NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PENYESUAIAN...
Transcript of NASKAH PUBLIKASI PERBEDAAN PENYESUAIAN...
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA
BARU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Disusun Oleh :
Nike Risveni
Rina Mulyati
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA BARU
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Telah Disetujui pada tangggal
________________________
Dosen Pembimbing
(Rina Mulyati, S.Psi., M.Si.)
PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA
BARU DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Nike Risveni
Rina Mulyati
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru ditinjau dari jenis kelamin. Hipotesis penelitian yang diajukan adalah ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru antara putra dan putri. Subjek penelitian adalah laki-laki dan perempuan yang berusia antara 17-22 tahun atau remaja akhir, yang sedang menempuh jenjang perkuliahan S-1 di Fakultas Psikologi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2005 Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Skala yang digunakan yaitu skala penyesuaian sosial yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan komponen penyesuaian sosial dari Schneiders (1964) dan Yusuf (2004) berjumlah 38 aitem. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini yakni t- test, uji validitas dan reliabilitas dengan SPSS 10.0 for windows. Berdasarkan hasil t-test diperoleh nilai t = 2.130; p = 0.035 ; p < 0.05, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru antara putra dan putri diterima, dimana penyesuaian sosial pada mahasiswa putri lebih tinggi dari pada penyesuaian sosial mahasiswa putra.
Kata Kunci : Penyesuaian Sosial, Jenis Kelamin
PENGANTAR
Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial (Gerungan, 2004), yang berarti tidak dapat
hidup tanpa orang lain. Dorongan atau motif sosial pada manusia, mendorong
manusia mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau interaksi sehingga
memungkinkan terjadi interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain
(Walgito, 2001).
Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya
melalui beberapa periode atau fase-fase perkembangan. Setiap fase perkembangan
mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan
baik oleh setiap individu, sebab keberhasilan dalam melaksanakan tugas
perkembangan akan membawa penyesuaian sosial yang lebih baik sepanjang
kehidupannya begitu juga jika gagal menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
pada fase tertentu berakibat tidak baik pada kehidupan fase berikutnya (Ali dan
Asrori, 2004).
Salah satu peran yang harus di jalankan oleh remaja adalah sebagai
mahasiswa baru. Lingkungan yang berbeda, tuntutan yang tidak sama dengan
peran sebagai anak maupun pelajar SMA membutuhkan proses adaptasi sehingga
mereka bisa menunjukkan kinerja yang optimal sebagai mahasiswa. Salah satu
bentuk adaptasi yang di lakukan terkait dengan perubahan lingkungan dan
tuntutan sosial adalah penyesuaian sosial (social adjustment). Penyesuaian sosial
sangat penting di kuasai remaja dalam perannya sebagai mahasiswa baru karena
Hurlock (1999) mengatakan bahwa penyesuaian sosial merupakan salah satu
tugas perkembangan masa remaja yang tersulit.
Penyesuaian sosial berarti keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri
terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya
(Hurlock, 1997). Menurut Eysenck, dkk (Asyanti, 1999) penyesuaian sosial
merupakan proses individu atau suatu kelompok mencapai keseimbangan sosial
dalam arti tidak mengalami konflik dengan lingkungan. Schneiders (1964)
menambahkan bahwa penyesuaian sosial adalah sejauhmana individu mampu
bereaksi secara efektif terhadap hubungan, situasi dan kenyataan sosial yang ada.
White & Watt (Gutama, 2004) mengatakan bahwa mahasiswa baru lebih
sering mengalami gangguan perilaku, karena berada pada masa transisi yaitu masa
peralihan dari sekolah menengah ke lingkungan perguruan tinggi. Mahasiswa baru
dihadapkan pada situasi baru yang asing, suatu kehidupan baru yang penuh
dengan tantangan, sedangkan ia telah memiliki pengalaman dan kebiasaan lama
yang belum tentu sesuai dengan situasi baru.
