SS itu bukan sakit biasa (sakbaene)

“kulo diobati njobo njero budhe” ucap SS. Maksudnya? Ya ke

Page 40: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

33

dokter tapi juga ke orang pinter (dukun), “lha piye kene golek

benere malah dipenggawe”, SS berusaha meyakinkan penulis.

Pada mulanya keluarganya mendatangkang orang pinter

setempat, namun karena tidak ada hasilnya dan menghabiskan

uang yang banyak, maka keluarganya pun mencari orang pinter

lain yang diyakini lebih mampu di desa yang lain. “Sirah kulo

ditusuk jarum budhe” kenangnya.

Kondisi keuangan orang tua pun semakin sulit “njagakke

panen, nanging pas ora wektu grobok”, artinya harapannya hanya

hasil sawah, namun saat musim panen, gabahnya tidak sempat

disimpan karena harus langsung dijual untuk berobat. Kondisi

seperti ini terjadi selama tiga kali panen.

Kulo nek kemutan SS niku sedih awale badane aboh kabeh,

gur ngamben, mripate melek-merem, bar diobatke awake dadi sak

biting koyo mayit urip, niku dangu bu... mulo kulo nggeh nyeluk e

bocah niku sakniki ngangge jeneng “met” artinya slamet,

padahal namanya hanya Sumarni saja pada waktu sebelumnya

kanti pangajab iso cepet slamet, cerita ibu SS (Wawancara 1 Juli

2018).

Setelah berobat secara medis maupun non medis SS pun

berangsur-angsur pulih kembali. Saat anaknya sudah mulai

sekolah TK, SS pun mulai bekerja sebagai pembantu rumah

tangga pada sebuah keluarga di desanya. Dia sempat juga bekerja

di Solo dan Jakarta. Namun akhirnya dia kembali ke desanya dan

menikah lagi dengan seorang laki-laki KR, pada tahun 1996.

Sayangnya pernikahan itu tidak berlangsung lama, karena pada

waktu anak keduanya dilahirkan tahun 1997, suaminya justru

menceraikannya. Namun SS tegar, berbekal pengalaman

sebelumnya yang nyaris merenggut nyawanya. Perceraian dengan

suaminya ini tidak begitu membuat sedih hatinya. Saat anaknya

yang pertama berusia 13 tahun (SS), SS mendengar kabar bahwa

S meninggal dunia. SS pun melarang keras anaknya untuk ikut

melayatnya.

Kini peristiwa itu meninggalkan kenangan pahit sekaligus

manis dalam hidupnya. Anaknya yang pertama sudah bekerja di

Page 41: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

34

Batam dan sudah berusia 26 tahun, sementara anak yang kedua

(PR) sudah berusia 21 tahun bekerja di pabrik konveksi Salatiga

(Wawancara 29 Juni 2018).

Responden 2 (KS)

Pengalaman NDE dari responden KS ini terjadi pada tahun 2002.

Saat itu dia dan banyak tetangga yang lain diajak sambatan

(membantu tanpa dibayar) oleh salah seorang tetangga yang

bernama LN. Entah apa sebabnya pada waktu itu, saat semua

teman-temannya sudah pada turun untuk sarapan, responden KS

masih tetap duduk di atas blandar yang relatif agak tinggi. Tak

lama kemudian brek.... KS jatuh tertimpa blandar dan material

tembok yang roboh menimpa kepala dan tubuhnya. Saat itu KS

pingsan dan tangannya menjadi jempe (tangannya tidak bisa

digerakkan). Orang-orang di sekitarnya pun panik. Seketika itu

juga KS dibawa ke RSUD Tuban, namun karena peralatan yang

tebatas pada waktu itu, akhirnya KS dirujuk ke rumah sakit

Karang Menjangan Surabaya.

Dalam proses wawancara ini, responden berbicara banyak

namun tersendat-sendat dan tidak begitu jelas, sehingga istrinya

(PK) sering membantu menjelaskan (laki-laki)nya.

“Sakjane naliko pas tibo, sirahe ora langsung penyok, gur

awake akeh sing gosong”, tutur istrinya. Saat perjalanan dari

RSUD Tuban ke rumah sakit Karang Menjangan tubuh KS amat

mencemaskan, dari mulut dan hidungnya keluar darah, padahal

KS dalam posisi tidak sadar, “aku ngasi kawetu “urip mati urip

mati”, kenangnya.

Tanggal berapa dan bulan apa istri KS (nama inisialnya PK)

sudah lupa, yang dia ingat hari itu Sabtu Pon tahun 2002 KS

mulai masuk RS Karang Menjangan, “aku iseh kelingan pas

mlebu Karang Menjangan Suroboyo iku dino Sabtu Pon, ora

langsung dioperasi”, cerita PK. Ketika penulis tanya mengapa

tidak langsung dioperasi? PK menjawab “aku wis lali, mbuh

saking akehe wong sing do antri arep dioperasi opo piye jaman

semono”. Pada hari Senin Kliwon, responden menjalani

Page 42: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

35

operasinya. PK menceritakan “aku nunggu operasine lambeku

komat-kamit, moco sak isane, atiku deg-degan terus, mati urip,

mati urip nganti kepuyuh-puyuh” kenang PK (Wawancara 19 Juni

2018). Apa yang masih diingat saat suaminya selesai dioperasi

adalah kepala suaminya diperban cokelat dan tidak sadar hingga

beberapa hari.

Dalam konteks penelitian ini, bisa dimaklumi karena sejak

peristiwa jatuhnya hingga dioperasi, responden tidak sadarkan

diri. Maka yang banyak bercerita tentang peristiwa itu adalah

orang terdekatnya yaitu istrinya meskipun dalam hal ini

responden terkadang masih bisa bicara meski agak tersendat.

Beberapa tetangga dekat dari responden yang masih mengingat

peristiwa itu seperti bu RHM yang sempat penulis wawancarai

juga mengatakan “kabeh wong gak ngiro nek kang Si iseh iso

urip, soale awake remek lan ora sadar-sadar” (Wawancara 18

Juni 2018).

Yang menarik adalah sesudah operasi. Berdasarkan diagnosis

dokter, ternyata ada bagian batok kepala yang rusak akibat

benturan benda keras. Pada waktu tim dokter memberitahu bahwa

batok kepalanya harus dipasang lagi (responden lupa pada kontrol

keberapa pasca operasi), responden yang mulai sadar dari

pingsannya, ditawari untuk dipasangkan kembali tempurung

kepalanya melalui operasi lagi, namun responden menolaknya. Di

samping karena keterbatasan dana, juga merasa usianya sudah tua

(62 tahun waktu itu) “dipasang ora dipasang yo podo wae bakale

mati wong wis tuwo” ucapnya sangat tersendat-sendat. Maka

pasca operasi jadilah kepalanya sebelah kanan (di atas telinga)

penyok ke dalam (karena tanpa penyangga tempurung kepala

lagi). Meski tim dokter saat itu sudah mengingat resikonya jika

tempurung tidak dipasang lagi. Namun dia tetap tidak ingin

dioperasi lagi. Dia hanya ingin melindungi kepalanya (saat itu

pakai perban terus), maka jadilah kepalanya penyok sebelah

seperti pada gambar (lihat lampiran).

Gambaran tersebut diperkuat oleh kesaksian tetangganya

wkatu sebelum penulis terjun ke lapangan (wawancara langsung

Page 43: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

36

dengan KS). Penulis pernah telepon ke tetangga tersebut (RHM),

tentang apakah kondisi KS sampai sekarang masih tetap penyok

kepalanya, tetangga ini menjawab “yo tetep penyok (khas Jawa

Timur) wong batok e ora gelem dipasang maneh, amergo kudu

operasi maneh” (Wawancara 30 Mei 2018). KS sendiri tidak

punya telepon, sehingga penulis mencoba menghubungi tetangga

KS tersebut.

