Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

127
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Melalui Pembangunan BUMD TIK Researcher: Bagus Setiawan LKKPH Neraca Disponsori dan diterbitkan oleh: Diskominfo Kota Bandung

Transcript of Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

Page 1: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

Meningkatkan Pertumbuhan

Ekonomi Daerah Melalui

Pembangunan BUMD TIK Researcher: Bagus Setiawan

LKKPH Neraca

Disponsori dan diterbitkan oleh:

Diskominfo Kota Bandung

Page 2: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

2

Bab I

Pembangunan Ekonomi Indonesia

Salah satu tujuan utama dibentuknya sebuah negara

adalah untuk menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran bagi

segenap warganya. Setiap negara sudah pasti memiliki standar

yang berbeda untuk kesejahteraan dan kemakmuran warganya,

akan tetapi satu hal yang pasti, suatu negara dapat dikatakan

sejahtera dan makmur masyarakatnya, ketika tiap-tiap

warganya telah mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhan

pokoknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, negara melakukan

pembangunan, biasanya dilakukan secara gradual, dalam bidang

ekonomi.

Pembangunan ekonomi secara umum dapat diartikan

sebagai proses berkelanjutan peningkatan efektivitas

penggunaan dan pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi,

peningkatan produktivitas unit-unit usaha/produksi, dan

distribusi modal-kekayaan. Sumber-sumber daya ekonomi yang

utama adalah sumber daya manusia dan sumber daya alam.

Kondisi sumber-sumber daya ekonomi tersebut di tiap-tiap

negara pasti berbeda, yang akan berpengaruh kepada pola-pola

pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber daya ekonomi

tersebut. Sebuah negara yang memiliki potensi sumber daya

alam yang besar, cenderung akan mengedepankan pemanfaatan

sumber-sumber daya alamnya dibandingkan pemanfaatan

potensi sumber daya manusianya. Hal tersebut biasanya

berdampak kepada eksploitasi sumber daya alam yang tidak

terkendali. Jika hal tersebut terjadi pada negara berkembang

atau negara miskin, maka seringkali penguasaan dan

Page 3: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

3

pengelolaan sumber daya alam di negara tersebut dilakukan

oleh pihak swasta asing, dengan sistem bagi hasil dengan

negara. Masuknya pihak swasta asing ini disebabkan oleh

banyak faktor, selain faktor politik, yang terutama adalah negara

tidak memiliki ketersediaan modal, teknologi, dan sumber daya

manusia untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam

yang ada secara efektif. Pola pemanfaatan sumber daya alam

yang demikian biasanya akan menyebabkan negara tersebut

mengalami ketergantungan jangka panjang dengan negara lain,

biasanya tidak hanya tergantung secara ekonomi, tetapi juga

tergantung secara politik. Ketergantungan secara ekonomi

tercipta karena sharing profit pemanfaatan dan pengelolaan

sumber daya alam yang tidak berimbang antara negara dan

pihak swasta asing. Kondisi tersebut salah satunya dapat

tercipta karena bargaining politik negara yang kurang, tidak

hanya kepada pihak swasta asing yang masuk, tetapi juga

terhadap negara asal pihak swasta asing.

Dalam konteks hubungan internasional, swasta asing,

disebut dengan Trans-National Corporation (TNC) dan/atau

Multi-National Corporation (MNC), dianggap sebagai salah satu

aktor hubungan internasional selain negara. Rendahnya

bargaining position (daya tawar) suatu negara terhadap

TNC/MNC ini akan menciptakan pola hubungan dan interaksi

yang bersifat dependencies, karena kekuatan TNC/MNC ini tidak

hanya terletak pada modal dan teknologi yang dimiliki saja, akan

tetapi kekuatan dan dukungan politik dari negara-negara besar

yang memiliki saham pada TNC/MNC tersebut. Di Indonesia

sendiri, sejarah telah memperlihatkan bagaimana sebuah

TNC/MNC, yaitu VOC, yang awalnya hanya melakukan

perdagangan dengan kerajaan-kerajaan dan entitas-entitas

Page 4: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

4

masyarakat lokal di Indonesia, akhirnya berubah menjadi

kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh Belanda.

Pada abad ke 21 ini, hubungan ketergantungan suatu negara

atas negara lain atau atas swasta asing tidak tampak jelas di

permukaan, hubungan ketergantungan akan terlihat jelas pada

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, serta pada

mindset masyarakat dalam melihat realitas. Hubungan

ketergantungan ini biasanya bersifat jangka panjang, hingga

potensi sumber daya alam yang ada mencapai titik krisis, atau

hingga terjadi perubahan mendasar yang datang dari dalam

negara itu sendiri.

Berbeda dengan negara-negara yang memiliki

keterbatasan dalam hal sumber daya alam, negara tersebut

akan mengarahkan pembangunan ekonominya kepada

peningkatan potensi sumber daya manusianya terlebih dahulu,

yang secara bersamaan melakukan pengembangan dalam hal

teknologi dan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah, seperti yang

terjadi di Eropa pada masa pencerahan di abad pertengahan,

pengembangan potensi sumber daya manusia terbukti mampu

membawa sebuah negara-bangsa mencapai kemajuan dalam

berbagai bidang. Di belahan dunia timur, kejayaan Islam yang

dilandasi atas pengembangan potensi sumber daya manusia

pun, mampu membawa khalifah Islam berkuasa hingga Eropa,

dan yang paling penting, mampu membawa masyarakat yang

ada dalam kekuasaannya mencapai kesejahteraan dan

kemakmuran.

Setelah pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber

daya ekonomi, maka hal berikutnya yang ada dalam proses

pembangunan ekonomi adalah peningkatan produktivitas unit-

unit ekonomi. Produktivitas menentukan kemakmuran dan daya

Page 5: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

5

saing. Pemikiran bahwa upah yang rendah akan membuat suatu

negara lebih kompetitif adalah tidak benar. Upah rendah

berarti bahwa suatu perusahaan tidak kompetitif dan tidak

dapat mendukung standar hidup yang tinggi. Demikian pula

dengan nilai tukar. Negara tidak akan menjadi lebih kompetitif

jika mata uang negara turun nilainya. Mata uang negara yang

turun nilainya, berarti negara itu tidak kompetitif dan bahwa

kualitas barang dan jasanya tidak dapat mendukung nilai mata

uangnya. Satu-satunya definisi daya saing dalam suatu

ekonomi, adalah meningkatkan produktivitas. Dalam ekonomi

global yang modern, produktivitas lebih dari fungsi efisiensi

dalam memproduksi barang-barang yang sama. Ia juga

bertalian dengan nilai produk yang dihasilkan negara. Ketika

suatu ekonomi menjadi lebih maju, ia harus menemukan jalan

untuk menaikkan nilai produknya, dengan nilai yang bersedia

dibayar pembeli. Para pembeli akan membayar lebih hanya jika

suatu produk lebih berkualitas, mempunyai ciri yang lebih baik,

ditawarkan bersama dengan jasa penunjang yang lebih lengkap,

membawa merek yang dikenal handal. Pertumbuhan

produktivitas ditentukan oleh fungsi peningkatan nilai dan

efisiensi produksi yang terjadi. Itulah yang harus dikejar oleh

setiap negara untuk memajukan ekonominya.

Menurut Porter ada dua lingkungan strategi: lingkungan

makro dan lingkungan mikro1. Strategi yang pertama adalah

dengan mewujudkan suatu lingkungan ekonomi makro dan

politik stabil, serta hukum yang mantap dan adil. Kebijakan

ekonomi makro tidak menciptakan kekayaan, kebijakan

ekonomi makro membuat lebih mudah atau lebih mungkin bagi

1 Michael E.Porter; Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan Mempertahankan

Kinerja Unggul, 1993/1994.

Page 6: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

6

perusahaan untuk mewujudkan kekayaan, tetapi kemakmuran

tidak akan meningkat kecuali jika dasar ekonomi mikronya

mantap dan semakin mantap. Strategi utama yang kedua adalah

menciptakan fondasi ekonomi mikro.

Proses terakhir yang penting dalam pembangunan

ekonomi, setelah produktivitas ekonomi berjalan, adalah

pendistribusian kekayaan-modal secara merata. Hal ini akan

berkaitan erat dengan bagaimana membangun fondasi ekonomi

mikro yang kuat. Dengan terdistribusinya modal-kekayaan

secara merata, maka setiap warga negara memiliki akses dan

kapabilitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya

secara mandiri dengan menggunakan modal-kekayaan. Seperti

sebuah mata rantai yang terkait, kemampuan tiap-tiap warga

negara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ini, secara

otomatis akan meningkatkan potensi-potensi ekonomi yang ada

pada tiap-tiap warga negara.

1.1 Landasan Dasar Pembangunan Ekonomi Indonesia

Setiap negara memiliki dasar dalam menjalankan

kehidupan bernegara. Indonesia memiliki dua dasar negara,

yaitu Pancasila sebagai landasan idiil atau ideologi dan UUD

1945 sebagai dasar hukum atau konstitusi. Pancasila dan UUD

1945 dijadikan landasan dasar dalam melaksanakan

pembangunan ekonomi di Indonesia. Pembangunan ekonomi

tersebut dijalankan dalam sebuah sistem ekonomi yang dibuat

dan dijalankan berdasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945.

Sistem perekonomian adalah sistem yang digunakan oleh

suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang

dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara

Page 7: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

7

tersebut. Perbedaan mendasar antara sebuah sistem ekonomi

dengan sistem ekonomi lainnya adalah bagaimana cara sistem

itu mengatur faktor produksinya. Dalam beberapa sistem,

seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.

Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di

pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia

berada di antara dua sistem ekstrim tersebut.

Selain faktor produksi, sistem ekonomi juga dapat

dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan

alokasi. Sebuah perekonomian terencana (planned economies)

memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-

faktor produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada

perekonomian pasar (market economic), pasar yang mengatur

faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui

penawaran dan permintaan.

Sistem perekonomian nasional yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 disusun untuk mewujudkan demokrasi

ekonomi dan dijadikan dasar pelaksanaan pembangunan

ekonomi. Sistem perekonomian Indonesia yang berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945 disebut sistem ekonomi demokrasi.

Dengan demikian sistem ekonomi demokrasi dapat didefinisikan

sebagai suatu sistem perekonomian nasional yang merupakan

perwujudan dari falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang

berasaskan kekeluargaan dan kegotongroyongan dari, oleh, dan

untuk rakyat di bawah pimpinan dan pengawasan pemerintah.

Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 dinyatakan bahwa

Pereko omian disusun atas usaha bersama berdasarkan atas

asas kekeluargaa . Merujuk kepada u yi pasal terse ut, sistem perekonomian yang dibangun dan dijalankan di

Indonesia adalah sistem perekonomian yang terbangun atas

Page 8: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

8

usaha bersama, dalam hal ini adalah pemerintah dan swasta.

Hal ini menunjukan bahwa Indonesia tidak boleh secara murni

menerapkan kapitalisme maupun sistem perekonomian yang

bertumpu kepada pasar, karena hal ini meminimalisirkan peran

dan intervensi pemerintah atas sistem perekonomian itu sendiri

dan menyerahkan sistem perekonomian tersebut sepenuhnya

kepada mekanisme pasar. Dalam hal ini, berjalannya sistem

perekonomian akan sangat tergantung kepada pihak swasta,

karena aktor utama dalam sistem perekonomian

kapitalisme/pasar adalah swasta. Sistem perekonomian yang

demikian, khususnya jika diterapkan di Indonesia, dimana

potensi sumber daya manusianya belum dioptimalkan dan

dimaksimalkan, hanya akan menciptakan penumpukan modal

dan kekayaan pada kelas pengusaha. Selanjutnya akan

menciptakan kelas buruh dan konsumen pasif dalam skala

besar, menempatkan masyarakat dalam kondisi apatis dan

pragmatis, serta menyebabkan aset-aset dan sumber-sumber

daya ekonomi penting yang berpengaruh terhadap hajat hidup

orang banyak, dikuasai oleh swasta, biasanya oleh pihak swasta

asing.

Sebaliknya, Pasal tersebut juga tidak memperbolehkan

sistem perekonomian Indonesia dibangun dan dijalankan

sepenuhnya oleh pemerintah dengan menegasikan peran

swasta. Sistem perekonomian yang seperti ini, disebut juga

dengan sistem perekonomian sosialisme, dalam jangka panjang,

akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan

lambat, terlebih lagi jika dijalankan oleh pemerintahan yang

korup dan tidak profesional. Daya saing ekonomi negara pun

akan rendah, karena pusat inovasi dan kreasi biasanya berada di

sektor swasta, sehingga nilai produksinya tidak akan mampu

Page 9: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

9

bersaing dengan negara-negara lain dimana sektor swastanya

hidup dan berkembang. Sistem perekonomian sosialisme juga

tidak akan mampu diterapkan dalam suatu negara yang

menganut paham demokrasi.

Sistem perekonomian Indonesia, mengacu kepada pasal

di atas, harus melibatkan pemerintah dan swasta secara

berimbang dan proporsional. Berimbang berarti baik swasta

maupun pemerintah tidak saling mendominasi. Proporsional

berarti, ada bagian-bagian dan ruang-ruang yang tidak tumpang

tindih antara pemerintah dan swasta dalam membangun dan

menjalankan sistem perekonomian nasional. Selain itu,

pemerintah dan swasta harus bisa saling menunjang dan

mendukung satu sama lain.

Sistem perekonomian Indonesia adalah sistem

pereko o ia ya g di a gu da dijala ka erdasarka asas kekeluargaa . Ba yak i terpretasi te ta g asas kekeluargaa yang dinyatakan dalam pasal tersebut di atas, dalam hal ini

penulis mencoba mengajukan interpretasi tersendiri yang lebih

merujuk kepada makna harfiah (makna paling sederhana) dari

kata kekeluargaa , di a a i terpretasi i i aka terkait de ga pembahasan pada bab-bab selanjutnya dalam buku ini. Ketika

pemerintah dan swasta secara bersama-sama membangun dan

menjalankan sistem perekonomian nasional secara bersama-

sama, hal ini menuntut konsekuensi bahwa baik pemerintah

maupun swasta harus mendapatkan manfaat atau nilai dari

usaha bersama tersebut. Pihak swasta harus mendapatkan

keuntungan dalam bentuk modal dan profit demi kelanjutan

dan pengembangan usahanya, sedangkan pemerintah harus

mendapatkan pendapatan nasional/daerah yang digunakan

untuk kepentingan masyarakat. Karena kedua belah pihak harus

Page 10: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

10

mendapatkan manfaat/nilai dari usaha bersama tersebut, dan

agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan, maka hubungan

usaha dan kemitraan antara pemerintah dah swasta tersebut

harus dilandasi kekeluargaan. Ada rasa saling memiliki, saling

menghargai, saling mendukung, dan yang terpenting, saling

menguntungkan satu sama lain. Hal ini yang menurut penulis

menjadi inti dari asas kekeluargaan tersebut. Baik pemerintah

dan swasta, dalam menjalankan usaha bersama (sistem

perekonomian nasional), harus berada dalam sebuah ikatan

kekeluargaan, dalam hal ini, menurut penulis yang menjadi

pengikat adalah nasionalisme dalam bentuk kepentingan

membangun dan menumbuhkan perekonomian nasional demi

terciptanya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

makmur.

Selanjutnya pada Pasal 33 ayat 2 UUD 1945 dinyatakan

ah a Ca a g-cabang produksi yang menguasai hajat hidup

ora g a yak dikuasai oleh egara . Pasal terse ut e u juka ruang dimana pemerintah dapat berperan secara penuh, baik

dalam hal kebijakan, pengelolaan, dan pemanfaatan. Cabang-

cabang produksi yang harus dikuasai oleh negara tersebut,

harus sepenuhnya dikelola oleh pemerintah dan dipergunakan

sepenuhnya untuk kemakmuran masyarakat.

Landasan dasar berikutnya atas peran pemerintah dalam

sistem perekonomian nasional adalah pada Pasal 33 ayat 3 yang

e yataka ah a Bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

untuk sebesar- esar ya ke ak ura rakyat . Dalam pasal

tersebut, selain menunjukan pada ruang manakah pemerintah

harus berperan dominan, juga menetapkan tujuan dari

pembangunan ekonomi itu sendiri, yaitu menciptakan

Page 11: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

11

kemakmuran masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan yang

di yataka pada sila ke 5 Pa asila yaitu Keadila sosial agi seluruh rakyat I do esia . Di dala keadila sosial terdapat juga keadilan dalam hal ekonomi, dimana seluruh rakyat

Indonesia memiliki hak-hak ekonomi sebagai berikut:

1. Hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan

yang layak (dinyatakan juga di dalam UUD 1945);

2. Hak untuk mendapatkan peluang dalam membangun

usaha dan menjalankan usaha dalam lingkungan yang

kondusif;

3. Hak untuk mengakses sumber-sumber daya ekonomi

yang dimungkinkan dan diperbolehkan secara hukum

untuk dimanfaatkan dan dikelola oleh perseorangan,

kelompok, dan/atau badan usaha;

4. Hak untuk mendapatkan bantuan dan dukungan

pemerintah dalam berbagai bentuk secara

proporsional dalam rangka membangun dan/atau

menjalankan kegiatan usaha.

Hal-hal yang dinyatakan dalam UUD 1945 dan Pancasila

tersebut harus menjadi landasan dasar bagi pemerintah dalam

menjalankan sistem perekonomian nasional, bersama-sama

dengan pihak swasta, dalam rangka membangun perekonomian

Indonesia. Perekonomian Indonesia harus dibangun atas dasar

usaha bersama dengan menggunakan asas kekeluargaan demi

terciptanya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

makmur.

Page 12: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

12

1.2 Kondisi Kekinian Pembangunan Ekonomi Indonesia

Kondisi pembangunan ekonomi Indonesia saat ini tidak

terlepas dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998.

Pada tahun 2013 ini, Indonesia memasuki akhir pembangunan

jangka menengah yang dimulai dari tahun 2003. Hal penting

yang perlu diperhatikan sebagai dampak krisis ekonomi

terhadap pembangunan ekonomi Indonesia adalah kondisi

infrastruktur, sarana, dan prasarana jalan yang sangat

berpengaruh terhadap distribusi sumber-sumber daya ekonomi.

Krisis ekonomi berdampak pada menurunnya kualitas

infrastruktur terutama prasarana jalan dan perkeretaapian yang

kondisinya sangat memprihatinkan. Sekitar 39 persen total

panjang jalan diantaranya mengalami kerusakan ringan dan

berat serta hanya sekitar 62 persen jalan kereta api yang masih

dioperasikan. Peran armada nasional menurun baik untuk

angkutan domestik maupun internasional sehingga pada tahun

2003 masing-masing hanya mampu memenuhi 53 persen dan 3

persen, walaupun sesuai konvensi internasional yang berlaku

pangsa pasar armada nasional 40 persen untuk muatan ekspor-

impor dan 100 persen untuk angkutan domestik. Sedangkan

untuk angkutan udara, perusahaan penerbangan relatif mampu

menyediakan pelayanan yang terjangkau. Disamping masalah

yang disebabkan oleh krisis ekonomi, pembangunan prasarana

jalan dan perkeretaapian mengalami kendala sejak pelaksanaan

desentralisasi yang berpengaruh pada pembiayaan

pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana

transportasi. Hal ini karena terbatasnya dana pemerintah dan

peraturan perundang-undangan yang masih tumpang tindih.2

2 Bappe as, ‘a a ga Pe a gu a Ja gka Pa ja g Nasional Tahun 2005- 5 ,

2005, Bappenas, Jakarta.

Page 13: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

13

Kondisi umum tersebut menuntut adanya segera

percepatan pembangunan konektivitas nasional, salah satu di

dalamnya adalah pembangunan sarana dan prasarana angkutan

dan jalan dalam menunjang pendistribusian sumber-sumber

daya ekonomi. Selain itu, pembangunan konektivitas nasional

juga akan memberikan dampak terhadap percepatan

pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan ekonomi

baru, khususnya di luar pulau Jawa.

Selain masalah sarana dan prasarana jalan dan angktan,

masalah berikutnya yang penting untuk dipaparkan disini adalah

masalah sumber daya alam. Sumber daya alam memiliki peran

ganda, yaitu sebagai modal pembangunan dan sekaligus sebagai

penopang sistem kehidupan. Peranan sumber daya alam dapat

dilihat dari sumbangannya terhadap PDB yang pada tahun 2002

mencapai 24,8 persen dan penyerapan tenaga kerja mencapai

48 persen.3 Namun, di lain pihak keberlanjutan atas

ketersediaannya sering diabaikan sehingga daya dukung

lingkungan menurun dan ketersediaan sumber daya alam

menipis. Dalam 10 tahun mendatang diperkirakan Indonesia

akan mengalami krisis air, krisis pangan, dan krisis energi.

Ketiga ancaman krisis ini menjadi tantangan nasional jangka

panjang yang harus diantisipasi secara dini agar tidak

menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat dan

bangsa.

Ancaman krisis air disebabkan oleh memburuknya

kondisi hutan akibat deforestasi yang meningkat pesat, yaitu

dari 1,6 juta hektar pada periode 1985-1997 menjadi 2,1 juta

hektar pada periode 1997–2001. Deforestasi ini disebabkan oleh

peralihan fungsi kawasan hutan menjadi pemukiman,

3 Ibid.

Page 14: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

14

perkebunan, perindustrian, dan pertambangan; terjadinya

kebakaran hutan; serta makin meningkatnya illegal logging.4

Berkurangnya kawasan hutan selanjutnya menyebabkan

terganggunya kondisi tata air. Gejala ini terlihat dari

berkurangnya ketersediaan air tanah terutama di daerah

perkotaan, turunnya debit air waduk dan sungai pada musim

kemarau yang mengancam pasokan air untuk pertanian dan

pengoperasian pembangkit listrik tenaga air (PLTA),

membesarnya aliran permukaan yang mengakibatkan

meningkatnya ancaman bencana banjir pada musim penghujan.

Sementara itu, laju kebutuhan air terus bertambah diperkirakan

rata-rata sebesar 10 persen per tahun. Berkurangnya luas hutan

juga berdampak pada berkurangnya keanekaragaman hayati

yang ada di dalamnya, yang mempunyai potensi untuk

pengembangan jasa-jasa lingkungan dan diversifikasi pangan.

Peralihan penggunaan lahan tidak hanya berpengaruh

terhadap ketersediaan air, tetapi juga terhadap postur

ketahanan pangan. Ketersediaan pangan semakin terbatas yang

disebabkan oleh semakin meningkatnya konversi lahan sawah

dan lahan pertanian produktif lainnya, rendahnya peningkatan

produktivitas hasil pertanian, buruknya kondisi jaringan irigasi

dan prasarana irigasi di lahan produksi. Peningkatan produksi

pangan hanya terjadi di pulau Jawa, dan dalam kurun waktu

1995-2002 rata-rata produktivitas nasional hanya meningkat 80

kg per hektar. Dari luas lahan baku sawah sekitar 8,4 juta hektar,

pada kurun waktu 1992-2000 luas tersebut turun sekitar 500

ribu hektar, yaitu dari 8,3 juta hektar menjadi 7,8 juta hektar.5

Kondisi pasokan air bagi lahan beririgasi semakin terbatas

4 Ibid.

5 Ibid.

Page 15: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

15

karena menurunnya kemampuan penyediaan air di waduk-

waduk yang menjadi andalan pasokan air. Sementara itu, daya

saing produk pertanian dalam negeri masih rendah

dibandingkan dengan produk luar negeri sehingga pasar produk

pertanian dalam negeri dibanjiri dengan produk impor. Dilihat

dari aspek konsumsi pangan, ketergantungan pada konsumsi

beras masih tinggi sehingga tekanan terhadap produksi padi

semakin tinggi pula. Ke depan perlu didorong diversifikasi

konsumsi pangan dengan mutu gizi yang semakin meningkat

berbasiskan konsumsi pangan hewani, buah, dan sayuran.

Ketahanan pangan di tingkat rumah tangga masih rentan yang

disebabkan sistem distribusi yang kurang efisien untuk

menjamin ketersediaan pangan antar waktu dan antar wilayah.

