Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

15
Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks Zenny Rahmawati, Karsono Hardjosaputra Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia Juli 2014 E-mail: [email protected] Abstrak Nama : Zenny Rahmawati Program Studi : Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Judul : Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks Penelitian ini dilakukan terhadap naskah Raden Sulam yang diperkirakan diciptakan pada tahun 1788 Jawa atau 1866 Masehi di Pedawang, Demak. Naskah berisi cerita petualangan Raden Sulam, putra mahkota Bandaralim yang ingin menuntut ilmu tentang Islam. Pengembaraannya diwarnai dengan kisah percintaan, peperangan, dan pengajaran seseorang masuk Islam. Naskah Raden Sulam dianggap tunggal, tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomer panggil KBG 548. Penelitian bertujuan menyajikan edisi teks naskah Raden Sulam supaya dapat dibaca dan dipahami oleh masyarakat umum. Hal pertama yang dilakukan adalah inventarisasi naskah, lalu mendeskripsikan, dan terakhir menyunting dengan edisi standar. Metode kritik teks yang digunakan adalah metode intuitif. Kata Kunci : Islam, naskah pesisiran, naskah Raden Sulam, suntingan teks Raden Sulam Manuscript: Edited Text Abstract Name : Zenny Rahmawati Study Programe : Javanese Literature Tittle : Raden Sulam Manuscript: Edited Text Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Transcript of Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Page 1: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Zenny Rahmawati, Karsono Hardjosaputra

Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Juli 2014

E-mail: [email protected]

Abstrak

Nama : Zenny Rahmawati

Program Studi : Sastra Daerah untuk Sastra Jawa

Judul : Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Penelitian ini dilakukan terhadap naskah Raden Sulam yang diperkirakan diciptakan pada

tahun 1788 Jawa atau 1866 Masehi di Pedawang, Demak. Naskah berisi cerita petualangan

Raden Sulam, putra mahkota Bandaralim yang ingin menuntut ilmu tentang Islam.

Pengembaraannya diwarnai dengan kisah percintaan, peperangan, dan pengajaran seseorang

masuk Islam. Naskah Raden Sulam dianggap tunggal, tersimpan di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia dengan nomer panggil KBG 548. Penelitian bertujuan menyajikan edisi

teks naskah Raden Sulam supaya dapat dibaca dan dipahami oleh masyarakat umum. Hal

pertama yang dilakukan adalah inventarisasi naskah, lalu mendeskripsikan, dan terakhir

menyunting dengan edisi standar. Metode kritik teks yang digunakan adalah metode intuitif.

Kata Kunci : Islam, naskah pesisiran, naskah Raden Sulam, suntingan teks

Raden Sulam Manuscript: Edited Text

Abstract

Name : Zenny Rahmawati

Study Programe : Javanese Literature

Tittle : Raden Sulam Manuscript: Edited Text

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 2: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

This research was conducted on the Raden Sulam manuscript that predicted created in 1788

(Javanese Calendar) or 1866 AD in Pedawang, Demak. This text contains the adventure

stories of Raden Sulam, the prince of Bandaralim, who want to study about Islam. His

adventures tinged with romance, war, and teach person to be a moslem. Raden Sulam

manuscript is the manuscript that considered to be a unique, saved in Perpusnas (National

Library of Republic of Indonesia) on collection number KBG 548. This research was aims to

present the Raden Sulam text edition that can be read and understood by common people. The

first step of methods is make an inventory of the manuscript, and then described, and finally

edited with standard edition. The method of textual critic is intuitive method.

Keywords : Islam, coastal manuscript, Raden Sulam coastal manuscript, edited text

Pendahuluan

Salah satu warisan budaya masyarakat Jawa berwujud naskah. Yang dimaksud dengan

naskah adalah tulisan tangan di atas lembaran-lembaran alas tulis setempat, aksara

kedaerahan, dan bahasa setempat (Saputra, 2008:2-3).1 Naskah-naskah warisan budaya yang

terdapat di Jawa pada umumnya ditulis dengan aksara Jawa dan menggunakan bahasa Jawa,

namun terdapat juga naskah-naskah yang ditulis dengan aksara pegon2 dan aksara Latin.