Responden 3 (NJ)

Responden ini menceritakan tentang awal penyakitnya yang dia

rasakan sejak tahun 2000. Pada saat itu “wetenge kulo sakit terus

menerus, kulo obatke teng rumah sakit Ananda Blotongan

Salatiga”. Hasil diagnosis menyimpulkan bahwa responden

positif menderita tumor myoma di rahimnya. Maka operasi pun

dilakukan pada tahun itu juga di rumah sakit tersebut. Selang dua

tahun, perutnya terasa sakit kembali, tepatnya tahun 2002. Merasa

sudah menjalani operasi, responden terus menerus menempuh

pengobatan alternatif atas semua saran dari orang-orang di

sekitarnya. Namun ternyata pengobatan alternatif ini hanya

menghilangkan rasa sakit untuk sementara saja. Setiap sakitnya

terasa kembali, responden kembali minum obat, tanpa pernah lagi

konsultasi ke dokter lagi. Pada tahun 2004 responden

menceritakan “weteng kulo kroso wonten benjolan keras”,

rupanya benjolan tersebut adalah kanker myoma yang mulai

membesar dan menjalar. Namun lagi-lagi untuk mengatasinya

responden memilih pengobatan alternatif sekedar untuk

mengurangi rasa sakitnya. Pengalaman itu dia jalani hingga

pertengahan tahun 2007. Setelah badannya terasa tidak kuat lagi

maka responden dibawa ke RS Karyadi Semarang. Maka pada

tahun 2007 tersebut operasi pertama pun dilakukan. Kanker

myoma yang mulai membesar dikeluarkan. Sempat dirawat di

rumah sakit tersebut beberapa hari. Namun ternyata belum

sembuh juga, maka seminggu kemudian responden menjalani

operasi yang kedua. Setelah ditunggu beberapa hari, hasilnya

gagal juga “sudah ditambal tapi ijeh metu, bocor”, ucap

Page 44: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

37

responden yang dikuatkan suaminya. Ketika penulis ingin

mendapatkan keterangan yang lebih jelas dari pernyataan itu “apa

maksudnya bocor?” responden menjawab “kotoran kulo

menyebar kemana-mana akibat salah satu bagian usus kulo

lengket dengan dinding rahim hingga akhirnya usus itu bocor

(menurut responden, lengketnya usus tersebut akibat seringnya

melakukan pijat sebagai rangkaian pengobatan alternatif dari

tahun 2004-2007).

Dalam dua minggu, responden mau tidak mau menjalani

operasi yang ketiga, pada saat inilah sebetulnya responden

mengalami apa yang disebut Near-death Experience itu.

Mengapa? Karena dalam operasi yang ketiga ini (di tengah

kondisi fisik yang menjadi lemah akibat operasi dua kali

sebelumnya). Responden mengalami komplikasi. “usus kulo sing

bocor dipotong, tapi diluar perkiraan kotoran kulo (tinja)

ternyata pun nyebar kemana-mana, sampai ke jantung juga”.

Akhirnya pasca operasi responden dalam kondisi kritis dan

ditempatkan di ruang ICU. Menurut suaminya, karena panik, dia

konsultasi tentang kemungkinan bisa bertahannya istrinya “dokter

ketika itu bilang 50 % - 50 %. Berat badan istri saya saat itu

tinggal 30 kg, hanya tinggal tulang dan kulit, di dadanya banyak

kabel menempel, hingga saya selalu bilang ke pembesuk “kulo

pun pasrah”, cerita suaminya. Hal itu disebabkan pasca operasi

istrinya tidak sadarkan diri hingga satu minggu lebih. Pada saat

mulai sadar, responden selalu minta dimandikan, namun oleh

suaminya tidak dikabulkan permintaannya karena kondisinya

yang masih dalam perawatan serius pasca operasi. Operasi yang

ketiga itu membuat pasien menjadi lebih baik, karena ususnya

yang bocor dan busuk sudah dipotong dan disambung kembali

jika sudah sembuh. Kemudian dibuatkan lubang perut di bagian

samping, hingga BAB responden selama 5 bulan melalui perut

yang sudah dilubangi tersebut. “Tempat kotorannya, cholostomi

namanya, itu mahal bu, 30 ribu, saya belinya di apotek. Padahal

harus ganti baru setiap buang kotoran” kenang suaminya.

Setelah beberapa bulan dan diperbolehkan pulang, responden pun

Page 45: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

38

mulai sembuh dan mulai berjalan-jalan, sambil nggembol tempat

pembuangan kotoran di samping perutnya. Sekitar lima bulan

lamanya, responden menjalani pengalaman itu, kemudian

responden masih dalam tahun yang sama tahun 2007, menjalani

operasi yang keempat kali yaitu memasukkan usus dan

menyambungnya kembali dengan menutup bagian samping perut

yang dilubangi. Alhamdulillah sekarang sudah pulih kembali dan

bisa beraktivitas seperti semula (Wawancara 18 Agustus 2018).

Responden 4 (FD)

Penyakit yang diderita FD adalah kanker payudara. FD mulai

merasakan sakitnya pada tahun 2015. Meski sebetulnya jauh

sebelumnya ke arah itu sudah ada namun tidak dihiraukan. Saat

kanker tersebut mulai mengeluarkan nanah (stadium 4) FD mulai

tidak bisa tidur karena sakit yang luar biasa pada bagian payudara

kirinya. Awalnya dia mencari pengobatan alternatif kemana-

mana. Pada suatu saat dia pernah berobat ke Magelang, namun

dia tidak kuat dengan metode pengobatan itu karena dia harus

mengonsumsi morphine. Kemudian dilanjutkan berobat ke

Njuwangi. Bagian yang sakit ditancepi sodho (lidi) dan kemudian

ditarik pelan-pelan... mengalir deras cairan itu. Penulis sempat

bertanya netes begitu? FD menjawab tidak sekedar netes tapi

mengalir, ucap FD. Padahal pada pengobatan yang kedua ini (di

Njuwangi) FD sebelummya sudah pernah keluar masuk rumah

sakit Kensaras di Ungaran, tetapi tidak sembuh-sembuh. “Rasane

meh putus asa kuwit ngrasakke lorone” kata FD.

Dalam proses pengobatan penyakitnya itu sebanyak 22 kali di

sinar di rumah sakit namun penyakitnya tidak sembuh-sembuh,

juga hingga pada pertengahan tahun 2018 mengalami sakit yang

luar biasa saat infeksi di payudaranya mengalami pecah untuk

yang kelima kalinya (mecah ping gangsal). FD dilarikan ke

rumah sakit Kensaras kembali. Namun kali inisakitnya semakin

parah karena cairan dari infeksinya sudah masuk ke paru-parunya

hingga dia mengalami susah nafas di samping sakit nyeri yang

dideritanya. Akibat pernafasannya yang terganggu ditambah di

Page 46: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

39

UGD, rumah sakit Kensaras. Selama mengalami mati (suri). Oleh

karena keluarga yang kebetulan ada di rumah sakit sudah

memberikan kabar kepada keluarga di Sruwen untuk siap-siap

kedatangan jenazah. Kabar tentang mati surinya FD sempat

direspon oleh keluarga dengan hendak mengumumkan pada

warga melalui pengeras suara masjid. Dan selama menunggu

kedatangan jenazah itulah kemudian ada kabar bahwa FD

mengalami sadar kembali dari tidur panjangnya selama dua hari

dan mati (suri) justru menjelang sadarnya.

Lalu apa yang dialami selama mati suri tersebut? Saya seperti

berada di padang yang sangat luas tak bertepi baik panjangnya

maupun luasnya. Saya berdiri tegak sambil kebingungan-

kebingungan saya sempat berdoa “Gusti wangsulke kulo teng

alam kulo maleh Gusti” pintanya. Pada saat yang lain, saya juga

pernah merasa ada dalam rumah sakit tapi kecil (tidak seperti di

Kensaras). Di lorong rumah sakit itu, saya bertemu dengan

dokter kemudian saya (FD) minta agar saya diobati karena selak

tidak kuat, namun anehnya dokter tersebut menjawab “kalau mau

berobat silakan ke ruang sana”. Dokter tersebut berkata sambil

menunjuk ke arah kuburan, kisah FD. Kalau ingat itu saya masih

ngeri mengingatnya.

