Nama - Tongkal09's Blog | SEBUAH BLOG HASIL … · Web viewApa faktor penghambat dan penunjang...

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah pada dasarnya adalah suatu lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan ganda, karena lembaga pendidikan ini memberikan pendidikan agama dan umum. Sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya memasukkan unsur-unsur studi pendidikan agama yang lebih luas dibanding dengan SLTP, maka perlu adanya pembenahan yang lebih mantap, agar bidang studi agama tersebut dapat diserap oleh anak didiknya dengan mudah, karena anak didik berpegang teguh pada ukuran, norma atau nilai yang diyakini sesuatu yang baik. Keberhasilan kegiatan belajar sangat ditentukan oleh adanya suatu perencanaan pembelajaran. Dengan begitu pendidikan dalam proses belajar mengajar harus mempunyai kemampuan tersendiri guna mencapai harapan 1 1

Transcript of Nama - Tongkal09's Blog | SEBUAH BLOG HASIL … · Web viewApa faktor penghambat dan penunjang...

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Madrasah pada dasarnya adalah suatu lembaga pendidikan yang

memberikan pendidikan ganda, karena lembaga pendidikan ini memberikan

pendidikan agama dan umum.

Sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya memasukkan unsur-unsur

studi pendidikan agama yang lebih luas dibanding dengan SLTP, maka perlu

adanya pembenahan yang lebih mantap, agar bidang studi agama tersebut dapat

diserap oleh anak didiknya dengan mudah, karena anak didik berpegang teguh

pada ukuran, norma atau nilai yang diyakini sesuatu yang baik.

Keberhasilan kegiatan belajar sangat ditentukan oleh adanya suatu

perencanaan pembelajaran. Dengan begitu pendidikan dalam proses belajar

mengajar harus mempunyai kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang

dicita – citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses

belajar pada khususnya.

Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam

hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menyebabkan

terjadinya proses belajar. Aktivitas pengajaran adalah suatu hal yang berkaitan

erat dengan upaya mengubah, mengembangkan dan mendewasakan anak didik.

Dalam konsep tersebut tersirat bahwa peran seorang pendidik adalah pemimpin

belajar.

1

1

Pendidik sebagai fasilitator harus berusaha menciptakan kondisi belajar

mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran yang meningkatkan

kemampuan siswa untuk menyimak ataupun menyerap pelajaran sehingga

menguasai tujuan – tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.1

Perilaku belajar siswa dapat dibentuk secara optimal melalui beberapa

faktor, dimana faktor-faktor tersebut bisa berupa lingkungan sekolah, masyarakat,

motivasi dan persiapan mengajar. Dari fakto-faktor tersebut menurut hemat

penulis perencanaan pengajaran pendidiklah yang secara efektif dapat membentuk

perilaku belajar siswa.

Dalam memilih serta merumuskan judul skripsi “Kemampuan Guru

Bidang Studi Aqidah Akhlak Dalam Merencanakan Pembelajaran di Madrasah

Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit Kecamatan Pengabuan”. Adalah

berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut:

1. Perencanaan pembelajaran adalah salah satu faktor penentu keberhasilan

dalam proses belajar mengajar.

2. Dengan adanya perencanaan pembelajaran yang baik dan matang, maka sudah

barang tentu perilaku belajar siswa akan berkembang dengan baik, artinya

apabila perencanaan dikemas dengan baik dan matang, maka siswa akan aktif.

3. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak dapat diraih secara kebetulan

namun semuanya tidak lepas dari proses perencanaan.

1 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), cet. IV, hlm. 2

1

2

Dari uraian tersebut di atas, kemudian penulis tertarik untuk meneliti dan

membuktikan kebenarannya di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai

Serindit Kecamatan Pengabuan.

B. Pokok – Pokok Masalah

Dari uraian latar belakang masalah sesuai dengan judul di atas, maka

penulis menetapkan permasalahan dalam penelitian ini sebagai kajiannya sebagai

berikut:

1. Bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Nurul

Wathan Sungai Serindit?.

2. Bagaimana kemampuan guru bidang studi Aqidah Akhlak dalam

merencanakan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai

Serindit?.

