NASKAH AKADEMIK RANCANGAN...

85
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR … TAHUN … TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2016

Transcript of NASKAH AKADEMIK RANCANGAN...

Page 1: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG

BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

2016

Page 2: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

2

SUSUNAN TIM

Pengarah : K. Johnson Rajagukguk, S.H., M.Hum.

Penanggung Jawab : Dr. Inosentius Samsul, S.H., M.Hum.

Ketua : M. Najib Ibrahim, S.Ag., M.H.

Wakil Ketua : Atisa Praharini, S.H., M.H.

Sekretaris : Sindy Amelia, S.H.

Anggota : 1. Dr. Ujianto Singgih P., M.Si.

2. Nita Ariyulinda, S.H., M.H.

3. Chaerul Umam, S.H., M.H.

4. Ricko Wahyudi, S.H., M.H.

5. Arrista Trimaya, S.H., M.H.

6. Bagus Prasetyo, S.H., M.H.

7. Aan Andrianih, S.H., M.H.

8. Woro Wulaningrum, S.H., M.H.

9. Dinar Wahyuni, S.Sos., M.Si.

10. Kuntari, S.H.

11. Rachmat Wahyudi Hidayat, S.H., M.H.

12. Nova Manda Sari, S.H., M.H.

13. Yanuar Putra Erwin, S.H.

14. Ihsan Badruni Nasution, S.Sy., S.H.

15. Yuwinda Sari Pujianti, S.H.

Page 3: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Naskah Akademik ini disusun

sebagai dasar pertanggungjawaban ilmiah terhadap penyusunan Rancangan

Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sekaligus guna

memenuhi pensyaratan pengajuan Rancangan Undang-Undang sebagaimana

ditentukan dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

Seperti diketahui, Dewan Perwakilan Rakyat bersama-sama Pemerintah

telah menetapkan RUU tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan masuk di

dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun 2015-2019 pada urutan

ke 103 untuk segera dibahas. Penetapan RUU tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan dalam Prolegnas 2015-2019 tersebut tidak lepas dari fakta empiris

bahwa kebijakan pembangunan ekonomi harus didukung oleh komitmen

perusahaan melalui penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan.

Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi suatu kebutuhan yang

dirasakan bersama antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan

berdasarkan prinsip saling menguntungkan (kemitraan). Tanggung jawab

sosial perusahaan memberikan implikasi positif bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat, meringankan beban pembiayaan, pembangunan

pemerintah, memperkuat investasi perusahaan, serta memperkuat jaringan

kemitraan antara masyarakat, pemerintah, dengan perusahaan.

Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh

anggota Tim Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang

tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, yang telah bekerja keras

menyelesaikan tugasnya dengan baik. Terima kasih juga kami sampaikan

kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan saran dan pemikiran

Page 4: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

4

hingga tersusunnya Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ini. Harapan kami, Naskah Akademik

Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ini

bermanfaat bagi bangsa dan masyarakat Indonesia.

Jakarta, Juli 2016

Tim Penyusun

Page 5: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

5

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 7

A. Latar Belakang ........................................................................ 7

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 9

C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 11

D. Metode Penelitian ..................................................................... 11

E. Sistematika Penulisan .............................................................. 12

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ............................ 13

A. Kajian Teoretis ......................................................................... 13

B. Praktik Empiris ........................................................................ 42

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT .................................................. 51

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS ............. 62

A. Landasan Filosofis.................................................................... 62

B. Landasan Sosiologis ................................................................. 64

C. Landasan Yuridis ..................................................................... 67

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG ................................................ 69

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan .................................... ………….69

B. Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang ........................... 70

1. Ketentuan Umum ..................................................................... 71

2. Penyelenggaraan TJSP .............................................................. 72

3. Pendanaan .............................................................................. 74

4. Tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah ……………….. 75

Page 6: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

6

5. Forum TJSP………………………………………………………………... 75

6. Penghargaan............................................................................. 76

7. Sanksi Administratif ………………………………………………........ 77

8. Ketentuan Peralihan ................................................................ 77

9. Ketentuan Penutup ................................................................ 78

BAB V PENUTUP ................................................................................ 80

A. Simpulan ....................................................................................... 80

B. Saran ............................................................................................ 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 83

Page 7: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus merupakan tujuan

nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial. Untuk melaksanakan dan mencapai cita-cita dan tujuan

nasional tersebut diperlukan upaya pembangunan yang berkelanjutan yang

merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan

terpadu. Upaya pembangunan tersebut adalah melalui pembangunan

perekonomian nasional dan pembangunan sosial.

Pembangunan sosial sebagai strategi kolektif dan terencana guna

meningkatkan kualitas hidup manusia melalui seperangkat kebijakan

sosial yang mencakup sektor pendidikan, kesehatan, perumahan,

ketenagakerjaan, jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan.1 Definisi

pembangunan sosial menurut Midgley adalah suatu proses perubahan

sosial yang terencana dan didesain untuk mengangkat kesejahteraan

penduduk secara menyeluruh dengan menggabungkannya dengan proses

pembangunan ekonomi yang dinamis. Dari kedua definisi tersebut dapat

diketahui bahwa pada intinya tujuan pembangunan sosial adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Perusahaan mempunyai peran penting dalam pembangunan

ekonomi, terutama dalam peningkatan investasi untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Oleh karena itu,

kebijakan pembangunan ekonomi harus didukung oleh komitmen

perusahaan maupun Pemerintah. Sebenarnya tanggung jawab perusahaan

1Didiet Widiowati, Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia, Jakarta: Pusat Sekretariat

Jenderal DPR RI, 2009.

Page 8: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

8

tidak hanya berupa tanggung jawab ekonomi saja, akan tetapi juga

mempunyai tanggung jawab sosial atau tanggung jawab sosial perusahaan

atau Corporate Social Responsibility yang selanjutnya disingkat CSR yang

berkaitan dengan segala aspek yang menunjang berhasilnya perusahaan

tersebut. CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan bersama

antara pemerintah, masyarakat dan perusahaan berdasarkan prinsip

saling menguntungkan (kemitraan). CSR memberikan implikasi positif bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat, meringankan beban pembiayaan,

pembangunan pemerintah, memperkuat investasi perusahaan, serta

memperkuat jaringan kemitraan antara masyarakat, pemerintah, dengan

perusahaan.2

Berkembangnya konsep awal CSR tidak terlepas dari pemikiran para

pemimpin perusahaan yang pada zaman itu menjalankan usahanya

dengan mengindahkan pada konsep derma (charity) dan prinsip perwalian

(stewardship principle). Kemudian periode awal tahun 1970-an mencatat

babak penting perkembangan konsep CSR ketika para pimpinan

perusahaan terkemuka di Amerika Serikat membentuk Committee for

Economic Development (CED). Dalam salah satu pernyataan CED

disebutkan bahwa kontrak sosial antara masyarakat dan pelaku usaha

telah mengalami perubahan substansial dan penting. Pelaku usaha

dituntut untuk memikul tanggung jawab yang lebih luas kepada

masyarakat serta mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan. Perusahaan

diminta untuk memberikan kontribusi lebih besar bagi kehidupan bangsa

Amerika dan bukan sekedar memasok sejumlah barang dan jasa.3

Sejumlah perusahaan nasional dan multinasional di Indonesia telah

melaksanakan CSR, namun masih banyak perusahaan yang belum

melaksanakannya karena dianggap sebagai pengeluaran atau beban biaya.

2Isa Wahyudi dan Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility, In-Trans Publishing, 2008,

hal. 15. 3Ismail Solihin, Corporate Social Responsibility, from Charity to Sustainability, Bandung:

Salemba Empat, 2008, hal. 21.

Page 9: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

9

Pada tataran pelaksanaannya, CSR atau Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (TJSP) memiliki makna yang berbeda atau tidak ada

kesesuaian pemahaman antara perusahaan dan masyarakat dalam

memaknai TJSP sehingga seringkali menjadikan tujuan kegiatan TJSP

menjadi tidak tepat sasaran. Tidak adanya based line data masyarakat dan

kurangnya perusahaan melakukan need assesstment, walaupun

perusahaan telah melaksanakan kegiatan/program TJSP tetapi

masyarakat tetap merasa dirugikan. Dengan kata lain, tidak ada

kesepahaman dan kesesuaian antara kegiatan/program TJSP yang

dilakukan oleh perusahaan dengan yang diinginkan oleh masyarakat.

Secara yuridis CSR telah diatur dalam beberapa peraturan seperti

yang diatur dalam ketentuan Pasal 15 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, disebutkan bahwa setiap Penanam Modal berkewajiban

untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Demikian juga dalam

ketentuan Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

yang mewajibkan Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam untuk

melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan tersebut merupakan kewajiban Perseroan yang

dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang

pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan

kewajaran. Bahkan di dalam Peraturan Menteri BUMN Nomor 7 Tahun

2015 sebagai tururan dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2007 tentang

BUMN disebutkan bahwa Perum dan Persero wajib melaksanakan Program

Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang dapat berasal dari

penyisihan sebagian laba setelah pajak.

Dari ketiga peraturan di atas, terlihat adanya ketentuan bagi

perusahaan, termasuk BUMN/BUMD untuk melaksanakan kegiatan TJSP

dalam berbagai bentuk yang ada, sehingga menimbulkan multitafsir dalam

memaknai TJSP. Selain itu, perbedaan pemahaman dalam memaknai TJSP

Page 10: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

10

juga menyebabkan perbedaan pelaksanaan TJSP dan kegiatan TJSP tidak

secara eksplisit dilakukan oleh semua bidang usaha. Untuk itu diperlukan

instrumen hukum yang kuat dalam bentuk undang-undang, yang

mengatur mengenai TJSP sebagai sebuah acuan untuk menjawab semua

permasalahan, perkembangan, dan kebutuhan hukum terkait pelaksanaan

TJSP.

Oleh karena itu, Dewan Perwakilan Rakyat bersama-sama

Pemerintah telah menetapkan RUU tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan masuk di dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun

2015-2019 pada urutan ke-103 untuk segera dibahas. Sebagai tindak

lanjutnya, Komisi VIII DPR RI yang salah satu lingkup tugasnya

membidangi urusan sosial melakukan penyusunan Naskah Akademik

sebagai acuan dalam pembentukan Rancangan Undang-Undang tentang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat

permasalahan yang dapat diidentifikasi untuk kebutuhan penyusunan Naskah

Akademik ini, yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana teori dan pemikiran yang berkembang saat ini terkait dengan

penyelenggaraan TJSP dan bagaimana praktik empirik yang

menggambarkan permasalahan yang dihadapi dan terjadi dalam

penyelenggaraan TJSP selama ini?

2. Bagaimana ketentuan yang ada saat ini terkait dengan penyelenggaraan

TJSP?

3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan filosofis, sosiologis, dan yuridis

pembentukan RUU tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan?

4. Apakah sasaran yang ingin diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan, dan arah pengaturan dalam RUU tentang Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan?

Page 11: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

11

C. Tujuan dan Kegunaan

Sesuai dengan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan

penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran mengenai teori dan pemikiran yang berkembang

saat ini terkait dengan penyelenggaraan TJSP dan praktik empiris yang

menggambarkan permasalahan yang dihadapi dan terjadi dalam

penyelenggaraan TJSP.

2. Mengetahui ketentuan yang ada saat ini terkait dengan penyelenggaraan

TJSP.

3. Merumuskan dasar pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan

yuridis pembentukan RUU tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

4. Merumuskan sasaran yang ingin diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan, dan arah pengaturan dalam RUU tentang Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan.

D. Metode Penelitian

Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Tanggung Jawab

Sosial Perusahaan dilakukan melalui studi kepustakaan/literatur dengan

menelaah berbagai data sekunder seperti peraturan perundang-undangan

terkait baik di tingkat undang-undang, peraturan pemerintah maupun

peraturan menteri atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian,

hasil pengkajian, dan referensi lainnya.

Guna melengkapi studi kepustakaan dan literatur dilakukan pula

diskusi (focus group discussion) dan wawancara dengan berbagai pihak

berkepentingan atau stakeholders terkait penyelenggaraan TJSP dan para

pakar atau akademisi baik yang berada di Jakarta maupun di beberapa

daerah antara lain dari Universitas Pelita Harapan, Universitas

Internasional Batam, dan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Selain itu, dalam penyusunan naskah akademik juga dilakukan pencarian

dan pengumpulan data lapangan ke Kepulauan Riau dan Jawa Tengah

untuk menggali masukan dan saran dari beberapa instansi terkait dan

Page 12: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

12

sumber-sumber lain yang dirasa relevan, termasuk pelaksana dan

pemerhati TJSP.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika Naskah Akademik RUU tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan yakni sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, memuat latar belakang, identifikasi masalah,

tujuan dan kegunaan, serta metode penelitian.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS, memuat uraian

mengenai materi yang bersifat teoretis, pelaksanan TJSP di Indonesia, dan

perbandingan TJSP di negara lain.

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TERKAIT, memuat kajian terhadap peraturan perundang-undangan terkait

yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan undang-undang baru

dengan peraturan perundang-undangan lain.

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSILOGIS, DAN YURIDIS, memuat

pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang

dibentuk mempertimbangkan landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis.

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI

UNDANG-UNDANG, memuat jangkauan, arah pengaturan, dan ruang

lingkup dari undang-undang yang dibentuk.

BAB VI PENUTUP, memuat simpulan dan saran.

Page 13: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

13

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis

1. Pengertian dan Istilah CSR

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) mulai diperkenalkan

pada awal tahun 1970 ketika banyak bermunculan perusahaan swasta

besar yang terus meluaskan pengaruh dan kegiatan usahanya ke

banyak negara di dunia, sehingga dikenal sebagai multi-national

corporations (MNC’s).4 Dalam masa itu berkembang penggunaan istilah

stakeholder (pemangku kepentingan) untuk melengkapi istilah

shareholder (pemegang atau pemilik saham) yang telah ada sebelumnya.

Menurut stakeholder theory, perusahaan tidak hanya sekedar

bertanggungjawab terhadap para shareholder perusahaan bersangkutan,

namun bergeser menjadi lebih luas yaitu pada stakeholder di ranah

sosial kemasyarakatan.5 Berdasarkan teori tersebut, tanggung jawab

perusahaan yang semula hanya diukur sebatas pada indikator ekonomi

(economic focused) dalam laporan keuangan, kini harus bergeser dengan

memperhitungkan faktor sosial (social dimentions) terhadap stakeholder.

Apabila dikaitkan dengan konsep waves of chages (gelombang

perubahan) di perusahaan yang terdiri atas The First Wave, The Second

Wave, The Third Wave, dan The Fourth Wave,6 CSR sesuai dengan

konsep The Fourth Wave yang memiliki ciri, perusahaan tidak hanya

berorientasi pada produksi tetapi ke arah mengabdi dan berperan dalam

4Jimly Asshiddiqie, “Konstitusi Sosial dan Ekonomi serta Perspektif mengenai Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan”, Makalah pada Seminar Nasional Integrasi Program CSR dan

Pengembangan Masyarakat, 14 Desember 2010, hal. 3 5http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2067/BAB%20II.pdf 6Herlien Budiono, Mengapa Perusahaan Wajib Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial

terhadap Lingkungan (Dilema Perusahaan di antara Negara, Masyarakat, dan Pasar), Jurnal Legislasi Vol.6No.2 Juni 2009, hal.214-215.

Page 14: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

14

mengatasi isu global seperti global warming, pengentasan kemiskinan,

pengundulan hutan demi kebaikan untuk umat manusia.7

Pada awalnya, istilah yang dikenal adalah Social Responsibility of

Businessmen (SRB). Howard Bowen yang memperkenalkan istilah SRB

menegaskan bahwa yang harus bertanggungjawab dalam pelaksanaan

program tanggung jawab sosial adalah individu pelaku bisnis (sosial

responsibility of businessmen), bukan perusahaan secara kelembagaan.8

Hal ini, kemungkinan besar, didasari pemahaman bahwa individu

pelaku bisnis lah yang menjadi penentu kebijakan perusahaan secara

kelembagaan, termasuk pelaksanaan program tanggung jawab sosial.

Istilah SRB yang diperkenalkan oleh Bowen berimplikasi terhadap

rentannya program tanggung jawab sosial karena tergantung kepada

orientasi pelaku bisnis, tidak melembaga.

Agar program tanggung jawab sosial melembaga dan tidak

tergantung kepada orientasi pelaku bisnis, pada tahun 1970-an9 istilah

CSR menggantikan istilah SRB.Program tanggung jawab sosial didorong

agar menjadi sistem di perusahaan, sehingga siapapun yang menjadi

penentu kebijakan di perusahaan tetap terikat untuk melaksanakan

program tanggung jawab sosial.

