naskah-publikasi-04320187
-
Upload
grace-nenobais -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of naskah-publikasi-04320187
-
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN
MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI
Oleh:
WIDURI NUR ANGGRAIENI
RA RETNO KUMOLOHADI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
-
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN
MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI
Telah Disetujui Pada Tanggal
________________________
Dosen Pembimbing Utama
(RA Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si.)
-
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECEMASAN
MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA BINTARA POLRI
Widuri Nur Anggraieni
RA Retno Kumolohadi
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi tingkat religiusitas maka semakin rendah kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri dan semakin rendah religiusitas maka semakin tinggi kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polri. Subyek dalam penelitian ini adalah polisi dengan pangkat Bintara, maksimal 5 tahun menjelang pensiun yang berusia 53-57 tahun yang masih aktif bekerja, beragama islam.. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang dimodifikasi oleh peneliti dari peneliti Sugiharto (2005), untuk skala kecemasan menghadapi masa pensiun disusun dengan mangacu pada teori kecemasan yang dikemukakan oleh Lazarus dan aspek-aspek kecemasan yang di sebutkan oleh Haber dan Runyon (Suryani, 2007). Skala religiusitas di susun dengan mengacu pada aspek-aspek religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (Roberston, 1988; Ancok dan Suroso, 1995; Uyun, 1998). Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan uji korelasi spearman. Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar r = -0,482 dengan p = 0,001 (p
-
PENGANTAR
Seiring dengan berjalannya waktu individu dihadapkan pada suatu kenyataan
bahwa tidak selamanya manusia dapat bekerja, ada saatnya ketika sudah mencapai
masa tua, seseorang akan berhenti dari pekerjaannya atau pensiun dan beristirahat
untuk dapat menikmati hasil yang diperolehnya selama bekerja (Monks,et.al, 1982
dalam Hartati, 2002). Seseorang yang pensiun berarti mengalami perubahan pola
hidup dari bekerja menjadi tidak bekerja.
Berbagai reaksi terlihat pada individu dalam menghadapi masa pensiun. Hal ini
tergantung dari kesiapan didalam menghadapinya. Secara garis besar ada tiga sikap
ataupun reaksi yang diberikan (1) menerima; (2) terpaksa menerima; dan (3) menolak
(dalam Hartati, 2002). Permasalahan semakin kompleks yang dihadapi oleh manusia,
sehingga menimbulkan berbagai akibat bagi kesehatan mental seseorang baik yang
ringan sampai yang berat. Salah satunya gangguan bagi kondisi mental individu
adalah kecemasan yaitu kecemasan menghadapi masa pensiun. Pada saat memasuki
masa pensiun, kebanyakan individu yang bekerja pasti mengalami perasaan cemas.
Perasaan cemas yang muncul dengan tingkat kecemasan yang berbeda-beda,
tergantung pada kepribadian individu masing-masing, dan juga tergantung dari
pengaruh serta respon yang di berikan oleh individu, serta individu tersebut harus
berusaha menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
-
Sebuah survei membuktikan hampir separuh penduduk Indonesia tidak merasa
aman secara finansial dalam menghadapi masa pensiun, dan sekitar 58% dari 220 juta
populasi memiliki pengetahuan rata-rata tentang pengelolaan uang dan finansial
pribadi. Jika dirinci, dapat diketahui bahwa hasil survei itu menunjukkan enam dari
sepuluh orang Indonesia ragu-ragu kehidupan paska pensiun bisa didukung dengan
tabungannya. Responden cenderung menyatakan bahwa tabungan mereka tidak bisa
memberikan rasa nyaman saat usia pensiun (Tis, 2007).
Individu yang sudah memasuki tahap akhir dari karirnya atau memasuki tahap
decline (kemunduran), pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa dirinya sudah
memasuki masa pensiun (Hartati, 2002). Banyak individu yang memandang negatif
tentang pensiun dan menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa
pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas, dan perasaan
cemas muncul karena tidak tahu lagi apa yang akan dilakukan kedepannya, dengan
menunjukkan gejala fisiologi seperti merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung
berdebar-debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur.
Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian,
timbulnya perasaan kecewa, sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang
lain (Sari dan Kuncoro, 2006). Kebanyakan dari pensiunan tidak bisa menikmati dan
menjalani masa pensiunnya dengan santai, dan juga keadaan yang tidak
menyenangkan harus dirasakan, yaitu jumlah tanggungan keluarga yang masih cukup
besar ketika masa pensiun sudah didepan mata.
-
Masa-masa pensiun yang akan tiba, terutama pada para Bintara Polri harus
dihadapi dan di alami, dimana semua itu dapat dilalui dengan kereligiusitasan yang
dimiliki oleh setiap orang yang beragama, karena agama atau religius adalah
bagaimana sikap bathin dan sikap keseharian individu yang diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hubungannya dengan sang pencipta
(Shihab dalam Diana, 1999). Biasanya orang yang dapat menerima keadaan bahwa
mereka akan memasuki masa pensiun, memiliki religiusitas yang tinggi dan rasa
kecemasannya rendah, karena mereka sudah siap dan mereka sadar kalau mereka
bekerja sebagai Bintara Polri akan mengalami namanya pensiun.
Berdasarkan pendapat di atas, penulis menduga bahwa semakin tinggi
religiusitasnya, maka semakin rendah kecemasan yang dialami oleh Bintara Polri,
karena para Bintara Polri sudah siap untuk memasuki masa pensiun dan itu sudah
menjadi konsekuensinya bekerja sebagai Bintara Polri. Saat mengalami masa pensiun
dan kebanyakan orang-orang seperti mereka, selalu mensyukuri apa yang telah
diterima dan juga mereka percaya bahwa Allah swt akan memberikan yang terbaik
buat mereka, karena Allah swt tidak akan memberikan cobaan kepada setiap umatnya
diluar kemampuannya. Sedangkan dengan semakin rendah religiusitasnya, maka
semakin tinggi kecemasannya memasuki masa-masa pensiun, karena mereka tidak
siap memasuki masa pensiun dengan berkurangnya penghasilan, yang biasanya
mendapatkan penghasilan penuh tiap bulannya. Individu seperti itu adalah Individu
-
yang kurang rasa bersyukur atas segala hal yang diterima selama ini dan tidak
memiliki sikap pasrah terhadap kenyataan yang ada dalam sebuah kehidupan.
Penelitian yang dilakukan kali ini, memiliki arti penting karena ingin mengetahui
hubungan antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada
Bintara Polri.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah Polisi dengan pangkat Bintara,
maksimal 5 tahun menjelang pensiun yang berusia antara 53-57 tahun yang masih
aktif bekerja, beragama islam. Asumsinya semakin mendekati pensiun, maka subjek
semakin menghadapi kecemasan.
Dimana subyek penelitian ini akan diambil sesuai dengan karakteristik
yang telah ditentukan, berdasarkan data yang didapat penulis dari Kepolisian.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua
variabel, yaitu:
-
1. Skala Kecemasan menghadapi masa pensiun
Skala kecemasan menghadapi masa pensiun diungkap menggunakan Konsep
yang di kemukakan oleh Haber dan Runyon (Suryani, 2007), yaitu dalam
penelitiannya mengenai aspek aspek kecemasan menghadapi masa pensiun meliputi
empat dimensi yaitu : Dimensi Afektif , Dimensi Kognitif , Dimensi Somatis,
Dimensi Motorik.
2. Skala Religiusitas
Aspek aspek ( dimensi ) religiusitas yang diungkap dalam penelitian ini
adalah konsep yang dikemukakan oleh Glock dan Strak (Roberston, 1988; Ancok dan
Suroso, 1995; Uyun, 1998).yaitu: Religious Belief (Dimensi Idelogis), Religious
Practice (Dimensi Ritualistik), Religious Feeling (Dimensi Eksperensial), Religious
Effect (Dimensi Konsekuensial), Religious Knowledge (Dimensi Intelektual).
3. Metode Analisi Data
Metode analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara religiusitas
dengan kecemasan menghadapi masa pensiun adalah dengan menggunakan Product
Moment dari Karl Pearson bila terdistribusi normal dan liniear, tetapi bila
berdistribusi tidak normal dan linier maka digunakan korelasi Spearman. Dari hasil
penelitian selanjutnya dianalisis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan
program komputer SPSS for windows 15.00.
