Naskah Audio

48
NASKAH PROGRAM AUDIO II KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA NO PEMAIN AUDIO 1 MUSIK FADE IN – DOWN 2 ANNOUCER Pendengar budiman selamat berjumpa kembali dalam program audio pendidikan jarak jauh atau PJJ S1 PGSD. Melalui program ini kita akan bersama - sama membahas topik-topik yang terkait dengan mata kuliah yang sedang Anda pelajari. Untuk itu siapkanlah bahan dan alat tulis Anda 3 MUSIK FADE UP – DOWN 4 ANNOUCER Pendengar, kali ini kita akan membahas sebuah topik tentang mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD. Topik yang akan dibahas pada program kali ini adalah kesalahan berbahasa Indonesia. Setelah mempelajari program ini Anda diharapkan akan mampu Naskah Audio 1

description

Naskah Audio untuk tugas pembuatan media

Transcript of Naskah Audio

NASKAH PROGRAM AUDIO II

KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA

NO PEMAIN AUDIO

1 MUSIK FADE IN – DOWN

2 ANNOUCER Pendengar budiman selamat berjumpa

kembali dalam program audio

pendidikan jarak jauh atau PJJ S1 PGSD.

Melalui program ini kita akan bersama -

sama membahas topik-topik yang

terkait dengan mata kuliah yang

sedang Anda pelajari. Untuk itu

siapkanlah bahan dan alat tulis Anda

3 MUSIK FADE UP – DOWN

4 ANNOUCER Pendengar, kali ini kita akan

membahas sebuah topik tentang mata

kuliah Kajian Bahasa Indonesia SD.

Topik yang akan dibahas pada

program kali ini adalah kesalahan

berbahasa Indonesia.

Setelah mempelajari program ini Anda

diharapkan akan mampu menganalisis

kesalahan penggunaan ejaan dan

bentukan kata.

5 MUSIK FADE UP – DOWN

INTERVIEWER Pendengar yang budiman, dalam

pembahasan tentang kesalahan

Naskah Audio 1

berbahasa Indonesia kali ini, kita akan

berbincang-bincang dengan seorang

dosen bahasa Indoensia Dr. Abd.

Rahman Rahim, M. Hum. Beliau adalah

seorang tutor yang telah

berpengalaman di dalam berbagai

pelatihan yang berorientasi pada

peningkatan kualitas kegiatan

pembelajaran. Dalam program ini juga

akan dibahas tentang bagaimana

upaya yang diperlukan untuk

meningkatkan minat siswa dalam

melakukan kesalahan berbahasa

Indonesia. Selamat datang di studio

microteaching.

6 MUSIK FADE UP – DOWN

7 Dr. Abd. Rahman

Rahim, M. Hum

Terima kasih !

8 INTERVIEWER Kita mulai ya Pak ? Saat ini

pembelajaran Bahasa Indonesia

dianggap sebagai hal yang kurang

menarik dan kering. Menurut Bapak,

faktor apakah yang menyebabkan hal

ini terjadi?

9 Dr. Abd. Rahman

Rahim, M. Hum

Baik! Faktor utama penyebab

terjadinya ketidaktertarikan itu antara

lain disebabkan oleh adanya anggapan

dari mereka bahwa saya kan sudah

Naskah Audio 2

10

11

12

13

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman Ramim, M. Hum

tahu berbahasa Indonesia. Saya dapat

memahami pembicaraan orang yang

menggunakan bahasa Indonesia. Saya

dapat membaca tulisan yang

berbahasa Indonesia. Bahkan saya

dapat menulis dengan menggunakan

bahasa Indonesia. Nah fenomena ini

termasuk salah satu penyebab

ketidaktertarikan siswa mempelajari

bahasa Indonesia, padahal jika

dianalisis masih saja terjadi kesalahan

dalam berbahasa baik pada ragam

lisan maupun ragam tulis.

Bisa dijelaskan Pak, apa yang dimaksud

analisis kesalahan berbahasa?

Baik. Pada hakikatnya kesalahan

berbahasa adalah pelanggaran

terhadap kode bahasa. Pelanggaran

terhadap kode ini bukanlah hal yang

bersifat fisik semata –mata melainkan

merupakan tanda akan kurang

sempurnanya pengetahuan

penguasaan terhadap kode.

Kalau begitu Pak, ada beberapa jenis

Naskah Audio 3

14

15

17

18

19

20

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman Ramim, M. Hum

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum

kesalahan berbahasa ?

Berdasarkan pandangan dari para ahli,

kesalahan berbahasa dapat meliputi

kesalahan pemilihan bentuk-bentuk

tuturan yang meliputi ejaan kata,

kalimat, dan paragraf yang

menyimpang dari sistem kaidah

kebakuan bahasa.

Jika kita mencermati penjelasan bapak,

apakah tidak dijumpai kesaksian

berbahasa lisan.

Tentu saja ada, kesalahan berbahasa

dalam bidang fonologi merupakan

salah satu bentuk kesalahan berbahasa

lisan. Pemakaian bahasa lisan dapat

disalin atau dipindahkan ke dalam

bahasa tulis melalui lambang-lambang

dalam bentuk huruf dan tanda baca.

Kalau begitu, apakah struktur bahasa

lisan sama dengan bahasa tulis Pak?

Sekali lagi saya jawab, tidak sama.

Naskah Audio 4

21

22

23

24

25

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman rahim, M. Hum

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum

INTERVIEWER

Mengapa tidak sama Pak?

Cara penyajian lambang-lambang bunyi

bahasa diatur oleh sistem ejaan yang

berlaku dalam bahasa yang

bersangkutan.

Kalau begitu kesalahan berbahasa

secara tertulis dapat terjadi dalam

bidang ejaan ya Pak?

Oh, ya pasti. Oleh sebab itu, diperlukan

adanya pemahaman yang mudah

tentang EYD.

Apakah Bapak dapat menjelaskan, kira-

kira komponen apa saja yang perlu

dipahami yang berkaitan dengan

kesalahan pemakaian ejaan?