Aksara pegon umumnya digunakan dalam naskah-naskah yang bernuansa keislaman atau juga

naskah-naskah pesisir. Dalam konteks kebudayaan Jawa, terminologi naskah-naskah

pesisiran mengandung dua pengertian (Saputra, 2001: 87). Pertama, naskah-naskah pesisiran

adalah naskah-naskah yang ditulis di kawasan pantai saja, dan kedua naskah-naskah pesisiran

adalah naskah-naskah yang ditulis di luar keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Tradisi penulisan sastra di wilayah pesisir utara Jawa telah dimulai pada abad XIV

sejak masuknya agama Islam ke Pulau Jawa melalui pantai utara. Sifat naskahnya pun

sebagian berisi teks Islam atau setidaknya mengandung unsur keislaman. Sekalipun demikian,

belum diperoleh gambaran yang jelas mengenai kegiatan cipta sastra pada masa awal Islam di

Pulau Jawa (Hutomo, 1974: 1). Sastra Jawa pesisiran memiliki ciri yang khas. Selain bahasa

(bahasa Jawa dialek pesisiran), aksara (aksara pegon di samping aksara Jawa), dan isi

1 Lembaran-lembaran alas tulis setempat, seperti rontal „daun tal‟ yang lebih dikenal melalui pelafalan

metatesisnya: lontar, nipah, daluang (Sunda), dluwang (Jawa), bambu, dan kulit kayu;serta dengan aksara

kedaerahan–misalnya aksara Jawa, aksara Bali, aksara Sunda, aksara rencong, aksara kaganga, aksara Batak,

aksara pegon, aksara Jawi, dan seterusnya-dan bahasa setempat misalnya bahasa Bugis, bahasa Melayu, bahasa

Sasak, bahasa Banjar, dan seterusnya.

2 Aksara pegon merupakan adaptasi aksara Arab dengan berbagai penyesuaian bunyi bahasa Jawa, digunakan

untuk menulis sastra dan bahasa Jawa, lebih banyak digunakan di pesantren-pesantren dan pantai utara Jawa

(Saputra, 2008:24).

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 3: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

(meskipun tidak seluruhnya namun menunjukkan nuansa Islam), teks pesisiran kebanyakan

diawali dengan pembukaan yang berisi pujian terhadap Allah dan Nabi Muhammad SAW,

permintaan maaf penulis kepada pembaca karena merasa dirinya bodoh, dan harapan penulis

kepada pembaca bagaimana cara memperlakukan naskah yang sedang dibacanya (Saputra,

2001: 15).

Pada perkembangan selanjutnya, Islam masuk ke Jawa dan telah memberikan banyak

pengaruh, termasuk pengaruh dalam dunia kesusasteraan Jawa dengan munculnya cerita

Menak.3 Cerita yang telah dikenal di Jawa pada abad XVII ini berkisah tentang pengelanaan

tokoh Amir Ambyah (Amir Hamzah) dan menonjolkan perjuangan tokoh utama dalam

menundukkan negara-negara yang masih kafir.4 Menak juga mempengaruhi kemunculan

roman-roman Islam, sehingga tidak mengherankan jika ditemukan kemiripan unsur-unsur

antara cerita Menak dengan roman-roman Islam (Pigeaud, 1967: 212-214). Pada umumnya

roman-roman Islam mengangkat tema pengembaraan yang diwarnai dengan kisah percintaan

tokoh utama.5 Selain itu, tema-tema khas persengketaan antarsaudara juga seringkali muncul

(Pigeaud, 1967: 221). Salah satu naskah pesisiran yang memiliki kemiripan tema dengan

cerita Menak adalah naskah Raden Sulam.

Naskah Raden Sulam dianggap tunggal dan hanya tersimpan di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia (Perpusnas). Hal tersebut dapat diketahui setelah dilakukan penelusuran

pada katalog-katalog naskah Jawa sebagai berikut:

a. Literature of Java: Catalogue Raisanne of Javanese Manuscript in The Library of

The University of Leiden and Other Public Collections in Netherlands, volume I-

III, 1967, 1968, 1970;

b. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3 A-B (1997);

c. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia (1998);

3 Serat Menak merupakan salah satu wiracarita (karya yang mengekspresikan kekaguman atau kehebatan orang

atau tokoh tertentu) keislaman yang populer. Pada zaman Hindu di Jawa, wiracarita yang berkembang dan sangat

berpengaruh adalah wiracarita kehinduan pula, yaitu Mahābhārata dan Rāmāyana. Tatkala sejarah bergulir dari

zaman Hindu ke zaman Islam, wacana wiracarita dalam sastra Jawa ikut bergeser pula, yaitu mulai

diperkenalkannya wiracarita keislaman (Edi Sedyawati, dkk, 2001:317).