3. Apa faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan pembelajaran Bidang

studi Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai

Serindit?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Ingin mengetahui kemampuan guru bidang studi Aqidah Akhlak di MTs

Nurul Wathan Sungai Serindit dalam pembuat perencanaan pembelajaran.

b. Ingin mengetahui penghambat dan penunjang pelaksanaan pembelajaran

bidang studi Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan Sungai Serindit.

1

3

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan

khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang perencanaan dan

pelaksanaan pembelajaran bagi guru bidang studi dan mahasiswa jurusan

keguruan.

b. Secara praktis

Diharapkan menjadi bahan dan acuan bagi pemimpin dan guru

khususnya guru bidang studi Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan Desa

Sungai Serindit Kecamatan Pengabuan.

c. Secara khusus

Sebagai bahan untuk melengkapi persyaratan guna mendapatkan

gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan

Agama Islam (PAI) pada STAI An-Nadwah Kuala Tungkal.

D. Kerangka Teori

Supaya penelitian ini dapat terarah dan terfokus pada pokok permasalahan

yang telah dirumuskan, maka perlu kerangka teori yang dapat dijadikan dasar

dalam analisis dan menarik kesimpulan dalam penelitian ini.

1. Perencanaan Pembelajaran

a. Pengertian Perencanaan Pembelajaran

Setiap organisasi membekali diri dengan kemauan masyarakat

yang selalu identik dengan perkembangan zaman. Karena bagaimanapun,

berjalan sesuai tujuan atau tidak sesuainya tujuan suatu organisasi untuk

1

4

mencapai semua itu salah satu cara yaitu dengan membangun perencanaan.

Perencanaan terhadap kecenderungan baru guna mencapai dan

mempertahankan posisi bersaing mereka.

Pada dasarnya perencanaan merupakan pemilikan sasaran suatu

organisasi atau penentu tujuan organisasi, kemudian di jabarkan dalam

bentuk kerjasama dan pembagian tugas. Perencanaan adalah proses

pendefinisiantujuan-tujuan organisasi kemudian menyajikan dengan jelas

strategis-trategi, teknik-teknik dan operasi yang diperlukan untuk

mencapai tujuan tersebut.

Berikut beberapa pengertian perencanaan :

1) Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia perencanaan adalah

“rancangan-rancangan pekerjaan yang akan dikerjakan, rancangan

pekerjaan yang akan dilaksananakan pada (pelajaran) merancang pada

apa-apa yang akan diajarkan. Sedangkan merencanakan adalah

“mengarang, menyusun, menguraikan, memutuskan dan melaporkan”.2

2) Menurut Wina Sanjaya bahwa “perencanaan adalah menentukan tujuan

yang hendak dicapai selama satu masa yang akan datang dan apa yang

harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu”.3

3) Menurut Ibrahim Bafadhal perencanaan berarti suatu proses berfikir

menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang

akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan

sebelumnya.4

2 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), cet. VIII, hlm. 815-816

3 A.W. Wijaya, Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), hal. 134 Ibrahim Bafadhal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. IV, hlm. 31

1

5

b. Proses Perencanaan Pembelajaran

Setiap perencanaan pendidikan, apapun jenis pendidikannya, pada

dasarnya mempunyai komponen yang sama.5

Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan

pengajaran ialah:

a. “Menemukan tujuanumum dan tujuan khusus pengajaran;

b. Menentukan isi berdasarkan tujuan umum pengajaran yang mencakup

perincian topik dan penalaran subtopik;

c. Menentukan alokasi waktu untuk setiap topik;

d. Menentukan pendekatan pengajaran yang mencakup strategi, tugas-

tugas yang diberikan kepada siswa, teks dan lain-lain;

e. Perencanaan khusus, seperti peralatan yang dibutuhkan,kegiatan

klaborasi dengan narasumber ketika merencakan suatu pelajaran, atau

pembuatan perencanaan mingguan;

f. Menentukan prosedur penilaian pencapaian tujuan khusus

pengajaran”.6

c. Manfaat Perencanaan Pengajaran

Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu,

maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil.

Dalam dunia pendidikan seorang guru harus memiliki kemampuan dalam

merancang pengajaran. Seorang guru sebelum mengajar hendaknya

merancang program pengajaran yang hendak diberikan kepada siswa.