Baik. Jadi, begini ya, sistem Ejaan Yang

Disempurnakan terdiri atas tiga

komponen yaitu penulisan huruf, kata,

dan tanda baca. Sesuai dengan

penggunaannya, huruf-huruf itu

diwujudkan dalam dua bentuk yaitu

huruf kapital dan huruf kecil. Dalam

pemakaiannya, huruf kecillah yang

Naskah Audio 5

26

27

28

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum

INTERVIEWER

Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum

Interviewer

banyak dipakai, dipilih huruf kapital

karena pemakaian huruf kapital

terbatas pada kata-kata tertentu.

Bapak sudah memberikan penjelasan

yang rinci tentang kesalahan

berbahasa. Mungkin pembahasan ini

lebih lengkap jika disertai dengan

contoh-contoh Pak.

Sebenarnya agak sulit untuk

menjelaskan contoh kesalahan ejaan,

tetapi baiklah bapak berikan contoh

kesalahan dalam penggunaan kata.

Contoh, pada kata “ tetapi “ apabila

kata tetapi akan menjalani

pemenggalan yang benar adalah “te-

tapi “ atau “ teta-pi “ . daerah ini masih

banyak orang yang salah dalam

memenggal kata. Contohnya, kata ‘

Tetapi ’ dipenggal menjadi “ tetap – i “.

Demikian pula halnya dengan contoh-

contoh yang lain.

Begini Pak, tadi Bapak mengatakan

bahwa selain kesalahan ejaan ada juga

kesalahan bentuk kata. Bisahkah Bapak

menjelaskan hal itu?

Boleh, kita harus memahami bahwa

Naskah Audio 6

Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum.

Interviewer

dalam bahasa indonesia dikenal istilah

“afiksasi”. Contohnya: kata yang

memiliki akhiran bersih+kan manjadi

bersihkan. Akan tetapi, sebagian orang

megatakan “bersihin” padahal dalam

bahasa Indonesia tidak terdapat

akhiran “in”.

Begini Pak, saya juga biasa mendengar

penutur bahasa Indonesia

menggunakan kata “ketawa”. Apakah

awalan “ke” pada kata tersebut sudah

tepat Pak?”

Pertanyaan Anda sangat bagus. Kita

harus memahami bahwa awalan “ke”

dalam bahasa Indonesia sangat

terbatas jumlahnya. Penggunaan

awalan “ke” pada kata “ketawa” tidak

tepat. Kata yang tepat adalah

“tertawa”. Coba Anda perhatikan

kalimat-kalimat ini:

Masih tinggian saya daripada kamu.

Kepalanya kutuan.

Kamu tahu apa, masih ingusan.

Rumahnya dikontrakin saja.

Seharusnya seperti ini:

Masih lebih tinggi saya daripada

Naskah Audio 7

kamu.

Kepalanya banyak kutu.

Kamu tahu apa, masih beringus

( maksudnya adalah masih anak

kecil).

Rumahnya dikontrakkan saja.

Penjelasan Bapak sudah cukup

jelas. Saya mengucapkan terima

kasih atas penjelasan Bapak.

Semoga kita dapat menggunakan

bahasa Indonesia dengan baik dan

benar.

NASKAH PROGRAM AUDIO I

FONOLOGI BAHASA INDONESIA

NO PEMAIN AUDIO

1 MUSIK FADE IN – DOWN

2 ANNOUCER Pendengar budiman selamat berjumpa

kembali dalam program audio

pendidikan jarak jauh atau PJJ S1 PGSD.

Melalui program ini kita akan bersama -

sama membahas topik-topik yang

terkait dengan mata kuliah yang

sedang Anda pelajari. Untuk itu

siapkanlah bahan dan alat tulis Anda.

3 MUSIK FADE UP – DOWN

Naskah Audio 8

4 ANNOUCER Pendengar, kali ini kita akan

membahas sebuah topik tentang mata

kuliah Kajian Bahasa Indonesia

SD.Topik yang akan dibahas pada

program kali ini adalah tentang

Pelafalan Fonem Bahasa

Indonesia

Setelah mempelajari program ini Anda

diharapkan akan mampu melafalkan

fonem bahasa Indonesia

5 MUSIK FADE UP – DOWN

INTERVIEWER Pendengar yang budiman, dalam

pembahasan tentang pelafalan fonem

kali ini, kita akan berbincang-bincang

dengan seorang dosen fonologi Dra.

Munirah, M. Pd. Beliau adalah

seorang Tutor yang telah

berpengalaman di dalam berbagai

pelatihan yang berorientasi pada

peningkatan kualitas kegiatan

pembelajaran. Dalam program ini,

bagaimana pelafalan fonem bahasa

Indonesia dalam suku kata. Selamat

datang di studio microteaching.

6 MUSIK FADE UP – DOWN

7 Dra. Munirah, M.

Pd.

Terima kasih !

8 INTERVIEWER Kita mulai ya Bu ? Saat ini

Naskah Audio 9

pembelajaran pelafalan bunyi bahasa

dianggap sebagai hal yang kurang

menarik dan kering. Menurut Ibu, faktor

apakah yang yang menyebabkan hal ini

terjadi?

9 Dra. Munirah, M.

Pd.

Langsung saya jawab ya! Faktor

penyebab terjadinya ketidaktertarikan

itu antara lain disebabkan oleh faktor

guru yang kurang mampu memotivasi

siswa untuk melafalkan bunyi bahasa.

Guru juga kurang memahami konsep

pelafalan bunyi bahasa. Faktor lain

yaitu faktor dari sisi siswa yang tidak

dibiasakan dengan kegiatan pelafalan

bunyi-bunyi fonem vokal dan konsonan.

Hal ini berakibat terhadap teori

pelafalan bunyi bahasa Indonesia yang

tidak dapat terlaksana dengan baik.

10 INTERVIEWER Ada faktor yang lain ?

11 Dra. Munirah, M.

Pd.