Salah satu masalah yang dihadapi mahasiswa baru yaitu yang
berhubungan dengan sistem belajar yang tidak sama dengan SMA, seperti
pelajaran berlangsung lebih cepat, pemahaman harus lebih mendalam, mata ajaran
berbeda dengan di SMA, begitu juga cara mengajar dosen, perkuliahan harus
diatur sendiri oleh mahasiswa, sehingga mahasiswa baru membutuhkan proses
dalam menghadapi perubahan yang terjadi di perguruan tinggi. Pada awal kuliah
banyak mahasiswa baru yang mengalami masalah sehingga terjadi pelanggaran
terhadap aturan yang telah ditetapkan kampus karena mahasiswa baru belum siap
menghadapi semua perubahan yang terjadi pada dirinya. Jika di perhatikan maka
pelanggaran yang sering terjadi di kampus kebanyakan dilakukan oleh mahasiswa
putra. Menurut Walgito(Asyanti, 1999) laki-laki cenderung bersifat menentang
peraturan sedangkan perempuan cenderung bersifat tunduk terhadap aturan.
Rice, dkk (Santrock, 2003) mengatakan seperti halnya transisi dari sekolah
dasar menuju sekolah menengah atau sekolah lanjutan tingkat pertama yang
meliputi banyak transisi dan tekanan, hal yang sama juga terjadi pada transisi dari
sekolah lanjutan tingkat atas menuju perguruan tinggi. Eccles, dkk (Santrock,
2003) mengatakan bahwa proses transisi dari SMA ke perguruan tinggi bisa
menimbulkan stress karena terjadi secara bersamaan dengan perubahan-perubahan
lain pada remaja sebagai mahasiswa baru seperti perubahan peran dalam keluarga
dan masyarakat yang lebih luas.
Di perguruan tinggi sendiri, mahasiswa baru mengalami perubahan yang
terkait dengan situasi kampus di mana terjadi perpindahan struktur sekolah yang
lebih besar, hubungan yang lebih impersonal, interaksi dengan teman sebaya yang
lebih beragam latar belakang geografisnya dan juga kadang beragam latar
belakang etnisnya, serta bertambahnya tekanan untuk mencapai prestasi, unjuk
kerja dan nilai-nilai ujian yang baik (Santrock, 2003). Sehingga untuk pencapaian
kenerja akademis yang baik dan interaksi sosial yang lebih positif maka
mahasiswa baru membutuhkan kemampuan untuk melakukan reaksi terhadap
tuntutan-tuntutan dan tekanan-tekanan lingkungan sosial yang mengenai dirinya,
tuntutan-tuntutan ini dapat dari luar atau dari dalam diri individu itu sendiri
(Fudyartanto, 2002). Kemampuan tersebut di kenal dengan istilah penyesuaian
sosial.
Menurut Eysenck, dkk (Asyanti, 1999) penyesuaian sosial merupakan
proses individu atau suatu kelompok mencapai keseimbangan sosial dalam arti
tidak mengalami konflik dengan lingkungan. Schneiders (1964) menambahkan
bahwa penyesuaian sosial adalah sejauhmana individu mampu bereaksi secara
efektif terhadap hubungan, situasi dan kenyataan sosial yang ada. Meichati
(Asyanti, 1999) mengemukakan bahwa keberhasilan dalam melakukan
penyesuaian sosial akan menimbulkan rasa puas dan senang, menambah
kepercayaan diri dan menambah harga diri sehingga tercapai mental yang
seimbang. Sedangkan kegagalan penyesuaian sosial akan membuat individu
kehilangan kepercayaan diri dan melemahkan daya hidup. Keberhasilan individu
dalam melakukan penyesuaian sosial berkaitan erat dengan keberhasilannya
dalam melakukan penyesuaian baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
(Schneiders, 1964 ; Hurlock 1997).
Penyesuaian sosial ternyata berbeda antara laki-laki dan perempun hal ini
di sebabkan karena adanya perbedaan perlakuan antara perempuan dan laki-laki di
dalam masyarakat (Squire dalam Suhapti, 1995). Perbedaan antara perempuan dan
laki-laki ini juga terlihat dari ciri-ciri kepribadian yang berbeda di mana Erikson
(Santrock, 2002) berpendapat bahwa, karena struktur jenis kelamin, laki-laki lebih
suka mengganggu dan agresif, perempuan lebih inklusif dan pasif sehingga laki-
laki lebih banyak mengalami permasalahan dengan lingkungan sosialnya (Sears
dkk., 1991), seperti penelitian yang diungkapkan oleh Afiatin (2001) bahwa
pengguna NAPZA banyak dilakukan oleh laki-laki, sementara penelitian
Maharani dan Andayani (2003) lebih banyak memfokuskan pada kenakalan yang
dilakukan oleh remaja laki-laki seperti perkelahian antar pelajar, pelanggaran
terhadap peraturan sekolah dan pergaulan bebas prosentasenya lebih banyak
dilakukan oleh laki-laki. Permasalahan-permasalahan yang timbul pada remaja
laki-laki ini disebabkan oleh kesulitan yang dialami remaja dalam melakukan
penyesuaian sosial terhadap berbagai situasi dan kondisi yang penuh tantangan
(Maharani dan Andayani, 2003). Sehingga bisa diasumsikan bahwa penyesuaian
sosial laki-laki lebih rendah dibandingkan perempuan.
