Nama - Tongkal09's Blog | SEBUAH BLOG HASIL … · Web viewApa faktor penghambat dan penunjang...
Transcript of Nama - Tongkal09's Blog | SEBUAH BLOG HASIL … · Web viewApa faktor penghambat dan penunjang...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah pada dasarnya adalah suatu lembaga pendidikan yang
memberikan pendidikan ganda, karena lembaga pendidikan ini memberikan
pendidikan agama dan umum.
Sebagai lembaga pendidikan yang di dalamnya memasukkan unsur-unsur
studi pendidikan agama yang lebih luas dibanding dengan SLTP, maka perlu
adanya pembenahan yang lebih mantap, agar bidang studi agama tersebut dapat
diserap oleh anak didiknya dengan mudah, karena anak didik berpegang teguh
pada ukuran, norma atau nilai yang diyakini sesuatu yang baik.
Keberhasilan kegiatan belajar sangat ditentukan oleh adanya suatu
perencanaan pembelajaran. Dengan begitu pendidikan dalam proses belajar
mengajar harus mempunyai kemampuan tersendiri guna mencapai harapan yang
dicita – citakan dalam melaksanakan pendidikan pada umumnya dan proses
belajar pada khususnya.
Mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menyebabkan
terjadinya proses belajar. Aktivitas pengajaran adalah suatu hal yang berkaitan
erat dengan upaya mengubah, mengembangkan dan mendewasakan anak didik.
Dalam konsep tersebut tersirat bahwa peran seorang pendidik adalah pemimpin
belajar.
1
1
Pendidik sebagai fasilitator harus berusaha menciptakan kondisi belajar
mengajar yang efektif, mengembangkan bahan pelajaran yang meningkatkan
kemampuan siswa untuk menyimak ataupun menyerap pelajaran sehingga
menguasai tujuan – tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan.1
Perilaku belajar siswa dapat dibentuk secara optimal melalui beberapa
faktor, dimana faktor-faktor tersebut bisa berupa lingkungan sekolah, masyarakat,
motivasi dan persiapan mengajar. Dari fakto-faktor tersebut menurut hemat
penulis perencanaan pengajaran pendidiklah yang secara efektif dapat membentuk
perilaku belajar siswa.
Dalam memilih serta merumuskan judul skripsi “Kemampuan Guru
Bidang Studi Aqidah Akhlak Dalam Merencanakan Pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit Kecamatan Pengabuan”. Adalah
berdasarkan pertimbangan dan alasan sebagai berikut:
1. Perencanaan pembelajaran adalah salah satu faktor penentu keberhasilan
dalam proses belajar mengajar.
2. Dengan adanya perencanaan pembelajaran yang baik dan matang, maka sudah
barang tentu perilaku belajar siswa akan berkembang dengan baik, artinya
apabila perencanaan dikemas dengan baik dan matang, maka siswa akan aktif.
3. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak dapat diraih secara kebetulan
namun semuanya tidak lepas dari proses perencanaan.
1 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), cet. IV, hlm. 2
1
2
Dari uraian tersebut di atas, kemudian penulis tertarik untuk meneliti dan
membuktikan kebenarannya di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai
Serindit Kecamatan Pengabuan.
B. Pokok – Pokok Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sesuai dengan judul di atas, maka
penulis menetapkan permasalahan dalam penelitian ini sebagai kajiannya sebagai
berikut:
1. Bagaimana pembelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Nurul
Wathan Sungai Serindit?.
2. Bagaimana kemampuan guru bidang studi Aqidah Akhlak dalam
merencanakan pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai
Serindit?.
3. Apa faktor penghambat dan penunjang pelaksanaan pembelajaran Bidang
studi Aqidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai
Serindit?.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Ingin mengetahui kemampuan guru bidang studi Aqidah Akhlak di MTs
Nurul Wathan Sungai Serindit dalam pembuat perencanaan pembelajaran.
b. Ingin mengetahui penghambat dan penunjang pelaksanaan pembelajaran
bidang studi Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan Sungai Serindit.
