Narkolepsi

8
Narkolepsi dalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai serangan tidur, dimana penderitanya amat sulit mempertahankan keadaan sadar. Hampir sepanjang waktu ia mengantuk. Rasa kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur. Penyebab Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi. Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar. Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar. Gejala Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad): Rasa kantuk berlebihan (EDS) Katapleksi (cataplexy) Katapleksi merupakan gejala khas narkolepsi yang ditandai dengan melemasnya otot secara mendadak. Otot yang melemas bisa beberapa otot saja sehingga kepala terjatuh, mulut membuka, menjatuhkan barang-barang, atau bisa juga keseluruhan otot tubuh. Keadaan ini dipicu oleh lonjakan emosi, baik itu rasa sedih maupun gembira. Biasanya emosi positif lebih memicu katapleksi dibanding emosi negatif. Pada sebuah penelitian penderita narkolepsi diajak menonton film komedi, dan saat ia terpingkal-pingkal tiba-tiba ia terjatuh lemas seolah tak ada tulang yang menyangga tubuhnya. Paralisis/Kelumpuhan saat tidur Kelumpuhan Tidur adalah kelumpuhan otot volunter secara umum yang terjadi pada waktu awal tidur. Peristiwa ini mungkin

description

narkolepsi

Transcript of Narkolepsi

Narkolepsidalam bahasa awam, bisa dikatakan sebagai serangan tidur, dimana penderitanya amat sulit mempertahankan keadaan sadar. Hampir sepanjang waktu ia mengantuk. Rasa kantuk biasanya hilang setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

Penyebab Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi. Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar. Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar.

Gejala Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad): Rasa kantuk berlebihan (EDS) Katapleksi (cataplexy)Katapleksi merupakan gejala khas narkolepsi yang ditandai dengan melemasnya otot secara mendadak. Otot yang melemas bisa beberapa otot saja sehingga kepala terjatuh, mulut membuka, menjatuhkan barang-barang, atau bisa juga keseluruhan otot tubuh. Keadaan ini dipicu oleh lonjakan emosi, baik itu rasa sedih maupun gembira. Biasanya emosi positif lebih memicu katapleksi dibanding emosi negatif. Pada sebuah penelitian penderita narkolepsi diajak menonton film komedi, dan saat ia terpingkal-pingkal tiba-tiba ia terjatuh lemas seolah tak ada tulang yang menyangga tubuhnya. Paralisis/Kelumpuhan saat tidurKelumpuhan Tidur adalah kelumpuhan otot volunter secara umum yang terjadi pada waktu awal tidur. Peristiwa ini mungkin disertai rasa dikejar-kejar atau perasaan akan adanya bahaya yang akan datang. Teror yang timbul dalam peristiwa tersebut baru dapat diceritakan oleh pasien beberapa tahun kemudian. Peristiwa ini juga dibatalkan dengan sentuhan sederhana. Kelumpuhan yang timbul pada pasien narkolepsi tersebut diperkirakan sebagai akibat dari inhibisi motor yang sama seperti yang terjadi pada tidur REM. Kelumpuhan saat tidur tanpa disertai narkolepsi dapat terjadi pada orang sehat yang kurang tidur tetapi, juga sering kali terlihat pada pasien dengan depresi. Halusinasi Hypnagogic/hypnopompicKondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi. Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang budaya penderita.Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.

Epidemiologi Perkiraanprevalensi/ angka kejadian berkisar antara 2 dan 10 per 10.000 orang di Amerika Utara dan Eropa. Sedangkan di Jepang angka kejadian sekitar lima kali lebih tingggi. Gejala-gejala dari narkolepsi biasanya timbul antara usia 12 dan 30 tahun, meskipun ada pula kasus yang dilaporkan dengan onset sejak usia 2 tahun dan hingga akhir 76 tahun. Perbedaan gender tidak terlalu berpengaruh terhadapprevalensikejadian.