Sewaktu FD sadar, FD hanya merasa seperti pulang dari

galengan kecil di dekat rumah sakitnya. Hari-hari berikutnya

infeksi di payudara FD semakin mengering hingga salah satu

dokter yang memeriksa heran dengan kondisi FD. Dokter tersebut

berkata “ibu ini minum apa kok bisa kering?”. FD pun menjawab

“saya tidak minum apa-apa selain berdoa terus dokter” kata FD

sambil ingat masa-masa kritis itu dan menitikkan air mata. “Ini

betul-betul mukjizat bu” katanya. Andai ada orang yang mau

mengganti sehat saya ini dengan gunung emas, saya lebih

memilih nikmat sehat ini ketimbang harta” ucap FD.

Kembalinya FD ke rumah tentu disambut oleh keluarga

terutama oleh kedua anaknya dengan suka cita. Betapa tidak,

kepergian ayahnya yang belum begitu lama sudah membuat

mereka sedih, ditambah lagi sempat mati (suri) ibunya. Putrinya

Page 47: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

40

yang masih kuliah, AZ sempat menangis saat menceritakan

kembali kondisi ibunya yang dikiranya sudah mati saat itu.

Kini, penyakitnya FD sudah kering sama sekali, namun begitu

FD setiap hari masih minum obat dan vitamin untuk menjaga

kebugaran tubuhnya yang sempat kurus kering dan menghitam

akibat seringnya disinar di Kensaras. Ketika penulis tanya tentang

anaknya yang sulung kepada FD, FD pun menjawab “dia sedang

mengambil obat di Kensaras Ungaran bu. Saya ikut BPJS tapi

yang membayar bulanan itu bu”, FD mengakhiri ceritanya sambil

menyeka air mata.

C. Implikasi NDE pada Makna Eksistensial Diri dan Orientasi

Keagamaan

SS (Responden 1)

Setelah peristiwa sakitnya tersebut bisa teratasi dengan berobat

luar dalam seperti yang sudah tertulis sebelumnya, SS mulai

memulihkan kesehatannya hingga akhirnya dia mulai bekerja

meski sebagai pembantu rumah tangga di desanya itu terjadi pada

1996. Dia sempat menikah dan memiliki anak satu lagi dengan

suaminya yang dinikahinya pada tahun 1997. Namun kemudian

bercerai saat anaknya masih bayi. Setelah anaknya berusia 3

tahun responden ini mulai bekerja di Jakarta juga sebagai

pembantu rumah tangga. Setiap bulan dia mengirimkan uang

kepada ibunya untuk biaya hidup kedua anaknya yang tidak

memiliki ayah. Hari-hari berikutnya responden SS semakin kuat

dalam menjalani hidupnya, hingga akhirnya dia memutuskan

kembali lagi ke desa, hidup bersama ibu bapak dan kedua

anaknya. Hingga pada tahun 2010 dia memutuskan menikah lagi

dengan seorang duda beranak dua dan hidup bersama hingga

sekarang. Berikut adalah hasil wawancara seputar implikasi NDE

dalam kehidupan SS berikutnya.

“Setelah peristiwa yang kamu alami itu, kamu memaknai

penderitaan itu sebagai apa? Pripun nggeh ... lakone urip mawon

memang harus begitu”. Responden SS ini latar belakang

pendidikannya sampai SD kelas 6, sehingga terkadang

Page 48: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

41

menggunakan bahasa Indonesia. Lalu bagaimana memaknai

keberadaan hidup yang sekarang ini, responden ini menjawab

“nggeh kangge neruske laku urip sing luweh apik meneh

ketimbang sing wis-wis”. “Lalu bagaimana tentang adanya

kematian?” Responden ini menjawab “kulo pun nate badhe pejah,

jadi tentang kematian nggeh tetep takut, ning pripun, semua

orang bakal mati, bapak e kulo sakniki nggeh pun pejah”,

ucapnya. Ke depan, responden hanya ingin sehat dan hidup tidak

serba kekurangan. “Dalam hal keimanan, apakah ada tambah

imannya?” Responden ini menjawab “nggeh budhe ... sakite kulo

nyadarke kulo lan mbok e kullo, tentang pentingnya dongo, salat,

lan berbuat baik. Riyen kulo taseh bolong-bolong salate, posone,

alhamdulillah sakniki pun mboten bolong-bolong maleh. Bab

ngibadah kalo bisa ya jamaah menawi mboten nggeh teng griyo

lillahi taala. Bab zakat kulo dereng nate zakat, kecuali zakat

fitrah. Kalo shadaqah sedikit-sedikit ya usahakan jika pas ada

rizki”, ucapnya.

Di antara itu semua dia menyimpulkan bahwa penderitaan

yang dia alami sebelumnya telah menyadarkan dia tentang

pentingnya hidup yang lebih baik lagi, “cedak karo sing kuoso,

membantu sesama, jujur, lan rukun karo sopo wae ... jujur kulo

akoni kulo riyen kathah dosane budhe ... lorone kulo jalaran

dipenggawe S dadi pengeleng-eleng kangge uripe kulo, kangge

langkung sae maleh, amargi kulo sakniki sampun gadah

tanggungan anak loro (2). Pun cukup kulo mawon ingkang

ngraoske nasib meniko, ampun ngantos anak putu kulo

nglampahi nopo ingkang kulo lampahi riyen”.

Responden 2 (KS)

Dalam kondisi kepala yang diperban setiap hari, responden ini

menjalani kehidupannya kembali di rumahnya. Setelah berkali-

kali menjalani pengobatan di rumah sakit Karang Menjangan

Surabaya, uang tabungan pun sudah habis, sementara kehidupan

masih harus terus berlangsung. Menjadi nelayan? tentu tidak

mungkin, menarik becak? juga tidak mungkin. Satu-satunya

Page 49: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

42

benda yang masih tersisa saat itu adalah dua becaknya. Maka

dijuallah becak itu dan uangnya digunakan untuk mesin parut,

juga mesin penggiling beras jadi tepung, itu terjadi sekitar tahun

2004. Sebuah usaha yang bisa dikerjakan tanpa harus

meninggalkan rumah dan bisa dibantu istrinya. “Aku waktu itu

gur dadi kasir, sing abot-abot dikerjani pakiyan” cerita dia saat

itu sambil menunjuk istrinya.

Ketika penulis bagaimana perasaan responden setelah bisa

sehat dan bekerja lagi, responden ini menjawab dengan terbata-

bata sambil menitikkan air matanya “yo seneng, syukur, ora

nyongko nek bakal urip maneh, ndeleng remuke awakku wektu

kui”. Kalimat ini pun disempurnakan oleh istrinya, karena banyak

kata yang kurang jelas di pendengaran.

Rasa syukur itu responden wujudkan dalam kegiatan sehari-

hari, bekerja keras, dan lebih tertib dalam beribadah. Yang

responden harapkan hanyalah bisa sujud di depan ka‟bah bersama

istrinya yang telah memberinya kehidupan yaitu dengan

berangkat haji. Sedikit demi sedikit uang dikumpulkan, namun di

tengah perjalanan keinginannya itu, usaha penggilingan beras dan

parutan kelapa yang dimiliki mengalami surut pendapatan. Hal itu

disebabkan tepat di sebelah rumahnya tetangganya juga buka

usaha yang sama dengan responden. Istri responden sempat

menangis saat ingat sedihnya saat itu.

Secara bergantian, responden dan istrinya bercerita bahwa

usahanya yang pada awalnya begitu rame dan hasilnya

direncanakan untuk daftar haji (saat itu biaya haji tahun 2006

sekitar 7 juta). Sedikit demi sedikit mulai menurun dan sempat

pailit, karena hampir seluruh langganannya pindah ke usaha

tetangganya. “Bab iki aku kudu sabar, wong biyen wae naliko

loro iso sabar ngadepi lan puleh” ucap KS tersendat-sendat.