5 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. I, hlm. 57

6 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. II. hlm. 69-70.

1

6

Perencanaan dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap

diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Hendiyati Soetopo dan Wasty Soemanto dalam B.

Suryosubroto bahwa “selain berguna sebagai alat kontrol, maka persiapan

mengajar juga berguna sebagai pegangan bagi guru sendiri”.7

Mendukung pendapat tersebut Tim Pembina Mata Kuliah

Didaktik/Kurikulum IKIP Surabaya menyatakan bahwa “dengan

perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif yaitu

murid harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan

pengajaran.8

Demikianlah arti dari perencanaan (plaining) secara sederhana.

Pembelajaran memiliki arti proses, cara, menjadikan orang atau makluk

hidup belajar.9

Selanjutnya adalah pembelajaran. Belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.10

Pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material,, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.11

7 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm. 28

8 Ibid 9 WJS. Poerdarminta, op.cit, hlm. 1410 Slameto, loc.cit11 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. VIII, hlm. 57

1

7

Dengan kata lain pembelajaran merupakan salah satu komponen

dari kompetensi-kompetensi guru dan setiap guru harus menguasai serta

terampil melaksanakan pembelajaran.12

Sementara mengajar ialah upaya menyampaikan pengetahuan

kepada peserta didik/siswa di sekolah.13 Kemampuan mengajar serta

kompetensi keilmuan seorang guru sangatlah mendukung dalam

menjalankan tugas, terutama dalam mencapai tujuan pendidikan secara

luas.

Definisi dari DeQueliy dan Gazali mengajar adalah menanamkan

pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.

Sementara definisi yang modren di negara-negara yang sudah maju

“Teaching is the guidance of learning” mengajar ialah bimbingan belajar

kepada siswa dalam proses belajar”.14

Dari pengertian-pengertian perencanaan, pembelajaran dan

mengajar di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perencanaan

pembelajaran adalah suatu proses dan upaya untuk menyiapkan serta

merumuskan suatu keputusan yang akan dilaksanakan guna menanamkan

sikap dan nilai – nilai pengetahuan dan ketrampilan dasar kepada

seseorang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Dalam mencapai keberhasilan pengajaran atau paling tidak

mendekati keberhasilan seorang guru dituntut untuk mempersiapkan

perencanaan yang matang.

12 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), cet. IV, hlm. 30

13 Oemar Hamalik, op.cit. hlm. 5814 Slameto, loc.cit

1

8

d. Komponen dalam Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru sebelum mengajar

tidak sebaliknya (mengajar dulu baru dibuat perencanaannya). Pada

umumnya guru membuat perencanaan pembelajaran untuk satu kali

pertemuan. Sesungguhnya perencanaan pembelajaran dapat dibuat untuk

beberapa pertemuan, misalnya untuk 4 atau 5 pertemuan sekaligus.

Dengan cara tersebut, maka guru tidak direpotkan lagi membuat

perencanaan untuk setiap kali mengajar.

Salah satu bentuk perencanaan pembelajaran adalah rencana

pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran

diwujudkan dalam bentuk RP (Rencana Pembelajaran). Rencana

Pembelajaran (RP) adalah rencana atau program yang disusun oleh guru

untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu kompetensi

dasar.

Adapun hal-hal yang harus dipenuhi dalam membuat Rencana

Pembelajaran adalah:

a. Kompetensi Dasar, yaitu target kompetensi yang akan dicapai.

b. Hasil belajar, yaitu kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan

pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.

c. Indikator hasil belajar, yaitu salah satu ciri penanda ketercapaian

kompetensi dasar.

d. Materi Pokok

e. Sumber/Bahan/Alat, yakni berupa sarana dan sumber belajar.

1

9

f. Pengalaman belajar, yakni kenario (langkah-langkah) pembelajaran

yang berupa kegiatan siswa tahap demi tahap dan materi yang

diajarkan.

g. Alokasi waktu

h. Cara Penilaian.15

Perencanaan pembelajaran diawali dengan penyusunan Silabus.

Kemudian menyususun Satuan Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran

yang sesuai dengan silabus.

Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa perencanaan

pembelajaran tersebut mencakup tiga hal yakni:

1) Silabus (garis besar) yaitu suatu ringkasan yang ditulis dan berisikan

standar kompetensi dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran

yang ditampilkan di dalam kurikulum.

2) Pedoman kerja yaitu merupakan daftar indikator yang digambarkan

dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang luas di dalam

silabus.

3) Perencanaan pembelajaran merupakan pedoman yang digunakan oleh

guru dalam mengimplementasikan penyajian bahan pelajaran.

Komponen Rencana Program Pembelajaran (RPP) minimal sebagai

berikut:

1) Tujuan Pembelajaran

2) Materi Ajar

3) Metode pembelajaran

15 Farida Rahim, loc.cit, halm. 74

1

10

4) Sumber Belajar

5) Penilaian Hasil Belajar.16

Berikut ini adalah contoh Format Rencana Pengajaran:

I. Identitas Mata Pelajaran

1. Mata Pelajaran : ……………………..2. Pokok Bahasan : ……………………..3. Sub Pokok bahasan : ……………………..4. Kelas/Semester : ……………………..5. Pertemuan minggu ke : ……………………..6. Waktu : ……………………..

II. Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar1. Standar Kompetensi2. Kompetensi Dasar

III. Materi Pembelajaran1. ………………………2. ………………………3. ………………………

IV. Strategi Pembelajaran/Kegiatan Belajar

No Kegiatan Belajar Waktu(menit)

Keterangan

1 Pendahuluana. ..........................b. ..........................c. ..........................

2 Kegiatan Intia. ..........................b. ..........................c. ..........................

3 Penutupa. ..........................b. ..........................

V. Sarana dan Sumber Pembelajaran16 Ibid, halm. 70

1

11

1. Lembar Informasi

2. Lembar Kegiatan

3. VCD

4. dll

VI. Penilaian dan Tindak Lanjut

1. Penilaian Kognitif

2. Penilaian afektif

3. Lembar Pengamatan diskusi.17

3. Pembelajaran Akidah akhlak

a. Pengertian Aqidah Akhlah

Dalam masyarakat Barat kata akhlak sering diidentikkan dengat

etika.18

Dalam segi istilah (terminologi) khulq (budi pekerti) atau akhlak ialah

suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi

kepribadian hingga dari sana timbullah berbagai macam perbuatan dengan

cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.19

Dari sudut kebiasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim

masdar (bentuk infenitif) dari kata “akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai

dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti

al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (Kelakuan, tabi’at, watak asar) al-‘adat

(kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din

(agama).20

Akhlak atau moral merupakan pendidikan jiwa agar jiwa seseorang

dapat bersih dari sifat-sifat yang tercela dan dihiasi dengan sifat-sifat 17 Nama Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Agasindo, 2004), cet.

VII, hlm. 191-19218 Abuddin Nata, Akhlak Tasauf, (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2000), cet. III, hlm.1019 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), cet. II, hlm. 320 Abuddin Nata, op.cit, hlm. 1

1

12

terpuji, seperti rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong antar sesama

manusia, sabar, tabah, belas kasih, pemurah dan sifat-sifat terpuji

lainnya.21

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa, hakikat

pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia

mengarahkan pda terciptanya perilaku lahir dan batin manusia sehingga

menjadi manusia seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap

luar dirinya. Dengan demikian, pendekatan pendidikan akhlak bukan

monolitik dalam pengertian harus menjadi nama bagi suatu mata pelajaran

atau lembaga, melainkan terintegrasi kedalam bagian mata pelajaran atau

lembaga.22

Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang

keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah disatu

sisi, dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut

agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa

disisi lain.23

Secara Etomologi aqidah berasal dari kata dasar al’aqadu yang

bermakna ikatan, memintal, menetapkan, menguatkan, mengikat dengan

kuat, berpegeng teguh, keyakinan dan keteguhan. Sedangkan secara

Terminologi adalah keyakinan yang mantap dan keputusan yang tegas,

yang tidak terpengaruh dan tidak dimasuki oleh keragu-raguan sedikit pun.