Selain hal-hal konvensional di atas, kondisi

perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang

teknologi informasi dan komunikasi, juga menjadi masalah

penting yang perlu untuk ditindaklanjuti. Dalam era globalisasi,

informasi mempunyai nilai ekonomi untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi serta mewujudkan daya saing suatu

bangsa sehingga mutlak diperlukan suatu kemampuan untuk

mengakses informasi. Beberapa masalah yang dihadapi antara

lain: terbatasnya ketersediaan infrastruktur telematika yang

sampai saat ini penyediaan infrastruktur telematika belum

dapat memenuhi kebutuhan masyarakat; tidak meratanya

penyebaran infrastruktur telematika dengan konsentrasi yang

lebih besar di wilayah barat Indonesia, yaitu sekitar 86 persen di

Pulau Jawa dan Sumatera, dan daerah perkotaan;6 terbatasnya

kemampuan pembiayaan penyedia infrastruktur telematika

dengan belum berkembangnya sumber pembiayaan lain untuk

6 Ibid.

Page 16: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

16

mendanai pembangunan infrastruktur telematika seperti

kerjasama pemerintah-swasta, pemerintah-masyarakat, serta

swasta-masyarakat; dan kurang optimalnya pemanfataan

infrastruktur alternatif lainnya yang dapat dimanfaatkan dalam

mendorong tingkat penetrasi layanan telematika. Rendahnya

kemampuan masyarakat Indonesia untuk mengakses informasi

pada akhirnya menimbulkan kesenjangan digital dengan negara

lain. Dalam kaitan itu, perlu segera dilakukan berbagai

perbaikan dan perubahan untuk meningkatkan kesiapan dan

kemampuan bangsa dalam menghadapi persaingan global yang

makin ketat.

Pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia juga

tidak terlepas dari kebijakan makro ekonomi yang dijalankan

oleh pemerintah. Pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi

Indonesia mampu meningkat sebesar 6,2% dan meningkat lagi

sebesar 6,5% ada tahun 2011.7 Hal ini merupakan dukungan

dari ekspor Indonesia. Pada tahun 2012 ini ekonomi Indonesia

tumbuh sebesar 6,2% persen, terbesar kedua di dunia setelah

China.8 Walaupun masih berada di bawah tahun sebelumnya,

tetapi pertumbuhan ini cukup tinggi mengingat masih lesunya

pertumbuhan ekonomi dunia akibat krisis yang melanda. Akan

tetapi pada kurun waktu 2009-2012, perekonomian Indonesia

termasuk menunjukkan kecenderungan positif. Faisal Basri

mengatakan I do esia adalah satu-satunya negara yang

selama 2009-2012 menunjukkan kecenderungan pertumbuhan

7 Firmanzah, Eko o i I do esia da Outlook , Staf Khusus Presiden Bidang

Ekonomi dan Pembangunan, Desember 2012. 8 Ibid.

Page 17: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

17

ekonomi yang tidak menurun di tengah terpaan krisis ekonomi

glo al ya g elu erkesudaha sejak . 9

Data akan kemiskinan di Indonesiapun semakin hari

semakin berkurang, meski tidak dapat dipungkiri masih

banyaknya penduduk Indonesia yang masih kurang dari kata

mampu. Kemiskinan yang pada awalnya 13,33%, pada tahun

2012 berkurang hingga tinggal 11,45%.10

Sejalan dengan

kemiskinan, pengangguranpun berangsur menurun. Pada tahun

2010 tercatat pengangguran yang ada di Indonesia sebanyak

7,1% kemudian di tahun berikutnya menurun hingga 6,6%. Pada

tahun 2012. Pengangguran mengalami penurunan kembali

dengan prosentase 6,14% dan diperkirakan pada tahun 2013 ini,

laju pengangguran di Indonesia berkurang menjadi 5,8-6,1%

saja.11

Pada tahun 2012 terlihat tren positif atas Produk

Domestik Bruto (PDB) Indonesia. PDB Indonesia mengalami

kenaikan, tercatat oleh Direktorat Jenderal Anggaran pada

tahun 2009, laju PDB hanya mencapai 4,5 sedangkan pada

tahun 2010 berhasil naik ke 6,1%. Pada 2011 laju PDB berhasil di

kisaran 6,2% dan terus meningkat hingga 6,7% di tahun 2012.

Diperkirakan untuk tahun selanjutnya PDB Indonesia akan terus

meningkat. Stabilitas perekonomian nasional sepanjang tahun

2012 juga dilihat dari tingkat inflasi yang mencapai 4,3%, atau

sedikit di atas tingkat inflasi 2011 (3,8%). Bank Indonesia

meyakini inflasi di tahun 2013 dan tahun 2014 masih dalam

kisaran sasaran 4,5% ± 1%.

9 Faisal Basri, BBM Biang Keladi Defisit Perdagangan , Harian Kompas, 7 Januari

2013. 10

Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, November 2012. 11

Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik, Januari 2013.

Page 18: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

18

Dalam mendukung keberlangsungan ekonomi makro,

maka diperlukan kebijakan-kebijakan yang tepat pula baik dalam

fiskal maupun moneter. Kebijakan fiskal secara garis besar

membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam

perbelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-

masalah ekonomi yang dihadapi dan kebijakan moneter yang

menitikberatkan pada proses mengatur persediaan uang sebuah

negara untuk mencapai tujuan tertentu; seperti menahan

inflasi, dan mendorong usaha pembangunan nasional.12

Dua

kebijakan tersebut harus berjalan beriringan.

Melihat perkembangan perekonomian Indonesia saat ini,

kebijakan fiskal maupun moneter sudah cukup berimbang.

Selama ini pemerintah sudah cukup giat dalam kebijakan

moneternya. Pascakrisis moneter, Indonesia sedang

memperbaiki kebijakan-kebijakan moneternya, salah satu cara

adalah dengan independensi Bank Indonesia dalam mengatur

moneter. Dalam perjalanannya, Bank Indonesia (BI) menerapkan

sistem Inflation Targeting Framework (ITF) yang sukses

diterapkan di berbagai Negara seperti Inggris, Kanada, Sweedia,

Australia, bahkan di Negara berkembang seperti Chili, Brazil,

Korea, dan negara-negara lainnya.13

ITF sendiri ditetapkan sejak bulan Juli 2005 lalu dan

menuai hasil yang menggembirakan bagi perekonomian makro.

Lewat adanya ITF Bank Indonesia menerapkan kerangka

kebijakan moneter dengan inflasi yg rendah dan stabil sebagai

sasaran utama karena inflasi merupakan satu-satunya variabel

makroekonomi yang dapat dipengaruhi kebijakan moneter.

Dengan tetap menjaga inflasi yang rendah dan stabil,

12

Boediono, 2013, Ekonomi Makro (edisi keempat), Yogyakarta,BPFE-Yogyakarta 13

Ibid.

Page 19: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

19

pemerintah percaya hal inidapat menyebabkan terlaksananya

kebijakan makro ekonomi yang lain. Terbukti sampai sekarang

tingkat inflasi masih berada di kisaran 4,5%.14

Kebijakan moneter lain yang menunjang perkembangan

makro ekonomi Indonesia antara lain yaitu kebijakan suku

bunga yang diaragkan agar pergerakan inflasi tetap berada pada

sasaran yang ditetapkan. Diantaranya BI menurunkan BI Rate 25

bps pada tahun 2012 sebagai stimulan ekonomi Indonesia

ditengah lemahnya ekonomi global serta mempertahamkam BI

Rate pada tingkat 5,75% dan menguatkan operasi moneter

untuk mengendalikan akses likuiditas jangka pendek untuk

mengantisipasi dampak peningkatan inflasi jangka pendek.15

Selain suku bunga, kebijakan moneter yang dilakukan

adalah kebijakan nilai tukar agar stabilitas nilai tukar tetap

terjaga. Bank Indonesia terus memantau perkembangan nilai

tukar rupiah yang ada dan melakukan interensi di pasar valas. Di

sisi penguatan pasokan valuta asing, BI mengeluarkan

ketentuan terkait penerimaan Devisa Hasil Ekspor ((DHE)

dimana eksportir waji menerima seluruh DHE melalui bank

devisa di dalam negeri. Selain itu, BI juga mengadakan

lelang Term Deposit (TD) Valas untuk memperkaya instrument

valas domestik dan menjadi outlet penempatan devisa.

Sementara untuk stabilitas keuangan dan pendukung

keseimbangan eksternal, BI menerapkan kebijakan

makroprudensial melalu pengaturan besaran rasio loan-to-

value (LTV) dan down payment (DP) mengingat peningkatan

tajam di kredit pebankan khususnya perumahan dan otomotif.

Kebijakan moneter terus ditata dan diperketat lagi, disisi

14

Ibid. 15

Op.Cit., Firmanzah, 2012.

Page 20: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

20

makroprudensial sudah ada BI yang mengatasi dan baru-baru ini

pemisahan untuk urusan mikroprudensial dan lembaga

keuangan dipegang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).16

Peranan atau fungsi pemerintah di bidang fiskal adalah

untuk menciptakan stabilisasi ekonomi, pemerataan

pendapatan, dan mengalokasikan sumber daya manusia. Khusus

untuk fungsi stabilisasi dan pemerataan, akan lebih efektif

apabila dilakukan pemerintah pusat, sedangkan fungsi alokasi

akan lebih efektif dilakukan pemerintah daerah.17

Oleh karena

itu, kebijakan fiskal ini dilakukan sinergis baik pemerintah pusat

maupun daerah.

Pemerintah melakukan upaya desentralisasi fiskal

dalam rangka mensinergiskan kebijakan fiskal pusat dengan

daerah sehingga daerah juga bisa mengelola keuangannya. Hal

ini didukung dengan peran pemerintah dalam melakukan

perimbangan keuangan dengan cara transfer/hibah ke daerah

dan didukung dengan penyerahansebagian kewenangan

perpajakan kepada daerah.Untuk saat ini transfer pendanaan

daerah lebih mendominasi karena perpajakan daerah sendiri

masih sangat terbatas. Sampai saat ini pemerintah masih

berusaha mengefektifkan desentralisasi fiskal.

Sementara bila kita berbicara fiskal, maka tidak bisa

lepas dari Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(RAPBN). Dalam RAPBN 2013, pemerintah Indonesia

mentargetkan pendapatan negara akan mencapai Rp1.507,07

triliun atau meningkat 12,6% dari APBN-P 2012. Sementara itu,

belanja 2013 juga diperkirakan akan meningkat 8,7% menjadi

16

Ibid. 17

Kuncoro, M., 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah (Reformasi, Perencanaan,

Strategi, dan Peluang) , hlm. 187, Erlangga, Jakarta.

Page 21: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

21

Rp1.657,09 triliun. Peningkatan sumber pendapatan dan

pengeluaran negara tersebut menyebabkan defisit anggaran

sebesar Rp153,34 triliun atau -1,65% dari PDB dibandingkan

dengan -2,23% dari PDB pada APBN-P 2012.18

Dari data yang

ada, anggaran belanja terbesar terletak pada anggaran belanja

pusat di pusat dan setelah itu disusul transfer ke daerah.

Untuk itu, pemerintah berupaya meningkatkan kualitas

pengeluaran Negara agar berimbang. Hal pertama yang akan

dilakukan adalah meningkatkan belanja modal untuk

terealisasinya pembangunan infrastruktur nasional dan

konektivitas antardaerah serta peningkatan ketahanan energi

dan pangan. Akhir-akhir ini di tingkat mahasiswa sendiri sudah

sering membahas tentang rencana pemerintah dalam

ketahanan energi dan pangan yang sementara ini masih digodok

dan belum tahu kapan ketahanan tersebut benar-benar matang.

Pemerintah menilai, selama ini kinerjanya dalam kebijakan fiskal

terkait pembangunan infrastruktur sudah cukup maksimal,

sebagian besar belanja modal digunakan untuk membiayai

pembangunan infrastruktur yaitu sebesar Rp 216,1 triliun pada

tahun 2013. Anggaran ini meningkat 28,1% dari tahun 2012.

Peningkatan anggaran infrastruktur ini untuk pembangunan

sektor riil seperti listrik, jalan raya, tol, dermaga dan lain-lain.19

Kedua, penurunan anggaran subsidi khususnya subsidi

listrik untuk mengurangi beban subsidi listrik. Rencananya

pemerintah akan meningkatkan tarif listrik secara bertahap

setiap kuartal dan akan memprioritaskan perhatian pada

masyarakat kalangan menengah ke bawah. Subsidi juga akan

dikurangi karena pemerintah berargumen distribusi subsidi

18

Op.Cit., Firmanzah, 2012. 19

Ibid.

Page 22: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

22

selama ini tidak merata dan salah sasaran. Penurunan subsidi

yang akan dipotong yaitu subsidi energi. Subsidi energi nantinya

akan dialokasikan untuk bidang lain seperti pendidikan dan

kesehatan. Memang anggaran yang paling mendapat sorotan

publik adalah anggaran untuk subsidi energi.

Dalam RAPBN 2013, anggaran subsidi energi masih

menjadi pengeluaran terbesar, mencapai porsi 27,8 % dari total

anggaran. Porsi terbesar kedua dalam komposisi belanja

pemerintah pusat adalah belanja pegawai (sebesar 21,2%).

Kemudian disusul oleh belanja modal (17%), belanja barang

(14%), pembayaran bunga utang (9,9%), belanja sosial (5,2%)

dan belanja lain-lain (4,2%).20

Dari segi pajak, pemerintah Indonesia mentargetkan

pendapatan pajak sebesar Rp1.193 triliun pada 2013 atau

kenaikan sebesar 17,4% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tujuan dari pemilihan instrumen fiskal pajak adalah untuk

meningkatkan pendapatan yang cukup sekaligus meminimalisasi

distorsi dan menjaga sistem pajak yang mudah untuk

dilaksanakan.

Selain itu, jika berbicara lebih panjang tentang kebijakan

fiskal, prestasi fiskal Indonesia cukup baik mengingat

pertumbuhan ekonomi cnderung positif. Indonesia mendapat

predikat sebagai Negara layak investasi (investment grade) dan

membuktikan pemerintah Indonesia cukup berhasil dalam

menerapkan kebijakan fiskalnya. Rasio utang terhadap PDB

Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini terus menurun,

dari 57% pada 2004 menjadi 24% pada akhir 2011 didukung oleh

pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat dan pengelolaan

fiskal yang baik.Posisi fiskal Indonesia secara umum dinilai masih

20

Ibid.

Page 23: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

23

sehat. Dimana, angka realisasi sementara defisit Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 adalah Rp146

triliun. Artinya angka ini masih 1,8% dari PDB.21

1.3 Rencana Pembangunan Ekonomi Indonesia

Secara umum, pembangunan ekonomi Indonesia

direncanakan dan dijalankan dengan melihat kepada 2 aspek:

1. Aspek nasional;

2. Aspek regional-global.

Aspek nasional adalah segala aspek dalam negeri yang

berpengaruh terhadap pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi Indonesia. Secara umum aspek nasional ini terdiri dari

potensi dan hambatan pembangunan ekonomi Indonesia.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk

terbesar ke 4 di dunia. Penduduk yang banyak dengan sumber

daya manusia yang terus membaik akan menjadi potensi

ekonomi yang besar. Meskipun dalam mengoptimalkan sumber

daya manusia ini Indonesia masih harus bekerja lebih keras,

khususnya dalam bidang pendidikan, akan tetapi, terkait dengan

jumlah penduduk yang besar dan hubungannya dengan kondisi

kekinian demografi Indonesia, maka faktor penduduk ini tetap

menjadi potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan dengan

segera seiiring dengan proses peningkatan sumber daya

manusia melalui pendidikan.

Indonesia tengah berada dalam periode transisi struktur

penduduk usia produktif. Pada kurun waktu 2020 – 2030,

penurunan indeks (ratio) ketergantungan Indonesia (yang sudah

21

Mustopadidjaja A.R.,dkk, 2012, BAPPENAS : Dalam Sejarah Perencanaan

Pembangunan Indonesia 1945-2025,Jakarta: LP3ES.

Page 24: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

24

berlangsung sejak tahun 1970) akan mencapai angka terendah.

Implikasi penting dari kondisi ini adalah semakin pentingnya

penyediaan lapangan kerja agar perekonomian dapat

memanfaatkan secara maksimal besarnya porsi penduduk usia

produktif. Lebih penting lagi, bila tingkat pendidikan secara

umum diasumsikan terus membaik, produktivitas perekonomian

negara ini sesungguhnya dalam kondisi premium, dimana hal

tersebut akan sangat bermanfaat untuk tujuan percepatan

maupun perluasan pembangunan ekonomi.

Periode dimana angka dependency ratio ≤ 1

Gambar 1.1 Keadaan demografi umur penduduk

Indonesia.22

22

Ke e tria Koordi ator Bida g Pereko o ia , Masterpla Per epata da Perluasa Pe a gu a Eko o i I do esia , hl . , Cetaka Perta a, Jakarta, 2011, Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian.

Page 25: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

25

Gambar di atas menunjukan bahwa dalam 10 tahun

mendatang, ketersediaan angkatan kerja di Indonesia dalam

kondisi maksimal. Hal ini berarti bahwa produktivitas ekonomi

pun bisa dipicu ke titik tertinggi dalam 10 mendatang dengan

mengoptimalkan kondisi angkatan kerja tersebut.

Sampai tahun 2010, Indonesia masih menjadi salah satu

produsen besar di dunia untuk berbagai komoditas, antara lain

kelapa sawit (penghasil dan eksportir terbesar di dunia), kakao

(produsen terbesar kedua di dunia), timah (produsen terbesar

kedua di dunia), nikel (cadangan terbesar ke empat di dunia)

dan bauksit (cadangan terbesar ke tujuh di dunia) serta

komoditas unggulan lainnya seperti besi baja, tembaga, karet

dan perikanan. Indonesia juga memiliki cadangan energi yang

sangat besar seperti misalnya batubara, panas bumi, gas alam,

dan air yang sebagian besar dimanfaatkan untuk mendukung

industri andalan seperti tekstil, perkapalan, peralatan

transportasi dan makanan-minuman.

Page 26: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

26

Gambar 1.2 Potensi sumber daya alam Indonesia23

Potensi sumber daya alam tersebut, menjadi potensi

besar pembangunan ekonomi Indonesia. Hanya saja potensi

tersebut belum bisa dimanfaatkan secara optimal, dikarenakan

belum berkembangnya industri hilir di Indonesia.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia

memiliki wilayah dengan panjang mencapai 5.200 km dan lebar

mencapai 1.870 km. Lokasi geografisnya juga sangat strategis

(memiliki akses langsung ke pasar terbesar di dunia) karena

Indonesia dilewati oleh satu Sea Lane of Communication (SLoC),

yaitu Selat Malaka, di mana jalur ini menempati peringkat

pertama dalam jalur pelayaran kontainer global.

Berdasarkan data United Nations Environmental

Programme (UNEP, 2009) terdapat 64 wilayah perairan Large

23

Ibid, hlm. 18

Page 27: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

27

Marine Ecosystem (LME) di seluruh dunia yang disusun

berdasarkan tingkat kesuburan, produktivitas, dan pengaruh

perubahan iklim terhadap masing-masing LME. Indonesia

memiliki akses langsung kepada 6 (enam) wilayah LME yang

mempunyai potensi kelautan dan perikanan yang cukup besar,

yaitu: LME 34 – Teluk Bengala; LME 36 – Laut Cina Selatan; LME

37 – Sulu Celebes; LME 38 – Laut-laut Indonesia; LME 39 –

Arafura – Gulf Carpentaria; LME 45 – Laut Australia Utara.24

Sehingga, peluang Indonesia untuk mengembangkan industri

perikanan tangkap sangat besar.

Walaupun potensi-potensi di atas merupakan

keunggulan Indonesia, namun keunggulan tersebut tidak akan

terwujud dengan sendirinya. Sejumlah tantangan harus dihadapi

untuk merealisasikan keunggulan tersebut, sebagaimana

diuraikan berikut ini.

Struktur ekonomi Indonesia saat ini masih terfokus pada

pertanian dan industri yang mengekstraksi dan mengumpulkan

hasil alam. Industri yang berorientasi pada peningkatan nilai

tambah produk, proses produksi dan distribusi di dalam negeri

masih terbatas. Selain itu, saat ini terjadi kesenjangan

pembangunan antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur

Indonesia. Hal ini tidak bisa dibiarkan berlanjut ke generasi yang

akan datang. Harus pula dipahami bahwa upaya pemerataan

pembangunan tidak akan terwujud dalam jangka waktu singkat.

Namun begitu, upaya tersebut harus dimulai melalui upaya

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia

sebagai titik awal menuju Indonesia yang lebih merata.

Tantangan atau hambatan tersebut menunjukan bahwa

secara umum bahwa proses transformasi mode produksi dari

24

Ibid.

Page 28: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

28

masyarakat agraris menuju masyarakat industri belum tuntas

atau bisa dikatakan gagal. Banyak faktor yang menyebabkan hal

tersebut bisa terjadi, salah satunya dan yang paling penting

adalah tidak meratanya pembangunan nasional dan kegiatan

ekonomi yang sentralistik. Hal tersebut telah berlangsung

selama puluhan tahun dan untuk merubah dan memperbaikinya

perlu proses waktu yang tidak sebentar. Selain itu, diperlukan

skala prioritas transformasi yang jelas.

Tantangan lain dari suatu negara besar seperti Indonesia

adalah penyediaan infrastruktur untuk mendukung aktivitas

ekonomi. Infrastruktur itu sendiri memiliki spektrum yang

sangat luas. Satu hal yang harus mendapatkan perhatian utama

adalah infrastruktur yang mendorong konektivitas antar wilayah

sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan

ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur yang mendorong

konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya

logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk, dan

mempercepat gerak ekonomi. Termasuk dalam infrastruktur

konektivitas ini adalah pembangunan jalur transportasi dan

teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta seluruh regulasi

dan aturan yang terkait dengannya.

Kualitas sumber daya manusia juga masih menjadi

tantangan Indonesia. Saat ini sekitar 50 persen tenaga kerja di

Indonesia masih berpendidikan sekolah dasar dan hanya sekitar

8 persen yang berpendidikan diploma/sarjana. Kualitas sumber

daya manusia ini sangat terkait dengan kualitas sarana

pendidikan, kesehatan, dan akses ke infrastruktur dasar.

Indonesia sedang menghadapi urbanisasi yang sangat

cepat. Jika pada tahun 2010 sebanyak 53 persen penduduk

Indonesia tinggal di kawasan perkotaan, maka BPS memprediksi

Page 29: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

29

bahwa pada tahun 2025 penduduk di kawasan perkotaan akan

mencapai 65 persen. Implikasi langsung yang harus diantisipasi

akibat urbanisasi adalah terjadinya peningkatan pada pola

pergerakan, berubahnya pola konsumsi dan struktur produksi

yang berdampak pada struktur ketenagakerjaan, meningkatnya

konflik penggunaan lahan, dan meningkatnya kebutuhan

dukungan infrastruktur yang handal untuk mendukung distribusi

barang dan jasa.

Sebagai negara kepulauan, Indonesia juga menghadapi

tantangan akibat perubahan iklim global. Beberapa indikator

perubahan iklim yang berdampak signifikan terhadap

berlangsungnya kehidupan manusia adalah: kenaikan

permukaan air laut, kenaikan temperatur udara, perubahan

curah hujan, dan frekuensi perubahan iklim yang ekstrem.

Demikian pula, pengaruh kombinasi peningkatan suhu rata-rata

wilayah, tingkat presipitasi wilayah, intensitas kemarau/banjir,

dan akses ke air bersih, menjadi tantangan bagi percepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

Aspek berikutnya yang berpengaruh terhadap

pembangunan ekonomi Indonesia adalah aspek regional-global.

Pembangunan ekonomi Indonesia tidak lepas dari posisi

Indonesia dalam dinamika regional dan global. Secara geografis

Indonesia terletak di jantung pertumbuhan ekonomi dunia.

Kawasan Timur Asia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi

yang jauh di atas rata-rata kawasan lain di dunia. Ketika tren

jangka panjang (1970 – 2000) pertumbuhan ekonomi dunia

mengalami penurunan, tren pertumbuhan ekonomi kawasan

Timur Asia menunjukkan peningkatan.