Artinya penderitaan yang dihadapi setelah NDE dipandang lebih

ringan dalam menghadapinya. Istri KS sempat berucap “saking

sepine aku sering keturon ning nggone selepan. Dadi ono wong

sing arep nyelepke yo podo pindah sebelah wong aku turu”.

Keduanya pun bersabar hingga akhirnya para langganannya satu

Page 50: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

43

persatu kembali lagi padanya dan kembali mampu menabung

kembali. Maka pada tahun 2006 keduanya berangkat ke tanah

suci.

Saat penulis tanya tentang pengalamannya waktu di tanah suci,

responden menjawab “koyo wong ngimpi, ora iso moco tulis kok

iso munggah kaji ...” (Wawancara 19 Juni 2018).

Berikut adalah hasil wawancara dengan responden yang

didampingi istrinya seputar apa yang dirasakan setelah NDE

berlalu.

Saat penulis tanyakan bagaimana responden memaknai

penderitaan yang dialaminya tersebut, responden menjawab “iku

ujian soko sing kuoso, aku iso sabar opo ora, nyatane aku

diparingi iseh iso sabar”. Lalu bagaimana memaknai tentang

keberadaan kita di dunia ini setelah peristiwa itu berlalu, “urip

kudune luwih manfaat kanggo dewe lan liyan”. Bagaimana

pendapat responden tentang kematian, “mbiyen aku kurang mikir

bab mati, nanging saiki aku wis ngroso cedhak mati, ngadep sing

kuoso, kanti ikhlas”. Saat penulis ajukan pertanyaan berikutnya,

responden agak sulit bicaranya maka istrinya yang menjawab,

“dewekne sadar nek bakal mati, mulo sregep ngibadah, ora tau

ngondo wong”.

Ke depannya responden ingin hidup tetap sehat, tetap iman

islamnya. Pengalaman yang nyaris membuat meninggal telah

banyak mengajarkan beberapa hal, misalnya “luwih sregep

ngibadah, keikhlasan, mbayar zakat, lan shadaqah, ora usah

mikir NU, Muhammadiyah sing penting niate Allah dibagi neng

tonggo”. Begitu jawaban responden yang banyak dibantu oleh

istrinya akibat ucapannya yang banyak terputus-putus.

Pada terakhir kali wawancara, saat itu istri responden

menambahkan “kupinge wis ora sepiro krungu, tapi nek krungu

adzan, jumratalah ngadek lan wudhu” (Wawancara 20 Juni

2018).

Page 51: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

44

NJ (Responden 3)

Sebagaimana pada dua responden sebelumnya, pengalaman Near-

death Experience yang dialami NJ juga membawa banyak pada

perubahan baik secara fisik, psikis, maupun teologis. Sebagai

contoh jika pada waktu responden ini sakit berat badannya tinggal

30 kg, maka saat ini berat badannya sudah 54 kg. Sementara

implikasi-implikasi yang lain akan diuraikan sebagaimana hasil

wawancara penulis dengan responden berikut ini.

Setelah sembuh dari sakit, bagaimana ibu memahami tentang

sakit yang pernah ibu derita? Responden ini menjawab “semua itu

merupakan ujian dari yang maha kuasa”. Menurut responden

semua hamba Allah akan diberi ujian oleh yang maha kuasa

sesuai titahe masing-masing. Saya tidak mengira bahwa saya

masih bisa sembuh setelah sakit 2007 itu. Karena pada waktu

saya kambuh yang kedua (tahun 2004) dengan tumbuhnya

benjolan keras di perut saya, saat itu saya merasa bahwa saya

tidak akan berumur panjang lagi. Oleh karena itu, saya langsung

mendaftar haji meski saat itu saya hanya sendirian. “Selak mati”

kata responden. Maka tahun 2004 dia menjalankan ibadah haji

dengan biaya 24 juta pada waktu itu, tanpa suaminya. Di samping

adanya rasa takut “selak mati” ibadah haji itu yang meski harus

menjual sebagian sawah tinggalan orang tuanya, juga dilandasi

keinginan untuk berdoa memohon kesembuhan pada penyakitnya.

Meski pada tahun 2007 dia mengalami lagi keadaan yang

kritis, namun saat ini responden pahami kondisi itu sebagai proses

kesembuhan yang saat ini responden rasakan. Dengan kata lain,

doanya selama menunaikan ibadah haji tetap dikabulkan oleh

Allah. Oleh karena itu, dalam sisa waktu hidupnya setelah masa

krisis itu berlalu, dia merasakan betapa Allah telah menolongnya,

maka saya juga harus banyak menolong orang yang sedang

“nyandang loro” , ucapnya. Demikian juga pada orang yang

kesripahan, saya selalu berusaha membantu sebisanya. Ikut

terlibat dalam proses mengurus jenazah, terutama jenazah

perempuan. “Rasane gelo banget menowo ora iso nginguk wong

loro, utowo ora iso ngewangi jenazah”. Pernyataan responden itu

Page 52: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

45

dibenarkan oleh beberapa tetangganya, salah satunya PJ. “Bu NJ

tersebut sudah lama sejak sembuh dari sakitnya dulu hingga

sekarang sangat sregep besuk orang sakit baik di rumah maupun

di rumah sakit sekalipun rumah sakitnya lumayan jauh. Demikian

juga terhadap warga desa yang meninggal, beliau selalu aktif

ikut memandikan dan mengkafani”. Memang sikap sosial dari

responden ini sudah menjadi kesaksian umum dari warga sekitar,

“selalu saja ada bu NJ dalam setiap ada kesripahan”, ucap MD

salah satu satu tetangga jauh lain dari responden. “Saya semakin

tidak takut menghadapi kematian karena saya pernah mau mati

(saat di ICU), makanya saya banyak melibatkan diri ngurusi

jenazah tetangga dekat maupun jauh. Toh ora urung aku yo bakal

mati”.

Di samping itu, responden ini juga dikenal sangat sosial

terhadap orang lain. Pada salah satu kesempatan wawancara

penulis dengan responden, kebetulan di depan rumahnya sedang

ada proyek desa memperbaiki selokan air. Dia setiap hari

menyediakan minuman dan kue untuk para tukang, meski hanya

secara sukarela.

Dalam hal orientasi keagamaan, kini responden sudah sangat

berubah. Sebagaimana diceritakan oleh responden bahwa

responden ini dibesarkan dalam kultur keberagamaan Nahdliyyin

yang sangat kuat. Kemudian dia menikah dengan PN (suaminya)

yang notabenya pengikut Muhammadiyah yang sangat kuat juga,

bahkan pernah menjadi ketua ranting di desanya, dan sekarang

sudah menjadi pengurus cabang. Pada awalnya meski keduanya

satu rumah, namun dalam beribadah masih mengikuti kultur yang

berbeda. Sebagai contoh, responden salat tarawih di masjid dekat

dengan rumahnya sesuai dengan tradisi Nahdliyyin, sedangkan

suaminya justru melakukan salat tarawih di masjid lain yang agak

jauh sesuai dengan kultur Muhammadiyah.

Namun setelah dia sembuh dari operasi yang terakhir itu

responden ini selalu mendampingi suaminya mengikuti salat

tarawih di masjid yang agak jauh itu, terutama saat suaminya

sedang mendapat jadwal sebagai imam tarawih di masjid tersebut.

Page 53: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

46

Ketika hal itu penulis tanyakan, mengapa sekarang sudah biasa

tarawih bersama suaminya, responden ini menjawab “sakniki kulo

mboten fanatik, semua baik, semua benar, maka terkadang saya

masih tarawih di masjid dekat rumah saya ini juga. “Saya juga

selalu berusaha sak iso-isone nderek kurban mben tahun sebagai

rasa syukur pada Allah yang sudah menolong saya” ucap

responden.

