nana suarna
-
Upload
rahmathi8813 -
Category
Documents
-
view
89 -
download
15
description
Transcript of nana suarna
ISSN. 1907-4964
J U R N A L
T E K N O – I N S E N T I F
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013
Jurnal Tekno-Insentif adalah wadah informasi bidang ilmu Teknik berupa hasil penelitian, studi kepustakaan maupun
tulisan ilmiah yang terkait. Terbit pertama kali tahun 2006 dengan frekuensi terbit dua kali setahun.
Penanggung Jawab Koordinator Kopertis Wilayah IV
Redaktur Entin Hartini, S. Sos., M. Si
Redaktur Pelaksana: Atin Afiatin, S. Sos., M. Si.
Ade Ruhiyat, S. Ip. Ir. Nefli Yusuf, M.Eng.
Dra. Maimunah Aminatun, S.Sos, M.Si.
Suroso, SH.
Penyunting Ahli: Prof. Dr. Ir. Eddy Yusuf Supardi, M.Sc.
. Prof. Dr. Ir. Rochim Suratman Prof. Dr. Ir. Robertus Wahyudi Triweko, M.Eng.
Alamat Redaksi Kopertis Wilayah IV
Jl. Penghulu Hasan Mustafa No. 38 Telepon: (022) 7275630
e-mail: [email protected]
ISSN. 1907-4964
Jurnal TEKNO-INSENTIF
Volume 7, Nomor 2, Oktober 2013
DAFTAR ISI
1 PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK BAHAN BAKAR ENERGI BARU DAN TERBARUKAN (EBT) ……………………………………………………….. Studi Kasus: Limbah Sawit Produksi Sawit Daerah Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Oleh: Bambang Sunarwan(1) dan Riyadi Juhana(2) (1) Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor dan (2) Fakultas Teknik, Universitas Suiryakancana Cianjur.
1
2 ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN KANAL DATA TERHADAP PERFORMANSI LAYANAN JARINGAN ………………………………………….
Oleh: S.N.M.P. Simamora1, A. S. Fauzi2 1. Lab. Telematika, Dept. Telekomunikasi, STEI-ITB, 2. PUSDITEK (Pusat Studi Teknologi Nirkabel dan Bergerak) Politeknik TELKOM
Bandung,
15
3 KAJIAN TRANSFORMASI BENTUK DAN TATANAN MASSA BANGUNAN DI KAWASAN BANDUNG SUPER MALL ………………………………………..
Oleh: Dewi Parliana, Arief Nirwan M., Sri Nurhasana, Habibi, Teknik Arsitektur, ITENAS Bandung
21
4 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK) PEMILIHAN KARYAWAN TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCY PROCESS (AHP) …………………………………………………………………………………. (Studi Kasus: Badan Koordinasi Pemerintahan Dan Pembangunan Wilayah III Provinsi Jawa Barat)
Oleh: Tety Rosianah, Erlina Dayanti, STMIK IKMI Cirebon
30
5 RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA KEPENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHI PROCESS …………………………………………………………….. (Studi Kasus di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang)
Oleh: Rohmat Taufiq, Teknik Informatika, Universitas Muhammadiyah Tangerang
36
6 APLIKASI PERSEDIAAN BARANG KOPERASI SISWA ………………………. (Studi Kasus: SMK Al-Irsyad Al-Islamiyah Cirebon)
Oleh: Suci Heliyani, Nining R, Nana Suarna, STMIK IKMI Cirebon
45
1
Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013
ISSN: 1907-4964, halaman 1 s.d. 14
PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK BAHAN BAKAR ENERGI BARU
DAN TERBARUKAN (EBT) Studi Kasus: Limbah Sawit Produksi Sawit Daerah Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua
Oleh:
Bambang Sunarwan1 dan Riyadi Juhana2 1. Fakultas Teknik, Universitas Pakuan Bogor dan
2. Fakultas Teknik, Universitas Suiryakancana Cianjur. Abstrak - Kelapa Sawit merupakan tanaman budidaya yang menghasilkan minyak nabati yaitu Crude Plam Oil (CPO), sangat banyak dijumpai di Indonesia terutama di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Selain menghasilkan Crude Palm Oil (CPO), dalam proses pengolahan kelapa sawit selain menghasilkan CPO juga menghasilkan limabah yang sangat banyak. Untuk 1 ton kelapa sawit akan mampu menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang (Shell) sebanyak 6,5% atau 65 kg, wet decanter solid (lumpur sawit) 4 % atau 40 kg, serabut (Fiber) 13% atau 130 kg serta limbah cair sebanyak 50%. Dari ke empat limbah padat tersebut limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dihasilkan di perkebunan Jair, Kabupaten Boven Digoel milik PT. Korindo – Boven Digoel, merupakan limbah padat yang jumlahnya cukup besar yaitu sekitar 126.317,54 ton/tahun yang tercatat pada tahun 2012, namun pemanfaatannya masih terbatas, sementara ini hanya dibakar dan sebagian dihamparkan pada lahan kosong sebagai mulsa/pupuk, di kawasan sekitar pabrik. Dari penelitian pemanfaatan limbah, diketahui tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi besar untuk dijadikan bahan bakar nabati (BBN). TKKS bisa diolah menjadi bioetanol dan bahan bakar pembangkit listrik tenaga biomasa (PLT Biomassa). Hasil uji laboratorium terhadap limbah TKKS di Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua memiliki jumlah kalor sebesar 4.492,7436 kalori/g (4.492,7436 Kkal/kg) atau 18.719,4656 joule/g serta mengandung pati 11,550 % bb dan mengandung selullosa 41,392 % bb, sangat cocok untuk dijadikan menjadi dua jenis bahan bakar tersebut. Bahkan TKKS yang dihasilkan di Distrik Jair Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua diperhitungkan akan dapat membangkitkan listrik sebesat 7,33 MW. Kata Kunci: Limbah, TKKS, Cangkang (Shell), CPO, PLT Biomassa PALM OIL WASTE BENEFIT FOR RENEWBLE ENERGY FUEL Case Study: Production Palm Oil Waste Palm Oil Regency of Boven Digoel Province of Papua Abstracs- Palm oil is a cultivated plant that produces edible oils, namely Crude Plam Oil (CPO), is very often found in Indonesia, especially in Sumatra, Kalimantan, Sulawesi and Papua. Besides producing Crude Palm Oil (CPO), in addition to the processing of oil palm produce CPO also produces limabah very much. For 1 ton of palm oil will be able to produce waste in the form of oil palm empty fruit bunches (TKKS) as much as 23% or 230 kg, waste shell (Shell) as much as 6.5% or 65 kg, wet decanter solids (sludge oil) 4% or 40 kg , fibers (Fiber) 13% or 130 kg and liquid waste as much as 50%. The solid waste empty fruit bunches of oil palm waste (TKKS) can be produced on the estate Jair, Regency Digoel PT. Korindo - Digoel, a solid waste that is quite large at around 126,317.54 tonnes / year was recorded in 2012, but its use is still limited, while this is only partially burned and overlaid on vacant land as mulch / fertilizer, in the area around the plant. By research utilization of waste, known that palm empty fruit bunches (TKKS) has great potential to be used as biofuel (BBN). TKKS can be processed into bioethanol and fuel power plant biomass (Biomass PLT). Results of laboratory tests on waste TKKS in Jair, Digoel District, Papua Province has a number of heat 4492.7436 calories / g (4492.7436 Kcal / kg) or 18719.4656 joules/g and containing starch and contain 11,550% bb selullosa 41.392% bb, very suitable to be used in two types of fuel. Even TKKS generated in Jair District Digoel Papua province will be able to generate electricity accounted for 7.33 MW. Keywords: Waste, TKKS, Shell (Shell), CPO, PLT Biomass
1. Pendahuluan
Penggunaan energi fosil seperti minyak bumi, gas, dan batubara selalu akan memunculkan isu pencemaran lingkungan, berupa emisi CO2 dan
2
pemanasan global. Gas rumah kaca seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan NO2 membentuk lapisan di atmosfir yang dapat menahan panas yang akan keluar dari bumi sehingga menyebabkan atmosfir bumi semakin panas (pemanasan global).
Selain CO2, penggunaan bahan bakar fosil juga menghasilkan emisi polutan seperti CO, NO, SO2, VOC, POP, PAH, partikulat, logam beracun (Cd, Hg, As, dll.) ke udara. Kepedulian terhadap permasalahan-permasalahan di atas mendorong keluarnya kebijakan pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dan peningkatan penggunaan energi baru terbarukan
(EBT) yang dituangkan dalam bentuk sasaran bauran energi primer nasional 2025 sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.
Upaya untuk memenuhi target bauran energi nasional tersebut diantaranya adalah penggalakkan penggunaan biomassa sebagai sumber energi. Biomassa merupakan bentuk EBT yang tersedia dalam jumlah besar. Banyak dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah dari tandan kosong sawit, tongkol jagung, dan sekam padi.
Berdasarkan data Departemen Pertanian, pada tahun 2008 produksi kelapa sawit Indonesia mencapai 18 juta ton.
(Sumber: Blueprint Energi Nasional 2005-2025)
Gambar 1. Target bauran energi nasional 2025
Dari produksi tersebut dihasilkan limbah tandan kosong sebanyak (22-23) % atau sekitar 4 juta ton, sedangkan produksi jagung Indonesia tahun 2008 mencapai 16 juta ton dan tersebar di area perkebunan seluas 4 juta hektar.
Produksi jagung tersebut dihasilkan limbah tongkol jagung sebanyak 1 ton per hektar atau sekitar 4 juta ton. Produksi padi yang mencapai 60 juta ton pada tahun 2009 juga menghasilkan limbah biomassa berupa sekam padi sebanyak 35 % atau sekitar 21 juta ton.
2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari kajian adalah memberikan gambaran serta pandangan beberapa hal berikut: 1) Pemanfaatan potensi sumber daya khusus
berupa bahan nabati (bahan bakar pembangkit istrik, bioetanol, biodiesel) untuk kesejahteraan dan kebutuhan masyarakat.
2) Mendukung pemerintah dalam mencari energi alternatif dari bahan bakar nabati (BBN) yang ramah lingkungan serta mengurangi ketergantungan akan energi listrik dan energi konvensional bahan bakar dari fosil (solar, premium, minyak tanah).
3) Mendukung program pemerintah mengenai kebijakan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang efisien.
3
4) Mendukung pengurangan efek rumah kaca dengan Go Green/renewable energi atau energi terbarukan yang ramah lingkungan.
5) Memanfaatkan potensi limbah yang dihasilkan oleh pabrik minyak kelapa sawit atau CPO (crude palm oil) agar menjadi lebih bermanfaat dan mempunyai nilai tambah (value added) dan manfaat bagi kehidupan masyarakat di Kabupaten Boven Digoel khususnya dan Provinsi Papua pada umumnya.
6) Memberikan masukan atas pemanfaatan limbah kelapa sawit dari segi tingkat kelayakan teknis, kelayakan ekonomis dan finansial untuk dimanfaat sebagai sumber bahan bakar untuk pembangkit listrik dan juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati (BBN) yaitu bioetanol atau biodiesel.
7) Memberikan gambaran tentang teknologi pengolahan dengan memanfaatkan tandan
kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang, serat, wet decanter solid, serta limbah cair menjadi BBN (biomass/bioetanol/biogas/bahan bakar pembangkit listrik) atau pupuk sejak proses penanganan sampai menjadi produk.
8) Memilih teknologi proses pembuatan bahan bakar nabati (BBN)/ biomass, bioetanol, biogas, biomassa, bahan bakar pembangkit listrik yang efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan.
9) Memperdayakan masyarakat Kabupaten Boven Digoel untuk berpartisipasi untuk membangun daerah sendiri lepas dari ketergantungan terhadap energi listrik serta energi bahan bakar minyak (BBM).
10) Meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Boven Digoel dengan pertumbuhan industri berbasis manufaktur dengan dukungan pasokan energi listrik yang berkesinambungan.
World Market Energy Use
0.0
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
300.0
Tahun
Qu
adri
llio
n B
TU
Liquid Fuel Gas AlamBatubara NuklirEnergi Terbarukan
1980 1990 2000 2010 2020 2030
(Sumber: DOE)
Gambar 2. Grafik Kebutuhan Energi Dunia
3. Karakterisasi Dan Potensi Limbah
Kelapa Sawit - Potensi Limbah Kelapa Sawit
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi besar menjadi sumber biomassa selulosa dengan kelimpahan cukup tinggi dan sifatnya yang terbarukan. TKKS merupakan hasil samping dari pengolahan minyak kelapa sawit yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai pupuk, dan media bagi pertumbuhan jamur serta tanaman. Limbah kelapa sawit jumlahnya sangat melimpah,
setiap pengolahan 1 ton TBS (Tandan Buah Segar) akan dihasilkan TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit) sebanyak 23% TKKS atau sebanyak 230 kg TKKS.
Data bahwasanya sebuah pabrik dengan kapasitas pengolahan 12,7 juta ton/jam, waktu operasi selama 1 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 2,3 juta ton TKKS. Total limbah TKKS seluruh Indonesia, 2004 diperkirakan mencapai 18,2 juta ton. Disimpulkan memproduksi bioetanol berbahan baku limbah kelapa sawit layak diusahakan karena tingkat keuntungan mencapai 75 % (http://pengolahan-limbah/sawit).
4
Tabel 1. Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit di
Indonesia
Tah
un Luas Areal (Ha)
Perkebunan
Rakyat
Perkebunan Besar
Negara
Perkebunan Besar Swasta
Total Swasta
1999 1.041.046 576.999 2.283.757 3.901.802
2000 1.166.758 588.125 2.403.194 4.158.077
2001 1.561.031 609.943 2.542.457 4.713.431
2002 1.808.424 631.566 2.627.368 5.067.358
2003 1.654.394 662.803 2.766.360 5.283.557
2004 1.904.943 674.865 2.821.705 5.401.513
2005 1.917.038 676.408 2.914.773 5.508.219
2006 2.120.338 696.699 3.141.800 5.958.839 Sumber: Ditjen Perkebunan, 2006
Data dari (Ditjen Perkebunan, 2006) Tabel 2. menginformasikan bahwa perkebunan kelapa sawit saat ini menempati wilayah sangat luas, yaitu berkembang di 18 propinsi. Wilayah terluas terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (yang mencakup Jair, Kabupaten Boven Digoel). Lima propinsi terluas berturut-turut adalah Riau (1,3 juta Ha), Sumatera Utara (964,3 ribu Ha), Sumatera Selatan (532,4 ribu Ha), Kalimantan Barat (466,9 ribu Ha) dan Jambi (466,7 ribu Ha). Kelima propinsi tersebut memiliki 3,770 juta Ha atau 67,4% dari 5,597 juta Ha di seluruh Indonesia. - Jenis dan Potensi Limbah Kelapa Sawit Dari
Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel
Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama di Distrik Jair, Kabupaten Boven Digoel adalah berupa limbah padat, terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi pada in house keeping pada pengolahan CPO (Crude Palm Oil). Tabel 2. Sebaran Areal Perkebunan dan Produksi
Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2005
No Provinsi Luas Area (Ha)
Produksi Kelapa
Sawit (ton)
Produksi TKKS
(ton) 1 NAD 261.101 112.000 26.000 2 Sumatera Utara 964.257 414.000 95.000 3 Sumatera Barat 324.332 139.000 32.000 4 Riau 1.340.036 559.000 129.000 5 Kepulauan Riau 2.067 888 205 6 Jambi 466.709 200.000 46.000 7 Sumatera Selatan 532.365 228.000 53.000 8 Bangka Belitung 100.681 430.000 99.000 9 Bengkulu 83.583 35.000 8.050
10 Lampung 163.589 71.000 16.000 11 Kalimantan Barat 466.900 201.000 46.000 12 Kalimantan
Tengah 269.043 116.000 27.000
13 Kalimantan Selatan
150.211 64.500 15.000
14 Kalimantan Timur
222.132 95.000 22.000
15 Sulawesi Tengah 44.215 18.000 4.100 16 Sulawesi selatan 13.925 60.000 14.000 17 Sulawesi Barat 84.248 36.000 8.300 18 Papua 41.640 18.000 4.200 Nasional 5.518.219 2.300.000 529.000 Sumber: Ditjen Perkebunan, 2006
Limbah yang terjadi pada generasi pertama baik itu limbah padat atau cair setelah diproses menjadi suatu produk yang akan menyisakan limbah generasi berikutnya dan limbah generasi kedua ini juga dapat dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah. Tabel 3 terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan sehingga mempunyai nilai ekonomi yang tidak sedikit.
(Sumber: ENVIRONMENTAL SERVICES PROGRAM WWW.ESP.OR.ID)
Gambar 3. Produksi Minyak Sawit Sedunia Pada Tahun 2006
Diantara potensi limbah yang diketahui untuk
Kebun sawit Jair, yaitu dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu menggantikan pupuk sintetis (Urea, TSP dan lain-lain). Pemanfaatan limbah baik padat maupun cair secara umum dapat dilakukan melalui proses pengolahan yang dapat dibedakan dalam tiga proses yakni ; proses kimia, proses fisika serta proses biologi. Limbah sawit tandan kosong (TKS) di perkebunan Jair milik PT.Korindo merupakan limbah padat dengan jumlah cukup besar atau sekitar 126.317,54 ton/tahun yang tercatat pada tahun 2012, namun pemanfaatan saat ini masih terbatas, hanya dibakar dan sebagian dihamparkan di lahan kosong jadi mulsa/pupuk, daerah di sekitar pabrik.
Dari literatur diketahui persentase Tankos/TKKS terhadap TBS sekitar 20% dan setiap ton Tankos mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg berturut-turut setara dengan 3 Kg Urea; 0,6 Kg CIRP; 12 Kg MOP; dan 2 Kg Kieserit.
5
Tabel 3. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan limbah
Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo - Jair
Jenis Limbah
Potensi per ton TBS
(%) Manfaat
Tandan kosong 23,0 Pupuk kompos, pulp kertas, papan parti -kel, energi
Wet Decanter Solid 4,0 Pupuk, kompos.
makanan ternak
Cangkang 6,5 Arang, karbon aktif, papan partikel
Serabut (fiber) 13,0 Energi, pulp kertas, papan, partikel
Limbah cair 50,0 Pupuk, air irigasi Air kondensat 60.0 Air umpan broiler
Dalam upaya pemanfaatan limbah kelapa sawit
secara optimal untuk setiap kasus, perlu dikaji
beberapa aspek teknis, ekonomis, sosial dan ling-kungan yang meliputi perihal berikut: · Jumlah, waktu pengadaan dan lokasi keberadaan
limbah maupun fluktuasinya sepanjang tahun atau musim.
· Pemanfaatan di lapangan, jumlah biomasa, kebutuhan tenaga kerja, peralatan, kondisi jalan, bahaya, resiko kerusakan atau pelapukan. Transportasi, volume limbah, jarak sampai ditujuan, kondisi jalan.
· Struktur fisik dan komposisi kimia maupun kandungan energi (nilai kalor bakar) bahan limbah.
· Berbagai alternatif pemanfaatan limbah, teknologi yang tersedia, biaya dan nilai produk yang dihasilkan.
· Tingkat pencemaran lingkungan dan teknologi penanganan untuk kelestarian lingkungan hidup.
(Sumber: Departemen Pertanian tahun 2006)
Gambar 4. Area dan produksi perkebunan kelapa sawit
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut
di atas, maka pemanfaatan limbah dapat dilakukan secara optimal. - Karakteristik Tiap Jenis Pada Limbah
Kelapa Sawit
Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo Group selalu menghasilkan produk dan limbah. Adapun produk yang dihasilkan yaitu Minyak Sawit
Mentah/Crude Palm Oil (CPO) dan Minyak inti Sawit (Kernel Inti sawit), sedangkan limbah yang dihasilkan adalah sebagai berikut: · Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
Limbah ini dapat dihasilkan dari tandan brondolan yaitu tandan buah segar yang terlalu matang yang buahnya terlepas dari tandannya saat masih berada di perkebunan/di kebun, keadaan tandannya kering serta di pabrik pengolahan kelapa sawit adalah hasil proses sterilising dan thresing
6
dengan keadaan tandan basah. Berdasarkan literatur yang ada kandungan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) mengandung Selulosa 41,3%-46,5% (C6H10O5)n, Hemi Selulosa 25,3%-32,5% dan mengandung lignin 27,6%-32,5%.