Hipotesis
Berdasarkan beberapa teori dan uraian yang telah di kemukakan di atas,
maka hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini adalah “ Ada perbedaan
penyesuaian sosial pada mahasiswa baru antara putra dan putri, penyesuaian
sosial pada mahasiswa putri lebih baik di bandingkan mahasiswa putra “.
METODE PENELITIAN
Subjek yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas
Psikologi dan Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Indonesia angkatan 2005. Subjek yang di ambil dalam
penelitian ini yaitu yang termasuk dalam kategori remaja akhir yang berusia
antara 17-22 tahun baik laki-laki maupun perempuan.
Secara rinci alat ukur yang digunakan adalah:
Skala penyesuaian sosial peneliti susun sendiri berdasarkan komponen
penyesuaian sosial menurut teori yang di ungkapkan oleh Schneiders (1964) dan
Yusuf (2004) yang dilakukan remaja di tiga lingkungan yaitu:
1. Lingkungan Keluarga
a) menjalin hubungan yang baik dan sehat dengan anggota keluarga, tidak ada
penolakan dari orang tua terhadap anak-anaknya, tidak ada permusuhan, rasa
benci atau iri hati antar saudara, b) mau menerima otoritas orang tua yang
berhubungan dengan disiplin dan peraturan yang di tentukan oleh orang tua,
c) kemauan untuk memikul tanggung jawab, d) berusaha untuk membantu
anggota keluarga dalam mencapai tujuan individu maupun tujuan bersama.
2. Lingkungan Sekolah (kampus)
a) bersikap respek dan mau menerima peraturan kampus, b) berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan kampus, c) menjalin hubungan yang sehat, ramah dan akrab
dengan teman-teman kampus, d) bersikap hormat terhadap guru (dosen),
pemimpin dan pegawai kampus lainnya, e) membantu kampus dalam
merealisasikan tujuan-tujuannya.
3. Lingkungan Masyarakat
a) mengakui dan menghormati terhadap hak-hak orang lain, b) kemampuan untuk
bergaul akrab dan memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain, c) bersikap
simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain, d) menghormati nilai-nilai,
hukum, kebiasaan, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah dengan analisis
statistik yang di gunakan secara kuantitatif. Metode analisis data yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah t-test, untuk mengetahui apakah ada perbedaan
penyesuaian sosial pada mahasiswa baru antara putra dan putri. Analisis data di
lakukan dengan menggunakan perhitungan statistik yang di lakukan dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service
Solution) for Windows versi 10.0.
Hasil Penelitian
Untuk skala penyesuaian sosial yang awalnya terdiri dari 52 aitem dan
setelah diuji cobakan di peroleh 39 aitem yang shahih dengan nilai korelasi item-
total yang terkoreksi yang bergerak 0.3048 sampai 0. 6347. Item yang shahih
selanjutnya diuji reliabilitasnya dan diperoleh nilai alpha sebesar 0.8992 yang
artinya skala ini termasuk reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur.