Page 30: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

30

Gambar 1.3 Pertumbuhan ekonomi global untuk tiap

dekade (dalam persen per tahun secara rata-rata)25

Sebagai pusat gravitasi perekonomian global, Kawasan

Timur Asia (termasuk Asia Tenggara) memiliki jumlah penduduk

sekitar 50 persen dari penduduk dunia. Cina memiliki sekitar 1,3

miliar penduduk, sementara India menyumbang sekitar 1,2

miliar orang, dan ASEAN dihuni oleh sekitar 600 juta jiwa. Secara

geografis, kedudukan Indonesia berada di tengah-tengah

Kawasan Timur Asia yang mempunyai potensi ekonomi sangat

besar.

25

Ibid., hlm. 16.

Page 31: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

31

Dalam aspek perdagangan global, dewasa ini

perdagangan South to South, termasuk transaksi antara India –

Cina – Indonesia, menunjukkan peningkatan yang cepat. Sejak

2008, pertumbuhan ekspor negara berkembang yang didorong

oleh permintaan negara berkembang lainnya meningkat sangat

signifikan (kontribusinya mencapai 54 persen). Hal ini berbeda

jauh dengan kondisi tahun 1998 yang kontribusinya hanya 12

persen. Pertumbuhan yang kuat dari Cina, baik ekspor maupun

impor memberikan dampak yang sangat penting bagi

perkembangan perdagangan regional dan global. Impor Cina

meningkat tajam selama dan setelah krisis ekonomi global 2008.

Di samping itu, konsumsi Cina yang besar dapat menyerap

ekspor yang besar dari negara-negara di sekitarnya termasuk

Indonesia.

Di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara dengan luas

kawasan terbesar, penduduk terbanyak dan sumber daya alam

terkaya. Hal tersebut menempatkan Indonesia sebagai kekuatan

utama negara-negara di Asia Tenggara. Di sisi lain, konsekuensi

dari akan diimplementasikannya komunitas ekonomi ASEAN dan

terdapatnya Asean – China Free Trade Area (ACFTA)

mengharuskan Indonesia meningkatkan daya saingnya guna

mendapatkan manfaat nyata dari adanya integrasi ekonomi

tersebut. Oleh karena itu, percepatan transformasi ekonomi

menjadi sangat penting dalam rangka memberikan daya dorong

dan daya angkat bagi daya saing Indonesia.

Dengan melihat dinamika global yang terjadi serta

memperhatikan potensi dan peluang keunggulan geografi dan

sumber daya yang ada di Indonesia, serta mempertimbangkan

prinsip pembangunan yang berkelanjutan, Indonesia perlu

memposisikan dirinya sebagai basis ketahanan pangan dunia,

Page 32: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

32

pusat pengolahan produk pertanian, perkebunan, perikanan,

dan sumber daya mineral serta pusat mobilitas logistik global.

Berdasarkan kedua aspek di atas, dapat disimpulkan

beberapa hal berikut:

1. Usaha pembangunan ekonomi Indonesia harus

diarahkan kepada perluasan dan pembangunan

ruang-ruang dan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru,

serta pembangunan dan pengembangan industri

hilir;

2. Dalam rangka menunjang usaha di atas, maka

sumber-sumber daya ekonomi harus didistribusikan

secara merata;

3. Perlu segera dibangun dan diperkuat konektivitas

nasional untuk menunjang proses distribusi sumber-

sumber daya ekonomi.

Berangkat dari kesimpulan tersebut, maka usaha

pembangunan ekonomi dilakukan pemerintah dilakukan dengan

membuat dan menjalankan Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). MP3EI ini

sendiri merupakan bagian tidak terpisahkan dari rencana

pembangunan nasional. Dalam MP3EI, dinyatakan 3 usaha yang

dilakukan pemerintah dalam rangka pembangunan ekonomi

Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Peningkatan potensi wilayah melalui koridor

ekonomi;

2. Penguatan konktivitas nasional;

3. Penguatan kemampuan SDM dan Iptek nasional.

Page 33: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

33

Peningkatan potensi wilayah melalui koridor ekonomi

Pendekatan dan usaha ini pada intinya merupakan

integrasi dari pendekatan sektoral dan regional. Setiap wilayah

mengembangkan produk yang menjadi keunggulannya. Tujuan

pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi tersebut

adalah untuk memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali

potensi dan keunggulan daerah serta memperbaiki ketimpangan

spasial pembangunan ekonomi Indonesia.

Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

dilakukan dengan mengembangkan klaster industri dan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat

pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas

antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan antara pusat

pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi serta

infrastruktur pendukungnya. Secara keseluruhan, pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi dan konektivitas tersebut menciptakan

Koridor Ekonomi Indonesia. Peningkatan potensi ekonomi

wilayah melalui koridor ekonomi ini menjadi salah satu dari tiga

strategi utama (pilar utama).

Page 34: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

34

Gambar 1.4 Ilustrasi koridor ekonomi

26

Dalam rangka Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi dibutuhkan penciptaan kawasan-kawasan ekonomi

baru, diluar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang telah ada.

Pemerintah dapat memberikan perlakuan khusus untuk

mendukung pembangunan pusat-pusat tersebut, khususnya

yang berlokasi di luar Jawa, terutama kepada dunia usaha yang

bersedia membiayai pembangunan sarana pendukung dan

infrastruktur. Tujuan pemberian perlakuan khusus tersebut

adalah agar dunia usaha memiliki perspektif jangka panjang

dalam pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.

26

Ibid, hlm. 32.

Page 35: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

35

Perlakuan khusus tersebut antara lain meliputi: kebijakan

perpajakan dan kepabeanan peraturan ketenagakerjaan, dan

perijinan sesuai kesepakatan dengan dunia usaha. Untuk

menghindari terjadinya enclave dari pusat-pusat pertumbuhan

tersebut, Pemerintah Pusat dan Daerah mendorong dan

mengupayakan terjadinya keterkaitan (linkage) semaksimal

mungkin dengan pembangunan ekonomi di sekitar pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi. Pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

baru tersebut dapat berupa KEK dalam skala besar yang

diharapkan dapat dikembangkan disetiap koridor ekonomi

disesuaikan dengan potensi wilayah yang bersangkutan.

Penguatan konektivitas nasional

Konektivitas Nasional merupakan pengintegrasian 4

(empat) elemen kebijakan nasional yang terdiri dari Sistem

Logistik Nasional (Sislognas), Sistem Transportasi Nasional

(Sistranas), Pengembangan wilayah (RPJMN/RTRWN), Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT). Upaya ini perlu dilakukan

agar dapat diwujudkan konektivitas nasional yang efektif,

efisien, dan terpadu.

Sebagaimana diketahui, konektivitas nasional Indonesia

merupakan bagian dari konektivitas global. Oleh karena itu,

perwujudan penguatan konektivitas nasional perlu

mempertimbangkan keterhubungan Indonesia dengan dengan

pusat-pusat perekonomian regional dan dunia (global) dalam

rangka meningkatkan daya saing nasional. Hal ini sangat penting

dilakukan guna memaksimalkan keuntungan dari

keterhubungan regional dan global/internasional.

Page 36: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

36

Konektivitas Nasional menyangkut kapasitas dan

kapabilitas suatu bangsa dalam mengelola mobilitas yang

mencakup 5 (lima) unsur sebagai berikut:

1. Personel/penumpang, yang menyangkut

pengelolaan lalu lintas manusia di, dari dan ke

wilayah.

2. Material/barang abiotik (physical and chemical

materials) yang menyangkut mobilitas komoditi

industri dan hasil industri.

3. Material/unsur biotik/species, yang mencakup lalu

lintas unsur mahluk hidup di luar manusia seperti

ternak, Bio Toxins, Veral, Serum, Verum, Seeds, Bio-

Plasma, BioGen, Bioweapon1.

4. Jasa dan Keuangan, yang menyangkut mobilitas

teknologi, sumber daya manusia dan modal

pembangunan bagi wilayah.

5. Informasi, yang menyangkut mobilitas informasi

untuk kepentingan pembangunan wilayah yang saat

ini sangat terkait dengan penguasaan teknologi

informasi dan komunikasi.

Peningkatan pengelolaan mobilitas terhadap lima unsur

tersebut diatas akan meningkatkan kemampuan nasional dalam

mempercepat dan memperluas pembangunan dan mewujudkan

pertumbuhan yang berkualitas sesuai amanat UU No. 17 Tahun

2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2005 – 2025.

Page 37: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

37

Gambar 1.5 Komponen konektivitas

27

Penguatan konektivitas nasional dilakukan dengan

mengintegrasikan beberapa komponen konektivitas yang saling

berhubungan kedalam satu perencanaan terpadu. Beberapa

komponen dimaksud merupakan pembentuk postur

konektivitas secara nasional (Gambar 2.3), yang meliputi: (a)

Sistem Logistik Nasional (SISLOGNAS); (b) Sistem Transportasi

Nasional (SISTRANAS); (c) Pengembangan Wilayah (RPJMN dan

27

Ibid, hlm. 35.

Page 38: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

38

RTRWN); (d) Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK/ICT).

Rencana dari masing-masing komponen tersebut telah selesai

disusun, namun dilakukan secara terpisah. Oleh karena itu,

Penguatan Konektivitas Nasional berupaya untuk

mengintegrasikan keempat komponen tersebut.

Penguatan kemampuan SDM dan Iptek nasional

Peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK Nasional

menjadi salah satu dari 3 (tiga) strategi utama pelaksanaan

MP3EI. Hal ini dikarenakan pada era ekonomi berbasis

pengetahuan, mesin pertumbuhan ekonomi sangat bergantung

pada kapitalisasi hasil penemuan menjadi produk inovasi. Dalam

konteks ini, peran sumber daya manusia yang berpendidikan

menjadi kunci utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

yang berkesinambungan. Oleh karena itu, tujuan utama di

dalam sistem pendidikan dan pelatihan untuk mendukung hal

tersebut diatas haruslah bisa menciptakan sumber daya

manusia yang mampu beradaptasi dengan cepat terhadap

perkembangan sains dan teknologi.

Sumber daya manusia yang produktif merupakan

penggerak pertumbuhan ekonomi. Untuk menghasilkan tenaga

kerja yang produktif, maka diperlukan pendidikan yang bermutu

dan relevan dengan kebutuhan pembangunan. Dalam ekonomi

yang semakin bergeser ke arah ekonomi berbasis pengetahuan,

peran pendidikan tinggi sangat penting, antara lain untuk

menghasilkan tenaga kerja yang unggul dan produktif, yang

semakin mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang dibutuhkan, untuk meningkatkan nilai tambah kegiatan

ekonomi yang berkelanjutan. Pendidikan tinggi di sini terdiri dari

Page 39: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

39

program pendidikan akademik, program pendidikan vokasi,

serta program pendidikan profesi.

Peningkatan produktivitas menuju keunggulan

kompetitif akan dicapai seiring dengan upaya memperkuat

kemampuan sumber daya manusia berbasis inovasi. Warisan

ekonomi berbasis sumber daya alam yang bertumpu pada labor

intensive perlu ditingkatkan secara bertahap menuju skilled

labor intensive dan kemudian menjadi human capital intensive.

Peningkatan kemampuan modal manusia yang menguasai Iptek

sangat diperlukan ketika Indonesia memasuki tahap innovation-

driven economies.

Untuk mewujudkan peningkatan produktivitas, maka

direkomendasikan usulan Inisiatif Inovasi 1-747 sebagai

pendorong utama terjadinya proses transformasi sistem

ekonomi berbasis inovasi melalui penguatan sistem pendidikan

(human capital) dan kesiapan teknologi (technological

readiness).

Proses transformasi tersebut memerlukan input

pendanaan Penelitian dan Pengembangan (R & D) sebesar 1

persen dari GDP yang perlu terus ditingkatkan secara bertahap

sampai dengan 3 persen GDP menuju 2025. Porsi pendanaan

penelitan dan pengembangan tersebut diatas, berasal dari

Pemerintah maupun dunia usaha. Pelaksanaannya dilakukan

melalui 7 langkah perbaikan ekosistem inovasi, sedangkan

prosesnya dilakukan dengan menggunakan 4 wahana

percepatan pertumbuhan ekonomi sebagai model penguatan

aktor-aktor inovasi yang dikawal dengan ketat. Dengan

demikian diharapkan 7 sasaran visi inovasi 2025 di bidang SDM

dan IPTEK akan dapat tercapai sehingga menjamin percepatan

dan perluasan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Page 40: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

40

Bab II

Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

Pembangunan Ekonomi Nasional

2.1 Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam

Pembangunan Ekonomi

Dalam era globalisasi saat ini, dimana batas-batas ruang

dan waktu telah mampu ditembus dengan menggunakan

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK),

pembangunan ekonomi seharusnya lebih mudah dijalankan.

Asumsi tersebut muncul karena dua hal, pertama, TIK sebagai

alat, akan menghilangkan hambatan-hambatan konvensional

dalam proses pembangunan ekonomi, seperti hambatan dalam

aksesibilitas data dan informasi, serta hambatan jarak dan

waktu dalam melakukan komunikasi. Kedua, perkembangan dan

kemajuan TIK akan membuka ruang dan wilayah inovasi

kegiatan ekonomi baru, seperti e-commerce.

Pembangunan ekonomi berarti membangun dan

mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi

yang utama terdiri dari 3 kegiatan, yaitu produksi, distribusi, dan

konsumsi. Teknologi informasi dan komunikasi yang ada saat ini,

telah mampu diterapkan ke dalam ketiga kegiatan ekonomi

tersebut serta mampu menunjang ketiga kegiatan ekonomi

tersebut agar berjalan lebih efektif dan efisien.

Dalam kegiatan produksi, teknologi informasi dan

komunikasi secara optimal mampu diterapkan dalam kegiatan

produksi berbasis industri. Pada bidang industri sekarang ini, TIK

sangatlah vital keberadaannya. Dengan implementasi TIK, para

stakeholders atau pemegang kepentingan suatu perusahaan

Page 41: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

41

industri, dapat dengan mudah mengakses pabrik atau

manufakturer industri, sehingga produktivitas dalam dunia

industri dapat meningkat drastis dibandingkan dengan sistem

tradisional atau tanpa implementasi TIK.

Di bidang industri, komputer telah digunakan untuk

mengendalikan mesin-mesin produksi dengan ketepatan tinggi,

misalnya Computer Numerical Control (CNC) atau pengawasan

numerik atau perhitungan, Computer Aided Manufacture (CAM),

Computer Aided Design (CAD), yaitu industri untuk merancang

bentuk sebuah produk yang akan dikeluarkan pada sebuah

industri atau pabrik.

Penggunaan TIK di bidang industri terbukti dapat

meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan. Sebagai

contoh, dalam industri otomotif, seperti Honda, telah

mengimplementasikan teknologi komputer dalam proses

produksinya. Honda menggunakan teknologi komputerisasi dan

robot untuk merakit komponen mobil dalam prosesnya. Dengan

tidak adanya campur tangan manusia secara langsung,

membuat proses produksi menjadi lebih aman, efektif dan

efisien. Kelebihan dari penggunaan teknologi itu ialah

komponen mobil yang dirakit menjadi presisi dan terukur

dengan tepat.

Selain berperan dalam proses produksi, TIK juga memiliki

peranan dalam mengelola sumber-sumber daya produksi,

seperti sumber daya manusia dan bahan baku. Sebuah kegiatan

produksi yang baik menuntut ketersediaan sumber daya

manusia yang baik, baik untuk mengelola manajemen produksi,

maupun melakukan produksi secara langsung. Dalam hal ini TIK

memiliki peranan sebagai berikut:

Page 42: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

42

1. Proses rekruitmen tenaga kerja;

Secara umum, proses rekruitmen tenaga kerja bisa

dilakukan dalam dua bentuk, yaitu rekruitmen

terbuka dan tertutup. Dalam sebuah rekruitmen

tertutup, peran TIK kurang diperlukan, dikarenakan

proses rekruitmen tidak dipublikasikan ke luar

wilayah perusahaan. TIK lebih berperan dalam proses

rekruitmen terbuka. Dalam rekruitmen terbuka, TIK

akan digunakan untuk memudahkan proses

pendaftaran dan administrasi, serta digunakan untuk

memperluas wilayah rekruitmen, sehingga peluang

untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas

dan sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan lebih

besar. Contoh penerapan TIK dalam rekruitmen

tenaga kerja ini adalah lowongan kerja online,

pendaftaran dan pengiriman lamaran kerja secara

online, dan tes/seleksi online.

2. Pelatihan dan pendidikan tenaga kerja;

Untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja,

maka keahlian dan keterampilan tenaga kerja perlu

terus ditingkatkan. Hal ini biasanya dilakukan dengan

menyelenggarakan pelatihan dan pendidikan tenaga

kerja secara berkala dan berkelanjutan. Dalam

melaksanakan kegiatan tersebut, TIK memiliki

peranan dalam hal akses terhadap berbagai data dan

informasi penunjang penyusunan modul

pelatihan/pendidikan, metode pelatihan/pendidikan

dengan menggunakan media online/internet,

pendidikan dengan sistem belajar-mengajar jarak

jauh (kelas jauh), dan hal-hal lainnya.

Page 43: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

43

3. Pengarsipan data dan informasi ketenagakerjaan.

Kegiatan produksi berskala besar, membutuhkan

tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Untuk

menunjang manajemen tenaga kerja dalamskala

besar tersebut, maka TIK berperan dalam hal

pengarsipan data dan informasi tenaga kerja. Seperti

sistem absensi, sistem cuti dan libur tenaga kerja,

dan lain-lain, yang saat ini hampir diseluruh

perusahaan/industri besar telah dikelola dengan

secara komputerisasi yang menjadi bagian dari

teknologi informasi.

Dalam hal memenuhi ketersediaan bahan baku produksi,

pada kegiatan produksi berskala besar, TIK juga memiliki

peranan yang cukup penting. Kegiatan produksi yang dilakukan

secara terus menerus, menuntut ketersediaan bahan baku

produksi yang cukup. Bahan baku produksi untuk kegiatan

produksi yang demikian biasanya tidak diambil dari satu tempat

atau wilayah saja, akan tetapi diambil dari tempat/wilayah yang

berbeda. Dalam industri pengolahan hasil-hasil bumi, seperti

minyak bumi, dimana hasil olahannya, seperti bahan bakar,

terus dibutuhkan sebagai sumber energi, menuntut

ketersediaan minyak bumi secara terus menerus. Untuk

memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan harus selalu

mencari sumber-sumber minyak bumi baru.

Dalam proses pencarian tersebut, TIK berperan dalam

hal menghimpun data dan informasi terkait, menjangkau

wilayah-wilayah yang berpotensi menjadi sumber-sumber

bahan baku di seluruh penjuru dunia, melakukan kegiatan

transaksi online, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut

dilakukan dengan berbagai alat/tool yang tersedia dalam TIK,

Page 44: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

44

seperti media-media di internet (web, blog, dll), alat komunikasi

online (email, chat, dll), serta alat komunikasi/pencitraan satelit

dan alat komunikasi radio.

Gambar 2.1 Tahapan pencarian dan penyediaan bahan baku

produksi dalam konteks TIK

Melalui media internet seperti web dan blog,

perusahaan dapat mengumumkan penawaran pembelian bahan

baku produksi secara luas. Penawaran tersebut bisa diakses oleh

seluruh pihak di seluruh dunia, karena sifat global jaringan

internet. Selain itu, melalui web dan blog, perusahaan juga bisa

melakukan pencarian (searching, browsing) perusahaan-

perusahaan penyedia bahan baku produksi.

Setelah ditemukannya sumber-sumber bahan baku

produksi baru di suatu wilayah, maka berikutnya dilakukan

komunikasi. Komunikasi bisa dilakukan terhadap perusahaan

penyedia bahan baku, maupun kepada pemerintah yang

berwenang di wilayah dimana sumber-sumber bahan baku

tersebut berada. Bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan

diantaranya adalah penawaran, tawar-menawar (termasuk

lobbying), penjajagan, dan verifikasi. Tujuan dilakukannya

komunikasi ini adalah untuk mencapai kesepakatan diantara

perusahaan dengan penyedia bahan baku, bentuk kesepakatan

bisa berupa transaksi jual-beli, atau ijin eksplorasi. Untuk ijin

Searching:

Websites,

blog, etc.

Communication:

Email, chat,

Phone, radio, etc.

Transaction

-exploration

Page 45: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

45

eksplorasi biasanya diberikan kepada perusahaan yang memiliki

kapabilitas modal dan teknologi untuk melakukan eksplorasi.

Hasil-hasil produksi, baik barang maupun jasa, agar bisa

menjangkau konsumen harus didistribusikan. Dalam proses

distribusi ini, ketersediaan infrastruktur jalan dan angkutan

adalah hal yang utama dalam menunjang efektivitas distribusi.

Meskipun demikian, di era informasi digital saat ini, TIK juga

memiliki peranan cukup penting dalam menunjang kegiatan

distribusi barang dan jasa. Untuk menentukan jenis produk

barang-jasa mana yang cocok dan tepat bagi konsumen di suatu

wilayah, maka sebuah perusahaan harus mengetahui terlebih

dahulu sifat dan karakteristik konsumen di wilayah tersebut.

Sifat dan karakteristik ini adalah salah satu jenis informasi.

Proses penghimpunan dan pengolahan informasi tersebut

membutuhkan teknologi, dalam hal inilah TIK memiliki peranan

penting.

Sifat dan karakteristik konsumen bisa dihasilkan dari dua

sumber, yang pertama adalah budaya masyarakat. Sebuah

entitas masyarakat lokal yang secara umum masih terisolir

(secara internal maupun eksternal), memiliki kecenderungan

memegang kuat budaya dan tradisi lokalnya, sehingga perilaku

konsumsinya pun akan sangat tergantung kepada nilai-nilai

budaya dan tradisi yang berlaku. Untuk sifat dan karakteristik

konsumen yang bersumber dari budaya lokal ini, pihak produsen

perlu melakukan riset untuk menemukan bagaimana pola-pola

perilaku konsumsi masyarakatnya.

Informasi yang didapat dari riset tersebut akan menjadi

bahan untuk kemudian diolah menjadi simbol-simbol tertentu

yang mewakili eksistensi produk agar dapat diterima oleh

konsumen. Dalam hal ini, TIK tidak berperan terlalu dominan,

Page 46: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

46

TIK hanya berperan pada ruang sosialisasi untuk menyampaikan

eksistensi dan tampilan produk kepada konsumen. Untuk

tahapan yang lebih maju (advance), TIK akan berperan untuk

mengintegrasikan eksistensi produk ke dalam kesadaran lokal

masyarakat, sehingga produk dapat diterima dengan baik oleh

masyarakat. Pada tahapan tersebut, teknologi mengkonversi

informasi awal menjadi simbol-simbol tertentu sangat

dibutuhkan.

Sumber sifat dan karakteristik konsumen yang kedua

adalah media. Sebuah masyarakat yang terbuka, dengan

kemampuan akses yang tinggi terhadap informasi melalui

berbagai media, cenderung memiliki perilaku konsumen yang

konsumtif. Perilaku konsumtif ini berarti bahwa konsumen akan

cenderung membeli barang dan jasa yang mampu muncul

sebagai sebuah tren di media, ruang-ruang publik, dan

masyarakat itu sendiri. Konsumen tidak melihat utilitas barang

dan jasa sebagai hal yang utama, tetapi bagaimana barang dan

jasa tersebut dikemas dan dampak dari penggunaan barang dan

jasa tersebut terhadap eksistensinya dalam masyarakat atau

ruang publik.

Segmentasi konsumen yang demikian memberikan

pilihan yang lebih banyak kepada produsen untuk

memperkenalkan dan menyampaikan produknya. Dalam

menentukan citra dan simbol apa yang digunakan untuk

mengemas dan mewakili produknya, pihak produsen hanya

perlu mengolah tren yang sudah ada, atau menciptakan tren

baru. Sebuah tren biasanya tidak berlaku lama, selalu muncul

tren-tren baru dalam periode waktu tertentu. Untuk menjaga

agar citra dan kemasan produk tidak tertinggal atau terjebak

Page 47: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

47

dalam tren yang sudah usang, perlu dilakukan riset market

secara berkala.

TIK sangat berperan dalam memperkenalkan dan

memasarkan produk kepada kelompok konsumen yang kedua.

