NASKAH-PUBLIKASI
-
Upload
ananda-anidya-effendy -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
description
Transcript of NASKAH-PUBLIKASI
1
NASKAH PUBLIKASI/LAPORAN
PENELITIAN PENGEMBANGAN IPTEKS
LEH : YOYOK BEKTI PRASETYO, M.Kep.Sp.Kom
Dibiayai oleh Anggaran Dana Pembinaan Pendidikan (DPP) Universitas Muhammadiyah Malang berdasarkan SK Pembantu Rektor I nomor :E.d/846/BAA-
UMM/IX/2008
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009
FFAAKKTTOORR-- FFAAKKTTOORR SSEEKKOOLLAAHH SSEEJJAAHHTTEERRAA DDEENNGGAANN PPEENNDDEEKKAATTAANN TTHHEE SSCCHHOOOOLL WWEELLLL--BBEEIINNGG MMOODDEELL
2
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Penelitian : Faktor-Faktor Sekolah Sejahtera dengan pendekatan The School Well-being Model
2. Bidang Penelitian : Kesehatan
3. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Yoyok Bekti Prasetyo, M.Kep.Sp.Kom b. Jenis Kelamin : Laki-Laki c. NIP : 112.0309.0405 d. Disiplin ilmu : Kesehatan e. Pangkat/Golongan : Asisten Ahli/IIIa f. Jabatan : Dosen PSIK FIKES UMM g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Ilmu Kesehatan h. Alamat : Jl.Bendungan Sutami No.188A Malang i. Telpon/Faks/E-mail : 0341-551149/0341-582060 j. Alamat Rumah : Dusun Damen RT 02/RW 03 Tamanharjo,
Singosari, Malang k. Telpon/Faks/E-mail : 08125208825/[email protected] 4. Jumlah Anggota Peneliti : - orang a. Nama Anggota : - 5. Lokasi Penelitian : SMP 24 Kota Malang
6. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp 4 juta/tahun
Mengetahui, Dekan Tri Lestari Handayani, M.Kep.,Sp.Mat
Malang, 17 Februari 2008 Ketua Peneliti Yoyok Bekti P., M.Kep.Sp.Kom.
Menyetujui, Ketua Lembaga Penelitian
DR. Ir. Maftuchah, MP
3
RINGKASAN DAN SUMMARY
Kesehatan di sekolah sebagian besar masih merupakan hal yang terpisah dengan aspek kehidupan di sekolah. Perhatian komunitas sekolah maupun masyarakat terhadap upaya kesehatan di sekolah masih rendah. Salah satu model yang dapat dikembangkan pada program kesehatan sekolah adalah Model Sekolah Sejahtera (The School Well-being Model). The School Well-being Model memberikan indikator sekolah sejahtera meliputi empat dimensi yaitu: school condition (having), social relationship (loving), mean self-fullfiment (being), dan health status. Desain penelitian ini adalah deskriptif untuk mengeksplorasi faktor yang menentukan sekolah sejahtera dengan Model Sekolah Sejahtera (The Scholl Well-being Model) yang meliputi faktor kondisi sekolah, hubungan sosial, merasa berarti, dan status kesehatan. Pengumpulan data secara survey menggunakan Survei Promosi Kesehatan Sekolah (School Health Promotion Survey/SHPS). Kondisi sekolah di SMP 24 Malang yang perlu mendapat perhatian adalah adanya kondisi suara bising, yaitu 61,9%, adanya debu, yaitu 73,3%. Hubungan sosial masih ada kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas untuk berinteraksi dalam kelompok (71,3%) dan berinteraksi dengan teman (55,5%). Kendala untuk pencapaian diri bagi siswa di SMP 24 Malang selalu menemui kesulitan dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yaitu sebanyak 32,8% dan pada saat mempersiapkan ujian sebanyak 51,8%. Status kesehatan yang dirasakan beberapa kali dalam sebulan oleh siswa SMP 24 Kota Malang adalah sulit tidur (23,9%) dan sakit kepala (36,8%). Untuk gejala lain seperti merasa lelah dan lemas sebanyak 42,1%. Promosi kesehatan sekolah yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan hearing conversation program, program konseling, perhatian terhadap upaya untuk mengurangi stress fisik dan psikologis
Kata Kunci: Faktor sekolah sejahtera, hubungan sosial, status kesehatan
Health a live activities aspect are two thing that still separate in school. Attention of school member and community to the health promotion are still low. One of model for developing health school program is The School Well-being Model. This model gives indicator such as: school condition, school relationship, mean self-fullfiment, and health status. Research study design is descriptive for exploration factor determine school health and well-being. Colecting data with school health promotion survey (SHPS). School condition of SMP 24 Malang is noisy (61,9%), dust (73,3%). Result for school relationship are student feel difficulty to work in group study (71,3%), and interaction with friend (55,5%). Contstrain to mean self-fullfiment student found difficulty tofinish homework (32,8%) and preparation examt (51,8%). Result about health status are sleep deprevation (23,9%), headace (36,8%), fatigue (42,1%). School Health promotion to application include: hearing conversation program, counseling program, attention to decrease physical and psycologic stress.
