NASKAH AKADEMIK PROSPEK MSR UNTUK PENGUNAAN NASKAH AKADEMIK PROSPEK MSR UNTUK PENGUNAAN SUMBER DAYA
date post
12-Jan-2020Category
Documents
view
0download
0
Embed Size (px)
Transcript of NASKAH AKADEMIK PROSPEK MSR UNTUK PENGUNAAN NASKAH AKADEMIK PROSPEK MSR UNTUK PENGUNAAN SUMBER DAYA
1
NASKAH AKADEMIK
PROSPEK MSR UNTUK PENGUNAAN SUMBER DAYA THORIUM DI
INDONESIA
Andang Widi Harto
A. PENDAHULUAN Penggunaan energi nuklir di Indonesia merupakan hal yang sangat mendesak untuk
pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kebutuhan
listrik di Indonesia dari tahun ke tahun, semakin menipisnya sumber daya energi
konvensional (batubara, minyak dan gas), dampak lingkungan akibat penggunaan sumber
daya energi konvensional (emisi CO2, emisi senyawa-senyawa SOx dan NOx), serta
ketidaksiapan penggunaan sumber daya energi terbarukan untuk mensuplai kebutuhan energi
dalam jumlah besar, kontinyu dan murah. Sumber daya energi nuklir berpotensi mampu
menggantikan sumber daya energi konvensional untuk mensuplai energi secara masih,
kontinyu dan murah.
Sumber daya energi nuklir meliputi sumber daya energi nuklir fisi dan sumber daya
energi nuklir fusi. Karena alasan kematangan teknologi, maka sumber daya energi fusi nuklir
yang meliputi deuterium (D) dan litium-6 (Li-6) belum dapat dimanfaatkan. Sumber daya
energi fisi nuklir merupakan sumber daya energi nuklir yang sekarang dapat dimanfaatkan.
Sumber daya energi nuklir terdiri dari uranium dan thorium. Uranium alam terdiri dari dua
isotope, yaitu U-235 dengan fraksi mol sebesar 0,71 % dan U-238 dengan fraksi mol sebesar
99,29 %. Sedangkan thorium alam terdiri dari hanya satu isotope yaitu Th-232.
Dari ketiga isotop tersebut, hanya U-235 yang dapat digunakan secara langsung untuk
menghasilkan reaksi fisi (pembelahan nuklir) dengan induksi neutron. Reaksi tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut [1] :
EnXXnU 1021 1
0
235
92 (1)
Dalam hal ini, 1X dan 2X adalah nuklida hasil pembelahan sedangkan E adalah
energi yang nilainya adalah 200 MeV per reaksi. Karena reaksi fisi menghasilkan neutron
dengan jumlah yang lebih banyak daripada jumlah neutron yang dipergunakan untuk
menginduksi reaksi tersebut, maka dimungkinkan untuk dibuat reaktor dengan reaksi fisi
berantai.
Sementara itu, U-238 dan Th-232 merupakan isotop fertil. Dalam hal ini, kedua isotop
tersebut tidak bisa membelah ketika ditembak dengan neutron. Akan tetapi kedua isotop ini
akan menghasilkan isotop lain yang dapat berfisi jika dikenai neutron. Dalam hal ini U-238
akan menghasilkan Pu-239 dan Th-232 menghasilkan U-233. Reaksi semacam ini disebut
sebagai reaksi pembiakan (breeder), yang dapat ditulis sebagai berikut :
239
92
1
0
238
92 UnU (2) 0
1
239
93
239
92 eNpU (3) 0
1
239
94
239
93 ePuNp (4)
dan : 233
90
1
0
232
90 ThnTh (5) 0
1
233
91
233
90 ePaTh (6)
1 Lamarsh, J.R., 1966, Introduction to Nuclear Reactor Theory
2
0
1
233
92
233
91 eUPa (7)
Uranium-233 dan Plutonium-239 merupakan nuklida fisil yang dapat berfisi ketika ditembak
neutron.
EnXXnU 1021 1
0
233
92 (8)
EnXXnPu 1021 1
0
239
94 (9)
Proses pembiakan Pu-239 dari U-238 lebih efektif dilakukan dengan menggunakan
spectrum neutron cepat sedangkan proses pembiakan U-233 dari Th-232 lebih efektif
dilakukan dengan menggunakan spectrum neutron termal.
Karena U-235 merupakan isotope alam yang mampu berfisi, maka wajar jika
teknologi reactor nuklir awal menggunakan U-235. Lebih dari 99 % dari reactor nuklir yang
telah beroperasi dan sedang dibangun sekarang menggunakan U-235 sebagai bahan bakar
fisilnya.
Akan tetapi hal ini di kemudian hari menimbulkan masalah. Uranium 235 hanya
merupakan fraksi kecil dari uranium alam (0,71 %). Dengan demikian, reactor yang
menggunakan U-235 pada dasarnya hanya menggunakan 0,7 % dari sumber daya uranium.
Sebagian besar reactor nuklir sekarang tidak menggunakan uranium alam, melainkan
uranium diperkaya. Fraksi mol U-235 perlu ditingkatkan hingga menjadi 3 % sampai 5 %.