Pada awalnya, pendekatan yang dikembangkan dalam praktik

CSR terfokus kepada kegiatan filantropi dan charity10 seperti

memberikan bantuan barang dan dana kepada masyarakat yang

menjadi target sasaran.11 Farmer dan Hogue menyatakan bahwa “Social

responsibility action by a corporation are action that, when judged by

society in the future, are seen to have been maximum help in providing

7Ibid 8Elisabet Garriga dan Domenec Mele, “Corporate Social Responsibility”,hal. 1 mengutip

Howard Bowen Sosial Responsibility of Businessmen 9International Standard ISO 26000: Guideline on Social Responsibility, (Jeneva: ISO, 2010),

h. 5. 10Filantropi berarti kedermawanan kepada sesama. Pusat bahasa, Kamus Bsar bahasa

Indonesia. 11International Standard ISO 26000, page 5.

Page 15: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

15

necessary amounts of desired goods and service at minimum financial and

social cost, distributed as equitably as possible.12 Dalam hal ini Farmer

dan Hogue lebih menekankan bahwa CSR adalah komitmen perusahaan

untuk mampu memberikan apa yang masyarakat inginkan. Jadi

perusahaan tidak hanya dapat menyediakan barang dan memberikan

pelayanan terhadap pembeli barang saja, tetapi juga ikut membantu

memecahkan masalah-masalah seputar masyarakat

Namun pendekatan seperti itu dipandang tidak lagi mencukupi.

Pendekatan yang dikembangkan kemudian mengarah kepada community

development. Menurut Edi Suharto, CSR adalah kepedulian perusahaan

yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan

pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara

berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan

profesional.

Perkembangan pendekatan CSR tidak berhenti pada community

development. Perkembangan pendekatan CSR selanjutnya menjadi lebih

luas, yakni mencakup seluruh kegiatan perusahaan.Dengan demikian,

pemahaman tentang kegiatan CSR, mengalami perluasan, tidak hanya

terfokus pada kegiatan filantropi atau terfokus pada masyarakat sekitar,

namun terintegrsi dalam perusahaan, melingkupi seluruh kegiatan

perusahaan.

Menurut World Business Council for Sustainable Development

(WBCSD) yang dipublikasikan dalam Meeting Changing Expectation

(2002):

“Tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen berkelanjutan dari perusahaan untuk berperilaku etis dan

berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga

12Richard N.Farmer & Dickerson W.Hogue, Corporate Social Responsibility, DC Healt and

Company, Toronto, 1988, hal. 87.

Page 16: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

16

mereka serta komunitas sekitar dan masyarakat pada umumnya.”13

Harvard Kennedy School mengeluarkan definisi yang melihat corporate

social responsibility (CSR) sebagai suatu strategi dan meliputi seluruh

kegiatan perusahaan:

“CSR, tidak hanya meliputi apa yang dilakukan perusahaan dengan keuntungan mereka, tetapi juga bagaimana keuntungan tersebut dihasilkan. CSR mencakup lebih dari

sekadar kedermawanan dan kepatuhan. CSR dipandang sebagai suatu cara untuk membantu perusahaan mengelola dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan, beserta hubungan

perusahaan dengan lingkungan kerja, pasar, supply chain, komunitas, dan domain kebijakan publik. CSR meliputi

seluruh pengelolaan perusahaan, seperti pengadaan bahan baku, mekanisme produksi, perlakuan terhadap buruh, pengelolaan limbah perusahaan, mekanisme pemasaran hasil

produksi, relasi antara perusahaan dan para pemangku kepentingan (stakeholders) dan perlakuan perusahan

terhadap lingkungan. CSR terintegrasi ke dalam seluruh kebijakan dan aktifitas bisnis perusahaan, mulai dari hulur

hingga hilir.”14

CSR dalam pemahaman seperti itu juga ditegaskan dalam ISO

26000 yang merupakan panduan pelaksanaan program tanggung jawab

sosial (guidance of social responsibility). ISO 26000 menjelaskan:

“Cakupan program tanggung jawab sosial meliputi

pengelolaan organisasi perusahaan (organization governance), penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia (human

rights), peralakuan terhadap buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (labor practices),

penjagaan terhadap kelestarian lingkungan (environment), pengoperasian perusahaan secara fair (fair operating practices), perlindungan terhadap konsumen (consumer

13Katamsi Ginano, Bingung Ihwal Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Koran Tempo 17

April 2013. 14 Fathony Rahman, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia: Salah Paham? Dalam

Tempo, tanggal 16 Mei 2013 di akses dari http://www.tempo.co/read/kolom/2013/05/16/720/Tanggung-Jawab-Sosial-Perusahaan-di-

Indonesia-Salah-Paham, pada tanggal 22 Juni 2013.

Page 17: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

17

issues), dan terlibat dalam pengembangan masyarakat (community involvement and development)”15.

Pelaksanaan program-program CSR dalam seluruh siklusnya16

dilakukan secara partisipatif. Seluruh pemangku kepentingan

(stakeholders) dilibatkan dan diposisikan sebagai aktor aktif yang dapat

berkontribusi secara setara terhadap pelaksanaan program CSR.

ISO26000 bukan sekadar panduan untuk CSR, tapi juga tanggung

jawab sosial dalam pengertian luas dan dapat digunakan oleh kelompok,

lembaga, institusi, termasuk pemerintah, yang menyadari pentingnya

mengikhtiarkan kehidupan yang berkelanjutan.Mengikuti panduan

ISO26000 berarti memahami dan menerapkan seluruh aspek yang

berkaitan dengan tanggung jawab sosial (ketatalaksanaan, lingkungan,

hak asasi manusia, ketenagakerjaan, praktek operasi yang adil,

konsumen, pelibatan masyarakat, hingga komunikasi).

Menurut Maria Nindita Radyati, pengertian CSR terdiri atas ranah

filosofis dan pragmatis:

a. Secara filosofis, CSR berasal dari teori etika yang terdapat dalam

tiga ranah:

1) Teleologi, berkaitan dengan konsekuensi (utilitarianisme)

Melakukan CSR berarti cara perusahaan menciptakan

bisnis yang yang dapat memberikan kebaikan untuk banyak

orang;

2) Deontology, berhubungan dengan tugas (duty-based)

Perusahaan harus memenuhi tugas dan kewajibannya

sebagai pelaku bisnis (compliance with laws and regulations);

dan

3) Virtue, berkaitan dengan menjaga keseimbangan (virtue-

based)

15International Standard ISO 26000: page 19. 16Secara umum siklus program pembangunan, termasuk CSR meliputi; perencanaan,

pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.

Page 18: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

18

Perusahaan harus memelihara keseimbangan antara

kerugian dan manfaat yang dihasilkan dari bisnisnya serta

melakukan bisnis yang menjunjung tinggi moral dan

keadilan.

b. Dalam ranah pragmatis, CSR merupakan aktivitas holistik

terintegrasi yang dapat dipakai sebagai bagian dari sistem

manajemen.17

Selanjutnya, Maria mengurutkan jenis kegiatan CSR berdasarkan ruang

lingkup dan kompleksitasnya:

a. Level 1, kepatuhan kepada hukum.

b. Level 2, donasi dan filantropi.

c. Level 3, pengembangan komunitas (community development).

d. Level 4, kegiatan perusahaan menanggung dampak negatif yang

ditimbulkan bisnis pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan

(internalizing externalities). Contoh dalam aspek lingkungan,

melakukan pengelolaan limbah melalui manajemen limbah.

e. Level 5, mengintegrasikan CSR dalam sistem manajemen

perusahaan. Contoh rangkaian kegiatan berikut: perusahaan harus

memilih bahan baku yang ramah lingkungan dan aman bagi

kesehatan manusia; para pemasok diajarkan cara menjalankan

bisnis yang bertanggung jawab sosial; proses produksi dilakukan

dengan cara yang bertanggung jawab sosial, misalnya pabrik yang

bersih dengan pencahayaan yang baik dan hemat energi; kemasan

produk menggunakan bahan yang dapat didaur ulang; program

pemasaran perusahaan tidak mengeksploitasi anak.

Menurut Katamsi Ginano, CSR sebagai sistem yang terintegrasi

dalam suatu perusahaan merupakan CSR yang substansial. Demo

buruh merupakan salah satu contoh faktual bahwa CSR substansial

17Maria Nindita Radyati, Salah Kaprah CSR, Sinar Harapan, 13 April 2011,

Page 19: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

19

belumlah menjadi arus utama anutan semua pihak yang

terlibat.Bagaimana mungkin institusi bisnis bangga mengklaim

berkomitmen terhadap CSR, sementara di saat yang bersamaan,

karyawan sebagai pemangku kepentingan utamanya masih berkutat

memperjuangkan hak-hak paling normatif.

Dari berbagai pemahaman tersebut, Amy S.Rahayu mengklasifikan

CSR menjadi CSR eksplisit dan CSR implisit:18

a. CSR eksplisit mengacu kepada kepada kebijakan resmi perusahaan

yang mengarah pada bentuk tanggung jawab terhadap beberapa

kebutuhan masyarakat di sekitar perusahaan. Termasuk dalam

CSR ekplisit adalah keterlibatan secara sukarela, kebijakan yang

mengarah pada pemenuhan self-interest masyarakat, dan program

atau strategi yang mengacu pada tanggung jawab sosial.

b. CSR implisit mengacu pada kelembagaan informal dan formal yang

dibentuk oleh perusahaan dan sudah inherent dalam perusahaan

tersebut. Pada umumnya CSR implisit terlihat pada norma, nilai,

dan aturan yang secara implisit mencerminkan arah dan perhatian

perusahaan/korporasi terhadap lingkungan social, ekonomi, dan

politik di sekitar mereka.

Secara terminologi CSR sesungguhnya merupakan bagian dari

aktivitas sosial perusahaan yang merangkum tiga pengertian, yaitu

pertama philantrophy yang berarti kedermawanan, yang aktivitas

dilaksanakan bersifat insidental, seperti ketika ada bencana atau

peristiwa tertentu. Melibatkan karyawan secara insidental. Kedua, CSR

yang dalam aktivitas sosialnya pelaksanaannya berkesinambungan,

terencana secara berkala, dan penghitungan resiko terukur secara

matang. Umumnya bertujuan untuk meningkatkan reputasi

perusahaan dan kepercayaan publik terhadap produk. Pelaksanaannya

cukup panjang (perencanaan, pelaksanaan, monitoring). Ketiga, CSV

18Jurnal Legislasi hal 325.

Page 20: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

20

(Creating Shared Value), yang dipopulerkan oleh Michael E Porter,

Harvard Business School sejak tahun 2012. CSV tidak hanya

melakukan aktivitas sosial yang satu arah, tapi lebih menekankan pada

bagaimana aktivitas sosial pada masyarakat juga mampu memberikan

nilai bisnis bagi perusahaan.

Aktivitas sosial perusahaan itu merupakan suatu aktivitas

korporasi yang berdasarkan nilai-nilai etik (moralitas), berkaitan dengan

peningkatan ekonomi/kualitas hidup baik pihak internal perusahaan,

ataupun masyarakat dan lingkungan, serta memberi manfaat bagi

masyarakat dan perusahaan. Aktivitas sosial perusahaan ini setidaknya

memiliki prinsip:

a. Kontribusi untuk kemajuan ekonomi;

b. Menghormati hak asasi manusia;

c. Meciptakan kerjasama dengan masyarakat lokal (local economic

development);

d. Pembentukan human capital (membuka lap kerja dan pelatihan );

e. Menahan diri untuk tidak menyiasati hukum;

f. Memagang teguh prinsip good corporate governance;

g. Manajemen yang membangun kepercayaan publik;

h. Tidak memberlakukan diskriminasi; dan

i. Bersikap imparsial terhadap persoalan politik.

Di Indonesia, terdapat beragam padanan istilah CSR, seperti

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan (TJSP), Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL),

dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP). Istilah TJSL dipakai

dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).

Berdasarkan UU PT, TJSL adalah “komitmen Perseroan untuk berperan

serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

Page 21: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

21

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan

sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”19.

TJSP digunakan, misalnya, dalam Peraturan Daerah (Perda)

Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan. TJSP dimaknai sebagai “tanggung jawab yang melekat pada

setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,

seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya

masyarakat setempat”20. PKBL digunakan, misalnya, dalam Peraturan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: PER-20/MBU/2012

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik

Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan

Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

PK, maksudnya, adalah “program untuk meningkatkan kemampuan

usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana

dari bagian laba BUMN”. BL dimaksudkan sebagai “program

pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui

pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN”21.

Pengertian istilah TJSP tidak banyak berbeda dengan TJSP.

Perbedaannya, hanya pada kata “perusahaan” dan “perusahaan”. Kata

perusahaan sering digunakan dengan merujuk kepada perusahaan yang

berskala besar, sebaliknya kata perusahaan dapat digunakan dengan

merujuk kepada perusahaan besar dan kecil, termasuk Usaha Kecil dan

Menengah (UKM).

Bertitik tolak dari penjelasan konseptual CSR ini, maka padanan

istilah CSR sebagaimana diuraikan di atas ada yang selaras dan ada

yang kurang selaras. Padanan istilah yang selaras adalah TJSL, TJSP

dan TJSP. Sedangkan PKBL kurang selaras karena PK berangkat dari

19UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1, ayat 3. 20Perda Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2011, Pasal 1, ayat 5. 21Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: PER-20/MBU/2012 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil

dan Program Bina Lingkungan, pasal 1, ayat 6 dan 7.

Page 22: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

22

asumsi bahwa pemberdayaan UKM dilakukan dengan pemberian kredit

dan bimbingan managemen dan pemasaran, namun UKM mempunyai

kewajiban untuk mengembalikan kredit tersebut.Dengan demikian, UKM

yang menerima PK adalah nasabah bukan penerima manfaat

(beneficiaries).

Program CSR adalah program hibah, karena itu kelompok

masyarakat yang menjadi penerimanya tidak memiliki kewajiban untuk

mengembalikan dana yang mereka terima. Mereka hanya memiliki

kewajiban untuk memanfaatkan program CSR untuk keberdayaan

dirinya. Walau TJSL, TJSP dan TJSP adalah padanan istilah yang

selaras dengan CSR, tapi dalam praktiknya juga dituntut meliputi

seluruh siklus pengelolaan bisnis perusahaan dari hulu hingga hilir

dengan berperilaku etis. Untuk dapat melingkupi seluruh pemangku

kepentingan dalam penyelenggaraan program CSR maka digunakan

istilah TJSP dalam undang-undang ini.

Berkaitan dengan keterlibatan negara (pemerintah) dalam

pelaksanaan CSR, walau pergulatan CSR telah dimulai sejak tahun

1953, namun baru pada tahun 1980-an negara-negara di Eropa dan

Amerika Utara menyepakati pelaksanaan CSR dan kemudian disusul

negara-negara lainnya. Keterlibatan pemerintah di Eropa dan Amerika

Utara dalam pelaksanaan CSR berbeda karena perbedaan sistem politik.

Eropa mempraktikkan sistem politik sosial demokratis, karena itu

memungkinkan pemerintah terlibat dalam pelaksanaan kegiatan-

kegiatan ekonomi dan sosial, termasuk program CSR. Bahkan sebagian

negara di Eropa menasionalisasi perusahaan-perusahaan yang dapat

berkontribusi langsung terhadap pembangunan sosial seperti

perusahaan asuransi kesehatan, pensiun, dan komoditas sosial

lainnya.Amerika Utara mempraktikkan sistem politik liberal demokratis,

karena itu keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dan sosial,

termasuk CSR sangat minim.Mekanisme pengelolaan kegiatan ekonomi

dan sosial dipercayakan kepada pasar, tetapi pemerintah memberikan

Page 23: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

23

insentif terhadap organisasi sosial dan profit yang melaksanakan

kegiatan-kegiatan sosial seperti pengurangan pajak22.Jadi, sistem politik

yang dipraktikkan di suatu negara berimplikasi terhadap keterlibatan

pemerintah dalam pelaksanaan CSR.

Adapun sistem politik yang dipraktikkan di Indonesia berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

1945 (UUD 45). Sila ke lima Pancasila adalah tentang “Keadilan Sosial

Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Sila ini memberi kewajiban kepada

pemerintah untuk melaksanakan program-program yang bertujuan

untuk mewujudkan keadilan sosial, salah satu bentuk kewajiban

pemerintah tersebut adalah keterlibatan pemerintah dalam

penyelenggaraan program CSR.Sesuai dengan kewenangan yang

dimiliki, maka pemerintah dapat terlibat dalam pelaksanaan program

CSR sebagai regulator, pengendali dan pengawas yang diwujudkan

dalam bentuk peraturan perundang-undangan.

