naskah-publikasi-02320085

18
1 HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN STRES KERJA DISTRIBUTOR Megha Indah Bellinda Sus Budiharto Universitas Islam Indonesia INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada distributor. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada distributor. Semakin tinggi kecerdasan emosi distributor, semakin rendah stres kerja. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi distributor, semakin tinggi stres kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Sari Agrotama Persada Yogyakarta yang berjumlah 40 orang. Adapun skala yang digunakan adalah skala kecerdasan emosi berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Goleman (1999) dan skala stres kerja yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Robbins (2003). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar rxy = -0.427 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Jadi hipotesis penelitian diterima. Analisis tambahan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yang menghasilkan aspek ketrampilan sosial sebagai aspek dari variabel kecerdasan emosi yang paling besar sumbangannya terhadap hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Kata Kunci : Kecerdasan Emosi, Stres kerja

description

contoh riset

Transcript of naskah-publikasi-02320085

Page 1: naskah-publikasi-02320085

1

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

STRES KERJA DISTRIBUTOR

Megha Indah Bellinda Sus Budiharto

Universitas Islam Indonesia

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada distributor. Hipotesis awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada distributor. Semakin tinggi kecerdasan emosi distributor, semakin rendah stres kerja. Sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosi distributor, semakin tinggi stres kerja. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Sari Agrotama Persada Yogyakarta yang berjumlah 40 orang. Adapun skala yang digunakan adalah skala kecerdasan emosi berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Goleman (1999) dan skala stres kerja yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Robbins (2003). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Korelasi Product Moment dari Pearson menunjukkan korelasi sebesar rxy = -0.427 yang artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Jadi hipotesis penelitian diterima. Analisis tambahan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi yang menghasilkan aspek ketrampilan sosial sebagai aspek dari variabel kecerdasan emosi yang paling besar sumbangannya terhadap hubungan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja.

Kata Kunci : Kecerdasan Emosi, Stres kerja

Page 2: naskah-publikasi-02320085

2

Pengantar

Sumber Daya Manusia merupakan salah satu elemen yang sangat

penting dalam sebuah organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia yang

berkualitas, suatu organisasi akan memiliki peluang yang kecil untuk dapat

bertahan dalam menghadapi persaingan yang ada karena pada hakekatnya

tujuan dari tiap organisasi yang berorientasi profit maupun non-profit adalah

untuk mencapai dan mempertahankan eksistensinya (Setyowibowo, 2005).

Perubahan zaman kearah era globalisasi menuntut suatu persaingan

dalam berbagai bidang kehidupan. Perubahan tersebut menuntut Sumber Daya

Manusia yang dapat beradaptasi dengan kondisi yang ada, bukan hanya

beradaptasi dengan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan namun juga

faktor-faktor lain seperti status sosial dan kesejahteraan keluarga yang harus

tetap dipertahankan dalam kondisi apapun. Karyawan dalam berbagai level akan

mengalami tekanan semacam ini. Tuntutan yang semakin kompleks dalam dunia

kerja tersebut seringkali dapat memicu terjadinya stres kerja. Hal-hal yang dapat

ditandai sebagai indikasi munculnya stres pada karyawan antara lain jika banyak

diantara karyawan di perusahaan yang mogok kerja, sering mangkir, atau tingkat

absensi yang tinggi tanpa disertai keterangan yang jelas maupun disertai alasan

namun tidak relevan. Selain itu situasi kerja di kantor yang lesu, sering terjadi

konflik dengan pimpinan atau antar karyawan juga merupakan tanda-tanda yang

mengarah pada kecenderungan terjadinya stres pada karyawan (Rini, 2002).