Key Word: Scholl Well-being factor, social relationship, health status
4
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Upaya untuk mencapai generasi sehat sekolah dikenal dengan program promosi
kesehatan sekolah. Salah satu program promosi kesehatan sekolah ini melalui
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS). Health Promoting School adalah sekolah
yang telah melaksanakan UKS dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah
yang sehat dan aman, memberikan pendidikan kesehatan di sekolah,
memberikan akses terhadap pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya
sekolah untuk mempromosikan kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat (DEPKES RI, 2004). Akar dari sekolah
sehat adalah pendidikan kesehatan dan lingkungan sekolah sehat (Konu &
Rimpela, 2002).
Salah satu model yang dapat dikembangkan pada program kesehatan sekolah
adalah Model Sekolah Sejahtera (The School Well-being Model). The School
Well-being Model memberikan indikator sekolah sejahtera meliputi empat
dimensi yaitu: school condition (having), social relationship (loving), mean self-
fullfiment (being), dan health status. Mean self-fullfiment meliputi kemungkinan
siswa untuk belajar sesuai kapasitas dan sumber yang dimilikinya. Health status
melihat siswa dari tanda dan gelaja penyakit dan kondisi sakit (Konu & Rimpela,
2002). Berdasarkan model ini maka penelitian ini bertujuan mengevaluasi
sekolah yang ada di Malang untuk menentukan kondisi sejahtera sekolah
tersebut.
B. Rumusan Masalah
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a) Bagaimanakah faktor kondisi sekolah di SMP 24 Kota Malang menggunakan
pendekatan The School Well-being Model?
b) Bagaimanakah faktor hubungan sosial di SMP 24 Kota Malang menggunakan
pendekatan The School Well-being Model?
c) Bagaimanakah faktor pencapaian diri di SMP 24 Kota Malang menggunakan
pendekatan The School Well-being Model?
5
d) Bagaimanakah faktor status kesehatan di SMP 24 Kota Malang menggunakan
pendekatan The School Well-being Model?
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengembangan program sekolah yang komprehensif
Sekolah sebagai sebuah organisasi dituntut untuk dapat memecahkan: (1)
masalah tentang bagaimana memperoleh sumber daya yang mencukupi dan
dapat menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, (2) masalah tentang upaya-
upaya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, (3) masalah pemeliharaan
solidaritas, dan (4) masalah upaya menciptakan dan mempertahankan keunikan
nilai yang dkembangkan di sekolah.. Keempat hal di atas menjadi kerangka
acuan dalam mengembangkan sekolah sehat. Sekolah sehat pada dasarnya
merupakan bagian dari kajian tentang iklim sekolah atau budaya sekolah, yang
di dalamnya membicarakan tentang kemampuan sekolah untuk mempertahankan
kelangsungan hidup organisasi sekolah dan kemampuan sekolah dalam
mengatasi berbagai tekanan eksternal yang dapat mengganggu terhadap
pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Promosi kesehatan sekolah dikarakteristikan dengan kekuatan sekolah secara
menetap untuk mempertahankan kapasitas sehat dalam kehidupan sekolah.
Tujuan dari promosi kesehatan sekolah adalah: menguatkan kemampuan
advokasi dalam mengembangkan program sekolah sehat, menciptakan
kerjasama dalam mengembangkan program sekolah sehat, penguatan kapasitas
penelitian dalam mengembangkan program sekolah sehat.
Health Promoting School adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS dengan
ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan
sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman, memberikan
pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap pelayanan
kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk mempromosikan kesehatan
dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat (DEPKES RI,
2004).