1
3
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan
khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran bagi guru bidang studi dan mahasiswa jurusan
keguruan.
b. Secara praktis
Diharapkan menjadi bahan dan acuan bagi pemimpin dan guru
khususnya guru bidang studi Aqidah Akhlak di MTs Nurul Wathan Desa
Sungai Serindit Kecamatan Pengabuan.
c. Secara khusus
Sebagai bahan untuk melengkapi persyaratan guna mendapatkan
gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI) pada STAI An-Nadwah Kuala Tungkal.
D. Kerangka Teori
Supaya penelitian ini dapat terarah dan terfokus pada pokok permasalahan
yang telah dirumuskan, maka perlu kerangka teori yang dapat dijadikan dasar
dalam analisis dan menarik kesimpulan dalam penelitian ini.
1. Perencanaan Pembelajaran
a. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Setiap organisasi membekali diri dengan kemauan masyarakat
yang selalu identik dengan perkembangan zaman. Karena bagaimanapun,
berjalan sesuai tujuan atau tidak sesuainya tujuan suatu organisasi untuk
1
4
mencapai semua itu salah satu cara yaitu dengan membangun perencanaan.
Perencanaan terhadap kecenderungan baru guna mencapai dan
mempertahankan posisi bersaing mereka.
Pada dasarnya perencanaan merupakan pemilikan sasaran suatu
organisasi atau penentu tujuan organisasi, kemudian di jabarkan dalam
bentuk kerjasama dan pembagian tugas. Perencanaan adalah proses
pendefinisiantujuan-tujuan organisasi kemudian menyajikan dengan jelas
strategis-trategi, teknik-teknik dan operasi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut.
Berikut beberapa pengertian perencanaan :
1) Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia perencanaan adalah
“rancangan-rancangan pekerjaan yang akan dikerjakan, rancangan
pekerjaan yang akan dilaksananakan pada (pelajaran) merancang pada
apa-apa yang akan diajarkan. Sedangkan merencanakan adalah
“mengarang, menyusun, menguraikan, memutuskan dan melaporkan”.2
2) Menurut Wina Sanjaya bahwa “perencanaan adalah menentukan tujuan
yang hendak dicapai selama satu masa yang akan datang dan apa yang
harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu”.3
3) Menurut Ibrahim Bafadhal perencanaan berarti suatu proses berfikir
menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan pada masa yang
akan datang dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan
sebelumnya.4
2 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), cet. VIII, hlm. 815-816
3 A.W. Wijaya, Perencanaan Sebagai Fungsi Manajemen, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), hal. 134 Ibrahim Bafadhal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. IV, hlm. 31
1
5
b. Proses Perencanaan Pembelajaran
Setiap perencanaan pendidikan, apapun jenis pendidikannya, pada
dasarnya mempunyai komponen yang sama.5
Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam perencanaan
pengajaran ialah:
a. “Menemukan tujuanumum dan tujuan khusus pengajaran;
b. Menentukan isi berdasarkan tujuan umum pengajaran yang mencakup
perincian topik dan penalaran subtopik;
c. Menentukan alokasi waktu untuk setiap topik;
d. Menentukan pendekatan pengajaran yang mencakup strategi, tugas-
tugas yang diberikan kepada siswa, teks dan lain-lain;
e. Perencanaan khusus, seperti peralatan yang dibutuhkan,kegiatan
klaborasi dengan narasumber ketika merencakan suatu pelajaran, atau
pembuatan perencanaan mingguan;
f. Menentukan prosedur penilaian pencapaian tujuan khusus
pengajaran”.6
c. Manfaat Perencanaan Pengajaran
Pada hakikatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu,
maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil.