4 Mengenai hai ini dapat dilihat pada uraian Poerbatjaraka tentang Serat Menak dalam Kapustakan Djawi (1954).

5 Untuk penjelasan mengenai lahir dan berkembangnya kesusasteraan Pesisiran, lihat uraian DR. Th. G. Th.

Pigeaud, Literature of Java, vol I, The Hague: Martinus Nijhoff, 1967, hlm. 212.

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 4: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

d. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Museum Sonobudoyo Yogyakarta

(1990); dan

e. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Kraton Yogyakarta (1994).

Naskah Raden Sulam koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas)

memiliki nomor panggil KBG 548. KBG merupakan singkatan Koninklijk Bataviaasch

Genootschap. Naskah-naskah yang memiliki kode tersebut merupakan naskah yang pada

awalnya koleksi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen „Ikatan

Kesenian dan Ilmu Kerajaan di Batavia‟, yaitu sebuah lembaga kebudayaan yang didirikan di

Batavia pada tahun 1778. Semua naskah koleksi Perpusnas dengan kode KBG, termasuk

naskah Raden Sulam, merupakan naskah Jawa (Behrend, 1998: xviii).

Naskah Raden Sulam ditulis dengan aksara pegon. Teks dalam naskah ini berbentuk

macapat. Berdasarkan penelusuran referensi, sampai saat ini penulis belum memperoleh data

yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian terhadap naskah Raden Sulam. Oleh

sebab itu tidak banyak informasi yang diperoleh mengenai naskah Raden Sulam ini.

Naskah Raden Sulam berkisah mengenai proses awal perkembangan Islam di Jawa

dan perjalanan tokoh Raden Sulam dalam proses pencarian ilmu tentang Islam. Raden Sulam

atau Raden Purbaningrat merupakan putra Prabu Purbakusuma dari Bandaralim. Ketika

berusia delapan belas tahun, Raden Sulam belum mempunyai keinginan untuk menikah. Ia

justru ingin memperdalam pengetahuannya tentang Islam, sehingga ia pergi ke berbagai

tempat untuk memenuhi keinginannya tersebut. Dalam proses pencarian ilmu, tokoh Raden

Sulam mengalami berbagai peristiwa, seperti peperangan dengan kaum kafir, membimbing

seseorang masuk Islam, dan bertapa di gunung.

Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diketahui bahwa naskah Raden Sulam

merupakan naskah pesisir yang dapat menambah khazanah pengetahuan tentang

perkembangan Islam pada masa-masa awal di Jawa. Teks Raden Sulam juga perlu diteliti

karena teks tersebut memiliki kemiripan tema dengan cerita Menak. Akan tetapi, karena

terdapat jarak budaya antara naskah pada zaman dahulu dan pembaca pada saat ini, sebuah

naskah baru dapat dipahami apabila isinya sudah disajikan kembali dengan aksara dan bahasa

yang berlaku saat ini. Hal tersebut karena naskah-naskah ditulis dengan menggunakan aksara

dan bahasa yang berlaku pada zaman dan wilayah budayanya di masa lalu.

1.4 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan prinsip-prinsip filologi, meliputi langkah kerja dan

metode kerja filologi. Langkah kerja filologi meliputi inventarisasi naskah, deskripsi naskah,

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 5: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

pertanggungjawaban alih aksara, kritik teks, dan suntingan teks. Naskah Raden Sulam dalam

penelitian ini dianggap sebagai naskah tunggal, sehingga metode kerja filologi yang

digunakan adalah metode intuitif. Menurut Saputra (2008: 104-105), metode intuitif

digunakan karena hanya ada satu-satunya naskah yang mengandung teks yang digarap

sehingga tidak ada teks pembanding dan tidak ada teks yang dapat dibandingkan, sehingga

kritik teks dilakukan berdasar pada intuisi dan pengetahuan tentang teks.

Kritik teks dilakukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami teks. Pada

suntingan teks, perbaikan (emendasi) diletakkan sebagai catatan-catatan kaki. Emendasi

meliputi catatan mengenai metrum berupa kelebihan ataupun kekurangan suku kata dalam

satu baris atau gatra, catatan perbaikan guru lagu6 yang sebenarnya, dan catatan perbaikan

kelebihan atau kekurangan gatra dalam satu pupuh.7

Alih aksara menggunakan edisi standar dengan tujuan untuk memudahkan pembacaan

terutama bagi kalangan awam.8 Adapun pengalihaksaraan Arab ke Latin naskah Raden Sulam

ini berdasarkan aturan-aturan yang dimuat dalam buku Patokanipoen Basa Djawi Kaserat

Aksara Arab (1933) karya Nitisastra, sedangkan pedoman ejaan yang digunakan adalah buku

Pedoman Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan (2011) yang diterbitkan oleh Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dengan penyesuaian-penyesuaian yang dikaitkan

dengan dengan sistem ejaan dalam naskah.