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Gambaran umum mengenai subjek penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 1 Data Jumlah Mahasiswa baru Angkatan 2005
Jenis Kelamin Fakultas Laki-laki Perempuan
Total Jumlah
Psikologi 23.6 % 76.4 % 100 % 199 Komunikasi 50.4 % 49.6 % 100 % 131
Tabel 2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia
Usia 17-19 20-22
Fakultas
L P L P
Total
Psikologi 6.2 % 30 % 1.2 % 0.7 % 38.1 % Komunikasi 24.4 % 34.4 % 3.1 % 0 % 61.9 % Total 30.6 % 64.4 % 4.3 % 0.7 % 100 %
2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan analisis data yang telah di lakukan maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 3 Data Penelitian Statistik Deskriptif Penyesuaian Sosial
Empirik Hipotetik
Variabel Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Penyesuaian
sosial
97 152 123.36 10.88 38 152 95 19
Tabel 4 Kategorisasi Penyesuaian Sosial Responden Penelitian Kategori Rentang Skor Frekuensi Prosentase Sangat Tinggi X > 129.2 47 29.3 % Tinggi 106.4 < X = 129.2 107 66.9 % Sedang 83.6 < X = 106.4 6 3.8 % Rendah 60.8 = X= 83.6 0 0 % Sangat Rendah X < 60.8 0 0 % Total 160 100 %
Melihat mean empirik dari data penelitian sebesar 123.36 maka secara
keseluruhan subyek penelitian memiliki tingkat penyesuaian sosial yang tinggi.
Jika dilihat sebaran data penelitian secara lebih rinci, maka responden penelitian
bisa dibedakan menjadi 5 kelompok di mana 29.3 % masuk kategori sangat tinggi,
66.9 % masuk kategori tinggi, 3.8 % masuk kategori sedang. Subjek penelitian ini
tidak ada yang memiliki tingkat penyesuaian sosial yang rendah dan sangat
rendah.
Tabel 5 Data Penelitian Empirik Penyesuaian Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki Variabel Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Penyesuaian Sosial 106 152 124.69 9.99 97 152 120.89 12.07 Tabel 6 Kategorisasi Penyesuaian Sosial Berdasarkan Jenis Kelamin
Rentang Skor Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Kategorisasi
F P F P Sangat Tinggi X > 129.2 36 22.5 % 11 6.8 % Tinggi 106.4 < X = 129.2 67 41.9 % 40 25 % Sedang 83.6 < X = 106.4 1 0.7 % 5 3.1 % Rendah 60.8 = X= 83.6 0 0 % 0 0 % Sangat Rendah X < 60.8 0 0 % 0 0 % Total 104 65.1 % 56 34.9 %
Berdasarkan data statistik deskriptif (lihat tabel 5) diketahui bahwa mean
empirik untuk mahasiswa putri dan mahasiswa putra berada pada kelompok
tinggi. Artinya penyesuaian sosial mahasiswa putra dan putri termasuk tinggi. Jika
mean empirik mahasiswa putri dengan mahasiswa putra, maka tampak bahwa
mean empirik mahasiswa putri lebih tinggi dibandingkan mahasiswa putra.
Jika subyek penelitian kemudian dikelompokkan dalam 5 kategori
berdasarkan besaran mean empirik yang di perolehnya, maka sebarannya adalah
sebagai berikut:
1. Tingkat penyesuaian sosial yang tergolong sangat tinggi prosentasenya lebih
besar pada mahasiswa putri di bandingkan mahasiswa putra (22.5 % > 6.8 %).
2. Tingkat penyesuaian sosial yang tergolong tinggi prosentasenya lebih besar
pada mahasiswa putri dibandingkan mahasiswa putra (41.9 % > 25 %).
3. Tingkat penyesuaian sosial yang tergolong sedang prosentasenya lebih besar
pada mahasiswa putra dibandingkan mahasiswa putri (3.1 % > 0.7 %).
4. Tidak ada subyek penelitian baik mahasiswa putra maupun putri yang memiliki
tingkat penyesuaian sosial yang rendah maupun sangat rendah.
3. Hasil Uji Asumsi
Sebelum melakukan uji hipotesis terhadap data penelitian, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi terhadap data hasil penelitian. Uji asumsi meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas terhadap data penelitian.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas di lakukan menggunakan program bantuan komputer SPSS
versi 10.0 sebaran pada penelitian menggunakan teknik analisis Two Sample
Kolmogorov Smirnov Test. Hasil uji normalitas di peroleh sebaran skor
penyesuaian sosial (K-S Z = 1.276 dan p = 0.077 ; p > 0.05). Berdasarkan analisis
di peroleh bahwa hasil skor penyesuaian sosial adalah normal.
b. Uji Homogenitas
Hasil dari uji homogenitas untuk variabel penyesuaian sosial di peroleh
nilai Lavene Statistik sebesar 0.679 dengan p = 0. 411 ; p > 0.05, yang berarti
sebarannya homogen.