Gambar 5. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)
di Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo Group, 2012
· Cangkang (Shell)
Cangkang merupakan limbah yang dihasilkan dari pemrosesan kernel inti sawit dengan bentuk seperti tempurung kelapa, mempunyai kalor 3500 kkal/kg-4100 kkal/kg.
Gambar 6. Cangkang (Shell) dari Pabrik Kelapa
Sawit PT. Korindo Group – Jair. Boven Digoel 2012
· Serabut (Fiber)
Serat merupakan limbah sisa perasan buah sawit berupa serabut seperti benang. Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%) serta mempunyai kalor 2637kkal/kg-3998kkal/kg.
Dari hasil uji laboratorium nilai kalor sampel untuk sampel Serabut, Cangkang dan Tandan Kosong
Kelapa Sawit yang diambil dari PT. Korindo Group – Jair, Boven Digoel dapat dilihat pada Tabel 4.
Gambar 7. Penimbunan Serabut (Fiber) dari Pabrik
Kelapasawit Sumber: PT. Korindo Group – Jair, 2012.
Tabel 4. Hasil uji laboratorium untuk menilai kalor
sampel limbah sawit No
Sampel
Nilai Kalor (Kalori/gr)
Nilai Kalor (Joule/gr)
1 Serabut Kelapa Sawit
4.875,7857 20.315,4489
2 Tandan Kosong 4.492,7436 18.719,4656 3 Cangkang
Kelapa 5.656,7127 23.569,2595
(Sumber: Laboratorium Kimia Fisik Institut Teknologi Bandung, 2012) · Wet Decanter Solid (Lumpur Sawit)
Dalam proses pengolahan minyak sawit (CPO) dihasilkan limbah cair sangat banyak, yaitu sekitar 2,5 m3/ton CPO yang dihasilkan. Limbah ini mengandung bahan pencemar sangat tinggi, yaitu. ‘biochemical oxygen demand’ (BOD) sekitar 20.000-60.000 mg/l (Wenten, 2004). Pengurangan bahan padatan dari cairan ini dilakukan dengan menggunakan suatu alat decanter, yang menghasilkan solid ‘decanter atau lumpur sawit.
Bahan padatan ini berbentuk seperti lumpur, dengan kandungan air sekitar 75%, protein kasar 11,14% dan lemak kasar 10,14%. Kandungan air yang cukup tinggi, menyebabkan bahan ini mudah busuk. Apabila dibiarkan di lapangan bebas dalam waktu sekitar 2 hari, bahan ini terlihat ditumbuhi oleh jamur yang berwarna kekuningan.
Apabila dikeringkan, lumpur sawit berwarna kecoklatan dan terasa sangat kasar dan keras.
7
Gambar 8. Tempat Pembuangan Lumpur Sawit
(Wet Decanter Solid) di Pabrik PT. Korindo – Jair
· Limbah Cair
Hampir seluruh air buangan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) mengandung bahan organik yang dapat menyebabkn degradasi kualitas air dan pencemarn. Oleh karenanya dalam pengelolaan limbah perlu diketahui karakteristik limbah tersebut, sebagai contoh yaitu:
Dari data Balance sheet ekstraksi minyak kelapa sawit (Dirjen Pertanian, 2006) diketahui bahwa dari 1 ton produksi CPO dihasilkan 2,50 ton air limbah sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi jumlah air limbah dari 1 ton CPO No. URAIAN KAPASITAS 1 Air 2.35 ton 2 NOS (Non Oil Solid) 0,13 ton 3 Minyak 0,02 ton
Jumlah 2,50 ton Sumber: (Dirjen pertanian, 2006)
Efisiensi pabrik kelapa sawit dapat ditingkatkan dengan pemakaian Decanter yang hanya menghasilkan limbah cair sekitar 0,3-0,4 ton untuk setiap 1 ton TBS yang diolah, sehingga limbah cair yang dihasilkan dapat ditekan hanya 24 ton/jam atau 1,667 m3 per 1 ton CPO yang dihasilkan. Limbah cair yang akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit dan diperkirakan maksimal mencapai ± 60% dari seluruh tandan buah segar yang diolah.
Tabel 6. Kualitas limbah cair (inlet) Pabrik Kelapa
Sawit
No. PARAMETER LINGKUNGAN SAT.
LIMBAH CAIR BAKU MUTU MENLH KISARAN RATA-
RATA 1 BOD mg/l 8.200 - 35.000 21.280 250
2 COD mg/l 15.103 - 65 100
34.720 500
3 TSS mg/l 1.330 - 50.700 31.170 300 4 Nitrogen Total mg/l 12 – 126 41 20 5 Minyak dan
L k mg/I 190 - 14.720 3.075 30
6 PH - 3,3 - 4,6 4.0 6 – 9 Sumber: Dirjen Pertanian, 2006
Hasil penelitian (Dirjen Pertanian, 2006)
terhadap beberapa PKS milik PTK (dianggap mewakili PKS pada umumnya) oleh Bank Dunia, diketahui bahwa kualitas limbah cair (inlet) yang dihasilkan berpotensi mencemari badan air penerima limbah seperti pada Tabel 6. berikut.
Uji Laboratorium contoh limbah (Gambar 4.10) yang diambil dari Pabrik Pengolahan Kelapa sawit PT. Korindo, 2012, Distrik Jair – Kab. Boven digoel diketahui sebagaimana Tabel 7 berikut:
Gambar 9. Limbah Cair dari Pabrik Pengolahan
Kelapa Sawit Corindo, Distrik Jair Tabel 7. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair hasil
Pabrik Sawit Korindo – Jair, Boven Digoel No Parameter
Analisis Satuan Hasil Analisis
AL-1 AL-2 AL-3 1 BOD mg/L 52050 62950 1080 2 COD* mg/L 76693 88343 1650 3 TSS mg/L 21070 26770 176 4 Minyak &
Lemak* mg/L 129 54 10,67
5 pH* - 3,92 4,15 7,49 6 NTK mg/L 279,75 682,65 282,5 Catatan: Tanda * terakreditasi (Laboratorium Kualitas Air Institut Teknologi Bandung, 2012) · Limbah Padat
Kandungan hara spesifik terhadap Iimbah
padat pabrik keIapa sawit secara keseIuruhan dapat diIihat pada TabeI 8.
Kandungan hara daIam abu hasiI pembakaran tandan kosong dan serat serta cangkang dapat diIihat pada TabeI 9. Sedangkan hasil uji laboratorium terhadap contoh limbah padat dari PT. Korindo-Group, Jair, Kabupaten Boven Digoel, 2012 pada Tabel 10. Tabel 8. Kandungan hara Iimbah Kelapa Sawit
No. Limbah Kelapa Sawit
Kandungan atas dasar % berat kering
N P K Mg Ca 1 Batang pohon 0,488 0,047 0,699 0,117 0,194 2 PeIepah 2,38 0,157 1,116 0,287 0,568 3 Daun 0,373 0,066 0,873 0,161 0,295 4 Tandan Kosong 0,350 0,028 2,285 0,175 0,149 5 Serat buah 0,320 0,080 0,470 0,020 0,110 6 Cangkang 0,330 0,010 0,090 0,020 0,020
Sumber: Dirjen Pertanian, 2006
8
Tabel 9. Kandungan Tandan Kosong, Serat dan
Cangkang Kandungan hara (%)
Abu hasiI
P K Ca Tandan kosong 1,25 = 2,18 24,9 = 33,2 5,4
Serat dan cangkang 1,74 = 2,61 16,6 = 24,9 7,1 Sumber: Dirjen Pertanian, 2006 4. Pemanfaatan Limbah Sawit
Berdasakan studi literatur yang ada, bahwa limbah kelapa sawit dapat berupa limbah kering yang terdiri atas: tandan kosong kelapa sawit (TKKS), Cangkang (shell) dan Serabut (fiber) secara keseluruhan dapat dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat yaitu dijadikan energi terbarukan contohnya bioetanol, biodiesel dan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga Biomassa (PLTB).
Bertolak dari kondisi bahwa daerah kajian yaitu Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua, sangat kurang pasokan listrik dan bahan bakar minyak (BBM) atau sangat tergantung pada Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang bahan bakarnya menggunakan solar. Ini sangat tergantung pada pasokan solar, yang pasokan sering terhambat ditambah lagi dengan kebijakan akan efisiensi bahan bakar minyak (BBM) dan pencanangan energi alternatif yang diusulkan oleh pemerintah terkait pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM). Tabel 10. Hasil Uji Kandungan Hara Terhadap
Limbah Padat hasil Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo
No `Limbah Kelapa Sawit
Kandungan atas dasar % berat kering
N P K Mg Ca Pati Selullosa
1 TKKS 1,307 0,095 0,311 0,104 0,213 11,550 41,392
2 Serat Bonggol
1,314 0,062 0,521 0,092 0,173 1,078 47,430
3 Buah Berondolan
1,301 0,271 0,311 0,354 0,742 12,347 12,357
Sumber: Hasil Pengujian Laboratorium Tek. Pangan- Unpas - Bandung 2012)
Presiden RI, Susilo Bambang Yodhoyono telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2006 mengenai penyediaan dan pemanfaatan BBN (biofuel) sebagai bahan bakar alternatif. BBN mempunyai beberapa keunggulan daripada bahan bakar fosil di antaranya adalah bahan bakar nabati lebih ramah lingkungan, tidak menimbulkan polusi, murah, dan dapat diperbaharui.
Melihat peluang dan potensi sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Boven Digoel khususnya Distrik Jair yang mempunyai potensi limbah kelapa sawit. Didasarkan pada latar belakang permasalah maka limbah kelapa sawit ddi daerah Jair bisa dimanfaatkan untuk sumber tenaga listrik. - Bioetanol
Untuk pembuatan bioetanol limbah yang digunakan dari hasil proses pengolahan kelapa sawit yaitu tandan kosong kelapa Sawit (TKKS) berdasarkan literatur dan hasil analisis laboratorium yang sudah ada, tandan kosong kelapa sawit ini banyak mengandung Selulosa sebesar 41,30% s/d 46,50%, Hemicellulose 25,3% s/d 33,8% dan mengandung lignin sebanyak 27,60% s/d 32,50% serta mengadung glukosa.
Sedangkan untuk sampel TKKS dari PT. Korindo-Group Hasil analisis uji laboratorium dihasilkan Selulosa sebesar 41,392% s/d 47,430%, Pati 11,550%, Glukosa 0,022 % s/d 0,024%. Kandungan Selulosa, Pati, dan Glukosa lebih besar dari literatur, dengan hasil tersebut maka sampel TKKS sangat layak untuk dijadikan bioetanol.
Adapun proses pembuatan pada dasarnya merupakan proses fermentasi yang merubah glukosa atau pati yang enzim amilase kemudian selanjutnya adalah proses hidrolisis pada unit mesin hidrolisa sesudah itu ada proses inokulum (pengedapan) selama beberapa jam sebelum enzim amilase difermentasi pada unit fermentasi selama beberapa hari kemudian dilakukan destilasi yaitu pemisahan kadar air dari kadar etanol pada unit destlasi dan untuk meningkatkan persen (%) kadar etanol menjadi lebih tinggi dilakukan proses dehidrasi pada unit destilasi.
Berdasar data literatur dan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan terhadap contoh yang diambil dari Pabrik sawit Korindo – Jair, disimpulkan dapat diproduksi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak serta sebagai bahan bakar pembangkit Listrik Tenaga Bioetanol.
9
Gambar 10. Proses Produksi Bio-etanol dari bahan berpati
- Bahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Untuk bahan bakar pembangkit tenaga Uap (PLTU) limbah yang digunakan berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS), Cangkang (Shell) serta Serabut (Fiber) yang sudah sudah kering dengan kadar air maksimum 6,6%.
Adapun kalori yang terkandung pada masing-masing sampel limbah hasil uji laboratorium yang sudah terlebih dahulu diolah yaitu: 1) Cangkang mengandung kalori sebesar
5.656,7127 kkal/kg 2) Serabut mengandung kalori sebesar 4.875,7857
kkal/kg 3) Tandan kosong kelapa sawit mengandung
kalori sebesar 4.492,7436 kkal/kg - Biodiesel
Limbah cair yang dihasilkan terutama limbah
cair yang langsung diambil dari pipa pembuangan (kondisi panas 400C s/d 50 0C ) masih mengandung lemak/CPO parit. (129 mg/l) Dengan demikian sampel limbah cair di PT. Korindo Group di Jair, bisa dimanfaatkan pada PLTD. biodiesel.
Ada beberapa proses pengolahan biodiesel berbasis CPO parit, di antaranya adalah esterifikasi dan transesterifikasi yang termasuk dalam proses alkoholisis. Proses esterifikasi dilakukan cukup
dengan satu tahap untuk menghilangkan kadar FFA berlebih di dalam CPO parit sedangkan proses transesterifikasi dilakukan dengan dua tahap karena tahap pertama transesterifikasi masih menyisakan jumlah trigliserida yang cukup banyak pada akhir reaksi yang dikenal transesterifikasi I.
Sebelum melakukan reaksi esterifikasi, CPO parit yang akan direaksikan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sentrifuse untuk memisahkan kotoran padat (total solid) dan air dari CPO parit sehingga tidak mengganggu reaksi esterifikasi nantinya.
Proses esterifikasi yaitu mereaksikan methanol (CH3OH) dengan CPO parit dengan bantuan katalis asam yaitu asam sulfat (H2SO4). Dalam pencampuran ini, asam lemak bebas akan bereaksi dengan methanol membentuk ester. Pencampuran ini menggunakan perbandingan rasio molar antara FFA dan methanol yaitu 1 : 20, dengan jumlah katalis asam sulfat yang digunakan adalah 0,2% dari FFA (Warta PPKS, 2008). Kadar methanol yang digunakan adalah 98% (% b) sedangkan kadar asam sulfat yaitu 97%. Reaksi berlangsung selama 1 jam pada suhu 63 0C dengan konversi 98% (Warta PPKS, 2008). Kemudian sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi, hasil reaksi dipisahkan dalam sentrifuse selama 15 menit. Lapisan ester, trigliserida, dan FFA sisa diumpankan ke reaktor transesterifikasi sedangkan air, methanol sisa, dan katalis diumpankan ke methanol recovery.
10
Gambar 11. Diagram Alur Desain Pembangkit Listrik Tenaga Uap dengan Bahan Bakar TKKS
Pada proses transesterifikasi I dan II prinsip
kerjanya sama yaitu mencampurkan kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH3OH) dengan hasil reaksi yang dilakukan pada esterifikasi. Proses transesterifikasi melibatkan reaksi antara trigliserida dengan methanol membentuk metil ester. Adapun perbandingan rasio molar trigliserida dengan methanol adalah 1 : 6 dan jumlah katalis yang digunakan adalah 1% dari trigliserida (Warta PPKS, 2008). Kadar KOH yang digunakan untuk reaksi ini adalah 99% (% b) yang biasa dijual di pasar-pasar bahan kimia. Semakin tinggi kemurnian dari bahan yang digunakan akan meningkatkan hasil yang dicapai dengan kualitas yang tinggi pula.
Keadaan ini berhubungan erat dengan kadar air pada reaksi transesterifikasi. Adanya air dalam reaksi akan mengganggu jalannya reaksi transesterifikasi. Lama reaksi transesterifikasi adalah 1 jam, suhu 630C dengan yield 98% (Warta PPKS, 2008). Hasil reaksi transesterifikasi I dimasukkan terlebih dahulu ke sentrifuse sebelum diumpankan ke reaktor transesterifikasi II. Di sini terjadi lagi pemisahan antara lapisan atas berupa metil ester, sisa FFA, sisa trigliserida, dan sisa metanol dengan lapisan bawah yaitu gliserol, air, dan katalis asam maupun basa.
Kemudian proses dilanjutkan ke tahap pencucian biodiesel. Temperatur air pencucian yang digunakan sekitar 60°C dan jumlah air yang digunakan 30% dari metil ester yang akan dicuci.
Tujuan pencucian itu sendiri adalah agar senyawa yang tidak diperlukan (sisa gliserol, sisa metanol, dan lain-lain) larut dalam air. Kemudian hasil
pencucian dimasukkan ke dalam centrifuge untuk memisahkan air dan metal ester berdasarkan berat jenisnya.
Selanjutnya dilakukan proses pengeringan metil ester dengan menggunakan evaporator yang bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur di dalam metal ester. Pengeringan dilakukan lebih kurang selama 15 menit dengan temperature 105°C. Keluaran evaporator didinginkan untuk disimpan ke dalam tangki penyimpanan biodiesel.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selainbisa dijadikan biodesel limbah cair hasil proses pengolahan kelapa sawit juga dapat dibuat sebagai gas metan dan pupuk cair. Terlebih lebih kandungan BOD, COD, NTK contoh limbah hasil uji dari PT. Korindo – Jair sangat memenuhi syarat untuk mendukung atau sebagi bahan baku produk tersebut. 5. Analisis Pemanfaatan Limbah
Didasarkan pada kebutuhan energi listrik maka pemerintahan Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua, melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprioritaskan usaha pemenuhan keperluan akan energi listrik diantaranya dengan melakukan kajian pemanfaatan limbah kelapa sawit yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Korindo Group Distrik Jair-Boven Digoel untuk dapat menjadi bahan bakar pembangkit listrik PLTU Biomassa.