Stres kerja tidak dengan sendirinya harus buruk, walaupun pada

umumnya dibahas dalam konteks yang negatif. Stres kerja juga memiliki nilai

positif bagi individu untuk belajar dan tumbuh melalui pengalaman. Selye dalam

Page 3: naskah-publikasi-02320085

3

Munandar (2001) membedakan antara distress , yang merupakan hal yang

destruktif dan Eustress, yang merupakan kekuatan yang positif. Stres diperlukan

untuk menghasilkan prestasi yang tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan

adanya hubungan bentuk-U terbalik antara stres dan unjuk kerja. Stres dalam

jumlah tertentu dapat mengarah pada gagasan-gagasan yang inovatif dan output

yang konstruktif. Stres yang meningkat sampai unjuk kerja mencapai titik

optimalnya merupakan stres yang baik (eustress) sedangkan stres yang melewati

titik optimalnya akan dirasakan menjadi suatu ancaman yang mencemaskan

(distress). Hal itu sejalan dengan pendapat Townsend (2001) yang menyatakan

bahwa stres tidak selalu berakibat negatif. Pada umumnya orang mengidentikkan

stres dengan hal yang negatif, stres dilihat sebagai hal yang destruktif. Stres

yang positif (eustress) adalah salah satu tipe stres yang memotivasi seseorang

untuk mencapai dan memenangkan sesuatu.

Suatu organisasi atau perusahaan yang banyak memiliki karyawan yang

mengalami stres kerja, produktivitas dan kesehatan organisasi dapat terganggu

jika para karyawannya banya mengalami stres kerja. Jika stres yang dialami oleh

karyawan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang penyakit

yang lebih serius. Bukan hanya individu yang mengalaminya namun juga

perusahaan atau organisasi. Hal ini sering disebut sebagai penyakit organisasi.

Schuller (Rini, 2002) mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang

berpengaruh terhadap organisasi. Menurut penelitian ini, stres yang dihadapi

oleh karyawan berkolerasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan absensi

kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan kerja. Secara singkat beberapa

dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat berupa: terjadinya

Page 4: naskah-publikasi-02320085

4

kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja,

mengganggu kenormalan aktivitas kerja, menurunkan tingkat produktivitas, serta

menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial dapat

dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktifitas dengan biaya

yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya.

Pencapaian target-target tertentu sangatlah diperlukan untuk dapat

memperoleh jenjang peningkatan karier bagi karyawan perusahaan distributor.

Karyawan distributor sering melakukan kerja lembur untuk menyelesaikan tugas-

tugasnya dan bekerja yang melebihi jam kerja sehingga dapat menimbulkan

kelelahan fisik maupun mental yang merupakan faktor-faktor penyebab stres

kerja. Beberapa kasus menunjukkan bahwa kelelahan fisik dan mental yang

dialami karyawan dapat menjadi masalah kesehatan yang lebih serius.

Berdasarkan fakta di lapangan beberapa karyawan mengalami gangguan

kesehatan yang disebabkan oleh kelelahan fisik dan mental, beberapa gejala

yang sering muncul adalah pusing, sesak nafas, kejang dan pingsan saat bekerja.

Selain itu, faktor keamanan dalam kerja yang salah satunya meliputi jaminan

pensiun selepas kerja juga mempengaruhi tingkat stres karyawan. Tidak adanya

jaminan pensiun pada karyawan swasta yang dalam hal ini adalah karyawan

distributor merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan stres begitu

juga dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pengurangan jumlah

karyawan sangat mungkin terjadi dan dapat terjadi sewaktu-waktu apalagi pada

kondisi perekonomian yang tidak menentu.

Page 5: naskah-publikasi-02320085

5

Dewasa ini, penanggulangan terhadap stres kerja dilakukan dengan

berbagai cara, salah satunya dengan mengasah atau meningkatkan EI

(Emotional Inteligence). Goleman (1999) menekankan perlunya kecerdasan

emosi dalam dunia kerja, suatu bidang yang seringkali dianggap lebih banyak

menggunakan cara berpikir analistis daripada melibatkan perasaan atau emosi.

Berdasarkan studi pada 500 organisasi di dunia mengindikasikan bahwa

seseorang yang memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi memiliki peluang

yang besar untuk menduduki jabatan yang penting dalam sebuah organisasi.

Karyawan – karyawan yang berprestasi itu memiliki kepercayaan diri yang tinggi

dan juga memiliki kemampuan yang tinggi dalam hubungan interpersonal

(Murray, 1998).