FD (Responden 4)

Menghadapi sakit yang luar biasa dari kanker payudara dan

sekitarnya yang sudah lama membengkak penuh nanah dan

akhirnya mecah bukanlah sakit yang biasa. FD sempat mengeluh

akibat penderitaan yang bertubi-tubi dan hampir hampir

bersamaan waktunya. Dia bercerita bahwa dia sempat mengeluh

pada Tuhan “Nopo Allah kirang kathah maringi cobaan kaleh

kulo, bojo sakit, kulo piyambak nandang sakit”, itu diucapkan

sewaktu suaminya masuk dirawat di RSUD Boyolali, sementara

dia menderita sakit sebelum dibawa ke RS Kensaras.

Sewaktu penulis tanyakan jika sekarang sudah diberi

kesembuhan bagaimana pandangan FD tentang sakit yang

kemarin? Dalam hal ini FD menjawab “sakit yang kemarin

sebagai pelajaran yang sangat berharga buat saya, buat hidup

saya, bahwa hidup ini hanya sebentar “wong urip gor mampir

ngombe”. Setelah saya diparingi sembuh oleh Allah, saya merasa

eman-eman jika hidup ini tidak untuk ibadah. Dari sakit saya

yang kemarin saya menjadi sadar untuk mengurangi nafsu donyo

(nafsu dunia) dan bahwa untuk kembali padaNya harus

beribadah. Dalam setiap selesai salat, saya selalu berdoa untuk

tetap nyuwun kesana (kembali kepada Allah, dan tidak mati

sebagai arwah yang nyasar). Melalui ibadah saya ingin dekat

denganNya, ucap FD.

Bagaimana menghadapi kematian? FD menjawab “jujur kulo

taseh wedi bab kematian, bukan takut mati itu sendiri, tapi saya

takut mati nyasar, sangune mati dereng gadah bu...”. saat ini FD

berusaha mengisi hari-harinya untuk beribadah sambil bekerja

Page 54: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

47

buka toko sembakonya. Ikut pengajian, demikian juga rajin

bersosial. Bahkan pada saat penulis sedang wawancara di

rumahnya (tanggal 25 Agustus 2018) sempat ada seorang tamu.

Setelah dipersilakan masuk ternyata tamu itu hanya mengabarkan

bahwa sore itu ada pengajian toriqot Qadiriyah di Desa Doglo

Boyolali. Apakah ibu sudah lama mengikuti toriqot ini? FD

menjawab “ya, sejak saya sakit”. Apa yang paling penting dari

kegiatan toriqot tersebut? FD menjelaskan bahwa menurut Pak

Kyai.. dengan bertoriqot hidup dan mati kita ada yang menuntun,

yaitu para mursyid, sehingga selalu terjamin ke jalan yang benar.

Misalnya dengan laku dzikir dan wirid setiap selesai salat harus

rutin. “Kulo rutin menjalankan amalan, dzikir, dan lain-lain. Pak

Kyai itu pirso menawi ada salah satu jamaah yang tidak

melakukan amalan, padahal jamaahnya banyak sekali”.

Bagaimana ibu memaknai makna hidup ini setelah ibu sembuh

dari sakit? “seperti wau kulo pun matur, urip iki ora suwe gur

koyo mampir ngombe, milo kulo kedah terus golek sangu kangge

sewaktu-waktu ngadep sing kuoso”.

Saat penulis menanyakan tentang harapan ke depannya?

Responden menjawab dengan singkat, pengen sehat, menawi

pejah nggeh mbalik wonten ngersane Allah, mboten nyasar.

Responden merasa dengan penyakitnya tersebut perasaan dekat

dengan Tuhan semakin dirasakan terlebih setelah mengikuti

toriqot. “Seperti ada yang terus menuntun dalam beribadah dan

berdzikir saya”, ucapnya. Dalam seminggu sekali responden FD

juga katif dalam pengajian yang diadakan oleh masyarakat di

sekitarnya, seperti pengajian yasinan, manaqiban, atau tahlil.

Dalam pengajian tersebut sekaligus terselip kegiatan “sosial

kemasyarakatan sebagaimana pernyataan IS (keluarga FD) “FD

aktif nderek pengaosan seminggu sepindah, meski mboten dados

pengurus, soale riyen kulo nate pas mriko piyambak pas tindak

ngaos bu” ucap IS (Wawancara 8 September 2018).

Page 55: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

48

BAB V

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

A. Polarisasi dan Sekuensi NDE

Data penelitian tentang NDE berasal dari orang-orang yang dalam

hidupnya pernah mengalami situasi di mana di dalamnya mereka

pernah merasa dekat dengan kematian, pernah merasa sedang

dalam kematian, atau bahkan pernah merasa mati, “NDE are

reprorted by people who lived through a situation in which they

were felt to be near death, dying, or even dead” (Knoublauch,

2001: 16).

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa responden

dalam penelitian ini terdiri dari 4 orang yaitu NJ, FD, KS, dan SS.

Satu di antara responden tersebut berjenis kelamin laki-laki.

Keempat responden tersebut pernah survive dalam melawan

penyakit yang beresiko kematian atau pernah mengalami

kecelakaan berat yang mengancam jiwanya.

Dilihat dari pemicu terjadinya NDE, NJ dan FD pemicunya

adalah kanker myom dan kanker payudara. Sementara KS

pemicunya karena kecelakaan berat yang berakibat pada rusaknya

batok kepala. SS awal mulanya adalah depresi yang kemudian

merambat menjadi sakit secara fisik. Seluruh tubuhnya bengkak-

bengkak dan lemes sehingga dalam waktu yang lama SS hanya

bisa terbaring di amben.

Responden NJ dan FD juga KS semuanya pernah diopnam di

rumah sakit dan ketiganya pernah mengalami koma selama 2 hari

bahkan FD sempat mengalami OB (out of body) atau mati suri.

Sementara untuk SS, responden ini tidak pernah diopnam, di

samping karena persoalan minimnya dana dan keyakinan

keluarganya terhadap sakit yang diderita adalah lebih dikarenakan

“dipanggawe orang” (disantet orang), bukan sakit “sak baene”

(bukan sewajarnya). Maka di samping terkesan berusaha berobat

ke dokter, responden SS lebih banyak mengandalkan pengobatan

alternatif, dengan mendatangkan orang-orang pinter (dukun) ke

rumahnya.

Page 56: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

49

Paparan tersebut di atas menyimpulkan bahwa setiap peristiwa

NDE selalu memiliki kondisi-kondisi yang menjadi pemicunya.

Brogetha menyebut kondisi-kondisi tersebut adalah situasi fisik

yang ekstrem atau juga berupa distress emosional (2013: 82). Hal

yang sama juga disebutkan dalam “International Association of

Near-Death Studies (IANDS) bahwa kriteria NDE bisa berupa

kondisi kritis fisik maupun emosional yang mendekati kematian

ataupun tidak (http//lands.org).

Owens dkk (1990: 1175) menulis bahwa NDE terjadi pada

individu yang mendekati kematian baik dinyatakan meninggal

secara medis atau tidak, dan dapat mengingat peristiwa sewaktu

mengalaminya, serta pada individu yang tidak mendekati

kematian, namun meyakini bahwa ia mengalaminya.

Komaruddin Hidayat dalam bukunya Psikologi Kematian

menyebut bahwa “sakit dan celaka adalah jembatan ke arah

kematian” (2013: XXI). Namun harus dipahami bahwa tidak

semua sakit parah atau kecelakaan pasti berakhir dengan

kematian. Karena banyak juga yang tidak sakit atau mengalami

kecelakaan, mereka juga meninggal dunia. Yang pasti adalah

bahwa kematian itu akan terjadi pada setiap jiwa yang hidup dan

jika saatnya tiba kematian itu tidak pernah ditunda ataupun

dimajukan waktunya. Sebagaimana tersebut dalam Q.S. Anbiya:

35 dan An-Nahl: 61.