Dengan menggunakan TIK, kreatifitas dan daya inovasi dalam

memperkenalkan dan memasarkan produk dapat dioptimalkan,

baik untuk mengikuti tren yang sudah ada, maupun untuk

menciptakan tren yang baru. Dengan menggunakan TIK,

produsen dapat memanfaatkan ruang-ruang advertising secara

leluasa. Selain itu, cakupan media informasi, seperti televisi dan

internet yang cukup luas, membuat proses pengenalan dan

pemasaran produk lebih mudah.

Proses distribusi dalam kegiatan ekonomi tidak hanya

selalu tentang bagaimana produsen memperkenalkan dan

memasarkan produknya, tapi juga tentang bagaimana sumber-

sumber daya ekonomi didistribusikan secara merata. Salah satu

sumber daya ekonomi penting adalah uang. Uang sebagai alat

tukar, sebagai modal, dan sebagai aset, telah menjadi unsur

penting dalam ekonomi. Peredaran uang berpengaruh tidak

hanya terhadap kondisi ekonomi makro saja, tetapi juga

tehadap kondisi ekonomi mikro.

Lembaga keuangan yang memiliki pengaruh besar

terhadap peredaran dan perputaran uang adalah bank. Sebagai

sebuah lembaga keuangan, bank tidak hanya berfungsi sebagai

tempat penyimpanan dana masyarakat saja, tetapi juga memiliki

fungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.

Dalam hal ini, TIK memiliki peranan cukup penting dalam

menunjang fungsi-fungsi bank. Dengan menggunakan TIK, bank

dapat mengelola dan mengamankan data nasabah dengan baik.

Melalui TIK, bank juga mampu menawarkan berbagai produk

Page 48: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

48

perbankan yang memberikan berbagai tawaran kemudahan

bertransaksi, seperti penggunaan mesin ATM (Anjungan Tunai

Mandiri) untuk melakukan penarikan, pengiriman uang, dan

penyetoran tunai28

. Selain itu, dengan adanya TIK, saat ini telah

berkembang e-banking, yaitu pelayanan berbagai transaksi

perbankan secara online dengan menggunakan akses internet.

Selain itu, mengacu kepada penggunaan ponsel yang merata

saat ini, dimana hampir semua ponsel saat ini telah memiliki

fasilitas akses terhadap internet, maka dunia perbankan saat ini

juga mengembangkan m-banking, yaitu fasilitas yang

memungkinkan para nasabah melakukan transaksi-transaksi

utama perbankan, seperti transfer uang, pembayaran tagihan,

dan pembelian baarang/jasa tertentu, melalui ponsel.

Berbagai pengembangan yang dilakukan dunia

perbankan dengan memanfaatkan TIK tersebut, telah

membantu meningkatkan nilai perputaran dan peredaran uang

di masyarakat. Hal ini juga berarti bahwa roda perekonomian

berjalan ke arah yang positif. Secara umum, seringkali

diasumsikan bahwa meningkatnya jumlah perputaran uang di

masyarakat berarti tingkat pendapatan masyarakat pun

meningkat. Salah satu indikator asumsi tersebut adalah

peningkatan transaksi dan perdagangan.29

Meningkatnya

volume perdagangan dalam suatu masyarakat, secara

berkelanjutan akan meningkatkan perekonomian masyarakat

tersebut. Pembangunan ekonomi sangat bergantung pada

28

Fasilitas setoran tunai dengan menggunakan mesin ATM hanya berlaku di bank-

bank tertentu. 29

Dalam kenyataannya, pada tataran ekonomi mikro, asumsi tersebut seringkali tidak

tepat, dalam arti, sebaran indikator-indikatornya tidak selalu merata. Dalam struktur

masyarakat modern post-industrial, seringkali peningkatan volome transaksi dan

perdagangan hanya terjadi di kelas menengah dan kelas menengah atas saja.

Page 49: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

49

kegiatan perdagangan ini, yang jika merujuk kepada 3 kegiatan

ekonomi utama yang telah disampaikan sebelumnya, maka

kegiatan perdagangan menjadi inti dari ketiga kegiatan ekonomi

tersebut. Melalui perdaganganlah nilai-nilai ekonomi riil yang

menjadi tolak ukur kemajuan perekonomian suatu masyarakat-

bangsa tersebut didapat.

Melalui kemajuan TIK serta sistem perbankan yang ada,

perdagangan pun menemukan bentuknya yang baru, yaitu e-

Commerce. Secara sederhana, e-Commerce adalah kegiatan jual-

beli produk secara online dengan menggunakan internet. Dalam

e-Commerce ini dapat terlihat jelas bagaimana penerapan TIK

berperan dalam mendorong pembangunan ekonomi secara riil.

Definisi dari e-Commerce menurut Kalakota dan

Whinston (1997) dapat ditinjau dalam 3 perspektif berikut:30

1. Dari perspektif komunikasi, e-Commerce adalah

pengiriman barang, layanan, informasi, atau

pembayaran melalui jaringan komputer atau

melalui peralatan elektronik lainnya;

2. Dari perspektif proses bisnis, e-Commerce adalah

aplikasi dari teknologi yang menuju otomatisasi

dari transaksi bisnis dan aliran kerja;

3. Dari perspektif layanan, e-Commerce merupakan

suatu alat yang memenuhi keinginan perusahaan,

konsumen, dan manajemen untuk memangkas

biaya layanan (service cost) ketika meningkatkan

kualitas barang dan meningkatkan kecepatan

layanan pengiriman;

30

Kalakota, Ravi dan Whinston, Andrew B. 1996. Electro ic Co erce : A Ma ager’s

Guide. Boston: Addison – Wasley Professional, 1st Edition.

Page 50: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

50

4. Dari perspektif online, e-Commerce menyediakan

kemampuan untuk membeli dan menjual barang

ataupun informasi melalui internet dan sarana

online lainnya.

Kegiatan e-Commerce mencakup banyak hal, untuk

membedakannya e-Commerce dibedakan menjadi 2

berdasarkan karakteristiknya:31

1. Business to Business, karakteristiknya:

a) Trading partners yang sudah saling

mengetahui dan antara mereka sudah terjalin

hubungan yang berlangsung cukup lama;

b) Pertukaran data dilakukan secara berulang-

ulang dan berkala dengan format data yang

telah disepakati bersama;

c) Salah satu pelaku tidak harus menunggu rekan

mereka lainnya untuk mengirimkan data;

d) Model yang umum digunakan adalah peer to

peer, di mana processing intelligence dapat

didistribusikan di kedua pelaku bisnis.

2. Business to Consumer, karakteristiknya:

a) Terbuka untuk umum, di mana informasi

disebarkan secara umum pula. Servis yang

digunakan juga bersifat umum, sehingga dapat

digunakan oleh orang banyak;

b) Servis yang digunakan berdasarkan

permintaan;

31

Purbo, Onno W dan Wahyudi, Aang Arif. 2001. Mengenal E-Commerce. Jakarta :

Elex Media.

Page 51: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

51

c) Sering dilakukan sistim pendekatan client-

server. (Onno W. Purbo & Aang Arif. W;

Mengenal e-Commerce, hal 4-5).

Dengan menggunakan e-Commerce maka perusahaan

dapat lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan

keuntungannya. Manfaat dalam menggunakan e-Commerce

dalam suatu perusahaan sebagai sistem transaksi adalah:

1. Dapat meningkatkan market exposure (pangsa

pasar). Transaksi online yang membuat semua

orang di seluruh dunia dapat memesan dan

membeli produk yang dijual hanya dengan

melalui media komputer dan tidak terbatas jarak

dan waktu.

2. Menurunkan biaya operasional (operating cost).

Transaksi e-Commerce adalah transaksi yang

sebagian besar operasionalnya diprogram di

dalam komputer sehingga biaya-biaya seperti

showroom, beban gaji yang berlebihan, dan lain-

lain tidak perlu terjadi.

3. Melebarkan jangkauan (global reach). Transaksi

on-line yang dapat diakses oleh semua orang di

dunia tidak terbatas tempat dan waktu karena

semua orang dapat mengaksesnya hanya dengan

menggunakan media perantara komputer.

4. Meningkatkan customer loyalty. Ini disebabkan

karena sistem transaksi e-Commerce

menyediakan informasi secara lengkap dan

informasi tersebut dapat diakses setiap waktu

selain itu dalam hal pembelian juga dapat

Page 52: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

52

dilakukan setiap waktu bahkan konsumen dapat

memilih sendiri produk yang dia inginkan.

5. Meningkatkan supply management. Transaksi e-

Commerce menciptakan efesiensi biaya

operasional pada perusahaan terutama pada

jumlah karyawan dan jumlah stok barang yang

tersedia.

6. Memperpendek waktu produksi. Pada suatu

perusahaan yang terdiri dari berbagai divisi atau

sebuah distributor di mana dalam pemesanan

bahan baku atau produk yang akan dijual apabila

kehabisan barang dapat memesannya setiap

waktu karena online serta akan lebih cepat dan

teratur karena semuanya secara langsung

terprogram dalam komputer.

Dengan manfaat yang ada dalam e-Commerce,

memungkinkan setiap anggota atau kelompok masyarakat

untuk melakukan kegiatan perdagangan dengan modal utama

perangkat komputer/laptop, akses internet, dan rekening bank.

Para pelaku bisnis tidak perlu memikirkan untuk memproduksi

produk, karena pelaku bisnis dengan keterbatasan modal bisa

menjual produk-produk dari produsen, grosir, maupun retailer,

dengan kesepakatan tertentu. Para pelaku bisnis bisa

memanfaatkan keterputusan antara konsumen dan produsen,

serta kesenjangan harga antar wilayah. e-Commerce juga

memiliki potensi yang besar dalam mendukung kegiatan bisnis

perusahaan-perusahaan besar. Melalui e-Commerce,

perusahaan-perusahaan besar dapat menjangkau market

terjauh sekalipun.

Page 53: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

53

Dengan meningkatnya kegiatan perekonomian,

khususnya perdagangan, melalui penerapan/penggunaan TIK,

maka pembangunan ekonomi dapat lebih mudah dan cepat

untuk dilaksanakan. TIK yang juga menjadi salah satu unsur

konektivitas nasional, akan mampu mendorong upaya

percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia.

2.2 Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di

Indonesia

Dalam pembahasan sebelumnya dapat kita ketahui

bagaimana TIK memiliki peranan yang cukup penting dalam

mendukung pembangunan ekonomi.

Pada tahun 2009 Bank Dunia menyatakan bahwa

pe a aha % pe etrasi broadband memicu pertumbuhan

ekonomi 1,38% di negara berkembang dan 1,12% di negara

aju . Per yataa ya g erupaka suatu kesi pula dari hasil riset yang dilakukan oleh Bank Dunia tersebut adalah sebuah

fakta ilmiah yang menunjukan korelasi positif antara

perkembangan TIK dan pertumbuhan ekonomi. Pertanyaan yang

muncul berikutnya adalah apakah kondisi TIK di Indonesia saat

ini telah cukup mampu memberikan dukungan terhadap

pembangunan ekonomi Indonesia?

Berdasarkan data dari World Economic Forum: The

Global Competitiveness Report 2012-2013, dinyatakan beberapa

poin berikut ini:32

1. Infrastruktur TIK belum berkontribusi secara optimal

terhadap peningkatan daya saing nasional. Walaupun

Indonesia berada pada posisi ke-50 dan termasuk

32

Klaus “ h a , The Glo al Co petiti e ess ‘eport - , World E o o i Forum, Geneva, 2012.

Page 54: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

54

dalam kelompok efficiency-driven dengan

kompetensi kompetisi yang lebih maju, sub-indeks

TIK justru tergolong rendah.

2. Dengan densitas fixed line dan seluler masing-masing

mencapai 15,9% dan 97,7%, serta densitas fixed line

dan mobile broadband masing-masing mencapai

1,1% dan 22,2%, di tingkat ASEAN fixed line dan

mobile broadband Indonesia termasuk tiga teratas,

sedangkan fixed broadband dan seluler berada pada

tiga terbawah.

3. Di tingkat global, TIK Indonesia berada pada

peringkat 78-99 dari 144 negara, kecuali mobile

broadband yang berada pada tingkat ke 43.

Belum optimalnya kontribusi TIK terhadap daya saing

nasional merupakan sebuah fakta yang menunjukan bahwa

kondisi perkembangan TIK di Indonesia masih belum baik.

Berdasarkan kepada pemetaan kondisi dan kesiapan TIK

(selanjutnya disebut dengan istilah ICT Pura) di 165 Kab/Kota di

Indonesia yang dilakukan oleh Kementrian Kominfo dan Dewan

TIK Nasional pada tahun 2011, dengan 4 dimensi yang

dipetakan, didapat kesimpulan sebagai berikut (skala penilaian

dari 0-5):

1. Dimensi Use, yang menggambarkan peranan

pemerintah dalam mengelola TIK di daerahnya,

menjadi dimensi dengan indeks nilai terendah (1,89).

2. Dimensi Readiness, yang terkait dengan kesediaan

infrastruktur, merupakan dimensi dengan indeks nilai

terendah kedua (2,26).

Page 55: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

55

3. Dimensi Capability, yang terkait dengan kemampuan

komunitas dalam menggunakan TIK, merupakan

dimensi dengan indeks nilai tertinggi kedua (2,56).

4. Dimensi Impact, yang terkait dengan manfaat TIK

yang dirasakan oleh masyarakat, merupakan dimensi

dengan indeks nilai tertinggi (2,69).

Berdasarkan pemetaan tersebut, terlihat bahwa selama

ini TIK masih belum menjadi perhatian pemerintah, khususnya

pemerintah daerah. TIK masih dipandang sebagai wilayah yang

harus dikelola dan dikembangkan sepenuhnya oleh pihak swasta

dan pemerintah dalam hal ini hanya berperan dalam hal regulasi

dan perijinan. Pandangan yang demikian membuat

perkembangan TIK di Indonesia menjadi lambat. Kurangnya

perhatian pemerintah tersebut juga mengakibatkan kurangnya

ketersediaan infrastruktur yang dapat menunjang

pengembangan TIK.

Selanjutnya, dikaitkan dengan usaha percepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi, perkembangan keempat

dimensi TIK tersebut juga tidak merata. Terdapat gap diantara

koridor-koridor ekonomi (KE)33

dalam hal indeks nilai tiap

dimensi.

Tabel 2.1 Komponen Indeks Komposit ICT Pura34

Sumate

ra

Jaw

a

Bali-

Nusa

Tengga

Kalimant

an

Sulawe

si

Papua

-

Maluk

33

Koridor ekonomi merupakan istilah yang muncul dalam Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Koridor ekonomi menunjukan

wilayah-wilayah pembangunan ekonomi secara geografis, terbagi menjadi 6 Koridor

yaitu: Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua-Maluku. 34

ICT Pura, Kemkominfo, dan Detiknas, 2012.

Page 56: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

56

ra u

Impact 2.67 3.1

6

2.43 2.74 2.56 2.38

Usabilit

y

1.82 2.5

6

1.85 1.88 1.64 1.52

Capabili

ty

2.45 3.1

6

2.48 2.58 2.40 2.25

Readine

ss

2.20 2.9

9

2.21 2.28 1.98 1.81

Dari tabel di atas diketahui bahwa Jawa dan Kalimantan

masing-masing merupakan koridor ekonomi dengan indeks nilai

dimensi-dimensi TIKnya tertinggi pertama dan kedua.

Sedangkan Papua-Maluku menjadi koridor ekonomi dengan

indeks nilai dimensi-dimensi terendah, sehingga perlu

mendapatkan dukungan dan perhatian yang lebih besar agar

dapat meningkatkan kesiapan dan kemampuan TIK.

Dari sisi infrastruktur, kondisi TIK nasional masih memiliki

masalah dalam hal ketersediaan backbone serat optik masih

belum merata. Dari total 497 Kab/Kota di Indonesia, baru 69,6%

yang sudah terjangkau jaringan backbone serat optik, dan satu

koridor ekonomi, yaitu Papua-Maluku, sama sekali belum

terjangkau jaringan backbone serat optik.

Tabel 2.2 Jaringan Backbone Serat Optik

Koridor

Ekonomi

Jumlah

Provins

i

Jumlah

Kabupaten/Kot

a

Jumlah

Kabupaten/Kot

a Dijangkau

Serat Optik

(2012)

%

Page 57: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

57

Sumatera 10 151 109 72,

2

Jawa 6 118 117 99,

2

Kalimanta

n

4 55 39 70,

9

Sulawesi 7 82 53 64,

6

Bali-Nusa

Tenggara

3 40 28 70,

0

Maluku-

Papua

3 51 0 0,0

Total 33 497 346 69,

6

Sumber: Kementrian Kominfo, PT. Telkom, 2013.

Dari tabel di atas terlihat bahwa hanya koridor ekonomi

Jawa saja yang hampir seluruh Kab/Kotanya telah terjangkau

jaringan backbone serat optik. Kondisi ini menuntut pemerintah

dengan salah satu kegiatan utamanya, yaitu memperkuat

konektivitas nasional, harus mengambil peranan yang lebih

besar. Infrastruktur yang belum merata ini kemudian

berdampak juga kepada kualitas akses pengguna terhadap

layanan informasi dan komunikasi. Saat ini, kualitas broadband

Indonesia yang berdasar kepada kecepatan download, berada

pada peringkat yang rendah jika dibandingkan dengan negara-

negara Asia lainnya seperti India, Malaysia, Vietnam. Kualitas

broadband Indonesia hanya lebih tinggi dari Laos dan Filipina.

Berbeda dengan kondisi infrastruktur yang

membutuhkan perhatian segera dari pemerintah dan para

Page 58: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

58

stakeholder terkait, kondisi utilisasi TIK menunjukan kondisi

yang positif. Pada tahun 2012, pemerintah mewajibkan

Kementrian/Lembaga pemerintah untuk mengadakan

pengadaan barang/jasa secara elektronik sebesar 75%

(pemerintah pusat) dan 40 % (pemerintah daerah), lalu

meningkat menjadi 100% pada tahun 2013. Sepanjang tahun

2012 tersebut, sebanyak 90.420 paket proyek pemerintah

dilelang secara elektronik dengan nilai sekitar Rp. 148 triliun

yang menciptakan penghematan anggaran sebesar Rp. 13

triliun. Saat ini telah tersedia 534 layanan pengadaan secara

elektronik yang melayani 731 instansi pemerintah di seluruh

Indonesia.

Page 59: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

59

Bab III

Peran Pemerintah Daerah Dalam

Pengembangan Teknologi Informasi dan

Komunikasi

3.1 Kepentingan Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan

TIK

Mengacu kepada pembahasan pada bab-bab

sebelumnya, dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi,

pemerintah secara nasional sedang berusaha untuk

melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan

ekonomi. Usaha percepatan dan perluasan ekonomi tersebut

menuntut adanya peran yang besar dari pemerintah daerah, hal

ini terkait dengan strategi yang diterapkan dalam rangka

percepatan dan perluasan ekonomi tersebut.

Sejak berlakunya otonomi daerah, pemerintah daerah

memiliki kewenangan yang luas dalam hal mengatur

pengembangan dan pembangunan daerahnya masing-masing,

termasuk pembangunan ekonomi. Secara kumulatif,

perkembangan pembangunan di daerah akan berdampak

kepada pembangunan nasional secara keseluruhan. Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan gambaran

perkembangan perekonomian di daerah menunjukan

pertumbuhan yang positif dari tahun 2004-2008. Namun

demikian, pertumbuhan PDRB tersebut belum dapat

menurunkan kesenjangan antara kawasan barat dan kawasan

timur Indonesia. Rasio PDRB kawasan barat terhadap kawasan

timur memperlihatkan angka yang semakin meningkat, yang

Page 60: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

60

berarti bahwa kawasan timur belum bisa mengejar

perekonomian di kawasan barat.

Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2004-

2008 (dalam triliun rupiah)

Kawasan 2004 2005 2006 2007 2008

Kawasan

Barat

1.334,4 1.403,4 1.482,4 1.569,2 1.657,6

Kawasan

Timur

269,6 287,0 295,6 309,5 326,2

Rasio

Barat/Timur

4,9 4,9 5,0 5,1 5,1

Sumber: BPS, berbagai tahun.

Daerah dengan tingkat pembangunan yang tinggi

merupakan daerah dengan pergerakan perekonomian yang

sangat cepat, sehingga pada akhirnya menuntut pembangunan

lebih lanjut di wilayah tersebut. Kesenjangan pembangunan di

tiap-tiap daerah juga tidak bisa dilepaskan dari kondisi di tiap-

tiap daerah. Indonesia memiliki bentang alam beragam yang

menyebabkan masalah dalam pemerataan pembangunan,

terutama dalam pengembangan prasarana perhubungan yang

berkaitan dengan arus barang-jasa serta manusia, dimana

kelancarannya sangat dibutuhkan dalam upaya pemerataan

pembangunan. Kekayaan sumber daya alam yang berbeda-beda

juga menjadi salah satu kendala pemerataan pembangunan,

dimana daerah yang memiliki sumber daya alam tinggi

cenderung memiliki penerimaan daerah yang tinggi

dibandingkan daerah yang tidak memiliki sumber daya alam.

Disinilah peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk

Page 61: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

61

mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasil

pembangunan. Dana transfer ke daerah, baik berupa DAU, DAK,

dan DBH merupakan salah satu cara pemerintah melakukan

pemerataan pembangunan di seluruh kawasan untuk

mengurangi kesenjangan baik vertikal maupun horisontal.

Dari 199 daerah yang masuk ke dalam kategori daerah

tertinggal atau daerah kabupaten yang masyarakat serta

wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain

dalam skala nasional, sebagian besarnya adalah Kab/Kota yang

berada di kawasan timur Indonesia. Persentase sebarannya

adalah 123 kabupaten (63%) berada di kawasan timur, 58

kabupaten (28%) berada di pulau Sumatera, dan 18 kabupaten

(8%) berada di pulau Jawa dan Bali. Sampai dengan tahun 2011,

jumlah kabupaten tertinggal menjadi 183 kabupaten dengan

rata-rata pendapatan asli daerah (PAD) kurang dari 15 miliar per

tahun, dimana 8 diantaranya hanya bisa mengantongi PAD

sebesar 1,1 miliar per tahun. Pengembangan ekonomi lokal

untuk mendorong optimalisasi PAD perlu dilakukan, misalnya

melalui pengembangan rumput laut di beberapa daerah

tertinggal dimana setidaknya terdapat 33 kabupaten tertinggal

yang menjadi sentra rumput laut dan potensi rumput laut di

daerah tersebut masih dapat dioptimalkan.35

Masalah lain yang terkait dengan pembangunan daerah

adalah masalah kemiskinan. Jika dilihat dari sebarannya, maka

kemiskinan di pedesaan lebih dominan daripada di wilayah

perkotaan. Dalam data tingkat kemiskinan nasional tahun 2010,

diketahui bahwa dari tingkat kemiskinan nasional sebesar

13,33%, tingkat kemiskinan di wilayah pedesaan masih lebih

35

Bappe as, Per epata Pertu uha Eko o i Ya g Berkadilan Dan Penguatan

Pera Gu er ur , Bappe as, Jakarta, .

Page 62: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

62

tinggi, yaitu 16,56%, dibandingkan wilayah perkotaan, yaitu

sebesar 10,72%.36

Dari berbagai program pengentasan

kemiskinan yang sudah dijalankan hingga saat ini, dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Banyak program multisektor dan regional yang

ditujukan untuk mengurangi kemiskinan, namun

masih kuat nuansa sektoralnya dan kurang

terintegrasi, sehingga mengakibatkan rendahnya

efektivitas dan efesiensi program-program tersebut;

2. Pemahaman pemerintah daerah untuk melakukan

sinergi terhadap program-program penanggulangan

kemiskinan masih beragam dan belum optimal;

3. Terbatasnya akses sumber daya pendanaan bagi

masyarakat miskin, dan masih rendahnya kapasitas

serta produktivitas usaha untuk memperluas

kesempatan kerja dan terciptanya kegiatan ekonomi

bagi masyarakat atau keluarga miskin.