B. Model Sekolah Sejahtera (The School Well-Being Model)
7
Model Sekolah Sejahtera (The School Well-Being Model) didasarkan pada model
sejahtera Allardt’s. Kondisi sejahtera menurut model ini adalah interrelasi antara
pengajaran/pendidikan (teaching/education) dan pembelajaran/capaian
(learning/achievement). Pendidikan dan pengajaran adalah dampak dari setiap
katagori dalam tataran kesejahteraan dan berhubungan dengan pembelajaran.
Salah satu bagian penting dari pendidikan adalah pendidikan kesehatan yang
bertujuan untuk menguatkan masyarakat sekolah (siswa, guru, tenaga
administrasi, dan lain-lain) dari keterasingan masalah kesehatan.
Pengajaran/pendidikan serta pembelajaran keduanya berhubungan dengan
kondisi sejahtera. Beberapa literature hubungan antara pembelajaran dan
kesehatan sangat kuat (Wolfe, 1895; Symons et.al, 1997, dalam Konu &
Rimpela, 2002).
Orang tua siswa di rumah dan masyarakat di sekitar sekolah memberikan
dampak terhadap sekolah dan siswa di sekolah. Pendidikan dasar pada anak
diberikan oleh orang tua siswa di rumah. Sebagian pendidikan anak diperoleh
dari masyarkat dan akan membentuk nilai-nilai dasar pada seorang individu. The
School Well-Being Model terdiri dari empat katagori yaitu: school conditions (
8
having), social relationships (loving), means for self-fulfilment (being), dan
health status.
Hubungan sosial (social relationships/loving) meliputi lingkungan sosial dalam
belajar, hubungan antara guru dan siswa, hubungan antar teman sekolah,
hubungan sekolah dengan rumah (orang-tua siswa), kebijakan di sekolah, dan
atmosfer organisasi sekolah. Hubungan yang baik dan admosfer sekolah yang
kondusif akan meningkatkan kapasitas seseorang di lingkungan sosialnya dan
akan meningkatkan kesejahteraan sekolah. Hubungan siswa dengan guru
memegang peran yang penting dalam menciptakan kesejahteraan dalam sekolah.
Pencapaian diri di sekolah (self-fulfiment in school/being) adalah rasa
kebersamaan sebagai anggota masyarakat sekolah yang memiliki peranan dan
berpartisipasi aktif dalam kehidupan di sekolah. Keterlibatan masyarakat sekolah
dalam membuat kebijakan sekolah, perhatian pihak sekolah pada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran adalah kunci untuk menciptakan kondisi sehat-
sejahtera di sekolah. Status kesehatan (health status) adalah adanya penyakit
atau kondisi sakit di masyarakat sekolah. Kondisi sehat baik fisik dan mental
adalah alat yang penting untuk mencapai kondisi sekolah yang sehat dan
sejahtera.
9
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan
Tujuan umum:
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi beberapa factor yang
menunjang sekolah sehat di SMP 24 Malang menggunakan pendekatan model
sekolah sejahtera (The School Well-being Model).
Tujuan khusus:
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor kondisi sekolah di SMP 24 Kota Malang
menggunakan pendekatan The School Well-being Model?
2. Mengidentifikasi faktor hubungan sosial di SMP 24 Kota Malang
menggunakan pendekatan The School Well-being Model?
3. Mengidentifikasi faktor pencapaian diri di SMP 24 Kota Malang
menggunakan pendekatan The School Well-being Model?
4. Mengidentifikasi faktor status kesehatan di SMP 24 Kota Malang
menggunakan pendekatan The School Well-being Model?
B. Manfaat
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Manfaat penelitian ini adalah menyediakan data dasar (data base) untuk
mengembangkan program promosi kesehatan yang berkualitas kepada
komunitas sekolah. Pelayanan keperawatan komunitas di sekolah
menggunakan proses pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Pengkajian yang mendalam terhadap variabel –varibel untuk menciptakan
sekolah sehat dan sejatera berdasarkan pendekatan The School Well-being
Model yang meliputi: kondisi sekolah, hubungan sosial, pencapaian diri, dan
status kesehatan akan memberikan dasar bagi perawat komunitas untuk
menyusun perencanaan.