Dalam dunia pendidikan seorang guru harus memiliki kemampuan dalam
merancang pengajaran. Seorang guru sebelum mengajar hendaknya
merancang program pengajaran yang hendak diberikan kepada siswa.
5 Suprijanto, Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet. I, hlm. 57
6 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. II. hlm. 69-70.
1
6
Perencanaan dapat bermanfaat bagi guru sebagai kontrol terhadap
diri sendiri agar dapat memperbaiki cara pengajarannya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hendiyati Soetopo dan Wasty Soemanto dalam B.
Suryosubroto bahwa “selain berguna sebagai alat kontrol, maka persiapan
mengajar juga berguna sebagai pegangan bagi guru sendiri”.7
Mendukung pendapat tersebut Tim Pembina Mata Kuliah
Didaktik/Kurikulum IKIP Surabaya menyatakan bahwa “dengan
perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif yaitu
murid harus dijadikan pedoman setiap kali membuat persiapan
pengajaran.8
Demikianlah arti dari perencanaan (plaining) secara sederhana.
Pembelajaran memiliki arti proses, cara, menjadikan orang atau makluk
hidup belajar.9
Selanjutnya adalah pembelajaran. Belajar ialah suatu proses usaha
yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.10
Pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material,, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.11
7 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Wawasan Baru, Beberapa Metode Pendukung, dan Beberapa Komponen Layanan Khusus, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), cet. I, hlm. 28
8 Ibid 9 WJS. Poerdarminta, op.cit, hlm. 1410 Slameto, loc.cit11 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet. VIII, hlm. 57
1
7
Dengan kata lain pembelajaran merupakan salah satu komponen
dari kompetensi-kompetensi guru dan setiap guru harus menguasai serta
terampil melaksanakan pembelajaran.12
Sementara mengajar ialah upaya menyampaikan pengetahuan
kepada peserta didik/siswa di sekolah.13 Kemampuan mengajar serta
kompetensi keilmuan seorang guru sangatlah mendukung dalam
menjalankan tugas, terutama dalam mencapai tujuan pendidikan secara
luas.
Definisi dari DeQueliy dan Gazali mengajar adalah menanamkan
pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat.
Sementara definisi yang modren di negara-negara yang sudah maju
“Teaching is the guidance of learning” mengajar ialah bimbingan belajar
kepada siswa dalam proses belajar”.14
Dari pengertian-pengertian perencanaan, pembelajaran dan
mengajar di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perencanaan
pembelajaran adalah suatu proses dan upaya untuk menyiapkan serta
merumuskan suatu keputusan yang akan dilaksanakan guna menanamkan
sikap dan nilai – nilai pengetahuan dan ketrampilan dasar kepada
seseorang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dalam mencapai keberhasilan pengajaran atau paling tidak
mendekati keberhasilan seorang guru dituntut untuk mempersiapkan
perencanaan yang matang.
12 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya, Edisi Revisi, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), cet. IV, hlm. 30
13 Oemar Hamalik, op.cit. hlm. 5814 Slameto, loc.cit
1
8
d. Komponen dalam Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dibuat oleh guru sebelum mengajar
tidak sebaliknya (mengajar dulu baru dibuat perencanaannya). Pada
umumnya guru membuat perencanaan pembelajaran untuk satu kali
pertemuan. Sesungguhnya perencanaan pembelajaran dapat dibuat untuk
beberapa pertemuan, misalnya untuk 4 atau 5 pertemuan sekaligus.
Dengan cara tersebut, maka guru tidak direpotkan lagi membuat
perencanaan untuk setiap kali mengajar.
Salah satu bentuk perencanaan pembelajaran adalah rencana
pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran
diwujudkan dalam bentuk RP (Rencana Pembelajaran). Rencana
Pembelajaran (RP) adalah rencana atau program yang disusun oleh guru
untuk satu atau dua pertemuan, untuk mencapai target satu kompetensi
dasar.