Faktor lain yaitu faktor yang berasal

dari sisi siswa yang tidak dibiasakan

melakukan kegiatan pelafalan bunyi-

bunyi fonem vokal dan konsonan. Hal

ini berakibat terhadap pemahaman

konsep fonetik yang rendah di kalangan

siswa.

Naskah Audio 10

12 INTERVIEWER Jadi, ketidaktertarikan itu disebabkan

karena motivasi guru dan juga

pemahaman tentang konsep siswa

yang tidak dibiasakan melakukan

kegiatan pelafalan bunyi-bunyi fonem

vokal dan konsonan. Hal ini

mengakibatkan siswa tidak dapat

dibiasakan melakukan kegiatan

pelafalan bunyi-bunyi fonem vokal dan

konsonan secara optimal. Nah,

sekarang bagaimanakah konsep siswa

yang tidak dibiasakan melakukan

kegiatan pelafalan bunyi-bunyi fonem

vokal dan konsonan? Dapatkah ibu

menjelaskan tentang hal ini ?

13 Dra. Munirah, M.

Pd.

Bunyi-bunyi vokal biasanya

diklasifikasikan berdasrkan posisi lidah

dan bentuk bibir. Posisi lidah biasa

bersifat vertikal dan horizontal. Secara

vertikal dibedakan adanya vokal tinggi,

misalnya bunyi [i, I, u, U]; vokal sedang,

misalnya [e, E, , O, o]; dan vokal

rendah, misalnya bunyi [a, a]. Secara

horizontal dibedakan adanya vokal

depan, misalnya bunyi [I, e, E, a] dan

[e]; vokal tengah, misalnya bunyi [a];

dan vokal belakang, misalnya bunyi [u,

Naskah Audio 11

o, o, a]. Kemudian menurut bentuk bibir

dibedakan adanya vokal bulat dan

vokal takbulat. Disebut vokal bulat

karena bentuk bibir membulat ketika

mengucapkan vokal, misalnya vokal [o]

dan vokal [u]. disebut vokal tak bulat

karena bentuk bibir tidak membulat,

melainkan melebar pada waktu

mengucapkan vokal tersebut, misalnya

vokal [i] dan vokal [e].

Adapun fonem konsonan bahasa

Indonesia terdiri atas : /p, b, m, f, t, d, s,

z, n, l, c, j, š, ň, y, k, g, ŋ, w, x, h/. Bunyi

konsonan biasanya dibedakan

berdasarkan tiga kriteria , yaitu posisi

pita suara, tempat artikulasi, dan cara

artikulsi.

14 INTERVIEWER Bisa dijelaskan ketiga kriteria itu?

15 Dra. Munirah, M.

Pd.

1) posisi pita suara dibedakan

adanya bunyi bersuara dan tidak

bersuara. Bunyi terjadi apabila

hanya pita suara terbuka sedikit,

sehingga terjadi getaran pada

pita suara. Bunyi yang termasuk

bunyi bersuara antara lain, bunyi

[b], [d], [g], dan [j]. Bunyi tidak

bersuara terjadi apabila pita

suara terbuka agak lebar,

Naskah Audio 12

sehingga tidak ada getaran pada

pita suara. Bunyi yang termasuk

tidak bersuara, antara lain; bunyi

[s], [k], [p], [t].

2) Tempat artikulasi tidak lain dari

pada alat ucap yang di gunakan

dalam pembentukan bunyi

konsonan. Berdasrkan tempat

artikulasinya kita mengenal

konsonan:

a) Billabal, yaitu

konsonan yang terjadi pada

kedua belah bibir, bibir bawah

merapat pada bibir atas. Bunyi

yang termasuk konsonan

bilabial adalah bunyi [b, b¯],

[p, p¯], dan [m, m¯].

b) Labio-dental, yaitu

konsonan yang terjadi pada

gigi bawah dan bibir atas; gigi

bawah merapat pada bibir

atas. Bunyi yang termasuk

konsonan labio-dental adalah

bunyi [f¯. f], dan [v].

c) Dental/ alveoral,

yaitu konsonan yang terjadi

pada ujung lidah yang

ditempelkan pada gusi yang

Naskah Audio 13

merupakan daerah kasar

terletak di belakang gigi atas.

Bunyi yang termasuk

konsonan dental/alveoral

adalah [t,t¯], [d, d¯], [s, s¯], [z,

z¯], [n, n¯], [r, r¯], dan [l, l¯].

d) Palatal, adalah bunyi

yang dibentuk dengan lidah

menyentuh langit-langit keras.

Bunyi yang termasuk

konsonan palatal adalah bunyi

[c], [j], [s, s¯], [ň], dan [y].

e) Velar, yaitu bunyi yang

dihasilkan dengan bagian

belakang lidah menyentuh

langit-langit lunak. Bunyi yang

termasuk konsonan velar

adalah bunyi [k, k¯], [g, g¯], [x,

x¯], dan [ŋ, ŋ¯].

f) Glotal, pengucapan bunyi

glotal atau hamzah tidak

terlalu menuntut peggunaan

lidah dan bagian mulut yang

lain secara aktif. Bunyi yang

termasuk konsonan glotal

adalah [h, h¯] dan [?, ?¯].

3) Cara artikulasi, yaitu bagaimana

gangguan atau hambatan yang

Naskah Audio 14

dilakukan terhadap arus udara.