Sedangkan berbagai tantangan, khususnya bagi daerah,

yang muncul terhadap usaha-usaha penanggulangan kemiskinan

adalah sebagai berikut:

1. Tuntutan pemenuhan kebutuhan yang semakin

berkembang kualitasnya, seiiring dengan semakin

membaiknya standar kehidupan masyarakat;

2. Desentralisasi dan demokratisasi yang telah

melahirkan otonomi daerah dan peta politik baru;

3. Dampak perubahan iklim terhadap masyarakat

miskin;

36

Ibid.

Page 63: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

63

4. Dampak lanjut dari proses globalisasi yang membuka

hubungan antar pasar yang lebih besar dari negara

dengan segala akibatnya.

Dalam keterbukaan ekonomi, keadaan perekonomian

global akan mempengaruhi perekonomian daerah baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dalam hubungan tersebut,

pemerintah daerah perlu mengikuti perkembangan

perekonomian global, terutama untuk daerah-daerah yang

merupakan sentra produk ekspor. Selain kondisi perekonomian

global tersebut, dmasalah yang harus diidentifikasi adalah

masalah yang muncul dari daerah itu sendiri. Secara umum ada

beberapa kendala yang secara merata dialami oleh seluruh

daerah di Indonesia, yaitu kendala infrastruktur dan regulasi

yang menyebabkan biaya ekonomi menjadi tinggi.

Selain itu, masalah-masalah lainnya yang menjadi

kendala pembangunan ekonomi di daerah adalah sumber kredit

dan modal, ketersediaan bahan baku usaha, regulasi, kualitas

SDM, dan iklim usaha. Semua masalah tersebut setiap tahunnya

masih dihadapi oleh daerah-daerah di Indonesia karena

masalah-masalah tersebut, seperti infrastruktur dan kualitas

SDM, memerlukan proses penyelesaian jangka panjang.

Masalah pendanaan dan modal juga merupakan kendala

yang berarti dalam menghambat perkembangan ekonomi

daerah. Kendala ini terutama dirasakan oleh Usaha Mikro Kecil

dan Menengah (UMKM), dimana skema pendanaan kredit di

perbankan sulit diakses oleh para pelaku usaha UMKM. Disisi

lain, UMKM merupakan bentuk usaha yang mendukung

peningkatan perekonomian di daerah dan menjadi salah satu

solusi dalam usaha pengentasan kemiskinan. Data BPS

menunjukan bahwa UMKM menyumbang pembentukan PDB

Page 64: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

64

sebesar 53,3% dari total PDB nasional serta menyerap 96,2 juta

tenaga kerja di Indonesia.

Di luar hambatan fisik, hambatan non-fisik seperti

regulasi dan iklim usaha di daerah juga menjadi kendala yang

berpengaruh signifikan terhadap perkembangan perekonomian

daerah. Indonesia dalam Ease of Doing Bussiness pada tahun

2010 yang dinilai oleh Bank Dunia menduduki peringkat ke 122,

jauh di bawah Malaysia yang menduduki peringkat ke 23 dan

Thailand di urutan 12. Pengusaha di Indonesia rata-rata

membutuhan waktu 160 hari untuk mendapatkan izin

konstruksi dan 60 hari untuk mendapatkan izin usaha.37

Beranjak dari fakta tersebut, pemerintah daerah perlu

mempertimbangkan sebuah regulasi yang tepat untuk

mempersingkat waktu dan mempermudah proses pembukaan

dan izin usaha demi meningkatkan kondisi perekonomian

daerah, tanpa mengesampingkan penilaian pengaruh negatif

terhadap lingkungan fisik-sosial dan komunitas masyarakat

sekitar yang mungkin muncul dari usaha tersebut.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut,

pemerintah, dalam hal ini adalah pemerintah daerah, tidak

boleh hanya memusatkan perhatian pada usaha-usaha

penanganan yang bersifat konvensional, tapi harus mulai

menemukan formulasi penyelesaian masalah baru yang lebih

melihat kepada potensi-potensi lain yang belum digunakan.

Pembangunan ekonomi secara nasional merupakan sebuah

usaha yang tidak terpisahkan dari pembangunan ekonomi lokal

di daerah. Mengacu kepada hal tersebut, pemerintah pusat

secara nasional menetapkan 5 prioritas usaha pembangunan

ekonomi lokal, yaitu sebagai berikut:

37

Ibid.

Page 65: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

65

1. Meningkatkan tata-kelola ekonomi daerah dengan

melaksanakan: (i) menyusun rencana tata ruang dan

masterplan kegiatan kawasan yang berpotensi

menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang baru; (ii)

meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan usaha

ekonomi daerah dalam perizinan usaha.

2. Meningkatkan kapasitas SDM pengelola ekonomi

daerah dengan melaksanakan: (i) meningkatkan

kapasitas SDM aparatur di bidang kewirausahaan

(enterpreneurship); (ii) meningkatkan kompetensi

SDM stakeholder lokal/daerah dalam

mengembangkan usaha ekonomi daerah.

3. Meningkatkan fasilitasi/pendampingan dalam

pengembangan ekonomi lokal dan daerah, dengan

melakukan: mengembangkan lembaga fasilitasi

pengembangan ekonomi lokal/daerah yang

terintegrasi secara lintas stakeholder (pemerintah,

dunia usaha, dan akademisi) di pusat dan di daerah.

4. Meningkatkan kerjasama dalam pengembangan

ekonomi lokal/daerah, dengan melakukan: (i)

meningkatkan kerjasama ekonomi antar-daerah yang

memiliki pusat-pusat pertumbuhan ekonomi daerah

engan daerah belakangnya, antara daerah tersebut

dengan daerah lainnya; (ii) meningkatkan kemitraan

pemerintah-swasta dalam pengembangan ekonomi

lokal/daerah.

5. Meningkatkan akses terhadap sarana dan prasarana

fisik pendukung kegiatan ekonomi lokal/daerah,

dilakukan dengan: mengembangkan sarana dan

Page 66: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

66

prasarana kawasan yang berpotensi menjadi pusat-

pusat pertumbuhan ekonomi daerah.

Kelima prioritas usaha pembangunan ekonomi lokal yang

dilakukan pemerintah tersebut seluruhnya dapat dioptimalkan

melalui pengembangan dan penerapan TIK. Dalam menyusun

dan mengembangkan kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi

baru di daerah dibutuhkan informasi yang akurat. Pengumpulan

informasi tersebut bisa dilakukan secara efektif dan efisien

dengan menggunakan teknologi informasi, misalnya seperti

penggunaan aplikasi geographic information system (GIS).

Dengan menggunakan GIS, segala informasi yang berkaitan

dengan kondisi geografis daerah bisa dihimpun secara lebih

mudah dengan biaya operasional yang lebih murah. Penggunaan

GIS tidak hanya memotong biaya operasional saja, tetapi juga

mampu memotong penggunaan waktu.

TIK juga berperan besar dalam mengembangkan e-

Government, yaitu tata kelola pemerintahan dengan

menggunakan basis layanan internet. Sistem perijinan terpadu

dalam satu atap dengan menggunakan basis layanan internet

juga menjadi bagian dari pengembangan e-Government. Dengan

sistem perijinan terpadu tersebut, waktu dan biaya yang

dibutuhkan untuk mengurus perijinan dapat dipangkas.

Melalui penerapan TIK, maka akses terhadap informasi

secara global menjadi terbuka. Informasi ini termasuk juga di

dalamnya berbagai ilmu pengetahuan yang dibutuhkan para

aparatur pemerintah dalam mengembangkan SDM di

lingkungan pemerintahan. Dengan terkoneksinya seluruh unit

kerja pemerintah dengan internet, maka setiap pegawai

memiliki kemampuan akses terhadap berbagai informasi dan

pengetahuan yang mereka butuhkan unutk menunjang

Page 67: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

67

pekerjaannya masing-masing. Di samping itu, informasi dan

pengetahuan tersebut juga dapat menjadi bahan untuk

mengembangkan kapasitas SDM masing-masing penggunanya.

Penerapan e-Government menjadi bagian dari usaha

peningkatan kapasitas SDM aparatur pemerintah secara

terorganisir, terpadu, dan berkelanjutan.

Usaha-usaha untuk mengintegrasikan fasilitasi

pengembangan ekonomi daerah diantara para stakeholder juga

bisa dipenuhi dengan penerapan e-Government yang terkoneksi

dengan para stakeholder non-pemerintah. Dengan tersedianya

infrastruktur TIK di daerah, maka seluruh stakeholder memiliki

kemampuan mengakses informasi secara lebih mudah, serta

dapat melakukan komunikasi dengan lebih mudah. Lembaga

fasilitasi pengembangan ekonomi yang dimaksud pun, dapat

melakukan share informasi secara optimal tanpa batasan ruang

dan waktu. Sebaliknya, unit-unit usaha lokal yang dikembangkan

pun, dapat mengakses dan menerima informasi secara optimal

tanpa batas ruang dan waktu. Kerjasama ekonomi antar-daerah

juga dapat dilaksanakan dengan dukungan TIK. Hal ini sejalan

dengan usaha pemerintah dalam membangun konektivitas

nasional, yang salah satu unsurnya adalah konektivitas berbasis

TIK.

Selain untuk menunjang pembangunan ekonomi daerah,

TIK juga bisa dikembangkan dan digunakan pemerintah daerah

sebagai sumber PAD baru. Sejauh ini nilai ekonomi dari

pengembangan dan pengelolaan TIK hanya diperoleh oleh pihak

swasta. Dalam rangka pembangunan konektivitas nasional, hal

yang menjadi prioritas daerah dalam hal pengembangan dan

pemanfaatan TIK adalah mendorong pembangunan dan

penggunaan bersama infrastruktur pasif seperti dark fiber, duct,

Page 68: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

68

tiang, menara, right of way, fasilitas pusat data (data center)

dan pemulihan data (data recovery center). Setelah infrastruktur

pasif tersebut, pemerintah daerah sebagai pihak yang

mengeluarkan kebijakan, sekaligus pelaksana kebijakan dan

pembangunan, juga ikut mengelola melalui badan usaha milik

daerah (BUMD), sehingga pemerintah daerah juga mendapat

pemasukan dari usaha-usaha pengembangan TIK di daerah.

Dalam pengembangan berikutnya, terdapat ruang-ruang usaha

yang bisa dilakukan pemerintah daerah melalui pengembangan

dan pemanfaatan TIK tersebut, lebih lanjut hal ini akan dibahas

pada bab selanjutnya.

3.2 Kebijakan dan Strategi Pemerintah Daerah Dalam

Mengembangkan TIK

Usaha pengembangan TIK di daerah tidak bisa dilepaskan

dari strategi dan kerangka kerja nasional pengembangan TIK.

Secara nasional, pengembangan TIK merupakan bagian dari

usaha pemerintah untuk membangun dan memperkuat

konektivitas nasional dalam rangka menunjang percepatan dan

perluasan pembangunan nasional. Tujuan penguatan

konektivitas nasional adalah sebagai berikut:

1. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi utama untuk memaksimalkan

pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan,

bukan keseragaman, melalui inter-modal supply

chains systems.

2. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui

peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya

(hinterland).

Page 69: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

69

3. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas

(pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan)

melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan

dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan

perbatasan dalam rangka pemerataan

pembangunan.

Gambar 3.1 Komponen konektivitas

38

38

Op.Cit., Ke e tria Koordi ator Bida g Pereko o ia , Masterpla Per epata da Perluasa Pe a gu a Eko o i I do esia , hl . 5

Page 70: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

70

Penguatan konektivitas nasional melalui pembangunan

dan pengembangan TIK, dilakukan dengan membangun dan

mengembangkan komponen-komponen pembentuk TIK secara

nasional. Dalam rangka menunjang percepatan dan perluasan

ekonomi Indonesia, maka pembangunan dan penguatan TIK

nasional hingga tahun 2015, diprioritaskan kepada

pembangunan jaringan broadband nasional atau National

Broadband Network (NBN).

Gambar 3.2 Target transformasi akses wireline 2010-2015

39

39

Ibid, hlm. 85.

Page 71: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

71

Sasaran yang hendak dicapai dalam pengembangan

infrastruktur telematika adalah mewujudkan NBN yang

berangkat dari pengembangan jaringan Telkom Super Highway

dan jaringan operator lainnya yang sudah ada saat ini. Dengan

pengembangan telematika ini ditargetkan pada tahun 2014, 8

persen dari seluruh rumah tangga atau 30 persen dari seluruh

penduduk sudah memiliki akses broadband.

Namun demikian pembangunan NBN ke depan untuk

memacu pertumbuhan ekonomi juga harus disinkronkan

dengan upaya merevitalisasi industri telematika dalam negeri,

mengingat selama ini kemajuan sektor telematika sebagian

besar masih bergantung kepada barang impor. Data

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)

menunjukkan bahwa perkembangan infrastruktur telematika

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat dengan belanja

modal (CAPEX) perangkat telematika sekitar IDR 40 Triliun pada

kurun waktu 2004-2005 dan jumlah ini semakin meningkat dari

tahun ke tahun, terlebih dengan tumbuhnya kebutuhan atas

kapasitas broadband nasional.

Page 72: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

72

Gambar 3.3 Struktur lapisan industri telematika

40

Struktur industri telematika dapat digambarkan dalam

bentuk layers, dimana industri yang berada di lapisan atas

bertumpu pada keberadaan industri di lapisan bawahnya,

(Struktur Lapisan Industri Telematika) seperti gambar di atas.

40

Ibid., hlm. 86.

Page 73: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

73

Berdasarkan pertimbangan posisi strategis, kesiapan

stakeholder dalam negeri, nilai, serta jadwal pelaksanaan, maka

sangat diharapkan keberpihakan Pemerintah untuk mendukung

sepenuhnya industri dalam negeri yaitu:

1. Industri Manufaktur Perangkat, pabrikasi

perangkat terminal di semua Kawasan Ekonomi

(KE) dan industri chipset dipusatkan di KE Jawa.

2. Industri Jasa Berbasiskan Pengembangan

Ekosistem, yaitu jasa profesional dan konsultasi,

market research.

3. Industri Konten dan Aplikasi, yang menunjang

aplikasi pada sektor-sektor produktif seperti agro

industri, pariwisata, perikanan, pertambangan,

dan industri kreatif (iklan, animasi, games, cloud

application).

4. Ekosistem Riset dan Inovasi yang mendukung

perkembangan industri dan disinkronkan dengan

prioritas serta kebutuhan pengguna di setiap KE.

Strategi yang diterapkan pemerintah dalam membangun

telematika nasional, termasuk dalam bidang industrinya adalah

sebagai berikut:

1. Harmonisasi kebijakan dan program pemerintah

untuk menciptakan suasana yang kondusif guna

mendorong perkembangan telematika di

Indonesia;

2. Mempercepat pemerataan penyediaan

infrastruktur dan layanan telematika;

3. Memperluas pemanfaatan aplikasi telematika

dalam berbagai kegiatan ekonomi utama;

Page 74: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

74

4. Memperkuat daya saing industri telematika

nasional

Sedangkan untuk regulasi dan kebijakannya adalah

sebagai berikut:

1. Evaluasi perhitungan TKDN (Tingkat Kandungan

Dalam Negeri) dan pembinaan Industri Dalam

Negeri termasuk UKM;

2. Pemberian insentif pajak untuk komponen

telematika yang tidak dapat diproduksi di

Indonesia;

3. Penyusunan mekanisme kerjasama antar instansi

pemerintah, swasta, dan lembaga penelitian;

4. Penyediaan backbone dan last mile dengan

kapasitas broadband yang diperlukan untuk

mendukung pelaku bisnis;

5. Pengembangan sistem komunikasi dan informasi

pemerintah yang aman (secure) dan terintegrasi;

6. Membangun data center dan data recovery

center berbasis potensi dan SDM dalam negeri;

7. Mendorong capacity building sektor Telematika

di setiap komponen masyarakat, baik pada

masyarakat umum, instansi pemerintahan dan

pembuat keputusan (decision maker);

8. Membangun industri aplikasi dan konten digital

dalam negeri;

9. Memperluas scope kemampuan laboratorium uji

sehingga dapat menguji sesuai spesifikasi teknis

negara lain;

10. Membangun dan mengembangkan Smart and

Techno Park.

Page 75: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

75

Saat ini, proses penguatan konektivitas nasional melalui

pembangunan TIK memasuki tahap pembangunan jaringan

broadband nasional. Pelajaran dari 2 tahun pembangunan

jaringan broadband nasional menghasilkan rencana

pe a gu a Pita Le ar I do esia atau Indonesia Broadband

Plan (IBP). IBP bertujuan untuk memberikan arah dan panduan

bagi percepatan perluasan pembangunan broadband nasional

yang komprehensif dan terintegrasi dengan menggunakan

sumber daya secara efisien. Kebijakan dan strategi utama yang

diterapkan pemerintah dalam membangun broadband nasional

adalah sebagai berikut:

1. Aspek supply/infrastruktur; availability, accessibility,

affordability. Merupakan kebijakan untuk percepatan

pembangunan dan pemerataan infrastruktur

broadband untuk memastikan ketersediaan,

aksesibilitas, dan keterjangkauan layanan dengan

berorientasi locally integrated, globally

connected.Strategi yang dijalankan adalah sebagai

berikut:

a. Kompetisi dalam penyelenggaraan wireline

broadband;

b. Optimalisasi pemanfaatan spektrum;

c. Optimalisasi pemanfaatan right of ways;

d. Infrastructure sharing;

e. Teknologi netral;

f. Open access;

g. Keamanan jaringan dan sistem.

2. Aspek demand/utilisasi dan adopsi; awareness dan

ability. Merupakan kebijakan perluasan adopsi dan

peningkatan kualitas utilisasi broadband baik di

Page 76: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

76

sektor pemerintahan, ekonomi, pertahanan dan

keamanan. Strategi yang dijalankan adalah sebagai

berikut:

a. Literasi digital (e-literacy);

b. Aggregating demand, antara lain: e-government,

e-education, e-health, e-procurement, dan e-

logistic;

c. Green ICT dan Green with ICT.

3. Aspek pendanaan. Pendanaan pemerintah digunakan

untuk akselerasi, fungsi fill in the gap, dan

debottlenecking pembangunan broadband tanpa

mengambil alih peran atau berkompetisi dengan

penyelenggara. Strategi yang dijalankan adalah

sebagai berikut:

a. Optimalisasi penggunaan dana USO dan PNBP

sektor ICT;

b. Kerjasama pemerintah dan swasta (public private

partnership)

c. Perencanaan dan pendanaan ICT dalam APBN

yang lebih efektif dan efisien.

4. Aspek kerangka regulasi dan kelembagaan. Kebijakan

untuk menyusun regulasi (sektor dan lintas sektor)

yang memfasilitasi pengembangan pasar dan

menekan regulatory cost sehingga memungkinkan

dunia usaha untuk menjadi aktor utama dalam

pengembangan broadband nasional. Strategi yang

dijalankan adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan dan kerangka regulasi untuk

menciptakan iklim investasi dan berusaha yang

kondusif;

Page 77: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

77

b. Kelembagaan pengawas dan pelaksana

implementasi Indonesia Broadband Plan.

Berdasarkan kepada kebijakan dan strategi secara

nasional di atas, maka dapat diturunkan kebijakan dan strategi

yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah dengan terlebih

dahulu melihat kepada isu-isu yang menjadi kewenangan

pemerintah daerah yaitu sebagai berikut:

1. Aspek infrastruktur: (i) pembangunan (penentuan

lokasi) menara dilakukan tanpa berkoordinasi dengan

Kominfo dan pihak operator; (ii) perijinan

(galian/right of way, IMB menara) memerlukan

waktu yang cukup lama; (iii) perijinan yang

sebetulnya tidak diperlukan tetapi dipersyaratkan

oleh pemda (amdal, operasional).

2. Aspek utilisasi dan adopsi: pemanfaatan

TIK/broadband belum menjadi prioritas dalam

pembangunan Koridor Ekonomi.

3. Aspek pendanaan: retribusi setiap daerah yang

berbeda (tidak standar) dan memberatkan dengan

sikap pe da take it or leave it . 4. Aspek kerangka regulasi dan kelembagaan: perda

yang bertentangan dengan peraturan pemerintah

pusat.

Isu-isu yang berkaitan dengan kewenangan pemerintah

daerah tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun

dan mengembangkan kebijakan dan strategi pengembangan TIK.

Kebijakan yang mungkin dapat dilakukan pemerintah daerah

dalam mengembangkan TIK adalah sebagai berikut:

1. Aspek infrastruktur. Kebijakan yang mendorong

percepatan pembangunan infrastruktur broadband di

Page 78: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

78

daerah yang sesuai dengan kebijakan tata ruang dan

pengembangan daerah/kawasan ekonomi baru dan

pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. Strategi

yang dilakukan adalah:

a. Melakukan koordinasi dengan Kominfo dan pihak

operator sebagai pelaksana komunikasi dalam

rangka merencanakan dan menetapkan jalur dan

lokasi pembangunan infrastruktur jaringan

broadband;

b. Mempersingkat waktu dan proses perijinan serta

menghilangkan perijinan yang sekiranya tidak

perlu dalam rangka mempersingkat dan

mempercepat proses pembangunan;

c. Menciptakan iklim usaha yang kondusif di daerah

dalam rangka mendorong dunia usaha untuk

terlibat secara aktif dalam pembangunan

broadband di daerah;

d. Membangun skema kerjasama pemerintah dan

swasta dalam melaksanakan pembangunan

infrastruktur broadband;

e. Memberikan insentif untuk mendorong

pembangunan infrastruktur broadband ke daerah

marjinal;

f. Memastikan pemenuhan komitmen

pembangunan dengan pihak penyelenggara;

g. Memastikan terlindunginya aset-aset strategis

seperti infrastruktur serat optik dari berbagai

macam gangguan, serta terlindunginya data

pengguna dari penyalahgunaan.

Page 79: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

79

2. Aspek utilisasi dan adopsi. Kebijakan pemerintah

daerah untuk memperluas dan meningkatkan

kualitas pemanfaatan broadband dalam berbagai

bidang. Strategi yang dilaksanakan adalah:

a. Mendorong pengembangan e-government yang

berbasis kemitraan, baik antar instansi

pemerintah maupun dengan badan usaha;

b. Memastikan keamanan, kerahasiaan, keterkinian,

akurasi, serta keutuhan data dan informasi dalam

penyelenggaraan e-government;

c. Memastikan adanya unit kerja di setiap instansi

pemerintah yang bertanggung jawab dalam

penyelenggaraan e-government;

d. Mengkoordinasikan potensi demand penggunaan

TIK di sektor pemerintah;

e. Memastikan terselenggaranya layanan publik

berbasis elektronik (e-government) di seluruh

instansi pemerintah;

f. Memastikan penggunaan pengadaan berbasis

elektronik (e-procurement) di seluruh instansi

pemerintah;

g. Memfasilitasi tersedianya dukungan TIK untuk

mendukung pengembangan sektor prioritas

seperti pendidikan dan kesehatan;

h. Memfasilitasi penyediaan akses TIK sebagai

fasilitas publik.

3. Aspek pendanaan. Merupakan kebijakan pemerintah

daerah untuk mengoptimalkan dan

mengefesiensikan pemanfaatan anggaran (APBD-

APBN) dan melakukan mobilisasi dana di luar

Page 80: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

80

anggaran pemerintah. Strategi yang dapat

dilaksanakan adalah:

a. Transformasi pengelolaan dan penggunaan dana

USO menjadi broadband-ready yang berorientasi

pengembangan ekosistem termasuk aplikasi dan

capacity building;

b. Optimalisasi penggunaan BHP frekuensi terutama

untuk pengembangan mobile broadband;

c. Model bisnis yang lebih efektif dan efisien (tidak

terpaku kepada belanja modal) dengan

memperhatikan mitigasi risiko dan keberlanjutan;

d. Mendorong pergeseran pola belanja (capex)

menjadi belanja operasional (opex);

e. Implementasi co-financing dan infrastructure

sharing, misalnya seperti pembangunan pusat

data e-government secara terpadu,

pembangunan duct umum yang dapat digunakan

untuk berbagai infrastruktur lainnya (kabel,

listrik, telepon, dan lain-lain), dan penggunaan

right of way lain seperti tiang listrik dan jalan tol;

f. Sinkronisasi anggaran antar lembaga pemerintah

untuk menghindari duplikasi anggaran belanja;

g. Implementasi proyek Kerjasama Pemerintah

Swasta (KPS), dalam hal ini, APBD digunakan

untuk sebagai dukungan pemerintah daerah

untuk meningkatkan kelayakan proyek.