Adapun hal-hal yang harus dipenuhi dalam membuat Rencana
Pembelajaran adalah:
a. Kompetensi Dasar, yaitu target kompetensi yang akan dicapai.
b. Hasil belajar, yaitu kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan
pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
c. Indikator hasil belajar, yaitu salah satu ciri penanda ketercapaian
kompetensi dasar.
d. Materi Pokok
e. Sumber/Bahan/Alat, yakni berupa sarana dan sumber belajar.
1
9
f. Pengalaman belajar, yakni kenario (langkah-langkah) pembelajaran
yang berupa kegiatan siswa tahap demi tahap dan materi yang
diajarkan.
g. Alokasi waktu
h. Cara Penilaian.15
Perencanaan pembelajaran diawali dengan penyusunan Silabus.
Kemudian menyususun Satuan Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran
yang sesuai dengan silabus.
Dengan demikian dapat dijabarkan bahwa perencanaan
pembelajaran tersebut mencakup tiga hal yakni:
1) Silabus (garis besar) yaitu suatu ringkasan yang ditulis dan berisikan
standar kompetensi dan kompetensi dasar dari semua mata pelajaran
yang ditampilkan di dalam kurikulum.
2) Pedoman kerja yaitu merupakan daftar indikator yang digambarkan
dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang luas di dalam
silabus.
3) Perencanaan pembelajaran merupakan pedoman yang digunakan oleh
guru dalam mengimplementasikan penyajian bahan pelajaran.
Komponen Rencana Program Pembelajaran (RPP) minimal sebagai
berikut:
1) Tujuan Pembelajaran
2) Materi Ajar
3) Metode pembelajaran
15 Farida Rahim, loc.cit, halm. 74
1
10
4) Sumber Belajar
5) Penilaian Hasil Belajar.16
Berikut ini adalah contoh Format Rencana Pengajaran:
I. Identitas Mata Pelajaran
1. Mata Pelajaran : ……………………..2. Pokok Bahasan : ……………………..3. Sub Pokok bahasan : ……………………..4. Kelas/Semester : ……………………..5. Pertemuan minggu ke : ……………………..6. Waktu : ……………………..
II. Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar1. Standar Kompetensi2. Kompetensi Dasar
III. Materi Pembelajaran1. ………………………2. ………………………3. ………………………
IV. Strategi Pembelajaran/Kegiatan Belajar
No Kegiatan Belajar Waktu(menit)
Keterangan
1 Pendahuluana. ..........................b. ..........................c. ..........................
2 Kegiatan Intia. ..........................b. ..........................c. ..........................
3 Penutupa. ..........................b. ..........................
V. Sarana dan Sumber Pembelajaran16 Ibid, halm. 70
1
11
1. Lembar Informasi
2. Lembar Kegiatan
3. VCD
4. dll
VI. Penilaian dan Tindak Lanjut
1. Penilaian Kognitif
2. Penilaian afektif
3. Lembar Pengamatan diskusi.17
3. Pembelajaran Akidah akhlak
a. Pengertian Aqidah Akhlah
Dalam masyarakat Barat kata akhlak sering diidentikkan dengat
etika.18
Dalam segi istilah (terminologi) khulq (budi pekerti) atau akhlak ialah
suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga dari sana timbullah berbagai macam perbuatan dengan
cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.19
Dari sudut kebiasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu isim
masdar (bentuk infenitif) dari kata “akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai
dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af’ala, yuf’ilu if’alan yang berarti
al-sajiyah (perangai), ath-thabi’ah (Kelakuan, tabi’at, watak asar) al-‘adat
(kebiasaan, kelaziman), al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din
(agama).20
Akhlak atau moral merupakan pendidikan jiwa agar jiwa seseorang
dapat bersih dari sifat-sifat yang tercela dan dihiasi dengan sifat-sifat 17 Nama Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Agasindo, 2004), cet.