Berdasarkan cara artikulasinya

konsonan dapat dibedakan

menjadi:

a. hambat, yaitu bunyi yang

dihasilkan dengan

menghambat arus udara yang

keluar dari paru-paru, lalu

dilepaskan seketika. Bunyi

yang termasuk konsonan

hambat adalah [p, p¯], [b, b¯],

[t, t¯], [d, d¯],[k, k¯] dan [g,

g¯].

b. geseran, yaitu bunyi yang

melibatkan penghambatan

arus udara melalui celah

sempit. Bunyi yang termasuk

konsonan geseran adalah [f,

f¯], [s, s¯], [z], [š], [x], dan [h,

h¯].

c. nasal, yaitu bunyi yang

dihasilkan dengan

menghambat rapat jalan udara

dari paru-paru melalui rongga

hidung. Bunyi yang termasuk

konsonan nasal adalah [m,

m¯], [n, n¯], [ň], dan [ŋ, ŋ¯].

d. getar, yaitu bunyi yang

Naskah Audio 15

dibentuk dengan cara

menaikkan ujung lidah dan

melengkungkannya ke

belakang gusi secara

berulang-ulang menempel dan

lepas dari gusi. Bunyi yang

termasuk konsonan getar

adalah [r, r¯].

e. lateral, yaitu bunyi yang

dihasilkan dengan cara

menempelkan daun lidah pada

gusi dan mengeluarkan udara

melalui sisi-sisi lidah. Pada

saat bunyi lateral dihasilkan

pita suara bergetar. Bunyi

termasuk konsonan lateral

adalah [l, l¯].

f. luncuran, yaitu bunyi yang

dihasilkan sebagai bunyi-

bunyi transisi. Bunyi yang

termasuk transisi adalah [w, u,

o], dan [y, i].

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

bagan fonetik konsonan bahasa

Indonesia di bawah:

15 INTERVIEWER Jadi, bagian dari tempat artikulasi ada

enam bagian ya bu seperti yang tadi

dijelaskan.

Naskah Audio 16

SEPOTONG JATI YANG RAPUHSEPOTONG JATI YANG RAPUH

16 Dra. Munirah, M.

Pd

Iya, begitupun dengan bagian cara

artikulasinya, ada juga enam bagian.

17 INTERVIEWER Penjelasan ibu tadi saya rasa sudah

sangat-sangat jelas mengenai pelafalan

bunyi-bunyi fonem vokal dan konsonan.

Terimakasi banyak ya Bu atas

waktunya.

NASKAH PROGRAM VISUAL I

Langit di atas sana cukup cerah. Anak-anak bermain bergerombol di pekarangan

sekolah.

Ada yang bermain kelereng, lompat tali, main kejar-kejaran dan lain-lain. Salah

seorang anak hampir menabrakku sebelum aku berbelok menuju ruang kepala

sekolah. Kurapatkan kupingku dekat grendel pintu, ternyata seseorang tengah

berbincang dengan pak kepala sekolah. Pak Baso sangat serius membicarakan

Naskah Audio 17

rencana pembangunan ruang koperasi siswa. Aku pura-pura saja cuek dengan

pembicaraan mereka. Aku tetap konsen dengan laptop pak kepala yang sering tidak

bisa konek.

”Bapak tenang aja, aku sudah pikirkan matang-matang Pak” tegas Pak baso.

”Tapi ... bagaimana dengan pondok Pak Faisal Pak?” Tanya kepala sekolah

”Apakah Bapak tidak terganggu dengan kehadiran gubuk reyok itu? Mana ada gubuk

di lingkungan sekolah Pak?” Pancing Pak Baso.

”Bapak ini betul-betul tidak punya perasaan ya” pikirku.

Pak kepala sekolah belum menjawab pertanyaan Pak Baso, tapi seseorang mengetuk

pintu.

Tanpa diperintah, aku segera melangkah untuk membuka pintu. Ternyata Pak Faisal

sudah berdri di sana.

”Silakan masuk Pak Faisal” Kataku seramah mungkin.

Pak Faisal membungkuk hormat sembari melangkah masuk.

. “Pak Faisal, duduklah dulu. Ada hal penting yang akan saya sampaikan.” ucap Pak

Kepala Sekolah dengan hati-hati. Ia maklum bahwa apa yang akan disampaikan pasti

sangat menyakitkan bagi penjaga sekolah yang telah puluhan tahun mengabdikan

dirinya di sekolah itu.

“Ada apa Pak Kepala? Tampaknya penting sekali.” Suaranya tertahan. Ia

merasakan sesuatu akan terjadi padanya. Nalurinya yang tua merasakan hal yang

sangat aneh. Sekilas Pak Kepala Sekolah memandang ke luar lewat kaca jendela.

“Bapak senang kalau sekolah ini semakin maju?”

Naskah Audio 18

“Tentu, Pak. Itu sudah menjadi cita-cita saya sejak empat puluh tahun lalu.

Sejak pertama saya membangun sekolah ini.” jawab Pak Faisal dengan nada bangga.

“Saya bersama Abidah, isteri saya, sangat senang melihat sekolah ini terus

berkembang setiap tahun.”

“Begini, Pak Faisal. Dalam liburan bulan depan ada penambahan bangunan di

sekolah ini. Rencananya empat lokal.” suara Pak Kepala agak lemah. Tangan

kanannya mengambil pena di saku kemeja safarinya. Ditimang-timangnya pena

tersebut dan diketuk-ketukkan ke atas meja kaca sehingga menimbulkan bunyi

ketukan yang ritmik. Kalimat yang akan diucapkannya seakan tertahan di

tenggorokannya.

“Kalau begitu, pohon-pohon jati itu harus ditebang semua Pak?” tanya Pak

Faisal sambil membetulkan peci lusuh di kepalanya.

“Bukan hanya itu Pak Faisal”.

“Lalu masalahnya apa Pak Kepala?”.

“Bangunan lokal baru itu akan menempati kantin Bapak.”

Pundak Pak Faisal terangkat karena kaget. Digeserkannya sedikit kursinya

sekedar melebarkan ruang kakinya yang tiba-tiba terasa sempit. Sebaliknya, wajah

Pak Kepala yang tampak tegang berpaling ke arah peta Indonesia yang menempel di

dinding kanan ruangan. Di luar sana hujan seakan ditumpahkan dari langit. Hampir

satu menit ruangan menjadi sepi.