Pembahasan

Saputra (2008:81-103) menjelaskan bahwa langkah kerja filologi meliputi

inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan teks, penentuan teks,

pertanggungjawaban alih aksara, kritik teks, dan alih aksara. Pada tahap inventarisasi dan

deskripsi naskah dapat diketahui apakah objek penelitian merupakan objek tunggal atau

jamak. Objek tunggal tidak memerlukan tahap perbandingan teks dalam naskah, sedangkan

objek jamak memerlukan tahap perbandingan teks dalam naskah guna mengetahui

6 Guru lagu adalah aturan rima akhir dalam dalam puisi tradisional, terutama puisi-puisi Jawa baru (Saputra,

2012: 190).

7 Pupuh adalah bagian dari wacana yang berbentuk puisi, dapat disamakan dengan bab untuk wacana prosa

(Saputra, 2012: 193).

8 Penjelasan mengenai alih aksara dengan edis standar ini mengacu pada keterangan Robson, bahwa edisi kritis

dari suatu naskah lebih banyak membantu pembaca dalam mengatasi kesulitan yang bersifat tekstual atau yang

berkenaan dengan interpretasi, dengan demikian pembaca akan terbebas dari kesulitan dalam memahami isi teks

(Robson, 1994: 24-25).

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 6: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

kekerabatan teks sekorpus9 dan menentukan teks manakah yang memenuhi syarat untuk

diteliti. Berikut penjelasan lengkap mengenai langkah kerja filologi menurut Saputra (2008).

Inventarisasi naskah adalah pengumpulan informasi mengenai keberadaan naskah

yang mengandung teks sekorpus (Saputra, 2008:81). Pengumpulan informasi dilakukan

dengan mencari naskah yang mempunyai judul yang sama atau kemiripan cerita pada

perpustakaan atau lembaga-lembaga yang memiliki koleksi naskah. Jika setelah melakukan

penelusuran namun hanya ditemukan satu naskah dan tidak ada naskah lain yang memiliki

judul serta kemiripan cerita, maka naskah tersebut dianggap naskah tunggal yang dapat

langsung dijadikan sebagai bahan penelitian.

Seperti yang disebutkan di atas, inventarisasi naskah dalam penelitian ini dilakukan

dengan melakukan penelusuran pada beberapa katalog naskah-naskah Jawa. Hasil

inventarisasi naskah menunjukkan bahwa naskah Raden Sulam merupakan naskah yang

dianggap sebagai naskah tunggal, yang merupakan koleksi Perpusnas dengan nomor panggil

KBG 548. Naskah ini telah dimikrofilmkan dengan nomer rol 270.

Langkah kerja filologi setelah inventarisasi adalah deskripsi naskah. Deskripsi naskah

yaitu penjelasan mengenai fisik naskah-naskah yang menjadi objek penelitian (Saputra, 2008:

82-83). Deskripsi naskah dilakukan pada unsur-unsur naskah seperti alas tulis, umur, tempat

penulisan atau penyalinan naskah, dan waktu penulisan atau penyalinan naskah. Deskripsi

bahan naskah meliputi sampul, alas tulis, dan jilid. Mengenai perkiraan umur naskah, tempat

penulisan, dan waktu penulisan dilihat melalui manggala10

, kolofon11

, dan keterangan-

keterangan yang ada pada naskah.

Sampul naskah terbuat dari karton tebal berwarna coklat berukuran 16,5 cm x 20,5

cm. Setiap sudut luar karton tersebut dilapisi bahan mirip kulit berwarna hitam. Pada sudut

kiri atas sampul belakang terdapat kertas berwarna putih berukuran 4 cm x 5 cm. Kertas

tersebut memuat nomor panggil naskah yang ditulis dengan tinta warna hitam. Kertas tersebut

kemungkinan baru ditempelkan saat naskah menjadi koleksi Perpusnas. Secara umum kondisi

sampul naskah masih bagus.

