Naim LBM 5

84
LBM 5 Modul Mata 1. Trauma Mekanik a. Trauma tumpul Kelopak Palpebra hematom o Penyebab Trauma akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya o Penatalaksanaan Pada hematoma kelopak dini dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit Bila telah lama, untuk memudahkan absorbsi dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata dan merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Darah masuk ke dalam kedua rongga orbita sampai pada batas septum orbita Naim Ismail Imunu

description

h vbn

Transcript of Naim LBM 5

LBM 5 Modul Mata

1. Trauma Mekanik

a. Trauma tumpul

Kelopak

Palpebra hematom

Penyebab

Trauma akibat pukulan tinju, atau benda-benda keras lainnya

Penatalaksanaan

Pada hematoma kelopak dini dapat diberikan kompres dingin untuk menghentikan perdarahan dan menghilangkan rasa sakit

Bila telah lama, untuk memudahkan absorbsi dapat dilakukan kompres hangat pada kelopak

Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk kaca mata yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut sebagai hematoma kaca mata dan merupakan keadaan sangat gawat. Hematoma kaca mata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Darah masuk ke dalam kedua rongga orbita sampai pada batas septum orbita kelopak mata, akan memberikan bentuk hematoma ini.

Konjungtiva

Edema konjungtiva

Jaringan konjungtiva yang bersifat selaput lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainannya, demikian pula akibat trauma tumpul. Bila kelopak terpajan ke duania luar dan konjungtiva secara langsung kena angin tanpa mengedip, maka keadaan ini telah dapat mengakibatkan edema pada konjungtiva.

Penatalaksanaannya : dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam selaput lendir konjungtiva.

Hematom subkonjungtiva

Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau di bawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini dapat akibat batuk rejan,trauma tumpul basis kranii, atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan mudah pecah. Pembuluh darah akan rentan dan mudah pecah pada usia lanjut, hipertensi, areriosklerosis, konjungtiva meradang(konjungtivitis), anemia, dan obat-obatan tertentu.

Pengobatan dini yang dapat dilakukan kompres hangat. Perdarahan subkonjungtiva akan hilang atau diabsorbsi dalam 1-2 minggu tanpa diobati

Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan bahwa tidak terdapat robekan di bawah jaringn konjungtiva atau sklera. Kadang-kadang hematoma subkonjungtiva menutupi keadaan mata yang lebih burukseperti perforasi bola mata. Bila tekanan bola mata rendah disertai tajam penglihatan menurun dengan hematoma subkonjungtiva maka sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari adanya ruptur sklera atauterlihatnya jaringan kororid yang menonjol

Kornea

Edema kornea

Trauma tumpul yang keras atau cepat mengenai mata dapat mengakibatkan edema kornea ataupun malahan ruptur daripada membran Descement. Edema kornea yang berat dapat mengakibatkan serbukan sel radang dan neurovaskularisaso masuk ke dalam jaringan stroma kornea.

Edema korne akan memberikan keluhan penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat.kornea akan terlihat keruh, dengan uji plasido yang positif.

Pengobatan yang diberikan adalah larutan hipertonikseperti Nacl 5 %. Bila terdapat peninggian tekananbola mata maka diberikan asetazolamida.

Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Hal yang dapat mengakibtkan erosi kornea adalah lensa kontak, sinar ultra violet, debu, dan asap.

Akibatnya kornea yang mempunyai banyak serabut saraf sensibel terkena, maka pasien akan merasa sakit sekali, dengan blefarospasme, lakrimasi, fotofobia, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.

Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila di beri pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau. Hati-hati bila memakai obat topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan epitel. Pada erosi kornea yang perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang timbul kemudian akibat barier epitel hilang.

Pengobatan biasanya diberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit ataupun untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotik diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotik.

Gangguan erosi kornea terhadap penglihatan atau pekerjaan, sangat tergantung pada satu atau kedua mata terkena erosi. Walaupun pekerja berat, erosi kornea menganggu pekerjaan akibat rasa sakit meksimum terganggu selam 3 hari.

Erosi kornea rekuren

Uvea

Iridoplegia

Pada trauma tumpul dapat terjadi kelumpuhan otot sfingter pupil sehingga pupil menjadi lebar atau midriasis. Pupil ini tidak bereaksi terhadap sinar.

Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi, silau akibat gangguan pengaturan masuknya sinar pada pupil, akan terlihat anisokoria pada pupil.

Iridoplegia ini akan berlangsung beberap hari sampai beberapa minggu. Kadang-kadang tidak menjadi normal lagi.