“Kalau memang begitu, ya tidak apa-apa. Biarlah saya pindahkan pondok

saya ke pojok Timur saja. Saya kira tidak ada masalah.” jawab Pak Faisal dengan

Naskah Audio 19

suara yang ditenang-tenangkan. Di dalam hatinya sudah timbul perasaan yang amat

pedih. Setiap ada pembangunan lokal baru selalu ia harus menebang pepohonan yang

ditanamnya sekian tahun yang lalu. Seingatnya, sudah lima kali hal itu terjadi.

“Tidak begitu maksudnya, Pak Faisal. Guru-guru sepakat untuk mendirikan

kantin khusus yang memenuhi standar. Kantin itu nantinya akan dikelola oleh

koperasi sekolah. Jadi,..” suara Pak Kepala terhenti. Bibir hitam bekas tembakaunya

agak bergetar sedikit. “Pak Faisal tidak bisa lagi tinggal di kompleks sekolah ini.”

Bagai disambar petir di siang bolong. Pak Faisal hampir saja terlempar dari

kursi tempat duduknya. Wajahnya memerah dan kepalanya langsung terasa berat.

Tubuhnya bergetar maha dahsyat. Peluh membasahi sekujur tubuhnya yang sudah

mulai renta. Pandangannya mengabur.

“Kami harus pergi dari sini? Kami harus pergi dari tanah kami? Apa maksud

kalian. Apa kalian tidak tahu sejarah sekolah ini?” suaranya tiba-tiba lantang

menggelegar membelah angkasa. Sudah lama sekali suara itu tak terdengar keluar

dari bibirnya.

“Sabar, Pak Faisal.” Pak Kepala mencoba menenangkan Pak Faisal.

“Sabar? Apa kurang sabar saya selama ini. Apa salah saya terhadap sekolah

ini. Apa belum cukup jasa saya untuk sekolah ini? Kalian muda-muda memang tidak

pandai berterima kasih.”

“Maaf, Pak Faisal. Inilah keputusan rapat para guru. Saya hanya

menyampaikan saja. Tolong Pak Faisal mengerti.”

Naskah Audio 20

“Mengerti? Mengerti kata Pak Kepala? Dengar ya Pak! Dulu aku mendirikan

sekolah ini sendiri saja. Semua warisan dari bapak saya dan seluruh hidup saya, saya

korbankan untuk sekolah ini. Saya menjadi guru biasa di sini, saya terima dengan

senang. Saya digantikan orang lain dan saya hanya menjadi penjaga sekolah, saya

pun terima tanpa keluhan. Saya mengerti kalau saya tidak mungkin diangkat menjadi

guru PNS karena saya tidak mempunyai kewenangan untuk itu. Tapi sekarang, kalian

mau mengusir pula kami dari sekolah ini? Jangan main-main. Kalian yang harusnya

mengerti saya. Bukan saya yang selalu harus mengerti kalian.”

“Secara hukum…”

BRAK! Tangan Pak Faisal menepuk meja Pak Kepala. Kini Pak Faisal berdiri

dengan wajah memerah. Wajahnya yang telah penuh kerutan itu tampak kaku.

Tubuhnya terasa berat membuat berdirinya agak sempoyongan.

“Hukum? Hukum apa namanya ini. Hukum rimba? Mentang-mentang kalian

punya kekuasaan… berbuat seenaknya terhadap orang lain.”

Wajah Pak Kepala pias, memucat bagai kapas. Hatinya yang ciut membuat

tubuhnya gemetar . Tiga tahun ia diangkat menjadi kepala sekolah di sana baru kali

ini ia melihat Pak Faisal marah. Meskipun keadaan ini telah diduganya, kenyataan

yang dilihatnya jauh lebih menakutkan. Dia hanya terdiam saja saat Pak Faisal pergi

meninggalkan ruangannya dengan langkah-langkah gontai.

“Daeng melamunkan apa? Kalau kita memang harus pergi dari sini, apa

rencanata Daeng?”

Naskah Audio 21

“Rencana? Rencana apa.” Pak Faisal bangkit membuka jendela yang setengah

bagian bawahnya dihias kain hijau yang berfungsi sekaligus sebagai lap tangan.

“Daeng? Ada apa, Daeng. Kenapaki bersedih begitu.” tanya Abidah

keheranan. Ia khawatir melihat suaminya yang murung akibat pembicaraan dengan

Kepala Sekolah tadi siang .

“Siniki. Lihatlah” kata Pak Faisal sambil menatap mata isterinya. Tangan

kanannya menunjuk ke luar jendela. Abidah bangkit dan melongokkan kepalanya ke

luar jendela. Dilihatnya awan tebal menggantung di atas Bukit Kaloling.

“Kau lihat awan tebal itu, kasihan anak-anak”

“Maksud Daeng apa?”

“Maksudku, besok kan , anak-anak mau ke Buakang mandi-mandi” Mata tua

Pak Faisal tampak redup. Abidah baru teringat bahwa setiap ada rombongan siswa ke

Buakang, Pak Faisal pasti ikut serta membantu guru mengawasi anak-anak di sungai.

Senja baru saja pergi menyisakan garis merah di puncak Bukit Kaloling.

Seekor jengkerik mengendap-endap di coklat tua batu-batu cadas berlatar warna hijau

lumut . Dinding terjal sisi timur Bukit Lembang tampak garang sekaligus menyimpan

pesona. Agak ke bawah, hamparan kebun cengkeh menjadi latar sileut tari perang

antara lambaian daun pisang dan pelepah daun kelapa. Suaranya kadang gemerisik,

kadang mendesah, kadang berkeretak akibat salah satu dahan yang rapuh kalah dalam

perang itu. Bau tanah dan wangi bunga cengkeh menyebarkan aroma pedesaan yang

khas. Kabut mulai memutih dalam udara malam yang lembab, dingin, dan menggigil.

Sesekali butiran hujan mulai menerpa dedaunan.

Naskah Audio 22

Di dalam gubuk yang sekaligus menjadi kantin itu, Pak Faisal duduk terpekur

di atas sejadah biru yang sebagian warnanya sudah berubah kuning, hitam dan

kecoklatan. Tangannya masih menggenggam rangkaian biji tasbih. Dia tidak lagi

menghitung atau menggerakkan biji-biji putih itu. Dia hanya menggenggamnya.