2. Manfaat yang lain dari penelitian ini adalah dapat dijadikan dasar untuk
membuat suatu perencanaan kesehatan pada salah satu agregat anak usia
sekolah menengah pertama (SMP). Tanggung jawab upaya peningkatan
kesehatan (health promotion) pada sekolah ini tidak hanya diberikan pada satu
16
10
subsistem yang ada di masyarakat misalnya puskesmas atau dinas pendidikan
nasional. Oleh karena itu diperlukan upaya bersama dari semua sektor dengan
strategi network untuk menciptakan sekolah sehat.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Adanya landasan praktek klinik yang mendalam berkaitan dengan menghadapi
masalah sekolah sehat, sehingga akan memberikan dasar pengetahuan yang
baik bagi perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan khususnya
perawat komunitas. Dengan adanya penelitian tentang sekolah sehat ini akan
ditemukan sebuah upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan bagi
masyarakat sekolah yang terdiri dari guru, siswa, wali murid, karyawan
sekolah untuk secara mandiri dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi.
4. Manfaat lain bagi ilmu keperawatan dengan adanya penelitian ini dapat
memperkaya dan memicu area-area keperawatan yang selama ini masih
merupakan area yang kurang mendapat perhatian dari perawat (neglect area)
dapat lebih jelas mendapatkan sentuhan ilmu keperawatan. Masalah kesehatan
sekolah merupakan tanggung jawab dan menuntut perawat untuk memberikan
intervensi yang terarah dan optimal.
.
11
BAB IV. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian
deskriptif.
B. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di SMP 24 Wilayah kota Malang, waktu penelitian
dilakukan selama satu bulan mulai tanggal 10 Januari s/d 30 Mei 2009
C. Definisi Operasional Variabel
Tabel 1. Definisi Operasional
No Variabel Defnisi Operasional
Parameter Alat Ukur
Skala
1 Faktor-faktor sekolah sehat
Faktor-faktor sekolah sehat yang memiliki 4 indikator meliputi: a. Kondisi
sekolah b. Hubungan
sosial c. Pencapaian
diri d. Status
kesehatan
1. Kondisi sekolah:kondisi kelas, suara bising, cahaya, ventilasi, debu, fasilitas yang minim, ruang santai, kekerasan, kejadian beresiko, tekanan waktu
2. Hubungan sosial: perhatian guru, pelayanan guru, hubungan dengan teman, kejadian marah
3. Pencapaian diri: dorongan guru, masalah dalam menemui guru, menghadapi ujian, mengerjakan PR, dsb.
4. Status kesehatan: riwayat kesehatan ispa, nyeri leher, nyeri punggung, nyeri perut, iritasi, sulit tidur, sakit kepala, merasa lelah, mrasa gemetar, pelayanan perawat dan konseling
Survei Promosi Kesehatan Sekolah (School Health Promotion Survey/SHPS)
Nominal
12
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteritik Responden
Analisis univariat untuk karakteristik responden berdasarkan proporsi dari usia,
dan jenis kelamin siswa. Data usia dalam bentuk numerik yang akan ditampilkan
dalam tabel central tendency meliputi mean, median, range, dan standart deviasi
(tabel 5.1). Data jenis kelamin dalam bentuk katagorik menjadi pria dan wanita
(tabel 5.2)
Tabel 5.1 Central Tendency Siswa SMP 24 Malang Tahun 2009
(n = 247)
Karakteristik Responden
Range (Nilai
minimum – maksimum)
Mean Median Standart Deviasi
Usia 12 – 17 13,68 14 1,11
Rata-rata usia siswa di SMP 24 Malang adalah 13, 68 tahun dengan nilai tengah
14 tahun dan standard deviasi 1,11 tahun. Usia paling muda adalah 12 tahun dan
tertua adalah 17 tahun.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Siswa SMP 24 Malang Tahun 2009 (n = 247)
Karakteristik Responden Frekuensi ProsentaseJenis kelamin F %
Laki-laki 140 56,7 Perempuan 107 43,3 Total 247 100
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa siswa laki-laki memeliki proporsi yang lebih
banyak dari pada siswa perempuan yaitu 56,7%
B. Karakteristik Faktor Kondisi Sekolah, Hubungan Sosial, Pencapaian Diri Di
Sekolah, Dan Status Kesehatan
Analisis univariat untuk karakteristik faktor kondisi sekolah, hubungan sosial,
pencapaian diri di sekolah, dan status kesehatan diukur dengan menggunakan
13
skala nominal, dan hasilnya berupa data katagorik. Dari tabel 5.3 dapat diketahui
bahwa kondisi kelas yang memiliki prosentase tinggi adalah adanya kondisi suara
bising, yaitu 61,9%, adanya debu, yaitu 73,3%. Selain tabel 5.3 diatas ada data
tentang kondisi sekolah terkait dengan kekerasan, kejadian beresiko dan tekanan
waktu. Kondisi sekolah di SMP 24 Malang terkait dengan adanya kekerasan
sebanyak 20,2%, adanya kejadian beresiko sebanyak 19,8% dan adanya tekanan
pada waktu sebanyak 35,2%.