Terkait dengan sifat pengaturan pelaksanaan program CSR

terdapat dua pandangan, wajib atau sukarela. Bagi mereka yang

menghendaki agar pelaksanaan CSR diwajibkan, karena kalau tidak

diwajibkan, maka perusahaan tidak akan melaksanakan program

CSR.23Sebaliknya, bagi yang mendukung bahwa pelaksanaan program

CSR adalah sukarela, karena program CSR seharusnya melampaui

kewajiban.Kalau sekedar kewajiban, maka spirit pelaksanaan program

CSR hanya memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan,

padahal tanggung jawab sosial semestinya teintegrasi ke dalam seluruh

kebijakan dan kegiatan yang dirumuskan dan dilaksanakan oleh

perusahaan24. Ada pula yang mengusulkan agar pengaturan tentang

22Dirk Matten dan Jeremy Moon, “Implicit and Explicit CSR: A Conceptual Framework for A

Comparative Understanding of Corporate Social Responsibility”, dalam Academy of Management Review2008, Vol. 33, No. 2, 404–424, h. 407.

23Wawancara dengan Ibu Ida Matiningsih (Hub. Kelembagaan dan Komunitas Bank Jatim) pada tanggal 29 Mei 2013 di Kantor Pusat Bank Jatim di Surabaya, Jawa Timur.

24Wawancara dengan Bapak Anggar (Manager Corporate Social Responsibility [CSR] PT. HM.

Sampoerna Tbk.) pada hari Kamis, tanggal 30 Mei 2013, di Surabaya.

Page 24: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

24

pelaksanaan program CSR harus bersifat lex imperfecta, artinya

ketentuan wajib tentang pelaksanaan CSR tidak berakibat adanya

sanksi bagi mereka yang tidak melaksanakannya.25

Oleh karena itu dalam rancangan undang-undang ini CSR dapat

diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan dengan

menggunakan istilah TJSP yang merupakan kegiatan sukarela yang

dilakukan oleh perusahaan terutama terhadap masyarakat di sekitar

lingkungan produksinya yang terkena dampak langsung dari

aktifitasnya, dan/atau masyarakat yang tidak berada di lingkungan

produksi dan tidak terkena dampak langsung akibat aktifitas

perusahaan. Tindakan sukarela ini merupakan tanggung jawab sosial

sekaligus kebutuhan perusahaan untuk berinteraksi baik langsung

maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan.

2. Prinsip Corporate Social Responsibility (CSR)

TJSP atau CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari

konsep good corporate governance (GCG), dimana perusahaan sebagai

suatu entitas bisnis turut bertanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungannya, dan perusahaan memang harus bertindak sebagai good

citizen yang merupakan tuntutan dari good bussiness ethics. Terdapat

lima prinsip GCG yang dijadikan pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu

transparency (keterbukaan informasi), accountability (akuntabilitas),

responsibility (pertanggungjawaban), indepandency (kemandirian) dan

fairness (kesetaraan dan kewajaran). Dari kelima prinsip diatas, prinsip

responsibility merupakan prinsip yang mempunyai kekerabatan paling

dekat dengan TJSP. Dalam prinsip responsibility, penekanan yang

signifikan diberikan kepada stakeholders perusahaan. Melalui

penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat menyadari bahwa

25Wawancara dengan manager CSR Bank Pembangunan Sumatera Selatan dan Bangka

Belitung, pada tanggal 27 Mei 2013 di Palembang.

Page 25: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

25

dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia menghasilkan dampak

eksternal yang harus ditanggung oleh stakeholders26.

Secara literatur, Warhurst, sebagaimana dikutip Wibisono,

mengurai prinsip-prinsip TJSP itu sendiri adalah sebagai berikut27:

1. Prioritas korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas

tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.

2. Manajemen terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program dan

praktek ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur

manajemen dalam semua fungsi manajemen.

3. Proses perbaikan. Secara bersinambungan memperbaiki kebijakan,

program dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir

dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial

tersebut secara internasional.

4. Pendidikan karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

serta memotivasi karyawan.

5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai

kegiatan atau proyek baru dan

6. Produk dan jasa. Mengembangkan produk dan jasa yang tak

berdampak negatif secara sosial.

7. Informasi publik. Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik

pelanggan, distributor dan publik tentang penggunaan yang aman,

transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu

pula dengan jasa.

8. Fasilitas dan operasi. Mengembangkan, merancang dan

mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang

mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.

9. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial

bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan

26Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik: Fascho Publishing,

2007), hal. 11-12. 27Yusuf Wibisono, Ibid., hal. 39.

Page 26: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

26

kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk

mengurangi dampak negatif.

10. Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau

penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir,

untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif.

11. Kontraktor dan pemasok. Mendorong penggunaan prinsip-prinsip

tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor

dan pemasok, disamping itu bila diperlukan mensyaratkan

perbaikan dalam praktek bisnis yang dilakukan kontraktor dan

pemasok.

12. Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana

menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan berbahaya

bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan

komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul.

13. Transfer best practice. Berkontribusi pada pengembangan dan

transfer praktek bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada

semua industri dan sektor publik.

14. Memberi sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama,

pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah

dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang

akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial.

15. Keterbukaan. Menumbuh kembangkan keterbukaan dan dialog

dengan pekerja dan publik, mengatisipasi dan memberi respons

terhadap potencial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau

jasa.

16. Pencapaian dan pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial,

melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian

berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundangundangan

dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi,

pemegang saham, pekerja dan publik.

Page 27: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

27

Crowther and Aras28 juga mengemukakan 3 prinsip utama dari

TJSP yaitu:

1. Sustainibility atau keberlanjutan, merupakan prinsip CSR yang

menekankan pada efek atau dampak masa depan akibat tindakan

perusahaan atau korporasi pada saat ini. Misalnya, penggunaan

sumber daya alam oleh suatu sekrang harus diimbangi dengan

adanya perhatian serius melalui pemikiran yang sungguh-sungguh

apa dampaknya terhadap generasi mendatang dan lingkungan masa

depan. Artinya, pengkuran “keberlanjutan”mencakup jumlah atau

kuantitas dari sumber daya alam yang dikonsumsi oleh korporasi,

dan hubungannya dengan jumlah atau kuantitas yang mampu

dipulihkan kembali untuk generasi yang akan datang.

2. Accountabilit, merupakan salah satu prinsip yang pada garis

besarnya menegaskan bahwa pada dasarnya setiap organisasi adalah

bagian dari masyarakat luas, sehingga tanggung jawab suatu

organisasi atau korporasi tidak hanya sebatas pada pemilik semata

melainkan juga kepada seluruh pemangku kepentingan bail internal

maupun eksternal. Setiap pengambilan keputusan harus

mempertimbangka manfaat dan dampaknya terhadap seluruh

pemangku kepentingan tersebut.

3. Transparency, sebagai prinsip penting dari TJSP, transparansi

bermakna bahwa apapun tindakan organisasi atau korporasi yang

berdampak dan berpengaruh terhadap lilngkungan eksternal harus

dikomunikasikan kepada masyarakat secara detail latar belakang

tindakan korporasi dan apa tujuannya, informasi tersebut penting

sebagai bentuk pertanggungjawaban pada pemangku kepentingan

eksternal secara terbuka.

Pelaksanaan TJSP saat ini menjadi kebutuhan bagi perusahaan,

karena dengan TJSP akan tercipta suasana harmonis antara

28

Guler Aras and David Crowther, Corporate Social Responsibility, US: Ventus Publishing ApS, 2008.

Page 28: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

28

perusahaan dan lingkungan sosialnya, yang pada akhirnya menjamin

kelangsungan perusahaan itu sendiri. Perlu diperbaharui semangat

untuk merealisasikan TJSP secara kongkrit bagi seluruh masyarakat.

Di era keterbukaan saat ini, peningkatan citra perusahaan

memegang peranan yang sangat penting dengan cara mempraktikkan

TJSP, karena kinerja sosial perusahaan tidak saja mempunyai kinerja

ekonomis tetapi juga kinerja sosial. Disadari betul bahwa bagi

perusahaan masih ada hal lain yang perlu di perhatikan dari pada hanya

memperoleh laba sebesar mungkin, yaitu tidak kalah pentingnya

mempunyai hubungan baik dengan masyarakat disekitar pabrik dan

dengan masyarakat umum. Untuk mencapai tujuan itu perlu kesediaan

perusahaan untuk menginvestasikan dananya terkhusus bagi kegiatan

TJSP atau CSR.29

3. Pelaku Corporate Social Responsibility (CSR)

Paham tentang CSR tidak terlepas dari konsep diakuinya

perseroan terbatas sebagai subjek hukum yang mandiri dalam lalu lintas

hukum sebagaimana layaknya manusia yang cakap dan mampu

bertindak.30 Setelah konsep tentang perseroan sebagai separate legal

entity diakui, muncul beberapa konsep baru bahwa bukan hanya

manusia yang dapat melakukan tindak pidana, namun perseroanpun

dapat melakukan tindak pidana.Jadi perseroan juga harus

memperhatikan dengan cermat tindak tanduknya dalam lalu lintas

hukum.

Perkembangan yang lebih mutakhir dari paham tentang perseroan

yang kedudukannya semakin mirip dengan manusia, adalah konsep

tentang perseroan sebagai good corporate citizen yang menegaskan

bahwa perseroan sebagaimana layaknya manusia tidak boleh hanya

29https://ferli1982.wordpress.com/2013/02/13/implementasi-prinsip-corporate-social-

responsibility-csr-dalam-kegiatan-perusahaan-di-indonesia/, diunduh Jumat, 3 Juni 2016, pukul 17.40 WIB.

30Jurnal Legislasi, hal.345

Page 29: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

29

memperhatikan kepentingan dirinya sendiri, namun harus menaruh

perhatian pula terhadap kebutuhan masyarakat sekelilingnya bahkan

pada masyarakat pada umumnya yang masih memerlukan bantuan.

Perseroan sebagai good corporate citizen sangat diharapkan kepekaannya

terhadap kebutuhan masyarakat dan perseroan tidak boleh bersikap

egois atau hanya memperhatikan tujuan perseroan yang mendasar yaitu

mengejar keuntungan atau laba bagi perseroan.

Secara teoritis CSR merupakan inti dari etika bisnis, dimana suatu

perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomis dan legal

kepada pemegang saham (shareholders), tetapi perusahaan juga

mempunyai kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan

(stakeholders). Semua itu tidak lepas dari kenyataan bahwa suatu

perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan bertahan serta

memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak.31 Jadi CSR

lebih menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan

pihak-pihak lain secara lebih luas daripada hanya sekedar kepentingan

perusahaan itu sendiri. CSR itu sendiri merujuk pada semua hubungan

yang terjadi antara perusahaan dengan pelanggan (customers), karyawan

(employers), komunitas masyarakat, investor, pemerintah dan pemasok

(supplier) serta kompetitornya sendiri.

Selama ini image yang berkembang pada sebagian besar

perusahaan sehubungan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan sosial

secara tradisional dianggap sebagai wujud paling urgen sebagai

implementasi CSR. Bahkan ada image yang menyatakan bahwa

keterlibatan perusahaan pada kegiatan sosial inilah satu-satunya

kegiatan CSR. Oleh karena itu, diharapkan perusahaan tidak hanya

melakukan kegiatan bisnis demi mencari keuntungan, melainkan juga

ikut memikirkan kebaikan, kemajuan dan kesejahteraan masyarakat

dengan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan sosial dalam mengatasi

31Erni R. Ernawan, Business Ethics, Alfabeta, Bandung, 2007, hal. 110.

Page 30: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

30

ketimpangan sosial dan ekonomi. Kegiatan sosial ini dapat diwujudkan

dalam berbagai bentuk diantaranya pembangunan rumah ibadah,

membangun sarana dan prasarana fasilitas umum, penghijauan,

pemberian beasiswa, pelatihan secara cuma-cuma, dan lain sebagainya.

Dari sekian banyak bentuk kegiatan sosial yang dapat dilakukan

oleh perusahaan, yang paling banyak mendapatkan sorotan adalah

kegiatan sosial yang dapat memecahkan masalah ketimpangan sosial

dan ekonomi.Kegiatan ini didasarkan atas konsep keadilan distributif

atau keadilan ekonomi dari Aristoteles yang prinsipnya menyatakan

bahwa distribusi ekonomi baru dianggap adil apabila dibagi merata bagi

semua warga.32Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk membangun

pola kemitraan dan pembinaan antara pengusaha besar, kecil, dan

koperasi. Ada beberapa alasan mengapa perusahaan dilibatkan

dan/atau melibatkan diri dalam kegiatan sosial tersebut:

1) Perusahaan dan karyawan adalah bagian integral dari masyarakat

setempat;

2) Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak untuk

mengelola sumber daya alam atau aktivitas lainnya yang ada dalam

masyarakat dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Pada

tingkat tertentu masyarakat telah berjasa dengan menyediakan

tenaga professional bagi perusahaan;

3) Perusahaan telah memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak

melakukan aktifitas yang merugikan masyarakat; dan

4) Sebagai upaya menjalin interaksi dan komunikasi antara perusahaan

dengan masyarakat, supaya keberadaan perusahaan dapat diterima

di tengah-tengah masyarakat. Pada tingkatan tertentu akan

melahirkan rasa memiliki (sence of belongings) masyarakat terhadap

perusahaan.

32Sonny Keraf, Etika Bisnis, Tuntutan dan Relevansinya, Kanisius, Yogyakarta, 1998, Hal.

142.

Page 31: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

31

4. CSR sebagai Problem Solving atau Pencitraan

Berbagai aktivitas korporasi membawa dampak yang nyata terhadap

kualitas kehidupan manusia baik itu terhadap individu, masyarakat,

dan seluruh kehidupan.Aktivitas CSR dan pembentukan reputasi

organisasi bentuk-bentuk tanggungjawab sosial yang ideal tentunya

bukan hanya muncul semata-mata untuk mencari nama baik sehingga

bisa membangun reputasi, namun justru sudah muncul sejak sebuah

organisasi berdiri. Sehingga turut pula tertuang dalam visi, misi dan

tujuan organisasi.Sehingga pada akhirnya aktivitas tanggung jawab

sosial adalah bagian integral dari manajemen strategi.

Dengan turut ambil bagian dalam isu sosial, maka organisasi

menunjukkan cerminan dari realitas organisasi yang peduli terhadap

fenomena sosial. Sebuah organisasi dalam menjalankan aktivitas

tanggungjawab sosial, sudah pasti akan melibatkan publiknya. Dengan

demikian harmonisasi dari sebuah hubungan yang dibina oleh

organisasi memperoleh wujud nyata yang akan memberikan manfaat

bukan hanya bagi nama baik organiasi namun juga kepada masyarakat

secara luas. Keberhasilan organisasi dalam menjalankan tanggung

jawab sosial akan memberikan efek “domino” bagi organisasi lain,

artinya ada pengaruh yang positif yang akan dipetik oleh organisasi lain

untuk melakukan hal yang sama.

Komitmen untuk melakukan tanggung jawab sosial bukan

semata-mata untuk investasi sebuah organisasi, namun sudah merasuk

pada nafas kehidupan dan keberlanjutan organisasi.Untuk itu

setidaknya terwujud setiap keputusan penting dan operasi organisasi,

sehingga menjadi bagian dari setiap jenjang dalam organisasi. Pada

akhirnya wacana tanggung jawab sosial akan menjadi pemikat bagi

semua pihak untuk mewujudkanya secara konkrit dalam tindakan

nyata.

Page 32: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

32

Berbagai macam faktor yang menjadi penyebab mengapa tanggung

jawab sosial menjadi begitu penting dalam lingkup organisasi,

diantaranya:33

a. Adanya arus globalisasi, yang memberikan gambaran tentang

hilangnya garis pembatas diantara berbagai wilayah di dunia

sehingga menghadirkan universalitas. Dengan demikian menjadi

sangat mungkin perusahaan multinasional dapat berkembang

dimana saja sebagai mata rantai globalisasi;

b. Konsumen dan investor sebagai public primer organisasi profit

membutuhkan gambaran mengenai tanggung jawab organisasi

terhadap isu sosial dan lingkungannya;

c. Sebagai bagian dalam etika berorganisasi, maka dibutuhkan

tanggung jawab organisasi untuk dapat mengelola organisasi

dengan baik (lebih layak dikenal dengan good corporate

governance);

d. Masyarakat pada beberapa negara menganggap bahwa organisasi

sudah memenuhi standard etika berorganisasi, ketika organisasi

tersebut peduli pada lingkungan dan masalah sosial;

e. Tanggung jawab sosial setidaknya dapat mereduksi krisis yang

berpotensi terjadi pada organisasi;

f. Tanggung jawab sosial dianggap dapat meningkatkan reputasi

organisasi.