VII, hlm. 191-19218 Abuddin Nata, Akhlak Tasauf, (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2000), cet. III, hlm.1019 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), cet. II, hlm. 320 Abuddin Nata, op.cit, hlm. 1
1
12
terpuji, seperti rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong antar sesama
manusia, sabar, tabah, belas kasih, pemurah dan sifat-sifat terpuji
lainnya.21
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa, hakikat
pendidikan akhlak adalah inti pendidikan semua jenis pendidikan karena ia
mengarahkan pda terciptanya perilaku lahir dan batin manusia sehingga
menjadi manusia seimbang dalam arti terhadap dirinya maupun terhadap
luar dirinya. Dengan demikian, pendekatan pendidikan akhlak bukan
monolitik dalam pengertian harus menjadi nama bagi suatu mata pelajaran
atau lembaga, melainkan terintegrasi kedalam bagian mata pelajaran atau
lembaga.22
Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk dalam bidang
keagamaan, pendidikan ini juga diarahkan pada peneguhan aqidah disatu
sisi, dan peningkatan toleransi serta saling menghormati dengan penganut
agama lain dalam rangka mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa
disisi lain.23
Secara Etomologi aqidah berasal dari kata dasar al’aqadu yang
bermakna ikatan, memintal, menetapkan, menguatkan, mengikat dengan
kuat, berpegeng teguh, keyakinan dan keteguhan. Sedangkan secara
Terminologi adalah keyakinan yang mantap dan keputusan yang tegas,
yang tidak terpengaruh dan tidak dimasuki oleh keragu-raguan sedikit pun.
Baik keyakinan dan keputusan tersebut benar maupun salah, hak maupun
21 Masyhur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al Amin Press, 1997), Cet. I, hlm. 1322 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Kajian atas Asumsi dasar, Pradigma danKerangka teori Ilmu
Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004), cet. 1, hlm. 38 23 Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Agama Islam RI, 2004), hlm. 21-22
1
13
bathil. Dinamakan aqidah karena manusia mengikatkan hatinya
kepadanya. Sedangkan menurut Syar’i, keyakinan yang mantap kepada
Alla, uluhiyah-Nyarububiyahnyah-Nya, nama-nama dan sifat-Nya;
keimanan kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya,hari
akhir, dan takdir baik maupun buruk. Juga mengimani segala hal yang
ditetapkan oleh nash-nash yang shaheh, dalam urusan pokok-pokok
agama, persoalan dan berita tentang hal-hal yang gaib, dan hal-hal yang
telah disepakati oleh salafush shalih, jug aberserah diri kepda Allah
dengan mentaati hukum, perintah dan syariat-Nya, dan berserah diri
kepada rasul-rasul-nyadengan mentaati perintahnya, mengikuti suri
tauladannya, dengan menjadikannya segala hakim pemutus perkara.24
b. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Tujuan pendidikan akhlak yang dirumuskan oleh barmawi Umary
secara umum meliputi;
1) Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah mulia, terpuji serta
menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.
2) Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan dengan sesama
mahluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.25
Menurut Ibn Maskawaih adalah “terwujudnya sikap batin yang
mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan perbuatan bernilai
24 Abu Fatah Al-Adnani, Eds., Buku Pintar Aqidah, (Panduan Praktis Memahami Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamaah Sesuai dengan Pemahaman para Sufi), (Sukoharjo: Roemah Buku, t.th), hlm. 2-4
25 Chatib Thaha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Semarang: Kerjasama Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo Semarang, 2004), cet. 2, hlm. 135
1
14
baik sehingga tercapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan yang
sempurna”.26
c. Ruang Lingkup Bidang Studi Akidah Akhlak
Ibn Maskawaih menyebut ada tiga hal pokok yang yang dapat
dipahami sebagai materi sebagai materi pendidikan akhlak; 1) hal-hal yang
wajib bagi kebutuhan tubuh, 2) hal-hal yang wajib bag jiwa, dan 3) hal-hal
yang wajib gai hubungannya dengan sesama manusia.27
Sedangkan ruang lingkup Kurikulum Pendidikan Aqidah Akhlak di
Madrasah Tsanawiyah sebagai berikut:
1) Aspek aqidah terdiri atas keimanan kepada sifat wajib, mustahil dan
jaiz Allah, keimanan kepada kitab Allah, Rasul Allah, sifat-sifat dan
mukjizatnya dan hari akhir.