9 Korpus adalah seluruh naskah yang mengandung teks sejenis (Saputra, 2008:50).

10 Istilah ini bermula untuk menamai bagian awal wacana teks-teks Jawa kuna, biasanya berisi penyebutan raja

yang menciptakan teks dan penanggalan yang menunjukkan saat penciptaan teks; istilah ini kemudian juga

digunakan dalam rangka penelitian teks-teks Jawa baru dan Jawa tengahan (Saputra, 2012:192).

11 Kolofon adalah “catatan tambahan” di akhir teks yang biasanya memberikan informasi seluk beluk

penyalinan, seperti siapa yang menyalin, atas perintah siapa, kapan penyalinan dilakukan, dan tempat

penyalinan; walaupun informasi tidak selalu selengkap itu (Saputra, 2008:36).

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 7: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Naskah mempunyai satu lembar kelopak depan dan lima lembar kelopak belakang.

Kelopak depan dan empat kelopak belakang benar-benar kosong tanpa tulisan. Pada kelopak

terakhir atau halaman paling belakang, terdapat tulisan dengan pensil sebagai berikut.

Jawa KBG No:548

548

Lajang Raden Sulam

(Purbaningrat, Koningin van Demak)

Not. Jan. 1909

Pada tulisan Jawa KBG No:548 di atas, merupakan catatan yang berkaitan dengan

nomor koleksi naskah, sedangkan tulisan Lajang Raden Sulam merupakan keterangan judul.

Tulisan Purbaningrat, Koningin van Demak menjelaskan bahwa Purbaningrat adalah pejabat

dari Demak, dan tulisan Not. Jan. 1909 adalah catatan mengenai tahun masuk naskah ke

dalam koleksi Museum Nasional pada bulan Januari tahun 1909.

Di dalam naskah ditemukan manggala yang menyebutkan hari, tanggal, bulan, dan

nama tahun Jawa. Manggala tersebut sebagai berikut.

tětkala wiwit tinulis/ ing malěm isnen punika/ pon wau rangkěpe (-2)

/ ing sasine sapar

punika (+1)

/ slawe engět tanggale (+1)

/ taun alip kang lumaku/ anuju karo kapat katiga

(+2)// (pupuh I, pada 2)

Terjemahan:

ketika mulai ditulis/ pada malam Senin12

/ (yaitu) Pon13

tepatnya/ pada bulan Sapar14

/

tanggal dua puluh lima/ tahun Alip15

yang tengah berjalan / pada pertengahan

(mangsa) kapat16

(saat) musim kemarau// (bab I, bait 2)

12

Malam Isnen ‘malam Senin‟ dalam konsep kebudayaan Jawa adalah hari Minggu malam.

13 Dalam kebudayaan Jawa terdapat sistem hari yang disebut hari pasaran. Menurut sistem ini, dalam satu

minggu terdiri dari lima hari, yakni hari Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon.

14 Sapar adalah salah satu nama bulan dalam sistem penanggalan Jawa. Sistem penanggalan ini digunakan

pertama kali oleh Sultan Agung pada tahun 1633 Masehi. Sistem penanggalan ini sebenarnya merupakan

adaptasi dari sistem penanggalan Islam. Dalam sistem penanggalan Islam, bulan Sapar disebut Syafar (Mulyono,

1992: 26-28).

15 Alip adalah nama tahun pertama dalam satu sistem windu Jawa (Mulyono, 1992: 27).

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 8: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diperkirakan naskah ini ditulis sekitar tahun

1788 Jawa atau 1866 Masehi. Perkiraan tahun ini diperoleh dari perhitungan kalender Jawa,

sistem windu Jawa, sistem kurup,17

serta sistem pranata mangsa Jawa.

Naskah setebal 101 halaman ini menggunakan kertas Eropa sebagai alas tulisnya.

Kondisinya saat ini berwarna kecoklatan dan berlubang di beberapa bagian karena dimakan

ngengat. Namun lubang tersebut berada di luar teks, sehingga teks masih dapat dibaca secara

jelas. Ukuran kertas bagian isi teks sama dengan ukuran sampul. Kertas Eropa tersebut

disatukan dengan jilid lem, yang saat ini ada beberapa bagian yang rusak sehingga beberapa

lembaran naskah terpisah dari lembaran yang lain.

Teks dalam naskah berupa aksara pegon dan ditulis menggunakan tinta warna hitam.

Tulisan sangat rapi dan jelas, sehingga mudah untuk dibaca. Pada halaman pertama dan kedua

terdapat 9 baris, sedangkan pada halaman ketiga dan keempat terdapat 11 baris. Halaman

kelima sampai terakhir terdapat 13 baris teks. Blok teks pada halaman pertama sampai

keempat berukuran 11 cm x 11,5 cm. Blok teks pada halaman lain berukuran 13 cm x 17 cm.