Sebagai gambaran pemanfaatan maka diperlukan analisis kelayakan keekonomisan agar dalam
11
pembangunan PLTU Biomassa tersebut dapat menarik investor, dan untuk itu maka perlu dilakukan perhitumgan yang tepat atas tinjauan aspek daya yang dihasilakan maupun aspek kelayakan ekonomis. - Perhitungan Daya Yang Dihasilkan
Dari literature kebutuhan bahan bakar boiler dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut: Wf = [ms(h2-h1)+mb(hs-h1)] ….. (Li dan Paul,
1985) Dimana:
Wf : massa bahan bakar (kg/jam) hb : efesiensi boiler (%) HHV : high heating value (kJ/kg) mb : boiler blodown (kg/jam) ms : laju airan steam (kg/jam) h2 : entalpi superheated steam pada keluaran
boiler (kJ/kg) h1 : entalpi air umpan boiler (kJ/kg) hs : entalpi air saturated pada tekanan boiler
(kJ/kg)
Dari hasil analisa limbah kelapa sawit berupa tandan buah kosong, serat dan cangkang harus mempunyai kandungan air sebesar 6,6%, yang nilai bakar (high heating value), HHV = 13.170 kJ/kg. Data-data pendukung:
hb : 80% HHV : Nilai Kalor Limbah Diatas mb : 10% dari laju alir steam ms : laju airan steam (kg/jam) h2 : 2.851,75 kJ/kg (P = 25 bar, T = 350oC) h1 : 419,1 kJ/kg (P = 1 atm, T = 30oC) hs : 1839,7 kJ/kg (P = 18 bar, T = 270oC)
Sementara diketahui limbah tandan kosong
kelapa sawit (TKKS) yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit PT. Korindo-Group yaitu sebanyak:
· TKKS basah : 360.907,26 ton/tahun · Serabut basah : 211.826,87 ton/tahun · Cangkang basah : 86.303,91 ton/tahun
Dengan percobaan pengeringan secara manual
atau dengan sinar matahari selama 12 jam dan dari literatur dari Departemen Pertanian, maka dari jumlah sampel yaitu:
· TKKS basah sebanyak 10 kg · Serabut basah sebanyak 4 kg · Cangkang basah sebanyak 4 kg
Setelah dikeringkan selama waktu diatas (12 jam) maka dihasilkan sebanyak:
· TKKS kering sebanyak 3,5 kg
· Serabut kering sebanyak 2 kg · Cangkang kering sebanyak 2 kg
Artinya jumlah berat yang menyusut sebesar: · TKKS menyusut 65% · Serabut menyusut 50% · Cangkang menyusut 50%
Dengan menggunakan ketentuan pustaka dan hasil percobaan di atas maka limbah sawit PT. Korindo akan menghasilkan limbah kering:
· TKKS kering : 126.317,54 ton/tahun · Serabut kering : 105.913,44 ton/tahun · Cangkang kering : 43.151,96 ton/tahun
Dari hasil uji bom - kalor di laboratorium di
Lab. Kimia Fisik ITB, sampel limbah kelapa sawit hasil percobaan pengeringan diatas yang diambil dari pabrik kelapa PT. Korindo Group (Lampiran 4) menghasilkan nilai kalor/high heating value (HHV) sebesar:
· TKKS : 18.719,46 kJ/kg · Serabut : 20.315,45 kJ/kg · Cangkang : 23.569,26 kJ/kg
Melalui estimasi penggunaan limbah 50%, maka
kebutuhan massa bahan bakar untuk membangkitkan steam untuk masing-masing limbah sebesar: - Tandan Kosong Kelapa Sawit Massa bahan bakar yang dihasilkan oleh tandan kosong kelapa sawit (TKKS) akan diperoleh sebesar
· per tahun = 63.158,77 ton · per bulan = 5.263,23 ton · per hari = 175,44 ton · per jam = 7,31 ton
= 7.310 kg
Dengan menggunakan rumus diatas maka jumlah laju alir steam/jumlah steam yang dihasilkan sebesar: Wf = [ms(h2-h1)+mb(hs-h1)]
7.310 kg/jam = [ms(2.851,75
kJ/kg - 419,1 kJ/kg)+0,1ms(1839,7 kJ/kg-419,1 kJ/kg)]
7.310 kg/jam = [ms(2.432,65
kJ/kg)+0,1ms(1.420,60 kJ/kg)]
7.310 kg/jam = [ms(2.432,65
kJ/kg)+ms(142,06 kJ/kg)]
7.310 kg/jam = [ms(2.574,71 kJ/kg]
12
7.310 kg/jam = ms 0,1719
ms =7.310 kg/jam/0,1719 = 42.524,72 kg/jam
- Serabut (Fiber) Untuk massa bahan bakar yang dihasilkan oleh serabut akan diperoleh sebesar
· per tahun = 52.956,72 ton · per bulan = 4.413,06 ton · per hari = 147,10 ton · per jam = 6,13 ton
= 6.310 kg
Dengan menggunakan rumus diatas maka jumlah laju alir steam/jumlah steam yang dihasilkan sebesar: Wf = [ms(h2-h1)+mb(hs-h1)]
6.310 kg/jam = [ms(2.851,75
kJ/kg - 419,1 kJ/kg)+0,1ms(1839,7 kJ/kg-419,1 kJ/kg)]
6.310 kg/jam = [ms(2.432,65
kJ/kg)+0,1ms(1.420,60 kJ/kg)]
6.310 kg/jam = [ms(2.432,65
kJ/kg)+ms(142,06 kJ/kg)]
6.310 kg/jam = [ms(2.574,71 kJ/kg]
6.310 kg/jam = ms 0,1584
ms =6.310 kg/jam/0,1584 = 39.835,86 kg/jam
- Cangkang (Shell) Massa bahan bakar yang dihasilkan oleh cangkang (shell) akan dihasilkan sebesar
· per tahun = 21.575,98 ton · per bulan = 1.798,00 ton · per hari = 59,93 ton · per jam = 2,50 ton
= 2.500 kg Dengan menggunakan formula tersebut maka jumlah laju alir steam/jumlah steam yang dihasilkan adalah sebesar: Wf = [ms(h2-h1)+mb(hs-h1)]
2.500 kg/jam = [ms(2.851,75
kJ/kg - 419,1 kJ/kg)+0,1ms(1839,7 kJ/kg-419,1 kJ/kg)]
2.500 kg/jam = [ms(2.432,65
kJ/kg)+0,1ms(1.420,60 kJ/kg)]
2.500 kg/jam = [ms(2.432,65
kJ/kg)+ms(142,06 kJ/kg)]
2.500 kg/jam = [ms(2.574,71 kJ/kg]
2.500 kg/jam = ms 0,1366
ms =2.500 kg/jam/0,1366 = 18.301,61 kg/jam
Sementara diketahui dari pustaka bahwa
spesifikasi turbin untuk membangkitkan 5 MW dibutuhkan jumlah steam sebanyak/laju aliran steam 29.000 kg/jam (www. Lohrmann.com), sehingga dengan mengetahui jumlah steam yang dibangkitkan oleh masing-masing limbah, kita bisa menghitung daya pembangkit yang dibutuhkan untuk limbah sawit yang dihasilkan PT. Korindo .
Dan dari perhitungan untuk di Pt. Korindo – Distrik Jair kemudian akan diketahui sebagai berikut: · Untuk TKKS daya yang dapat dibangkitkan
sebesar: 42.524,72 kg/jam/29.000 kg/jam x 5MW = 7,33185 MW.
· Untuk Serabut daya yang dapat dibangkitkan sebesar: 39.835,86 kg/jam /29.000 kg/jam x 5MW = 6,86825 MW.
· Untuk Cangkang daya yang dapat dibangkitkan sebesar: 18.301,61 kg/jam /29.000 kg/jam x 5MW = 3,15545 MW.
- Layout Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa
Layout pembangkit secara sederhana digambarkan pada diagram alir pembangkit listrik tenaga biomassa (Gambar 6.1) berikut. Proses diawali dengan penyediaan bahan baku limbah biomassa tandan kosong kelapa sawit (TKKS), serabut dan cangkang. Khusus TKKS selanjutnya ukurannya dikecilkan dengan chopper. Limbah biomassa tersebut kemudian dibakar dengan udara bersih lebih 20% di dalam boiler sehingga pembakaran diharapkan sempurna dan menghasilkan panas yang optimal.
Berdasarkan estimasi dan spesifikasi di atas. Jenis boiler yang digunakan adalah Fluidzed Bed Combuser (FBC), dimana keuntungan menggunkan boiler ini adalah lebih merata proses pembakarannya, karena akibat dari proses fluidisasi itu sendiri. Panas tersebut kemudian dipindahkan ke air sehingga menjadi steam dengan bantuan pemanasan awal di economizer dan pemanasan lanjut di boiler itu sendiri.
Air yang telah berubah menjadi steam yang berakibat pada perubahan volume dan dapat digunakan
13
untuk menggerakkan turbin sehingga menghasilkan listrik. Steam yang telah digunakan kemudian didinginkan di pendingin untuk dirubah fasanya kembali menjadi air yang selanjutnya disirkulasikan kembali sebagai air umpan boiler dan ditampung di tangki penyimpan. Abu hasil pembakaran akan dipisahkan dengan bantuan cyclone separator.
Gambar 12. Diagram alir pembangkit listrik tenaga
biomassa 6. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dalam rangka penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran awal dan kejelasan teknis, mengenai pemanfaatan limbah yang sebagai suatu kebijakan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat khusus masyarakat di distrik Jair dan umumnya masyarakat Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua, diperlukan beberapa hal yang akan dijadikan materi perhatian untuk dibahas/didiskusikan, diantaranya adalah sebagai berikut: - Kesimpulan
· Dengan tersedianya bahan baku untuk energi alternatif; tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang dan serabut, diharapkan dapat mengurangi kekurangan pasokan listrik yang manfaatnya untuk peningkatan pembangunan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua - Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sampai kini kekurangan pasokan energi.
· Limbah yang dipilih sebagai bahan bakar pembangkit listrik yaitu limbah dengan kapasitas paling banyak dihasilkan dan pemanfaatan oleh pihak perusahaan tidak banyak dibandingkan limbah lain bahkan dibuang buang untuk mulsa. Dan berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS).
· Berdasarkan manfaat maka limbah TKKS lebih cocok untuk sumber bahan bakar listrik
biomassa (PLT Biomassa) sangat layak untuk digunakan.
- Rekomendasi · Pemilihan teknologi pemanfaatan limbah akan
mampu mendukung kebutuhan energi kelistrikan masyarakat khususnya kontinuitas pasokan listrik.
· Selain pemanfaatan limbah untuk bahan bakar pembangkit listrik. Penggunaan limbah untuk mendukung prasarana dan sarana transporatasi dalam hal ini limbah kelapa sawit juga dapat diolah menjadi bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakan alat transportasi yaitu sepeda motor dan mobil.
· Kebijakan pemerintah daerah dengan penggunaan produk lokal daerah akan sangat mendukung perkembangan awal berdiri pabrik biomass/ bio etanol/biodiesel ini.
· Diperlukan kepastian ketersediaan bahan baku utama, tandan kosong kelapa sawit, agar kelangsungan dan konsistensi operasional pabrik dapat memenuhi kelayakan ekonomis.
· Pengelolaan limbah dan pengendalian lingkungan secara berkelanjutan menggunakan teknologi tepat guna agar dampak lingkungan yang ditimbulkan seminimal mungkin.
Pustaka 1) Andayani, Rina, Pembuatan Bioetanol dari
TKKS melalui proses Fungal Treatment oleh Aspergillusniger dan permentasi oleh Zymomunas Mobilis, Lab. Pengolahan Limbah Industri, ITS Surabaya 2009.
2) Arumsari, Ajeng, Desain Analiss Pemaparan Daur Hidup (life Cycle Assessment) Bioetanol dari TKKS, Puslit Kimia-LIPI Tangerang 2009.
3) Febijanto, Irham, Journal, Kajian Teknis dan Keekonomian Pembangkit Tenaga Biomassa Sawit, Jakarta 2011.
4) Multi Kreasi, Cipta, Studi Potensi Listrik Alternatif di Pedesaan Sebagai Upaya Dalam Menanggulangi Percepatan Diversifikasi Energi di Provinsi NAD, Jakarta 2011.
5) Permata, Indra Kusumah, Studi Pemanfaatan Biomassa Limbah Kelapa Sawit Sebagai Bahan Bakar PLTU, ITS surabaya 2011.
6) PNPM Mandiri, Buku Panduan Energi Terbarukan, Jakarta 2011.
7) PNPM Mandiri, Manual Pelatihan Teknologi Energi Terbarukan, Jakarta 2012.
8) Suryanto, Proses Produksi Bioetanol dari TKKS dengan Hot Compressed Water, BPPT, Tangerang 2010.
14
Penulis
1) Bambang Sunarwan, Pengajar Fakultas
Teknik, Universitas Pakuan Bogor. 081353618491 [email protected]
2) Riyadi Juhana, Pengajar Teknik Industri -Fakultas Teknik Universitas Suiryakancana Cianjur. email: [email protected]
15
Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013
ISSN: 1907-4964, halaman 15 s.d. 20
ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN KANAL DATA TERHADAP
PERFORMANSI LAYANAN JARINGAN
Oleh: S.N.M.P. Simamora1, A. S. Fauzi2
1. Lab. Telematika, Dept. Telekomunikasi, STEI-ITB, 2. PUSDITEK (Pusat Studi Teknologi Nirkabel dan Bergerak) Politeknik TELKOM Bandung,
Abstrak - Manajemen kanal data dibutuhkan untuk melakukan pengaturan dan perencanaan terhadap sumber-daya yang tersedia pada suatu jaringan komputer maupun jaringan komunikasi data. Dengan maksud agar keseimbangan proses dapat senantiasa dipertahankan sehingga tidak mengganggu jalannya layanan yang dibutuhkan dan sedang berjalan. Namun di satu sisi apabila proses manajemen tidak dilakukan dengan tepat memungkinkan performansi layanan jaringan yang tersedia dapat mengalami penurunan. Dalam penelitian ini telah dilakukan model manajemen kanal data dengan pola pembagian bandwidth untuk dua area cluster yang ditetapkan. Metode yang digunakan kuantitatif dengan dukungan tools secara pengamatan langsung dan perhitungan empirik. Hasilnya menunjukkan, teknik manajemen kanal data yang digunakan memberikan pengaruh signifikan terhadap parameter performansi layanan, sehingga pola kebijakan pembagian kanal data harus diperhitungkan dengan seksama agar tidak sampai mengorbankan performansi layanan jaringan yang selama ini telah baik berlangsung. Kata kunci: manajemen kanal data, layanan jaringan, performansi, live TV-streaming, kanal-data Abstract - Data channel management is required to make arrangements and planning to resources available on a computer network and data communication networks. With the intention that the balance can always be maintained so as not disrupt the service required and ongoing. However, on the one hand if the process management is not carried out properly enables performance network services that are available can be decreased. In these research have been done the channel data management model with bandwidth distribution patterns for the two areas defined clusters. The method used quantitative tools to support the direct observation and empirical calculations. The result shows, the data channel management technique used has significant impact on the performance parameters of service, so that the pattern of the data channel sharing policy should be carefully considered so as not to sacrifice the performance of network services that have been well underway. Keyword: data channel management, network services,performance, live TV-streaming, data-channel 1. Pendahuluan
Fungsi manajemen pada suatu jaringan komputer adalah mengatur dan merencanakan setiap sumber daya yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh para pengguna. Tujuannya agar terpenuhinya optimalisasi penggunaan sumber-daya yang tersedia, sehingga kapabilitas yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara maksimal. Beberapa sumber-daya (resources) yang umumnya tersedia dalam local area network seperti: layanan jaringan, kanal data, data/file, media penyimpanan, dan pemroses komputasi.
Manajemen dalam jaringan komputer umumnya difokuskan pada penggunaan kanal data, dengan alasan sumber-daya yang dibutuhkan oleh para pengguna berada pada sisi kanal data. Terlebih dalam jaringan komputer yang menitikbertakan pada layanan seperti layanan data, layanan informasi, dan layanan komunikasi membutuhkan
kanal data sebagai media pengiriman dari source ke destination pada jaringan tersebut [1][6].
Performansi suatu layanan jaringan umumnya diukur pada parameter Qualitiy of Service (QoS) sebagai metode kuantitatif yang dinyatakan dalam delay, throughput, packet-loss, dan jitter [2]. Untuk layanan jaringan bersifat real-time, khususnya komunikasi, parameter packet-loss umumnya tidak terlalu digunakan dalam mengukur performansi layanan; dengan alasan packet-loss tidak dimungkinkan ditemukan pada layanan komunikasi yang bersifat real-time [3].
Pada penelitian ini telah dilakukan serangkaian uji-coba dengan suatu skenario untuk melihat implikasi pengaruh teknik manajemen kanal data terhadap performansi layanan jaringan. Ruang-lingkup jaringan yang dibangun bersifat privat, namun layanan yang didistribusikan kepada setiap client diakses dari jaringan publik. Pada penelitianj ini layanan jaringan yang digunakan adalah live TV-streaming dari suatu penyedia jasa
16
layanan TV-streaming (http://www.iptv.ge). Hasil yang ditunjukkan pada [6][7] menggunakan jaringan privat memperlihatkan terdapat pengaruh signifikan terhadap parameter delay yang terukur dan teramati saat salah satu client dilakukan pembatasan kapasitas kanal yang diakses.
Dalam tujuan melakukan studi pengembangan pengalamatan IPv6, pada penelitian ini pada ruang-lingkup jaringan privat digunakan alamat IPv6; sedangkan untuk memudahkan dalam menjalankan layanan dalam pendistribusian dari jaringan publik internet, maka akses live TV-streaming dipilih yang menggunakan IPv6; walaupun berdasar [5][7] disebutkan bahwa tidak ada pengaruh pengalamatan yang digunakan dalam melakukan akses layanan internet ke jaringan privat serta menjalankan internet connection sharing (ICS). 2. Dasar Teori 2.1 Manajemen Kanal Data
Kanal data merupakan saluran yang digunakan dalam jaringan komunikasi data sebagai media pengiriman data dalam bentuk sinyal informasi [8]. Umumnya kanal data ditujukan pada bentuk komunikasi digital berbasiskan sistem komputer. Berbagai tipe data yang umum dikenal dalam sistem komputer yakni: text, audio, image, dan video. TV-streaming merupakan derivatif layanan dari tipe data video yang bersifat off-line pada layanan yang berjalan secara real-time [6][9].
Tujuan dilakukannya suatu manajemen kanal data adalah optimalisasi penggunaan sumber-daya yang tersedia pada jaringan, sehingga terjadi keseimbangan saat setiap pengguna dari masing-masing terminal melakukan akses ke sumber-daya yang tersedia [5][9]. Dengan demikian beban pada kanal data dan server dapat dihindari berlebih sehingga gangguan dapat dihindari semaksimal mungkin.
Pada sejumlah host-computer dalam jaringan privat, apabila akses kepada sumber-daya tidak melalui mekanisme manajemen kanal data, maka setiap sumber-daya akan dibagikan secara merata kepada sejumlah client yang eksis dan aktif. Berdasar [2][9] manajemen kanal data direpresentasikan dalam parameter bandwidth atau throughput dalam satuan dasar bit per second (bps). 2.2 Performansi Layanan
Layanan yang digunakan pada penelitian ini adalah kategori tipe data video, dimana diakses secara on-line pada jaringan yang berjalan secara real-time. Oleh sebab berjalan secara real-time, maka teknik pengukuran yang digunakan dalam mengambil nilai performansi seperti delay dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan stop-watch. Seperti ditunjukkan pada [6][7], untuk pengamatan delay dilakukan dengan metode
pengukuran langsung saat akses link dipanggil sampai dengan hasil request ditampilkan pada perangkat luaran.
Umumnya ukuran performansi layanan pada jaringan komputer maupun jaringan komunikasi data diturunkan dari parameter-parameter pada qualitiy of service (QoS). Performansi layanan dapat didefinisikan sebagai ukuran unjuk-kerja dari suatu layanan dalam periode pengamatan yang dilakukan, dimana bernilai positip apabila kecenderungan nilai naik saat sebelum dan sesudah suatu metode diterapkan. Dirumuskan sebagai berikut [6][7][8]:
zn - zn-1 > 0 ................................. Pers. (1)
Dimana n = state ke-n yang diamati untuk z parameter QoS yang terukur
Jika pada layanan live TV-streaming, untuk mendapatkan delay dari layanan yang diakses, dilakukan dengan cara selang waktu saat layanan dipanggil sampai dengan layanan disajikan ke sisi perangkat luaran [6][7] dirumuskan pada persamaan 2.
delay = Tsajikan – Tklik ................. Pers. (2)
dimana Tsajikan adalah waktu dimana layanan telah tertampil, untuk live TV-streaming yaitu audio dan moving-image; Tklik adalah waktu dimana layanan di-request oleh pengguna melalui media akses antar-muka yang ditampilkan. Oleh sebab nilai throughput dan delay berbanding terbalik, maka level performansi pada tingkat proporsional pada durasi file video-streaming yang berjalan off-line dapat ditunjukkan pada Tabel 1. dan 2. yang diturunkan dari gambar 1[3][5].
Gambar 1. Model teknik pengukuran performansi secara proporsional
Pada Gambar 1., performansi layanan
ditunjukkan pada level good (untuk delay) dan level poor (untuk throughput). Tabel 1. Tingkat rentang nilai performansi untuk
parameter delay Rentang nilai Performansi da £ di < 1.5da excellence 1.5da £ di < 2da good
di ³ 2da poor dimana:
da : delay normal; di : delay aktual
17
Tabel 2. Tingkat rentang nilai performansi untuk parameter throughput
Rentang nilai Performansi Ta £ ti < 1.5Ta poor
1.5Ta £ ti < 2Ta good ti ³ 2Ta excellence
dimana: Ta : throughput normal ti : throughput aktual
2.3 Internet Connection Sharing
Metode yang digunakan untuk mendistribusikan layanan dari jaringan publik internet ke sejumlah host-computer pada client pada area jaringan privat adalah internet connection sharing, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Metode internet connection sharing tidak mengenal dan tidak tergantung pada platform sistem operasi yang digunakan, namun bergantung pada sistem perangkat yang digunakan, yakni harus berbasiskan sistem komputer [2].