2) Aspek Akhlak terpuji yang terdiri dari atas khauf,
taubat, tawadlu’, ikhlas, bertauhid, inovatif, kreatif, percaya diri, tekad
yang kuat, ta’aruf, ta’awun, tafahum, tasamuh, jujur, adil, amanah,
menepati janji dan bermusyawarah.
3) Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, munafik,
namimah dan ghibah.28
d. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak
Yang dimaksud metode mengajar akhlak ialah suatu cara
menyampaikan materi pendidikan akhlak dari seorang gru kepada siswa
26 Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak, Kajian atas Asumsi Dasar, Pradigma dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004), cet. 1, hlm. 116
27 Ibid, hlm. 11928 Departemen Agama RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Agama Islam RI, 2004), hlm. 23
1
15
dengan memilih suatu atau beberapa metode mengajar sesuai dengan topik
pokok bahasan.29
Menurut Abdurrahman an-nahlawai metode pendidikan agama
Islam meliputi:
3) Metode Khiwar (percakapan)
4) Metode kisah
5) Metode Amtsal
6) Metode Teladan
7) Metode Pembiasaan diri dan Pengalaman
8) Metode Pengambilan Pelajaran dan Peringatan
9) Metode Targhib dan Tarhib.30
Sedangkan menurut Muhamamd Qutbi metode yang bisa
digunakan dalam pendidikan Islam antara lain:
1) Metode Teladan
2) Metode Hukuman
3) Metode Cerita
4) Metode Kebiasaan
5) Metode Penyaluran Kekuatan
6) Metode Mengisi Kekosongan, dan
7) Metode Hikmahh suatu Peristiwa.31
Sedangkan metode khusus pendidikan Akhlak menurut Hamka
antara ialah:
1) Metode Alami29 Chatib Thaha, op.cit, hlm. 12330 Ibid. hlm. 12631 Ibid
1
16
2) Metode Mujahadah dan Riadhah
3) Metode Teladan.
4) Metode tidak langsung, yaitu cara tertentu yang bersifat pencegahan,
penekanan terhadap hal-hal yang merugikan pendidikan akhlak, antara
lain; korelasi dan pengawasan, larangan serta hukuman.32
Secara umum Menurut Nana Sudjana ada beberapa macam metode
yang digunakan dalam proses belajar mengajar antara lain:
1) Metode Ceramah
2) Metode Tanya Jawab
3) Metode Diskusi
4) Metode Pemberian Tugas Belajar (Resitasi)
5) Metode Demonstrasi dan Eksperimen.33
e. Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak
Cakupan materi pada setiap aspek dikembangkan dalam suasana
pembelajaran yang terpadu melalui pendekatan:
1) Pendekatan Keimanan; Yaitu mendorong peserta didik untuk
mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt
sebagai sumber kehidupan.
2) Pendekatan Pengalaman; Yaitu mengkondisikan peserta didik untuk
mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman akhlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari.
32 Ibid, hlm. 12712833 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), cet.
VII, hlm. 78-82
1
17
3) Pendekatan Pembiasaan; Yaitu melaksanakan pembelajaran dengan
membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits serta dicontohkan oleh para
ulama.
4) Pendekatan Rasional; Yaitu usaha meningkatkan kualitas proses dan
hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlak dengan pendekatan yang
memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang
ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
5) Pendekatan Emosional; Yaitu upaya menggugah perasaan (emosi)
peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlak mulia sehingga
lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
6) Pendekatan Fungsional; Yaitu menyajikan materi aqidah dan Akhlak
yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan
seharihari.