نا ت رجعون نةا وإلي ر والي فت لوكم بلشه كل ن فس ذائقة الموت ون ب Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami

akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai

cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah

kamu dikembalikan”. (Q.S. Anbiya: 35)

فإذا جاء أجلهم لا يستأخرون ساعةا ولا يست قدمون Artinya: “Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan)

bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang

sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya”. (Q.S. An-Nahl:

61)

Page 57: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

50

Itulah sebabnya dalam konteks penelitian ini didapatkan

beberapa responden yang meskipun mereka pernah mendekati

kematian, akibat sakit parah, kecelakaan, dan kondisi psikofisik

yang rumit dan dalam waktu yang lama, bahkan di antara mereka

responden itu ada yang sudah mengalami mati suri. Namun jika

kematian itu belum waktunya, mereka tetap bisa survive melalui

ikhtiar yang ada.

Menarik disimak analisis Komaruddin Hidayat bahwasanya

“pengalaman NDE, pengalaman mati suri dapat memperkuat

ajaran Alquran bahwa kematian itu adalah berpisahnya ruh

dengan jasad. Namun ruh itu tidak mati, melainkan memasuki

dunia (alam) baru. Dalam mati suri ruh keluar dari badan

kemudian masuk lagi ke tubuh semula (2013: 156-157).

B. Implikasi NDE Bagi Subjek

Berbicara tentang implikasi NDE, sesungguhnya tidak terbatas

pada implikasi yang bersifat subjektif saja, namun juga memiliki

implikasi yang bersifat objektif juga. Artinya pengalaman NDE

tidak hanya memberi kesadaran baru bagi subjek NDE semata,

namun dapat juga menjadi pelajaran bagi orang lain. “Regardless

of the causes or interpretations of NDE, however, they are

consistently assosiated with profound and long-lasting after

effects on experiences, and may have important implication for

non-experiencers as well” (Greyson, 2015: 787).

Bukankah dalam sebuah hadis diajarkan

وت كفى

واعظا بلم

Artinya: “Siapapun orangnya bisa belajar banyak dari kasus

kematian seseorang”.

Secara empirik ternyata hal itu tidak saja terjadi di mana

seseorang belajar dari kematian orang lain, namun bisa juga

terjadi seseorang belajar banyak dari kematian diri sendiri (kasus

mati suri), atau seseorang belajar banyak hal dari pengalamannya

yang pernah merasa sedang dalam proses kematian, atau

mendekati kematian (NDE).

Page 58: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

51

Secara keseluruhan implementasi NDE pada kesadaran

eksistensial dan orientasi keagamaan dapat disarikan sebagai

berikut.

Responden NJ dan KS, melihat dan memaknai penderitaan

yang dialaminya sebagai ujian dari Yang Maha Kuasa. NJ

menambahkan bahwa ujian tersebut adalah dalam konteks

keimanannya, sementara KS berkaitan dengan kesabarannya.

Responden FD memaknai yang berbeda, bahwa sakit yang

dialaminya sebagai pelajaran agar dirinya tidak terlalu larut dalam

nafsu keduniaan. Sementara SS melihat bahwa derita panjang

yang dialaminya merupakan takdir yang harus dijalani (lakoni

urip). Masing-masing jawaban initentu berkaitan dengan

pengalaman subjektif masing-masing responden, termasuk di

dalamnya tentang intensitas penghayatan agamanya.

Selanjutnya tentang memaknai hidup yang sekarang ini, bagi

NJ “hidup harus bermanfaat, bagi diri sendiri dan orang banyak,

diberi kehidupan kembali (setelah sakitnya) adalah sangat penting

dan berharga sehingga dia berjanji pada diri sendiri akan selalu

hadir membantu pada orang yang sedang sakit keluarganya atau

sedang menghadapi kematian “rasane arep nulung menowo

weroh loro, wong mati, nek ora rasane gelo”. Berbeda dari NJ,

responden FD melihat hidup saat itu (setelah sembuh) sebagai

sesuatu yang hanya sebentar saja “gur koyo mampir ngombe”.

Artinya hidup ini tidaklah abadi, semua akan kembali kepada

keabadian dan Yang Maha Abadi. KS menggambarkan makna

hidupnya sekarang ini yang terpenting adalah untuk mendekatkan

diri pada Tuhan (nyedhak karo Sing Kuoso). KS sadar bahwa

sebelum mengalami NDE, KS merasa jauh dari kehidupan agama.

Sehingga saat dia diberi kehidupan kembali maka tidak ada

pilihan lain kecuali mendekatkan diri padaNya, terlebih sekarang

usianya sangatlah tua. Demikian juga dengan responden SS

memaknai hidup yang sekarang ini sederhana saja,”saya harus

lebih baik dari yang kemarin”. SS sadar bahwa waktu dia

mengalami cobaan hidup itu, usianya baru 20 tahun. Pergaulan

Page 59: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

52

bebas, kewajiban salat yang sering dia lalaikan menyadarkan dia

tentang pentingnya hidup yang lebih baik lagi dalam segalanya.

Selanjutnya aspek penting dari hasil wawancara dengan para

responden adalah bagaimana harapan ke depannya setelah

peristiwa NDE ini berlalu? Jika ditilik dari usianya, para

responden dalam penelitian ini, yang termuda 46 tahun (SS), 52

tahun (FD), 58 tahun (NJ) dan 78 tahun (KS). Sehingga bisa

dikatakan, rata-rata sudah memasuki usia lanjut usis. Oleh karena

itu, rata-rata responden menginginkan ke depan kehidupan yang

lebih sehat, meskipun dengan tekanan kalimat di belakangnya

yang berbeda-beda. FD misalnya “ingin hidup tetap sehat,

meskipun dengan pas-pasan agar bisa tenang dalam ibadah. SS

berharap ke depan dapat hidup sehat terus, dan tidak lagi

kekurangan, NJ berharap diberi kesehatan terus agar bisa

membantu sesama, sementara KS juga berharap sehat terus seperti

saat ini untuk beribadah.

Perbedaan pada tekanan setelah kata “sehat” juga sangat

berhubungan dengan kondisi subjektif masing-masing responden.

Misalnya FD merasa bahwa banyak harta pada kehidupan

sebelumnya tidak mampu membuat dia rajin ibadah dan sehat.

Maka apa yang diharapkan dalam kehidupannya yang sekarang

adalah hidup yang sehat meski pas-pasan. Sementara SS, masa

kecil dan remaja yang serba kekurangan menjadikan dia berharap

di samping sehat juga tercukupi kebuutuhannya. Bagi NJ selalu

menguatkan keinginannya untuk mengabdikan diri pada orang

yang sedang kesusahan maka dia harus sehat. NJ sadar kebaikan

Tuhan harus dibalas dengan kebaikan terhadap sesama.

Responden KS berharap sehat agar mampu melanjutkan

ibadahnya di hari-hari tuanya.

Menghadapi kematian adalah bagian penting dari kesadaran

yang ditimbulkan sesudah seseorang mengalami NDE, karena

NDE itu sendiri sangat berkait dengan dekatnya kematian. Lalu

bagaimana kesimpulan dalam masalah menghadapi kematian ini?

Apakah para responden masih merasa takut dalam

menghadapinya?

Page 60: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

53

KS, usianya saat ini sudah 78 tahun, meski sebelumnya jarang

berpikir tentang kematian, namun saat ini dia merasa sudah dekat

dengan kematian, “wis ikhlas kapan-kapan wae ngadep Sing

Kuoso”. FD, pengalaman pernah mati suri, yang kemudian

dimaknainya sebagai mati nyasar, membuatnya masih takut

menghadapi kematian. Alasannya takut mengalami lagi mati yang

nyasar (tidak kembali pada Allah) dan juga karena merasa belum

banyak bekalnya (FD mengalami NDE sesudah lebaran 2018).

Bagi SS penderitaan panjang yang dialaminya dimaknai sebagai

pengalaman dekat dengan kematian. Meski begitu baginya

kematian masih tetap menakutkan, namun SS sadar bahwa setiap

orang toh bakal mati. Berbeda dari semuanya, NJ yang

menyatakan tidak takut mati dan kapan saja dipanggil sudah

merasa siap. NJ sadar sudah berkali-kali merasa mau mati

sehingga saat ini mati itu tidak menakutkan lagi.