Gambar 2. Model internet connection sharing pada
jaringan komputer
Metode internet connection sharing juga tidak bergantung kepada jenis pengalamatan yang digunakan, namun untuk memudahkan sinergisitas pengalamatan antara jaringan privat yang membutuhkan akses informasi dengan jaringan publik yang menyediakan layanan, maka umumnya penyedia layanan pada jaringan publik menyesuaikan jenis pengalamatan khusus yang digunakan, dengan tujuan untuk memudahkan akses layanan.
Gambar 3. Model pembagian sumber-daya yang ditetapkan
Oleh sebab itu khusus untuk penggunaan IPv6 dimana saat ini masih bersifat khusus dan belum umum, pada metode internet connection sharing sebagai dukungan digunakan teknik tunneling; yakni betujuan untuk homogenitas saluran akses dari jaringan privat client kepada jaringan publik server tujuan.
3. Metode Penelitian dan Kebutuhan Perangkat
Pada penelitian ini metode penelitian yang
digunakan adalah kuantitatif dengan cara pengamatan secara langsung, dimanan parameter delay diambil menggunakan stopwatch yakni terhitung mulai layanan live TV-streaming diakses sampai dengan audio dan moving-image serentak disajikan di sisi client.
18
Sedangkan parameter transfer-rate dan jitter diambil menggunakan Wireshark [6][7]. Kapabilitas tools ini dapat melakukan proses sniffing terhadap rangkaian packet-data yang berjalan secara real-time, sehingga memudahkan dalam pengambilan parameter performansi yang diinginkan dan dibutuhkan.
Untuk kebutuhan perangkat disajikan pada Tabel 3., dimana kebutuhan perangkat keras menyesuaikan dengan spesifikasi terhadap kebutuhan perangkat lunak yang digunakan. Tabel 3. Kebutuhan perangkat lunak
Tools Deskripsi dan fungsi Linux Ubuntu v12.04 sistem operasi pada
server jaringan privat Shorewall6 manajemen kanal data
Gogoc Tunneling Radvd distribusi IP di sisi client
Wireshark pengukuran performansi
Model pembagian sumber daya yang digunakan pada pengujian dalam penelitian ini seperti ditunjukkan pada Gambar 3, dimana ada dua cluster masing-masing seimbang yakni 50% dari total sumber-daya yang tersedia dalam cluster pertama, untuk empat client; dan 50% cluster lain untuk dua client. Harapan yang diinginkan dengan pola pembagian sumber-daya seperti ini adalah mendapatkan keseimbangan hasil performansi layanan jaringan nantinya.
Berdasar perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan pada cluster-1 dengan empat client, bandwidth yang diberikan masing-masing 128Kbps, sedangkan pada cluster-2 dengan dua client, ditetapkan masing-masing 256 Kbps. 4. Hasil dan Pembahasan
Hasil konfigurasi yang telah dilakukan
pada server untuk mekanisme manajemen kanal data terlihat pada Gambar 4., dimana tools Shorewall berhasil dijalankan.
Gambar 4. Hasil jalannya tools Shorewall
dengan IPv6
Gambar 5. Hasil manajemen kanal data yang telah
dikonfigurasi pada server
Bagaimana mendefinisikan rule/filter yakni dengan script: nano /etc/shorewall6/tcrules. Sedangkan hasil konfigurasi dengan tools Radvd ditunjukkan pada Gambar 6. seperti telah diinformasikan sebelumnya, bahwa Radvd berperan untuk melabelkan pengalamatan IPv6 kepada setiap terminal-client dalam jaringan privat.
Gambar 6. Hasil konfigurasi dengan Radvd Gambar 7. Hasil cuplikan oleh Wireshark pada
komputer A1 sebelum manajemen kanal data dilakukan
Gambar 8. Hasil cuplikan oleh Wireshark pada
komputer A1 setelah manajemen kanal data dilakukan
Selanjutnya untuk hasil pengukuran berdasar
pengamatan yang dilakukan ditunjukkan pada Tabel 4 sampai dengan 9. Dan berikutnya jika diformulasikan dalam bentuk kurva pada Gambar 9 sampai dengan 11, maka dapat disebutkan bahwa implikasi dari manajemen kanal data yang telah diimplementasikan memberikan pengaruh signifikan pada performansi layanan jaringan yang dijalankan.
19
Tabel 4. Hasil pengukuran pada komputer A1
Tabel 5. Hasil pengukuran pada komputer A2
Tabel 6. Hasil pengukuran pada komputer A3
Tabel 7. Hasil pengukuran pada komputer A4
Tabel 8. Hasil pengukuran pada komputer B1
Tabel 9. Hasil pengukuran pada komputer B2
Untuk lebih jelasnya, masing-masing client pada jaringan privat, dapat dilabelkan sebagai berikut dengan tujuan menyederhanakan penyajian data secara teknis: Komputer A1: client-1 Komputer A2: client-2 Komputer A3: client-3 Komputer A4: client-4 Komputer B1: client-5 Komputer B2: client-6
Dari hasil pengujian untuk parameter
delay, bahwa setelah manajemen kanal data dilakukan, terjadi penambahan delay dengan ratio 1.34; untuk transfer-rate terjadi penurunan kapasitas dengan ratio 0.64; dan pada nilai jitter didapatkan ratio sebesar 0.9.
0
50
100
150
client-1 client-2 client-3 client-4 client-5 client-6
client
dela
y sebelumsesudah
Gambar 9. Perbandingan hasil implikasi teknik
manajemen kanal data pada parameter delay
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
client-1 client-2 client-3 client-4 client-5 client-6
client
trans
fer-r
ate
(Mbp
s)
sebelumsesudah
Gambar 10. Perbandingan hasil implikasi teknik
manajemen kanal data pada parameter transfer-rate
0
0.01
0.02
0.03
0.04
client-1 client-2 client-3 client-4 client-5 client-6
client
jitte
r (m
s)
sebelumsesudah
Gambar 11. Perbandingan hasil implikasi teknik
manajemen kanal data pada parameter jitter
Terjadinya pengaruh signifikan terhadap
performansi layanan jaringan akibat implementasi teknik manajemen kanal data tidak terlalu memberi gangguan berlebihan mengingat ratio perubahan tidak memberi nilai terlalu tinggi, setidaknya masih di bawah nilai ratio 1.5. Dengan demikian secara keseluruhan pola pembagian proporsional dengan pendekatan melihat jumlah terminal-client yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan hasil dalam keadaan baik. 5. Kesimpulan
Berdasar implementasi dan hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: a. Performansi layanan jaringan yang diperoleh
dalam keadaan yang masih dapat ditoleransi, b. Kualitas layanan suatu jaringan diperoleh berdasar
performansi layanan tersebut yang bergantung pada pilihan pola pembagian sumber-daya yang tersedia,
c. Secara sederhana manajemen kanal data dapat dilakukan berdasar pendekatan proporsional
20
dengan melihat jumlah client dan pembagian cluster yang ditetapkan. Oleh sebab itu sangat penting penambahan jumlah client berdasar kapabilitas sumber-daya yang tersedia dan dimiliki dalam jaringan,
d. Manajemen kanal data tidak terpengaruh oleh jenis pengalamatan yang digunakan, namun bergantung pada kapasitas kanal data yang tersedia pada jaringan privat serta bandwidth dari saluran jaringan publik yang diperoleh atau dimiliki.
e. Nilai throughput suatu kanal-data diperoleh dari rata-rata transfer-rate yang berjalan, dan maksimal nilai throughput kanal data sebesar dengan kapasitas bandwidth yang tersedia.
Daftar Pustaka [1] Bouillet, E., Mitra, D., Ramakrishnan, K.G.
"The structure and management of service level agreements in networks".IEEE Journal on Selected Areas in Communications, Volume: 20, Issue: 4. p.691-699.
[2] Hwang, W.S., Tseng, P.C. "A QoS-aware residential gateway with bandwidth management". IEEE Transactions on Consumer Electronics, Volume: 51, Issue: 3. p.840-848.
[3] Li, Y., Kouvatsos, D., Xing, W. "Performance modelling and bandwidth management of WiMAX systems". 1st International Conference on Wireless Communication, Vehicular Technology, Information Theory and Aerospace & Electronic Systems Technology, 2009. Wireless VITAE 2009. p.485-491.
[4] Park, H., van der Schaar, M. "Bargaining Strategies for Networked Multimedia Resource Management". IEEE Transactions on Signal Processing. Volume: 55, Issue: 7. 2007. p.3496-3511.
[5] Shan, T., Yang, O.W.W. "Bandwidth Management for Supporting Differentiated Service Aware Traffic Engineering". IEEE Transactions on Parallel and Distributed
Systems. Volume: 18, Issue: 9. 2007. p.1320-1331. [6] Simamora, S.N.M.P., Aprianti, D., Iskandar, M.
Idham, "Analisis Performansi Kanal-Data pada Layanan TV-Streaming menggunakan Metode XYZ dalam Jaringan Intranet", Jurnal TEKNO Insentif, Kopertis Wilayah IV Jawa Barat, Volume 6 No. 2, Oktober 2012. hal: 1-8. ISSN: 1907-4964.
[7] Simamora, S.N.M.P., Juhana, T., Kuspriyanto, Setiawan, N. “ IPv6 Addressing Technique based Dynamic Host Configuration Protocol in Mobile Ad-hoc Network”, The 7th International Conference on Telecommunication Systems, Services, and Applications (TSSA) 30-31 October 2012, STEI-ITB. Denpasar. Bali. hal:280-283 ISBN: 978-1-4673-4549-1.
[8] Tang, D., Baker, M. "Analysis of a Local-Area Wireless Network". In Proceedings of ACM MobiCom’00, pages 1–10.
[9] Wang, X.G., Min, G., Mellor, J., Al-Begain, K. "A QoS-based Bandwidth Management Scheme in Heterogeneous Wireless Networks".International Journal of Simulation Systems, Science & Technology. Vol.15, No.1-2. p.9-17.
Riwayat Penulis S.N.M.P. Simamora, S.T., M.T. adalah peneliti utama di Pusat Studi Teknologi Nirkabel & Bergerak (PUSDITEK), Politeknik TELKOM, dapat dihubungi pada telp.08881950700, dan saat ini sedang menempuh program Doktor di STEI-ITB. Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132, Indonesia Bidang kajian yang digeluti selama ini adalah MANET, pengukuran performansi kanal data dan jaringan, pengukuran QoS, dan wireless communication network; email: [email protected] A. S. Fauzi, AMd. adalah alumni program studi Teknik Komputer dan anggota peneliti di Pusat Studi Teknologi Nirkabel & Bergerak (PUSDITEK), Politeknik TELKOM. Jl. Telekomunikasi No.1, Bandung, 40257, Indonesia. Bidang kajian yang digeluti adalah konfigurasi dan instalasi jaringan komputer untuk interkoneksi, terapan manajemen kanal jaringan, dan teknik instalasi LAN berbasis platform Linux; email: [email protected]
21
Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013
ISSN: 1907-4964, halaman 21 s.d. 29
KAJIAN TRANSFORMASI BENTUK DAN TATANAN MASSA BANGUNAN
DI KAWASAN BANDUNG SUPER MALL
Oleh: Dewi Parliana, Arief Nirwan M., Sri Nurhasana, Habibi
Teknik Arsitektur, ITENAS Bandung
Abstrak - Pada lokasi kawasan strategis pusat perbelanjaan Bandung Super Mall, hadir dua hotel berstandar internasional yaitu Trans dan Ibis serta wahana rekreasi indoor/outdoor terbesar Trans Studio yang sedang dalam tahap pembangunan. Sebuah master plan perencanaan pengembangan kawasan dari fungsi tunggal menjadi kawasan multi fungsi lengkap dengan fasilitas modern pendukung sistem aktivitas sosialnya, berhasil dirancang oleh perusahaan konsultan dari Singapura (DP. Arsitek) tanpa menggangu integritas kawasan. Melalui laporan penelitian bermetode deskriptif analitik ini, diharapkan mampu mengkaji lebih rinci perencanaan pengembangan kawasan yang memberi pengalaman baru bagi pengunjung baik luar atau dalam kota tersebut. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, kunci keberhasilan perencanaan perancangan kawasan terfokus pada optimalisasi pemanfaatan ruang untuk fungsi baru dan potensi tampilan fisik hasil dari transformasi bentuk dan tatanan massa yang matang. Bertransformasinya satu bentuk massa geometri berpola tatanan linear menjadi gabungan tiga bentuk massa geometri berpola tatanan cluster, menciptakan ruang antara (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat oerientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung perpaduan berbagai sistem aktivitas sosial dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu integritas kawasan, sehingga mampu meningkatkan daya tarik kawasan Bandung Super Mall.
Kata kunci: Kawasan Multi Fungsi, Transformasi Bentuk dan Tatanan Massa.
Abstract - At the location of a strategic area of Bandung Super Mall shopping center, will present two international–standard hotels are Trans and Ibis and the largest recreational indoor /outdoor Studio Trans under construction. A master plan area development planning from a single function to multi –function area complete with modern facilities supporting system of social activities, designed by a consulting firm from Singapore (DP. Architect) without disturbing the integrity of the region. Through a research reportwith this analytic descriptive method, is expected to review the more detailed planning of the development of the area that provide new experiences for visitors either outside or within the city. Based on observations obtained, the key to successful urban design planning focused on optimizing the utilization of space for new functions and potential physical appearance results from the transformation of form and structure of mature mass. Transformation from one form of mass linear geometric patterned into a joint arrangement of three geometric forms patterned order of the cluster mass, creating a space between (inercourt to scale region) as the central orientation of the entire mass. The existence of such orientation center, expected to support the combination of various social activities and supporting systems which remain in the integrity of the region so as to increase the attractiveness of the area of Bandung Super Mall. Keywords: Multi-Function Area, Transformation of the Form and Order Mass.
Di antara demikian banyak pemahaman tentang arsitektur, arsitektur dikenal juga sebagai suatu tradisi yang berkembang. Dari waktu ke waktu wajah arsitektur selalu mengalami perubahan. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan dan pengembangan arsitektur tidak hanya berupa keadaan eksternal, tetapi juga keadaan internal. Keadaan eksternal adalah keadaan yang melingkungi atau mengitari kehadiran arsitektur, seperti keadaan geografik, geologik, iklim, bahan bangunan, budaya dan pranata masyarakat, sejarah ataupun agama. Keadaan internal adalah segenap
keadaan yang berada di dalam diri perancang dan pembangun seperti paham atau pola pikir serta pola penalaran, kemampuan teknologi dan berteknologi, daya imajinasi dan daya kreasi, dan semacamnya. 1. Pendahuluan
Salah satu mall terbesar yang ada di kota Bandung ialah Bandung Super Mall. Mall ini didirikan pada tahun 2001, dengan lokasi yang strategis yaitu di Jl. Gatot Subroto No. 289 (Gambar 1.). Mall ini terdiri dari 5 lantai dengan penyewa -
22
penyewa yang sudah ternama, baik dari skala nasional maupun internasional. Beberapa penyewanya antara lain Metro Department Store, Gramedia, BSM XXI, KFC, Kota Fantasi, Giant Hypermarket, dan masih banyak lagi.
Gambar 1. Suasana kawasan Bandung Super Mall
Bandung Super Mall merupakan mall dengan konsep sebagai penyedia seluruh kebutuhan keluarga dalam satu tempat. Selain itu untuk meningkatkan daya tarik kawasan terhadap pengunjung, kawasan mall ini bertransformasi pada bentuk dan tatanan massa bangunannya. Fasilitas yang telah ada di tambah dengan fasilitas baru seperti wahana permainan Trans Studio Bandung, yang merupakan cabang kedua setelah Trans Studio Makassar dan hotel dengan kelas setara bintang V. Pengembangan kawasan ini mulai dibangun pada pertengahan tahun 2010 dan selesai pada tahun 2011. Dalam perencanaanya kawasan Bandung Super Mall, kawasan ini akan menjadi satu kawasan binaan baru baik pada konsep penataan ruang luar, maupun pada bentuk masa bangunan. Pada dasarnya tujuan penambahan massa pada kawasan ini adalah menyatukan gaya hidup dan hiburan sekaligus memberikan solusi terpadu untuk segala aspek kehidupan masyarakat kota.
Bentuk sering kali digunakan untuk menggambarkan struktur formal dalam sebuah pekerjaan, sebagai salah satu cara dalam menyusun dan mengkoordinasi unsur-unsur dan bagian-bagian dari suatu komposisi untuk menghasilkan suatu
gambaran nyata. Bentuk lebih sering dimaksudkan sebagai pengertian massa atau isi tiga dimensi.
Konfigurasi bentuk dapat dimanipulasi untuk membentuk suatu daerah atau volume ruang tersendiri. Pengorganisasian bentuk mempengaruhi kualitas visual dari ruang yang terbentuk. Pengorganisasian bentuk terdiri dari empat macam, antara lain: 1. Artikulasi Bentuk: Penegasan bentuk atau
organisasi disini berarti cara bagaimana permukaan suatu bentuk secara bersama-sama membentuk suatu wujud dan volume.
2. Sifat-sifat Bentuk: Bentuk memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat menentukan pola dan komposisi unsur-unsurnya. Sifat-sifat bentuk yaitu:
• Posisi: Letak dari sebuah bentuk adalah
relatif terhadap lingkunganya atau lingkungan visual dimana bentuk tersebut terlihat.
• Orientasi: Arah dari sebuah bentuk relatif
terhadap bidang dasar, arah mata angin, bentuk-bentuk benda lain, atau terhadap seseorang yang melihatnya.
• Inersia visual: Merupakan tingkat konsentrasi
dan stabilitas, suatu bentuk inersia visual tergantung pada geometri dan orientasinya relatif terhadap bidang dasar, gaya tarik bumi dan garis pandang manusia.
3. Transformasi Bentuk: Bentuk pada umumnya
merupakan hasil dari perubahan benda melalui variasi-variasi yang timbul akibat manipulasi pada bentuk tersebut atau akibat penambahan maupun pengurangan elemen-elemennya. Beberapa perubahan yang dapat terjadi dalam bentuk yaitu:
• Perubahan Dimensi • Pengurangan bentuk (Subtractive)
• Penambahan bentuk (Additive)
23
4. Klasifikasi Bentuk dan Massa:
• Bentuk linear • Bentuk grid • Penggabungan bentuk geometri • Penegasan bentuk • Penegasan permukaan
5. Faktor Yang Mempengaruhi Bentuk Massa
• Garis: Elemen garis menghubungkan secara langsung dua tempat dengan satu deretan massa. Untuk massa tersebut bisa dipakai sebuah deretan bangunan ataupun sebuah deretan pohon yang memiliki rupa masif.
• Koridor Elemen koridor yang dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) membentuk sebuah ruang
• Sisi: Elemen sisi sama dengan elemen garis, menghubungkan dua kawasan dengan satu massa. Namun pada elemen sisi ini, perbedaan dari deretan massa penghubung dibuat secara tidak langsung, sehingga tidak diperlukan sebuah garis yang massanya agak tipis, bahkan hanya berupa sebuah wajah yang massanya kurang penting. Elemen tersebut bersifat massif di belakang tampilannya, sedangkan di depan bersifat spasial.
• Sumbu: Elemen sumbu mirip dengan elemen koridor namun memiliki sifat spasial. Perbedaan dengan elemen koridor terletak pada dua daerah yang dihubungkan oleh elemen tersebut.
• Irama: Elemen irama menghubungkan dua tempat dengan variasi massa dan ruang. Elemen ini jarang diperhatikan dengan baik, walaupun juga memiliki sifat yang menarik dalam menghubungkan dua tempat secara visual.
2. Metodologi
Untuk mempelajari perubahan kawasan
dipakai pendekatan studi a) tipologi morfologi, yaitu metoda yang mengamati fisik kota yang mengalami
perubahan karena pembangunan baru b) Kota diamati dan dipandang dari sudut arsitektur yaitu mempelajari fenomena perubahan artefak dan ruang c) Dalam mengamati perubahan struktur kawasan dapat digunakan pendekatan teori figure ground, linkage, dan place.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah dengan membaca fenomena yang terjadi di beberapa kasus bagian-bagian kota, khususnya pada Transformasi kawasan-kawasan yang terdapat pembangunan baru. Karena penelitian ini juga merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memberi penjelasan (explanatory), maka cara yang diambil dalam penelitian ini melalui penalaran induktif, yaitu memperoleh kesimpulan-kesimpulan umum dari sejumlah kasus tunggal.