7) Pendekatan Keteladanan; Yaitu pembelajaran yang menempatkan dan
memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan;
sebagai cerminan dari individu (siswa) yang memiliki keimanan teguh
dan berakhlak mulia.
f. Evaluasi Pembelajaran
Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan
pertimbangan atau harga nilai berdasarkan kriteria tertentu. Dalam konteks
ini maka evaluasi tersebut adalah pemberian pertimbangan atau nilai
dalam bidang studi akidah akhlak. Fungsi dari evaluasi adalah untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, dalam hal ini adalah
1
18
tujuan instruksional khusus dan untuk mengetahui tingkat keefektifan
PBM yang dilakukan oleh guru. Evaluasi dapat dilakukan pada jangka
pendek dan jangka panjang.
Evaluasi jangka pendek dilakukan setelah berlangsungnya proses
belajar mengajar, evaluasi ini disebut evaluasi formatif. Sedangkan
evaluasi jangka panjang dilakukan setelah proses belajar mengajar
dilakukan selama beberapa kali dan pada periode tertentu, misalnya pada
tengah semester atau akhir semester, evaluasi ini disebut evaluasi sumatif.
Pada umumnya evaluasi menggunakan dua teknik; pertama, teknik
non-tes, yaitu; evaluasi yang tidak menggunakan soal-soal tes dan
bertujuan untuk mengetahui sikap dan sifat kepribadian murid yang
berhubungan dengan kiat belajar atau pendidikan. Kedua, teknik tes, yaitu;
suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat
yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-
batasan.
Dengan memperhatikan evaluasi belajar dari waktunya, maka jenis
evaluasi dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
1) Evaluasi harian yaitu evaluasi yang dilaksanakan sehari hari baik yang
diberi tahukan atau tidak diberitahukan.
2) Evaluasi Umum yaitu evaluasi yang dilakukan pada akhir caturwulan
atau semester.
3) Evaluasi pada akhir tahun ajaran, terhadap murid tingkat akhir.34
34 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,1983), hal. 159
1
19
Evaluasi ini bukan hanya dilihat dari hasil belajar namun juga
komponen dalam KBM baik materi, alat peraga, sumber, metode, sarana,
atau KBM itu sendiri.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam evaluasi pembelajaran
bidang studi akidah akhlak ada tiga, yaitu
1) Aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan
pengetahuan dan perkembangan/kemampuan yang diperlukan untuk
menggunakan pengetahuan tersebut.
2) Aspek afektif, meliputi perubahan-perubahan dalam sikap mental,
perasaan dan kesadaran.
3) Aspek Psikomotorik, meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk-
bentuk tindakan motorik.
Tiga aspek tersebut harus berimbang karena ketiganya merupakan
satu paket yang harus dicapai dari pembelajaran bidang studi akidah
akhlak.
Untuk mengetahui kompetensi peserta didik sebagai hasil
pembelajaran aqidah akhlak, perlu dilakukan penilaian dengan rambu-
rambu sebagai berikut:
1) Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan belajar dan
penilaian hasil belajar peserta didik yang terdiri dari pengetahuan,
sikap dan perilaku mereka.
2) Penilaian kemajuan belajar merupakan pengumpulan informasi tentang
kemajuan belajar peserta didik. Penilaian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kemampuan dasar yang dicapai peserta didik
1
20
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu, unit
satuan, atau jenjang tertentu.
3) Penilaian hasil belajar Aqidah-Akhlak adalah upaya pengumpulan
informasi untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap
suatu kompetensi meliputi: pengetahuan, sikap dan nilai. Penilaian
hasil belajar ini dilakukan sepenuhnya oleh madrasah yang
bersangkutan. Hasil penilaian dijadikan sebagai pertimbangan utama
dalam memasuki pendidikan jenjang berikutnya.