Di luar blok teks terdapat tulisan angka Romawi menggunakan spidol warna biru yang

berfungsi sebagai penanda pergantian metrum.18

Faksimile 2.1. Angka Romawi Penanda Pergantian Metrum

Pada faksimile di atas, di dalam lingkaran merah terdapat tulisan angka Romawi IV,

tulisan itu menggunakan spidol warna biru. Tampaknya tulisan itu terlihat lebih baru

dibandingkan dengan tinta naskah. Angka Romawi itu kemungkinan ditulis oleh pembaca

16

Kapat merupakan salah satu nama pembagian waktu dalam sistem pranata mangsa Jawa. Pranata mangsa

Jawa merupakan sistem pembagian waktu mengolah tanah untuk pertanian dalam satu tahun berdasarkan

peredaran matahari. Pada sistem ini, satu tahun bercocok tanam dibagi menjadi dua belas satuan waktu

(Mulyono, 1992: 48-53).

17 Kurup adalah sistem “koreksi” penanggalan Jawa. sistem ini dilakukan dengan menghilangkan satu tahun

kabisat setiap periode 120 tahun (Mulyono, 1992: 25-28).

18 Metrum adalah pola atau aturan yang berkaitan dengan pembaitan dalam puisi tradisional, biasanya berupa

rima akhir, jumlah suku kata, dan jumlah baris (Saputra, 2012:192).

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 9: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

naskah, dengan maksud memudahkan penghitungan jumlah pupuh dalam naskah Raden

Sulam.

Faksimile 2.2. Penanda Pergantian Pupuh

Demikian pula pada faksimile di atas, tuliasan di dalam lingkaran merah merupakan

penanda pergantian pupuh yang terdapat dalam naskah Raden Sulam. Penanda tersebut

digunakan pada setiap pergantian pupuh. Penanda di atas menunjukkan pergantian ke pupuh

pucung.

Faksimile 2.3. Penanda Pergantian Pada

Garis lingkaran warna merah tersebut menunjukkan penanda pergantian gatra yang

terdapat dalam naskah Raden Sulam. Penanda tersebut digunakan pada setiap pergantian

gatra dalam setiap pupuh.

Teks berbentuk macapat19

, yang secara keseluruhan berjumlah 22 pupuh. Pupuh-

pupuh tersebut adalah asmaradana (35 pada), pangkur (24 pada), asmaradana (16 pada),

sinom (55 pada), dhandhanggula (34 pada), mijil (24 pada), pangkur (34 pada), pucung (18

pada), sinom (25 pada), durma (30 pada), asmaradana (27 pada), kinanthi (23 pada),

gambuh (5 pada), dhandhanggula (15 pada), durma (37 pada), sinom (24 pada), mijil (12

pada), megatruh (14 pada), sinom (23 pada), durma (30 pada), pangkur (40 pada), dan

19

Macapat adalah puisi Jawa baru bertembang yang memiliki metrum. Disebut bertembang karena pembacaan

macapat dilakukan dengan dilagukan berdasarkan susunan notasi yang sesuai dengan pola metrumnya. Dalam

macapat terdapat 15 jenis pola metrum, yakni dhandhanggula, sinom, asmaradana, durma, pangkur, mijil,

kinanthi, maskumambang, pucung, jurudemung, wirangrong, gambuh, megatruh, balabak, dan girisa (Saputra,

2012:103-106).

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 10: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

dhandhanggula (19 pada). Secara umum keadaan teks dapat dibaca dengan jelas. Kerusakan-

kerusakan yang ada pada naskah tidak menghalangi pembacaan untuk memahami teks.

Pada penelitian ini, asas yang digunakan dalam pengalihaksaraan adalah edisi standar.

Edisi standar menurut Baried (1985: 69) adalah menerbitkan naskah dengan membetulkan

kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakkonsistenan, sedang ejaannya disesuaikan dengan

ketentuan yang berlaku. Adapun pengalihaksaraan Arab ke Latin naskah Raden Sulam ini

berdasarkan aturan-aturan yang dimuat dalam buku Patokanipoen Basa Djawi Kaserat

Aksara Arab (1933) karya Nitisastra, sedangkan pedoman ejaan yang digunakan adalah buku

Pedoman Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan (2011) yang diterbitkan oleh Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Dalam aksara Arab tidak terdapat sistem kapital,

namun dalam pengalihaksaraan, sistem kapital digunakan agar sesuai dengan Pedoman Ejaan

Bahasa Jawa yang Disempurnakan (2011), di antaranya huruf awal, nama diri, dan

permulaan kalimat.