Baik keyakinan dan keputusan tersebut benar maupun salah, hak maupun

21 Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1997), Cet. I, hlm. 1322 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Kajian atas Asumsi dasar, Pradigma danKerangka teori Ilmu

Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004), cet. 1, hlm. 38 23 Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan

Agama Islam RI, 2004), hlm. 21-22

1

13

bathil. Dinamakan aqidah karena manusia mengikatkan hatinya

kepadanya. Sedangkan menurut Syar’i, keyakinan yang mantap kepada

Alla, uluhiyah-Nyarububiyahnyah-Nya, nama-nama dan sifat-Nya;

keimanan kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya,hari

akhir, dan takdir baik maupun buruk. Juga mengimani segala hal yang

ditetapkan oleh nash-nash yang shaheh, dalam urusan pokok-pokok

agama, persoalan dan berita tentang hal-hal yang gaib, dan hal-hal yang

telah disepakati oleh salafush shalih, jug aberserah diri kepda Allah

dengan mentaati hukum, perintah dan syariat-Nya, dan berserah diri

kepada rasul-rasul-nyadengan mentaati perintahnya, mengikuti suri

tauladannya, dengan menjadikannya segala hakim pemutus perkara.24

b. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan oleh barmawi Umary

secara umum meliputi;

1) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah mulia, terpuji serta

menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.

2) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama

mahluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.25

Menurut Ibn Maskawaih adalah “terwujudnya sikap batin yang

mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan perbuatan bernilai

24 Abu Fatah Al-Adnani, Eds., Buku Pintar Aqidah, (Panduan Praktis Memahami Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Sesuai dengan Pemahaman para Sufi), (Sukoharjo: Roemah Buku, t.th), hlm. 2-4

25 Chatib Thaha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: Kerjasama Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 2004), cet. 2, hlm. 135

1

14

baik sehingga tercapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang

sempurna”.26

c. Ruang Lingkup Bidang Studi Akidah Akhlak

Ibn Maskawaih menyebut ada tiga hal pokok yang yang dapat

dipahami sebagai materi sebagai materi pendidikan akhlak; 1) hal-hal yang

wajib bagi kebutuhan tubuh, 2) hal-hal yang wajib bag jiwa, dan 3) hal-hal

yang wajib gai hubungannya dengan sesama manusia.27

Sedangkan ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Aqidah Akhlak di

Madrasah Tsanawiyah sebagai berikut:

1) Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan

jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan

mukjizatnya dan hari akhir.

2) Aspek Akhlak terpuji yang terdiri dari atas khauf,

taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad

yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah,

menepati janji dan bermusyawarah.

3) Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik,

namimah dan ghibah.28

d. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak

Yang dimaksud metode mengajar akhlak ialah suatu cara

menyampaikan materi pendidikan akhlak dari seorang gru kepada siswa

26 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Kajian atas Asumsi Dasar, Pradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004), cet. 1, hlm. 116

27 Ibid, hlm. 11928 Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan

Agama Islam RI, 2004), hlm. 23

1

15

dengan memilih suatu atau beberapa metode mengajar sesuai dengan topik

pokok bahasan.29

Menurut Abdurrahman an-nahlawai metode pendidikan agama

Islam meliputi:

3) Metode Khiwar (percakapan)

4) Metode kisah

5) Metode Amtsal

6) Metode Teladan

7) Metode Pembiasaan diri dan Pengalaman

8) Metode Pengambilan Pelajaran dan Peringatan

9) Metode Targhib dan Tarhib.30

Sedangkan menurut Muhamamd Qutbi metode yang bisa

digunakan dalam pendidikan Islam antara lain:

1) Metode Teladan

2) Metode Hukuman

3) Metode Cerita

4) Metode Kebiasaan

5) Metode Penyaluran Kekuatan

6) Metode Mengisi Kekosongan, dan

7) Metode Hikmahh suatu Peristiwa.31

Sedangkan metode khusus pendidikan Akhlak menurut Hamka

antara ialah:

1) Metode Alami29 Chatib Thaha, op.cit, hlm. 12330 Ibid. hlm. 12631 Ibid

1

16

2) Metode Mujahadah dan Riadhah

3) Metode Teladan.