Perkembangan dunia kerja saat ini terutama dalam dunia bisnis dan

usaha yang berubah sangat cepat dan persaingannya yang ketat mengharuskan

tiap pelaku di dunia kerja untuk tidak hanya dapat tetap bertahan dalam

kompetisi namun juga dapat unggul dari yang lainnya. Oleh karena itu

perusahaan bersaing untuk mendapatkan SDM yang unggul dan dapat

diandalkan. Hanya perusahaan yang memiliki SDM yang unggul yang dapat

memenangkan organisasi yang berorientasi pada pelayanan dan berfokus pada

kualitas.

Kriteria SDM yang diperlukan oleh perusahaan mulai bergeser dari

seseorang yang memiliki kemampuan intelektualitas yang tinggi ke orang-orang

yang memiliki kemampuan bekerja dengan orang lain dan juga orang-orang yang

memiliki kematangan emosi untuk beradaptasi dengan perubahan dan

tantangan. Berdasarkan kasus-kasus yang muncul, seringkali ditemui konflik

Page 6: naskah-publikasi-02320085

6

perselisihan, tekanan-tekanan karena ketidakmampuan menumbuhkan motivasi ,

mengendalikan dorongan hati, bertoleransi dengan orang lain dan menanggapi

perasaan orang lain secara tepat (Farhani & Novianingtyas, 1997). Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Mischel (Prabowo dan Setyorini, 2005) bahwa individu

yang memiliki kecerdasan emosi secara pribadi lebih efektif, tegas dan mampu

menghadapi kekecewaan hidup, memiliki ketahanan terhadap stres, siap untuk

mencari tantangan sekalipun harus menemui berbagai kesulitan , percaya diri

dan yakin akan kemampuannya, dapat dipercaya dan diandalkan, sering

mengambil inisiatif serta dapat terjun langsung dalam menangani masalah.

Metode Penelitian

Subjek penelitian ini adalah karyawan perusahaan PT. Sari Agrotama

Persada Yogyakarta yang bergerak di bidang distributor produk minyak goreng.

Jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dari total

40 karyawan PT. Sari Agrotama Persada Yogyakarta.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala.

Skala ini terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu yaitu sangat sesuai (SS), sesuai

(S), tidak dapat menentukan jawaban (TB), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak

sesuai (STS). Pemberian skor tergantung pada favorable atau unfavorable suatu

butir. Skor jawaban favorable berkisar antara nilai 5 sampai dengan 1 sedangkan

skor jawaban unfavorable berkisar antara nilai 1 sampai dengan 5.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi

Product Moment dari Pearson untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

kecerdasan emosi dengan stres kerja pada karyawan. Analisis data penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 12.0 for

Page 7: naskah-publikasi-02320085

7

windows. Asumsi untuk dapat menggunakan teknik korelasi Product Moment

adalah skor masing-masing variabel berdistribusi normal dan hubungan antara

variabel adalah linear.

Hasil Penelitian

Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment dari Pearson, karena kedua variabel telah memenuh syarat uji

normalitas dan uji linearitas, yaitu skor kedua variabel berdistribusi normal dan

kedua variabel tersebut mempunyai hubungan yang linear dengan bantuan

program SPSS 12.0 for windows. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 1 Korelasi Kecerdasan Emosi dan Stres Kerja Korelasi Pearson Kecerdasan Emosi Stres Kerja

Kecerdasan emosi 1.00 -0.427(**) Stres kerja -0.427(**) 1.00

Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi

antara variabel kecerdasan emosi dan stres kerja sebesar rxy = -0.427 dengan p

= 0.000 atau p < 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang

sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja. Dengan demikian

hipotesis yang diajukan peneliti diterima.

Hasil analisis yang diketahui koefisien determinasi (R²) variabel

kecerdasan emosi terhadap stres kerja sebesar 0, 1823. Hal ini berarti bahwa

sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap stres kerja adalah 18,23 % dan

81,77 % disebabkan faktor lain yang tidak diikut sertakan dalam penelitian ini.