Pendekatan penelitian yang dipakai dalam melaksanakan penelitian ini adalah dengan grounded theory, yaitu jenis penelitian kualitatif yang mempunyai sasaran secara induktif menghasilkan sebuah teori dari hasil data-data yang didapat. Pada model penelitian ini peneliti membangun substantive theory yang berbeda dari grand atau formal theory.
Metoda Pengumpulan Data a. Observasi lapangan pada kawasan Bandung
Super Mall, dengan perolehan data berupa Foto-foto yang memperlihatkan perubahan pada bentuk dan tatanan massa bangunan di kawasan Bandung Super Mall.
b. Melakukan studi literatur, mengenai landasan teori yang berkaitan dengan objek pengamatan, yaitu berupa literatur mengenai bentuk dan tatanan massa bagunan.
c. Melakukan wawancara dengan arsitek atau tim perancang pengembang kawasan Bandung Super Mall, dengan hasil berupa konsep pengembangan bentuk adan tatanan massa bangunan di kawasan Bandung Super Mall.
Metode Analisis Data
Metode penelitian yang kami gunakan untuk menjelaskan potensi dan permasalahan dalam penelitian kajian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan membaca fenomena yang terjadi pada perubahan tatanan dan bentuk massa bangunan di kawasan Bandung Super Mall.
24
Gambar 2. Zoning horizontal BSM baru
Gambar 3. Perspektif Bird Eye View Kawasan BSM lama
MALL
TRANS STUDIO
HOTEL
BANK
25
Gambar 4. Perspektif Bird Eye View Kawasan BSM baru
3. Hasil Pembahasan Dari analisis data survey yang diperoleh,
dapat di sampaikan bahwa konsep Bandung Super Mall lama memilih mengoptimalisasikan satu massa yang dapat menampung banyak kebutuhan ruang untuk memenuhi segala aktivitas perbelanjaan. Konsep ini muncul dari keinginan untuk lebih mengutamakan wujud kemandirian bentuk, sehingga dalam usaha memperkuat sebuah karya tunggal yang akan ditonjolkan dikawasan tersebut.
Karya tunggal ini, diterjemahkan dalam bentuk massa linear dan berpola linear sebagai respon terhadap kondisi dan bentuk site. Tidak ada ruang antara (inercourt skala kawasan) dan sulitnya membuat fokus orientasi massa merupakan sebuah tantangan dari sebuah karya tunggal. Massa bangunan dikemas dalam bentuk box (primer) berbidang masif, tabung dan piramid (sekunder) berselimut material Transparant. Konsep ini diambil untuk memunculkan integritas sebuah kawasan komersil.
Sedangkan konsep Bandung Super Mall baru memilih penggabungan bentuk massa geometri yang menciptakan pola cluster untuk mendapatkan ruang antara dalam blok (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi. Fungsi komersial pendukung
menjadi hal dipertimbangkan sebagai potensi fungsi yang mampu menjadi penghubung antara fungsi-fungsi utama kawasan: mall, hotel, Trans studio dan perkantoran, sekaligus menghidupkan aktivitas sosial pada ruang-ruang kawasan. Konsep penataan disusun dengan pendekatan peningkatan kualitas bangunan lama dan mengintegrasikan aktivitas publik ke dalam sebuah tatanan fisik kawasan baru. Sikap ini bertujuan untuk menciptakan konsep penataan yang paling rasional dan relevan sebagai pemecahan permasalahan pada kawasan.
Dari penjelasan di atas di dapat sebuah kesimpulan bahwa konsep perubahan yang terjadi berawal dari adanya keinginan dari pemilik kawasan, agar Bandung Super Mall dapat berkembang menjadi kawasan fungsi campuran terpadu, namun fungsi pendukung aktivitas formal/ informal kawasan tetap terintegrasi dalam kesatuan sistem aktivitas ruang. Kesimpulan hasil analisa tersebut, dapat menjadi dasar acuan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai bentuk dan tatanan massa. 3.1. Konsep pengembangan
Bandung Super Mall ingin berkembang dari kawasan dengan fungsi tunggal yang diwujudkan dalam massa tunggal menjadi kawasan multi-fungsi
26
yang diwujudkan dalam multimassa sebagai langkah optimalisasi pemanfataan ruang dalam kawasan. Dua hotel yaitu Hotel Trans dan Hotel Ibis serta satu wahana rekreasi indoor dan outdoor Trans Studio adalah fungsi-fungsi baru yang ingin di tambahkan di kawasan tersebut. Keinginan tersebut menimbulkan tantangan pada konsep pengembangannya yang harus mewadahi multi fungsi tersebut dalam multi massa dan berbagai sistem aktivitas sosialnya, tanpa menggangu integritas kawasan Bandung Super Mall. Menanggapi tantangan tersebut, perancang mencoba menjawabnya dengan melakukan Transformasi bentuk dan tatatan secara terintegrasi. 3.2. Transformasi bentuk
Mengenai perubahan bentuk dasar dan pengolahan dari masing-masing massa dapat disimpulkan antara lain:
Transformasi pada massa lama (A):
Bentuk dasar massa tersebut adalah sebuah balok 1 yang di letakan di tengah site rapat ke sebelah timur persil dengan posisi linear memanjang utara-selatan dan satu buah balok 2 merupakan penggandaan dari balok 1 yang diputar horizontal sekitar 200 kemudian diputar vertikal sekitar 200 sehingga memunculkan satu massa terjungkit seakan tumbuh dari poros balok 1 yang bertanda piramid sebagai aksen pertama tepat diatas poros tersebut. Hal tersebut dilakukan arsitek untuk mengejar vocal point sebuah entrance dan sebagai orientasi kesatu yang menghadap ke arah barat.
Gambar 5. Isometri massa A
Selanjutnya untuk di sisi bagian selatan yang
berhadapan langsung dengan koridor jalan utama, arsitek melakukan 2 kali subtraktif bentuk ¼ lingkaran tabung berdiameter 15 m memotong penuh tinggi massa dan 20 M memotong ½ tinggi massa di ujung sudut balok 2. Pengolahan subtraktif dengan hirarki pemotongan tersebut dilakukan arsitek untuk mengejar sebuah bidang membetuk ruang penerima berupa plaza (orientasi ke dua) yang di pertajam dengan ditempatkannya miniatur tabung sebagai aksen kedua pemotong dan bukaan yang lebar pada balok 2 bagian depan.
Gambar 6. Massa A Mall
Selajutnya pengolahan additif terjadi
dibagian depan balok 1 berupa perpanjangan podium entrance sebagai vocal point entrance dan sebagai orientasi ketiga yang menghadap ke arah selatan. Selanjutnya untuk merespon aspek klimatologi dan sebagai eye catcher, massa bangunan di selimuti dinding masif bermaterial keramik glossy dan allucubon stainless dengan pemasangan dirotasi 900 untuk menghasilkan efek garis pada bidang yang lebar. Jadi nilai arsitektural yang dihasilkan adalah 3 orientasi, 2 aksen penunjang dari piramid dan tabung, 1 ruang penerima plaza dan eye catcher dari sebuah massa besar tunggal berbidang masif dengan efek garis yang menyelimutinya pada satu kawasan yang luas. · Transformasi pada massa baru (A):
Bentuk massa baru tidak mengalami perubahan, tetap sama dengan bentuk massa lama (A). Facade massa baru mengalami perubahan, dimana seluruh bidang masif massa lama yang bermaterial keramik glossy dan alucubon stainless tersebut diganti material kaca dan alucubon
A
27
stainless dengan pola pemasangannya dibuat lebih artistik. Hal tersebut di lakukan untuk memberikan kesan dekat dengan alam terbuka yang mendukung wahana studio Trans sebagai area komersil berselimut rekreasi. · Transformasi pada massa baru (B):
Bentuk awal dari satu balok (podium) diletakan memanjang horisontal dan dua balok (tower Ibis dan Trans) yang berdiri vertikal diatasnya. Balok (podium) mengalami subtraktif yang pertama di bagian tengah yang mengarah ke selatan. Subtraktif tersebut di fungsikan sebagai setback massa terhadap sempadan jalan yang menghasilkan vocal point untuk orientasi menuju entrance atau drop off pengunjung dari kendaran menuju dua tower. Subtraktif ke dua di ujung barat sudut yang berhadapan dengan plaza sebagai perpanjangan dari subtraktif massa (A). Subtraktif dibagian tersebut dilakukan untuk memperkuat fungsi plaza
Gambar 7. Isometri massa B
Sebagai titik orientasi dua massa dan juga
ruang penerima pejalan kaki menuju ke dua massa diantaranya.
Gambar 8. Massa B Hotel Untuk memperkuat kesan kesatuan antara
massa A dan B, maka arsitek menempatkan sebuah sky bridge pada bagian depan atas bagian foodcourt
lantai 4 bangunan mall menuju podium hotel Ibis dan Trans dengan view ke luar yang dinamis untuk mengoptimalkannya.
Selanjutnya pada tower Trans, bentuk awalnya adalah balok vertikal yang diletakan linear mengikuti sisi pendek di ujung atas massa podium sebelah barat kemudian balok tersebut bertransformasi dengan merotasi ½ massa linear balok mengikuti derajat bidang podium tersubtraktif tersebut, sehingga kesan meruangnya plaza menjadi lebih tinggi. Sementara untuk tower Ibis, bentuk massa balok vertikal yang diletakkan linear mengikuti di ujung atas massa podium sebelah timur. Massa tersebut tidak mengalami transformasi. Hal itu dilakukan untuk memperkuat kesan bidang datar (flat) memanfaatkan sisi panjang persil sebelah timur yang relatif lurus.
Gambar 9. Isometri massa C · Transformasi pada massa baru (C):
Bentuk awal dari masa (C) adalah satu balok yang di letakan linear mengikuti sisi pendek persil dengan sebagian massanya di sebelah selatan berdempetan dengan ujung sisi pendek massa (A) di bagian utara. Dengan perletakan massa seperti itu, perancang mendapatkan ide untuk melakukan
B
28
penggabungan massa (C) dan (A) dengan memanfaatkan sisitem dilatasi sehingga memunculkan kesan bahwa massa (C) tersebut merupakan perpanjangan dari massa (A) dan menumbuhkan ruang Transisi penghubung antar ruang dalam massa (A) dan massa (C).
Selanjutnya untuk mewadahi besarnya kebutuhan ruang sebuah wahana rekreasi indoor, maka arsitek mengaditif massa (C) dengan menambah atau menarik setengah sisi panjangnya (sisa penggabungan dengan massa (A) ke arah selatan sejauh ¼ sisi panjang massa (A) sehingga massa (C) menjadi berbentuk huruf ”L”. Dengan Transformasi bentuk massa seperti itu menimbulkan satu pusat orentasi antara massa (A) dan (C), sekaligus menjadi pusat orientasi utama multi massa di dalam kawasan.
Gambar 10. Bentuk akhir massa C Wahana
3.3. Transformasi tatanan
Transformasi tatanan merupakan hasil akhir dari transformasi bentuk masing-masing massa. Dengan merubah satu bentuk massa geometri berpola tatanan linear yang beralaskan sebagai respon terhadap kondisi dan bentuk site kawasan menjadi gabungan tiga bentuk massa geometri berpola tatanan cluster sehingga menciptakan ruang antara dalam blok (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat oerientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung terjadi perpanduan berbagai sistem aktivitas sosial dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu integritas kawasan Bandung Super Mall.
4. Kesimpulan Dengan adanya penambahan massa bangunan
pada kawasan Bandung Super Mall, terdapat beberapa pengalihan fungsi pada kawasan tersebut, seperti halnya pengalihan fungsi ruang terbuka area parkir, hampir setengahnya dialih fungsikan menjadi massa bangunan Trans Studio Bandung dan hotel. Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, kunci keberhasilan perencanaan perancangan kawasan terfokus pada optimalisasi pemanfaatan ruang untuk fungsi baru dan potensi tampilan fisik hasil dari transformasi bentuk dan tatanan massa yang matang. Bertransforamsinya satu bentuk massa geometri berpola tatanan linear menjadi gabungan tiga bentuk massa geometri berpola tatanan cluster, menciptakan ruang antara (inercourt untuk skala kawasan) sebagai pusat orientasi seluruh massa. Adanya pusat orientasi tersebut, diharapkan dapat mendukung perpaduan berbagai sistem aktivitas sosial dan pendukungnya yang tetap berada dalam satu integritas kawasan sehingga mampu meningkatkan daya tarik kawasan Bandung Super Mall.
Gambar 11. Penggabungan 3 massa
Gambar 12. perspektif Bandung Super Mall
5. Daftar Pustaka 1) Shirvani, Hamid;1985; Urban Design Proces;
Van Nostrand Reinhold, New York. 2) Salvan, George; 1986; Architecture theory of
design; Quezon City; GMC Tress 3) Ching, DK; 1990; Pengantar Perancangan
Ruang; terjemahan Edwart Hutabarat; Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
4) Zahnd, Markus;1999; Perancangan kota secara terpadu: Teori perancangan kota dan penerapannya; Yogyakarta; Kanisius
C
29
5) Warpani, Suwardjoko; 1984; Analisis Kota dan Daerah; ITB; Bandung
6) Hack, Gary; 1988; Perencanaan Fisik dan Perencanaan Kota; Erlangga; Jakarta
7) Moughtin, Cliff; 1992; Urban Design Street and Square, Third Edition;Architectural Press; Burl;ington city
8) Dinas Tata Kota; 2007; Pedoman Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang WP Karees; Rencana Detail Tata Ruang Kawasan. Dinas Tata Kota Bandung; Bandung, Indonesia
9) PT. Total Bangun Persada; <http:www.DParsitek.co.id>; diakses tanggal 24 februari 2011
10) Edward T. White; 1985; Analisis Tapak Pembuatan Diagram Informasi Bagi Perancangan Arsitektur, Intermedia, Bandung,
11) Joseph De Chiara dan Lee E; 1994: Koppelman, Standar Perencanaan Tapak, Erlangga; Jakarta.
12) Kim W. Todd; 1995; Tapak, Ruang Dan
Struktur, Intermatra Bandung 13) Richard Untermann & Robert Small;
1986; Perencanaan Tapak Untuk Perumahan (Jilid I: apak Berukuran Kecil), Intermatra; Bandung.
14) Richard Untermann & Robert Small; 1986; Perencanaan Tapak untuk Perumahan (Jilid II:Tapak Berukuran Besar),Intermatra; Bandung.
15) Zahnd, Markus; 2007; Pendekatan Dalam Perancangan Arsitektur (Seri strategi arsitektur 4 : Metoda untuk menganalisi dan merancang arsitektur secara efektif), Kanisius Yogyakarta.
6. Riwayat Penulis Dr. Ir. Dewi Parliana, MSP. adalah dosen Kopertis Wilayah IV yang dipekerjakan pada Jurusan Teknik Arsitektur Itenas Bandung sejak tahun 1990 no. HP 0818432196
30
Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013
ISSN: 1907-4964, halaman 30 s.d. 35
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (SPK)
PEMILIHAN KARYAWAN TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: Badan Koordinasi Pemerintahan Dan Pembangunan Wilayah III Provinsi Jawa Barat)
Oleh:
Tety Rosianah, Erlina Dayanti STMIK IKMI Cirebon
Abstrak - Badan koordinasi pemerintah dan pembangunan wilayah iii provinsi jawa barat adalah sebuah badan yang berfungsi sebagai badan penyelenggara dan penetapan kebijakan koordinasi di semua bidang di wilayah iii. Guna menunjang fungsi tersebut maka bkppw.iii provinsi jawa barat perlu ditunjang oleh sumber daya manusia yang memiliki disiplin yang baik dan berkualitas. Bkppw.iii provinsi jawa barat secara berkala melakukan pemilihan karyawan terbaik sebagai upaya untuk memberikan motivasi dan juga penghargaan atas dedikasi yang diberikan oleh para karyawan dilingkungan bkppw.iii provinsi jawa barat dan sebagai reward dari dedikasinya tersebut karyawan mendapatkan tambahan penghasilan. Dalam analisa dan perancangan perangkat lunak ini, penulis menggunakan metode spiral yang terbagi menjadi empat quadrant, dimana setiap quadrant merepresentasikan sebuah manajemen proses dengan tahapan-tahapan identify, design, construct dan evaluate[1]. Penulis menggambarkannya menggunakan flow chart, diagram konteks, data flow diagram (dfd) dan erd (entity relationship diagram). Setelah melakukan analisa, perancangan dan implementasi, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa aplikasi ini dapat membantu bagian subag kepegawaian dan umum agar dapat menginput data secara cepat dan benar tidak fuzzy (kabur) dan dengan waktu yang relatif cepat. Kata Kunci: SPK, Penilaian,Metode AHP di Lingkungan BKPPW.III Provinsi Jawa Barat. Abstract - government coordination and development region iii west java province is an entity that serves as an organizer and policy-setting body coordination in all fields in region iii. To support these functions then bkppw.iii west java province to be supported by human resources that have good discipline and quality. Bkppw.iii west java province periodically poll the best employees in an effort to motivate and reward the dedication given by the employees within the bkppw.iii west java province and as a reward of his dedication to the employees earn extra income. Based on the problems mentioned above, it was made application decision support system (dss) employee selection method using analitycal hierarcy process (ahp) in environmental bkppw.iii. This application will be used by the division of human resources and general. In the analysis and design software, a spiral method which is divided into four quadrant, where each quadrant represents a management process with stages identify, design, construct and evaluate [1]. The author describes using a flow chart, the context diagram, data flow diagrams (dfd) and erd (entity relationship diagram). After doing the analysis, design and implementation, the authors can conclude that this application can help the human resources and public subag order to enter data quickly and completely fuzzy (vague) and with a relatively rapid. Keyword: SPK, Assessment, Environmental BKPPW.III AHP method in West Java Province. Pendahuluan 1. Latar Belakang
Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah III Propinsi Jawa Barat adalah sebuah badan yang berfungsi sebagai Badan penyelenggra dan penetapan kebijakan koordinasi bidang kesekertariatan, pemerintah pembangunan daerah, perekonomian dan kesejahteraan sosial di wilayah III. Guna menunjang fungsi tersebut maka
Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah III Propinsi Jawa Barat perlu ditunjang oleh sumber daya manusia yang memiliki disiplin yang baik dan berkualitas. Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah III Propinsi Jawa Barat secara berkala melakukan pemilihan karyawan terbaik sebagai upaya untuk memberikan motivasi dan juga penghargaan atas dedikasi yang diberikan oleh para karyawan dilingkungan Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah III Propinsi
31
Jawa Barat dan sebagai reward dari dedikasinya tersebut karyawan mendapatkan tambahan penghasilan.
Berdasarkan masalah tersebut diatas, maka dibuatlah Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Pemilihan Karyawan Terbaik Menggunakan Metode Analitycal Hierarcy Prosess (AHP) di Lingkungan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah.III Provinsi Jawa Barat. Aplikasi ini nantinya dapat digunakan oleh Bagian Kepegawaian dan Umum.