NARKOLEPSI

Pengertian

Narkolepsi merupakan salah satu bagian dari gangguan tidur kronik. Pengertian dari narkolepsi sendiri adalah keinginan untuk tidur yang tidak tertahankan pada keadaan dan waktu yang tidak sesuai. Serangan tidur ini biasanya muncul mendadak dan dalam waktu yang singkat. Penderita narkolepsi biasanya akan mengantuk lalu langsung tertidur kemudian setelah 15 menit orang tersebut akan bangun dan merasa segar, tetapi setelah itu akan mulai merasa mengantuk lagi. Kejadian ini akan terjadi secara berulang ulang setiap hari Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus menerus. Justru penderita narcolepsy ini terkena serangan secara mendadak pada saat yang tidak tepat, seperti sedang memimpin rapat biasanya terjadi serangan pada kondisi emosi yang tegang seperti: marah, takut atau jatuh cinta. Serangan narcolepsy dapat melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih sadar dan secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi.

Etiologi

Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi. Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar. Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar. Akibatnya kantuk menyerang terus dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar.Kelainan ini cenderung ditemukan juga dalam satu keluarga, sehingga diduga merupakan penyakit keturunan. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM

Patofisiologi

Patofisiologi narkolepsi pada manusia telah ditemukan setelah para peneliti menemukan gen-gen narkolepsi pada hewan. Para peneliti sekarang percaya bahwa dalam hampir 90 dari orang yang menderita narkolepsi disebabkan oleh kekurangan hypocretin / orexin ligan.Oleh karena itu, percaya bahwa narkolepsi adalah genetik di alam karena fungsi normal dan abnormal neurotransmitter modulasi kekebalan. Namun, para peneliti telah mampu mengembangkan sebuah tes diagnostik baru yang melibatkan mengukur cairan serebrospinal untuk tingkat hypocretin. Dan jika masalah dapat dilihat dalam tingkat ini, maka terapi penggantian hypocretin dapat diberikan. Namun, pengobatan ini masih dalam tahap perkembangan dan tidak tersedia untuk merawat orang yang menderita narkolepsi.

Manifestasi KLINIS (gejala)

Gejala biasanya dimulai pada masa remaja atau dewasa muda dan menetap seumur hidup.Penderita menghadapi serangan kantuk mendadak yang tak tertahankan, yang bisa terjadi setiap saat. Rasa ingin tidur hanya dapat ditahan untuk sementara waktu; tetapi sekali tertidur, penderita biasanya dapat dengan mudah dibangunkan. Serangan bisa terjadi beberapa kali dalam sehari, dan setiap serangan biasanya berlangsung selama 1 jam atau kurang. Serangan lebih sering terjadi pada keadaan yang monoton, seperti rapat yang membosankan atau mengemudi mobil dalam jarak jauh. Penderita merasakan kesegaran ketika terbangun, tetapi beberapa menit kemudian akan tertidur kembali.

Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):1. Rasa kantuk berlebihan (EDS) Karakteristik utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa dan tak terkendali di siang hari. Orang dengan narkolepsi tertidur secara tiba-tiba, di mana saja dan kapan saja. Sebagai contoh, penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk beberapa menit di tempat kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman. Penderita tidur hanya beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum bangun dan merasa segar, tapi kemudian tertidur lagi. Selain tidur di waktu dan tempat yang tidak tepat, penderita juga mengalami penurunan kewaspadaan sepanjang hari.Rasa kantuk dapat dipuaskan setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

2. Katapleksi (cataplexy) Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara tanpa disertai penurunan kesadaran (keadaan ini disebut katapleksi), sebagai respon terhadap suatu reaksi emosional mendadak, seperti kemarahan, ketakutan, kegembiraan, tertawa atau kejutan.Berjalan menjadi timpang, menjatuhkan barang yang sedang dipegang atau terjatuh ke tanah. Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur, dimana ketika baru saja tertidur atau segera sesudah terbangun, penderita merasakan tidak dapat bergerak.Kondisi tiba-tiba lemas (seperti tak berotot), dapat menyebabkan berbagai perubahan fisik, dari cadel ketika berbicara untuk melengkapi kelemahan dari sebagian besar otot, dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga beberapa menit. Cataplexy yang tidak terkontrol dan sering dipicu oleh emosi yang kuat, biasanya yang positif seperti tertawa atau kegembiraan, tapi kadang-kadang ketakutan, kejutan atau kemarahan. Misalnya, kepala penderita dapat terkulai tak terkendali atau lutut tiba-tiba lemas ketika tertawa.Beberapa orang dengan pengalaman narkolepsi hanya satu atau dua episode cataplexy setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Dari data Mayoclinic diperkirakan 70 persen orang dengan pengalaman narkolepsi mengalami cataplexy.