Implikasi lain dari pengalaman NDE bagi para responden

adalah kemungkinan adanya peningkatan kesadaran dalam

beribadah. SS menggambarkan deritanya yang panjang membuat

saya dan juga ibu saya sadar akan pentingnya salat dan berdoa.

“Dulu salat saya masih bolong-bolong, sakniki sak saget-sagete

salat jamaah, nek mboten nggeh salat wonten omah”. Sementara

KS, menurut penuturan istrinya, meski pendengarannya sudah

mulai berkurang, tapi setiap mendengar suara adzan, KS

jemarantah ngadhek untuk wudhu dan salat. Bagi FD kegiatan

ibadah saat ini menjadi kegiatan paling penting, juga baca

Alquran dan dzikir seperti yang diajarkan dalam toriqot yang

diikutinya. Responden NJ merasa setelah NDE, salatnya lebih

baik (tertib dan awal waktu). Juga sering berjamaah di masjid,

karena salat adalah cara mendekatkan diri kepada Allah.

Oleh karena itu, para responden memberi jawaban yang

seragam tentang adanya perasaan yang lebih dekat kepada Tuhan,

yaitu melalui NDE menjadikan mereka merasa dekat dengan

Tuhan jika dibanding dengan sebelumnya.

Persoalan yang terakhir adalah berkaitan dengan implikasi

NDE pada munculnya kesalehan sosial atau orientasi keagamaan

Page 61: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

54

yang lebih luas dan intrinsik. Pada bagian ini indikator yang

dipakai antara lain berkurangnya kecenderungan materialistik

semata, lebih peduli dengan sesama, dan beribadah semata-mata

karena agama bukan karena emosional.

Bagi KS, minimnya pengetahuan agama, membuat dia belum

merasakan pentingnya untuk bersadaqah. Namun setelah

peristiwa kecelakaan itu, melalui pengajian-pengajian yang ada,

KS akhirnya mulai menyadari pentingnya berbagi. Setiap bulan

puasa KS menyuruh istrinya untuk mengeluarkan zakat fitrah dan

zakat mal yang langsung dibagi ke tetangga sekitar. Di samping

itu KS juga bertambah rajin ikut apa yang dia sebut sebagai “opo

kewajibane tonggo”. Sementara FD, merasa setelah dia sembuh

dari sakitnya FD mulai merasa tidak perlu terlalu ngoyo terhadap

keduniaan, kerja seadanya di rumah, juga aktif ikut pengajian

fatayatan. Di samping itu FD juga mengikuti toriqot, hal yang

belum pernah dilakukan sebelumnya. Di samping untuk

memperkuat amalan-amalan ibadah juga memperoleh pergaulan

yang lebih lua. NJ merasa pemahaman agamanya kian positif, jika

sebelumnya dia hanya mau berjamaah di masjid yang sesuai

dengan kultur organisasi keagamaannya, kini NJ memandang

semua masjid baik. Oleh karena itu dia sudah terbiasa salat

berjamaah di masjid yang lain. NJ juga dikenal sangat „entengan‟

(suka menolong) pada orang lain. Demikian juga dengan SS

terlahir dari keluarga dengan kultur keislaman tertentu, namun

pasca sakitnya sembuh, SS aktif dalam setiap pengajian, baik

yang sesuai dengan kultur keislaman keluarganya maupun yang

tidak, yang penting „ngaji‟ katanya. Tentang zakat fitrah, SS

sudah biasa melakukannya, tetapi kalau zakat mal dia merasa

belum mampu. Hanya shadaqah terkadang dia lakukan pada anak-

anak kecil jika lagi ada rezeki, katanya.

Paparan tersebut di atas mengisyaratkan bahwa ada beberapa

elemen penting yang merupakan implikasi dari peristiwa NDE

bagi masing-masing subjek, yaitu aspek kognitif, aspek afeksi

yang semuanya berhubungan dengan kesadaran yang lebih tinggi

berupa transenden diri pada kemanusiaan dan ketuhanan.

Page 62: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

55

Persoalan terpenting selanjutnya adalah bagaimana menjaga

kontinuitas dari kesadaran baru yang sudah diperoleh oleh para

responden tersebut, agar terus berkembang dan sebaliknya tidak

kian menyusut, sebagaimana sering diperingatkan dalam Alquran

salah satunya adalah dalam Q.S. Yunus: 12.

ا كشفنا عنو ا ف لمه ا أو قائما وإذا مسه الإنسان الضر دعان لنبو أو قاعداو كذلك زين للمسرفين ما كانوا ضرهه مره كأن ل يدعنا إل ضر مسه

ي عملون Artinya: “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa

kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri,

tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia

(kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak

pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang

telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas

itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan”.

Sesungguhnya semua pengalaman yang digambarkan oleh

responden merupakan teks kehidupan yang penting dibaca oleh

siapa saja. Karena kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi esok

pagi, di bumi mana kita akan mati.

ا وما تدري ن فس بي أرض توت وما تدري ن فس ماذا تكسب غداArtinya: “Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui

(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada

seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan

mati”. (Luqman: 34)

C. Near-Death Experience dan Konteks Religious Experience

Jika kita mencermati kembali jawaban para responden saat

wawancara, tentang bagaimana respon dan persepsi mereka

tentang cobaan yang pernah diterimanya hingga mengalami NDE,

maka kita akan dapat menyimpulkan narasi mereka selalu

Page 63: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

56

menyertakan Tuhan di dalamnya. Misalnya cobaan yang saya

alami sebagai pelajaran, sebagai ujian, sebagai peringatan dari

Tuhan. Dengan kata lain, para responden melihat pengalaman

NDE dari sudut agama, atau secara tidak sengaja mempersepsi

pengalaman mereka itu sebagai pengalaman agama.

Itulah sebabnya Greyson menulis bahwa mayoritas subjek

NDE berpendapat bahwa pengalaman NDE sebagai a spiritual

experience and frame, their understanding of it in spiritual

religious terms (Humanities, 2015.4: 777). Konsekuensi lebih

lanjut dari adanya persepsi seperti itu munculnya kecenderungan

para subjek NDE menjadi lebih religius, “morever the NDE is

increase individual religiousity” (Jurnal NDE Studies, 2001: 20).

Lalu di mana konteks religious experience-nya? Strickland

dalam bukunya The Psychology of Religious Experience

menyebutkan “Tuhan harus dipandang sebagai satu bagian yang

tak terpisahkan dari setiap pengalaman yang disebut pengalaman

agama (Islamiyah, 2013: 103). Demikian juga Ismail Alfaruq

(1981: 16) dalam bukunya Religious Experience in Islam

mengatakan bahwa “pada intinya pengalaman agama dalam Islam

adalah Tuhan”.

Dengan demikian jelaslah keterkaitan antara NDE dan

Religious Experience. Dalam NDE subjek merasa lebih mengenal

Tuhan, dan dan output dari NDE sendiri adalah kehidupan yang

lebih religius. Hal ini bisa kita lihat melalui hasil penelitian ini.

Sabon dalam hal ini cenderung menggunakan kategori yang

lebih abstrak dan cenderung menghubungkan NDE ini dengan

studi Religious Experience. Bagi Sabon NDE ditandai sebagai

pengalaman tak terperikan (ineffability), perasaan berada dalam

proses kematian, adanya keterpisahan tubuh (bodily separation),

dan lain-lain (Knoublauch, 2001: 18).

Betapapun NDE sering dipandang sebagai studi psikologi,

namun karena muatan dalam peristiwa NDE melibatkan banyak

jenis pengalaman (fisik, psikis, dan agama), menjadikan setiap

kajian tentang NDE terbuka berbagai interpretasi dan analisis,

Page 64: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

57

termasuk analisis normatif teologis, psikologis, psikologi agama,

maupun medis.