Pada pasien dengan iridoplegia sebaiknya diberi istirahat untuk mencegah terjadinya kelelehan sfingter disertai dengan pemberian.

Iridodialisis

Trauma tumpul dapat mengakibatkan robekan pada pangkal iris sehingga bentuk pupil menjadi berubah menjadi lonjong. Biasanya iridodialisis terjadi bersama-sama dengan terbentuknya hifema. Pasien akan melihat ganda dengan satu matanya. Bila keluhan demikian maka pada pasien sebainya dilakukan pembedahan dengan melakukan resposisi iris yang terlepas.

Hifema

Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan

Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme.

Pasien dengan hifema harus tinggal dan dirawat di rumah sakit. Pasien tidur dengan kepala miring 60 derajat, diberi koagulansia, dan mata ditutup. Pada anak-anak yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Bila terjadi penyulit glaukoma diberi asetazolamida.

Biasanya hifema akan hilang sempurna. Kadang-kadang sesudah hifema hilang atau 7 hari setelah trauma dapat terjadi perdarahan atau hifema baru yang disebut hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.

Parasentesis atau mengelaurkan darah dari bilik mata depan dilakukan pada pasien dengan hifema bila terlihat tanda-tanda imbibisi kornea, glaukoma sekunder, hifema penuh dan berwarna hitam atau bila setelah 5 hari tidak terlihat tanda-tanda gifema akan berkurang.

Glaukoma sekunder dapat terjadi akibat kontusi badan siliar berakibat suatu reses sudut bilik mata sehingga terjadi gangguan pengaliran cairan mata.

Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.

Iridosiklitis

Pada trauma tumpul dapat terjadi reaksi jaringan uvea sehingga menimbulkan iridosiklitis atau radang uvea anterior. Pada mata akan terlihat mata merah, suar di dalam bilik mata depan, dan pupil mengecil. Tajam penglihatan menurun. Pada uveitis anterior diberikan tetes midriatik dan steroid topikal. Bila terlihat radang berat maka dapat diberikan steroid sistemik.

Lensa

Dislokasi lensa

Trauma tumpul lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa akibat putusnya zonula zinii.

Gangguan kedudukan lensa ini dapat dalam bentuk ;

a) Subluksasi lensa

Terjadi akibat zonula zinn putus sebagian sehingga lensa berpindah tempat.

Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada maka lensa yang elastis akan menjadi cembung, dan mata akan menjadi lebih miopia. Lensa yang menjadi sangat cembung mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata tertutup. Bila sudut bilik mata menjadi sempit pada mata ini mudah terjadi glaukoma sekunder.

Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).

b) Luksasi lensa anterior

Bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul glaukoma kongestif akut dengan gejala-gejalnya. Pasien akan mengeluh penglihatan menurut mendadak, disertai rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan blefarospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi. Pasien secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlihat dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola mata.

c) Luksasi lensa posterior

Pada keadaan putusnya zonulla zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di datarn bawah polus posterior fundus okuli. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atau afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptri untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans. Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangannya akibat lensa mengganggu kampus pasien.

Katarak traumatic

Trauma tumpul dapat mengakibatkan katarak pungtata, selain daripada dapat mengakibatkan katarak, yang biasanya berjalan lambat, dan proses degenerasinya dapat berjalan lanjut. Proses degenerasi lanjut ini dapat mengakibatkan pencairan korteks lensa dan bocor melalui kapsul lensa. Bahan lensa di luar kapsul sebagai benda asing menimbulkan reaksi di dalam bilik mata depan sehingga menimbulkan reaksi uveitis yang disebut sebagai uveitis fakotoksik dan glaukoma fakolitik.

Bila katark telah menimbulkan reaksi fakolitik maka pasien akan mengeluh mata sakit disertai dengan gejala uveitis lainnya sehingga lensa perlu dikeluarkan dengan segera.

Retina dan koroid

Edema retina dan koroid

Trauma tumpul pada retina dapat mengakibatkan edema retina. Edema retina akan memberiakn warna retina yang lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan uvea melalui retina yang sembab. Berbeda dengan oklusi arteri retina sentral dimana terdapat edema retinakecuali daerah makula, sehingga pada keadaan iniakan terlihat cherry red spot yang berwarna merah. Edema retina akibat trauma tumpuljuga mengakibatkanedema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot.

Pada trauma tumpul yang paling ditakutkan adalah terjadi edema makula atau edema berlin. Pada keadaan ini akan terjadi edema yang luas sehingga seluruh polus posterior fundus okuli berwarna abu-abu.

Umumnya penglihatan akan normal kembali setelah beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunnya daerah makula oleh sel pigmenepitel.