3. Sleep paralysisSleep paralysis adalah keadaan lumpuh dimana penderitanya tidak dapat menggerakkan tubuhnya sama sekali. Di saat peralihan dari sadar ke tidur, sleep paralysis bisa menyerang berbarengan dengan halusinasi sehingga menimbulkan pengalaman yang menakutkan bagi penderitanya. Ini terjadi karena gelombang tidur REM (mimpi) yang menerobos ke kesadaran sehingga seolah penderita bermimpi di siang bolong. Anda tentu ingat, bahwa dalam tahap tidur REM seluruh otot tubuh (kecuali mata dan pernafasan) menjadi lumpuh total.Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam beberapa menit. kejadian ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderita merasa hilang kendali atas tubuhnya.

4. Hypnagogic/hypnopompic hallucination. Halusinasi (melihat atau mendengar benda yang sesungguhnya tidak ada) bisa terjadi pada awal tidur atau ketika terbangun. Halusinasi ini menyerupai mimpi biasa, tetapi lebih hebat.Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi. Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang budaya penderita. Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.

Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnosa, selain keempat gejala klasik tadi diperlukan juga pemeriksaan Polysomnografi (sleep study.) Pemeriksaan dilakukan semalaman dan dilanjutkan dengan Multiple Sleep Latency Test (MSLT.) MSLT adalah sleep study yang dilakukan di pagi hingga sore hari untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat tertidur di pagi/siang hari. Pemeriksaan dibagi menjadi 5 kali tidur siang, dimana setiap kalinya pasien diberi waktu 20 menit untuk jatuh tidur dengan tidur pertama berjarak 1,5 hingga 3 jam setelah bangun pagi. Penderita narkolepsi tertidur kurang dari 5 menit dan biasanya dari 5 tidur siang terdapat 2 sleep onset REM (SOREM.) SOREM adalah kondisi dimana gelombang otak penderita berubah langsung dari terjaga ke REM.Pada narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi, selain menggunakan MSLT diagnosa dapat juga ditegakkan dengan ditemukannya antigen khusus (HLA DQB1*0602) atau rendahnya kadar hipokretin (orexin) dalam cairan serebro spinal. Walaupun tidak spesifik untuk memeriksa narkolepsi, pemeriksaan ini dapat membantu diagnosa. Biasanya pasien tanpa katapleksi yang tes DQB1*0602-nya positif, baru akan diperiksakan kadar hipokretin. Elektroensefalogram(EEG), yang merupakan rekaman aktivitas listrik otak, bisa menunjukkan bahwa pola tidurREMterjadi pada saat penderita mulai tertidur. Hal ini khas untuk narkolepsi. Tidak ditemukan perubahan struktural dalam otak dan tidak ditemukan kelainan dalam hasil pemeriksaan darah.

Penatalaksanaan

Narkolepsi adalah suatu kronis yang tidak hilang sepenuhnya. Meskipun tidak ada obat untuk narkolepsi, pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu penderita mengelola gejala. Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain stimultan atau antidepresan. Namun sebelum mengkonsumsi obat tersebut disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.Obat perangsang (stimulan), seperti efedrin, amfetamin, dekstroamfetamin dan metilfenidat, bisa membantu mengurangi narkolepsi. Dosisnya disesuaikan agar tidak terjadi efek samping yang tidak diinginkan, seperti kegelisahan, terlalu aktif atau penurunan berat badan.Untuk mengurangi katapleksi, biasanya diberikan obat anti-depresi, yaitu imipramin.Dengan perawatan yang tepat dan penuh disiplin, seorang penderita narkolepsi dapat hidup normal. Apalagi dengan disertai dukungan dari keluarga dan para sahabat yang siap menjaga keselamatan si penderita.G. Pencegahan

Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi. Anda bisa mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini:1. Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari, termasuk akhir pekan.2. Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang hari. Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin akan menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.3. Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama pada malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.4. Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.