Sesuai dengan peraturan Gubernur No. 8 Tahun 2012 tentang perubahan ketiga atas peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 119 tahun 2009 tentang pengukuran kinerja dalam pemberian tambahan penghasilan bagi pegawai negeri dan calon pegawai negeri sipil di lingkungan propinsi Jawa Barat. Pada proses pemilihan karyawan terbaik di Badan Koordinasi Pemerintah dan Pembangunan Wilayah III Propinsi Jawa Barat dilakukan dengan melakukan penilaian atas prestasi kerja dengan komponen penilaian sebagai berikut:
1. Perilaku Kerja a. Hadir terlambat tanpa izin b. Pulang lebih cepat tanpa izin c. Tidak masuk kerja tanpa izin d. Tidak melaksanakan tugas/perintah
kedinasan dari atasan tanpa alasan e. Dikenai hukuman disiplin sesuai Peraturan
Pemerintah(PP) No. 53 Tahun 2010 2. Prestasi Kerja
a. Pencapaian bahan angka kredit b. Pelaksanaan tugas tambahan c. Ketepatan waktu penyampaian laporan Permasalahan muncul pada ketidak tepatan
melakukan penilain, dan tingkat subjektifitas yang tinggi pada proses penilaian karyawan tersebut. Sehingga hasil penilaian menjadi tidak tepat, dan bersifat fuzzy (kabur). Dengan adanya ketidak tepatan tersebut maka secara otomatis berdampak pada terjadinya kesalahan pemilihan karyawan terbaik untuk penambahan penghasilan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Terjadi penilaian yang tidak tepat yang disebabkan oleh proses penilaian yang fuzzy (kabur) yang menyebabkan kesalahan pada pemilihan karyawan terbaik. 3. Maksud dan Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka maksud dari penulisan proposal skripsi ini adalah untuk membuat aplikasi sistem penunjang keputusan pada pemilihan karyawan terbaik dengan menggunakan metode AHP guna menghindari kesalahan pada proses pemilihan karyawan terbaik.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan sistem penunjang keputusan pada pemilihan karyawan terbaik adalah:
Menghasilkan suatu aplikasi yang berfungsi sebagai sistem penunjang keputusan pemilihan karyawan terbaik dengan menggunakan metode AHP.
4. Ruang Lingkup / Pembatasan Masalah
Dalam pembuatan aplikasi ini, terdapat beberapa batasan masalah antara lain: a. Penelitian dilakukan di Badan Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah III Propinsi Jawa Barat.
b. Aplikasi yang dihasilkan adalah aplikasi yang berfungsi hanya sebagai Sistem penunjang keputusan bukan keputusan final.
c. Aplikasi ini menggunakan metode AHP dan di buat berbasis Web dengan menggunakan PHP MySql dengan Framework Codeigniter.
5. Metode Penelitian
Metode perancangan yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Spiral. Menurut Janer (2010) Metode spiral berbasiskan pada kebutuhan terhadap aplikasi secara keberlanjutan untuk menyaring kebutuhan-kebutuhan tersebut dan estimasi proyek secara keseluruhan.
Metode spiral terbagi menjadi empat quadrant, dimana setiap quadrant merepresentasikan sebuah manajemen proses dengan tahapan-tahapan identify, design, construct dan evaluate[1]. Sistem akan melalui tahapan-tahapan proses yang akan berulang sebagai berikut : a. Mendefinisikan tujuan dan kebutuhan bisnis,
mengembangkan desain konseptual, rancangan konsep, rencana pengujian, dan analisis terhadap resiko dengan melibatkan pemakai.
b. Mendefinisikan kebutuhan sistem, mengembangkan desain logikal, mengkompilasi (software-build) rancangan awal, mengevaluasi hasil dengan melibatkan pemakai.
c. Mendifinisakan kebutuhan subsistem, menghasilkan desain fisikal, mengkompilasi rancangan berikutnya, mengevaluasi hasil dengan melibatkan pemakai.
Landasan teori
A. Pengertian Aplikasi Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan; lamaran; penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah: program siap pakai yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain dan dapat digunakan oleh sasaran yang dituju.
B. Sistem Penunjang Keputusan (Decision Support Systems) Pada dasarnya DSS dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan
32
keputusan mulai dari mengindentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pilihan alternatif. Komponen-komponen Decision Support System (DSS).[2] memiliki tiga komponen utama atau subsistem utama yang menentuan kapabilitas teknis DSS, antara lain subsistem data, subsistem model dan subsistem dialog.
C. AHP Salah satu teknik pengambilan keputusan/ optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem (Saaty,2001)
D. World Wide Web World Wide Web lebih dikenal dengan singkatan www adalah sekumpulan informasi yang dapat diakses melalui program browser Internet Explorer (IE), Mozilla Firefox, Opera.
E. Hypertext Processor (PHP) Pengertiannya adalah PHP merupakan kepanjangan "PHP: Hypertext Preprocessor adalah sebuah bahas script berjenis server side yang menyatu dengan HTML. Sintaks dan perintah-perintah yang dimasukkan akan sepenuhnya dijalankan dan dikerjakan oleh server dan disertai pada halaman HTML biasa. PHP bertujuan untuk membuat aplikasi-aplikasi yang dijalankan diatas taknologi Web. Dalam hal ini, aplikasi pada umumnya akan memberikan hasil pada Web browser, tetapi prosesnya secara keseluruhan dijalankan dan dikerjakan di Web server.
F. MySql MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL (bahasa Inggris: database management system) atau DBMS yang multithread, multi-user, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL AB membuat MySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratis di bawah lisensi GNU General Public License (GPL), tetapi mereka juga menjual di bawah lisensi
komersial untuk kasus-kasus di mana penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan GPL.
G. Perintah Dasar Database MySQL Dalam menjalan MySQL diperlukan berbagai perintah untuk membuat suatu database, berikut ini disebutkan beberapa perintah dasar dalam menggunakan MySQL. Untuk menjalankan MySQL pertama kali cukup dengan mengetikkan mysql pada Command Prompt. Perintah-perintahnya adalah sebagai berikut: 1. Menampilkan database: SHOW
DATABASE; 2. Membuat database baru: CREATE
DATABASE database; 3. Memilih database yang akan
digunakan: USE database; 4. Menampilkan tabel: SHOW TABLE; 5. Membuat tabel baru: CREATE
TABLE tabel (field spesifikasi_field,...);
6. Menampilkan struktur tabel: SHOW COLUMNS FROM tabel atau DESCRIBE tabel;
7. Mengubah struktur tabel: ALTER TABLE tabel Jenis_Pengubahan;
8. Mengisikan data: INSERT INTO table(kolom1, ) VALUES („data_kolom1.,); atau INSERT INTO table SET kolom1 = „data_kolom1., ;
9. Menampilkan data: SELECT kolom FROM tabel WHERE kriteria ORDER BY kolom atau SELECT * FROM tabel;
10. Mengubah data: UPDATE tabel SET kolom = pengubahan_data WHERE kriteria;
11. Menampilkan data dengan kriteria tertentu: SELECT kolom1,... FROM table WHERE kriteria;
12. Menghapus data: DELETE FROM tabel WHERE kriteria;
13. Menghapus tabel: DROP tabel; 14. Menghapus database : DROP database; 15. Keluar dari MySQL: QUIT; atau
EXIT;
Metode Penelitian Analisis Sistem Berjalan
Analisa Sistem Berjalan dimaksudkan untuk menguraikan sebuah system informasi yang utuh kedalam komponen komponen system informasi dengan tujuan untuk mengidentifikasi mengevalusi permasalahan yang terjadi. Setelah diuraikan, diidentifikasi dan dievaluasi maka akan didapatkan usulan perbaikan pada system tersebut.
Dalam membangun aplikasi sistem penunjang keputusan pemilihan karyawan terbaik dengan
33
menggunakan Metode AHP dilakukan tahap analisis, sebagai berikut: 1. Menentukan masalah yang akan dibangun
untuk sebuah perangkat lunak sistem penunjang keputusan pemilihan karyawan terbaik.
2. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membangun sistem, yaitu berupa informasi tentang aspek–aspek penilaian karyawan, aturan-aturan yang diterapkan pada penentuan nilai karyawan melalui studi literatur dan observasi yang digunakan sebagai base knowledgenya.
3. Mempresentasikan pengetahuan ke dalam tabel-tabel yang akan dianalisis, aturan produksi serta pohon pelacakkan dan penelusuran sistem penunjang keputusan.
4. Usulan sistem yang akan dibuat. Prosedur Sistem yang sedang berjalan
Proses bisnis sistem berjalan merupakan proses pemilihan karyawan terbaik yang saat ini diterapkan dan sedang berjalan adalah seperti terlihat pada gambar dibawah ini. 1. Setiap kepala bagian menyampaikan penilaian
kinerja karwayan 2. Staff bagian umum dan kepegawaian
melakukan pemberkasan absensi dan rekomendasi
3. Staff bagian umum melakukan rekapitulasi absensi dan dan rekomendasi yang selanjutnya melaporkan kepada kepala bagian umum dan kepegawaian.
4. Kepala bagian umum dan kepegawaian memilih karyawan yang berkinerja baik.
5. Kepala bagian umum mengeluarkan surat keputusan karyawan dengan kinerja baik.
Analisis Masalah Analisis masalah pemilihan karyawan
berprestasi berdasarkan kinerja dimodelkan oleh metode AHP. Tiap-tiap kriteria diperbandingkan berdasarkan metode AHP, selanjutnya masing-masing alternatif juga dianalisis dengan metode AHP. Penentuan kriteria pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dapat dilakukan oleh Bagian Umum dan Kepegawaian. Penilaian alternatif pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut.
Diagram Konteks
Diagram konteks merupakan gambaran umum dari aliran data antara entitas dengan sistem. Selain itu diagram konteks merupakan diagram paling awal
yang terdiri dari suatu proses data dan menggambarkan ruang lingkup suatu sistem secara garis besarnya. Aliran diagram kontek memodelkan masukkan ke sistem dan keluaran dari sistem. Spesifikasi Proses
No Proses Deskripsi 1 Account Proses Pengaturan Hak
akses user terhadap sistem yang meliputi penambahan user baru.
2 Master Data Pada proses ini Kabag Umum memasukan kriteria dan sub kriteria penilaian pemilihan karyawan terbaik.
3 Penilaian Administrator Memasukan nilai setiap karyawan berdasarkan ajuan atau rekomendasi dari kabag-kabang lain dan rekapitulasi absensi karyawan
4 Perenkingan Kabag memsakuna bobot nilai setiap komponen dan melakukan perengkingan
5 Laporan Administrator Melakukan pencetakan laporan
Perancangan Data Tabel tb_karyawan
No Field Tipe Data Ukuran 1 nip Int 15
2 nama varchar 100 3 alamat Text - 4 golongan varchar 15 5 bagian varchar 25
Tabel tb_kriteria
No Field Tipe Data Ukuran 1 id_kriteria Int 15 2 nama_kriteria varchar 100
Tabel tb_subkriteria
No Field Tipe Data Ukuran 1 id_kriteria Int 15 2 nama_kriteria varchar 100
Tabel tb_bobot
No Field Tipe Data Ukuran 1 id_bobot Int 15 2 id_subkriteria varchar 100 3 bobot Int 11
34
Tabel tb_user No Field Tipe Data Ukuran 1 id_user Int 15 2 username varchar 100 3 password varchar 150 4 name varchar 50 5 login_count Int 11 6 user_level varchar 75
Perancangan Menu Desain struktur menu merupakan jalur pemakaian sistem yang mudah dipahami dan mudah digunakan. Perancangan struktur menu dari SPK pemilihan karyawan terbaik dibagi menjadi dua: 1. Menu User
2. Menu Administrator
Implementasi dan Pengujian
Pada saat pengimplemetasian Sistem
Penunjang Keputusan (SPK) pemilihan karyawan terbaik ini akan dibahas tentang kebutuhan software dan hardware agar sistem dapat dijalankan dengan baik, rancangan fisik database, dan tampilan halaman. Berikut implementasi dalam mengembangkan dan menguji program Sistem Penunjang Keputusan (SPK) pemilihan karyawan terbaik yang dibuat.
Pengujian Sistem
Pada pengujian sistem meliputi pengujian
terhadap form yang terdapat pada halaman Administrator dan halaman Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian. Berikut adalah implentasi antarmuka yang dibuat dan dibedakan antara antarmuka untuk Administrator dan antarmuka untuk Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian.
Pengujian White Box
White Box Testing merupakan metode pertama yg diusulkan oleh Tom McCabe (1976). Metode ini disebut juga metode glass box memungkinkan perancangan memperoleh pengukuran yang kompleksitas dari perancangan prosedural dan menggunakan pengukuran ini sebagai pedoman pendefinisian sekumpulan basis dari jalur eksekusi. Menggunakan metode White Box analisis sistem akan memperoleh Test Case yang:
1. Dijamin semua independent path (jalur bebas) telah dijalankan setidaknya satu kali
2. Menjalankan semua keputusan logis pada sisi true & false
3. Menjalankan semua looping 4. Melakukan struktur data internal untuk
menjamin validitas Untuk melakukan proses pengujian Test Case terlebih dahulu dilakukan penerjemahan flowchart kedalam notasi flowgraph (aliran kontrol). Ada beberapa cara istilah saat pembuatan flowgraph, yaitu:
1. Node, yaitu lingkaran pada flowgraph yang menggambarkan satu atau lebih perintah prosedural;
2. Edge, yaitu tanda panah yang menggambarkan aliran kontrol dari setiap node harus mempunyai tujuan node;
3. Region, yaitu daerah yang dibatasi oleh node dan edge untuk menghitung daerah diluar flowgraph juga harus dihitung;
4. Predicate node, yaitu kondisi yang terdapat pada node dan mempunyai karakteristik dua atau lebih edge lainnya;
5. Cyclomatic Complexity, yaitu metrik perangkat lunak yang menyediakan ukuran kuantitaf dari kekomplekan logikal program dan dapat digunakan untuk mencari jumlah path dalam suatu flowgraph;
6. Independen Path, yaitu jalur melintasi atau melalui program dimana sekurang-kurangnya terdapat proses perintah yang baru atau kondisi yang baru.
Pengujian Black Box
Pengujian ini berfokus pada persyaratan fungsional dari perangkat lunak. Pengujian ini dilakukan tidak pada awal tahap pengujian, tetapi dipertengahan yaitu pada pengujian integrasi (integration testing) dan diakhir pengujian, yaitu pada pengujian sistem (system testing). Pengujian ini mengungkap kesalahan-kesalahan pada fungsi-fungsi yang salah/hilang, antarmuka, akses ke basis data eksternal, kinerja, serta inisialisasi dan terminasi program.
Pada pengujian ini hanya diambil contoh fungsi untuk mewakili dari fungsi-fungsi yang ada yaitu, pada fungsi proses penghitungan AHP. Untuk memulai proses penghitungan pada nilai sub kriteria yang dilakukan oleh pengguna, yaitu:
35
a. Pilih menu nilai b. Selanjutnya, pengguna memasukan nilai tiap
sub kriteria maka sistem akan menjalankan fungsinya untuk melakukan penghitungan.
c. Dari penghitungan tersebut maka akan didapat total nilai dari karyawan sebagai hasil acuan untuk penentuan ranking.
d. Setelah nilai total didapat maka sistem akan mengurutkan total nilai sesuai dengan bobot yang ada sehingga didapat ranking karyawan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan perancangan tentang Sistem Penunjang Keputusan pemilihan karyawan terbaik dengan menggunakan metode AHP di BKPP, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1) Sistem Penunjang Keputusan untuk pemilihan
karyawan terbaik bisa di jadikan dasar pengambilan keputusan dalam proses Penilaian Kinerja karyawan dengan menggunakan metode AHP (Analytic Hierarchy Process).
2) Keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan dukungan dari perhitungan yang dilakukan dengan AHP (Analytic Hierarchy Process). Sebagai mana model sistem penunjang keputusan.
Saran
Berdasarkan Kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa saran yang ingin disampaikan antara lain : 1) Sistem pengelolaan data pegawai yang telah
ada sebaiknya perlu di tata, diupdate, sesuai dengan perkembangan teknologi computer dewasa ini, sehingga dapat meningkatkan system kerja Badan koordinasi Pemerintahan dan pembangunan Wilayah III Provinsi jawa Barat.
2) Dengan adanya Sistem Penunjang Keputusan untuk pemilihan karyawan terbaik ini, maka di sarankan adanya pengembangan lebih lanjut untuk merancang system yang lebih baik dan kompleks sesuai dengan kebutuhan.
3) Dengan adanya Sistem Penunjang Keputusan untuk pemilihan karyawan terbaik, maka diharapkan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh bagian Kepegawaian Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangnan Wilayah III Provinsi Jawa Barat, untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Daftar Pustaka [1] Carter et. Al. (1992) Decision Support System (DSS) [2] Simarmata Janner, 2010, Rekayasa Perangkat Lunak, Andi, Yogyakarta. [3] Guritno Suryo,
Sudaryono, Raharja Untung, 2011. Theory and Application of IT Research, Andi, Yogyakarta.
[4] Peraturan Gubernur No. 8 Tahun 2012 tentang Perubahan ketiga atas peraturan Gubernur Jawa Barat nomor 119 tahun 2009 tentang pengukuran kinerja dalam pemberian tambahan penghasilan bagi pegawai negeri dan calon pegawai negeri sipil dilingkungan Provinsi Jawa Barat.
BIODATA PENULIS Penulis lahir di Padang, 29 Januari 1973. Penulis bekerja sebagai Dosen Tetap di STMIK IKMI Cirebon dengan kepangkatan akademik Asisten Ahli, mengajar dibidang Algoritma dan Sistem Informasi. Pendidikan yang telah di tempuh adalah Sarjana Komputer jurusan Teknik Informatika Lulus tahun 1999, dan Magister Komputer jurusan Teknik Informatika Lulus tahun 2010.
36
Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013
ISSN: 1907-4964, halaman 36 s.d. 44
RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PENILAIAN KINERJA KEPENDIDIKAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHI PROCESS (Studi Kasus di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang)
Oleh
Rohmat Taufiq Teknik Informatika-Universitas Muhammadiyah Tangerang
Abstrak - Penilaian kinerja merupakan sesuatu yang penting untuk menilai semua pegawai dan digunakan untuk manajemen fakultas untuk pengambilan kebijakan. Di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang penilaian kinerja digunakan untuk mengevaluasi kinerja pegawai dengan menggunakan 4 kriteria dan 13 sub kriteria dan proses yang dilakukan masih manual. Metode yang digunakan dalam peneliaian ini adalah Analytical Hierarchy Proses (AHP), untuk menyelesaikan masalah yang kompleks menjadi lebih mudah untuk proses pengambilan keputusan dengan cepat dengan diawali dengan pembuatan hirarki, memberikan nilai komparatif di setiap kriteria dan subkriteria. Kriteria yang digunakan adalah komitmen dengan sub kriteria Jujur, loyal, tanggungjawab dan disiplin, Kriteria manajemen dengan sub kriteria kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan, kriteria kerjasama dengan subkriteria komunikasi, beradaptasi dan berbagi informasi dan hasil kerja sub kriteria kualitas dan kuantitas. Sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode AHP dapat juga digunakan untuk semua proses penilaian yang mana ditentukan kriteria dan subkriteria yang sesuai dengan kesepakatan manajemen. Kata Kunci: Sistem Pendukung Keputusan, AHP, Penilaian Kinerja
Abstract - The performance appraisal is important for every employee and is useful for faculty management to define the next policy action. In Engineering Faculty of the University Of Muhammadiyah Tangerang performance appraisal is used to performance evaluation employee while the criteria used by 4 criteria and 13 sub criteria and their implementation is stilldone manually. The method used in this study using the Analytical Hierarchy Process (AHP) due to a complex problem can be easily simplified to speed up decision-making process by way of preparation of the hierarchy, giving the comparative value of each criterion to determine a value criteria. The criteria used are considered honest commitment, loyalty, responsibility and discipline. Management assessed in management leadership, planning, organizing and directing. Working together using sub criteria communication, adaptation and share information. The work is judged is the quality and quantity. Performance appraisal decision support system designed by using AHP method can be used for all the assessment process while determining the criteria and sub criteria can change in accordance with management agreements. Keywords: Decision Support Systems, AHP, Performance Appraisal 1. Pendahuluan
Kualitas sumber daya manusia merupakan
salah satu faktor yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu instansi. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung peningkatan prestasi kerja karyawan.
Penilaian kinerja harus dilakukan untuk mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap pegawai. Dengan melakukan proses penilaian kinerja maka prestasi yang dicapai setiap pegawai dengan nilai baik sekali, baik, cukup atau kurang bisa diketahui. Penilaian prestasi penting bagi
setiap karyawan dan berguna bagi perusahaan untuk menetapkan tindakan kebijaksanaan selanjutnya.