4. Aspek kerangka regulasi dan kelembagaan.

Merupakan sinkronisasi peraturan daerah dengan

peraturan pusat dalam rangka percepatan

Page 81: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

81

pembangunan jaringan broadband di daerah. Strategi

yang dijalankan adalah:

a. Menyusun, menetapkan, dan menjalankan

peraturan daerah yang mendorong percepatan

pembangunan jaringan broadband di daerah,

serta mendukung pemanfaatan TIK secara

optimal dan merata;

b. Membangun BUMD bidang teknologi informasi

dan komunikasi, sebagai alat untuk mempercepat

pembangunan jaringan broadband, sekaligus

menjadi sumber pendapatan daerah yang berasal

dari sektor teknologi informasi dan komunikasi.

Page 82: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

82

Bab IV

Pembentukan BUMD Bidang TIK Untuk

Mendorong Pembangunan Ekonomi Indonesia

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan bagaimana

kepentingan dan kebutuhan pemerintah daerah dalam ikut

mengembangkan TIK. Peran pemerintah daerah dalam ikut

mengembangkan TIK tentu saja melalui kebijakan dan peraturan

daerah yang menunjang pengembangan TIK di daerah. Dalam

hal ini, seringkali pemerintah daerah hanya berpikir bagaimana

membuat sebuah kebijakan dan peraturan daerah yang sekedar

menunjang pengembangan TIK, misalnya memberikan ijin galian

Right of Way (RoW), memberikan ijin dan menentukan lokasi

pembangunan menara telekomunikasi, dan kebijakan serta

peraturan lain yang sejenis. Akan tetapi yang menjadi pelaksana

pengembangan TIK tetap dari pihak operator telekomunikasi,

swasta.

Sejauh ini, TIK masih dipandang sebagai bidang yang

didominasi oleh pihak swasta dalam hal pengembangan dan

pengelolaannya, dan pemerintah daerah, dalam hal ini masih

belum melihat adanya peluang untuk mendapatkan returning

point dalam bentuk pendapatan daerah dari bidang TIK. Padahal

seperti telah dipaparkan sebelumnya, dalam era globalisasi saat

ini, TIK telah demikian berperan dalam menentukan laju

pertumbuhan ekonomi di suatu negara, termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah daerah, selain untuk menunjang

kebijakan pemerintah pusat dalam penguatan konektivitas

nasional, harus mulai melihat TIK sebagai bidang yang layak

Page 83: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

83

untuk dikembangkan lebih lanjut dan memiliki potensi menjadi

sumber PAD baru bagi pemerintah daerah.

Dalam kaitannya dengan mengolah TIK menjadi sumber

PAD bagi pemerintah daerah, ada sebuah kebutuhan untuk

melakukannya melalui BUMD bidang telekomunikasi. Hal ini

dalam rangka menjamin profesionalisme usaha dan

keberlanjutan pengembangan TIK di daerah. Permasalahan yang

muncul kemudian adalah bagaimana membangun sebuah

BUMD TIK yang profesional dan memiliki daya saing ditengah

kondisi perkembangan BUMD di Indonesia yang lambat?

Ditengah fakta etos kerja serta performa kinerja BUMD yang

buruk secara umum? Pemaparan berikutnya akan menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam deskripsi dan

rasionalisasi yang paling sederhana.

4.1 Dekonstruksi BUMD Menuju Unit Usaha Profesional

Berdaya Saing Global

Saat ini kesan umum tentang keberadaan Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) adalah tidak efisien, selalu merugi, dan

membebani anggaran pemerintah. Lemahnya kinerja BUMD

tersebut seringkali berkaitan dengan pembinaan tenaga

profesio al ya g pe uh de ga aro a kepe ti ga golo ga (Kamaluddin 2011), sehingga tidak jarang yang menduduki

jabatan sebagai direksi atau komisarisnya adalah birokrat

se ior ya g tidak lagi e iliki posisi strategis dala pemerintahan. Kondisi umum tersebut seringkali digunakan

sebagai justifikasi tentang buruknya kinerja BUMD.

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa gambaran jamak

tentang buruknya manajemen dan kinerja BUMD seperti yang

telah disampaikan, disebabkan oleh masih diberlakukannya UU

Page 84: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

84

No. 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah sebagai landasan

hukum pengelolaan BUMD. UU tersebut dipandang telah

memberikan peran yang terpusat kepada kepala daerahsebagai

pihak yang mewakili daerah dan sekaligus juga pemilik BUMD,

dalam mempengaruhi kebijakan pengembangan BUMD. Dengan

kata lain, UU BUMD tersebut yang menjadikan direksi dan

mayoritas pegawai BUMD tidak terpisahkan dari manajemen

birokrasi pemerintah daerah. Sebagai akibatnya, tata kelola

BUMD mirip dengan manajemen pemerintahan yang birokratis,

kaku, dan kurang fleksibel dalam melakukan inovasi usaha. Oleh

karena itu juga, Badan Kerja Sama (BKS) BUMD seluruh

Indonesia sempat mengusulkan adanya revisi terhadap UU No. 5

Tahun 1962 tersebut dengan UU BUMD yang baru sebagai

payung hukum tata kelola BUMD. Selain masalah tata kelola

yang terlalu birokratis, UU No. 5 Tahun 1962 juga dianggap

sudah tidak relevan dengan otonomi daerah yang sekarang

diterapkan di Indonesia.

Sebaliknya, banyak juga para ahli yang mengkhawatirkan

semangat liberalisasi dan privatisasi lebih menjiwai UU BUMD

yang baru nanti. Hal ini telah terjadi dengan hasil revisi

beberapa UU yang lain seperti UU Sumber Daya Air, UU BUMN,

UU Penanaman Modal, dan UU Perkereta apian. Dimana

perluasan peran korporasi swasta menjadi tema utama bagi

solusi revitalisasi peran Negara dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi. Hal ini bisa dilihat pada kasus privatisasi PDAM DKI

Jaya, dimana saham mayoritasnya yang dikuasai oleh korporasi

swasta asing memunculkan dilema antara orientasi keuntungan

dengan tujuan pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam kasus ini,

pihak swasta selaku pengelola air miinum di DKI, mengklaim

bahwa biaya penyediaan air minum, selalu lebih tinggi dari tarif

Page 85: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

85

air yang dibayar warga. Selisih tersebut cenderung meningkat

dan dihitung sebagai utang yang menyebabkan Pemda DKI

menaikan tarif air minum. Ironisnya, ketika Pemda DKI

memutuskan untuk mengakhiri kontrak, pihak korporasi swasta

menuntut Pemda DKI agar membayar seluruh investasi yang

telah ditanamkan dan juga membayar keuntungan dari separuh

sisa masa kontrak yang nilainya diperkirakan sebesar Rp. 450

miliar (kamaluddin, 2011).

Lebih lanjut, revisi terhadap UU No. 5 Tahun 1962 juga

dikhawatirkan akan bertentangan dengan amanat pasal 33 UUD

1945, dimana pada pasal tersebut dinyatakan bahwa faktor

produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai

negara dan digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran

rakyat. Makna dukuasai pada pasal tersebut bisa diperluas

menjadi kewenangan negara untuk mengatur, mengurus,

mengelola, dan mengawasi faktor produksi tersebut.

Peningkatan peran korporasi swasta dalam revitalisasi BUMD

dikhawatirkan akan menggerus tingkat kesejahteraan

masyarakat. Sebuah korporasi swasta, dalam bidang usaha

apapun, akan selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan

yang sebesar-besarnya dan mengakumulasikan modal demi

keuntungan pemilik modal (perseorangan atau kelompok),

sehingga dalam hal ini, tanggung jawab sosial dan publiknya

tidak menjadi prioritas. Namun demikian, keberadaan korporasi

swasta dan perilaku berusahanya tidak dapat dinegasikan begitu

saja. Dibalik sisi negatifnya, sikap mengejar keuntungan, juga

memiliki sisi positif yaitu efisien dan inovatif, dua buah aspek

penting yang berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945, diketahui bahwa

perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas dasar asas

Page 86: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

86

kekeluargaan. Sejalan dengan itu, maka perbaikan kinerja dan

pengembangan BUMD dapat dilakukan melalui perluasan

kepemilikan saham, sehingga kontrol dan pengambilan

keputusan BUMD dapat dilakukan oleh masyarakat. Pasal 6 UU

No. 5 Tahun 1962 menyatakan bahwa BUMD diperkenankan

untuk menjalin kerjasama dengan BUMN, swasta, dan koperasi,

dalam hal ini, koperasi mendapatkan prioritas menjadi mitra

kerja BUMD, seperti yang dinyatakan pada Pasal 2 UU No. 5

Tahun 1962. Jika melihat kepada hubungan tersebut, maka UU

No. 5 Tahun 1962 sudah sejiwa dengan amanat Pasal 33 UUD

1945. Selain itu, UU BUMD tersebut juga menegaskan bahwa

BUMD bukan hanya pelaku ekonomi yang berwatak sebagai

pemburu keuntungan semata (profit oriented) tetapi juga

sebagai pelaku ekonomi yang berwatak sosial (non-profit

oriented).

Pada dasarnya, perdebatan tentang perlu tidaknya

dilakukan revisi terhadap UU No. 5 Tahun 1962, belum

menunjukan indikasi yang kuat bahwa buruknya kinerja BUMD

saat ini adalah semata-mata karena lemahnya UU No. 5 Tahun

1962 sebagai payung hukum tata kelola BUMD. Permasalahan

paling mendasar saat ini dari keberadaan BUMD adalah

bagaimana mengoptimalkan kinerja BUMD dalam mendorong

perekonomian daerah.

BUMD sebagai salah satu pelaku ekonomi, tentu saja

berperan dalam naik-turunnya perekonomian daerah. Secara

umum kita dapat mengklasifikasikan aktivitas BUMD ke dalam

tiga peran, yaitu sebagai berikut:

1. Memposisikan BUMD sebagai sektor strategis: terjadi

ketika aktivitas BUMD terkait langsung dengan

kebutuhan pokok masyarakat dan/atau sebagian

Page 87: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

87

besar bahan baku yang digunakan dalam aktivitas

usaha BUMD sangat berpotensi merusak sumber

daya alam;

2. Memposisikan BUMD sebagai sektor non-strategis

utama: terjadi ketika aktivitas BUMD tidak terkait

langsung dengan kebutuhan pokok masyarakat dan

juga tidak berpotensi merusak sumber daya alam,

namun aktivitasnya sangat berperan sebagai perintis

usaha, penyeimbang kekuatan pasar, dan penunjang

pelaksanaan kebijakan negara;

3. Memposisikan BUMD sebagai sektor non-strategis:

terjadi ketika aktivitas BUMD tidak berbeda dengan

aktivitas pelaku ekonomi swasta, sehingga target

utama dari UMD non-strategis ini seharusnya

berorientasi kepada keuntungan usaha dan juga

sebagai sumber pendapatan daerah.

BUMD sebagai salah satu pelaku ekonomi yang dimiliki

oleh negara seharusnya berperilaku sebagaimana yang

diamanatkan UUD 1945, khususnya pada Pasal 33 ayat 2 dan 3

UUD 1945, dimana BUMD memiliki kewajiban untuk

mewujudkan kemakmuran rakyat. Dalam rangka memenuhi

kewajiban tersebut, BUMD diberikan amanah untuk menguasai

cabang-cabang produksi penting yang menyangkut hajat hidup

orang banyak, sehingga karakteristik BUMD adalah pelaku

ekonomi yang beraktivitas di sektor strategis atau paling tidak di

sektor non-strategis utama.

Pada dasarnya, aktivitas di sektor strategis yang

berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, bersifat monopoli

atau oligopoli, sehingga nilai/harga produk yang terbentuk di

sektor ini, seringkali tidak merefleksikan efisiensi usaha. Dengan

Page 88: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

88

demikian, penentuan tarif atau harga produk dan jasa di sektor

strategis harus mendapatkan persetujuan pemerintah. Selain

itu, produk dari sektor strategis pada umumnya tidak memiliki

pasar, khususnya untuk barang publik, sehingga penetapan

harga atau tarif seharusnya tidak didasarkan pada harga

internasional, tetapi didasarkan kepada daya beli masyarakat.

Dalam hal ini, jika daya beli masyarakat lebih rendah dari harga

produksi, maka pemerintah harus memberikan subsidi.

Sedangkan perhitungan besarnya subsidi tidak didasarkan

kepada selisih harga internasional dengan harga domestik,

tetapi berdasarkan selisih antara biaya transformasi produk

pada tingkat efisiensi yang ideal-rasional dengan daya beli

masyarakat. Sebagai contoh adalah subsidi BBM, seharusnya

tidak didasarkan kepada perkembangan harga minyak mentah

dunia, tetapi kepada biaya eksplorasi, produksi, dan distribusi

yang paling efisien.

Selanjutnya, berkaitan dengan sektor strategis yang

menjadi kebutuhan pokok masyarakat, negara wajib menjamin

adanya pasokan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan

masyarakatnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas,

sehingga setiap transaksi internasional (ekspor-impor) harus

mendapat persetujuan dari pemerintah. Kontrol terhadap

kualitas produk juga menjadi tanggung jawab pemerintah,

sehingga pemerintah harus membuat standar kualitas produk

yang baku sebagai bentuk perlindungan pemerintah terhadap

masyarakat.

Secara singkat, tata kelola kegiatan BUMD di sektor

strategis yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak

harus diatur dengan menggunakan prinsip kemakmuran

bersama. Tata kelola BUMD sektor strategis harus

Page 89: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

89

mengimplementasikan kaedah good corporate governance.

Pemerintah harus mewajibkan pengelola sektor strategis

mengumumkan kepada publik tentang dasar-dasar penetapan

taruf atau harga dan kondisi-kondisi umum kinerjanya.

Prioritas aktivitas usaha BUMD pada sektor strategis dan

sektor non-strategis utama ini tidak berarti bahwa sebuah

BUMD dibentuk semata-mata hanya untuk mengamankan

sektor-sektor strategis yang menguasai hajat hidup orang

banyak saja. Pada kenyataannya, masih banyak sektor-sektor

strategis yang tidak dikuasai oleh BUMD, hal ini terutama

terlihat pada kegiatan produksi bahan-bahan kebutuhan pokok,

misalnya pangan. Meskipun pengaturan terkait distribusi

pangan ditangani oleh Badan Urusan Logistik (Bulog), akan

tetapi kegiatan produksi masih dikuasai oleh swasta baik

berskala kecil, menengah, maupun besar. Dengan masih

dikuasainya kegiatan produksi oleh swasta, maka penentuan

harga pangan yang bersifat pokok, seperti beras, masih tarik

menarik dengan kepentingan swasta untuk menutupi biaya

produksi ditambah pemberian nilai lebih kepada tiap satuan

produk yang dihasilkan. Agar harga yang sampai kepada

konsumen/masyarakat dapat tetap terjangkau41

, maka

pemerintah secara nasional bermain pada wilayah distribusi dan

pemberian subsidi untuk produk yang dibeli dan didistribusikan

oleh Bulog. Dalam hal ini, seringkali kualitas produk yang

didistribusikan oleh Bulog lebih rendah daripada kualitas produk

yang didistribusikan langsung oleh swasta. Alangkah lebih

41

Penentuan harga dapat dilakukan dengan melihat kepada pendapatan perkapita

masyarakat untuk kemudian ditetapkan menjadi batas maksimal harga yang beredar

di masyarakat.

Page 90: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

90

baiknya jika kegiatan produksi di sektor pangan tersebut

dikuasai oleh BUMD di masing-masing daerah.

Melihat kenyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa

BUMD sendiri dibentuk tidak didasarkan atas keinginan

pemerintah untuk menguasai sektor-sektor strategis yang

menguasai hajat hidup orang banyak, akan tetapi lebih

didasarkan kepada kepentingan dan prioritas daerah dimana

BUMD tersebut didirikan. Seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, penguasaan BUMD terhadap sektor-sektor

strategis yang pada dasarnya memungkinkan sebuah BUMD

untuk bertindak monopoli dan oligopoli, ternyata tidak

membuat kinerja maupun performa BUMD menjadi membaik.

Sebuah BUMD yang diharapkan juga mampu menjadi

penyumbang bagi pendapatan daerah justru tidak bisa lepas

dari ketergantungannya terhadap anggaran daerah dalam

menjaga keberlangsungan usahanya.

Untuk lebih memperjelas posisi BUMD, dimana BUMD

merupakan bagian dari unit usaha/ekonomi di daerah yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah, maka

BUMD secara agregat juga berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi secara nasional. Berangkat dari konsep berpikir

tersebut maka BUMD didirikan sebagai kelengkapan Pemerintah

dalam membangun perekonomian masyarakat di wilayahnya.

Beberapa maksud pendirian BUMD dapat dibagi dalam 5

kategori.

1. Komersil/Profit (APBD). Pendirian BUMD didirikan

dengan maksud murni profit motif dengan maksud

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari dividen

yang disetorkan ke Kas Daerah. Dividen yang

diperoleh dari BUMD tersebut kemudian akan

Page 91: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

91

menjadi pendapatan Pemda yang akan

meningkatkan kemampuan APBD dalam membiayai

pembangun daerah. Keberhasilan kinerja BUMD

didasarkan kepada seberapa besar kemampuannya

menyumbangkan dividen kepada APBD.

2. Peningkatan pelayanan public. Pendirian BUMD

dapat juga dimaksudkan untuk meningkatkan

pelayanan kepada publik. Jika tujuannya adalah

peningkatan pelayanan, maka profit bukan menjadi

motif operasi perusahaan. Pendekatan penilaian

kinerja keuangannya dilakukan dengan melihat

kemampuannya dalam melakukan cost recovery

dengan tingkat efisiensinya serta kualitas

pelayanannya.

3. Pioneering. Pemerintah Daerah kadang-kadang

harus mengambil inisiatif untuk masuk ke suatu

bisnis yang memiliki risiko tinggi yang mungkin

tidak berani dimasuki oleh swasta. Risiko ini harus

diambil alih oleh pemerintah Daerah karena bisnis

atau industry tersebut sebenarnya sangat strategis.

Dengan demikian BUMD yang maksud

pendiriannya sebagai pioneering kemungkinan bisa

mengalami kerugian akibat risiko bisnis sehingga

Pemda harus menyediakan dana penambahan

modal untuk menutupi kerugian yang terjadi.

4. Prime mover ekonomi daerah. Perusahaan yang

diposisikan sebagai prime mover ekonomi daerah

biasanya bergerak di industri hulu, dimana hasil

produksinya digunakan oleh industri hilir. Dengan

berdirinya industri hulu maka diharapkan akan

Page 92: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

92

menjadi lokomotif tumbuhnya industry hilir

sehingga akselerasi pertumbuhan ekonomi daerah

semakin cepat. Industri hulu biasanya

membutuhkan modal yang besar, Mesin yang

canggih dan sumber daya manusia yang memiliki

kompetensi tinggi.

5. Penghela ekonomi lemah. BUMD juga bisa

ditugaskan untuk membina pengusaha lemah

dengan maksud untuk pemerataan, edukasi dan

pengembangan usaha kecil dan menengah untuk

bisa naik kelas yang lebih tinggi.

Apapun tujuan pendirian BUMD tetap saja melekat

tugasnya sebagai agent of Development suatu posisi unik yang

tidak dimiliki oleh perusahaan Swasta. Terkait dengan

peranannnya sebagai agent of development, tentunya

dibutuhkan suatu kententuan yang mengatur BUMD sehingga

dapat berjalan secara professional.

Menurut UU No. 5 Tahun 1962, pembagian laba bersih

BUMD setelah terlebih dahulu dikurangi penyusutan adalah

sebagai berikut (Kunarjo, 1993):42

1. Perusahaan daerah dengan modal yang seluruhnya

berasal dari kekayaan daerah, pembagian laba

bersihnya adalah:

a. Untuk dana pembangunan daerah 30%;

b. Untuk anggaran belanja daerah 25%;

c. Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan,

jasa produksi, sumbangan dana pensiun dan

sokongan sejumlah 45%.

42

Kunarjo, Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan, Penerbit Universitas

Indonesia, Jakarta, 1993.

Page 93: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

93

2. Perusahaan daerah yang sebagian modalnya terdiri

dari kekayaan daerah, pembagian laba bersihnya

setelah dikeluarkan zakat yang dipandang perlu

adalah:

a. Untuk dana pembangunan daerah 8%;

b. Untuk anggaran belanja daerah 7%; dan

c. Selebihnya (85%) untuk pemegang saham dan

untuk cadangan umum.

Pembagian laba bersih BUMD tersebut, khususnya untuk

BUMD yang seluruh modalnya berasal dari APBD, membuat

BUMD sulit dalam mengakumulasikan modalnya. Akan tetapi,

hal tersebut tidak menjadi penghalang utama sebuah BUMD

untuk maju dan berkembang menjadi sebuah unit usaha yang

profesional.

Kepemilikan modal pemerintah daerah di BUMD

menjadikan satu kaki BUMD berada di ranah Publik. Lantas

bagaimanakah pengaturan BUMD ini agar bisa menjalankan

fungsinya sebagai entitas bisnis?

Kalau kita telisik lebih jauh perbedaan antara BUMD

dengan perusahaan swasta dalam berbisnis maka perbedaan

terjadi hanya pada pemilikan modal. Oleh karena itu seharusnya

perlakuan BUMD sebagai instansi publik hanyalah terkait dua

hal yaitu :

1. Permodalan (pendirian baru, penambahan,

pengurangan/penjualan/privatisasi).

2. Eksistensi (merger, konsolidasi, privatisasi,

holdingisasi, likuidasi).

Selebihnya eksistensi BUMD harus diatur oleh hukum

privat. Jika perlakuan BUMD sebagai instansi publik tidak

dibatasi kepada 2 hal tersebut maka BUMD akan sulit maju

Page 94: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

94

karena setiap akan mengambil keputusan harus meminta

persetujuan kepala daerah dan DPRD. Ini cukup memakan

waktu karena harus melewati proses birokrasi yang berbelit.

Kondisi ini membuat BUMD sulit untuk bersaing dengan

perusahaan swasta karena adanya diskriminasi dalam bisnis

proses. Belum lagi keberadaan BUMD yang masih dianggap

sebagai kekayaan negara menyebabkan begitu banyak

peraturan publik yang mengikat sehingga sulit dan lambat dalam

bergerak serta seringkali diintervensi oleh penguasa. Padahal

ruang oprasionalnya adalah bisnis yang menuntut kecepatan,

fleksibelitas, kemandirian dan profesionalisme.

Dari laporan hasil studi Biro Analisa Keungan Daerah

Depkeu tentang Analisis Kinerja BUMD Non PDAM dikemukakan

bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi BUMD dalam

perjalanan hidupnya dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. lemahnya kemampuan manajemen perusahaan;

2. lemahnya kemampuan modal usaha;

3. kondisi mesin dan peralatan yang sudah tua atau

ketinggalan dibandingkan usaha lain yang sejenis;

4. lemahnya kemampuan pelayanan dan pemasaran

sehingga sulit bersaing;

5. kurang adanya koordinasi antar BUMD khususnya

dalam kaitannya dengan industri hulu maupun hilir;

6. kurangnya perhatian dan kemampuan atas

pemeliharaan aset yang dimiliki, sehingga

rendahnya produktivitas, serta mutu dan ketepatan

hasil produksi;

7. besarnya beban administrasi, akibat relatif

besarnya jumlah pegawai dengan kualitas yang

rendah; dan

Page 95: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

95

8. masih dipertahankannya BUMD yang merugi,

dengan alasan menghindarkan PHK dan

ke aji a pe eria pelaya a u u agi masyarakat.

Selain itu, dari berbagai pengamatan dan keluhan yang

seringkali disampaikan oleh pihak internal maupun eksternal

dari perusahaan daerah sendiri, terdapat berbagai kendala lain

dalam pembinaan dan pengembangan usaha BUMD tersebut.

Diantaranya adanya campur tangan pemerintah daerah yang

cukup besar atas jalannya organisasi BUMD serta adanya

keterbatasan kewenangan tertentu dalam operasionalisasi

perusahaan.