Reaktor berdaya 1000 MWe membutuhkan sekitar 21 ton uranium diperkaya 5 %
selama satu tahun. Untuk memperoleh 21 ton uranium diperkaya 5 %, dibutuhkan sekitar 180
ton hingga 200 ton uranium alam (tergantung tail product dari proses pengayaan). Karena
reactor nuklir sekarang hanya mampu menggunakan 0,7 % sumber daya uranium, maka
ketersediaan dari sumber daya uranium terbukti akan mengalami kelangkaan kurang lebih 50
tahun mendatang. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. dam Gambar 4.2.
Gambar 4.1. Estimasi sumber daya uranium terbukti [2]
2 Energy Watch Group, 2006, EWG Paper No 1-06, Uranium Resources and Nuclear Energy 03Dec2006 pdf
3
Permasalahan lainnya adalah produksi limbah radioaktif. Uranium-235 yang berfisi
menimbulkan nuklida hasil fisi yang memiliki tingkat radioaktifitas tinggi dengan umur
puluhan tahun. Akan tetapi uranium-238 yang menyerap neutron tetapi tidak secara sempurna
berhasil menjadi Pu-239 akan menjadi nuklida-nuklida yang disebut sebagai aktinida minor
(minor actinide, disingkat sebagai MA) yang memiliki aktivitas tinggi dan berumur sangat
panjang hingga puluhan ribu tahun. Teknologi reactor nuklir sekarang menghasilkan limbah
MA yang berumur panjang dan hingga sekarang belum ada pemecahannya.
Gambar 4.2. Estimasi kelangkaan sumber daya uranium terbukti [3]
B. PERLU PENGEMBANGAN TEKNOLOGI REAKTOR NUKLIR ALTERNATIF.
Dengan adanya masalah kelangkaan (shortage) uranium serta limbah radioaktif
berumur sangat panjang yang timbul akibat teknologi reactor nuklir sekarang yang
menggunakan U-235 sebagai bahan fisil, maka diperlukan pengembangan teknologi reactor
nuklir alternative yang mampu menggunakan bahan bakar non fisil (U-238 dan Th-232).
Reaktor semacam ini disebut sebagai reactor pembiak (breeder). Hal ini karena reactor harus
mampu melakukan proses pembiakan bahan fisil, yaitu mengubah U-238 menjadi Pu-238
atau mengubah Th-232 menjadi U-233.
Siklus bahan bakar nuklir yang menggunakan U-235 sebagaimana digunakan pada
teknologi reactor nuklir sekarang disebut sebagai siklus bahan bakar uranium terbuka.
Disebut terbuka karena siklus ini masih menyisakan sejumlah besar U-238 dan MA yang
seharusnya dapat dijadikan sebagai nuklida fisil dan dapat difisikan.
Siklus alternative yang perlu dikembangkan adalah siklus bahan bakar uranium
tertutup dan siklus bahan bakar thorium tertutup. Siklus uranium tertutup adalah siklus bahan
bakar yang mampu memanfaatkan U-238 melalui proses pembiakan U-238 menjadi Pu-239.
Siklus bahan bakar thorium tertutup adalah siklus bahan bakar nuklir yang mampu
memanfaatkan Th-232 melalui proses pembiakan Th-232 menjadi U-233.
Dengan demikian, terdapat tiga siklus bahan bakar nuklir fisi, yaitu :
- Siklus bahan bakar nuklir uranium terbuka - Siklus bahan bakar nuklir uranium tertutup
3 Energy Watch Group, 2006, EWG Paper No 1-06, Uranium Resources and Nuclear Energy 03Dec2006 pdf
4
- Siklus bahan bakar nuklir thorium tertutup. Siklus bahan bakar nuklir uranium terbuka diaplikasikan pada teknologi reactor nuklir
sekarang. Siklus bahan bakar nuklir uranium tertutup diaplikasikan dengan menggunakan
reactor nuklir pembiak dengan spectrum neutron cepat (Fast Breeder Reactor / FBR). Siklus
bahan bakar nuklir thorium tertutup diaplikasikan dengan menggunakan reactor pembiak
yang menggunakan spectrum neutron termal (Thermal Breeder Reactor / TBR).
Pada reactor FBR dan TBR, semua material fertile minor actinide (MA) yang
terbentuk pada akhirnya dapat dikonversi menjadi nuklida fisil sehingga terjadi reaksi fisi.
Dengan demikian, baik FBR dan TBR secara potensial mampu menggunakan seluruh sumber
daya nuklir alamiah (uranium untuk FBR dan thorium untuk TBR) secara keseluruhan. Jika
reactor sekarang memerlukan sekitar 180 ton hingga 200 ton uranium alam per GWe-tahun,
maka baik reactor FBR dan TBR hanya memerlukan 1 ton sumber daya nuklir alamiah
(uranium untuk FBR dan thorium untuk TBR) per GWe-tahun.
Jika rentang ketersediaan sumber daya uranium terbukti diestimasikan hanya bertahan
hingga 50 tahun ke depan dengan menggunakan reactor sekarang, maka rentang ketersediaan
sumber daya uranium dan torium terbukti bisa mencapai ribuan tahun ke depan dengan
menggunakan reactor FBR dan TBR.