Terkait dengan kekerasan pada siswa SMP menurut Riauskina, Djuwita, Soesetio
(2005) di definisikan sebagai shcool bulyying yaitu perilaku agresif yang
dilakukan berulang-ulang oleh seseorang atau kelompok siswa yang memiliki
kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah. Korban shcool bulyying akan
cenderung mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan
psikologis yang rendah (low psychological well-being), penyesuaian sosial yang
buruk, gangguan psikologis, dan kesehatan yang buruk.
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Faktor Kondisi Sekolah
di SMP 24 Malang Tahun 2009 (n = 247)
Karakteristik Faktor Frekuensi Prosentase Kondisi kelas
Tidak ada kekacauan dalam kelas 8 3,2 Sediktik kekacauan dalam kelas 83 33,6 Ada kekacauan dalam kelas 156 63,2
Suara bising Tidak ada 12 4,9 Sedikit 82 33,2 Ada 153 61,9
Cahaya kurang terang Tidak ada 126 51 Sedikit 85 34,4 Ada 36 14,6
Ventilasi yang kurang (udara pengap) Tidak ada 85 34,4 Sedikit 104 42,1 Ada 58 23,5
Debu Tidak ada 2 0,8 Sedikit 64 25,9 Ada 181 73,3
Fasilitas yang minim
14
Tidak ada 23 9,3 Sedikit 76 30,8 Ada 148 59,9
Ruang santai Tidak ada 110 44,5 Sedikit 49 19,8 Ada 88 35,6
Kekerasan Tidak ada 125 50,6 Sedikit 72 29,1 Ada 50 20,2
Selain gejala diatas kekerasan yang dilakukan di sekolah (school bulyying) dapat
mengakibatkan gejala kesehatan fisik seperti sakit kepala, sakit tenggorokkan, flu,
batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bagi korban yang mengalami perilaku
agresif juga mungkin mengalami luka-luka pada fisik siswa.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Faktor Hubungan Sosial
di SMP 24 Malang Tahun 2009 (n = 247)
Karakteristik Faktor Frekuensi Prosentase Guru perhatian pada sesuatu yang dikerjakan siswa
Sangat setuju 60 24,3 Setuju 147 59,5 Tidak setuju 34 13,8 Sangat tidak setuju 5 2
Guru melayani siswa dengan baik Sangat setuju 89 36 Setuju 125 50,6 Tidak setuju 19 7,7 Sangat tidak setuju 14 5,7
Merasa santai dengan teman di dalam kelas untuk belajar bersama
Sangat setuju 64 25,9 Setuju 140 56,7 Tidak setuju 28 11,3 Sangat tidak setuju 13 5,3
Masalah saat mengerjakan tugas di sekolah dengan bekerja kelompok
Tidak pernah 22 8,9 Sesekali 176 71,3 Sering 45 18,2 Selalu 3 1,2
15
Masalah saat mengerjakan tugas di sekolah untuk berhubungan dengan teman
Tidak pernah 58 23,5 Sesekali 137 55,5 Sering 37 15 Selalu 13 5,3
Dari tabel 5.4 dapat diketahui bahwa hubungan sosial di SMP 24 dalam hal guru
memperhatikan apa yang dikerjakan siswa, pelayanan guru yang baik terhadap siswa,
hubungan yang baik antar teman dikelas dalam katagori baik, hal ini ditunjukkan
dengan tingginya proporsi siswa yang menyatakan setuju dengan hal tersebut.