Peneliti juga menambahkan pengujian dengan teknik analisis regresi untuk

mengetahui sumbangan masing-masing aspek dalam variabel kecerdasan emosi

Page 8: naskah-publikasi-02320085

8

terhadap stres kerja dan menguji aspek yang paling berpengaruh terhadap stres

kerja. Hasil dari pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Peran Aspek Ketrampilan Sosial Terhadap Stres Kerja No Variabel R² ?R² F R² Change sig F Change 1 Ketrampilan Sosial 0.242 0.223 12.162 0.242 0,001

Tabel 15 menunjukkan bahwa nilai F hitung aspek ketrampilan sosial

sebesar 12,162 dengan tingkat signifikansi 0,001. Maka aspek ketrampilan sosial

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stres kerja. Hasil analisis yang

diketahui R² Change terhadap stres kerja sebesar 0,242. Hal ini berarti bahwa

sumbangan efektif aspek ketrampilan sosial terhadap stres kerja adalah 24,2%.

Berdasarkan hasil dari analisis regresi, aspek dari variabel kecerdasan

emosi yang memberi sumbangan paling efektif terhadap terhadap stres kerja

adalah aspek ketrampilan sosial dengan sumbangan sebesar 24,2%.

Pembahasan

Data yang didapatkan dalam penelitian ini memiliki sebaran yang normal

dan korelasi yang linear sehingga memungkinkan untuk melakukan analisis

menggunakan analisa statistik korelasi Product Moment dari Pearson.

Hasil dari analisis data dengan analisis statistik Product Moment dari

Pearson , menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi antara variabel

kecerdasan emosi dan stres kerja adalah sebesar rxy = - 0.427 dengan p= 0.000

atau p< 0.01. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat

signifikan antara kecerdasan emosi dengan stres kerja pada karyawan PT. Sari

Agrotama Persada Yogyakarta. Hal itu berarti semakin tinggi kecerdasan emosi

,maka semakin rendah stres kerja karyawan, dan semakin rendah kecerdasan

Page 9: naskah-publikasi-02320085

9

emosi karyawan , maka semakin tinggi stres kerja karyawan. Hal ini

menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima.

Berdasarkan hasil uji linearitas terhadap variabel kecerdasan emosi dan

stress kerja diperoleh hasil F = 11.993 dengan p = 0.003 maka dapat dikatakan

bahwa variabel kecerdasan emosi dan stres kerja mempunyai korelasi yang linear

karena p < 0.05. Hal ini menunjukkan tingginya kecerdasan emosi seorang

karyawan searah dengan rendahnya stres kerja seorang karyawan. Berarti

subyek penelitian memiliki kecerdasan emosi yang tinggi sehingga mempunyai

stress kerja yang rendah pada masa aktif kerjanya selama ini.

Sumbangan variabel kecerdasan emosi terhadap stress kerja adalah

0,1823. Hal ini berarti bahwa sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap

stres kerja adalah 18,23 % dan 81,77 % disebabkan faktor lain yang tidak diikut

sertakan dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut dapat berupa persepsi,

pengalaman seseorang, dukungan sosial, locus of control, dan jenis kepribadian

(Robbins, 2003)

Nilai rata-rata empiris dari skor kecerdasan emosi subjek adalah 167,43.

Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kecerdasan emosi

yang tinggi. Sementara itu, berdasarkan data penelitian nilai rata-rata empiris

dari skor stres kerja adalah 57,05. Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian

ini memiliki tingkat stres kerja yang rendah. Berdasarkan hal tersebut, dapat

dikatakan bahwa subjek penelitian memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan

memiliki tingkat stress kerja yang rendah.

Berdasarkan analisis regresi dapat diperoleh hasil sumbangan masing-

masing aspek dari kecerdasan emosi terhadap stres kerja. Aspek ketrampilan

Page 10: naskah-publikasi-02320085

10

sosial memiliki sumbangan yang paling efektif diantara aspek-aspek yang

lainnya, hal itu dapat dilihat nilai R² change sebesar 0,242. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa kemampuan karyawan dalam berinteraksi dengan orang lain

serta membina hubungan baik dengan orang lain menyebabkan karyawan

mampu mengelola emosi dengan baik sehingga dapat mengurangi stres di

tempat kerja.