CSR bukan saja upaya menunjukkan kepedulian sebuah

organiasasi pada persoalan sosial dan lingkungan, namun juga dapat

menjadi pendukung terwujudnya pembangunan yang

berkesinambungan dengan menyeimbangan aspek ekonomi dan

pembangunan sosial yang didukung dengan perlindungan lingkungan

hidup.Dalam rangka merespon perubahan dan menciptakan hubungan

kepercayaan, maka upaya yang kini dilaksanakan oleh organisasi

33Sulistyaningtyas, I. D, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Program Kampanye

Sosial. Jurnal Ilmu Komunikasi, 2006 Vol. 3 No. 1, 63-76.

Page 33: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

33

(khususnya organisasi bisnis) adalah merancang dan mengembangkan

serangkaian program yang mengarah pada bentuk tanggung jawab

sosial.Program ini menjadi parameter kepedulian organisasi dengan

mengembangkan sayap sosial kepada publik. Kepedulian dan

pengembangan sayap ini bukan dalam kerangka membagi-bagi “harta”

sehingga dapat menyenangkan banyak pihak, tetapi lebih pada

bagaimana memberdayakan masyarakat, agar bersama-sama dengan

organisasi dapat peduli terhadap lingkungan sosial.

Dalam prakteknya, perusahaan tidak hanya memfokuskan pada

pemberian bantuan secara finansial.Sangat banyak data yang mencatat

usaha perusahaan yang berkontribusi dalam pembangunan fisik

maupun sosial melalui program CSR nya.

CSR menurut Anne34 sebagai sebuah kegiatan diperlukan untuk

hal-hal sebagai berikut:

a. Menyeimbangkan antara kekuatan korporasi dengan aspek

tanggungjawab;

b. Mengurangi adanya regulasi pemerintah (yang berlebihan);

c. Meningkatkan keuntungan jangka panjang;

d. Meningkatkan nilai dan reputasi korporasi;

e. Memperbaiki permasalahan sosial yang disebabkan oleh perusahaan.

Kemudian Kotler & Nance35 menambahkan dengan menekankan

pada aspek bisnis yaitu CSR dapat:

a. Meningkatkan penjualan dan pangsa pasar;

b. Memperkuat posisi merek dagang;

c. Meningkatkan kemampuan untuk menarik, memotivasi dan

memelihara karyawan;

d. Menurunkan biaya operasi;

34Anne, L. T. (2005). Business and Society: Stake Holders, Ethics, Public Policy (International,

11 ed.): Mc Graw Hill. 35Kotler, P., & Nance, L. (2005).Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good for Your

Company and Your Cause: John Wiley & Sons Inc.

Page 34: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

34

e. Menarik minat investor dan para analis keuangan.

Konsep CSR tidak terlapas dari teori kontrak sosial (Social Contract

Theory. Teori ini muncul karena adanya interelasi dalam kehidupan sosial

masyarakat, agar terjadi keselarasan, keserasian, dan keseimbangan,

termasuk dalam lingkungan. Perusahaan yang merupakan kelompok

orang yang memiliki kesamaan tujuan dan berusaha mencapai tujuan

secara bersama adalah bagian dari masyarakat dalam lingkungan yang

lebih besar.Keberadaannya sangat ditentukan oleh masyarakat, di mana

antara keduanya saling pengaruh-mempengaruhi.Untuk itu, agar terjadi

keseimbangan (equality), maka perlu kontrak sosial baik secara tersusun

baik secara tersurat maupun tersirat, sehingga terjadi

kesepakatankesepakatan yang saling melindungi kepentingan masing-

masing.36

Social Contract dibangun dan dikembangkan, salah satunya untuk

menjelaskan hubungan antara perusahaan terhadap masyarakat

(society). Di sini, perusahaan atau organisasi memiliki kewajiban pada

masyarakat untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Interaksi

perusahaan dengan masyarakat akan selalu berusaha untuk memenuhi

dan mematuhi aturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat,

sehingga menurut Deegan, kegiatan perusahaan dapat dipandang

legitimate.37 Dalam perspektif manajemen kontemporer, menurut Rawl,

teori kontrak social menjelaskan hak kebebasan individu dan kelompok,

termasuk masyarakat yang dibentuk berdasarkan kesepakatan-

kesepakatan yang saling menguntungkan anggotanya.38 Hal ini sejalan

dengan konsep legitimacy theory bahwa legitimasi dapat diperoleh

manakala terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan yang tidak

36Nor Hadi,.“Corporate Social Responsibility (CSR)”.Edisi 1. Jakarta: Graha Ilmu, 2011, hal

96. 37Ibid 38Ibid

Page 35: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

35

menganggu atau sesuai (congruence) dengan eksitensi sistem nilai yang

ada dalam masyarakat dan lingkungan.39

Shocker dan Sethi menjelaskan konsep kontrak sosial (social

contract) bahwa untuk menjamin kelangsungan hidup dan kebutuhan

masyarakat, kontrak social didasarkan pada:40

1) Hasil akhir (output) yang secara sosial dapat diberikan kepada

msayarakat luas.

2) Distribusi manfaat ekonomis, sosial, atau pada politik kepada

kelompok sesuai dengan kekuatan yang dimiliki.

Mengingat output perusahaan bermuara pada masyarakat, serta

tidak adanya power institusi yang bersifat permanen, maka perusahaan

membutuhkan legitimasi. Di situ, perusahaan harus melebarkan

tanggungjawabnya tidak hanya sekedar economic responsibility yang lebih

diarahkan kepada shareholder (pemilik perusahaan), namun perusahaan

harus memastikan bahwa kegiatannya tidak melanggar dan

bertanggungjawab kepada pemerintah yang dicerminkan dalam peraturan

dan perundangundangan yang berlaku (legal responsibility). Di samping

itu, perusahaan juga tidak dapat mengesampingkan tanggungjawab

kepada masyarakat, yang dicerminkan lewat tanggung jawab dan

keberpihakan pada berbagai persoalan sosial dan lingkungan yang timbul

(social respobsibility).41

Teori lainnya yang terkait dengan konsep CSR yakni teori

instrumentalis, politis, integratif, dan etis.Teori instrumentalis

menekankan bahwa program CSR adalah sebagai instrumen untuk

mendorong terciptanya kesejahteraan dengan ukurannya adalah

sejahtera secara ekonomi.Jadi, teori instrumentalis hanya

memperhitungkan kontribusi program CSR dari aspek ekonomi.

39Ibid hal . 97 40Ibid hal. 98 41 Nor Hadi, Op.cit., hal. 98.

Page 36: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

36

Teori politis menegaskan bahwa program CSR seyogyanya

mengakomodasi kepentingan sosial perusahan dan para pemangku

kepentingannya (stakeholders). Proses pengakomodasian kepentingan

sosial tersebut diharapkan melalui dialog partisipatif yang saling

melengkapi dan menguatkan antara yang satu dengan lainnya.

Teori integratif menyebutkan bahwa program CSR adalah sebagai

wujud dari intensi perusahaan untuk menyeimbangkan tujuannya yang

bersifat ekonomis dan sosial. Jadi, berbagai kebijakan yang dirumuskan

dan dilaksanakan oleh perusahaan semestinya tidak hanya untuk

memburu keuntungan (profit), tapi juga mempedulikan kelestarian

lingkungan (planet), dan memperhatikan kesejahteraan masyarakat

(people)42

Teori etis memandang program CSR adalah sebagai perwujudan

dari tindakan etis perusahaan (ethical behavior).Hal ini penting, karena

program dan kegiatan yang dilaksanakan perusahaan dapat dipastikan

berdampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahteraan

masyarakat.Karena itu, perusahaan mestinya berperilaku etis terhadap

lingkungan dan masyarakat, sehingga dapat meminimalisir atau bahkan

meniadakan dampak negatif dari program dan kegiatan yang

dilakukannya43. Perdebatan teoritis tentang CSR ini tidak semestinya

mengkotak-kotakkan pelaksanaan program CSR. Pelaksanaan program

CSR hendaknya tidak terikat kepada suatu teori, tetapi dituntut untuk

mengkolaborasikan berbagai teori, sehingga tujuan pelaksanaan CSR

untuk menyimbangkan antara profit, planet dan people dapat dicapai

secara maksimal.

CSR itu merupakan sebuah tindakan atau konsep sosial yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk membantu kehidupan

termasuk didalamnya lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan

42Tim Universitas Katolik Parahiyangan, “Corporate Social Responsibility: Konsep, Regulasi,

dan Implementasi”, makalah tidak diterbitkan, tanpa tahun (tt), hal. 4. 43Elisabet Garriga dan Domenec Mele, “Corporate Social Responsibility”, hal. 52-53.

Page 37: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

37

masyarakat. Dengan adanya CSR perusahaan akan lebih mengedepankan

sustainability dari pada profitability perusahaan. Dimana melalui

tindakannya itu akan membawa perbaikan pada apa yang dia bantu dan

kelak juga akan membawa dampak fositif pada perusahaan berupa image

perusahaan yang semakin baik di mata masyarakat.

Secara garis besar CSR lebih banyak memiliki dampak fositif dari

pada dampak negatif. Karena bagaimanapun juga sesuatu hal yang akan

membawa perbaikan dalam hidup (lingkungan, sosial, ekonomi) adalah

sebuah tindakan mulia. Bentuk-bentuk tanggungjawab sosial yang ideal

tentunya bukan hanya muncul semata-mata untuk mencari nama baik

sehingga bisa membangun reputasi, namun justru sudah muncul sejak

sebuah organisasi berdiri. Sehingga turut pula tertuang dalam visi, misi

dan tujuan organisasi.

Sehingga pada akhirnya aktivitas tanggung jawab sosial adalah

bagian integral dari manajemen stratejik.Dengan turut ambil bagian

dalam isu sosial, maka organisasi menunjukkan cerminan dari realitas

organisasi yang peduli terhadap fenomena sosial. Sebuah organisasi

dalam menjalankan aktivitas tanggungjawab sosial, sudah pasti akan

melibatkan publiknya. Dengan demikian harmonisasi dari sebuah

hubungan yang dibina oleh organisasi memperoleh wujud nyata yang

akan memberikan manfaat bukan hanya bagi nama baik organiasi namun

juga kepada masyarakat secara luas.

Keberhasilan organisasi dalam menjalankan tanggung jawab sosial

akan memberikan efek “domino” bagi organisasi lain, artinya ada

pengaruh yang positif yang akan dipetik oleh organisasi lain untuk

melakukan hal yang sama. Komitmen untuk melakukan tanggung jawab

sosial bukan semata-mata untuk investasi sebuah organisasi, namun

sudah merasuk pada nafas kehidupan dan keberlanjutan

organisasi.Untuk itu setidaknya terwujud setiap keputusan penting dan

operasi organisasi, sehingga menjadi bagian dari setiap jenjang dalam

organisasi. Pada akhirnya wacana tanggung jawab sosial akan menjadi

Page 38: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

38

pemikat bagi semua pihak untuk mewujudkanya secara konkrit dalam

tindakan nyata.

5. Kewajiban CSR bagi Perusahaan

Konsep TJSP atau CSR di berbagai negara, utamanya negara-

negara industri maju, dianggap sebagai sebuah konsep yang berdimensi

etis dan moral sehingga pelaksanaannya pun oleh perusahaan pada

prinsipnya bersifat sukarela bukan sebagai suatu kewajiban hukum. Di

negara-negara Anglo Saxon, CSR memang tidak lazim diatur. Hal ini

disebabkan oleh kesadaran sosial dan lingkungan pengusaha di negara-

negara tersebut lebih baik daripada pelaku usaha di Indonesia.44 Regulasi

yang mengatur aspek sosial dan lingkungan dari kegiatan bisnis juga

lebih baik.

Banyak perusahaan menganggap bahwa realisasi CSR yang selama

ini diwujudkan dalam program community development dilakukan karena

kepedulian mereka sebagai makhluk sosial (corporate citizenship). Karena

CSR merupakan kepedulian, maka keberadaan peraturan yang

mewajibkannya menjadi tidak relevan. Di sisi lain, harus diakui bahwa

proses produksi perusahaan menciptakan externality.45 Kehadiran

externality melegitimasi negara untuk mewajibkan perusahaan

menginternalisasinya guna meminimalisasi dampak externality pada

masyarakat. Dalam hal ini, CSR merupakan salah satu media

internalisasi externality. Dengan demikian, CSR bisa ditafsirkan sebagai

kewajiban.

Dengan berubahnya kewajiban CSR dari kewajiban moral menjadi

kewajiban hukum bagi perusahaan untuk melaksanakan CSR sebagai

44 Irawan Malebra, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Prespektif Peraturan

Perundangan Indonesia, Skripsi Fakultas Hukum Unja, 2012.

45 http://mulyadism.staff.ugm.ac.id/reviews/corporate-social-responsibility/

Page 39: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

39

pemenuhan rasa keadilan untuk menjamin kesejahteraan. Prioritas

politik prekonomian yang demokratis adalah diletakkannya kemakmuran

masyarakat di atas kemakmuran orang seorang. Pengusaha (perseroan)

harus merubah paradigma berpikir, bahwa pelaksanaan CSR tidaklah

merugikan perseroan, malah sebaliknya. Antara perseroan dengan

masyarakat terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan

dalam berbagi aspek kehidupan.

Nilai moral adalah landasan bagi masyarakat untuk menuntut agar

hukum secara substantif mengatur kewajiban CSR. Tanpa ada aturan

hukum, maka tidak ada sanksi bagi perusahaan yang mengabaikan

tanggung jawab sosialnya. 46 Di Indonesia, konsep CSR justru dijadikan

sebagai sebuah kewajiban hukum yang harus dipatuhi oleh perusahaan,

sebagaimana tertuang dalam ketentuan Pasal 15 huruf b Undang-Undang

Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Pasal 74 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Tanggung jawab sosial ini bersifat melekat pada setiap perusahaan

penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,

seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya

masyarakat. Apabila perusahaan tidak melaksanakan kewajiban tersebut

akan dikenakan sanksi administratif berupa:47

1. peringatan tertulis;

2. pembatasan kegiatan usaha;

3. pembekuan kegiatan usaha/penghentian sementara izin usaha; atau

4. pencabutan kegiatan usaha/pencabutan izin usaha.

46

Firdaus, Corporate Social Responsbility, Jurnal Ilmiah Hukum, Fakultas Hukum

Universitas Riau, Edisi 1, No.1, 2010.

47Pengenaan sanksi administratif juga sudah diberlakukan dalam Undang-Undang Nomor

4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Barubara dan peraturan pelaksanaannya dalam PP No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan

Batubara, serta Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi.

Page 40: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

40

Sanksi administratif tersebut diberikan oleh instansi atau lembaga

yang berwenang dan tidak menutup kemungkinan perusahaan diberikan

sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Pengaturan mengenai sanksi lain selain administratif

menjadi sangat penting ketika sanksi administratif tidak mampu

mempertahankan agar ketentuan tanggung jawab lingkungan dan sosial

yang ada dilaksanakan. Sanksi alternatif selain administratif seyogyanya

menjadi isu penting pula yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan.

Pengenaan sanksi sebagai konsekuensi bagi perusahaan yang tidak

menjalankan kewajiban CSR-nya. Norma yang mewajibkan telah

diperkuat dengan keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi atas

permohonan yang mengatakan bahwa ketentuan yang mewajibkan

tanggung jawab sosial bagi perseroan telah bertentangan dengan prinsip

dasar CSR, yaitu kesuka-relaan. Kewajiban tersebut akan membebani

perseroan secara ganda yaitu kewajiban membayar pajak dan

menanggung biaya CSR. Mahkamah Konstitusi (MK) berpendapat bahwa,

pertama, menjadikan TJSL sebagai suatu kewajiban hukum dan

menerapkan suatu sanksi dapat dibenarkan secara konstitusional,

karena:

1. Secara faktual, kondisi sosial dan lingkungan telah rusak di masa lalu

ketika perusahaan mengabaikan aspek sosial dan lingkungan

sehingga merugikan masyarakat sekitar dan lingkungan pada

umumnya.

2. Budaya hukum di Indonesia tidak sama dengan budaya hukum

negara lain, utamanya negara industri maju tempat konsep CSR

pertama kali diperkenalkan di mana CSR bukan hanya merupakan

tuntutan bagi perusahaan kepada masyarakat dan lingkungannya

tetapi juga telah dijadikan sebagai salah satu indikator kinerja

perusahaan dan syarat bagi perusahaan yang akan go public. Dengan

kata lain, MK tampaknya berpendapat bahwa sesuai kultur hukum

Indonesia, penormaan TJSL sebagai norma hukum yang diancam

Page 41: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

41

dengan sanksi hukum merupakan suatu keharusan demi tegaknya

CSR.