Namun demikian masih ada kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas untuk
berinteraksi dalam kelompok (71,3%) dan berinteraksi dengan teman (55,5%). Selain
tabel 5.4. diatas ada data tentang hubungan sosial terkait dengan masalah saat
mengerjakan tugas di sekolah untuk berhubungan dengan guru (37,2%), situasi
marah dari siswa (marah disini diartikan marah yang sangat) saat disekolah selama
belajar (sesekali dalam seminggu:41,7%), seberapa sering saudara melihat teman
yang lain marah selama belajar di sekolah (sesekali dalam seminggu: 35,2%).
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Faktor Pencapaian diri
di SMP 24 Malang Tahun 2009 (n = 247) Karakteristik Faktor Frekuensi Prosentase
Guru mendorong saudara untuk mengekspresikan pandangan saudara selama pelajaran*)
Tidak setuju 24 9,7 Setuju 143 57,9 Sangat setuju 42 17
Pandangan teman-teman sekolah terhadap pengembangan peningkatan sekolah**)
Tidak setuju 8 3,2 Setuju 164 66,4 Sangat setuju 41 16,6
*) data missing 15,4%, **) data missing 13,8%
Dari tabel 5.5 dapat diketahui upaya guru untuk mendorong siswa berekspresi dalam
perpendapat di dalam kelas ada sebesar 9,7% siswa yang menyatakan tidak ada
upaya dorongan ini dari guru, sedangkan 66,4% siswa menyatakan setuju dengan
upaya pengembangan sekolah. Berikut ini pada tabel 5.6 akan dipaparkan bagaimana
16
aktivitas siswa di sekolah? Apakah siswa mempunyai masalah dalam menyelesaikan
tugas meliputi: menemui guru saat pelajaran, mengerjakan PR, persiapan ujian,
menemukan teman belajar, memulai tugas yang memerlukan aktivitas fisik,
mengerjakan tugas yang memerlukan membaca, mengerjakan tugas yang
memerlukan menulis.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Faktor Pencapaian Diri (Bagaimana aktivitas siswa di sekolah? Apakah siswa mempunyai masalah dalam menyelesaikan tugas)
di SMP 24 Malang Tahun 2009 (n = 247) Karakteristik Faktor Frekuensi Prosentase
Menemui guru saat pelajaran a) Tidak pernah 52 21,1 Sesekali 133 53,8 Sering 28 11,3 Selalu 32 13
Mengerjakan pekerjaan rumah (PR) atau tugas sekolah yang lain b)
Tidak pernah 21 8,5 Sesekali 56 22,7 Sering 77 31,2 Selalu 81 32,8
Persiapan ujian c) Tidak pernah 10 4 Sesekali 42 17 Sering 61 24,7 Selalu 128 51,8
Menemukan teman belajar d) Tidak pernah 19 7,7 Sesekali 69 27,9 Sering 95 38,5 Selalu 48 19,4
Memulai tugas yang memerlukan aktivitas fisik e) Tidak pernah 36 14,6 Sesekali 94 38,1 Sering 71 28,7 Selalu 21 8,5
Mengerjakan tugas yang memerlukan membaca (dari buku, perpustakaan) f)
Tidak pernah 16 6,5 Sesekali 67 27,1 Sering 117 47,4 Selalu 27 10,9
Mengerjakan tugas yang memerlukan menulis g) Tidak pernah 14 5,7 Sesekali 33 13,4 Sering 125 50,6 Selalu 70 28,3
Data missing: a) 0,8% b) 4,9% c)2,4% d)6,5% e)10,1% f)8,1% g)2,0%
17
Dari tabel 5.6. diatas dapat diketahui bahwa siswa di SMP 24 Malang selalu
menemui kesulitan dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yaitu sebanyak
32,8% dan pada saat mempersiapkan ujian sebanyak 51,8%. Fahrial (2009)
mengatakan bahwa ujian bagi siswa dapat menjadi pemicu terjadinya stress sehingga
akan mengakibatkan keluhan fisik seperti migrain, sakit kepala, nyeri ulu hati, maag,
sakit yang tidak jelas dan nafsu makan berkurang.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Faktor Status Kesehatan Siswa di SMP 24 Malang
Tahun 2009 (n = 247)
Karakteristik Faktor Frekuensi Prosentase Riwayat sakit infeksi pernapasan seperti flu, batuk piliek, nyeri menelan, amandel, pilek yang tidak sembuh-sembuh selama 6 bulan a)
Tidak pernah 168 68 Jarang 68 27,5 Sering 5 2 Selalu 3 1,2
Apakah saudara memiliki tanda dan gejala dan seberapa sering selama 6 bulan terakhir:
1. Nyeri leher b) Tidak pernah 131 53 Satu kali dalam sebulan 82 33,2 Beberapa kali dalam sebulan 31 12,6
2. Nyeri punggung c) Tidak pernah 177 71,7 Satu kali dalam sebulan 49 19,8 Beberapa kali dalam sebulan 20 8,1
3. Nyeri perut Tidak pernah 126 51 Satu kali dalam sebulan 73 29,6 Beberapa kali dalam sebulan 48 19,4
4. Iritasi d) Tidak pernah 191 77,3 Satu kali dalam sebulan 24 9,7 Beberapa kali dalam sebulan 25 10,1
5. Sulit tidur Tidak pernah 136 55,1 Satu kali dalam sebulan 52 21,1 Beberapa kali dalam sebulan 59 23,9
6. Sakit kepalae) Tidak pernah 70 28,3 Satu kali dalam sebulan 85 34,4
18
Beberapa kali dalam sebulan 91 36,8 Data missing a) 1,2%; b)1,2%; c)0,4%; d)2,8%; e)0,4%
Berdasarkan data dari tabel 5.7 dapat diketahui bahwa gejala yang dirasakan
beberapa kali dalam sebulan oleh siswa SMP 24 Kota Malang adalah sulit tidur
(23,9%) dan sakit kepala (36,8%). Untuk gejala lain seperti merasa lelah dan lemas
sebanyak 42,1% (dirasakan beberapa kali dalam sebulan), sedangkan pelayanan
kesehatan di SMP 24 terkait kemudahan menemui perawat sebanyak 67,2% dan
kepuasan layanan konseling sebanyak 68%.
Mengenai adanya gejala sulit tidur pada siswa SMP dapat disebabkan oleh berbagai
kondisi yang menyebabkan stress. Salah satu contoh adalah adanya konflik orang tua
dan anak. Apabila konflik antara orang–tua dan remaja, menjadi berlarut-larut dapat
menimbulkan berbagai hal yang negatif,baik bagi remaja itu sendiri maupun dalam
hubungan antara dirinya dengan orang-tuanya. Kondisi demikian merupakan suatu
stresor bagi remaja; yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan yang
kompleks, baik fisik, psikologik maupun sosial termasuk pendidikan. Antara lain
dapat timbul berbagai keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya, maupun berbagai
permasalahan yang berdampak sosial seperti malas sekolah, membolos, ikut
perkelahian antara pelajar (tawuran) dan menyalahgunakan NAPZA. Kebutuhan
tidur bagi siswa SMP adalah kebutuhan dasar yang penting dan harus dipenuhi
mengingat dampak merugikan yang bisa ditimbulkan. Menurut Samiudin (2000)
kekurangan tidur jangka panjang dan pendek menyebabkan gangguan pada pikiran,
bicara, daya ingat, konsentrasi, dan pertimbangan. Sifat lekas marah meningkat dan
waktu untuk bereaksi menurun. Paranoia dan halusinasi pandangan, taktil dan
pendengaran sering kali akibat dari kekurangan tidur jangka panjang.
19
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Kondisi sekolah di SMP 24 Malang yang perlu mendapat perhatian adalah
adanya kondisi suara bising, yaitu 61,9%, adanya debu, yaitu 73,3%.
2. Hubungan sosial masih ada kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas untuk
berinteraksi dalam kelompok (71,3%) dan berinteraksi dengan teman
(55,5%).
3. Kendala untuk pencapaian diri bagi siswa di SMP 24 Malang selalu
menemui kesulitan dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yaitu
sebanyak 32,8% dan pada saat mempersiapkan ujian sebanyak 51,8%.
4. Status kesehatan yang dirasakan beberapa kali dalam sebulan oleh siswa
SMP 24 Kota Malang adalah sulit tidur (23,9%) dan sakit kepala (36,8%).
Untuk gejala lain seperti merasa lelah dan lemas sebanyak 42,1%
6.2. Saran
1. Promosi kesehatan sekolah yang perlu dilakukan adalah dengan melakukan
hearing conversation program dengan melakukan kegiatan: survey sumber
kebisingan, pemeriksaan pendengaran siswa, pemakaian alat pelindung
atau penatakan tempat (seperti ruang belajar di jauhkan dari sumber suara,
penanaman pohon peredam suara seperti bambu) dan pendidikan kesehatan
kepada pihak sekolah dan siswa untuk mengurangi suara bising.