-
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Uji Asumsi
Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang
meliputi uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas
merupakan syarat sebelum dilakukannya uji korelasi. Uji asumsi dilakukan
dengan menggunakan program SPSS 15,0 for windows
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sebaran dari skor jawaban
subjek normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap distribusi skor
kecemasan menghadapi masa pensiun dan religiusitas, dengan menggunakan
teknik One- Sample Kolmogorov- Smirnov Test . Sebaran skor suatu variabel
penelitian dikatakan mengikuti distribusi kurva normal jika harga p dari nilai
K-S-Z lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Dari hasil pengolahan data kecemasan
menghadapi menghadapi masa pensiun diperoleh koefisien K-SZ = 1,150
dengan p = 0,142 (p> 0,05) dan data religiusitas diperoleh K-SZ = 0,142
dengan p = 0,845 (p> 0,05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa
data kecemasan menghadapi masa pensiun dan religiusitas, terdistribusi atau
tersebar dengan normal.
b. Uji Linieritas
Uji linearitas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas
dengan variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah
-
hubungan antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi masa
pensiun mengikuti garis linier atau tidak. Uji linieritas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 15.00
for Windows dengan teknik Compare Means. Uji linieritas dilakukan untuk
mengetahui linieritas antara variabel religiusitas dan kecemasan menghadapi
masa pensiun
Hasil uji linearitas menunjukkan F = 1,922 dengan p = 0,398 (p>0,05).
Berdasarkan hasil uji linieritas yang dilakukan dapat diketahui bahwa ada
hubungan yang tidak linier antara variabel religiusitas dan variabel
kecemasan menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu, pada variabel-variabel
diatas dapat dikenakan analisis korelasi Spearman.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif
antara religiusitas dengan kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara
Polisi Republik Indonesia (Polri). Pengujian terhadap hipotesis tersebut
menggunakan teknik korelasi Spearman, dengan menggunakan program
komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 15.00 for Windows.
Hasil analisis mengenai hubungan antara kecemasan menghadapi masa
pensiun dengan religiusitas menggunakan perhitungan melalui z-score. Analisis
korelasi Spearman menunjukkan koefisien korelasi antara variabel religiusitas
dan kecemasan menghadapi masa pensiun adalah -0,482(r=-0,482) dengan p =
- 0,01(p
-
dalam menghadapi krisis serta menumbuhkan sikap rela menerima kenyataan hidup
sebagaimana yang telah ditakdirkan tuhan, sehingga ia mendapatkan keseimbangan
mental. Agama juga mampu memberikan rasa aman, rasa tidak takut dan cemas
menghadapi persoalan hidup, seperti perasaan cemas memasuki masa pensiun.
sehingga pemecahan masalah kehidupan melalui keagamaan akan meningkatkan
kehidupan itu sendiri menuju nilai-nilai spiritual dan individu akan memperoleh
keseimbangan mental (Daradjat, 1993), sesuai dengan teori Gate-control bahwa
adanya kontrol dari area otak yang dapat menolak rasa sakit bila ada rangsangan,
sehingga dapat menimbulkan perasaan tenteram, damai, bahagia, gembira, bergelora
dalam diri seseorang (Prawitasari,E.J. dkk, 2003).
Religiusitas atau penghayatan keagamaan memberikan pengaruh besar terhadap
taraf kesehatan mental, seperti kecemasan menghadapi masa pensiun. karena individu
yang religiusnya lebih kuat, maka kecemasan menghadapi pensiun lebih rendah
(Hawari, 1996). Dister (1982) menyatakan bahwa salah satu fungsi agama adalah
untuk mengatasi, frustasi (emosional afektif) atau kecemasan, seperti menghadapi
masa pensiun dan untuk mengatasinya manusia harus bertindak religius. Dalam hal
ini agama di abadikan untuk tujuan mengatasi perasaan-perasaan seperti itu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Petersen dan Roy (1985) yaitu salah satu
faktor kecemasan adalah suatu reaksi psikologis terhadap peristiwa-peristiwa
problematis atau yang mengancam kehidupan, dimana tampak relevan untuk berfokus
-
pada aspek-aspek religiusitas yang berpotensi membantu individu dalam mengatasi
kejadian-kejadian ini secara psikologis, seperti kecemasan menghadapi masa pensiun.