4. Hasil Uji Hipotesis
Syarat untuk melakukan uji hipotesis terpenuhi, yakni uji asumsi yang
terdiri dari uji normalitas (data normal) dan uji homogenitas (data homogen).
Dengan demikian uji hipotesis pada penelitian ini akan di lakukan dengan
menggunakan t-test. Dalam pengujian tersebut, penulis menggunakan bantuan
komputer program SPSS (Statistical Programme for Social Science) for Windows
10.0.
Hasil analisis data di peroleh nilai t = 2.130 dengan harga p = 0.035 ; p <
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tingkat
penyesuaian sosial antara mahasiswa putra dan putri, dimana penyesuaian sosial
pada mahasiswa putri lebih tinggi di bandingkan mahasiswa putra.
5. Hasil Analisis Data Tambahan
a) Berdasarkan Komponen Penyesuaian Sosial
Pada analisis ini komponen penyesuaian sosial pada mahasiswa putra dan
putri di lakukan di tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah
(kampus) dan masyarakat.
(1) Ada perbedaan komponen penyesuaian sosial di keluarga pada mahasiswa
putra dan putri (t = 19.515 : p = 0.000 ; p < 0.05). Dimana mahasiswa putri
lebih tinggi penyesuaian sosial di keluarga dibandingkan mahasiswa putra,
hal ini terlihat dari nilai mean yang di peroleh mahasiswa putri 350.25
sedangkan mahasiswa putra memperoleh nilai mean 180.83.
(2) Ada perbedaan komponen penyesuaian sosial di kampus pada mahasiswa
putra dan putri (t = 26.804 : p = 0.000 ; < 0.05). Penyesuaian sosial pada
mahasiswa putri di kampus lebih tinggi di bandingkan mahasiswa putra,
hal ini terlihat dari nilai mean yang di peroleh mahasiswa putri 332.33,
sedangkan mahasiswa putra memperoleh nilai mean 174.67.
(3) Ada perbedaan komponen penyesuaian sosial di masyarakat pada
mahasiswa baru putra dan putri (t = 22.375 : p = 0.000 ; < 0.05).
Penyesuaian sosial mahasiswa putri di masyarakat lebih tinggi di
bandingkan mahasiswa putra, hal ini terlihat dari nilai mean yang di
peroleh mahasiswa putri 344.71 sedangkan mahasiswa putra memperoleh
nilai mean 178.86.
b) Berdasarkan rentang usia
Pada analisis ini rentang usia di bagi menjadi dua kelompok yaitu 17-19 tahun
dan 20-22 tahun. Dari analisis yang di lakukan di ketahui bahwa tidak ada
perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru di tinjau dari usia 17-19
tahun dan 20-22 tahun (t = 1.098 ; p = 0.274 ; p > 0.05). Jika di lihat dari
analisis usia berdasarkan jenis kelamin maka di ketahui bahwa;
(1) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putra
berdasarkan rentang usia 17-19 tahun dan 20-22 tahun (t = 0.108 ; p =
0.915 ; p > 0.05).
(2) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putri berdasarkan
rentang usia 17-19 tahun dan 20-22 tahun (t= 1.383 ; p = 0.170 ; p > 0.05).
c) Berdasarkan tempat tinggal
Pada analisis ini tempat tinggal dibagi menjadi 3 kategori yaitu orang tua, kos,
dan lain-lain.
(1) Ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putra berdasarkan
tempat tinggal antara tinggal bersama orang tua, kos dan lain-lain (F =
5.586 ; p = 0.006 ; p < 0.05). Penyesuaian sosial pada mahasiswa putra
yang tinggal bersama orang tua lebih tinggi dibandingkan kos dan lain-
lain, hal ini terlihat dari nilai mean yang diperoleh tinggal bersama orang
tua 126.70, nilai mean kos 119.72 dan nilai mean lain-lain 113.00.