Matanya lurus pada sudut sejadah yang sesungguhnya tidak membentuk sudut lagi.

Entah apa yang ia perhatikan di sana. Mungkin pula ia tidak melihat apa-apa di sana

karena pikirannya sedang menjelajahi kehidupan lain.

“Kata Pak Kepala Sekolah kapan kita harus pergi, Daeng?” suara rendah dan

parau isterinya sedikit membuyarkan pikiran Pak Faisal. Pundaknya sedikit terangkat

namun kepalanya tidak menoleh. Matanya terus menatap sudut sejadah yang tidak

berbentuk sudut lagi tanpa ada sesuatu yang dilihatnya.

“Daeng. Apa memang kita mesti pindah dari sini?” suara rendah dan parau itu

tidak dapat menyembunyikan keputusasaan pemiliknya.

Pak Faisal masih menggenggam rangkaian biji-biji tasbih. Kaki kanannya

agak di buka dari duduk bersilanya. Bagian depan sejadah biru yang tidak seluruhnya

biru itu ikut terseret sedikit. Pak Faisal menoleh sekilas ke arah dipan kayu tempat

isterinya duduk sambil melipat mukena.. Mulutnya masih terkunci rapat. Kerut di

keningnya semakin bertambah banyak saja akhir-akhir ini. Memang ia sudah cukup

tua untuk menjadi seorang penjaga sekolah.

“Menurut Daeng kita mesti ke mana? Apa kita tinggal di rumah Ashari saja di

Sinjai. Sudah lama dia dan isterinya minta kita tinggal bersamanya. Katanya,

Naskah Audio 23

daripada harus membayar pembantu lebih baik kalau kita tinggal di rumahnya sambil

mengasuh dua anaknya yang masih kecil-kecil”.

“Mereka memang keterlaluan” tiba-tiba suara geram itu keluar dari bibir Pak

Faisal yang gemetar. Tangannya semakin erat mengepal biji-biji tasbih. “Apa mereka

tidak tahu siapa kita. Mereka pikir mereka itu siapa? Enak saja mengusir kita dari

sekolah ini.”

“Astaghfirullah. Daeng tidak perlu marah seperti itu. Istigfar, Daeng. Kan

baru saja habis shalat, masa marah-marah seperti itu.”

“Habis, bagaimana aku tidak kesal. Gara-gara mau membangun gedung baru,

kita harus pindah dari sini.Tanah ini tanah kita. Ratusan pohon jati yang kutanam

terpaksa ditebang demi sekolah ini. Kalau kita tidak memberikan tanah ini…” Pak

Faisal tiba-tiba berhenti.

“Daeng kecewa? Daeng menyesal menyumbangkan tanah untuk sekolahan

ini?” suara Bu Abidah menahan kekecewaan. Wajahnya keras dan pucat, menutupi

kelembutan yang selama ini selalu melekat di sana.

“Bukannya aku kecewa, bukan pula menyesal telah menyumbangkan tanah

kita untuk sekolah. Tapi..”

“Kalau Daeng ikhlas, tidak ada tapi-tapian. Aku sudah senang kita dapat

menyumbangkan tanah ini untuk anak-anak di sini. Itu sudah cukup. Tak usah

diungkit-ungkit lagi. Nanti hilang pahalanya. Bukan begitu yang sering Daeng

nasihatkan kepada murid-murid kita dulu?”

Naskah Audio 24

Tiba-tiba terdengar gemuruh di sela-sela derasnya hujan. Pak Faisal menatap

isterinya penuh tanda tanya. Abidah melangkah mendekat. Air mulai memasuki

gubugnya. Gubug itupun tampak terayun. Sembari mendekap isterinya, Pak Faisal

mendekatkan kupingnya ke dinding rumah, tapi . . . BRAAAAAAAAAK. Sebatang

pohon besar menghantam rumahnya. Sekuat tenaga Pak Faisal menyelamatkan diri

dan isterinya dari banjir bandang yang menimpanya. Tangan kananya memegang erat

sebatang pohon jati yang membawanya entah ke mana mengikuti arus air bah.

Tangan kirinya memegang kuat lengan isterinya.

“Aku tak tahan lagi Daeng. Lepaskan saja pegangan Daeng” Bisik Bu Abida

ke telinga suaminya dengan nada yang sangat perlahan.

“Bertahanki Andi, jangan pasrah begitu”.

Jeritan dan teriakan memekakkan telinga terdengar di mana-mana. Abidah

sudah semakin lunglai dihempas derasnya arus air bah. Pada saat Pak Faisal mencoba

mengangkat tubuh isterinya ke sebuah perahu sampan, tiba-tiba seseorang berteriak

meminta bantuan. Tubuhnya timbul tenggelam bersama air. Pak Faisal berusaha

membantu. Dia mendorong ujung kayu jati yang dipegangnya. Lelaki itu berusaha

mendekat, tapi. . . peganganya terlalu lemah. Yah. Kekuatan Pak Kepala Sekolah tak

berarti lagi. Dia pun hanyut bersama sepotong jati yang rapuh.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

Dapatkah Anda memparafrase cerita di atas menjadi naskah drama? Pasti

dapat kan! Dan ikutilah contoh berikut ini..

Naskah Audio 25

SEPOTONG JATI YANG RAPUH

Para Pemain:

Pak Faisal : Penjaga Sekolah

Bu Abidah :Istri Penjaga Sekolah

Pak Kepala Sekolah

ADEGAN I

Di ruang kepala sekolah sekitar 10 pagi, kepala sekolah berbincang serius

dengan seorang guru. Kepala sekolah duduk tenang di depan meja kerjanya.