3. Menjadikan CSR sebagai kewajiban hukum dinilai oleh MK justru

untuk memberikan kepastian hukum sebab dapat menghindari

terjadinya penafsiran yang berbeda-beda tentang CSR oleh perseroan

sebagaimana dapat terjadi bila CSR dibiarkan bersifat sukarela.

Hanya dengan cara memaksa tersebut akan dapat diharapkan adanya

kontribusi perusahaan untuk ikut meningkatkan kesejahteraan

masyarakat.

Kedua, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa Pasal 74 tidak

menjatuhkan pungutan ganda kepada perseroan sebab biaya perseroan

untuk melaksanakan TJSL berbeda dengan pajak. Lebih jauh,

disebutkan oleh MK bahwa pelaksanaan TJSL didasari oleh kemampuan

perusahaan, dengan memerhatikan kepatutan dan kewajaran. Ketiga,

Mahkamah Konstitusi menilai bahwa norma hukum yang mewajibkan

pelaksanaan CSR oleh perusahaan tidak berarti meniadakan konsep

demokrasi ekonomi yang berintikan pada efisiensi berkeadilan seperti

diatur dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 dan tidak akan membuat TJSL

sekedar formalitas perusahaan saja.48

48 Mahkamah Konstitusi, Putusan Nomor: 53/PUU-VI/2008, Perkara Permohonan

Pengujian UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, terhadap UUD 1945,

Tanggal 15 April 2009.

Page 42: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

42

B. Praktik Empiris

1. Pelaksanaan TJSP di Indonesia49

TJSP mempunyai peran penting dalam menunjang pembangunan

dalam bidang pendidikan, lingkungan, sosial dan budaya, serta

khususnya dalam pengembangan masyarakat. TJSP merupakan

kewajiban bagi setiap perusahaan untuk turut serta berkontribusi dalam

upaya melaksanakan kegiatan sosial dalam masyarakat, bukan kegiatan

sosial yang bersifat charity atau sumbangan sukarela namun kegiatan

yang bersifat sustainable atau berkelanjutan. Bagian berikut akan

menyajikan peta persoalan mengenai pelaksanaan tanggung jawab sosial

perusahaan secara empiris.

a. Bentuk TJSP

TJSP menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan bersama

antara pemerintah, masyarakat dan perusahaan berdasarkan prinsip

saling menguntungkan (kemitraan). Tidak semata-mata hanya

berdasarkan pada charity saja namun lebih kepada pengembangan

terhadap masyarakat secara berkelanjutan. Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan memberikan implikasi positif bagi peningkatan

kesejahteraan masyarakat, meringankan beban pembiayaan dan

pembangunan pemerintah, memperkuat investasi perusahaan, serta

memperkuat jaringan kemitraan antara masyarakat, pemerintah,

dan perusahaan.

Pelaku usaha dituntut untuk memikul tanggung jawab yang

lebih luas kepada masyarakat serta mengindahkan nilai-nilai

kemanusiaan, bermanfaat atau bertujuan memberikan dampak atau

perubahan positif kepada kehidupan masyarakat yang lebih baik

dan bersifat sustainable.

49Hasil pengumpulan data yang dilaksanakan di Kepulauan Riau (Batam) dan Jawa Tengah

(Semarang), pada tanggal 16 Mei 2016 sampai dengan 20 Mei 2016.

Page 43: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

43

b. Kategorisasi bidang atau sektor yang diberikan TJSP

Tidak ada pedoman baku mengenai kategori bidang apa saja

yang dapat diberikan CSR, namun perusahaan pada umumnya

menyelenggarakan kategorisasi TJSP sesuai dengan bidang dan

sektor yang benar benar dibutuhkan masyarakat sekitar. Pada

umumnya, bidang yang menjadi objek TJSP perusahaan diantaranya

adalah: 1)Lingkungan (penghijauan, penanaman mangrove,

penyediaan pabrik kompos, dll) ; 2)Kesehatan (misalnya bekerja

sama dengan dinas kesehatan dalam memberikan imunisasi rutin

bagi balita); 3)Pendidikan (beasiswa, magang, program kemitraan

dengan sekolah, dukungan terhadap sekolah internasioal, program

pelatihan kerja bagi pelajar, pembangunan perpustakaan, dll);

4)Pemberdayaan Ekonomi (kreatif), Pariwisata dan Budaya; 5)Sosial.

c. Besaran dan Sumber Dana TJSP

Beberapa perusahaan mengalokasikan sumber dana TJSP

diambil atau dianggarkan dari dan diperhitungkan sebagai biaya

operasional perusahaan sehingga kegiatan TJSP akan terus berjalan

tanpa kendala, karena kalau berdasarkan dari laba perusahaan

ketika perusahaan mengalami kerugian maka tidak ada anggaran

untuk kegiatan CSR sementara kegiatan tersebut memiliki dampak

pada internal lingkungan sosial, ekonomi dan stakeholder. Namun

ada juga beberapa perusahaan mengalokasikan dana CSR

berdasarkan dari rata-rata profit tahunan dalam periode 3-6 tahun

terakhir untuk pelaksanaan CSR.

Penganggaran dan perhitungan dana TJSP tersebut

dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran yang

ditentukan melalui mekanisme pengambilan keputusan tertinggi di

dalam badan usaha/perusahaan yang bersangkutan, selain itu

besaran dana yang dimaksud ditetapkan adanya batas minimal bagi

badan usaha sesuai dengan kategori/kriteria hasil profit.

Page 44: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

44

d. Kategori perusahaan

Menurut PT. Sucofindo-Semarang, program CSR merupakan

bagian dari kewajiban dan kepedulian sosial bagi setiap perusahaan

berskala besar maupun kecil sehingga sangat tepat untuk dibuatkan

aturan pengkategorian perusahaan yang mewajibkan CSR, hal ini

juga untuk menghindari adanya salah persepsi terhadap perusahaan

yang wajib melaksanakan CSR. Kategori bisa ditetapkan

berdasarkan besarnya investasi atau bentuk perusahaan. Serta

diharapkan dapat mengatur mengenai kategori perusahaan yang

melakukan CSR/TJSP karena apabila diperhatikan dari Undang-

Undang PT No 40 Tahun 2007 sebenarnya hampir semua bentuk

usaha wajib melaksanakan TJSP mulai dari sektor jasa sampai

dengan manufaktur, sekaligus perlu dibuat skala (range) berdasarkan

kemampuan perusahaan dalam melaksanakan CSR.

e. Kelembagaan

Menurut PT. PLN, di kota Batam ada Forum CSR yang

dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur yang bertugas

untuk mengkoordinir pelaksanaan CSR perusahaan di Kota Batam.

Selain itu ada pula Corporate Forum for Community Development

(CFCD), yang keberadaannya lebih berkesinambungan (sustainable)

dibandingkan Forum CSR karena CFCD lebih melibatkan komunitas

dalam pelaksanaan CSR. Sedangkan Di Provinsi Kepri, telah

dibentuk Forum CSR berdasarkan Perda Provinsi Riau No.6/2012

tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Provinsi Riau, namun

forum tersebut belum bisa mendata dan menggerakan kegiatan CSR

yang tersistematis dan terstruktur bagi perusahaan, sehingga dinilai

belum melaksanakan tugasnya secara efektif.

Page 45: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

45

Perda Kota Batam No. 2 Tahun 2012 tentang Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan, menyebutkan bahwa akan dibentuk forum

TSP yang mempunyai tugas-tugas yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pelaporan TSP. Forum

tersebut belum terbentuk, sehingga perusahaan hanya

melaksanakan kegiatan CSR secara sporadis dan tidak

berkesinambungan. Oleh karenanya menurut Rina Shahriyani

Shahrullah, S.H.,MCL,P.hD (Pemerhati CSR), sangat penting adanya

forum karena dengan keberadaan forum, CSR dapat dilakukan

dengan tepat dan berdampak jangka panjang bagi masyarakat.

Namun kurang tepat jika forum tersebut mengelola dana CSR.

Forum CSR perlu dibentuk karena forum ini dapat berfungsi untuk

menjembatani pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sehingga

program CSR selaras dengan program pembangunan pemerintah.

f. Peran Pemerintah

Peran pemerintah sudah pasti diperlukan dalam pelaksanaan TJSP.

Menurut PT Sarana Patra Hulu Cepu – Semarang (BUMD),

pelaksanaan CSR tentunya melibatkan pemerintah, masyarakat dan

perusahaan itu sendiri, oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang

baik. Hal ini akan membantu tercapainya target instansi terkait

kesejahteraan rakyat. Pemerintah perlu memberikan dorongan

bagaimana membuat perusahaan sadar untuk melakukan CSR.

Selain itu Pemerintah dapat mengkoordinir pelaksanaan CSR untuk

menghindari tumpang tindih dengan program pemerintah maupun

CSR dari perusahaan lain. Peran pemerintah yang lainnya

diantaranya, yaitu:

1) membuat kampanye agar masyarakat (termasuk perusahaan)

berpartisipasi sesuai dengan nature of business perusahaannya.

2) Pemerintah dapat menjadi fasilitator antara perusahaan,

masyarakat, dan pihak lain dalam melakukan CSR seperti

Page 46: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

46

menyediakan data tentang persoalan masyarakat, kebutuhan

masyarakat, dan potensi masyarakat di daerah mereka kepada

perusahaan yang membutuhkan untuk keperluan merencanakan

program CSR perusahaannya.

3) Pemerintah juga dapat bekerja sama dengan universitas untuk

melakukan needs assesment tersebut.

4) melakukan sosialisasi perlunya CSR oleh perusahaan;

5) memberikan data masyarakat atau wilayah yang perlu diberikan

bantuan CSR;

6) mengawasi (memonitoring), mengevaluasi, atau mengkoordinasikan

penyelenggaraan CSR (output, outcome dan impact) oleh

Perusahaan; dan

7) memberikan insentif kepada perusahaan yang telah berhasil

menyelenggarakan program CSR.

g. Sanksi

Pengaturan mengenai sanksi terhadap pelaksanaan TJSP diperlukan

agar program TJSP berjalan sistematis dan berkelanjutan, namun

sanksi yang diperlukan sebaiknya tidak dalam bentuk sanksi pidana

karena dikhawatirkan akan terjadi kontraproduktif dengan. Sanksi

administratif dan sanksi lainnya seperti sebagaimana tercantum

dalam Pasal 34 UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal, dapat menjadi contoh untuk menetapkan bentuk-bentuk

sanksi bagi pelaksanaan TJSP, yaitu sanksi berupa:

1) peringatan tertulis;

2) pembatasan kegiatan usaha;

3) pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal;

atau

4) pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Page 47: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

47

2. Perbandingan TJSP di Beberapa Negara

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau yang lazim dalam

masyarakat internasional disebut Corporate Social Responsibility (CSR)

pertama kali mengemuka dan diwacanakan secara resmi dalam KTT Bumi

di Rio De Jeneiro, Brazil pada tahun 1992. Konsep CSR ini muncul sebagai

bentuk pertanggungjawaban atas kegiatan ekonomi yang merusak

lingkungan dan masyarakat. Meskipun tidak ada sumber atau referensi

yang pasti mengenai kapan dan dimana CSR pertama kali diperkenalkan,

namun harus diakui bahwa bibit CSR berawal dari semangat filantropis

perusahaan sebagai akibat tekanan dari masyarat Eropa yang keras dan

kritis yang menjadikan CSR sebagai social license to operation50.

Konsep CSR bukan merupakan issue yang baru bagi masyarakat

ekonomi dunia seperti di negara Eropa maupun Amerika Serikat. Di negara

Eropa, konsep CSR dikenal dengan business social responsibilty yang

secara tradisional merefleksikan tradisi partisipasi, self-help, dan sedikit

dihubungkan dengan pemerintah. Masyarakat Eropa berpendapat bahwa

business social responsibilty adalah mengarah pada masyarakat dan secara

implisit sudah melekat pada norma, nilai-nilai, standar, dan kerangka

kerja legal dari umumnya perusahaan-perusahaan di Eropa. Hal ini tentu

saja tidak terlepas dari peran dan sejarah CSR di Eropa, pendekatan-

pendekatan yang dipakai oleh bangsa Eropa, dan kontekstualisasi CSR

mencakup budaya nasional, dan sejarah sistem kapitalis disana.51

Di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat telah mewajibkan

perusahaannya untuk melaksanakan CSR. Konsep CSRatau

pertanggungjawaban sosial diberlakukan dan bersifat sukarela

50Hasan Asy’ari, Impelemntasi Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Modal Sosial

Pada PT. Newmont, http://dokumen.tips/documents/implementasi-corporate-social-

responsibility-csr.html, diakses pada tanggal 22 Januari 2016. 51Amy S. Rahayu, Corporate Social Responsibility (CSR) Antara Ethics-Perilaku Organisasi-

Responsibility dan Penerapannya di Organisasi Pemerintah, Jurnal Legislasi Indonesia,

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI, Vol. 6 No. 2 – Juni 2009, hal 319.

Page 48: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

48

(voluntary)dan digunakan sebagai salah satu indikator penilaian kinerja

sebuah perusahaan dengan dicantumkannya informasi CSRdi catatan

laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.Beberapa negara di

Eropa dalam peraturan perundang-undangannya bahkan telah

mewajibkan pencantuman laporan tentang pelaksanaan CSR di dalam

laporan tahunan dari perseroan masing-masing negara52.

Sejalan dengan kebijakan negaranya, masyarakat korporasi

(perusahaan) di Eropa khususnya, memandang serius CSR sebagai suatu

kebijakan sukarela tanpa ikatan hukum yang pasti.Masyarakat korporasi

di Eropa beranggapan bahwa semua korporasi diwajibkan dan harus

berpartisipasi aktif di dalam kebijakan dan aktivitas yang mengarah pada

tanggung jawab sosial.Tanggung jawab semacam ini bahkan dikukuhkan

secara eksplisit dalam kebijakan legal formal dalam legislatif.Di Eropa dan

Amerika Serikat misalnya, banyak perusahaan yang telah menjadikan CSR

sebagai komitmen manajemen, strategi perusahaan, serta budaya

perusahaan.Perusahaan tersebut menyadari bahwa tujuan utama

perusahaan tidak hanya menciptakan keuntungan saja, tetapi juga

memberikan nilai tambah secara sosial bagi masyarakat dan

lingkungan.Perusahaan telah mengambil peran sosial untuk

mempertahankan keberlanjutan perusahaan.Selain bagi masyarakat dan

lingkungan, program CSR perusahaan juga dapat membantu dalam

pengumpulan data yang berguna bagi organisasi publik lainnya53. Di sisi

lain bagi sebagian kalangan perusahaan yang menolak konsep CSR,

kesadaran dan komitmen melaksanakan CSR terlebih kewajiban

keterbukaan dalam bentuk laporan pelaksanaan CSR bagi perusahaan di

negara-negara Eropa, tidak serta merta mewajibkan pelaksanaan CSR,

apalagi bila disertai dengan ancaman sanksi.

52Amrul Partomuan Pohan, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas,

Jurnal Legislasi Indonesia, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Vol. 6 No. 2 – Juni 2009, hal 345. 53http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/46542/4/Chapter%20II.pdf, diakses

pada tanggal 22 Januari 2016.

Page 49: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

49

Issue Praktik CSR di Amerika Serikat dan Eropa54

Konteks Amerika Serikat Konteks Eropa

Economic

Responsibility

Kebijakan-kebijakan

perusahaan yang mengacu

pada “good corporate

governance”, remunerasi,

atau perlindungan

konsumen

Lebih mengacu pada

kerangka kerja hukum,

dan kodifikasi hukum-

hukum perdata

Legal

Responsibility

Secara relatif kurang

menekankan pada

tanggung jawab hukum

atas bisnis

Sangat menekankan

pada tanggung jawab

hukum atas bisnis

Ethical

Responsibility

Kebijakan perusahaan

yang terkait dengan

masyarakat local

Kebijakan-kebijakan

level tinggi yang

menghubungkan pajak

bisnis dengan aspek

kesejahteraan

masyarakat dan

penyediaan public

services

Philantropic

Responsibility

Inisiatif perusahaan untuk

mensponsori seni, budaya,

dan pendanaan dari

kegiatan pendidikan

Kebijakan level tinggi

yang mengkaitkan pajak

bisnis dengan

penyediaan pendidikan,

budaya, kesehatan oleh

pemerintah

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa praktik CSR di

Amerika Serikat dan Eropa sangat berbeda.Negara-negara di Eropa

mempraktikkan CSR lebih dari sekedar “voluntary” serta memperkuat

54Amy S. RahayuCorporate Social Responsibility (CSR) Antara Ethics-Perilaku Organisasi-

Responsibility dan Penerapannya di Organisasi Pemerintah, hal 321 (sumber: Zimmerly, et al,

2007, hal 183).