(2) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putri berdasarkan
tempat tinggal (F = 0.119 ; p = 0.888 ; p > 0.05). Jika dilihat dari nilai
mean maka penyesuaian sosial yang tinggal bersama orang tua lebih tinggi
dibandingkan kos, dan lain-lain, hal ini terlihat dari nilai mean yang
diperoleh orang tua 125.48, nilai mean kos 124.33 dan nilai mean lain-lain
124.88.
d) Berdasarkan Fakultas
Pada analisis ini fakultas terdiri dari Fakultas Psikologi dan Prodi Ilmu
Komunikasi. Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa tidak ada
perbedaan penyesuaian sosial berdasarkan fakultas (t=-524 ; p= 0.601 ; p >
0.05). Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Prodi Ilmu Komunikasi lebih
tinggi dibandingkan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Fakultas
Psikologi, hal ini terlihat dari nilai mean yang diperoleh mahasiswa baru Prodi
ilmu Komunikasi 123.72 sedangkan mahasiswa baru Fakultas Psikologi
memperoleh nilai mean 122.79.
D. Pembahasan
Penyesuaian sosial pada mahasiswa putri lebih baik dari pada mahasiswa
putra. Tidak dapat di sangkal lagi bahwa perbedaan jenis kelamin di pengaruhi
oleh faktor biologi terutama perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan.
Beberapa pakar sosiobiologi bahkan mengatakan bahwa evolusi genetik memberi
andil pada perbedaan jenis kelamin dalam perilaku manusia yang mengakibatkan
pola tingkah laku individu yang berbeda, sehingga interaksi yang terjadi di
lingkungan sosial juga berbeda antara laki-laki dan perempuan (Sears, 1991 ;
Taylor dkk., 2000). Selain itu perempuan dan laki-laki mengalami banyak
perubahan fisik dan sosial selama masa remaja awal, mereka harus berhadapan
dengan keadaan di mana terdapat definisi baru mengenai peran gender. Perbedaan
psikologis dan perilaku antara laki-laki dan perempuan kian meningkat selama
masa remaja awal di karenakan terjadinya peningkatan tekanan-tekanan dari
lingkungan sosial untuk menyesuaikan diri pada peran gender maskulin dan
feminine yang tradisional. Peran masa puber dalam intensifikasi gender dapat
menimbulkan suatu pertanda untuk mensosialisasikan orang lain mengenai
kenyataan bahwa remaja mulai mendekati masa dewasa, dan karena itu harus
mulai banyak bertindak dengan cara yang sesuai dengan stereotype perempuan
atau laki-laki dewasa (Santrock, 2003).
Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru tergolong tinggi. Hal ini
membuktikan bahwa mahasiswa baru mempunyai penyesuaian sosial yang baik
terhadap lingkungan sosialnya yang baru seperti yang di kemukakan oleh Gunarsa
dan Gunarsa (2003) bahwa lingkungan di mana seseorang hidup mengalami
perubahan terus menerus, supaya dapat bertahan seseorang harus
mempertahankan keseimbangannya dalam hubungan dengan lingkungan. Untuk
dapat melakukan penyesuian sosial yang baik maka individu terlebih dahulu harus
berperilaku sesuai dengan tuntututan sosial yang ada di masyarakat, sehingga
individu dapat di terima oleh lingkungan masyarakatnya dan memainkan peran
sosial yang dapat di terima, seperti untuk mematuhi peraturan yang ada dan tidak
mementingkan diri sendiri (Hurlock, 1997 ; Hurlock, 1999).
Dari analisis tambahan di ketahui bahwa ada perbedaan penyesuaian sosial
pada mahasiswa putra di tinjau dari tempat tinggal. Hal ini membuktikan bahwa
mahasiswa putra mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian sosial di
tempat tinggal yang baru hal ini di sebabkan karena mengalami perubahan dengan
lingkungan tempat tinggal sebelumnya seperti yang di kemukakan oleh Rice, dkk
(Santrock, 2003) berbeda latar belakang budaya, geografisnya dan juga beragam
latar belakang etnis. Sedangkan untuk mahasiswa putri tidak ada perbedaan
penyesuaian sosial di tinjau dari tempat tinggal. Hasil lain yang diperoleh dari
penelitian ini juga di ketahui bahwa tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada
mahasiswa putra maupun mahasiswa putri jika di lihat dari rentang usia. Ini
membuktikan bahwa dalam melakukan penyesuaian sosial usia tidak
mempengaruhi seseorang dalam melakukan penyesuaian sosial dengan
lingkungan sosialnya.