Penilaian kinerja berarti para bawahan mendapat perhatian dari atasannya sehingga mendorong pegawai semangat untuk bekerja, asalkan proses penilaian jujur dan objektif serta ada tindak lanjutnya. Tindak lanjut dari penilaian kinerja dimungkinkan karyawan dipromosikan, dikembangkan dan atau balas jasanya dinaikkan.
Ruang lingkup penilaian kinerja dicakup dalam apa (what), kenapa (why), dimana (where), kapan (when), siapa (who) dan bagaimana (how) atau sering disingkat dengan istilah 5W + 1H. (Sikula, 1980 dalam Hasibuan, 2009).
37
Penilaian kinerja pegawai yang dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang (FT-UMT) digunakan untuk menilai kinerja pegawai yang nantinya digunakan untuk mencari nilai akhir dari hasil kerja pegawai, jika terdapat pegawai yang nilainya masih kurang maka manajemen fakultas akan memberikan pelatihan sesuai dengan bidang masing-masing.
Penilaian kinerja digunakan untuk mengevaluasi hasil kerja seluruh pegawai secara kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan kriteria komitmen yang dinilai jujur, loyal, tanggung jawab dan disiplin. Manajemen yang dinilai kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan. Kerjasama yang dinilai komunikasi, beradaptasi dan berbagi informasi. Hasil kerja yang dinilai adalah kualitas dan kuantitas.
Banyaknya kriteria (multiple criteria) yang digunakan dalam proses penilaian kinerja karyawan menyulitkan pihak manajemen untuk memberi bobot setiap kriteria oleh karena itu dibutuhkan suatu metode yang tepat, adapun metode yang digunakan untuk menyelesaikan multiple criteria di FT-UMT dengan menggunakan Analytical
Hierarchy Process (AHP). Selain multi kriteria pihak manajemen juga menginginkan sistem yang mampu mengatasi bila suatu saat ada perubahan jumlah dan nama kriteria. 2. Teori Sistem Pendukung Keputusan
Pada awal tahun 1970an, Scott-Morton
merumuskan konsep SPK yang pertama. Mendefinisikan bahwa SPK adalah sistem interaktif berbasis komputer yang membantu mengambil keputusan memanfaatkan data dan model untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur. (Gorry and Scott-Morton, 1971; Effraim, 2007).
Kerangka konsep Sistem Pendukung Keputusan yang terdiri dari data; eksternal dan internal, komputer di luar sistem, manajemen model, pengetahuan manajer, dialog manajemen dan manajer (user) seperti Gambar 1. (Effraim, 2007)
Langkah yang dilakukan dalam SPK penilaian kinerja dengan menggunakan metode AHP bisa dilihat pada Gambar 2.
Gambar 1. Kerangka Konsep SPK
38
Gambar 2. Diagram Alir SPK Penilaian Kinerja
dengan metode AHP
Input kriteria dan nilai dilakukan untuk memberi nilai perbandingan sehingga menghasilkan nilai prioritas lokal ataupun prioritas global. Persyaratan penilaian kinerja dilakukan untuk memberikan syarat-syarat yang digunakan sebelum proses penilaian kinerja dilakukan. Input data Pegawai lalu dihitung dengan menggunakan metode AHP dan tampilkan hasil Pegawai.
Sistem Pendukung Keputusan adalah informasi berbasis komputer yang menyediakan dukungan informasi yang interaktif bagi manajer dan praktisi bisnis selama proses pengambilan keputusan. (O’Brien, 2005). 3. Teori Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan analisis dan
interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian kinerja. Penilaian sebaiknya dikaitkan dengan sumber daya (input) yang berada dibawah wewenangnya seperti SDM, dana/keuangan, sarana-prasarana, metode kerja dan hal lainnya yang berkaitan. (Veithzal Rival, 2005)
Penilaian kinerja karyawan telah dilakukan oleh berbagai organisasi sejak berabad-abad. Meskipun sistem penilaian kinerja telah diperdebatkan oleh masyarakat luas, namun secara keseluruhan bisa dilihat bahwa penilaian kinerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan organisasi. Longenecker dan Fink (1999) mengutip beberapa alasan bahwa penilaian kinerja formal dalam organisasi diperlukan secara benar untuk proses kenaikan gaji, promosi, penurunan pangkat (Rafikul Islam, 2005).
Disisi lain penilaian kinerja merupakan sebagian penting dari budaya organisasi dan diperlukan untuk menilai kemajuan menuju tujuan organisasi (Daley, 1993 dan Farr, 1983). Selain itu definisi yang lain bahwa penilaian prestasi kerja merupakan prosedur yang formal dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi Karyawan dan sumbangan serta kepentingan bagi Karyawan (Dale Yoder, 1981; Rafikul Islam, 2005).
Karena penilaian kinerja merupakan hal yang sangat penting maka harus hati-hati dalam menerapkan penilaian kinerja. Sistem penilaian kinerja yang tidak efektif akan membawa banyak masalah termasuk rendah moral, penurunan produktivitas karyawan, yang mengurangi antusiasme karyawan dan dukungan untuk organisasi (Somerick, 1993; Rafikul Islam, 2005).
Dengan berkembangnya waktu dan berkembangnya permasalahan, maka banyak sekali para pakar yang mengembangkan teori-teori baru, diantaranya (Vallance, 1999) menjelaskan metode penilaian kinerja yang digunakan di Singapura, Thailand dan Filipina dan memeriksa peran budaya organisasi pada proses penilaian di negara-negara. Singapura mengadopsi Potential Appraisal System (PAS) kriteria yang digunakan adalah 1) ‘helicopter quality’ yaitu kemampuan seseorang untuk menganalisa masalah atau isu-isu dalam mengambil semua faktor penting. 2) ‘intellectual qualities’ yaitu daya analisis, imajinasi dan mampu menghadapi kenyataan. 3) ‘results orientation. 4). ’leadership quality’ yaitu kemampuan untuk memotivasi, mendelegasikan dan berkomunikasi.
Di Thailand kriteria yang digunakan adalah output pekerjaan dalam hal kualitas, kuantitas dan aplikasi output, kemampuan untuk mengelola dan melakukan pekerjaannya dalam hal perencanaan dan pelaksanaan, kemampuan untuk mengarahkan dan membuat keputusan termasuk tenggang waktu pertemuan, mengambil kontrol, upaya koordinasi dengan organisasi lain, memecahkan masalah dan menyelesaikan konflik dan membantu untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi, kemampuan untuk meningkatkan kerja dan pelayanan, menunjukkan ide-ide baru dan solusi mengidentifikasi dan menangani masalah dan bekerja melakukan efisien dan efektif.
Di Filipina kriteria yang digunakan: manajemen kerja, manajemen orang, manajemen sumber daya, menajemen hubungan, pengelolaan kendala dan inovasi.
Unsur-unsur yang dinilai adalah kesetiaan, prestasi kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerja sama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan dan tanggung jawab (Hasibuan Malayu SP, 2009)
Kriteria yang digunakan untuk penilaian kinerja di Inter System Maintenance Services (ISMS) adalah kualitas/kuantitas kerja, perencanaan/organisasi, inisiatif/komitmen,
39
teamwork/kerjasama, komunikasi dan faktor eksternal (Rafikul Islam, 2005)
Dimensi prestasi kerja karyawan berdasarkan Quantity of work, Quality of work, Job knowledge, Creativeness, Coorporation, Dependability, Initiative, Personal Qualities (Gomes, 1995; Rafikul Islam, 2005).
Pada dasarnya Penilaian kinerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata dengan standar
kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menetapkan kebijaksanaan berarti karyawan akan dipromosikan, didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan. (Hasibuan, 2009)
Proses penyusunan penilaian kinerja menurut (Mondy dan Noe, 1993; Hasibuan, 2009) terbagi dalam beberapa tahapan kegiatan yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 3. Kerangka Penyusunan Penilaian Kinerja
4. Teori Analytical Hierarchy Process (AHP)
Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L.
Saaty sekitar tahun 1970, Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks.Tiga prinsip memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki, prinsip menentukan prioritas, dan prinsip mengukur konsistensi (Kusrini, 2005).
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok. Kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Permadi, 1992; Kadarsah, 2002). Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, di antaranya adalah:
a. Membuat Hirarki b. Penilaian Kriteria dan Alternatif c. Menentukan Prioritas d. Mengukur Konsistensi
Proses yang terdapat pada langkah AHP adalah input kriteria dan sub kriteria disini menggunakan predefined process yang maksudnya input yang prosesnya berada dalam tempat lain, set nilai perbandingan, hitung prioritas lokal dan prioritas global bisa dilihat pada Gambar 4.
5. Studi Kasus a. Kerangka Sistem Pendukung Keputusan
Penilaian Kinerja.
Rancangan sistem pendukung keputusan penilaian kinerja pegawai kependidikan yang berada di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang dengan menggunakan metode Analytical Hierarchi Process (AHP) dengan proses menilai seluruh pegawai dengan standar yang sudah ditentukan maka jika ada pegawai yang nialainya di bawah standar maka pegawai itu perlu diberi pembinaan untuk meningkatkan kinerja dan hasil kerja. Langkah penilaian yang dilakukan diilustrasikan pada Gambar 5. dibawah ini.
Gambar 4. Diagram Alir AHP
40
Kerangka sistem pendukung keputusan penilaian kinerja yang dijelaskan dalam Gambar 5. berisi tiga fungsi yaitu input, proses dan output.
Input data pegawai merupakan sebuah inputan data seluruh pegawai yang dilakukan oleh seorang administrator, seorang administrator selain melakukan input data pegawai juga melakukan input kriteria dan sub kriteria ke dalam sistem yang selanjutnya diproses secara otomatis oleh sistem pendukung keputusan berdasarkan perhitungan AHP.
Input nilai tes pegawai dilakukan oleh seorang user, nilai tes pegawai diinputkan selanjutnya kan di konversikan dengan perhitungan AHP yang datanya diinputkan oleh administrator.
Dekan dan Manajemen Fakultas Teknik mendapatkan laporan yang sama, yaitu laporan yang berisi nilai pegawai standar penilaian dan keterangan lulus atau tidaknya pegawai tersebut.
Setelah data pegawai, kriteria dan sub kriteria diinputkan oleh administrator kemudian dilakukan proses, yang prosesnya menggunakan metode AHP lalu disimpan didalam data base SPK. Selanjutnya user memasukkan nilai pegawai yang kemudian dihitung dengan hasil perhitungan AHP, hasil hitung dan konversi didapat dari proses tersebut.
Keterangan lulus atau tidaknya didapatkan setelah data pegawai, kriteria, nilai perbandingan dan nilai pegawai dimasukkan.
Mulai
Input Data Pegawai
Kriteria dan Sub Kriteria
INPUT PROSES OUTPUT
Nilai Tes Pegawai
Nilai Perbandingan
Hitung Prioritas Lokal
Hitung Prioritas Global
Hitung Konsistensi
Rasio
CR <= 0.1
Keterangan Kelulusan
Hasil Konversi Nilai
T
Y
Data Base SPK
LulusT
YSelesai
Gambar 5. Kerangka SPK Penilaian Kinerja
b. Kriteria Penilaian Kinerja
Kriteria yang digunakan dalam proses penilaian kinerja sebanyak 4 kriteria, keempat kriteria yang digunakan adalah komitmen, manajemen, kerja sama dan hasil kerja.
Komitmen merupakan kriteria yang berkenaan dengan sikap kerja, yang dinilai dalam kriteria komitmen adalah tingkat kejujuran pegawai dalam bekerja, tingkat loyalitas pegawai terhadap instansi, tingkat tanggung jawab pegawai dalam mengemban tugas dan disiplin pegawai dalam hal waktu bekerja.
41
Kriteria manajemen merupakan kriteria yang berhubungan dengan manajemen dan pengorganisasian.Yang dinilai dalam kriteria manajemen adalah tingkat kepemimpinan, perencanaan, pengorganisasian dan tingkat pemberian pengarahan terhadap rekan kerja atau bawahannya.
Kerja sama merupakan kriteria yang berkenaan dengan baik tidaknya model komunikasi, bagaimana cara dia beradaptasi dan bagaimana cara karyawan berbagi informasi dan hasil kerja yang dinilai adalah kualitas dan kuantitas hasil kerja yang telah dilakukan dibandingkan dengan standar instansi. Kriteria dan sub kriteria penilaian kinerja dijelaskan pada Gambar 6..
Gambar 6. Kriteria dan Sub Kriteria
Kriteria yang digunakan dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1. Penjelasan Kriteria No Kriteria Penjelasan
1 Komitmen Menilai prilaku dengan kebutuhan, prioritas dan tujuan organisasi
2 Manajemen Menilai bagaimana karyawan bisa memimpin, merencanakan, mengorgansasi dan memberi pengarahan.
3 Kerjasama Melakukan bagaimana kerjasama karyawan dengan bawahan, teman atau atasan
4 Hasil Kerja Hasil yang didapatkan dari karyawan di bandingkan dengan standar organisasi.
c. Memberikan Nilai Perbandingan
SPK penilaian kinerja ini digunakan untuk proses kenaikan pangkat dan Kriteria yang digunakan dalam studi kasus ini adalah: komitmen yang terdiri dari loyal, jujur, tanggung jawab, disiplin. Manajemen terdiri dari kepemimpinan,
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan. Kerjasama terdiri dari komunikasi, beradaptasi berbagi informasi dan hasil kerja yang dinilai kualitas, kuantitas.
Tabel 2. Nilai perbandingan berpasangan kriteria
Tabel 3. Nilai perbandingan berpasangan sub kriteria komitmen
Tabel 4. Nilai Perbandingan berpasangan sub kriteria manajemen
42
Tabel 5. Nilai Perbandingan berpasangan sub kriteria kerja sama
Tabel 6. Nilai Perbandingan berpasangan sub kriteria hasil kerja
Tabel 7. Nilai Perbandingan berpasangan sub kriteria penilaian
Tabel 8. Prioritas global untuk kriteria komitmen
Tabel 9. Prioritas global untuk kriteria manajemen
Tabel 10. Prioritas global untuk kriteria kerjasama
Tabel 11. Prioritas global untuk kriteria hasil kerja
Input nilai 10 nilai pegawai Pegawai yang diproses dalam penilaian
kinerja dengan menggunakan metode AHP sebanyak 10 orang, dengan menggunakan nama
yang tidak sebenarnya dan nilai asumsi. Adapun nilai yang didapat setiap pegawai seperti pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai 10 Pegawai Hasil kerja dan
Komitmen
No Nama Hasil Kerja Komitmen
1.1 1.2 2.1 2.1 2.3 2.4 1. A BS B BS B C C 2. B BS BS B B B B 3. C BS BS K C BS BS 4. D BS BS B B C C 5. E BS B B BS C C 6. F BS BS BS B C B 7. G B B BS BS B B 8. H B BS B B B B 9. I BS B B B C C 10. J BS B B B C B
Keterangan: 1.1 Kualitas 1.2 Kuantitas 2.1 Jujur 2.2 Loyal 2.3 Tanggung Jawab 2.4 Disiplin
Tabel 13. Nilai 10 Pegawai Hasil kerja dan Komitmen
No
Nam
a Kerjasama Manajemen
1.1
1.2
1.3
2.1
2.2
2.3
2.4
1. A BS B B B B C C 2. B B BS BS B B BS C 3. C C BS B BS C K K 4. D B C C B B C B 5. E BS B B B B C C 6. F BS B B B BS BS C 7. G BS B C B B C C 8. H B C C BS B C B 9. I C B B B B B C 10. J BS B B B B B B
Keterangan: 1.1 Komunikasi 1.2 Beradaptasi 1.3 Bekerjasama 2.1 Kepemimpinan 2.2 Perencanaan 2.3 Pengorganisasian 2.4 Pengarahan
Dari nilai tersebut selanjutnya di-input-kan
ke dalam sistem pendukung keputusan penilaian kinerja pegawai yang ada di Fakultas Teknik.
Dengan Nama tertentu akan melakukan proses penilaian kinerja, sedangkan nilai yang didapat seperti nilai yang tertera pada Tabel 12. Dari nilai manual yang sudah ada selanjutnya di-input-kan kedalam SPK penilaian kinerja.
43
Proses menginputkan nilai pegawai untuk kriteria komitmen, manajemen, komunikasi dan hasil kerja dijelaskan pada Gambar 7-10.
Gambar 7. Input nilai karyawan kriteria komitmen
Gambar 8. Input nilai karyawan kriteria
manajemen
Gambar 9. Input nilai karyawan kriteria kerjasama
Gambar 10. Input nilai karyawan kriteria hasilkerja
Setelah nilai pegawai dimasukkan kedalam
sistem selanjutnya diproses oleh SPK Penilaian Kinerja. Sedangkan hasil yang didapat sepuluh pegawai seperti gambar 10.
Hasil nilai dari 10 peserta yang sudah di input ke dalam proses SPK dengan metode AHP adalah sebagai berikut :
Tabel 14. Hasil input Nilai 10 Pegawai
No Nama Standard Nilai Ket 1. A 0,0322 0,0354 L 2. B 0,0322 0,0330 L 3. C 0,0322 0,0313 L 4. D 0,0322 0,0312 L 5. E 0,0322 0,0310 L 6. F 0,0322 0,022 TL 7. G 0,0322 0,022 TL 8. H 0,0322 0,0214 TL 9. I 0,0322 0,0210 TL 10. J 0,0322 0,0197 TL
Dari tabel di atas, setelah 10 pegawai
dilakukan evaluasi dan dihitung dengan menggunakan metode AHP maka hasilnya diurutkan berdasarkan nilai yang paling besar sampai ke nilai yang paling rendah.
Dari tabel tersebut juga didapatkan hasil bahwa 5 pegawai lulus seleksi penilaian dan yang 5 pegawai tidak lulus, karena nilanya di bawah standard. Dari kelima pegawai tersebut maka akan dilakukan pembinaan guna meningkatkan kualitas dan kuantitas kinerja pegawai.
Daftar Pustaka Islam R. 2005. Employee Performance Evaluation
By AHP: A Case Study. DISAHP 2005, Honolulu, Hawaii, Juli 2005
http://www.superdecisions.com Suryadi Kadarsah (2002). Sistem Pendukung
Keputusan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kusrini. 2007. Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Malayu Hasibuan, SP. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan 13. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
O’Brien, James A. 2005. Introduction to Information System, 12th ed. McGraw-Hill, USA.
Rival, Veithzal dan Fawzi AMB. 2005. Performance Appraisal. Cetakan 1, Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Turban, Efraim. 2007. Decision Support and Business Intelligence Systems. Eighth
44
Edition. Pearson Education, Inc., New Jersey
Profil Penulis Rohmat Taufiq, ST., M.Kom, adalah Dosen Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Tangerang Email: [email protected]
45
Jurnal Tekno Insentif Kopwil4, Volume 7, No. 2, Oktober 2013
ISSN: 1907-4964, halaman 45 s.d. 54
APLIKASI PERSEDIAAN BARANG KOPERASI SISWA
(Studi Kasus: SMK Al-Irsyad Al-Islamiyah Cirebon)
Oleh: Suci Heliyani, Nining R, Nana Suarna
STMIK IKMI Cirebon Abstrak - Agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar diperlukan fasilitas yang memadai, salah satunya menyediakan koperasi siswa agar segala kebutuhan siswa dapat terpenuhi. Semakin bertambahnya jumlah siswa maka jumlah barang yang disediakan oleh Koperasi Siswa akan bertambah.Tetapi sistem persediaan barang yang berjalan saat ini masih dilakukan secara manual yaitu dengan menghitung barang yang ada untuk mencatat data persediaan barang. Dengan membuat Aplikasi Persediaan Barang yang berbasis data, diharapkan dapat membantu pendokumentasian transaksi yang terjadi, diantaranya transaksi penjualan dan pembelian barang, pencatatan barang masuk dan barang keluar, semua transaksi akan tersimpan dalam sistem sehingga memudahkan petugas koperasi dalam pembuatan laporan persediaan barang. Kata Kunci: Persediaan, Koperasi, Database, Visual Basic.