Page 50: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

50

penekanan pada aspek legal bila dibandingkan dengan Amerika Serikat

yang terlihat lebih lunak pada aspek legalnya.

Di Australia adanya kebijakan Perdana Menteri mengenai insiatif

CSR di Australia, yaitu tentang Kerjasama Bisnis Dengan Masyarakat.

Kebijakan ini dimulai pada tahun 1988 yang dikenal dengan (Meja Bundar

Perusahaan), kerjasama ini merupakan bentuk suatu kelompok

masyarakat Australia yang terkemuka atau pengusaha-pengusaha yang

berasal dari sektor masyarakat dan bisnis. Kemudian mereka diberi tugas

untuk mengembangkan kerjasama bisnis dengan masyarakat, hal ini

dimaksudkan untuk menangkis isu yang berkaitan bahwa perusahaan

hanya bersifat filantropis.55 Sebagai panduan pelaksanaan Corporate Social

Responsibility terdapat dalam peraturan mengenai perusahaan di Australia

(Corporation Act 2001) khusus section 1013 DA bahwa Undang-undang

memaksakan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pemberian pensiun,

asuransi jiwa serta pengaturan dana untuk memperlihatkan tingkat

seberapa mereka memperhatikan lingkungan, sosial dan tenaga kerja dan

standar etika didalam memutuskan investasi. Dalam implementasinya,

pemerintah Australia mewajibkan perusahaan membuat laporan tahunan

CSR dan mengatur standardisasi lingkungan hidup, hubungan industrial,

dan HAM.

55Sheila Mirah Tiara, Studi Perbandingan CSR di Indonesia dengan Australia dan Inggris,

FH-UI, 2013.

Page 51: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

51

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan

terkait yang memuat kondisi hukum yang ada dimana dalam hal ini yaitu

keterkaitan Rancangan Undang-Undang (RUU) Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan dengan Peraturan Perundang-undangan lain. Hal ini dilakukan

untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan. Beberapa

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial

perusahaan sebagai berikut:

A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia56

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada

hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa

dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan

dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi

kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.Dalam

Pasal 9 disebutkan bahwa:

(1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan

meningkatkan taraf kehidupannya.

(2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera

lahir dan batin.

(3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Kemudian dalam Pasal 11 mengatur bahwa setiap orang berhak atas

pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang

secara layak.

56Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165; Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3886

Page 52: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

52

Dari dua pasal tersebut apabila dikaitkan dengan tanggung jawab

sosial perusahaan maka perusahaan dalam menjalankan usahanya harus

pemenuhan hak masyarakat khususnya disekitar wilayah kerja

perusahan/industrinya atau yang terkena dampak langsung maupun

tidak langsung atas kegiatan perusahaan, seperti hak atas lingkungan

hidup yang baik dan sehat. Dengan terpenuhinya hak tersebut akan

mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin bagi masyarakat khususnya

yang berada di wilayah perusahaan.

B. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003 Tentang

Badan Usaha Milik Negara57

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang

dipisahkan. Keterkaitan tanggung jawab sosial perusahaan dengan

substansiUndang-Undang BUMN dapat dilihat dalam Pasal 88 dan Pasal

90. Dalam Pasal 88 disebutkan bahwa:

(1) BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyisihan dan penggunaan laba sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri.

Selanjutnya dalam Pasal 90 disebutkan bahwa “BUMN dalam batas

kepatutan hanya dapat memberikan donasi untuk amal atau tujuan

sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

Sebagai tindak lanjut dari undang-undang tersebut, ditetapkan

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-

09/NIBU/07/2015 Tentang Program Kemitraan dan Program Bina

57Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70;Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4297

Page 53: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

53

Lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Program Kemitraan adalah

program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi

tangguh dan mandiri, sedangkan Program Bina Limgkungan adalah

program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN.Peraturan

Menteri tersebut mengatur mengenai penyaluran dana Program

Kemitraan dan Program BL di seluruh wilayah Republik Indonesia dan

mengutamakan wilayah disekitar BUMN, termasuk kantor

cabang/perwakilannya.

Dasar pertimbangan peraturan ini ditetapkan untuk mendorong

kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya

pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja, kesempatan

berusaha dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu perlu

ditingkatkan partisipasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk

memberdayakan dan mengembangkan kondisi ekonomi, kondisi social

masyarakat dan lingkungan sekitarnya, melalui program kemitraan

BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan.

C. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas58

Istilah yang digunakan dalam Undang-Undang ini terkait dengan

tanggung jawab sosial perusahaan , yaitu Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas (UU PT), memberikan pengertian Tanggung Jawab

Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta

dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas

kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,

komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.59

58Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106;TambahanLembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4756. 59Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas.

Page 54: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

54

Ketentuan lainnya yang terkait dengan tanggung jawab sosial

perusahaan, antara lain diatur dalam:

a) Pasal 74

Rumusan norma dalam Pasal 74 ini yaitu:

(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.60

(2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkandan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.

(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.

Ketentuan Pasal 74 tersebut bertujuan untuk tetap

menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai

dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Adapun Peraturan Pemerintah yang mengatur lebih lanjut mengenai

tanggung jawab sosial dan lingkungan yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Dan

Lingkungan Perseroan Terbatas. Peraturan Pemerintah ini terdiri

dari 9 (sembilan)pasal yang diantaranya mengatur bahwa setiap

Perseroan selaku subjek hukum mempunyai tanggung jawab sosial

dan lingkungan.

Hal ini menjadi kewajiban bagi Perseroan yang menjalankan

kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber

60Yang dimaksud dengan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang

sumber daya alam” adalah Perseroan yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan

sumber daya alam.perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan

umber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan

sumberdaya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan sumberdaya

alam.

Page 55: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

55

daya alam. Kewajiban tersebut dilaksanakan di dalam dan di luar

lingkungan Perseroan.Tanggung jawab sosial dan lingkungan

tersebut dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja

tahunan Perseroan yang memuat rencana kegiatan dan anggaran

yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan tersebut. Selanjutnya, Perseroan yang telah berperan

serta melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat

diberikan penghargaan oleh instansi yang berwenang.

b) Pasal 66

Dalam Pasal 66 antara lain mengatur bahwa Direksi

menyampaikan laporan tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh

Dewan Komisaris dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan

setelah tahun buku Perseroan berakhir. Laporan tahunan tersebut

harus memuat sekurang-kurangnya laporan pelaksanaan Tanggung

Jawab Sosial dan Lingkungan

Selanjutnya dalam penjelasan umum Undang-Undang ini

menyebutkan bahwa Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat

bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan masyarakat pada

umumnya. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung terjalinnya

hubungan Perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat, maka

ditentukan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang

dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.

D. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 Tentang

Penanaman Modal

Istilah yang digunakan dalam Undang-Undang ini terkait dengan

tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu tanggung jawab sosial

Page 56: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

56

perusahaan.Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

TentangPenanaman Modal (UU PM), istilah tanggung jawab sosial

perusahaan terdapat dalam Pasal 15 huruf b. Adapun rumusan Pasal 15,

yaitu:

Setiap penanam modal berkewajiban:

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;

b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha

penanaman modal.

Dalam penjelasan Pasal 15 huruf b menyebutkan bahwa yang

dimaksud dengan “tanggung jawab sosial perusahaan” adalah tanggung

jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk

tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan

lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.

Selanjutnya dalam Pasal 34 UU PM juga mengatur terhadap Badan

usaha atau usaha perseorangan yang tidak memenuhi kewajiban tersebut

dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal;

atau

d. pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.

Sanksi administratif tersebut diberikan oleh instansi atau lembaga

yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha

perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.61

Berdasarkan putusan MK Nomor 53/PUU-VI/2008 mengenai

Pengujian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

61Pasal 34Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman

Modal

Page 57: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

57

Terbatas terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dalam pertimbangannya menyebutkan bahwa terhadap

badan usaha lain selain perseroan terbatas, seperti Koperasi, CV, Firma,

dan Usaha Dagang, dikenai juga kewajiban tanggung jawab sosial

perusahaan sebagaimana diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

E. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial

Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009

TentangKesejahteraan Sosial (UU KS), keterkaitannya dengan tanggung

jawab sosial perusahaan dapat dilihat dari definisi Kesejahteraan Sosial

dan Pelaku Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial yang dijabarkan dalam

tujuan penyelenggaraan kesejahteraan social serta tanggung jawab dan

Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

UU KS ini mendefinisikan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi

terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar

dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat

melaksanakan fungsi sosialnya.62 Selanjutnya definisi dari Pelaku

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah individu, kelompok,

lembaga kesejahteraan sosial, dan masyarakat yang terlibat dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial63. Keterlibatan masyarakat disini

termasuk perusahaan. Hal ini tercermin dari tujuan penyelenggaraan

kesejahteraan sosial yang diantaranya antara lain meningkatkan

kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial perusahaan dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan

berkelanjutan sebagaimana termaktub dalam Pasal 3 huruf d.

63 Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial diprioritaskan kepada mereka yang memiliki

kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki criteria masalah: kemiskinan, keterlantaran, kecactan, keterpencilan, ketunaan social dan penyimpangan perilaku, korban

bencana alam dan/atau korban tindak kekekrasan, eksploitasi, diskriminasi.

Page 58: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

58

Selain itu, dalam Pasal 12 huruf b disebutkan bahwa pemberdayaan

sosial dimaksudkan untuk meningkatkan peran serta lembaga dan/atau

perseorangan sebagai potensi dan sumber daya dalam penyelenggaraan

kesejahteraan sosial. Adapun terkait dengan peran perusahaan dalam

penyelenggaraan kesejahteraan sosial maka dalam penjelasan Pasal 12

huruf b dijelaskan bahwa Salah satu potensi dan sumber daya dalam

penyelenggaraan kesejahteraan social adalah tanggung jawab sosial

perusahaan. Dalam Pasal 12 ayat (2) diatur mengatur juga mengenai

pemberdayaan sosial64yang dilaksanakan antara lain melalui:

a. peningkatan kemauan dan kemampuan;

b. penggalian potensi dan sumber daya;

c. penggalian nilai-nilai dasar;

d. pemberian akses; dan/atau

e. pemberian bantuan usaha.

Selanjutnya, dalam Pasal 25 huruf e disebutkan juga bahwa

tanggung jawab Pemerintah dalam menyelenggarakan kesejahteraan

social diantaranya mendorong dan memfasilitasi masyarakat serta

perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab sosialnya. Begitupula

dalam Pasal 26 huruf f yang mengatur bahwa wewenang Pemerintah

dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial diantaranya dengan

melakukan pendayagunaan dana yang berasal dari perusahaan dan

masyarakat.

F. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup65

Keterkaitan tanggung jawab sosial perusahaan dengan

perlindungan pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat dari dampak

64Pemberdayaan Sosial adalah semua upaya yang diarahkan untuk menjadikan warga

negara yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya. 65Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5059.

Page 59: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

59

yang secara umum dapat ditimbulkan oleh industrialisasi, antara lain,

dihasilkannya limbah bahan berbahaya dan beracun, yang apabila

dibuang ke dalam media lingkungan hidup dapat mengancam lingkungan

hidup, kesehatan, dan kelangsungan hidup manusia serta makhluk

hidup lain.

Menyadari potensi dampak negatif yang ditimbulkan sebagai

konsekuensi dari pembangunan, terus dikembangkan upaya

pengendalian dampak secara dini.Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL) adalah salah satu perangkat preemtif pengelolaan lingkungan

hidup yang terus diperkuat melalui peningkatkan akuntabilitas dalam

pelaksanaan penyusunan amdal dengan mempersyaratkan lisensi bagi

penilai amdal dan diterapkannya sertifikasi bagi penyusun dokumen

amdal, serta dengan memperjelas sanksi hukum bagi pelanggar di bidang

amdal.Amdal juga menjadi salah satu persyaratan utama dalam

memperoleh izin lingkungan yang mutlak dimiliki sebelum diperoleh izin

usaha.

Dalam Pasal 1 angka 11 disebutkan bahwa pengertian dari AMDAL

adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan

yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses

pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau

kegiatan. Sedangkan dalam Pasal 1 angka 12 juga disebutkan bahwa

Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan

hidup (UKL-UPL) adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha

dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan

hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Terkait dengan korelasi perlindungan pengelolaan lingkungan

hidup dengan tanggung jawab sosial perusahaan maka dalam Pasal 35

ayat (1) dan ayat (2) yang mengatur bahwa:

(1) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang usaha dan kegiatannya menimbulkan dampak besar dan penting terhadap

Page 60: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

60

lingkungan hidup, yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, dan/atau menghasilkan limbah bahan berbahaya dan beracun, bertanggung jawabsecara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan, dengan kewajiban membayar ganti rugi secara langsung dan seketika pada saat terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

(2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dapat dibebaskan dari kewajiban membayar ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jika yang bersangkutan dapat membuktikan bahwa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup disebabkan salah satu alasan di bawah ini: a. adanya bencana alam atau peperangan; b. adanya keadaan terpaksa di luar kemampuan manusia; atau c. adanya tindakan pihak ketiga yang menyebabkan terjadinya

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup.

Berdasarkan pengaturan tersebut maka setiap perusahaan dalam

perusahaan wajib bertanggung jawab secara mutlak untuk membayar

gantu rugi saat terjadinya pencemaran dan/atau lingkungan hidup

karena pada dasarnya setiap perusahaan akan menghasilkan limbah

meskipun ada yang sudah mengontrolnya atau tidak. Namun hal ini

dapat dibebaskan dari sanksi hukum apabila dapat membuktikan bahwa

pencemaran tersebut disebabkan oleh beberapa alasan dalam Pasal 35

ayat (2).

G. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 tentang

Konservasi Tanah Dan Air

Dalam UU No. 37 Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Air

Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) memberikan kewajiban dan tanggung jawab

kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah dan semua masyarakat untuk

menyelenggarakan konservasi tanah dan air. Dalam Pasal 7 ayat (1) dan

ayat (2), bahwa:

(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, pemegang hak atas tanah, pemegang kusa atas tanah, pemegang izin,dan/atau pengguna Lahan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air.

Page 61: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

61

(2) Dalam penyelenggaraan Konservasi Tanah dan Air sebagaimana dimaksucl pada ayat (1), pemerintah,Pemerintah Daerah, pemegang hak atas tanah, pemegang kuasa atas tanah, pemegang izin, dan/atau pengguna Lahan wajib mengikuti prinsip konservasi dan menghormati hak yang dimiliki Setiap Orang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk melestarikan lingkungan air, pelaku industri harus

memelihara lingkungan dengan sebaik mungkin. Jika pelaku industri

atau usaha akan membuka sebuah kawasan industri, harus menjauhi

daerah serapan air sehingga ekosistem air tidak terganggu dan

melakukan penanaman kembali pohon-pohon pada kawasan yang telah

gundul. Kegiatan ini dilakukan untuk mengatasi bahaya erosi.

Untuk konservasi tanah, Pelaku Usaha atau Industri harus

melakukan pencegahan kerusakan tanah oleh erosi dan aliran

permukaan, memperbaiki tanah yang rusak atau kritis,

mengamankan dan memelihara produktivitas tanah agar tercapainya

produksi setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas.

Page 62: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

62

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, LANDASAN SOSIOLOGIS, DAN

LANDASAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Undang-Undang selalu mengandung norma hukum yang diidealkan

(ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita luhur

kehidupan bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan.66Cita-cita

luhur yang terkandung dalam landasan filosofis hendaklah mencerminkan

cita-cita filosofis yang dianut oleh bangsa Indonesia sendiri.Landasan

filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan

bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup,

kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah

bangsa Indonesia yang bersumber dari pancasila dan pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.67

Sila kelima Pancasila, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

memberi kewajiban kepada pemerintah untuk melaksanakan program-

program yang bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial.Dalam

pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

tercantum dengan jelas cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus

merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia. Cita-cita dan tujuan bangsa

Indonesia tersebut adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

66Jimly Asshidqie, Perihal Undang-Undang, Jakarta, Sekretariat Jenderal MK, 2006, hal.

170. 67Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 5234.

Page 63: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

63

Untuk melaksanakan dan mencapai cita-cita dan tujuan nasional

tersebut diperlukan upaya pembangunan yang berkesinambungan dan

berkelanjutan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang

menyeluruh, terarah, dan terpadu. Salah satu upaya pembangunan

tersebut adalah melalui pembangunan perekonomian nasional.