Selanjutnya, seringkali dalam penempatan direksi

tidak terlepas dari unsur KKN atau kedekatan para calonnya

dengan pimpinan daerah. Dalam hubungan ini banyak pula

penempatan direksi dan bahkan tenaga kerja yang kurang

didasarkan pada pertimbangan profesionalisme, keahlian dan

keterampilaan, bahkan adakalanya penempatan di perusahaan

daerah itu se agai te pat ua ga agi pejabat tertentu

yang tergeser kedudukannya.

Dari berbagai permasalahan yang ada tersebut, diketahui

bahwa apa yang selama ini menyebabkan BUMD sulit untuk

berkembang terdiri dari 3 faktor utama:

1. Tidak dijalankannya BUMD secara professional;

2. Besarnya pengaruh Pemda dalam penentuan

jalannya organisasi dan manajemen BUMD;

3. Aspek penghimpunan dan pengelolaan modal yang

buruk.

Sampai pada tahap ini penulis mencoba mengajak para

pembaca sekalian untuk kembali melihat kepada hal yang paling

Page 96: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

96

mendasar dari praktik sebuah kegiatan usaha. Sebuah kegiatan

usaha, apapun bentuknya, didirikan untuk memenuhi

kebutuhan konsumen akan suatu produk. Untuk melakukan

kegiatan produksi, sebuah unit usaha membutuhkan modal baik

berupa barang (alat-alat produksi, bahan baku produksi),

sumber daya manusia, dan yang terpenting adalah uang sebagai

alat tukar. Modal tersebut harus dijaga keberlanjutannya dan

demi memperluas kegiatan usaha, modal tersebut harus

ditingkatkan, hal ini yang kemudian dikenal dengan istilah

akumulasi modal dalam kapitalisme. Akumulasi modal berarti

adalah peningkatan nilai modal secara berkelanjutan yang

diperoleh dari nilai lebih pertransaksi item produk. Nilai lebih

didapat dari selisih jumlah biaya produksi dengan harga jual.

Kemampuan sebuah unit usaha dalam mengelola modal

yang ada inilah yang menjadi dasar penilaian sebuah unit usaha

tersebut berhasil atau gagal. Jika dalam periode tertentu

ternyata akumulasi modal tidak terjadi dan pertumbuhan modal

cenderung negatif, maka unit usaha tersebut dapat dikatakan

gagal dan masuk kategori usaha yang tidak sehat. Kondisi ini

juga berlaku bagi sebuah BUMD. Sebuah BUMD yang tidak

mampu menciptakan akumulasi modal bahkan untuk sekedar

mempertahankan keberlanjutan modalnya, maka BUMD

tersebut dinilai gagal. Hal inilah yang terjadi pada sebagian

besar BUMD yang ada saat ini. Hampir sebagian besar BUMD

tidak mampu mempertahankan keberlanjutan modal yang

ditanamkan di awal, sehingga pada periode tertentu, untuk

menjaga berlangsungnya kegiatan usaha, BUMD tersebut diberi

su tika odal dari pe eri tah daerah ya g da a ya bersumber dari APBD. Dengan tanpa menafikan faktor payung

hukum BUMD, kondisi tersebut sudah dapat dipastikan karena

Page 97: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

97

BUMD tidak dijalankan selayaknya sebuah unit usaha. BUMD

hanya dipandang sebagai kepanjangan tangan pemerintah

untuk menjalankan fungsi pelayanan publiknya. Orientasi bisnis

dan orientasi pelayanan publik yang selalu dipertentangkan di

dalam BUMD juga menjadi sebab mendasar mengapa BUMD

sulit untuk berkembang.

Fakta-fakta inilah yang membawa kita kepada sebuah

usaha untuk meruntuhkan paradigma lama dalam memandang

BUMD selama ini. Saat ini BUMD harus benar-benar dipandang

sebagai sebuah unit usaha yang profesional. Profesional disini

berarti BUMD menjalankan kegiatan usahanya selayaknya

sebuah unit usaha, menjalankan kaidah-kaidah ekonomi secara

konsekuen dan konsisten, serta tetap memiliki orientasi bisnis

(profit oriented). Profesional juga berarti bahwa BUMD harus

diposisikan sebagai sebuah unit usaha yang terpisah dari

pemerintah daerah. Hubungan antara BUMD dan pemerintah

daerah harus dilihat sebagai hubungan antara manajemen

perusahaan dengan pemilik modal. Dalam hal ini, meskipun

pemilik modal memiliki kewenangan untuk merubah kebijakan

perusahaan, pemilik modal tetap memiliki batas-batas tertentu

dalam melakukan intervensi, khususnya jika berkaitan dengan

kondisi keuangan perusahaan.

Dengan memandang BUMD sebagai sebuah unit usaha

yang profesional, maka dikotomi antara BUMD yang

menjalankan aktivitas usaha di bidang pelayanan publik dan

aktivitas usaha non-pelayanan publik harus dihilangkan. Apapun

kegiatan usaha yang dijalankan oleh BUMD, maka kegiatan

usaha tersebut haruslah memiliki orientasi bisnis, bahkan dalam

bidang pelayanan umum sekalipun. Sehingga alasan tidak

tertutupnya biaya produksi karena penetapan harga produk

Page 98: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

98

yang dibawah biaya produksi demi melindungi kepentingan

publik, sudah tidak relevan lagi.

Pemerintah daerah sendiri, dalam hal ini harus mampu

memberdayakan BUMD seoptimal mungkin, sehingga bias

menunjang pembangunan ekonomi di daerah. Pemberdayaan

masyarakat (beserta kelembagaannya, termasuk BUMD)

menurut Ginandjar Kartasasmita adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan derajat lapisan masyarakat yang

dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari

perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Ini berarti bahwa

memberdayakan itu adalah memampukan dan memandirikan

masyarakat beserta kelembagaannya, termasuk BUMD.

Khusus dalam hal BUMD, upaya memberdayakan itu

haruslah pertama-tama dimulai dengan menciptakan suasana

atau iklim yang memungkinkan potensinya untuk berkembang.

Ini dengan landasan pertimbangan bahwa setiap masyarakat

dan kelembagaannya, memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Pemberdayaan tersebut dilakukan melalui

upaya-upaya sebagai berikut:

1. Membangun daya dengan mendorong,

memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan

potensi (dan daya) yang dimiliki serta berupaya

untuk mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki

tersebut, dimana untuk ini diperlukan langkah-

langkah yang lebih positif dan nyata, seperti

penyediaan berbagai input yang diperlukan, serta

pembukaan akses kepada berbagai peluang

sehingga semakin berdaya dalam memanfaatkan

peluang yang ada.

Page 99: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

99

3. Memberdayakan berarti pula melindungi, sehingga

dalam proses pemberdayaan haruslah dicegah agar

jangan sampai pihak yang lemah menjadi

bertambah lemah, tapi dapat hidup dengan daya

saing yang memadai.

Upaya-upaya tersebut menjadi kewenangan dan

tanggung jawab pemerintah daerah. Sehingga posisi pemerintah

daerah menjadi jelas, yaitu sebagai inisiator, fasilitator dan

pendorong awal pembangunan dan pengembangan BUMD.

Ketika sebuah BUMD sudah terbangun dan mulai berjalan,

selanjutnya pemerintah daerah hanya berperan mendukung

berjalan lancarnya BUMD tersebut, misalnya melalui pembuatan

regulasi yang mampu mempermudah pengembangan usaha

BUMD. Selain itu, pemerintah daerah kemudian berperan

sebagai pengawas kinerja BUMD dengan tetap memperhatikan

aspek kemandirian dan independesitas manajemen BUMD itu

sendiri.

Dalam kaitan dengan perbaikan kinerja BUMD

berdasarkan Laporan Hasil Studi Analisa Kinerja BUMD Non

PDAM, Biro Analisa Keuangan dan Moneter, Depkeu,

dikemukakan berbagai langkah dan tindakan yang dapat

dilakukan dalam memperbaiki kinerja usaha BUMD, dengan

tindakan-tindakan yang sifatnya strategis yang dapat

dikelompokkan dalam tiga bagian strategi, yaitu strategi

pengusahaan, strategi penumbuhan dan strategi penyehatan

perusahaan yang dapat diringkaskan sebagai berikut:

1. Strategi Pengusahaan Perusahaan, yang dapat

dilakukan dengan langkah atau tindakan

memperbaiki kinerja perusahaan, diantaranya

dengan:

Page 100: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

100

a. Mengatasi kelemahan internal yang

diantaranya melalui penetapan kembali core

business, likuidasi unit bisnis yang selalu rugi,

dan memperbaiki system manajemen

organisasi;

b. Memaksimumkan kekuatan internal, yang

antara lain dengan cara mengkonsentrasikan

bisnis pada usaha yang berprospek tinggi,

memperluas pasar dengan mempertahankan

dan mencari pelanggan baru, serta mencari

teknik produksi baru yang dapat meningkatkan

efisiensi usaha;

c. Mengatasi ancaman eksternal, yang

diantaranya dengan cara memperbaiki mutu

produk dan jasa, meningkatkan kualitas SDM

serta meningkatkan kreativitas dan keaktifan

tenaga pemasaran dalam mencari terobosan

baru;

d. Memaksimumkan peluang eksternal, yang

antara lain melalui upaya kerjasama yang saling

menguntungkan dengan perusahaan sejenis

atau yang dalam keterkaitan. Dan kerjasama ini

dapat dilakukan dalam bentuk joint venture,

BOT, BOO atau bentuk kerjasama lainnya.

2. Strategi Penumbuhan Perusahaan, adalah

bertujuan untuk menumbuhkan dan

mengembangkan perusahaan sesuai dengan

ukuran besaran yang disepakati untuk mencapai

tujuan jangka panjang perusahaan. BUMD

dikatakan tumbuh jika perusahaan daerah itu

Page 101: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

101

berhasil meningkatkan antara lain, volume

penjualan, pangsa pasar, besarnya laba dan aset

perusahaan. Beberapa tindakan yang dapat

dilakukan agar perusahaan terus tumbuh

berkembang diantaranya adalah

mengkonsentrasikan bisnis pada produk yang

representatif, melakukan perluasan pasar,

pengembangan produk baru, dan integrasi

horizontal dan/atau vertikal.

3. Strategi Penyehatan Perusahaan, yaitu yang

dilakukan melalui pendekatan strategik dan

pendekatan operasional. Dalam pendekatan

strategik, misalnya, jika terjadi kesalahan strategis

seperti ketidakmampuan perusahaan dalam

memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan

misinya, maka perlu dilakukan penilaian

menyeluruh terhadap bisnis yang dilakukan untuk

perubahan dan penyempurnaannya. Sedangkan

dengan pendekatan operasional ditujukan untuk

melakukan perubahan operasi perusahaan tanpa

merubah strategi bisnis. Dalam hubungan ini

langkah-langakah yang biasa diambil perusahaan

dalam rangka penyehatan operasi diantaranya

adalah:

a. Meningkatkan penghasilan yang diperoleh

dengan berbagai teknik bisnis, misalnya

pemotongan harga, peningkatan promosi,

penambahan dan perbaikan pelayanan

konsumen, memperbaiki saluran distribusi dan

memperbaiki kualitas produk;

Page 102: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

102

b. Melaksanakan pemotongan biaya

(penghematan). Biaya-biaya yang tidak memiliki

keterkaitan langsung dengan kegiatan

operasional pokok perusahaan yang segera

membentuk penghasilan, biasanya menjadi

pilihan pertama untuk diturunkan, seperti

misalnya biaya-biaya administrasi, penelitian

dan pengembangan, dan pemasaran.

Pada dasarnya penulis sepakat dengan berbagai upaya

dan langkah dalam rangka pemberdayaan yang dikemukakan

tersebut di atas. Namun demikian, disamping untuk usaha-

usaha BUMD yang telah berjalan dengan kinerja yang masih

rendah dan terbatas di masa lalu tersebut, juga perlu pemikiran

lebih lanjut terhadap usaha-usaha BUMD yang akan didirikan

dan dibangun pada masa mendatang dalam rangka lebih

memberdayakan BUMD itu sendiri, serta untuk menunjang

keuangan Daerah dan perekonomian Daerah pada umumnya.

Dalam hubungan ini untuk pendirian BUMD baru dan

pengembangan lebih lanjut BUMD yang telah berjalan perlu

dilakukan beberapa upaya sebagai berikut:

1. Studi kelayakan usaha yang dilakukan secara teliti,

sehingga BUMD yang dihasilkan nanti mampu

menghasilkan produk barang dan jasa yang feasible

dan berprospek (sangat) menguntungkan;

2. Peningkatan kerjasama dengan usaha yang sejenis

atau yang bersifat keterkaiatan dalam rangka

peningkatan daya saing bersama di pasar domestik

dan internasional;

Page 103: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

103

3. Penerapan kelembagaan dan organisasi usaha

dengan tenaga terdidik dan terlatih yang dijiwai

semangat kewirausahaan;

4. Pengembangan dan penerapan fungsi-fungsi

manajemen dalam organisasi perusahaan daerah

seperti yang dalam usaha korperasi swasta yang

dalam operasionalnya dilakukan dengan tertib,

terbuka dan terpadu;

5. Pemberian kewenangan yang lebih luas kepada

BUMD dari pimpinan daerah sehingga direksinya

dapat le ih leluasa dala elaksa aka kepemimpinan dan operasionalisasi

perusahaannya.

Pada tahap ini bisa disimpulkan bahwa sebuah BUMD

haruslah dipandang sebagai sebuah unit usaha yang

professional dan independen. Dalam pelaksanaan kegiatan

usahanya, sebuah BUMD haruslah diberi keleluasaan dalam

melakukan pengembangan usaha dan inovasi-inovasi dengan

tetap memperhatikan kepada usaha pencapaian tujuan yang

menjadi dasar pendirian BUMD tersebut. Intervensi dan campur

tangan pemerintah dalam hal ini haruslah proporsional dan

tetap melihat kepada usaha mengembangkan BUMD sebagai

sebuah unit usaha yang professional dan memiliki daya saing.

Dengan mengubah sudut pandang tersebut serta diiringi dengan

komitmen yang sungguh-sungguh dari pemerintah daerah untuk

membangun sebuah BUMD yang mampu menunjang

pertumbuhan ekonomi di daerah, maka secara perlahan BUMD

yang professional dan memiliki daya saing pun bisa terwujud.

Tentu saja dalam pelaksanaannya masih membutuhkan kerja

keras dan komitmen dari semua pihak yang terkait, tetapi paling

Page 104: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

104

tidak hal paling mendasar yang membuat perkembangan BUMD

saat ini tidak berjalan optimal, telah dirubah.

4.2 Model Bisnis dan Manajemen BUMD TIK

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sebuah BUMD

jika dijalankan secara professional, maka akan berpengaruh

besar terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah.

Selain itu, sebuah BUMD juga dapat memberikan sumbangan

terhadap PAD. Dengan demikian pembangunan dan

pengembangan sebuah BUMD yang professional dan memiliki

daya saing, bisa menjadi alternative usaha peningkatan

pertumbuhan ekonomi daerah, yang kemudian secara agregat

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Terkait dengan usaha pemerintah untuk mempercepat

dan memperluas pembangunan ekonomi, dengan salah satu

kegiatan utamanya adalah penguatan konektivitas nasional,

maka pembangunan sebuah BUMD yang bergerak di bidang

teknologi informasi dan komunikasi (TIK), dapat menjadi sebuah

solusi untuk mendukung usaha pemerintah tersebut, disamping

juga mampu member manfaat bagi daerah.

Pada bab-bab sebelumnya telah disampaikan, bahwa

salah satu usaha pemerintah untuk memperkuat konektivitas

nasional adalah dengan membangun dan memperkuat jaringan

broadband nasional. Dalam hal ini pemerintah, khususnya

pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk ikut berperan

aktif dalam usaha pembangunan jaringan broadband nasional

tersebut.

Kondisi tersebut menjadi ide dasar bagi pengembangan

dan pembangunan sebuah BUMD yang bergerak di bidang TIK.

Peran aktif pemerintah daerah dalam mendukung penguatan

Page 105: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

105

konektivitas nasional tersebut, secara jangka pendek juga harus

bisa memberikan kontribusi yang riil bagi daerah, misalnya

dalam hal peningkatan PAD. Hal tersebut mungkin dilaksanakan

secara bersamaan melalui pembangunan dan pengembangan

BUMD yang bergerak di bidang TIK.

Dalam membangun BUMD TIK tersebut, yang terutama

harus diperhatikan, sebagai sebuah rasionalisasi mengapa

BUMD TIK ini layak untuk dibangun dan dikembangkan, adalah

bagaimana model bisnis yang dikembangkan dalam BUMD TIK

ini. Model bisnis ini akan mengacu kepada ruang atau wilayah

pembangunan TIK mana yang bisa diusahakan dan

dikembangkan oleh BUMD sebagai representasi unit usaha

pemerintah. Dalam hal ini, ada 2 ruang pembangunan dan

pengembangan TIK yang bisa diusahakan dan dikembangkan

oleh BUMD, yaitu sebagai berikut:

1. Infrastruktur: pembangunan infrastruktur pasif

seperti dark fiber, duct, tiang, menara, right of way,

fasilitas pusat data (data center) dan pemulihan data

(data recovery).

2. Utilisasi/adopsi: pengelolaan secara terpadu e-

government, e-procurement, dan pengembangan TIK

pada sektor-sektor prioritas seperti pendidikan dan

kesehatan.

Dua ruang usaha dan pengembangan yang dapat

dilakukan oleh BUMD tersebut dijalankan secara bertahap dan

berdasarkan skala prioritas pengembangan daerah terkait.

Untuk menunjang dan mendorong usaha pemerintah

dalam pembangunan dan penguatan jaringan broadband

nasional, maka prioritas usaha yang dijalankan BUMD TIK adalah

pembangunan infrastruktur pasif. Dalam perjalanannya sejauh

Page 106: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

106

ini, pembangunan infrastruktur pasif sebagian besar masih

dilakukan oleh pihak swasta, dalam hal ini adalah para operator

telekomunikasi, sehingga pembangunan infrastruktur pasif

penunjang jaringan broadband nasional pun berjalan dengan

lambat. Dalam hal ini, pemerintah melalui BUMD TIK, dapat ikut

melakukan pembangunan infrastruktur pasif, dengan tetap

mendapatkan nilai lebih dari pengelolaan infrastruktur pasif itu

sendiri. Sebaliknya, pihak operator pun mendapat keuntungan

dengan tersedianya infrastruktur pasif tersebut, dimana belanja

modal/capital expenditure (Capex) akan beralih menjadi belanja

operasional/operational expenditure (Opex).

Secara sederhana, infrastruktur pasif yang dibangun dan

dikelola oleh BUMD TIK tersebut, selanjutnya akan disewakan

penggunaannya kepada pihak swasta, dalam hal ini adalah

operator telekomunikasi. Hasil dari sewa-pakai tersebut akan

menjadi sumber pendapatan awal BUMD TIK, yang setelah

dibagi kepada pemerintah daerah, digunakan untuk

pengembangan kegiatan usaha BUMD TIK.

Page 107: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

107

Gambar 4.1 Model bisnis BUMD TIK Tahap I

Dengan menjalankan model bisnis tahap pertama

tersebut, BUMD TIK hanya memerlukan biaya yang besar pada

biaya modal pembangunan infrastruktur pasif saja. Selanjutnya,

biaya operasional, seperti pengelolaan dan perawatan fasilitas,

terhitung cukup kecil, sehingga bisa diambil dari hasil sewa

dengan pihak operator. Model bisnis tahap pertama ini,

memungkinkan BUMD TIK untuk meningkatkan akumulasi

modalnya secara signifikan.

Model bisnis yang kedua adalah pengembangan dari

model bisnis yang pertama. Dalam model bisnis tahap kedua,

dibutuhkan inovasi dan profesionalisme dari BUMD TIK itu

sendiri. Hal ini dikarenakan dalam model bisnis tahap kedua,

BUMD TIK akan masuk ke dalam ruang utilisasi atau

pemanfaatan TIK. Pada tahap yang kedua, BUMD TIK sudah

BUMD TIK Infrastruktur

Pasif:

ROW

Ducting

Tiang-Menara

Hand Hole dan

Main Hole

Data Center

Recovery

Center

Operator

Telekomunikasi Pemanfaatan

fasilitas:

Izin gelar

Kabel

Sewa Ducting dan

fasilitas

pendukungnya

POP

Page 108: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

108

akan menjalankan fungsi pelayanan publiknya dengan tetap

mengedepankan profesionalismenya dan tetap memiliki

orientasi bisnis yang jelas dan terukur.

Dengan menggunakan jaringan broadband yang sudah

tergelar secara merata di daerah, BUMD TIK, untuk menjalankan

fungsi pelayanan publiknya dapat mengembangkan berbagai

utilisasi TIK, seperti e-government, e-procurement, e-health, e-

education dengan menggunakan konsep pelayanan terpadu.

Client atau konsumen utama pada tahap ini adalah pemerintah

daerah itu sendiri.

Melalui sumber daya yang ada dan dengan tetap

mengedepankan profesionalismenya, BUMD TIK dituntut untuk

mampu mengembangkan dan mengelola sistem pelayanan

terpadu berbasis telematika, dimana jasa layanan ini akan

digunakan oleh pemerintah daerah setempat dalam rangka

meningkatkan performa pelayanan publiknya. Dengan

memanfaatkan jasa layanan yang dikembangkan dan dikelola

BUMD TIK tersebut, pemerintah daerah akan diuntungkan sama

seperti keuntungan yang didapatkan oleh pihak swasta, yaitu

beralihnya belanja modal (Opex) menjadi belanja operasional

(Capex), sehingga APBD untuk bidang-bidang terkait bisa

diefisienkan dan bisa dialihkan untuk bidang-bidang lainnya.

Page 109: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

109

Gambar 4.2 Model bisnis BUMD TIK Tahap II

Agar pembangunan dan pengembangan BUMD TIK

tersebut bisa berjalan dengan baik, maka BUMD TIK harus

dikelola secara profesional. Terlebih lagi, bidang teknologi

informasi dan komunikasi yang berkembang dengan cepat,

menuntut BUMD TIK dikelola oleh mereka yang menguasai

bidang ini dengan baik, mampu melakukan adaptasi teknologi

dengan cepat, dapat melakukan inovasi dan pengembangan

teknologi serta usaha dengan baik. Dalam hal ini, tata kelola

BUMD TIK pada dasarnya tidak jauh dari apa yang telah

disampaikan sebelumnya, bahwa sebuah BUMD haruslah

dikelola secara profesional dengan menempatkan

intervensi/campur tangan pemerintah daerah secara

proporsional.

Ketika batasan intervensi/campur tangan pemerintah

daerah dalam BUMD TIK tersebut sudah jelas, maka usaha

untuk mendorong pengelolaan BUMD TIK secara profesional

BUMD TIK Jasa Layanan

Terpadu:

E-government

E-procurement

E-health

E-education

Pemerintah

Daerah Pembelian/Pemanfaa

tan jasa layanan:

E-government

E-procurement

E-health

E-education

Page 110: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

110

pun lebih mudah untuk dilaksanakan. Dalam hal ini, komitmen

pemerintah daerah yang menjadi inisiator pembangunan BUMD

TIK, penting untuk dibangun dan dijalankan secara konsisten.

Page 111: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

111

Bab V

Case Study: Pilot Project Pengembangan TIK

dan BUMD TIK di Kota Bandung

Sebagai bahan rujukan dan untuk memperjelas

bagaimana pemerintah daerah ikut berperan aktif mendorong

pembangunan jaringan broadband nasional di daerahnya

masing-masing, sebagai satu kesatuan dengan usaha

pemerintah pusat melaksanakan percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi, maka pada bagian akhir buku ini, saya

sampaikan resume pilot project pengembangan TIK dan BUMD

TIK di Kota Ba du g, ya g ke udia dise ut de ga Ke ijaka Penyelenggaraan Saluran Serat Optik Bersama Bawah Tanah Di

Wilayah Kota Ba du g . Ide dasar dari proyek i i adalah bagaimana pemerintah daerah, selain mampu berperan aktif

mendukung kebijakan nasional, juga mampu memperoleh nilai

lebih secara langsung dari usaha tersebut.