Secara teoritis, karyawan yang memiliki kecerdasan emosi tinggi mampu

mengelola perasaan diri sendiri dan mengelola perasaan saat berinteraksi dengan

orang lain sehingga akan menentukan pikiran dan tindakan secara tepat dan

efektif. Hal itu dapat membuat karyawan mampu menghadapi tuntutan dan

tantangan pekerjaan yang menimbulkan stres kerja. Sebaliknya, karyawan yang

memiliki kecerdasan emosi yang rendah kurang mampu dalam mengelola

perasaan diri dan mengelola perasaan saat berinteraksi dengan orang lain

sehingga tidak dapat bertindak secara tepat dan efektif, sehingga karyawan

tersebut akan mengalami kesulitan dalam menghadapi tuntutan dan tantangan

pekerjaan dan hal itu dapat menimbulkan stres kerja. Hasil penelitian ini sejalan

dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chiarrochi et al (Adeyemo &

Ogunyemi, 2003) yang mengemukakan bahwa kecerdasan emosi dapat

menjauhkan seseorang dari stres dan mengarahkan seseorang untuk dapat

beradaptasi dengan lebih baik. Menurutnya, kemampuan untuk mengatur emosi

memiliki pengaruh terhadap kecenderungan seseorang untuk dapat membangun

mood yang baik dalam dirinya, dimana hal itu merupakan salah satu implikasi

dari pencegahan terhadap stres.

Page 11: naskah-publikasi-02320085

11

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Mischel (Prabowo dan

Setyorini, 2005) bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi secara pribadi

lebih efektif, tegas dan mampu menghadapi kekecewaan hidup, memiliki

ketahanan terhadap stres, siap untuk mencari tantangan sekalipun harus

menemui berbagai kesulitan , percaya diri dan yakin akan kemampuannya, dapat

dipercaya dan diandalkan, sering mengambil inisiatif serta dapat terjun langsung

dalam menangani masalah.

Ada banyak faktor yang menimbulkan stres kerja pada karyawan PT Sari

Agrotama Persada. Hal ini dibuktikan dengan wawancara tidak formal yang

dilakukan peneliti pada pihak perusahaan yaitu diantaranya beban kerja untuk

pencapaian target yang telah ditentukan perusahaan merupakan salah satu

faktor penyebab stres pada karyawan. Target tersebut sering tidak terpenuhi

karena hal-hal di luar organisasi seperti kondisi pasar yang terkadang tidak

menentu menyebabkan pencapaian target menjadi lebih sulit dan pembayaran

outlet di pasar tradisional yang terkadang bermasalah karena tidak sesuai

dengan tempo pembayaran yang telah disepakati Hal ini sesuai dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki (2001) yang

mengemukakan tentang 4 sumber stress kerja salah satunya adalah

Extraorganizational stressors yaitu lingkungan eksternal sangat mempengaruhi

organisasi dan sangat jelas bahwa stres kerja tidak hanya terbatas pada berbagai

hal yang terjadi di dalam sebuah organisasi , selama jam kerja karyawan

berlangsung. Extraorganizational stressors meliputi kondisi ekonomi, kondisi

lingkungan dll. Namun dari faktor tersebut para karyawan PT. Sari Agrotama

Persada dapat merespon stres dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian

Page 12: naskah-publikasi-02320085

12

yang menunjukkan bahwa tingkat stres kerja subjek berada pada tingkatan stres

yang rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Selye dalam Munandar (2001) yang

membedakan antara distress , yang destruktif dan Eustress, yang merupakan

kekuatan yang positif. Stres diperlukan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bentuk-U terbalik antara stres

dan unjuk kerja. Stres dalam jumlah tertentu dapat mengarah pada gagasan-

gagasan yang inovatif dan output yang konstruktif. Stres yang meningkat sampai

unjuk kerja mencapai titik optimalnya merupakan stres yang baik (eustress)

sedangkan stres yang melewati titik optimalnya akan dirasakan menjadi suatu

ancaman yang mencemaskan (distress).

Peran kecerdasan emosi tampaknya diperlukan dalam menanggulangi

stres kerja karyawan khususnya karyawan pada PT. Sari Agrotama Persada. Hal

ini dibuktikan dari hasil penelitian bahwa kecerdasan emosi karyawan berada

dalam kategori tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa aspek-aspek yang terdapat

di dalam kecerdasan emosi yang meliputi kesadaran diri, kemampuan

pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial cukup berpengaruh

dalam menentukan tinggi rendahnya tingkat stres kerja karyawan. Berdasarkan

hasil penelitian ini, aspek ketrampilan sosial memiliki peranan yang paling besar

dalam menentukan tinggi rendahnya stres kerja karyawan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Goleman (1999) yang berpendapat bahwa kecerdasan emosi juga

menambah ketrampilan sosial dan kecakapan sosial, sehingga orang yang

memiliki kecerdasan emosi yang tinggi mampu memahami dan membina

hubungan dengan orang lain, dan mampu bekerja sama dengan anggota tim

dengan baik.