Pembangunan perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan

demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi yang

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta

menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional yang

bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan tujuan negara

Republik Indonesia antara lain membentuk suatu Pemerintahan Negara

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini

diperjelas dalam ketentuan Pasal 28H ayat (1) menyebutkan setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai konsep pemanfaatan sumber

daya alam, dinyatakan bahwa “bumi, air, dan, kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat”.Tujuan penguasaan negara atas

sumber daya alam adalah mewujudkan keadilan sosial dan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat.Hal ini semakin dipertegas dengan

Pasal 34 ayat (2)UUD 45 yang menyebutkan “Negara mengembangkan

sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat

yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”

Selanjutnya dalam Pasal 33 ayat (4) UUD 1945 menyebutkan bahwa

perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi

dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan

Page 64: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

64

kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Dalam melaksanakan tujuan

tersebut harus melibatkan semua lapisan masyarakat termasuk pelaku

usaha. Oleh sebab itu pelaku usaha dalam menjalankan usahanya harus

memperhatikan dan menjaga alam, lingkungan dan masyarakat sekitarnya

agar alam dan lingkungan tetap terjaga dengan baik sehingga masyarakat

tetap mendapatkan kehidupan yang layak sebagaimana yang telah dijamin

dalam UUD 1945.

Upaya meningkatkan pembangunan perekonomian nasional selain

menjadi tanggung jawab pemerintah, tidak luput juga dari keterlibatan

perusahaan, baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), maupun pihak swasta. Perusahaan dalam menjalankan

usahanya tidak hanya bertanggung jawab terhadap kemajuan ekonomi

untuk menciptakan profit (keuntungan) dalam menjaga kelangsungan

usahanya saja, namun juga memiliki tanggung jawab sosial (corporate

social responsibility) terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

TJSP merupakan satu bentuk kepedulian dan kebutuhan interaksi

perusahaan dengan para pemangku kepentingan (stakeholders). Dalam

konsep yang luas TJSP mencakup kepatuhan perusahaan kepada hak asasi

manusia, perburuhan, perlindungan konsumen dan lingkungan

hidup.Sedangkan dalam arti yang sempit, TJSP dimaksudkan untuk

pembangunan kesejahteraan masyarakat di sekitar perusahaan berada.

Dengan demikian, TJSP merupakan wujud nyata dari keterlibatan seluruh

komponen bangsa untuk berpartisipasi mewujudkan kesejahteraan umum

sesuai dengan tujuan nasional Republik Indonesia.

B. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.Landasan sosioogis

Page 65: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

65

sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah

dan kebutuhan masyarakat dan negara.68

Penyelenggaraan TJSP yang umumnya dikenal dengan istilah

“Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dipahami sebagai wujud

kepedulian serta tanggung jawab perusahaan dalam bentuk kegiatan sosial

yang dilakukan sebagai implikasi atas segala kegiatan operasional

perusahaan dalam mengekspansi dan/atau mengeksplorasi sumber daya

alam atau sumber daya ekonomi masyarakat yang berada di sekitar

lingkungan/wilayah kerja perusahaan.69 Kegiatan TJSP secara nyata harus

berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan (sustainable

development)70 yang salah satunya dilakukan melalui peningkatan

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan ISO 26000 dalam butir 3.3

mengenai Karakteristik Tanggung Jawab Sosial (Characteristic of Social

Responsibility) sub butir 3.3.2 mengenai Harapan Masyarakat (The

Expectations of Society).

Pada praktik pelaksanaan TJSP memiliki makna yang berbeda dengan

tujuan dari diadakannya program TJSP tersebut.Tidak adanya kesesuaian

pemahaman antara perusahaan dan masyarakat dalam memaknai TJSP

seringkali menjadikan tujuan kegiatan TJSP menjadi tidak tepat sasaran.

Dalam contoh kasus tidak adanya based line data masyarakat dan

kurangnya perusahaan melakukan need assesstment, salah satu

perusahaan pertambangan di kota Balikpapan melaksanakan

kegiatan/program TJSP dengan membuat jalan atau memperbaiki jalan

68Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 5234. 69 Forum CSR Kesos Kaltim, Hasil Pengumpulan Data (fact finding) ke Provinsi

Kalimantan Timur, tanggal 27 – 31 Mei 2013. 70 Berdasarkan ISO 26000 catatan butir 2.23 mengenai sustainable development dapat

diambil kesimpulan bahwa pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan

caramengintegrasikantujuandarikualitas hidup yang tinggi, kesehatandan

kesejahteraandengan keadilan sosialserta mempertahankankapasitasbumiuntuk mendukung

kehidupandalam segala keragamannya. Tujuan sosial, ekonomi dan

lingkungan ini saling tergantung dansaling memperkuat satu sama lain. Pembangunan berkelanjutandapat diartikansebagai cara untuk mengekspresikanharapanlebih

luasmasyarakat secara keseluruhan.

Page 66: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

66

yang rusak di suatu kawasan pedesaan yang berada di sekitar wilayah

kerja perusahaan. Namun perusahaan sama sekali tidak memikirkan

dampak dari kegiatan operasionalnya dengan tidak memperbaiki atau

mengganti kerugian masyarakat akibat pembuangan limbah dari aktivitas

pertambangan perusahaan. Sehingga masyarakat tetap merasa dirugikan,

sedangkan dilain pihak perusahaan merasa telah melakukan kontribusinya

dalam program TJSP. Dengan kata lain, tidak ada kesepahaman dan

kesesuaian antara kegiatan/program TJSP yang dilakukan oleh

perusahaan dengan yang diinginkan oleh masyarakat.71Pada contoh kasus

tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan selama ini masih

mengutamakan pembangunan infrastruktur dari pada pengembangan

sosial ekonomi masyarakat yang mengarah kepada membangun

kemandirian masyarakat.

Hal lain yang juga menjadi faktor penghambat hubungan antara

perusahaan dan masyarakat adalah tidak adanya

transparansi/keterbukaan dari perusahaan dan kurangnya partisipasi

masyarakat mengenai pembuatan perencanaan kegiatan/program TJSP

yang dilakukan oleh perusahaan. Sehingga masyarakat tidak mengetahui

manfaat yang berkepanjangan dari kegiatan/program TJSP tersebut bagi

masyarakat dan lingkungan.Sedangkan di negara-negara Eropa dan

Amerika Serikat yang telah mewajibkan perusahaannya melaksanakan

CSR, CSR digunakan sebagai salah satu indikator penilaian kinerja sebuah

perusahaan dengan dicantumkannya laporan tentang pelaksanaan CSR di

dalam laporan tahunan dari perseroan masing-masing negara.

Selain itu sistem evaluasi penyelenggaraan kegiatan CSR dari Dinas

Sosial atau Pemerintah Daerah dan pengawasan terhadap pelaksanaan

CSR yang telah dilakukan oleh BUMN, BUMD, dan perusahaan belum

71 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) STABIL, Hasil Pengumpulan Data (fact finding) ke

Provinsi Kalimantan Timur, tanggal 27 – 31 Mei 2013.

Page 67: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

67

berjalan.72Disisi lain setiap kegiatan TJSP yang diselenggarakan antar

perusahaan tidak berjalan saling berkesinambungan, sehingga kegiatan

yang dilakukan menjadi tumpang tindih dan bersifat insidentil, belum

menjadi program yang berkelanjutan serta belum dapat menyelesaikan

persoalan sosial yang ada.

Terlepas dari berbagai hambatan yang mungkin timbul dari hubungan

antara perusahaan dan masyarakat, hal penting yang harus diingat bahwa

dibutuhkannya suatu formulasi sistem peraturan agar tujuan yang hendak

dicapai perusahaan melalui TJSP tidak salah sasaran atau tidak sesuai

dengan kebutuhan masyarakat.Tujuan utama dari TJSP haruslah tetap

diupayakan agar mampu menggerakkan perekonomian melalui

peningkatan potensi usaha pada perusahaan dan pemberdayaan

masyarakat.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi

permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang

akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan

masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang

berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu

dibentuk Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan

hukum itu, antara lain peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang

tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah

dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya

72Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Balikpapan, Hasil Pengumpulan Data (fact finding) ke

Provinsi Kalimantan Timur, tanggal 27 – 31 Mei 2013.

Page 68: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

68

sudah ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali

belum ada.73

Landasan yuridis juga merupakan suatu tinjauan substansi terhadap

suatu Undang-Undang yang ada kaitannya dengan Naskah Akademik

dengan memperhatikan hierarki peraturan perundang-undangan dengan

puncaknya pada UUD 1945.74 Landasan yuridis akan digunakan sebagai

dasar hukum dalam peraturan perundang-undangan yang akan disusun,

yang dalam hal ini adalah Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan.

Berdasarkan evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan

yang telah diuraikan pada BAB III, terdapat beberapa Peraturan

Perundang-Undangan yang mengatur mengenai TJSP. Namun, dalam

pengaturannya masih menimbulkan multitafsir dalam memaknai TJSP,

misalnya dalam penggunaan istilah yang digunakan masih terdapat

beragam istilah yuridis seperti tanggung jawab sosial dan lingkungan,

tanggung jawab sosial perusahaan, pembinaan usaha kecil/koperasi dan

pembinaan masyarakat, pengembangan masyarakat sekitarnya dan

jaminan hak-hak masyarakat adat, atau program pengembangan dan

pemberdayaan masyarakat.Selain itu, perbedaan pemahaman dalam

memaknai TJSP juga menyebabkan perbedaan pelaksanaanTJSP.Oleh

karena itu dibutuhkan pengaturan secara khusus dalam Undang-Undang

tersendiri secara komprehensif yang akan mengatur semua kegiatan TJSP

(BUMN, BUMD, swasta (nasional atau asing) di Indonesia sebagai landasan

hukum yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan TJSP.

73Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234.

74Akhmad Aulawi, Arrista Trimaya, Atisa Praharini, et.al., Modul Perancangan Undang-Undang, (Jakarta: Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008), hal. 19.

Page 69: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

69

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP PENGATURAN

UNDANG-UNDANG

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Untuk memenuhi fungsi dari Naskah Akademik yaitu mengarahkan

ruang lingkup materi muatan rancangan undang-undang maka pengaturan

dalam Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan ini disusun secara sistematis dalam beberapa bab yang

diarahkan untuk mewujudkan suatu pengaturan mengenai tanggung jawab

social perusahaan yang komprehensif sebagai hasil dari kajian beberapa

peraturan perundangan yang telah ada dan praktik empiris pelaksanaan

tanggung jawab sosial perusahaan di lapangan yang dilaksanakan oleh para

stakeholder terkait.

Dalam Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan ini diatur bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai

sistem di perusahaan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan oleh

perusahaan, terutama terhadap masyarakat di sekitar lingkungan

produksi/operasionalnya yang terkena dampak langsung dari aktifitasnya,

dan/atau masyarakat yang tidak berada di lingkungan produksi dan tidak

terkena dampak langsung akibat aktifitas perusahaan. Tindakan ini sebagai

bentuk tanggung jawab sosial sekaligus kebutuhan perusahaan untuk

berinteraksi, baik langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan

lingkungan setempat. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendukung

terjalinnya hubungan pelaku usaha yang serasi dan seimbang dengan

lingkungan setempat, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan

budaya masyarakat setempat.

Sasaran yang ingin diwujudkan dengan pengaturan tanggung jawab

sosial perusahaan dalam Dalam Rancangan Undang-Undang tentang

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ini adalah terselenggaranya

Page 70: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

70

pelaksanaan kewajiban CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan secara

lebih terukur, tersistematisasi secara baik, dan melalui program yang

berkesinambungan sehingga memberikan dampak positif yang dirasakan

oleh masyarakat baik di lingkungan maupun di luar lingkungan

perusahaan, dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan

pengaturan ini kewajiban CSR tidak hanya menjangkau para pelaku usaha

yang kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya

alam tetapi juga bidang lainnya dituntut untuk memikul kewajiban dalam

bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Pelaksanaan tanggung jawab

sosial perusahaan didorong agar menjadi sistem di perusahaan, antara lain

dengan perbaikan manajemen CSR dan pembentukan forum TJSP sehingga

diharapkan siapapun yang menjadi penentu kebijakan di perusahaan tetap

terikat untuk melaksanakan program tanggung jawab sosial serta ikut

membantu memecahkan masalah-masalah sosial dan lingkungan di

masyarakat.

B. Ruang Lingkup Materi Muatan Undang-Undang

Rancangan Undang-Undang ini akan mengatur adanya kewajiban bagi

perusahaan untuk melaksanakan TJSP. Kewajiban tersebut berlaku bagi

setiap bentuk usaha baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan

hukum yang berkedudukan dan menjalankan usaha di wilayah Negara

Republik Indonesia dalam bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya

alam atau penanaman modal.

Kewajiban perusahaan tersebut diharapkan akan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat di lingkungan wilayah

operasional Perusahaan dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup

sehingga diharapkan akan meningkatkan eksistensi Perusahaan dan

mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu Rancangan Undang-Undang ini juga mengatur antara lain

mengenai, penyelenggaraan TJSP yang di mulai dari tahapan perencanaan,

pelaksanaan, serta pelaporan. Selain itu akan diatur mengenai mekanisme

Page 71: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

71

pendanaan serta pemberian penghargaan bagi perusahaan yang melakukan

TJSP dengan baik dan berdampak positif bagi masyarakat. Adapun uraian

mengenai materi muatan tersebut diantaranya:

1. Ketentuan Umum

Dalam ketentuan umum memuat batasan pengertian atau definisi,

singkatan/akronim yang dituangkan dalam batasan pengertian atau

definisi, dan atau hal-hal lain yang bersifat umum yang berlaku bagi

pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain ketentuan yang

mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa dirumuskan tersendiri

dalam pasal atau bab. Pemberian batasan pengertian atau pendefinisian

dari suatu istilah dalam suatu undang-undang dimaksudkan untuk

membatasi pengertian atau untuk memberikan suatu makna bagi istilah

yang digunakan dalam undang-undang.

Istilah dan batasan pengertian atau definisi yang perlu diakomodasi

dalam undang-undang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,

yaitu:

1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang selanjutnya disingkat TJSP

adalah kewajiban perusahaan untuk ikut bertangungjawab

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga

keseimbangan lingkungan hidup secara berkesinambungan.

2. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha baik yang berbadan hukum

maupun tidak berbadan hukum yang berkedudukan dan

menjalankan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia dalam

bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam atau

penanaman modal.

3. Penerima Manfaat adalah setiap orang atau kelompok orang yang

menerima manfaat dari penyelenggaraan TJSP.

4. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang

dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud

Page 72: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

72

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

5. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Selain batasan pengertian, dalam penyelenggaraan tanggung jawab

sosial perusahaan perlu dicantumkan asas-asas sebagai landasan yang

menjiwai isi dari pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:

a. kemanusiaan;

b. manfaat;

c. akuntabilitas;

d. transparan;

e. keselarasan;

f. berkelanjutan;

g. keterpaduan; dan

h. gotong royong.

Selain pencantuman asas yang melandasi penyelenggaraan

tanggung jawab social perusahaan yang tercermin di dalam norma

batang tubuh, juga ditegaskan tujuan dari adanya pengaturan RUU

tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yaitu:

a. meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat di

lingkungan wilayah operasional Perusahaan;

b. menjaga keseimbangan lingkungan hidup;

c. meningkatkan eksistensi Perusahaan; dan

d. mewujudkan pembangunan berkelanjutan.

2. Penyelenggaraan TJSP

Dalam melakukan kegiatan usaha, perusahaan wajib

menyelenggarakan TJSP. Penyelenggaraan TJSP meliputi:

a. perencanaan;

Page 73: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

73

b. pelaksanaan; dan

c. pelaporan.

a. Perencanaan

Perencanaan penyelenggaraan TJSP bertujuan untuk

menentukan alokasi anggaran serta mengetahui permasalahan dan

kebutuhan penerima manfaat. Perencanaan merupakan satu

kesatuan bagian dengan rencana kerja dan anggaran perusahaan.

Untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan penerima manfaat,

perusahaan melakukan kegiatan:

1) identifikasi permasalahan penerima manfaat;

2) pemetaan penerima manfaat; dan

3) penyusunan program.

Selanjutnya dalam melakukan identifikasi permasalahan

penerima manfaat, perusahaan dapat berkoordinasi dengan forum

TJSP atau melibatkan masyarakat. Tujuannya adalah agar

penyelenggaraan TJSP tepat sasaran dan dapat dirasakan langsung

manfaatnya oleh penerima manfaat. Kemudian dokumen perencanaan

disampaikan ke forum TJSP di provinsi atau kabupaten/kota untuk

disinergikan dengan perencanaan TJSP dari perusahaan lain

dan/atau program pembangunan Pemerintah Daerah. Dokumen

perencanaan yang telah disinergikan dalam forum TJSP disampaikan

kepada Perusahaan untuk segera dilaksanakan.

b. Pelaksanaan

TJSP dilaksanakan oleh perusahaan atau bekerja sama dengan

pihak lain. TJSP dilaksanakan berdasarkan dokumen perencanaan

yang telah disinergikan, yang meliputi:

1) pengembangan masyarakat;

2) pelestarian lingkungan hidup; dan/atau

3) pembinaan kewirausahaan.