Abstract - In order for teaching and learning activities running smoothly required adequate facilities, one of which provides a cooperative students so that all students' needs are met. The increasing number of students, the number of goods supplied by the Cooperative Students will increase. But the inventory system running is still done manually, by counting bartgang existing inventory to record data. By making apliaksi Stock-based data, is expected to help the documentation of transactions, including the sale and purchase of goods, recording of goods in and goods out, all transactions will be stored in the system so that officers are not troubled cooperative in making the inventory report. Keywords: Inventory, Cooperative, Database, Visual Basic. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Aplikasi persediaan barang merupakan sistem yang dibutuhkan pada koperasi siswa dengan tujuan untuk memudahkan petugas atau pihak yang terkait dalam proses transaksi serta untuk mengetahui jumlah stok barang yang ada tanpa harus menghitung satu persatu. Kesulitan dalam pengumpulan data menimbulkan keterlambatan dalam pembuatan laporan sehingga tujuan dari subsistem sekolah menjadi terhambat. Seiring dengan perkembangan sekolah maka kegiatan yang terjadi semakin banyak yang berarti persediaan barang pada koperasi siswa semakin banyak. Dengan bertambahnya jumlah barang, muncul permasalahan lain yaitu kesulitan mendapatkan informasi persediaan barang yang cepat, tepat dan akurat. Penyebabnya adalah pengolahan data transaksi yang membutuhkan beberapa tahapan dan sering terjadi kesalahan pencatatan dalam faktur, form serta laporan yang dibuat. Selain itu pengolahan data transaksi menjadi informasi persediaan barang sering ditunda oleh petugas.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan sebuah sistem persediaan barang yang
dapat menghasilkan data secara cepat, tepat dan akurat.
1.2 Perumusan Masalah
Bagaimana merancang dan membuat implementasi Aplikasi persediaan barang pada koperasi siswa di SMK Informatika Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Cirebon?
1.3 Identifikasi Masalah 1) Kesalahan dan keterlambatan informasi
untuk mengetahui jumlah stok barang akan mengakibatkan terlambatnya kegiatan operasional koperasi.
2) Pengolahan data pembelian, penjualan, dan persediaan barang yang ada memungkinkan petugas menunda–nunda tugas yang diberikan. Akibatnya informasi persediaan barang tidak dapat disajikan pada saat dibutuhkan.
3) Dalam pembuatan laporan bulanan transaksi barang memerlukan waktu yang cukup lama.
1.4 Tujuan Penelitian
1) Untuk mempercepat pengolahan data transaksi pada koperasi, diantaranya pengolahan transaksi penjualan dan
46
pembelian sehingga dapat menghasilkan laporan penjualan dan pembelian, dapat menghasilkan laporan transaksi barang masuk, dan laporan barang keluar.
2) Untuk membantu pengecekan stock minimum barang yang ada yang kurang terkontrol dengan baik sehingga resiko adanya penumpukan dan kekurangan barang dapat dihindari.
3) Untuk meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh petugas.
2. Landasan Teori 2.1 Pengertian Persediaan Barang
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Sedangkan persedian barang merupakan siklus arus pembelian dan penjualan yang aktivitasnya mengawali pengolahan transaksi hingga menghasilkan laporan stock barang (Ristono: 2009). Pengendalian persediaan dijalankan untuk menjaga persediaan pada tingkat optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan untuk persediaan tersebut. Hal inilah yang dianggap penting untuk dilakukan perhitungan persediaan sehingga dapat menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontinuitas produksi dengan pengorbanan atau pengeluaran biaya yang ekonomis. 2.1.1 Metode Persediaan Barang
1) FIFO (First In First Out) yaitu barang yang masuk terlebih dahulu merupakan barang yang pertama kali keluar dari gudang sehingga persediaan akhir akan berasal dari pembelian yang terakhir. Contoh: persediaan jus dalam kemasan.
2) LIFO (Last In First Out) yaitu barang yang terakhir masuk merupakan barang yang pertama kali keluar. Contoh: persediaan batu bata.
3) AVERAGE yaitu pengeluaran barang dilakukan secara acak dan harga barang yang sudah digunakan maupun yang masih ada ditentukan dengan dicari rata-ratanya. Penerapan asumsi ini dapat digunakan di metode Perpetual maupun metode Periodik (Madcoms, 2005 )
2.2 Pengertian Koperasi
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam “Standar Akuntansi Keuangan No. 27, menyatakan bahwa: “Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk mengingkatkan taraf hidup anggotanya pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada
umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi dan soko guru perekonomian nasional” (IAI, 2007 : 27)
Sedangkan Koperasi siswa adalah koperasi yang berada dalam lingkungan sekolah yang anggotanya adalah siswa dari sekolah tersebut yang dapat melakukan kegiatan ekonomi tanpa badan hukum (Sudarsono dkk, 2005)
2.3 Pengertian Database
Database adalah sekumpulan table yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Tabel terdiri atas Field dan Record. Field adalah Variable yang mewakili suatu kumpulan record/data dan record adalah sekumpulan data yang mengandung arti (Sanjaya : 2008)
2.4 Visual Basic
Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah yang dimengerti oleh computer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Bahasa Pemrograman Visual Basic, yang dikembangkan oleh Microsoft sejak tahun 1991, merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu pemrograman BASIC yang dikembangkan di era 1950-an (Kusrini, dkk., 2007) 3. Metode Penelitian
Dalam penyusuanan penelitian ini penulis
menggunakan metode pendekatan deskriptif (descriptive research) yaitu metode yang mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena yang ada dengan cara menggambarkan alur sistem, dan menginterpretasikan hasil penelitian berdasarkan kondisi yang sebenarnya pada masa sekarang.
3.1 Metode Pengembangan Sistem
Selain metode pendekatan deskriptif, didalam melakukan pengembangan sistem penulis juga menggunakan metodologi waterfall, yaitu metode yang menyarankan sebuah pendekatan yang sistematis dan sekuensial melalui tahapan-tahapan yang ada pada SDLC (System Development Life Cycle) untuk membangun sebuah perangkat lunak. SDLC adalah proses pengembangan dimana keseluruhan proses pengembangan sistem dilakukan melalui proses multi-langkah dari investigasi persyaratan awal melalui analisis, desain, implementasi dan pemeliharaan.
Tahap-tahap pengembangan perangkat lunak dengan menggunakan metode waterfall, yaitu: 1) Analisis adalah tahap menganalisis hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaan proyek pembuatan atau pengembangan software. Dalam hal ini analisis yang dilakukan dengan menganalisis dokumen-dokumen yang digunakan dalam pelayanan transaksi pembelian
47
dan penjualan juga laporan persediaan barang dan tansaksi penjualan dan pembelian itu sendiri.
2) Design adalah tahap penterjemah dari keperluan-keperluan yang dianalisis dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti oleh pemakai, yaitu dengan cara menampilkan ke dalam Flowmap, Diagram konteks, Data flow Diagram (Diagram Aliran Data), Entity Reationship, Struktur table dan Struktur menu.
3) Coding adalah tahap penterjemah data/ pemecahan masalah software yang telah dirancang dalam bahasa pemograman yang telah ditentukan dan digunakan dalam pembuatan sistem menggunakan software development tool. Dalam pembuatan aplikasi persediaan barang ini penulis menggunakan software Microsoft Visual Basic 6.0 dan Microsoft Access sebagai databasenya.
4) Testing adalah tahap pengujian terhadap program yang telah dibuat. Pengujian ini dimulai dengan membuat suatu uji kasus untuk setiap fungsi pada perangkat lunak untuk aplikasi persediaan barang kemudian dilanjutkan dengan pengujian terhadap modul-modul dan terakhir pada tampilan antar muka untuk memastikan tidak ada kesalahan dan semua berjalan dengan baik dan input yang diberikan hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
5) Maintenance adalah perangkat lunak yang telah dibuat dapat mengalami perubahan sesuai permintaan pemakai. Pemeliharaan dapat dilakukan jika ada permintaan tambahan fungsi sesuai dengan keinginan pemakai ataupun adanya pertumbuhan dan perkembangan baik perangkat lunak maupun perangkat keras.
4. Analisis, Perancanagan & Implementasi
4.1 Deskripsi Sistem Yang Berjalan Proses penjualan dan pembelian pada
Koperasi siswa di SMK Informatika Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Cirebon masih menggunakan cara manual. Laporan penjualan, laporan pembelian, laporan persediaan barang sudah diolah kedalam komputer dengan menggunakan excel tetapi setiap transaksi penjualan dan pembelian yang terjadi tersebut masih didokumentasikan dalam buku file tertentu seperti arsip, sehingga memerlukan waktu yang lama dalam pencarian data.
Berikut ini merupakan uraian prosedur sistem yang sedang berjalan pada Koperasi siswa: 1) Proses Penjualan: Awalnya Konsumen
melakukan permintaan barang pada petugas koperasi. Selanjutnya Petugas koperasi mengecek persediaan barang yang diminta oleh siswa dan terdapat dua kemungkinan yaitu jika permintaan barang siswa tidak tersedia pada
persediaaan barang maka permintaan tidak terpenuhi. Jika permintaan barang tersedia pada persediaaan barang maka permintaan terpenuhi. Apabila barang terpenuhi maka petugas koperasi membuat faktur penjualan sebanyak dua rangkap. Lembar pertama diserahkan pada siswa, lembar kedua disimpan sebagai bukti transaksi yang akan dicatat ke dalam buku penjualan. Kemudian Petugas koperasi akan membuat laporan harian penjualan pada saat transaksi terakhir telah selesai dan mencatatnya pada buku penjualan.
2) Proses Pemesanan: Petugas koperasi akan melakukan pencarian persediaan barang yang kosong lalu akan membuatkan PO (Purchase Order) dari data persediaan barang yang kosong tersebut lalu dikirim ke pemasok.
3) Proses Pembelian: Langkah pertama yaitu Pemasok akan memberikan faktur pembelian barang. Kemudian Petugas koperasi mengecek kesesuaian data faktur pembelian dengan data pemesanan barang. Jika tidak sesuai maka akan dikembalikan pada pemasok dan jika faktur pembelian sesuai maka petugas koperasi akan memcatat transaksi pembelian pada buku pembelian.
4) Petugas koperasi mengecek data persedian barang dan mencetaknya untuk dijadikan acuan dalam kegiatan stock of name bulanan. Membuat Laporan persedian barang berdasarkan hasil stock of name dan menyerahkan hasilnya kepada Kepala Sekolah.
5) Pada akhir bulan, petugas koperasi mengerjakan tugas bulanannya antara lain : Membuat laporan penjualan barang dengan menggunakan Microsoft Office Excel berdasarkan rekap harian yang telah dicatat setiap hari di buku penjualan. Serta membuat laporan pembelian barang dengan menggunakan Microsoft Office Excel berdasarkan data pembelian barang yang telah dicatat di buku pembelian ketika terjadi proses pembelian. Selanjutnya membuat laporan persediaan barang berdasarkan data penjualan dan pembelian barang dengan menggunakan Microsoft Office Excel. Menyerahkan laporan penjualan, pembelian dan persediaan barang kepada Kepala Sekolah untuk di tanda tangani.
4.2 Perancangan Sistem Baru
Bagian ini membahas dan menguraikan sistem informasi persediaan rancangan penulis berdasarkan hasil analisis system. Berikut ini uraian prosedur sistem informasi persediaan barang hasil rancangan penulis yang disampaikan secara narasi:
Pada awalnya konsumen melakukan permintaan barang kepada petugas koperasi. Kemudian petugas koperasi mengecek persediaan barang pada database, jika ada maka permintaan barang terpenuhi lalu diproses hingga menghasilkan
48
faktur transaksi penjualan sebanyak dua rangkap, lembar pertama diserahkan pada konsumen, lembar kedua sebagai arsip dan secara otomatis transaksi akan tersimpan pada tabel penjualan dan mengurangi persediaan yang ada pada tabel barang. Petugas koperasi akan mencetak laporan penjualan pada saat Kepala Sekolah membutuhkannya. Lembar pertama diberikan kepada Kepala Sekolah dan lembar kedua diarsipkan. Tetapi jika tidak ada, permintaan barang tidak terpenuhi. Selanjutnya Kepala Sekolah memberikan daftar pemesanan barang kepada petugas koperasi untuk dibuatkan PO (Purchase Order) yang akan diberikan kepada pemasok. Kemudian petugas koperasi membuat laporan pemesanan barang dua rangkap yang akan diberikan kepada Kepala Sekolah dan diarsipkan. Setelah itu pemasok mengirimkan barang dan faktur pembelian kepada petugas koperasi. Kemudian petugas koperasi melakukan pengecekan
terhadap barang yang dipesan dan faktur pembelian dengan daftar pemesanan barang. Jika sesuai dengan daftar pemesanan maka faktur pembelian akan disimpan pada tabel pembelian dan secara otomatis akan menambah data persediaan barang pada tabel barang. Tetapi jika tidak sesuai maka faktur pembelian akan dikembalikan kepada pemasok. Langkah selanjutnya yaitu petugas koperasi akan mencetak laporan pembelian sebanyak dua rangkap, lembar pertama diberikan kepada kepala sekolah dan lembar kedua diarsipkan. Langkah terakhir yaitu petugas koperasi juga mencetak laporan persediaan barang sebanyak dua rangkap, lembar pertama untuk diberikan kepada Kepala Sekolah dan lembar kedua akan di jadikan bahan acuan untuk kegiatan stock opname.
. 4.2.1 Prosedur Sistem Baru (Flow Map)
1) Flowmap Prosedur Penjualan
Mulai
Permintaan Barang
Permintaan Barang
Barang Tersedia
Permintaan Barang Terpenuhi
Validasi Persediaan
Barang
Permintaan Barang Tidak
Terpenuhi
Simpan data penjualan
Trans. Penjualan
Cetak Faktur
Penjualan
Update Persediaan
Barang
Faktur Penjualan
Barang
ya
Faktur Penjualan
tidak
Pembuatan laporan
Penjualan
Laporan Penjualan
Laporan Penjualan
KONSUMEN PETUGAS KOPERASI KEPALA SEKOLAH
Gambar 1. Flow map Prosedur Penjualan
49
2) Flow map Prosedur Pembelian
KEPALA SEKOLAH PETUGAS KOPERASI PEMASOK
Daftar Pemesanan
Barang
Daftar Pemesanan
BarangPembuatan
PO
PO PO
FakturPembelian
FakturPembelian
Validasi pesanan
yg terpenuhi
Sesuai
FakturPembelian
Valid
FakturPembelian tidak valid
FakturPembelian tidak valid
Simpan & Update Data pembelian
barang
Trans. Pembelian
Barang
Pembuatan laporan
persediann barang
Laporan Persediaan
barang
Cetak laporan pembelian barang
Laporan Pembelian
Laporan Pembelian
Tidak
Ya
Laporan persediaan
barang
Gambar 2. Flow map Prosedur Pembelian
4.3 Perancangan Aliran Informasi Aliran informasi yang usulkan digunakan
untuk menunjang peningkatan pemakaian fasilitas computer yang disediakan oleh perusahaan. Gambaran global tentang darimana sistem memperoleh dan kemana sistem akan memberikan data/informasi ditunjukkan dalam konteks diagram aliran data Gambar 3.
4.4 Perancangan Database
Untuk merancang database secara konseptual tentunya diperlukan alat bantu, baik
untuk menggambarkan keterhubungan antar data maupun pengoptimalan rancangan database. Alat bantu tersebut adalah Entity Relationship Diagram, yang digunakan untuk menggambarkan model data. Sedangkan untuk mendapatkan database digunakan Table Design.
4.4.1 Entity Relationship Diagram (ERD)
Entity Relationship Diagram (ERD) menjelaskan hubungan antar entitas didalam Aplikasi Persediaan Barang, suatu hubungan dapat terjadi melalui sebuah interaksi Gambar 4.
50
Aplikasi Persediaan
BarangKonsumen Pemasok
Kepala Sekolah
Permintaan Barang
Faktur penjualan
PO
Faktur pembelian
Lapora
n p
em
belia
n
Lapora
n p
enju
ala
n
Lapora
n p
ers
edia
an
bara
ng
Faktur penjualan & data barang retur
Tanda terima retur barang
Faktur pembelian tidak valid
Tanda terima retur barang
Dafta
r pem
esanan b
ara
ng
Gambar 3. Diagram Konteks
Gambar 4. Entiti Relationship Diagram (ERD)
Konsumen
membeli
Barang Pemasok menjual
meretur
tgl
kd_brng**
qty
faktur_jual**
kd_brng*
nm_brng
harga_jual
harga_beli
stok
satuan
qty
tgl
faktur_beli**
kd_brng**
kd_pmsk**
nm_pmsk
kd_pmsk*
alamat
no_telp
kd_brng**
kd_retur**
qty tgl
1 N
1 N
N N
51
4.4.2 Perancangan Tabel (Table Design) Dalam menyusun aplikasi persediaan barang
pada koperasi siswa ini memerlukan beberapa tabel yang mendukung diantaranya yaitu tabel barang,
tabel pemasok, tabel penjualan, tabel pembelian, tabel pemesanan tabel retur dan tabel user.
Relasi Antar Tabel
BARANG
Kode_barang*Nama_barangSatuanHarga_beliHarga_jualStok
PEMASOK
Kode_pemasok*Nama_pemasokAlamatNo. Telpon
PENJUALAN
Faktur_penjualan*Kode_barang**QuantityTgl_jual
PEMBELIAN
Faktur_pembelian*Kode_barang**Kode_pemasok**QuantityTgl_beli
USER
Kode_User*UsernamePasswordNama_lengkap
RETUR
Kode_retur*Kode_barang**QuantityTgl_retur
PEMESANAN
Kode_pemesanan*Kode_pemasok**QuantityTgl_pesan
Keterangan :
* : Primary Key ** : Foreign Key
Gambar 5. Relasi Antar Tabel
4.5 Implementasi
Menu Log In
Gambar 6. Form Log In
52
Sub Menu Data Barang
Gambar 7. Form Input Data Barang
Sub Menu Pemesanan
Gambar 8. Form Transaksi Pemesanan
Sub Menu Pembelian
Gambar 9. Form Transaksi Pembelian
53
Sub Menu Penjualan
Gambar 10. Form Transaksi Penjualan
Sub Menu Retur Barang
Gambar 11. Form Transaksi Retur Barang
54
Sub Menu Laporan Persediaan Barang
Gambar 12. Form Laporan Persediaan Barang
5. Kesimpulan Sistem yang berjalan saat ini masih memiliki
sejumlah permasalahan, sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi koperasi siswa dan belum ada aplikasi khusus yang digunakan untuk mendukung sistem informasi persediaan barang.
Dengan aplikasi yang dibangun ini data akan tersimpan dalam database sehingga data yang tersimpan lebih aman, dan akan memudahkan jika memerlukan data yang telah lampau/terdahulu. Untuk pengembangan selanjutnya, sistem informasi persediaan barang di koperasi siswa ini diharapkan terintegrasi dengan sistem informasi akuntansi keuangan atau modul keuangan pada sistem informasi persediaan barang di koperasi siswa. Daftar Pustaka Ikatan Akuntansi Keuangan, 2007, Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
Kusrini, Kinoyo Andri, 2007, Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akuntansi
dengan Visual Basic & Microsoft SQL Server. Yogyakarta: Andi Offset.
Madcoms, 2005, Program Aplikasi Terintegrasi Inventory dan Hutang Piutang dengan Visual Basic 6.0 & Crystal Report. Yogyakarta: Andi Offset.
Ristono Agus, 2009, Manajemen Persediaan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sudarsono dan Edilius, 2005, Koperasi dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sanjaya Ridwan, 2008, Kolaborasi Visual Basic 6.0 dan Access 2007. Jakarta: Elex Media.
Riwayat Penulis:
Dra. Nining R, dan Nana Suarna, M. Kom adalah dosen tetap pada STMIK IKMI Cirebon. No. No. HP.: Nining R – 08121458660, HP.: Nana Suarna - 081912940556
Suci Heliany, A. Md adalah pegawai SMK Al-Irsyad Al-Islamiyah Cirebon