Salah seorang tamu di ruangan itu serius menghadapi laptopnya. Kepala

sekolah tak kalah seriusnya pula berbincang dengan salah saorang guru

bantunya. Satu ruang kelas, tepatnya di kelas III, bu Ratna masih sibuk

mengajar. Diakhir pertemuannya, Bu Ratna menginformasikan bahwa mereka

akan pergi refresing.

Pak Baso : (Menatap kepala sekolah) Sudah saatnya Pak kalau kita

membenahi lingkungan sekolah ini”

Kepala Sekolah : (Mengangguk-angguk) “Ide yang bagus, tapi bagaimana

caranya Pak?”

Pak Baso : (Menggeser sedikit kursinya) “Saya ada ide Pak”

Kepala Sekolah : (Serius) Ide apa itu Pak?”

Pak Baso : (Berdiri dari kursinya, berjalan ke dekat jendela dan melihat

ke luar) “Apakah pandangan Bapak tidak terganggu dengan

gubuk itu?

Kepala Sekolah : (Mata terbalalak) “Maksud Pak Baso?”

Naskah Audio 26

Pak Baso : “Pokoknya Pak Faisal harus diberitahu tentang keputusan

rapat Pak”

Kepala Sekolah : (Dahinya berkerut) “Tapi bagaimana caranya ya, nanti Pak

Faisal tersinggung.

Pak Baso : (Kembali duduk di kursinya)” Bapak tenang aja. Aku

sudah suruh anak-anak untuk memanggilnya”.

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Pak Baso menarik grendel pintu.

Ternyata seorang lelaki tua berdiri di sana.

Pak Kepala Sekolah :(Sangat hati-hati) “Pak Faisal, duduklah dulu!”Ada hal

penting yang akan saya sampaikan” .

Pak Faisal : (Membungkuk masuk) “Ada apa pak kepala?” .

Pak Kepala Sekolah : (Melirik Pak Baso yang berdiri di dekat jendela kaca) ”Bapak

senang kalau sekolah ini semakin maju?”

Pak Faisal : (Nada bangga) ”Tentu, Pak. Itu sudah cita-cita saya sejak

empat puluh tahun lalu. Sejak pertama kali saya membangun

sekolah ini. Saya bersama Abidah, isteri saya sangat senang

melihat sekolah ini terus berkembang setiap tahun.”

Pak Kepala Sekolah : (Mengatur posisi duduknya) “Begini Pak Faisal. Dalam

liburan bulan depan ada penambahan bangunan di sekolah

ini. Rencananya empat lokal. (Suara agak lemah dan tangan

kanan mengambil pena di saku kemeja. Ditimang-timangnya

pena tersebut dan diketuk-ketukkan di atas meja.”

Pak Faisal : “Kalau begitu, pohon-pohon jati itu harus ditebang semua

Pak?” (sambil membetulkan peci lusuh di kepalanya).

Pak Baso : (Duduk dekat Pak Faisal) “Bukan hanya itu Pak Faisal”

Pak Faisal : (Bingung, matanya membelalak kemudian dahinya berkeruk)

“Lalu masalahnya apa Pak ?”

Naskah Audio 27

Pak Baso : (Memegang pundak Pak Faisal) ”Bangunan lokal baru itu

akan menempati kantin Bapak.”

Pak Faisal : (Pundak terangkat dan digeser sedikit kursinya). “Apa?”

Pak Kepala Sekolahss : (wajah tampak tegang berpaling ke arah peta Indonesia yang

menempel di dinding kanan ruangan).

Di luar hujan seakan ditumpahkan dari langit. Hampir satu menit ruangan

menjadi sepi.

Pak Faisal :“(Dengan nada suara yang ditenag-tenangkan) Kalau

memang begitu, ya tidak apa-apa. Biarlah saya pindahkan

pondok saya ke pojok timur saja. Saya kira tidak ada

masalah,”.

Pak Baso : “Tidak begitu maksudnya, Pak Faisal.Guru-guru sepakat

untuk mendirikan kantin khusus yang memenuhi standar.

kantin itu nantinya akan dikelola oleh koperasi sekolah. Jadi,

…..”(Diam sejenak dan bibir agak bergetar sedikit). “Pak

Faisal tidak bisa lagi tinggal di kompleks sekolah ini.”

Pak Faisal : (Tersentak dan hampir terlempar dari kursi tempat duduknya,

wajah memerah, kepala langsung terasa berat, tubuh bergetar

dan pandangan mengabur). “Kami harus pergi dari sini?

Kami harus pergi dari tanah kami?. Apa maksud kalian. Apa

kalian tidak tahu sejarah sekolah ini?” (Dengan suara yang

tiba-tiba lantang).

Pak Kepala Sekolah : (Keluar mendekati kursi Pak Faisal) “Sabar, Pak Faisal.”

(Mencoba menenangkan Pak Faisal).

Pak Faisal : “Sabar? Apa kurang sabar saya selama ini. Apa salah saya

terhadap sekolah ini. Apa belum cukup jasa saya untuk

Naskah Audio 28

sekolah ini? Kalian muda-muda memang tidak pandai

berterima kasih”

Pak Kepala Sekolah : “Maaf, Pak Faisal. Inilah keputusan rapat para guru saya

hanya menyampaikan saja. Tolong Pak Faisal mengerti.”

Pak Faisal : “Mengerti? Mengerti kata Pak Kepala? Dengar ya Pak! Dulu

aku mendirikan sekolah ini sendiriran saja. Semua warisan

dari bapak saya dan seluruh hidup saya, saya korbankan

untuk sekolah ini. Saya menjadi guru biasa di sini, saya

terima dengan senang. Saya digantikan orang lain dan saya

menjadi penjaga sekolah, saya pun terima tanpa sayang.

Saya mengerti kalau saya tidak mungkin diangkat menjadi

guru PNS karena saya tidak mempunyai kewenangan untuk

itu. Tapi sekarang, kalian mau mengusir pula kami dari

sekolah ini? Jangan main-main. Kalian yang harusnya

mengerti saya. Bukan saya yang selalu harus mengerti

kalian.”

Pak Kepala Sekolah : “Secara hukum…………………..”