Sumbangan yang diberikan religiusitas terhadap kecemasan menghadapi masa
pensiun adalah sebesar 28,1%. Sedangkan sebanyak 71,9% faktor yang
mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun tidak diteliti dalam penelitian
ini. Pengaruh religiusitas terhadap kecemasan menghadapi masa pensiun dapat dilihat
dari data empirik yang didapat kategorisasi skor pada religiusitas dan kecemasan
menghadapi masa pensiun, yaitu ditemukan bahwa mayoritas subjek memiliki
kategori religiusitas sangat tinggi (lihat pada tabel 11). Ditemukan juga bahwa
mayoritas subjek memiliki skor kecemasan yang termasuk dalam kategorisasi rendah
(lihat pada tabel 10). Dengan kata lain kecemasan menghadapi masa pensiun subyek
dipengaruhi oleh religiusitas subyek dan ada hubungan negatif antara religiusitas
dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Walaupun tidak sesuai dengan
prediksi awal peneliti yang melihat bahwa ada semakin tinggi kecemasan maka
semakin rendah religiusitasnya.
Penelitian ini tidak sesuai yang diperkirakan peneliti, yang menyebabkan
rendahnya kecemasan menjelang pensiun karena subyek yang digunakan peneliti
memiliki rentang 5 tahun menjelang masa pensiun bukan ketika subyek memasuki
MPP (Masa Persiapan Pensiun), selain itu pengaruh image juga dapat berpengaruh
karena mereka berada dalam suatu struktur organisasi, sehingga mereka tidak
menjawab sesuai dengan apa adanya diri mereka, tetapi mereka menjawab yang
-
menurut mereka baik dan budaya timur turut mendukung untuk tidak
mengungkapkan apa adanya, karena bagi mereka adalah suatu hal yang tabu.
Kecemasan itu timbul karena adanya pikiran yang keliru tentang suatu hal dan
bereaksi yang berlebihan terhadap hal-hal tersebut. Kecemasan muncul,seperti
kecemasan menghadapi masa pensiun karena terdapat beberapa situasi yang
mengancam manusia sebagai makhluk sosial. Ancaman ini berasal adanya konflik,
ancaman terhadap harga diri dan adanya tekanan untuk melaksanakan sesuatu diluar
kemampuannya (Ancok;Badriyah, 2001 dalam Nugraheni, 2005). Kecemasan
menghadapi masa pensiun yang dirasakan para Bintara Polisi Republik Indonesia
(Polri) di wilayah Sleman termasuk rendah dan ternyata tiap individu yang
mempunyai kepercayaan atau keyakinan (belief) yang kuat terhadap agamanya yang
kemudian tercermin dalam mempraktekkan ajaran agama (practice) yang telah
diterima oleh individu, sehingga membuat individu dapat menyeimbangkan
kehidupannya dalam menghadapi masa pensiun yang dapatkan menimbulkan
perasaan cemas pada tiap-tiap individu. Mengingat kecemasan lebih banyak dilami
oleh wanita daripada pria, perbandingannya 2 wanita dibanding 1 laki-laki
mengalami kecemasan yang memerlukan pertolongan (Priest, 1987), sehingga
hasilnya kecemasan menghadapi masa pensiun yang dialami oleh Bintara Polri
rendah. Daradjat (1993) mengatakan bahwa pada dasarnya agama dapat memberikan
jalan kepada manusia untuk mencapai rasa aman, rasa tidak takut atau cemas
menghadapi persoalan hidup.
-
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian hubungan religiusitas dengan
kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara Polisi Republik Indonesia (Polri)
adalah adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan
kecemasan menghadapi masa pensiun. Semakin tinggi tingkat religiusitasnya maka
semakin rendah kecemasannya, semakin rendah religiusitasnya maka semakin tinggi
kecemasannya.
B. Saran-Saran
1. Bagi Subyek Penelitian
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap Allah
SWT lebih tinggi daripada tingkat kepatuhan dalam menjalankan perintah agama
saat cemas menghadapi masa pensiun. Maka dengan adanya penelitian ini
diharapkan para polisi yang khususnya dengan pangkat bintara dalam struktur
kepolisian untuk memperkokoh tingkat kepercayaan terhadap Allah SWT dan
untuk lebih meningkatkan tingkat kepatuhan dalam menjalankan perintah agama,
sehingga agar tetap terjaga tingkat religiusitas yang dimiliki untuk dapat
-
menyeimbangkan diri baik habluminallah dan habluminannas dalam segala aspek
kehidupan.