Page 13: naskah-publikasi-02320085

13

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa rxy =

- 0.427 dengan p= 0.000 atau p< 0.01, sehingga hipotesis yang diajukan peneliti

yaitu ada hubungan yang negatif antara kecerdasan emosi dengan stres kerja

distributor diterima.

Saran

1. Bagi subjek penelitian

Subjek penelitian diharapkan dapat menmpertahankan kecerdasan emosi

sebagai suatu langkah untuk menghadapi berbagai situasi yang terjadi di tempat

kerja khususnya dalam menghadapi stres di tempat kerja yaitu dengan

senantiasa meningkatkan kesadaran diri, mampu untuk melakukan pengaturan

diri, meningkatkan motivasi, mampu untuk berempati, dan meningkatkan

ketrampilan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa tingkat stres

kerja yang berada dalam kategori rendah peneliti menyarankan untuk tetap

dapat meminimalkannya serta tetap diwaspadai agar stres tidak menjadi tinggi

karena akan menghambat kinerja karyawan. Perlunya meningkatkan dan

mempererat hubungan yang baik antar karyawan, memperluas jaringan kerja,

mencari relasi baru, mengelola emosi dengan baik serta meningkatkan

kemampuan untuk memotivasi diri dan orang lain akan lebih dapat

meminimalkan tingkat stres kerja.

Page 14: naskah-publikasi-02320085

14

2. Bagi perusahaan

Bagi perusahaan PT. Sari Agrotama Persada diharapkan dapat terus

mempertahankan kecerdasan emosi karyawannya melalui pelatihan yang dapat

diakukan untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia yang berkualitas.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang terarik untuk menggali lebih lanjut

mengenai kecerdasan emosi maupun stres kerja hendaknya dapat lebih

memodifikasi aspek-aspek yang ada di dalam variabel berdasarkan teori-teori

yang lebih bervariasi dan juga dapat menambahkan variabel moderator untuk

memperkaya wawasan dalam ilmu pengetahuan. Selain itu, peneliti selanjutnya

hendaknya dapat menambah jumlah responden agar dapat meningkatkan

generalisasi hasil penelitian. Misalnya dengan meneliti hubungan kecerdasan

emosi dan stres kerja pada pegawai swasta serta pegawai negeri.

Page 15: naskah-publikasi-02320085

15

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemo, D, A. & Ogunyemi, B. 2003. Emotional Intelligence and Self-Efficacy as Predictor Of Occupational Stress Among Academic Staff in A Nigerian University. www.weleadinlearning.org/da05.htm

Aji, Windarti. 2000. Hubungan Antara Self-Esteem Dengan Stress Kerja Pada

Karyawan Setwilda Kabupaten Kotawaringin Barat Kalimantan Tengah. Skripsi S1 (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Anoraga, Pandji. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Astianta, Yudi. 2005. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Sikap

Profesional Pada Karyawan Front Office Hotel. Skripsi S1 (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Barthos, Basir. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia : Suatu Pendekatan

Makro. Jakarta : Bumi Aksara. Budiyanto, M, N. 2001. Profil Pegawai Negeri Sipil (PNS) Menuju Indonesia Baru.

Http://pk.ut.ac.id/jsi111nur.htm. Cooper, R.K., & Sawaf, A. 1997. Evecutive EQ : Kecerdasan Emosional dalam

Kepemimpinan dan organisasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Ciarrochi, J.,Forgas, J.P. And Mayer, J.D. 2001. Emotional Intelligence In

Everyday Life : A Scientific Inquiry. Philadelphia : Psychology Press.

Farhani, Irna & Novianingtyas, I. 1997. Mempersiapkan EQ Semenjak Usia Dini Untuk Keberhasilan Berkarier Di Dunia Kerja. Yogyakarta: Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia.

Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence: “Why It Can More Than IQ”. New

York : Bantam Books.