2. Diperlukan program konseling untuk mengatasi masalah hubungan sosial.
Program konseling bagi remaja, orang-tua dan keluarga, penting agar
mereka menyadari bahwa remaja dalam perkembangan nya membutuhkan
dukungan. Orang-tua dapat berfungsi sebagai penyangga disaat
remajamengalami krisis, baik dari dalam dirinya, ataupun karena faktor
luar. Salah satu cara adalah penekanan tentang pentingnya komunikasi dua
arah yang “ terbuka “ dan mengubah interaksi sehingga keluarga dapat
menyelesaikan masalah dengan cara yang lebih sehat. Konseling bagi
remaja diperlukan agar mereka mampu mengembangkan identitas diri dan
menyesuaikan dengan lingkungan secara sehat.
30
20
3. Penanggulangan belajar yang tepat dapat dikenalkan kepada pihak
manajemen sekolah. Cara menanggulangan kesulitan belajar memerlukan
pendekatan yang mencakup semua aspek, sehingga dapat diberikan
intervensi yang lebih tepat, Intervensi tersebut merupakan koreksi dan atau
pendidikan remedial. Penanggulangan kesulitan belajar perlu
mempertimbangan hal-hal sebagai berikut : Penanganan dibidang edukatif :
pendidikan remedial dan pendidikan khusus untuk perkembangan spesifik
Penanganan dibidang medis : a) Terapi obat sesuai kondisi, dapat diberikan
: - Stimulansia ( metilfenidat ) pada gangguan pemusatan perhatian - Anti
cemas pada kondisi cemas - Anti depresi pada kondisi depresi - Vitamin
dan diet pada gangguan gizi . Psikoterapi : - Individual, dengan tujuan
membantu remaja agar dapat berfungsi secara adekuat, - Keluarga , dengan
tujuan memperbaiki fungsi keluarga
4. Perhatian terhadap upaya untuk mengurangi stress fisik dan psikologis pada
siswa adalah perhatian utama dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ari Fahrial. Waspadai Ujian Picu Stress. Sriwijaya Post 21 April 2009
Davies, A. & G. Quinlivan (2006), A Panel Data Analysis of the Impact of Trade on Human Development, Journal of Socioeconomics
DEPKES RI , (2004) Kualitas Sumber Daya Manusia Ditentukan Pendidikan dan Kesehatan http://202.155.5.44/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=701&Itemid=2, diakses tanggal 5 Agustus 2008
Kompas, 30 Agustus 2007, Sekolah masih abaikan UKS,
Konu A & Rimpela M. (2002). Factor structure of the school well-being model. Health education research. Vol.17,No.6.2002. Oxford University Press.
Konu A & Rimpela M. (2002). Well-being in schools: a conceptual model. Health promotion international. Vol.17,No.1.2002. Oxford University Press
Kusumawardani,(2007) , Pengembangan Promosi Kesehatan Berbasis Sekolah untuk pengendalian Prilaku Berisiko Pada Pelajar SLTP di Kota Depok, http://www.bmf.litbang.depkes.go.id/index.php?option=content&task=view&id=99&Itemid=53, diakses tanggal 6 Agustus 2008
21
Laporan ini dikeluarkan oleh UNDP pada 27 November 2007, Indonesia berada pada peringkat 108 (http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia#Indonesia, diakses tanggal 5 Agustus 2008)
Masalah Kesehatan Anak Usia SekolahOleh Fatmah Afrianty Gobel, http://www.tribun-timur.com/view.php?id=89767&jenis=Opini, diakses tanggal 5 Agustus 2008
Riauskina, Djuwita, dan Soesitio. 2005. School Bulyying. http://www.rileks.com/community/artikelmu/blogger.html. diakses tanggal 7 Mei 2009
Sudrajat A., http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/28/sekolah-sehat-dan-sekolah-sakit/ diunduh 4 agustus 2008
Zishan Samiudin. 2000. Insomnia pada HIV dan Penatalaksanaannya. Research Initiative Treatment Action. Warta AIDS. Yayasan Spiritia