4) Metode tidak langsung, yaitu cara tertentu yang bersifat pencegahan,

penekanan terhadap hal-hal yang merugikan pendidikan akhlak, antara

lain; korelasi dan pengawasan, larangan serta hukuman.32

Secara umum Menurut Nana Sudjana ada beberapa macam metode

yang digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain:

1) Metode Ceramah

2) Metode Tanya Jawab

3) Metode Diskusi

4) Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)

5) Metode Demonstrasi dan Eksperimen.33

e. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak

Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana

pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan:

1) Pendekatan Keimanan; Yaitu mendorong peserta didik untuk

mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt

sebagai sumber kehidupan.

2) Pendekatan Pengalaman; Yaitu mengkondisikan peserta didik untuk

mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman akhlak mulia

dalam kehidupan sehari-hari.

32 Ibid, hlm. 12712833 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), cet.

VII, hlm. 78-82

1

17

3) Pendekatan Pembiasaan; Yaitu melaksanakan pembelajaran dengan

membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang

terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits serta dicontohkan oleh para

ulama.

4) Pendekatan Rasional; Yaitu usaha meningkatkan kualitas proses dan

hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlak dengan pendekatan yang

memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang

ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.

5) Pendekatan Emosional; Yaitu upaya menggugah perasaan (emosi)

peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlak mulia sehingga

lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.

6) Pendekatan Fungsional; Yaitu menyajikan materi aqidah dan Akhlak

yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan

seharihari.

7) Pendekatan Keteladanan; Yaitu pembelajaran yang menempatkan dan

memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan;

sebagai cerminan dari individu (siswa) yang memiliki keimanan teguh

dan berakhlak mulia.

f. Evaluasi Pembelajaran

Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan

pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu. Dalam konteks

ini maka evaluasi tersebut adalah pemberian pertimbangan atau nilai

dalam bidang studi akidah akhlak. Fungsi dari evaluasi adalah untuk

mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dalam hal ini adalah

1

18

tujuan instruksional khusus dan untuk mengetahui tingkat keefektifan

PBM yang dilakukan oleh guru. Evaluasi dapat dilakukan pada jangka

pendek dan jangka panjang.

Evaluasi jangka pendek dilakukan setelah berlangsungnya proses

belajar mengajar, evaluasi ini disebut evaluasi formatif. Sedangkan

evaluasi jangka panjang dilakukan setelah proses belajar mengajar

dilakukan selama beberapa kali dan pada periode tertentu, misalnya pada

tengah semester atau akhir semester, evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.

Pada umumnya evaluasi menggunakan dua teknik; pertama, teknik

non-tes, yaitu; evaluasi yang tidak menggunakan soal-soal tes dan

bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid yang

berhubungan dengan kiat belajar atau pendidikan. Kedua, teknik tes, yaitu;

suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat

yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-

batasan.

Dengan memperhatikan evaluasi belajar dari waktunya, maka jenis

evaluasi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1) Evaluasi harian yaitu evaluasi yang dilaksanakan sehari hari baik yang

diberi tahukan atau tidak diberitahukan.

2) Evaluasi Umum yaitu evaluasi yang dilakukan pada akhir caturwulan

atau semester.

3) Evaluasi pada akhir tahun ajaran, terhadap murid tingkat akhir.34

34 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), hal. 159

1

19

Evaluasi ini bukan hanya dilihat dari hasil belajar namun juga

komponen dalam KBM baik materi, alat peraga, sumber, metode, sarana,

atau KBM itu sendiri.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam evaluasi pembelajaran

bidang studi akidah akhlak ada tiga, yaitu

1) Aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan

pengetahuan dan perkembangan/kemampuan yang diperlukan untuk

menggunakan pengetahuan tersebut.

2) Aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental,

perasaan dan kesadaran.

3) Aspek Psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk-

bentuk tindakan motorik.

Tiga aspek tersebut harus berimbang karena ketiganya merupakan

satu paket yang harus dicapai dari pembelajaran bidang studi akidah

akhlak.

Untuk mengetahui kompetensi peserta didik sebagai hasil

pembelajaran aqidah akhlak, perlu dilakukan penilaian dengan rambu-

rambu sebagai berikut:

1) Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan belajar dan

penilaian hasil belajar peserta didik yang terdiri dari pengetahuan,

sikap dan perilaku mereka.

2) Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang

kemajuan belajar peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat kemampuan dasar yang dicapai peserta didik

1

20

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu, unit

satuan, atau jenjang tertentu.

3) Penilaian hasil belajar Aqidah-Akhlak adalah upaya pengumpulan

informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap

suatu kompetensi meliputi: pengetahuan, sikap dan nilai. Penilaian

hasil belajar ini dilakukan sepenuhnya oleh madrasah yang

bersangkutan. Hasil penilaian dijadikan sebagai pertimbangan utama

dalam memasuki pendidikan jenjang berikutnya.

4) Penilaian hasil belajar Aqidah-Akhlak secara nasional dilakukan

dengan mengacu pada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar,

dan indikator yang telah ditetapkan di dalam kurikulum nasional.

Penilaian tingkat nasional berfungsi untuk memperoleh informasi dan

tentang mutu hasil penyelenggaraan mata pelajaran aqidah akhlak.

5) Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat

mengukur dengan tepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik.

6) Penilaian dilakukan melalui tes dan non-tes.

7) Pengukuran terhadap ranah afektif dapat dilakukan dengan

menggunakan cara non-tes, seperti skala penilaian, observasi dan

wawancara.

8) Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan dengan

menggunakan lembar pengamatan atau instrumen lainnya.

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran

akidah akhlak diperlukan evaluasi sebagai pertimbangan atas pelaksanaan

pembelajaran bidang studi akidah akhlak yang diberikan.

1

21

2. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan salah tafsir terhadap judul skripsi

ini, maka di sini penulis merasa perlu memberikan penjelasan dan penegasan dari

judul tersebut:

1. Kemampuan

Adalah kuasa (kesangupan melakukan sesuatu) atau kekayaan akan sesuatu.35

2. Guru

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang

dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya,

profesinya) mengajar.36

3. Merencanakan

Ialah menyususn, merancang dan uraikan. Perencanaan pembelajaran adalah

kematangan dalam mempersiapkan bahan /materi untuk mengajar.37

Jadi maksud dari pembelajaran tersebut adalah memberikan pelajaran

kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.

4. Bidang Studi Akhlak

Aqidah akhlak yaitu sub-mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar

yang membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak.38 Akhlak

menurut linguistic bahasa Arab ialah bentuk jamak daripada “Khulq” dan

berarti cirri-ciri watak seseorang (The traits of man’s moral kharakter), tetapi

35 WJS. Poerdarminta, op.cit, hlm. 62836 Ibid, hlm. 33037 Ibid, hlm. 81638 Departemen Agama RI, GBPP MTs: Pelajaran Aqidah Akhlak, (Jakarta: Dirjend Binbaga Islam, 1994),

hlm. 1.

1

22

dalam arti agama, akhlak ialah sesuatu daya fositif dan aktif dalam bentuk

prilaku/perbuatan.39

Akhlak diartikan sebagai "hal-hal berkaitan dengan sikap, perilaku dan

sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sasarannya,

dengan makhluk-makhluk lain dan dengan Tuhannya. Suatu keadaan yang

melihat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang

mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian.

5. Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan

Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar

serta menerima dan memberi pelajaran.40 Madrasah merupakan isim makan

dari darasa yang berarti tempat untuk belajar.41

Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan adalah sebuah yang berada

dibawah naungan Yayasan Nurul Wathan. Beralamat di Desa Sungai Serindit

Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Dari uraian di atas, penulis menegaskan bahwa maksud judul

“Kemampuan Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Dalam Merencanakan

Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit

Kecamatan Pengabuan” adalah usaha untuk meneliti tentang perencanaan

pembelajaran yang dibuat oleh guru Bidang Studi Aqidah Akhlak di Madrasah

Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit Kecamatan Pengabuan.

Petunjuk perencanna dimaksudkan disini adalah sesuai dengan

petunjuk DIKNAS, bukan mengada-ngada adanya.

39 Abidin Harahap, Etika Islam, (Jakarta: Multi Yasa, 1979), hlm. 1340 W.J.S Poerwadarminta, op.cit, , hlm. 101341 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam Telaah Atas Kerangka Konseptual

Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. I, hlm. 141

1

23

1

24