4) Penilaian hasil belajar Aqidah-Akhlak secara nasional dilakukan
dengan mengacu pada kompetensi dasar, hasil belajar, materi standar,
dan indikator yang telah ditetapkan di dalam kurikulum nasional.
Penilaian tingkat nasional berfungsi untuk memperoleh informasi dan
tentang mutu hasil penyelenggaraan mata pelajaran aqidah akhlak.
5) Teknik dan instrumen penilaian yang digunakan adalah yang dapat
mengukur dengan tepat kemampuan dan usaha belajar peserta didik.
6) Penilaian dilakukan melalui tes dan non-tes.
7) Pengukuran terhadap ranah afektif dapat dilakukan dengan
menggunakan cara non-tes, seperti skala penilaian, observasi dan
wawancara.
8) Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes perbuatan dengan
menggunakan lembar pengamatan atau instrumen lainnya.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran
akidah akhlak diperlukan evaluasi sebagai pertimbangan atas pelaksanaan
pembelajaran bidang studi akidah akhlak yang diberikan.
1
21
2. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan salah tafsir terhadap judul skripsi
ini, maka di sini penulis merasa perlu memberikan penjelasan dan penegasan dari
judul tersebut:
1. Kemampuan
Adalah kuasa (kesangupan melakukan sesuatu) atau kekayaan akan sesuatu.35
2. Guru
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar.36
3. Merencanakan
Ialah menyususn, merancang dan uraikan. Perencanaan pembelajaran adalah
kematangan dalam mempersiapkan bahan /materi untuk mengajar.37
Jadi maksud dari pembelajaran tersebut adalah memberikan pelajaran
kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
4. Bidang Studi Akhlak
Aqidah akhlak yaitu sub-mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar
yang membahas ajaran agama Islam dalam segi aqidah dan akhlak.38 Akhlak
menurut linguistic bahasa Arab ialah bentuk jamak daripada “Khulq” dan
berarti cirri-ciri watak seseorang (The traits of man’s moral kharakter), tetapi
35 WJS. Poerdarminta, op.cit, hlm. 62836 Ibid, hlm. 33037 Ibid, hlm. 81638 Departemen Agama RI, GBPP MTs: Pelajaran Aqidah Akhlak, (Jakarta: Dirjend Binbaga Islam, 1994),
hlm. 1.
1
22
dalam arti agama, akhlak ialah sesuatu daya fositif dan aktif dalam bentuk
prilaku/perbuatan.39
Akhlak diartikan sebagai "hal-hal berkaitan dengan sikap, perilaku dan
sifat-sifat manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan sasarannya,
dengan makhluk-makhluk lain dan dengan Tuhannya. Suatu keadaan yang
melihat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan yang
mudah, tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian.
5. Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar
serta menerima dan memberi pelajaran.40 Madrasah merupakan isim makan
dari darasa yang berarti tempat untuk belajar.41
Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan adalah sebuah yang berada
dibawah naungan Yayasan Nurul Wathan. Beralamat di Desa Sungai Serindit
Kecamatan Pengabuan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Dari uraian di atas, penulis menegaskan bahwa maksud judul
“Kemampuan Guru Bidang Studi Aqidah Akhlak Dalam Merencanakan
Pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit
Kecamatan Pengabuan” adalah usaha untuk meneliti tentang perencanaan
pembelajaran yang dibuat oleh guru Bidang Studi Aqidah Akhlak di Madrasah
Tsanawiyah Nurul Wathan Sungai Serindit Kecamatan Pengabuan.
Petunjuk perencanna dimaksudkan disini adalah sesuai dengan
petunjuk DIKNAS, bukan mengada-ngada adanya.
39 Abidin Harahap, Etika Islam, (Jakarta: Multi Yasa, 1979), hlm. 1340 W.J.S Poerwadarminta, op.cit, , hlm. 101341 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam Telaah Atas Kerangka Konseptual
Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. I, hlm. 141
1
23