Pak Faisal : (Menepuk meja Pak Kepala Sekolah dan berdiri agak

sempoyongan dengan wajah memerah).”BRAKKKKKKK.

Hukum? hukum apa namanya ini” Hukum rimba? Mentang-

mentang kalian punya kekuasaan…..

Pak Kepala Sekolah : (Diam, wajah memucat dan tubuh gemetar.).

Pak Faisal : (Pergi meninggalkan ruangan Pak kepala sekolah dengan

langkah-langkah gontai).

ADEGAN II

Sebuah rumah (gubuk) yang sangat sederhana di waktu sore. Sepasang suami

isteri duduk berbincang-bincang. Tampak kegalauan di

Naskah Audio 29

wajah sang suami, tetapi dengan tenang sang isteri

memberikan nasihat.

Abidah : “Daeng melamunkan apa? Kalau memang kita harus pergi

dari sini, apa rencanata daeng?”

Pak faisal : Rencana? Rencana apa.”(Bangkit membuka jendela dan

wajah murung)

Abidah : (keheranan) “Daeng? Ada apa Daeng. Kenapaki bersedih

begitu.”

Pak Faisal :“Siniki. lihatlah” (Menatap mata isterinya dan tangan

kanannya menunjuk keluar jendela)

Abidah : (Bangkit dan melongokan kepalanya ke luar jendela )

Pak Faisal : “Kau lihat awan tebal itu, kasihan anak-anak”

Abidah :”Maksud Daeng apa?”

Pak Faisal :”Maksudku, besok kan, anak-anak mau ke belakang” mandi-

mandi” (Mata tampak redup).

Abidah :“Daeng, saya terdengar setiap ada rombongan siswa

kebelakang, Daeng pasti ikut serta membantu guru mengawasi

anak-anak di sungai” (Dengan suara melemah).

Pak Faisal : (Diam sambil menatap istrinya dengan mata redup).

ADEGAN III

Pak Faisal :(duduk terpekur di atas sajadah dan tangan menggenggam

tasbih tanpa mengerakkan. Mata lurus pada sudut sadajah

dan pikiran menerawang)

Abidah : “Kata Pak Kepala kapan kita harus pergi, Daeng?”(Suara

rendah dan parau).

Pak Faisal :(Pundak terangkat kepala tak menoleh, mata terus menatap

sudut sajadah tanpa ada sesuatu yang dilihat).

Naskah Audio 30

Abidah :” Daeng, apa memang kita mesti pindah dari sini?” (Suara

rendah dan parau).

Pak Fasal :(Masih menggenggam tasbi, kaki kanan agak dibuka dari duduk

bersilanya sehingga sebagian depan sajadah ikut terseret dan

sekilas menoleh kearah istri dengan mulut masih terkunci

rapat ).

Abidallahh : “ Menurut Daeng kita mesti kemana? Apa kita tinggal di rumah

Ashari saja di Sinjai. Sudah lama dia dan istrinya minta kita

tinggal bersamanya. Katanya, dari pada harus membayar

pembantu lebih baik kalau kita tinggal di rumahnya sambil

mengasuh dua anaknya yang masih kecil-kecil”.

Pak faisal : (Geram) “Mereka memang keterlaluan. (Tangan menggempal

erat biji tasbih). “apa mereka tidak tuhu siapa kita. Mereka

pikir mereka itu siapa ? Enak saja mengusir kita dari sekolah

ini.”

Abidah :”Astaghfirullah. Daeng tidak perlu marah seperti itu . istigfar,

Daeng. Kan baru saja habis sholat, masa marah-marah seperti

itu.”

Pak Faisal :”Habis, bagaimana aku tidak kesal. Gara-gara mau

membangun gedung baru, kita harus pergi dari sini. Tanah ini

tanah kita. Ratusan pohon jati yang kutanam terpaksa

ditebang demi sekolah ini. Kalau kita tidak memberikan tanah

ini…” (Tiba-tiba berhenti).

Abidah : “Daeng kecewa? Daeng menyesal menyumbangkan tanah

untuk sekolah ini?”

Pak Faisal : “Bukannya aku kecewa, bukan pula menyesal telah

menyumbangkan tanah kita untuk sekolah. Tapi …”

Naskah Audio 31

Abida : “Kalau daeng ikhlas, tidak ada tapi-tapian nanti hilang

pahalanya. Bukan begitu yang sering daeng nasehatkan

kepada murid-murid kita dulu?”

Tiba-tiba terdengar gemuruh disela-sela derasnya hujan.

Pak Faisal :(Menatap isterinya penuh Tanya).

Abidah : (Melangkah mendekat)

Pak Faisal : (Mendekap istrinya sambil mendekatkan kupingnya di

dinding rumah).

BRAAAAAK….

Sebatang pohon besar menghantam rumah Pak Faisal.

Sekejap gubuk itu bergoyang, kemudian berhamburan.

Pak Faisal dan isterinya tampak terayun-ayun mengikuti

arus gelombang air yang sangat dahsyat. Jeritan dan

teriakan memekakkan telinga terdengar di mana-mana.

Pak Faisal : (Tangan kanannya memegang sebatang pohon jati dan tangan

kirinya memegang lengan istrinya sembari berteriak).”Pegang

keraskiiiiii”

Abidah : “Aku tak tahan lagi Daeng. Lepaskan saja pegangan Daeng”

(Berbisik dengan perlahan).

Pak Faisal :”Bertahanki Andi, jangan pasrah begitu.”

Pak Kepala Sekolah : “Toloooooong, toloooooooong, tolooooooong,”

Pak Faisal : (Mendorong ujung kayu jati yang dipegangnya) “Pegangki

Pak”.

Pak Kepala Sekolah : (Berusaha mendekat untuk berpegangan pada kayu itui, tapi

tiba-tiba sebatang pohon menghantam tubuhnya sehingga

pegangannya terlepas dari sepotong jati yang rapuh).

Naskah Audio 32

Naskah Audio 33