Pada teks naskah Raden Sulam ditemukan beberapa konsonan rangkap yang terdapat

dalam satu kata. Untuk mempermudah pembaca, dalam pengalihaksaraannya cukup satu saja

yang digunakan. Konsonan rangkap biasanya terjadi pada teks naskah yang beraksara Jawa.

Penulisan beberapa konsonan rangkap pada teks naskah ini tidak hanya terjadi dalam satu

kali, namun berulang dalam setiap penulisan kata-kata tersebut pada naskah. Dengan

demikian, terdapat kemungkinan bahwa penggunaan aksara pegon dalam naskah Raden

Sulam dipengaruhi penggunaan aksara Jawa.

Berikut perangkapan huruf yang terdapat pada naskah Raden Sulam.

sagungngipun alih aksara sagungipun

ajrihhira alih aksara ajrihira

dagangannireki alih aksara daganganireki

lahhiya alih aksara lahiya

ngarsanningwang alih aksara ngarsaningwang

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 11: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

kareppira alih aksara karepira

denwehhaken alih aksara denwehaken

bancikkipun alih aksara bancikipun

micarangngati alih aksara micarangati

galihhipun alih aksara galihipun

akallira alih aksara akalira

titihannipun alih aksara titihanipun

aranningsun alih aksara araningsun

karsanningsun alih aksara karsaningsun

kakangngira alih aksara kakangira

papanneki alih aksara papaneki

manahhipun alih aksara manahipun

lelayunnipun alih aksara lelayunipun

Seperti halnya dalam penulisan teks dengan aksara Jawa, dalam aksara pegon juga

dikenal istilah sastra lampah, yakni cara membaca atau berbicara di mana vokal diucapkan

mengikuti konsonan akhir dari kata sebelumnya (Padmosoekotjo, 1967: 68). Dalam teks

naskah Raden Sulam ditemukan sejumlah gejala sastra lampah, namun hanya disajikan

beberapa kasus yang sering muncul. Dalam kasus ini, pengalihaksaraan dilakukan dengan

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 12: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

cara menghilangkan konsonan yang mempengaruhi vokal pada awal kata kedua untuk

kemudian dikembalikan pada bentuk asalnya.

Tabel 1. Contoh Sastra Lampah yang Terdapat pada Naskah Raden Sulam

Teks dalam naskah Raden Sulam Aksara Latin Suntingan

datannana datan ana

wongngurip wong urip

tanana tan ana

sangngayu sang ayu

sangngaji sang aji

ingngarga ing arga

ingngati ing ati

ayunayunan ayun-ayunan

Dalam naskah ditemukan beberapa kosakata yang tidak terdapat dalam Baoesastra

Djawa karya Poerwadarminta. Beberapa kosakata tersebut kemungkinan merupakan varian

dari kosakata yang terdapat dalam Baoesastra Djawa karya Poerwadarminta. Berikut adalah

perbandingan kosakata yang terdapat dalam Baoesastra Djawa karya Poerwadarminta dengan

kosakata yang digunakan dalam naskah Raden Sulam.

Tabel 2. Perbandingan Kosakata Bahasa Jawa Standar dan Variasinya yang Terdapat pada Naskah

Raden Sulam

Kosakata Bahasa Jawa Standar Kosakata Variasi

mada ngadha

ilangana langana

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 13: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

penget enget

jogan dugan

jlerit jalemprit

mungsuh mengseh

palinggihan palinggiyan

palinggihane palinggiyane

Emendasi atau perbaikan bacaan dilakukan berdasar keadaan korpus teks dan metode

kerja yang dipilih (Saputra, 2008: 101). Pada penelitian ini emendasi atau perbaikan bacaan

dilakukan secara intuitif karena naskah Raden Sulam merupakan naskah tunggal sehingga

tidak ada pembanding dan metode yang digunakan adalah metode intuitif. Emendasi

diletakkan sebagai catatan kaki, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan tafsir

pembaca dan untuk menjaga “keaslian” teks.