Page 74: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

74

Selain melaksanakan TJSP, perusahaan dalam batas kepatutan

dapat melakukan kegiatan donasi untuk amal atau tujuan sosial.

Namun, kegiatan donasi yang dilakukan perusahaan tidak

menghilangkan kewajiban perusahaan untuk tetap melakukan TJSP.

Perusahaan dapat memberikan TJSP kepada penerima manfaat

yang berasal dari internal perusahaan (anak atau keluarga karyawan).

Namun, pelaksanaan TJSP kepada penerima manfaat yang berasal

dari internal perusahaan tidak boleh melebihi 1/3 (satu per tiga)

bagian dari jumlah keseluruhan anggaran dana/alokasi anggaran

TJSP. Selanjutnya, hasil dari pelaksanaan TJSP yang telah dilakukan

oleh perusahaan wajib dipublikasikan kepada masyarakat. Publikasi

pelaksanaan TJSP harus mudah diakses oleh masyarakat dan dapat

dijadikan kegiatan promosi perusahaan dan kemitraan untuk

kepentingan laba perusahaan.

c. Pelaporan

Perusahaan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan TJSP secara

tertulis kepada forum TJSP di provinsi atau kabupaten/kota.

Penyampaian laporan hasil pelaksanaan TJSP paling sedikit memuat:

1) sasaran yang dicapai dalam pelaksanaan TJSP;

2) jumlah penerima manfaat TJSP; dan

3) realisasi anggaran pelaksanaan TJSP.

3. Pendanaan

Untuk mendukung kegiatan TJSP diperlukan pengaturan

mengenai pendanaan. Adapun dalam RUU ini diarahkan agar dana TJSP

diperhitungkan sebagai biaya dan dianggarkan dalam rencana kerja dan

anggaran Perusahaan. Penganggaran dan perhitungan dana TJSP

tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran

yang ditentukan melalui mekanisme pengambilan keputusan

perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan pertanggungjawaban

Page 75: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

75

penggunaan dana TJSP dilakukan melalui mekanisme pengambilan

keputusan perusahaan.

4. Tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Dalam Penyelenggaraan TJSP, Pemerintah Pusat bertugas

menyusun kebijakan, standar, dan pedoman dalam penyelenggaraan

TJSP. Tugas tersebut dilaksanakan oleh Menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang sosial. Sedangkan Pemerintah Daerah

bertugas:

a. menyusun peta dampak sosial dan lingkungan hidup kegiatan usaha

Perusahaan di daerah;

b. menyiapkan data mengenai kondisi sosial dan lingkungan

masyarakat;

c. memberikan informasi mengenai program TJSP yang dibutuhkan

Penerima Manfaat;

d. melakukan pengawasan dan evaluasi;

e. melakukan sosialisasi kebijakan, standar, dan pedoman dalam

penyelenggaraan TJSP;

f. melakukan koordinasi dengan forum TJSP; dan

g. memberikan penghargaan kepada Perusahaan atas usulan forum

TJSP.

5. Forum TJSP

Agar penyelenggaraan kegiatan TJSP berjalan efektif, efisien, dan

tepat sasaran maka dalam RUU ini diarahkan untuk dibentuk Forum

TJSP yang difasilitasi oleh pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya. Forum TJSP merupakan wadah yang bersifat

koordinatif untuk efektivitas, efisiensi, dan ketepatan sasaran

pelaksanaan TJSP. Forum TJSP beranggotakan wakil dari Perusahaan

atau asosiasi Perusahaan. Sedangkan biaya operasional forum TJSP

bersumber dari iuran Perusahaan.

Page 76: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

76

Forum TJSP dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota. Terkait

dengan Forum TJSP di kabupaten/kota, hanya akan dibentuk untuk

Perusahaan yang lokasi wilayah operasionalnya dalam daerah

kabupaten/kota. Sedangkan Forum TJSP di provinsi, akan dibentuk jika

terdapat Perusahaan yang lokasi wilayah operasionalnya lintas

kabupaten/kota. Forum TJSP dapat melakukan pertemuan berkala

untuk:

a. menyinergikan program TJSP antar Perusahaan;

b. melakukan pengembangan program TJSP;

c. melaporkan pelaksanaan TJSP Perusahaan kepada Pemerintah

Daerah;

d. memberikan usulan kepada Pemerintah Daerah untuk pemberian

penghargaan; dan

e. melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada Pemerintah Daerah.

Selanjutnya, dalam melaksanakan tugas menyinergikan program

TJSP setiap perusahaan, forum TJSP berwenang menetapkan rencana

pelaksanaan TJSP.

6. Penghargaan

Bagi perusahaan yang telah melaksanakan TJSP dengan baik

akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk

piagam penghargaan. Penghargaan berbentuk piagam tersebut di

berikan berdasarkan usulan dari Forum TJSP.

Penghargaan kepada perusahaan yang telah melaksanakan TJSP

diberikan dengan kriteria:

a. melakukan kegiatan yang hasilnya berdampak terhadap upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar Perusahaan;

b. menyerap tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar

Perusahaan; dan/atau

c. menciptakan kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaan.

Page 77: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

77

Selanjutnya mengenai pemberian penghargaan tersebut diatur dalam

Peraturan Pemerintah.

7. Sanksi Administratif

Ketentuan sanksi administratif bagi Perusahaan yang tidak

menyelenggarakan TJSP dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatasan kegiatan usaha;

c. pembekuan kegiatan usaha/penghentian sementara izin usaha; atau

d. pencabutan izin usaha.

Sanksi administratif tersebut diberikan oleh instansi/lembaga yang

berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

8. Ketentuan Peralihan

Ketentuan peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan

hukum atau hubungan hukum berkaitan dengan tanggung jawab sosial

perusahaan yang sudah ada pada saat Undang-Undang ini mulai

berlaku. Ketentuan peralihan bertujuan untuk:

a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;

b. menjamin kepastian hukum;

c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak

perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan

d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.75

Ketentuan Peralihan dalam rancangan undang-undang ini

memuat penyesuaian terhadap perusahaan yang menyelenggarakan

pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar

Badan Usaha Milik Negara dalam bentuk program kemitraan dan bina

lingkungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

75 Lampiran Nomor 127 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5234.

Page 78: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

78

Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297), tanggung

jawab sosial dan lingkungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor

4756), dan tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4724) tetap melaksanakan kegiatannya sampai selesai

dan dinyatakan sebagai TJSP berdasarkan ketentuan Undang-Undang

ini.

9. Ketentuan Penutup

Ketentuan penutup ditempatkan dalam bab terakhir. Jika tidak

diadakan pengelompokan bab, ketentuan penutup ditempatkan dalam

pasal-pasal terakhir. Pada umumnya ketentuan penutup memuat

ketentuan mengenai:

a. Penunjukan organ atau alat kelengkapan yang melaksanakan

Peraturan Perundang-undangan;

b. Nama singkat Peraturan Perunang-undangan;

c. Status Peraturan Perundang-undangan yang sudah ada; dan

d. Saat mulai berlaku Peraturan Perunang-undangan.76

Berkaitan dengan status peraturan perundang-undangan yang

berkaitan dengan TJSP dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang

pengaturannya tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-

Undang ini. Selain itu, dalam ketentuan penutup ini juga mengatur

mengenai jangka waktu dibentuknya Forum TJSP yaitu paling lama 1

(satu) tahun sejak UU ini mulai berlaku.

76Lampiran Nomor 136 dan 137 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234.

Page 79: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

79

Selanjutnya, dalam ketentuan penutup ini mengatur bahwa

peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling

lama1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Sedangkan untuk pemberlakuan RUU ini sejak saat diundangkannya

RUU ini menjadi Undang-Undang dan agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Page 80: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

80

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Perusahaan dalam melaksanakan dan mengembangkan usahanya

memiliki tanggung jawab sosial. Secara konseptual tanggung jawab sosial

perusahaan adalah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan

kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan para

pemangku kepentingan (stakeholders). Secara yuridis ketentuan yang

mengatur mengenai tanggung jawab sosial perusahaan masih tersebar

dalam beberapa Undang-Undang, yaitu Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun, Undang-Undang tersebut belum

mengatur tanggung jawab sosial perusahaan secara komprehensif. Di

samping itu, dari Undang-Undang yang ada, juga belum mengatur secara

tegas mengenai keharusan bagi perusahaan untuk membuat tanggung

jawab sosial, melainkan hanya berupa himbauan. Hal ini membuat

Pemerintah tidak bisa memberikan sanksi yang tegas terhadap perusahaan

yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial.

Dalam prakteknya, pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan

menimbulkan penafsiran sendiri. Hal ini dapat dilihat dari masing-masing

perusahaan yang memiliki program tanggung jawab sosial, ada yang

memberikan program berkelanjutan, namun banyak juga perusahaan yang

melaksanakan tanggung jawab sosial hanya bersifat charity atau filantrophy

semata. Selain itu, banyak terjadi tumpang tindih yang melibatkan program

tanggung jawab sosial perusahaan dan program pembangunan daerah.

Akibatnya Pemerintah Daerah banyak membuat Peraturan Daerah

mengenai tanggung jawab sosial perusahaan yang justru memberatkan

perusahaan. Pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan pada dasarnya

tidak terlepas dari kewajiban perusahaan untuk ikut berperan aktif dalam

Page 81: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

81

pembangunan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat yang

berada di sekitar wilayah operasionalnya dan pelestarian lingkungan hidup.

Agar tepat sasaran dan bermanfaat secara optimal, pelaksanaan tanggung

jawab sosial perusahaan harus dilakukan secara terencana melalui

penetapan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan. Hasil

perencanaan tersebut perlu disenergikan dengan rencana program tanggung

jawab sosial perusahaan lain dan program pembangunan daerah.

Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan juga diharapkan dilakukan

secara berkelanjutan dan akuntabel.

Mengingat pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan bagi

kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan hidup, maka

diperlukan suatu Undang-Undang yang mengatur secara komprehensif

mengenai tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab

sosial perusahaan dalam sebuah Undang-Undang akan memberikan

kepastian hukum kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan

tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun ketentuan-ketentuan yang

dimuat dalam Rancangan Undang-Undang yang mengatur tanggung jawab

sosial perusahaan, yaitu:

a. Ketentuan Umum, yang berisi isitilah, definisi dan batasan yang jelas

mengenai pemaknaan tanggung jawab sosial perusahaan, asas, dan

tujuan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan;

b. penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan, yang dimulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dan pelaporan;

c. sumber pendanaan perusahaan dalam menyelenggarakan tanggung jawab

sosial perusahaan;

d. peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah, termasuk pembinaan yang

dilakukan dalam penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan;

e. forum tanggung jawab sosial perusahaan sebagai forum koordinasi antara

Pemerintah, Pemerintah daerah, perusahaan, serta masyarakat dalam

mengkoordinasikan, memfasilitasi, serta mensinergikan penyelenggaraan;

dan

Page 82: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

82

f. penghargaan bagi perusahaan yang telah berhasil menjalankan tanggung

jawab sosial perusahaan.

B. Saran

Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan sebagai salah satu prioritas dalam Prolegnas DPR tahun 2016

menjadi salah satu instrumen hukum yang strategis untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat sekaligus menciptakan kelestarian lingkungan

hidup melalui penyelenggaraan tanggung jawab sosial perusahaan.

Rancangan Undang-Undang tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

disusun dalam usaha menjamin pelaksanaan kewajiban tanggung jawab

sosial oleh perusahaan melalui peningkatkan kesadaran dan komitmen

perusahaan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga

kelestarian lingkungan hidup. Untuk mencapai tujuan itu, dalam

pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan diperlukan koordinasi

yang sinergis antara Pemerintah, Pemerintah Daerah, perusahaan, dan

masyarakat. Sinergitas yang kuat antara Pemerintah, Pemerintah Daerah,

perusahaan, dan masyarakat, khususnya melalui Forum TJSP diharapkan

mampu mengoordinasikan dan menyelaraskan penyelenggaraan tanggung

jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan agar bermanfaat bagi

masyarakat secara optimal serta memberikan dampak terhadap kelestarian

lingkungan hidup yang pada akhirnya dapat memberikan kontribusi

secara signifikan terhadap pembangunan nasional.

Naskah Akademik RUU Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

berasal dari kajian dan pengumpulan data yang dilakukan oleh perancang

Undang-Undang, peneliti, dan tenaga ahli yang ada di tim kerja Badan

Keahlian DPR. Sebagai sebuah karya ilmiah, Naskah Akademik ini

membutuhkan penyempurnaan melalui forum uji publik yang resmi dan

melibatkan para praktisi CSR, akademisi di Perguruan Tinggi, serta para

stakeholder yang mempunyai kepedulian terhadap penyelenggaraan

tanggung jawab sosial perusahaan.

Page 83: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

83

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ashford, Graham dan Saleela Patkar, The Positive Path: Using Appreciative

Inquiry in Rural Indian Communities, (Karnataka, India: Myrada dan

International Institute for Sustainable Development, 2001).

Busyairi, Mufid A. Panduan Memfasilitasi Perencanaan Partisipatoris Penyusunan Program Desa, (Jakarta: PP Lakpesdam NU, 2000).

Hartono, Sunaryati. Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke XX

(Bandung: Alumni, 1994).

Keraf, Sonny A. Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta:

Kanisius, 1998). Kettner, Peter M. et al., Designing and Managing Programs: An Effectiveness-

Based Approach, (Los Angeles: Sage Publication, 2008).

Soejono dan Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka Cipta, 2003).

Solihin, Ismail. Corporate Social Responsibility, from Gharity to Sustainability,

(Bandung: Salemba Empat, 2008).

Wahyudi, Isa dan Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility, (Jakarta: In-

Trans Publishing, 2008). Wibisono, Yusuf. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, (Gresik : 2007).

Modul dan Makalah

Aulawi, Akhmad. Arrista Trimaya, Atisa Praharini, et.al., Modul Perancangan Undang-Undang, (Jakarta: Sekretariat Jenderal DPR RI, 2008).

Rudito, Bambang. Adi Prasetijo, dan Rizki Ali Akbar. Sesat Pikir CSR dan Usulan Solusi Untuk Perundangan CSR, makalah tidak diterbitkan.

(Jakarta: ICSD, 2013).

Tim Universitas Katolik Parahiyangan. Corporate Social Responsibility: Konsep, Regulasi, dan Implementasi, makalah tidak diterbitkan, tanpa

tahun (tt).

Page 84: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

84

Jurnal

Matten, Dirk dan Jeremy Moon, Implicit and Explicit CSR: A Conceptual

Framework for A Comparative Understanding of Corporate Social

Responsibility, dalam Academy of Management Review 2008, Vol. 33, No.

2, 404–424.

Widiowati, Didiet. Tantangan Pembangunan Sosial di Indonesia, dalam Jurnal

Kajian. (Jakarta: Pusat Sekretariat Jenderal DPR RI, 2009).

Peraturan Perundang-undangan: Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi

Manusia. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

Perkebunan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297.

Republik Indonesia, Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4274

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

106;Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang

Kesejahteraan Sosial. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5059.

Page 85: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANGberkas.dpr.go.id/pusatpuu/naskah-akademik/public-file/naskah... · D. Metode Penelitian ... CSR telah menjadi suatu kebutuhan yang dirasakan

NA RUU TJSP 22 Juli 2016

85

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967.

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: PER-20/MBU/2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara

Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha

Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Perda Provinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2011, pasal 1, ayat 5.

Internet:

Garriga, Elisabet dan Domenec Mele, Corporate Social Responsibility: Mapping

the Territory, diakses dari http-

//www.cs.unitn.it/~andreaus/bs1213/garriga_mel%C3%A9.pdf, pada

tanggal 20 Juni 2013.

International Standard ISO 26000, First Edition 2010-11-01: Guideline on Social Responsibility, (Jeneva: ISO, 2010), diakses dari ... pada tanggal 12 Juni

2013.

Rahman, Fathony. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia: Salah

Paham? Dalam Tempo, tanggal 16 Mei 2013 di akses dari

http://www.tempo.co/read/kolom/2013/05/16/720/Tanggung-Jawab-

Sosial-Perusahaan-di-Indonesia-Salah-Paham, pada tanggal 22 Juni

2013.