Hasil lain yang diperoleh dari penelitian ini juga di ketahui bahwa tidak
ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putra maupun mahasiswa putri
jika di lihat dari rentang usia. Ini membuktikan bahwa dalam melakukan
penyesuaian sosial usia tidak mempengaruhi seseorang dalam melakukan
penyesuaian sosial dengan lingkungan sosialnya.
Jika di lihat dari tiga komponen yang terdapat pada alat ukur penyesuaian
sosial, yaitu lingkungan keluarga, sekolah (kampus) dan masyarakat, sesuai data
yang telah diperoleh dan sudah di analisis di ketahui bahwa ada perbedaan
penyesuaian sosial terhadap ketiga komponen penyesuaian sosial tersebut yang di
berikan kepada mahasiswa baru. Tetapi pada komponen penyesuaian sosial di
keluarga mempunyai nilai mean yang lebih tinggi di bandingkan komponen yang
lainnya. Dari tiga komponen tersebut di ketahui bahwa penyesuaian sosial pada
mahasiwa putri di lingkungan keluarga, kampus dan masyarakat lebih tinggi di
bandingkan mahasiswa putra. Didalam lingkungan keluarga, sekolah atau
masyarakat yang luas akan berkembang bermacam-macam tuntutan peran yang
berbeda berdasarkan perbedaan jenis kelamin, sehingga setiap individu dalam
melakukan penyesuaian sosial berdasarkan apa yang telah mereka dapatkan di tiga
lingkungan tersebut. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama bagi
remaja dalam bersosialisasi sebelum masuk ke lingkungan masyarakat. Dalam
keluarga juga remaja belajar mentaati peraturan yang berlaku, bekerjasama
dengan orang lain, bersikap toleransi, menghargai pendapat orang lain dan belajar
bertanggung jawab (Yusuf, 2004).
Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Penyesuaian sosial mahasiswa putri tergolong tinggi.
2. Penyesuaian sosial mahasiswa putra termasuk tinggi.
3. Penyesuaian sosial pada mahasiswa putri lebih tinggi dibanding penyesuaian
sosial pada mahasiswa putra.
Dari hasil analisis tambahan di peroleh :
(a) Ada perbedaan komponen penyesuaian sosial di keluarga pada mahasiswa
putra dan putri.
(b) Penyesuaian sosial di keluarga pada mahasiswa putri lebih tinggi di
bandingkan penyesuaian sosial di keluarga pada mahasiswa putra.
(c) Ada perbedaan komponen penyesuaian sosial di kampus pada mahasiswa putra
dan putri.
(d) Penyesuaian sosial di kampus pada mahasiswa putri lebih tinggi di bandingkan
penyesuaian sosial di kampus pada mahasiswa putra.
(e) Ada perbedaan komponen penyesuaian sosial di masyarakat pada mahasiswa
putra dan putri.
(f) Penyesuaian sosial di masyarakat pada mahasiswa putri lebih tinggi di
bandingkan penyesuaian sosial di masyarakat pada mahasiswa putra.
(g) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru di tinjau dari
usia 17-19 tahun dan 20-22 tahun.
(h) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putra berdasarkan
rentang usia remaja akhir antara usia 17-19 tahun dan 20-22 tahun.
(i) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putri berdasarkan
rentang usia remaja akhir 17-19 tahun dan 20-22 tahun.
(j) Ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putra berdasarkan tempat
tinggal antara orang tua, kos dan lain-lain.
(k) Penyesuaian sosial pada mahasiswa putra yang tinggal bersama orang tua
lebih tinggi dibandingkan dengan kos dan lain-lain.
(l) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa putri berdasarkan
tempat tinggal antara orang tua, kos dan lain-lain.
(m) Penyesuaian sosial pada mahasiswa putri yang tinggal bersama orang tua
lebih tinggi dibandingkan dengan kos dan lain-lain.
(n) Tidak ada perbedaan penyesuaian sosial pada mahasiswa baru antara Fakultas
Psikologi dan Prodi Ilmu Komunikasi.
(o) Penyesuaian sosial pada mahasiswa baru Prodi Ilmu Komunikasi lebih tinggi
dibandingkan penyesuaian sosial mahasiswa baru Fakultas Psikologi.
Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran-
saran sebagai berikut ;
1. Bagi subjek penelitian.
Dalam melakukan penyesuaian sosial mahasiswa putra diharapkan lebih
menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain, mematuhi peraturan yang
berlaku terutama di lingkungan keluarga, kampus dan masyarakat, peduli dan
ramah terhadap orang lain. Di lingkungan keluarga mahasiswa putra dan putri
dapat melakukan penyesuaian sosial di keluarga dengan menjalin komunikasi
yang baik dengan orang tua, saudara dan anggota keluarga lainnya. Penyesuaian
sosial di lingkungan kampus sebaiknya mahasiswa putra maupun putri lebih aktif
mengikuti kegiatan kampus, menjalin hubungan yang baik dengan dosen, teman-
teman dan semua orang yang terlibat di kampus tanpa membedakan antara satu
dengan yang lainnya. Di lingkungan masyarakat penyesuaian sosial dapat di
lakukan mahasiswa putra dan putri dengan ikut berpartisipasi dengan kegiatan
yang ada di masyarakat, tolong menolong, peka terhadap kesulitan yang di alami
oleh orang lain dan mematuhi norma-norma, adat dan kebiasaan yang ada di
lingkungan masyarakat setempat.
2. Bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang tema yang
sama, disarankan untuk menggali faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
penyesuaian sosial. Dan akan lebih baik lagi jika melakukan penyempurnaan alat
ukur yang telah digunakan oleh peneliti dengan membuat aitem yang terkait
dengan peraturan yang khas keislaman Fakultas Psikologi Universitas Islam
Indonesia. Ini semata agar diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Subjek
penelitian juga bisa lebih diperluas lagi jangkauannya sehingga akan mendapatkan
hasil yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Afiatin, T. 2001. Persepsi Terhadap Diri Dan Lingkungan Pada Remaja
Penyalahguna NAPZA. Jurnal Psikologika, No 12 tahun VI , hal 11-28.
Ali, M dan Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja : Perkembangan peserta didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Asyanti. 1999. Penyesuaian Sosial Di Sekolah Pada Siswa-Siswi SLTP Penderita Asma. Skripsi (Tidak Diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Fudyartanto. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Jogjakarta: Global Pustaka Utama.
Gunarsa dan Gunarsa. 2003. Psikologi Remaja (Cetakan Ke 15). Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial (Edisi Ke-3, Cetakan 1). Bandung: PT. Refika Aditama.
Gutama, P. S. 2004. Hubungan Antara Locus Of Control Eksternal Dengan Kecemasan Terhadap Kegagalan Pada Mahasiswa Tahun Pertama. Skripsi (tidak di terbitkan) Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Hurlock. E. B. 1997. Perkembangan Anak (Edisi Ke-6 Jilid I ). Tjandrasa M, dan Zarkasih, M. (Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
____________1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Edisi Ke-5). Istiwidayanti dan Soedjarwo (Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Kartono & Andari. 1989. Hygiene Mental Dan Kesehatan Mental DalamIslam. Bandung: Cv Mandar Maju.
Maharani & Andayani. 2003. Hubungan Antara Dukungan Sosial Ayah Dengan Penyesuaian Sosial Pada Remaja Laki-laki. Jurnal Psikologi, No I, hal 23-35.
Santrock. 2002. Life- Span Development : Perkembangan Masa Hidup (Edisi Ke-5 Jilid I ). Juda Damanik & Achmad Chusairi (Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
________2003. Adolescence : Perkembangan Remaja (Edisi Ke-6). Shinto B.
Adelar & Sherly Saragih (Penerjemah). Jakarta: Erlangga. Schneiders. 1964. Personal Adjustment And Mental Hygiene. New York: Holt
Rinehart dan Winston.
Sears, Freedman & Peplau. 1992. Psikologi Sosial (Edisi ke-5 Jilid I). Michael, A dan Savitri, S. (Penerjemah). Jakarta : Erlangga.
_____________________1991. Psikologi Sosial (Edisi ke-5 Jilid 2). Michael dan Adryanto (Penerjemah). Jakarta: Erlangga.
Suhapti. 1995. Gender Dan Permasalahannya. Buletin Psikologi. Thn III, No I, Hal 44-49.
Taylor, Peplau & Sears. 2000. Social Psychology. (International Edition, Tenth Edition). New Jersey: Prentice Hall, Inc
Walgito. 2001. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Edisi ke-2, Cetakan ke-3). Jogjakarta : Andi.
Yusuf, S. 2004. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja (Cetakan Ke-4). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.