Kesimpulan

Naskah Raden Sulam merupakan naskah Jawa pesisiran, dibuktikan dengan adanya

ciri dari naskah pesisiran, seperti menggunakan aksara pegon, isi menunjukkan nuansa Islam,

dan pada teks naskah diawali dengan pembukaan yang berisi pujian terhadap Allah,

permintaan maaf penulis kepada pembaca karena merasa dirinya bodoh, dan harapan penulis

kepada pembaca bagaimana cara memperlakukan naskah yang sedang dibacanya. Naskah

tersebut merupakan naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia (Perpusnas).

Berdasarkan keterangan pada teks awal naskah, dapat diperkirakan naskah Raden

Sulam ditulis sekitar tahun 1788 Jawa atau 1866 Masehi. Naskah Raden Sulam merupakan

naskah pesisiran yang memiliki unsur keislaman karena dalam naskah tersebut ditemukan

beberapa kata serapan dari bahasa Arab. Pemilahan kata serapan dan bukan serapan dilakukan

dengan dasar Baoesastra Djawa (1939) yang disusun oleh W. J. S. Poerwadarminta dan

kamus bahasa Arab Al-Munawwir (1984). Dalam Naskah Raden Sulam juga ditemukan

beberapa variasi penggunaan kosa kata. Variasi kosa kata ini terjadi kemungkinan karena

adanya dialek pesisiran. Sesuai dengan metode dan asas alih aksara yang digunakan, kata-kata

serapan dari bahasa Arab dan variasi kosa kata tetap dipertahankan seperti dalam naskah.

Dalam naskah Raden Sulam juga ditemukan kesalahan penggunaan kata, di mana

kesalahan tersebut dikarenakan untuk memenuhi guru lagu ataupun guru wilangan,

mengingat naskah tersebut berbentuk macapat. Dari sisi cerita, naskah Raden Sulam

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 14: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

menceritakan perkembangan Islam pada masa-masa awal di Jawa yang diwarnai dengan

peperangan dan kisah percintaan pada tokoh utama.

Berdasarkan permasalahan dalam penelitian ini, penulis menyajikan teks Raden Sulam

yang dapat dibaca oleh masyarakat umum sehingga lebih mudah untuk dipahami. Setelah

melakukan prinsip kerja filologi dalam pengalihaksaraan, maka penulis berhasil menyajikan

suntingan teks naskah Raden Sulam dengan nomor koleksi KBG 548.

Daftar Referensi

Buku:

Hutomo, Suripan Sardi, dkk. 1982. Penelitian Bahasa dan Sastra Babad Demak Pesisiran.

Jakarta. Dep P dan K.

Mulyono, Djoko. 1992. Melihat Saat Tahu Waktu. Jakarta: Studio Delapan Puluh.

Nitisastro. 1933. Patokanipoen Basa Djawi Kaserat Aksara Arab (Pegon). Surabaya: Peneleh.

Saputra, Karsono H. 2001. Percik-Percik Bahasa dan Sastra Jawa. Jakarta: KMSJ FS UI.

________________. 2008. Pengantar Filologi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

________________. 2012. Puisi Jawa. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Poerbatjaraka. 1954. Kapustakan Djawi. Jakarta: Djambatan.

Robson, S.O. 1994. Prinsip-Prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.

Tim Balai Bahasa Yogyakarta. 2011. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang

Disempurnakan. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta.

Katalog:

Behrend, T. E. dan Titik Pudjiastuti (Ed.). 1997. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara,

FSUI. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Behrend, T. E. 1990. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Museum Sonobudoyo

Yogyakarta. Jakarta: Penerbit Djambatan.

Behrend, T. E. (Ed.). 1994. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Kraton Yogyakarta.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

__________________. 1998. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara, Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan École française

d‟Extrême-Orient.

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014

Page 15: Naskah Raden Sulam: Suntingan Teks

Pigeaud, Th. G. Th. 1967. Literature of Java Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts in

The Library of University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands Volume

I Synopsis of Javanese Literature 900-1900 AD. The Hague: Martinus Nijhoff.

________________. 1968. Literature of Java Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts

in The Library of University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands

Volume II Descriptive Lists of Javaese Manuscripts. The Hague: Martinus Nijhoff.

________________. 1970. Literature of Java Catalogue Raisonne of Javanese Manuscripts

in The Library of University of Leiden and Other Public Collections in The Netherlands

Volume II Illustrations and Facsimiles of Manuscripts, maps, addenda and a general index of

names and subjects. The Hague: Martinus Nijhoff.

Kamus:

Munawwir, A. W. 1984. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif.

Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia. J, B. Wotes Uitgevers. Maatschappij

N.V.

Naskah Raden..., Zenny Rahmawati, FIB, 2014