RH. Thouless dalam bukunya An Introduction to The

Psychology of Religion menyebut pengalaman agama sebagai

pengalaman afektif yaitu pengalaman emosional secara batin yang

erat hubungannya dengan Tuhan (1971: 39). Menurut Thouless

(1971: 15-16), faktor pengalaman termasuk di dalamnya

pengalaman agama (pengalaman afeksi) menjadi salah satu faktor

yang dapat menghasilkan perilaku agama di samping tiga faktor

lainnya (faktor sosial, faktor kebutuhan, faktor proses berpikir).

Dalam kaitan ini, pengalaman agama diperoleh oleh para

responden melalui peristiwa NDE tersebut.

Page 65: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

58

BAB VI

KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka hasil

penelitian ini menyimpulkan:

Near-death experience merupakan pengalaman seseorang yang

pernah merasakan dekat dengan kematian, pernah merasa sedang

dalam kematian, atau bahkan pernah merasa mati. Kondisi-

kondisi yang menjadi pemicu NDE bisa berupa penyakit yang

sangat accute (misalnya yang terjadi pada responden NJ dan FD),

kecelakaan yang hebat (seperti responden KS) atau kondisi

psikosomatik (responden SS).

Meskipun para responden cukup beragam dilihat dari usia

waktu mengalami NDE (22 sampai 62) tahun, aspek penyebab

NDE maupun tingkat pengetahuan mereka, baik pengetahuan

umum maupun agama, (religious literacy), namun mereka

memiliki kesamaan perspektif terhadap peristiwa yang pernah

dialami, yaitu menggunakan narasi agama (ketuhanan). Misalnya

NDE sebagai ujian kesabaran, ujian keimanan, sebagai pelajaran,

dan peringatan dari Tuhan. Dengan kata lain, NDE dimaknai

bukan semata-mata peristiwa medis atau fisik belaka, bukan

semata-mata peristiwa psikis, namun mereka mempersepsi

sebagai pengalaman keagamaan.

Oleh karena itu, NDE dalam penelitian ini memiliki implikasi

yang sangat kuat dan mendalam dalam hal kesadaran beragama

baik secara vertikal maupun horisontal. Misalnya dalam hal

kesadaran tentang eksistensi Tuhan, makna eksistensi manusia

dengan segala ujian yang ada, pentingnya doa dan ibadah,

perasaan lebih dekat dengan Tuhan, kesadaran tentang pentingnya

mempersiapkan kematian, pentingnya kebaikan bagi kehidupan

bersama, dan sikap toleran.

Implikasi tersebut tidak hanya bersifat personal individual bagi

subjek NDE, namun juga berpengaruh bagi orang-orang di luar

subjek NDE.

Page 66: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

59

Hal lain yang bisa disimpulkan dari penelitian ini adalah

meskipun sudah pernah mengalami dekat dengan kematian, dua

responden masih merasakan takutnya menghadapi kematian,

sementara dua yang lain merasa pasrah menghadapinya.

B. Penutup

Rasanya tidak ada perasaan yang bisa diungkapkan dengan

selesainya penelitian ini, kecuali ucapan syukur kepada Allah

Swt, atas segala ridho, inayah, dan petunjukNya, sehingga

penelitian ini dapat penulis selesaikan.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses

penelitian ini dari awal hingga selesai. Terima kasih kepada mbak

Titik dengan segala jerih payahnya dalam pengetikan dan

pengeditan penelitian ini juga masukan referensi yang sangat

berharga. Secara khusus penulis ucapkan juga kepada para

responden yang telah meluangkan waktunya mau berbagi kisah

dan cerita yang sangat mengharukan dan menginspirasi tentang

pentingnya semangat survive dalam penderitaan yang ada,

jazakumullah khairan katsiran.

Penulis menyadari, penelitian ini belm merupakan penelitian

yang sempurna dan komprehensif. Namun begitu penulis

berharap hasil penelitian ini ada manfaatnya bagi studi dan kajian-

kajian berikutnya.

Yang terakhir, ucapan terima kasih kepada IAIN Salatiga

melalui unit LP2M yang telah memfasilitasi penelitian ini dari

awal hingga akhir.

Salatiga, 25 September 2018

Djami‟atul Islamiyah

Page 67: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

DAFTAR PUSTAKA

Al Faruqi, Ismail. 1981. Religious Experience in Islam. Penerj.

Aleftheria Wasim. Yogyakarta: Ushuluddin IAIN Suka Press.

Bastaman, Hanna Djumhana. 2005. Integritas Psikologi dalam Islam.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Braghetta, Camila C. 2013. “Impact of a Near-death Experience and

Religion Convertion on The mental Health”. Journal of Trendy

Psychiatry Psychiater, Vol. 35, No. 1, hlm: 81-84.

Daradjat, Zakiyah. 1976. Psikologi Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Donovan, Peter. 1979. Interpreting Religious Experience. London:

Sheldon Press.

Greyson, Bruce. 2015. Western Scientific Approach to Near-death

Experiences. Humanities, 2015, 4, 775-796.

http://iands,org/ndes/aboutndes/key-nde-facts21.html, diakses 29 Mei

2016 jam 11.15 WIB.

Islamiyah, Djami‟atul. 2013. Psikologi Agama. Salatiga: STAIN

Salatiga Press.

Jongenel, J.A.B. Introduction to The Scientific Study of Religion...,

Vol. I, 1978, Naipos (penerjemah), Jakarta: Gunung Agung.

Knoblauch, Hubbert, dkk. Different Kinds of Near-death Experience:

A Report on A Survey of Near-death Experiences in Germany,

Journal of Near-death Studies, September, 2001, Human Sciences

Press, INC.

Malony, Newton (ed). 1977. Current Perspective in The Psychology

of Religion. USA: William Terdmans Publishing Company.

MC Fadden, Susan (ed). 2004. Aging and The Meaning of Time. New

York: Springer Publishing Company.

Moleong, Lexy. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.

Bandung: Tarsito.

Owens, dkk. 1990. Features of NDE in Relation to Wether or Not

Patients were Near-Death, Lancet, Vol. 336, 1990: 1775.

Rahmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Agama. Bandung: Transito.

Page 68: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

Spilka, Bernard, dkk. 1996. The Psychology of Religion (An Empirical

Approach). New Jersey: Prentice Hall INC.

Suryanto, Bagong (ed). 2007. Metode Penelitian Sosial. Jakarta:

Kencana.

Thouless, R.H. 1971. An Introduction to The Phychology of Religion.

London: Cambridge University Press.

Page 69: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

INDEKS

A

Accute 58

C

Cholostomi 37

D

Die with life 2

E

Ekstrinsik 7, 14

Entengan 54

G

Grounded 23

H

Hikmah 13

I

Interest 11

Intrinsik 7, 14, 54

Instrumental 14

J

Jempe 34

K

Key informan 19

Kronologis 20

L

Lunglit 32

M

Member check 22, 23

Morphine 38

Mati suri 30, 39, 48, 50,

53

N

Nggembol 38

Near death experience 1, 3, 4,

5, 6, 7, 9, 10, 16, 18, 23, 37,

44, 48, 49, 55, 58

O

Orientasi keagamaan 2, 4, 5,

7, 14, 24, 40, 45, 51, 54

Output 24, 56,

Out of body 48

P

Penyok 34, 35, 36

Peak experience 6

R

Religious literacy 58,

S

Sambatan 34

Sekuensi 48

T

Tahlil 47

The meaning of life 12

U

Utilitarian 14

Page 70: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN WAWANCARA DENGAN

RESPONDEN

Wawancara dengan responden SS

Wawancara dengan responden NJ

Wawancara dengan responden KS

Responden KS dengan kondisi

kepala tanpa batok sebelah

Page 71: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

Wawancara dengan responden FD

Diskusi Penyempurnaan Proposal

Penelitian

Diskusi Penyempurnaan Proposal

Penelitian

Focus Group Discussion (FGD)

Penelitian

Page 72: NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA PADA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9052/4/4. Near...Penelitian Dasar Pengembangan Program Studi (PDPS) NEAR-DEATH EXPERIENCE, IMPLIKASINYA

Focus Group Discussion (FGD)

Penelitian

Seminar Hasil Penelitian

Seminar Hasil Penelitian