Latar belakang proyek ini adalah kebijakan pemerintah

pusat untuk melaksanakan percepatan dan perluasan

pembangunan ekonomi. Salah satu kegiatan utamanya adalah

penguatan konektivitas nasional melalui pembangunan jaringan

broadband nasional. Dalam hal ini pemerintah daerah memiliki

kewajiban untuk menjamin terselenggaranya kebijakan nasional

tersebut di daerah. Terkait dengan Kota Bandung, kebutuhan

untuk memperkuat jaringan broadband di wilayah Kota

Bandung sudah menjadi kebutuhan mengingat pertumbuhan

dan perkembangan pengguna layanan telekomunikasi yang

sangat cepat di Kota Bandung.

Page 112: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

112

Kebijakan penyelenggaraan serat optik bawah tanah ini

sejalan dengan kepentingan Pemkot Bandung untuk menata

kembali jalur broadband di wilayah Kota Bandung. Penataan

tersebut dilakukan demi kepentingan pengembangan dan

penataan wilayah kota serta sebagai bagian dari menjaga

estetika kota. Dalam hal ini, Pemkot Bandung menggunakan

Perda No. 18 Tahun 2011 Tentang RTRW Kota Bandung Tahun

2011-2031. Beberapa pasal penting yang dijadikan dasar hukum

kebijakan penyelenggaraan serat optik bawah tanah adalah

sebagai berikut:

1. Pasal ayat : ‘e a a siste prasara a lai ya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri

atas: . ‘e a a siste jari ga teleko u ikasi . 2. Pasal : per ujuda siste jari ga

telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

28 ayat (3) huruf b, terdiri atas:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan jaringan

telekomunikasi di Wilayah Bandung Barat;

b. Mengembangkan jaringan telekomunikasi ke

Wilayah Bandung Timur dengan sistem bawah

tanah;

c. Membangun instalasi baru dan pengoperasian

instalasi penyaluran jaringan telekomunikasi; dan

d. Mengembangkan fasilitas telekomunikasi

u u .

Mengacu kepada kepentingan Pemkot Bandung

tersebut, serta dalam rangka menunjang kebijakan

pembangunan jaringan broadband nasional, maka diajukan

beberapa usulan solusi yang menjadi dasar kebijakan

Page 113: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

113

penyelenggaraan jaringan serat optik bawah tanah, yaitu

sebagai berikut:

1. Pengendalian dan pengawasan keindahan tata kota

dari infrastruktur jaringang fiber optic (FO) di udara;

2. Peningkatan peranan Pemda pada penataan

infratsruktur telekomunikasi perkotaan (tidak hanya

sekedar ijin galian/ROW saja);

3. Mengupayakan PAD dari sektor layanan infrastruktur

telekomunikasi perkotaan;

4. Percepatan persebaran penyediaan infrastruktur

ducting fiber optic melalui kepastian rencana jalur

ducting perkotaan.

Pemkot Bandung melalui kebijakan ini, akan membangun

jalur FO bawah tanah (ducting) dan menata atau memindahkan

jalur FO udara ke bawah tanah. Pembangunan ducting tersebut

dilaksanakan oleh unit kerja Dinas Bina Marga Kota Bandung,

dengan asumsi tidak terjadi galian dengan rencana 15-20 tahun.

Selanjutnya, pengelolaan dan layanan penggunaan ducting FO

bersama tersebut akan ditangani oleh BUMD TIK Kota Bandung.

Pola investasi dana pembangunan ducting FO bersama

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dana APBD;

2. Dana bridging: pembangunan dibiayai oleh BUMD

Provinsi. Dana yang dikeluarkan bersifat pinjaman,

dimana pengembaliannya akan diambil dari hasil

sewa ducting FO bersama;

3. Usulan bantuan dari pemerintah pusat pengadaan

ducting FO bersama, terkait dengan pembangunan

jaringan antara Pemerintah Pusat, Provinsi, dan

Kota/Kabupaten.

Page 114: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

114

Dengan melihat kepada latar belakang proyek dan pola

investasi yang dijalankan, maka proyek ini melingkupi koordinasi

dengan Pemerintah Pusat dan Provinsi. Penyusunan

kebijakannya pun harus melalui proses koordinasi dari pusat

hingga daerah serta melibatkan pihak operator sebagai

pelaksana telekomunikasi.

Gambar 5.1 Alur penyusunan kebijakan FO bersama

KOTA

Estetika Kota

PUSAT

Permasalahan

pengembangan

broadband

Penggelaran

FO

Tim Ducting

Bersama

Konsep

Ducting

bersama

Rapat

Koordinasi

SKPD Kota

Rapat

Koordinasi

antar

Kementrian

Rapat

Koordinasi

Operator

Rujukan dan

dasar hukum

terkait

Raperwal

/SK

Walikota

Rancangan

Kebijakan

Nasional

Kepres/Kep

men

Juklak

Tarif

Standarisasi

BUMD TIK

Pemindahan

FO

Jangka waktu

Teknis

Operator

ducting

Sanksi

Page 115: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

115

Dalam pembangunan jalur FO bawah tanah ini,

Pemerintah Kota Bandung memberikan dukungannya dalam

bentuk:

1. Penerbitan Peraturan Walikota/ SK Walikota tentang

penyelenggaraan saluran serat optik bawah bersama

bawah tanah;

2. Penerbitan Peraturan Walikota/SK Walikota tentang

penyelenggaraan Macro Cell dan Micro Cell (Tower);

3. Perjanjian kerja sama antara Pemerintah Kota

Bandung dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat cq

JATEL yang merupakan BUMD bidang telekomunikasi

milik Provinsi Jawa Barat;

4. Dukungan teknis kebinamargaan;

5. Pembentukan BUMD Kota Bandung bidang

telekomunikasi.

Pembangunan jalur FO bawah tanah ini direncanakan

sepanjang 111,5 Km dengan menghabiskan 28 jalur selongsong

ducting. Dalam hal ini, Pemkot Bandung menjalankan skema

pengusahaan BTO bersama dengan BUMD Provinsi Jawa Barat,

yaitu JATEL. Skema pengusahaan berarti bahwa pihak JATEL

akan menginvenstasikan dananya untuk pembangunan jalur FO

bersama bawah tanah, dimana selama periode konsesi 10-20

tahun, hasil sewa jalur FO bersama bawah tanah tersebut akan

dibagi antara Pemkot Bandung dan JATEL. Setelah periode

konsesi, maka jalur FO bersama bawah tanah tersebut akan

menjadi aset daerah yang pengelolaannya dijalankan oleh

BUMD Kota Bandung bidang TIK.

Dalam proyek pembangunan jalur FO bawah tanah

(ducting) ini, penekanan terhadap aspek bisnis penting untuk

dilakukan mengingat proyek ini, selain untuk mendukung proses

Page 116: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

116

pembangunan konektivitas nasional, juga diharapkan mampu

menjadi sebuah model pengembangan BUMD bidang TIK yang

professional. Aspek bisnis yang dimaksud adalah kegiatan sewa-

menyewa fasilitas-fasilitas yang menjadi bagian dari

infrastruktur jalur FO bawah tanah antara pihak operator

telekomunikasi dengan pemerintah daerah melalui BUMD.

Beberapa objek atau fasilitas utama yang dibangun dan

disewakan pada jalur FO bawah tanah ini adalah sebagai

berikut:

1. Ducting: merupakan wadah peletakan kabel FO yang

ditanam didalam tanah dengan ukuran yang

disesuaikan kepada kebutuhan, yaitu berapa banyak

operator telekomunikasi yang akan menggunakan

saluran dan wadah tersebut;

2. Tiang PJU: merupakan sarana penerangan jalan yang

dibangun berdampingan dengan street cabinet.

Dipasang di tiap sisi jalan dengan proyeksi interval

jarak pemasangan sejauh 1 Km. Tiang ini berfungsi

sebagai wadah untuk memasang repeater.

Dengan menyewakan fasilitas-fasilitas yang menjadi

bagian dari infrastruktur jaringan FO bawah tanah tersebut,

maka pemerintah daerah melalui BUMD akan mendapatkan

tambahan pendapatan daerah. Dalam menyewa 1 buah tiang

PJU untuk memasang repeater, operator telekomunikasi harus

mengeluarkan biaya sebesar Rp. 15.000.000,- per bulan,

sehingga untuk tiap 1 Km jaringan FO bawah tanah yang disewa,

khusus untuk memasang repeater, sebuah operator

telekomunikasi harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.

30.000.000,-. Sedangkan untuk menyewa jalur ducting per 1 Km,

Page 117: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

117

operator telekomunikasi harus mengeluarkan biaya sebesar Rp.

1.500.000,- per bulan.43

Dari kedua fasilitas tersebut, per 1 Km per bulan,

pemerintah daerah mendapatkan pemasukan sebesar Rp.

31.500.000,-. Sedangkan jalur FO bawah tanah yang dibangun

oleh Pemerintah Kota Bandung sepanjang 111,5 Km. Dengan

panjang jalur FO tersebut, dengan asumsi seluruh jalur terisi,

maka dari 1 operator telekomunikasi, tiap bulannya Pemerintah

Kota Bandung akan menerima uang sewa sebesar Rp.

3.512.250.000,-. Sedangkan seperti kita ketahui bersama, bahwa

kebutuhan masyarakat akan informasi dan telekomunikasi saat

ini sangatlah besar. Akses terhadap informasi dan

telekomunikasi sudah menjadi kebutuha pokok masyarakat,

khususnya masyarakat perkotaan, sehingga dapat dikatakan

bahwa bisnis di bidang informasi dan telekomunikasi adalah

is is de ga prospek ya g sa gat aik. Bis is i i adalah is is seu ur hidup , u gki itulah u gkapa sederha a u tuk menggambarkan bagaimana prospek bisnis di bidang informasi

dan telekomunikasi, khususnya pada aspek kegiatan sewa-

menyewa infrastruktur pasif telekomunikasi.

Dalam bisnis ini tentu saja bukan hanya pemerintah

daerah sebagai penyelenggara dan pengelola infrastruktur pasif

saja yang diuntungkan, akan tetapi pihak operator

telekomunikasi sebagai pihak konsumen juga diuntungkan

dengan keberadaan jalur FO bawah tanah tersebut. Untuk

membangun jalur FO bawah tanah sendiri sepanjang 5 Km,

sebuah operator telekomunikasi harus mengeluarkan modal

43

Besarnya biaya sewa mengacu kepada harga sewa yang berlaku umum, sehingga

jika diselenggarakan oleh pemerintah melalui BUMD, kemungkinan harga sewa akan

lebih murah dibandingkan harga sewa yang berlaku umum.

Page 118: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

118

untuk biaya pembangunan sekitar Rp. 1.500.000.000,-. Dengan

disediakannya jalur FO bawah tanah oleh pemerintah daerah,

maka pihak oerator telekomunikasi tidak perlu lagi

mengeluarkan modal untuk biaya pembangunan, hanya cukup

mengeluarkan biaya sewa yang menjadi bagian dari biaya

operasional perusahaan. Dalam kerangka ini, pihak operator

telekomunikasi diuntungkan dengan beralihnya orientasi biaya

dari Capital expenditure (Capex) menjadi Operational

expenditure (Opex).

Dengan adanya aspek bisnis dalam proyek ini, maka

proyek pembangunan jalur FO bawah tanah menjadi sebuah

total solusi bagi kebutuhan seluruh pihak, baik pemerintah,

swasta, maupun masyarakat, terhadap tersedianya infrastruktur

pasif telekomunikasi.

Secara keseluruhan, output yang diharapkan dari

pelaksanaan proyek ini adalah sebagai berikut:

1. Bersihnya Kota Bandung dari kabel-kabel FO udara;

2. Perolehan PAD dari hasil sewa jalur FO bawah tanah;

3. Dalam proses pembangunannya Pemkot Bandung

tidak mengeluarkan biaya pembangunan, karena

biaya pembangunan diambil dari dana investasi

JATEL;

4. Dimungkinkannya percepatan pengembangan daerah

baru, khususnya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

baru di Kota Bandung;

5. Pembentukan BUMD Kota Bandung bidang TIK yang

dalam perjalanannya ke depan dapat menjadi

sumber PAD bagi Kota Bandung sekaligus menjadi

sarana pendorong pertumbuhan dan perluasan

pembangunan ekonomi di Kota Bandung.

Page 119: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

119

Ringkasan pilot project ini sekiranya mampu

memperjelas bagaimana sebuah BUMD TIK berperan dalam

menyokong pembangunan ekonomi di daerah. Selain itu,

ringkasan ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi daerah-

daerah lain untuk mendorong pembangunan dan

pengembangan BUMD TIK dalam rangka mendukung

pertumbuhan ekonomi daerah serta mendukung usaha

pemerintah pusat untuk mempercepat dan memperluas

pembangunan ekonomi Indonesia.

Page 120: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

120

BAB VI

KESIMPULAN

BUMD yang selama ini dipandang sebagai sebuah unit

usaha milik pemerintah yang tidak berjalan efektif dan tidak

memiliki kontribusi riil dalam membantu peningkatan dan

perluasan pertumbuhan ekonomi di daerah, sudah seharusnya

mengalami perubahan yang mendasar dari sisi praksis dan

manajemen usaha menuju ke arah profesionalisme usaha.

Bersikap professional tidak berarti bahwa sebuah BUMD harus

menjalankan aktivitas usahanya dengan melalaikan fungsi

sosialnya. Menjalankan aktivitas BUMD secara professional

berarti memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada

awal pendirian BUMD melalui proses atau kegiatan usaha yang

efektif dan efisien.

Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah tujuan profit dan

tujuan pelayanan public jika BUMD tersebut bergerak pada

ranah pelayanan public. Kedua tujuan tersebut tidak perlu

dipertentangkan karena pada dasarnya orientasi terhadap profit

merupakan tujuan utama dari sebuah kegiatan usaha/ekonomi,

sedangkan tujuan pemenuhan fungsi pelayanan public bisa

tercapai secara optimal jika BUMD tersebut mencapai profit

yang ditargetkan sehingga memiliki kapabilitas untuk

menjalankan kegiatannya secara berkelanjutan, serta mampu

melakukan perluasan dan peningkatan kualitas maupun

kuantitas kegiatan usahanya.

“e uah BUMD ya g sehat adalah se uah BUMD ya g secara berkelanjutan mampu meningkatkan kualitas dan

kuantitas usahanya. Peningkatan tersebut dapat dicapai melalui

akumulasi modal, dimana akumulasi tersebut hanya bisa terjadi

Page 121: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

121

jika kegiatan usaha berjalan baik dan profit yang ditargetkan

dapat tercapai.

Akumulasi modal menunjukan terjadinya peningkatan

pencapaian profit secara berkelanjutan. Profit yang meningkat

berarti juga peningkatan pemasukan pendapatan daerah,

karena sebagai sebuah perusahaan milik daerah, BUMD

memiliki kewajiban untuk membagi profit yang didapatnya

kepada daerah. Semakin besar profit yang diperoleh oleh BUMD

maka semakin besar pula pendapatan daerah yang diterima dari

sector ini. Pendapatan daerah tersebut kemudian dapat

digunakan untuk berbagai keperluan daerah, salah satunya

adalah peningkatan perekonomian masyarakat.

Dengan semakin berkembangnya sebuah BUMD, maka

peranan BUMD tersebut bagi usaha peningkatan perekonomian

daerah juga akan semakin besar. Peranan tersebut tidak hanya

muncul dari sisi profit yang diperoleh, akan tetapi juga dari

kegiatan usaha yang dilakukan oleh BUMD tersebut.

Berkembangnya kegiatan usaha yang dijalankan oleh BUMD,

secara perlahan akan memunculkan usaha-usaha baru yang

berkaitan dengan usaha yang dijalankan oleh BUMD tersebut.

Berkembangnya kegiatan usaha sebuah BUMD, akan

membuat berkembangnya kebutuhan terhadap pasokan

sumber-sumber daya produksi dan akses terhadap distribusi.

Kebutuhan inilah yang kemudian akan memicu tumbuhnya

jenis-jenis usaha baru. Kondisi tersebut merupakan sebuah

kondisi yang lazim dalam sebuah kegiatan perekonomian,

sehingga secara sederhana pun kita mampu mendapatkan

gambaran bagaimana sebuah BUMD yang sehat akan mampu

berperan efektif dalam meningkatkan pendapatan daerah dan

kegiatan perekonomian di daerah.

Page 122: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

122

Pembangunan dan pengembangan BUMD yang sehat

dan professional merupakan sebuah proses yang memerlukan

komitmen semua pihak, khususnya dalam hal ini adalah

pemerintah daerah. Sudah saatnya pemerintah daerah sebagai

pihak yang membentuk, membangun, dan memiliki BUMD,

memiliki visi yang lebih jauh ke depan, yaitu menciptakan BUMD

sebagai salah satu sentra kegiatan ekonomi di daerah, dimana

selain menjadi sumber pendapatan daerah, BUMD tersebut juga

harus mampu menjadi trigger bagi pertumbuhan dan

perkembangan perekonomian di daerah. Oleh karena itu,

kegiatan usaha yang dijalankan oleh sebuah BUMD pun menjadi

penting. BUMD yang dibentuk dan dibangun harus menjalankan

kegiatan usaha yang memenuhi aspek-aspek berikut:

1. Prospek bisnis yang baik: proyeksi kegiatan usaha

yang baik akan sangat berkaitan dengan target

pencapaian profit dan peningkatannya, serta akan

berdampak kepada kontinuitas kegiatan usaha.

2. Ruang usaha yang luas: kegiatan usaha yang

dijalankan harus memiliki arsiran yang luas terhadap

kegiatan usaha yang lain. Hal ini dibutuhkan untuk

memicu muncul dan berkembangnya kegiatan-

kegiatan usaha baru yang mampu meningkatkan

perekonomian daerah.

Kegiatan usaha yang tepat akan memudahkan proses

pengembangan BUMD menjadi salah satu pusat kegiatan

ekonomi di daerah. Salah satu kegiatan usaha yang selama ini

belum dilihat sebagai kegiatan usaha yang layak dikelola oleh

BUMD adalah kegiatan usaha pada bidang Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK).

Page 123: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

123

Dunia TIK yang terus berkembang secara pesat saat ini,

menjadi salah satu indicator yang memperlihatkan bahwa

prospek bisnis pada bidang ini sangat baik. TIK juga saat ini telah

digunakan pada berbagai lapisan masyarakat, digunakan pada

berbagai kegiatan, baik kegiatan pemerintah, social, usaha, dan

lain-lain. Hal tersebut menunjukan bahwa TIK memiliki arsiran

yang sangat luas terhadap kegiatan usaha lainnya.

Dengan demikian, pembangunan dan pengembangan

BUMD bidang TIK merupakan sebuah terobosan yang mampu

merubah mind set seluruh pihak terkait terhadap BUMD selama

ini, serta mampu membuat BUMD menjadi salah satu pusat

kegiatan perekonomian di daerah. Pada akhirnya, keberadaan

BUMD TIK yang sehat dan professional, akan mampu

meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan

perekonomian daerah, dan mampu menjadi pemicu

berkembangannya kegiatan perekonomian di daerah.

Berdasarkan kepada pembahasan pada bab-bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Pemerintah Daerah, dalam rangka menunjang

program nasional Pemerintah Pusat yaitu percepatan

dan perluasan pembangunan ekonomi melalui

penguatan konektivitas nasional, dimana salah satu

indikatornya adalah terselenggaranya jaringan

broadband nasional, serta untuk memenuhu

kebutuhan pihak swasta dan masyarakat, secara

bertahap harus sudah mulai membangun

infrastruktur pasif telekomunikasi yang menjadi

sebuah total solusi bagi kebutuhan semua pihak di

daerahnya masing-masing;

Page 124: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

124

2. Dengan dibangunnya infrastruktur pasif

telekomunikasi, yaitu jalur FO bawah tanah (ducting

bersama), yang dilengkapi dengan street cabinet,

Man/Hand Hole, dan PJU untuk memasang repeater

(BTS), dan lain-lain, maka aspek estetika kota menjadi

terpenuhi, dimana kota/daerah akan menjadi bersih

dari kabel-kabel telekomunikasi yang berseliweran di

wilayah udara;

3. Infrastruktur pasif telekomunikasi yang dibangun

oleh pemerintah daerah dan atau BUMD dapat

dimanfaatkan dengan menyewakan pasif

infrastruktur tersebut kepada para perusahaan ISP,

Jartup, TV Kabel, dan lain-lain. Melalui kegiatan

tersebut maka pemerintah daerah akan menerima

PAD non-pajak dan retribusi;

4. Untuk menjamin terselenggaranya kegiatan bisnis

tersebut di atas, maka operasionalisasi kegiatan

bisnis infrastruktur pasif telekomunikasi harus

dilakukan oleh BUMD bidang TIK;

5. Agar berjalannya poin 4 di atas, maka pemerintah

daerah harus membentuk BUMD bidang TIK;

6. Setelah terbentuknya BUMD bidang TIK, maka agar

kegiatan bisnis dan penyelenggaraan program

nasional dapat berjalan secara sinergis, serta untuk

memenuhi output-output yang diharapkan dari

proyek pembangunan infrastruktur pasif

telekomunikasi, pemerintah daerah dan BUMD

bidang TIK membuat sebuah perjanjian kerja sama;

Page 125: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

125

7. Infrastruktur pasif telekomunikasi yang telah

dibangun akan menjadi asset milik daerah yang

pengelolaannya dijalankan oleh BUMD bidang TIK.

Berdasarkan kepada kesimpulan tersebut, dalam rangka

menunjang tercapainya program nasional pemerintah pusat

yang masuk dalam MP3EI bidang ICT, maka disarankan kepada

pemerintah pusat untuk mengeluarkan kebijakan, baik dalam

bentuk Perpres/Kepres, maupun Permen/Kepmen, tentang hal-

hal berikut ini:

1. Kebijakan yang meminta agar pemerintah daerah

membangun infrastruktur pasif telekomunikasi di

daerahnya masing-masing;

2. Kebijakan yang mengatur tentang

pengelolaan/operasionalisasi infrastruktur pasif

telekomunikasi harus dilakukan oleh BUMD bidang

TIK;

3. Kebijakan yang meminta kepada pemerintah daerah

untuk membangun BUMD bidang TIK untuk

mengoperasikan infrastruktur pasif telekomunikasi

yang dibangun oleh pemerintah daerah dan atau

BUMD masing-masing daerah.

Page 126: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

126

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik , November 2012.

Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik , Januari 2013.

Bappe as, ‘a a ga Pe a gu a Ja gka Pa ja g Nasio al Tahun 2005- 5 , 5, Bappe as, Jakarta.

Bappe as, Per epata Pertu uha Eko o i Ya g Berkadila Da Pe guata Pera Gu er ur , Bappe as, Jakarta,

2012.

Boediono, Ekonomi Makro (edisi keempat) , Yogyakarta, BPFE-

Yogyakarta, 2013.

Faisal Basri, BBM Biang Keladi Defisit Perdagangan , Harian

Kompas, 7 Januari 2013.

Firmanzah, Eko o i I do esia da Outlook , Staf Khusus

Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Desember

2012.

Kalakota, Ravi dan Whinston, Andrew B. 1996. Electronic

Co erce : A Ma ager’s Guide”. Boston: Addison –

Wasley Professional, 1st Edition.

Ke e tria Koordi ator Bida g Pereko o ia , Masterpla Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

Page 127: Naskah buku meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah melalui pembangunan bumd tik

127

I do esia , Cetaka Perta a, Jakarta, , Ke e tria Koordinator Bidang Perekonomian.

Klaus “ h a , The Global Competitiveness Report 2012- ”,

World Economic Forum, Geneva, 2012.

Kunarjo, Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan ,

Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.

Kuncoro, M., 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah

(Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang) ,

Erlangga, Jakarta.

Michael E.Porter, Keunggulan Bersaing, Menciptakan dan

Mempertahankan Kinerja Unggul , 1993/1994.

Mustopadidjaja A.R.,dkk, BAPPENAS : Dalam Sejarah

Perencanaan Pembangunan Indonesia 1945-2025 ,

Jakarta: LP3ES, 2012.

Purbo, Onno W dan Wahyudi, Aang Arif, Mengenal E-

Commerce . Jakarta: Elex Media, 2001.