2. Bagi Departement Kepolisian
Dari hasil penelitian ini, menyarankan kepada Departemen Kepolisian yakni,
MPP (Masa Persiapan Pensiun) yang diberikan pada anggota polisi yang akan
memasuki pensiun agar tetap dipertahankan dan sebaiknya dalam MPP (Masa
Persiapan Pensiun) hendaknya diberi pelatihan atau keterampilan pada anggota
polisi yang akan memasuki masa pensiun, sehingga para anggota polisi yang akan
pensiun kelak mempunyai bekal yang akan dilakukan setelah pensiun kelak.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai Religiusitas dan Kecemasan menghadapi masa pensiun pada Bintara
Polri, diharapkan dapat meneliti hal tersebut lebih mendalam lagi seperti dengan
menggunakan metode kualitatif, untuk mendapatkan data yang lebih detail. Selain
wawancara mendalam, di perlukan juga observasi dan menjalin Raport yang baik
dengan subjek karena masalah yang diangkat menyangkut hal yang sensitif untuk
di ungkapkan dan dibicarakan. Mengingat bagi laki-laki yang bekerja sebagai
polisi untuk menunjukkan perasaan cemas saat memasuki masa pensiun adalah
suatu hal yang tabu dan bisa menjatuhkan harga diri mereka sebagai pencari
nafkah bagi keluarganya, sehingga mereka akan menunjukkan bahwa mereka
-
adalah panutan keluarga dengan menunjukkan tingkat religiusitas yang baik di
keluarganya.
-
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat, Z. 1993. Ilmu Jiwa Agama. Penerbit: Bulan Bintang
Diana, R. 1999. Hubungan Antara Religiusitas Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah Umum. Jurnal Psikologika Nomor 7 Tahun III
Dister, N.S. 1982. Pengalaman dan Motivasi Beragama. Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Lembaga Penunjang Pembangunan Nasional (Leppenas)
Hartati, N. 2002. Post-Power Syndrome Sebagai Gangguan Mental Pada Masa Pensiun. Tazkiya Volume 2, Nomor 1, April 2002
Hawari, D. 1996. AlQuran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa
Hong, L.W dan Duff, R.W. 1995. Age Density, Religiosity And Death Anxiety In Retirement Communities. Review Of Religious Research. Vol. 37. No. 1. September. 1995
Meichati, S. 1983. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
Nugraheni, S.D. 2005. Hubungan Antara Kecerdasan Ruhaniah Dengan Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia. Indigenous: Jurnal Berkala Ilmiah Berkala Psikologi, Vol. 7, No. 1, Mei 2005: 18-38
Petersen, L.R and Roy, A. 1985. Religiosity, Anxiety, And Meaning And Purpose Religions Concequences For Psychological Well-Being. Review of Religious Research, Vol 27, No. 1, September, 1985
-
Prawitasari, E.J. dkk. 2003. Psikoterapi: Pendekatan Konvensional dan Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sari, E.V dan Kuncoro, J. 2006. Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau Dari Dukungan Sosial Pada PT. Semen Gresik ( Persero ) Tbk. Jurnal Psikologi, Volume 1, Nomor 1.
Suryani, A.O. 2007. Gambaran Sikap Terhadap hidup Melajang dan kecemasan Akan ketidakhadiran Pasangan Pada Wanita Lajang Berusia Di Atas 30 Tahun. Jurnal Manasa, Vol. 1, No. 1, Juni 2007
Tis. 2007. Berbisnis Saat Pensiun. http://harianjoglosemar.com
Uyun, Q. 1998. Religiusitas dan Motif Berprestasi Mahasiswa. Psikologi, nomor 6 Tahun III 1998
-
Identitas Penulis
Nama : Widuri Nur Anggraieni
Alamat : Jl. Kaliurang Km 7 Perum Graha Palem Indah E-10, Sengkan,
Sleman, Yogyakarta
No HP : 08156531331