Page 16: naskah-publikasi-02320085

16

Goleman, Daniel. 1999. Working With Emotional Intelligence. New York : Bantam Books.

Hartanti.,& Rahaju, Soerjantini. 2003. Peran Sense of Humor Pada Dampak Negatif Stress Kerja. Anima, Indonesian Psychological Journal, vol 18, No. 4, hal 393-408.

Ie Yen, Tjahjoanggoro,AJ & Atmadji, Gunadi. 2003. Hubungan Antara

Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Kerja Distributor Multi Level Marketing (MLM). Anima, Indonesian Psychological Journal, vol. 18. No 2. Hal 187-194.

Iswanto, Yun. 2001. Analisis Hubungan Antara Stress Kerja, Kepribadian, dan Kinerja Manajer Bank. Http://psi.ut.ac.id/Jurnal/111yun.htm.

Jatno. 1995. Pengaruh Stress Pada Sistem Kardiovaskuler. Anima, Indonesian

Psychological Journal, Vol X, No 39, Hal 53-59 Kreitner, R. And Kinicki, A. 2001. Organizational Behavior. 5th ed. New York :

McGraw-Hill. Kumolohadi, Retno. 2001. Tingkat Stress Dosen Perempuan UII Ditinjau Dari

Dukungan Suami. Jurnal Psikologika, No 12, Tahun IV, Hal 29-42. Luthans, Fred. 1998. Organizational Behavior. 8th ed, Singapore : McGraw-Hill. Mallinger, Mark & Banks, Jeff. 2003. Use Emotional Intelligence To Cope In

Tough Times : How Managers Can Help Staff Deal With Job Insecurity. http ://gbr.pepperdine.edu/031/print.eq.html.

Mangkunegara. 2004. Manajemen SDM Perusahaan. Bandung : Rosdakarya.

Melianawati.,Prihanto, Sutyas & Tjahjoanggoro. 2001. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kinerja Karyawan. Anima, Indonesian Psychological Journal, vol. 17,. No 1. Hal 57-62..

Miller, Lyle H & Smith, Alma Dell. 2003. Stress In The Workplace. http:/helping

apa.org/articles/article php?.id.ig. Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta : UI

Press. Murray, Bridget. 1998. Does ‘Emotional Intelligence’ Matter In Workplace?.

www.APA.org/monitor/jul98/emot.html

Page 17: naskah-publikasi-02320085

17

Prabowo, Sumbodo & Setyorini, Dewi. 2005. Pengaruh Adversity Quotient, Emotional Intelligence, dan Intelligent Quotient Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pelaksanaan. Manasa Jurnal Ilmiah Psikologi vol. 1, No. 1, Hal 12-16.

Rini, Jacinta F. 2002. Stress Kerja. www. e-psikologi. com.

Robbins P. Stephen. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta : PT Indeks kelompok Gramedia.

Rukmihapsari, Indri. 2003. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Aktualisasi Diri Pada Karyawati Bappeda Propinsi Jawa Tengah. Skripsi S1 (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.

Salovey, Peter & Sluyter, Daniel J. 1997. Emotional Development And Emotional Intelligence : Educational Implication. 1st ed. NewYork : Basic Books.

Setyowibowo, Nugrahedi. 2005. Pengaruh Stress Kerja Terhadap Strains Kerja dengan Locus Of control dan Social Support Sebagai Variabel Moderator Pada Pegawai Badan Pengawas Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi S1 (Tidak Diterbitkan). Surakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Smet, Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo.

Stein, Steven J & Book, Howard E. 2000. Ledakan EQ: 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa.

Taylor, S.E. 1995. Health Psychology. 3rd edition. New York : Mc Graw Hill International edition

Townsend, John. 2001. Stress Management. www. stresstips.com/stress_article.

Htm. Wahyono, Tekad. 2001. Memahami Kecerdasan Emosi Melalui Kerja Sistem

Limbik. Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol 17, No 1, Hal 36-41.

Page 18: naskah-publikasi-02320085

18

IDENTITAS

Nama : Megha Indah Bellinda

Alamat : Jln. Godean KM. 5 Guyangan, RT 08, RW 03 No. 256B, Sleman

Yogyakarta 55292

No Telp : (0274) 621117