Ablasi retina

Trauma diduga merupakan pencetus untuk terlepasnya retina dari koroid pada penderita ablasi retina. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina ini seperti retina tipis akibat retinitis sanata, miopia, dan proses degenerasi retina lainnya. Bila terjadinya ablasi retina setelah suatu trauma tidak diketahui dengan jelas karena waktu terjadinya tidak selalu sama.

Pada pasien ekan terdapat keluhan seperti adanya selaput yang seperti tabir menganggu lapang pandangannya. Bila terkena atau tertutup daerah makula maka tajam penglihatan akan menurun. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok-kelok. Kadang-kadang terlihat pembuluh darah seperti yang terputus-putus.

Rupture koroid

Pada trauma keras dapat terjadi perdarahan subretina yang dapat merupakan akibat daripada ruptur koroid. Ruptur ini biasanya terletak di polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar papil saraf optik. Bila ruptur koroid ini terletak atau mengenai daerah makula lutea maka tajam penglihatan akan turun dengan sangat.

Ruptur ini bila tertutup oleh perdarahan subretina agak sukar dilihat akan tetapi bila darah tersebut telah diabsorbsi maka akan terlihat bagian yang ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup koroid.

Saraf optic

Avulse papilsaraf optic

Pada trauma tumpul dapat terjadi saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang disebut sebagai avulsi papil saraf optik. Keadaan ini akan mengakibatkan turunnya tajam penglihatan yang berat dan sering berakhir dengan kebutaan. Penderita perlu dirujuk untuk dinilai kelainan fungsi retina dan saraf optiknya.

Optic neuropati traumatic

Trauma tumpul dapat mengakibatkan kompresi pada saraf optik, demikian pula perdarahan dan edema sekitar saraf optik.

Tanda :

Penglihatan akan berkurang setelah cidera mata. Terdapat reaksi defek aferen pupil tanpa adanya kelainan nyata pada retina.

Tanda lain yang dapat diemukan adalah gangguan penglihatan warna dan lapangan pandang. Papil saraf optik dapat normal beberapa minggu sebelum menjadi pucat.

Pengobatan adalah dengan merawat pasien pada waktu dengan memberi steroid. Bila penglihatan memburuk setelah steroid maka perlu dipertimbangkan untuk pembedahan.

b. Trauma Tajam

Penetran :menembus bolamata

Non penetran : menggosok bola mata

Tanda

Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan penjahitan. Bila robekan konjungtiva lebih 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu diperhatikan terdapatnya robekan sclera bersama-sama dengan robekan konjungtiva tersebut.

Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam bola mata maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti:

i. Tajam penglihatan yang menurun

ii. Tekanan bola mata rendah

iii. Bilik mata dangkal

iv. Bentuk dan letak pupil yang berubah

v. Terlihatnya ada ruptur pada kornea atau sklera

vi. Terdapat jaringan yang di proplaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca, atau retina

vii. Konjungtiva kemotis

Pengobatan

Bila terlihat salah satu tanda di atas atau dicurigai adanya perforasi bola mata maka secepatnya dilakukan pemberian antibiotika topikal dan mata ditutup dan segera dikirim pada dokter mata untulk dilakukan pembedahan.

Pada setiap terlihat kemungkinan trauma perforasi sebaiknya dipastikan apakah ada benda asing yang masuk ke dalam mata dengan membuat foto.

Pada pasien dengan luka tembus bola mata selamanya diberikan antibiotika sistemik atau intravena dan pasien dipuasakan untuk tindakan pembedahan.

Pasien juga diberi anti tetanus profilaktik, analgetika, dan kalau perlu penenang. Sebelum dirujuk mata tidak diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberi steroid local dan beban yang diberikan pada mata tidak menekan bola mata.

Etiologi

Trauma tembus dapat terjadi akibat masuknya benda asing ke dalam bola mata. Benda asing di dalam bola mata pada dasarnya perlu dikeluarkan. Benda asing yang bersifat magnetik dapat dikeluarkan dengan alat magnit raksasa. Benda yang tidak magnetik dikeluarkan vitrektomi.

Penyulit

Penyulit yang dapat timbul pada terdapatnya benda asing intraokular adalah endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan ptisis bulbi.

c. Trauma Benda Asing

Logam dan Non logam

Binatang

Trauma Non Mekanik

1. Trauma Kimia

Bahan kimia yang dapat mengakibaIkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk:

1. Trauma Asam

2. Trauma Basa atau Alkali.

Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada:

pH,

Kecepatan,

Jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata.

Dibanding bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat dapat merusak dan menembus kornea.

Pengobatan

Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera.

lrigasi daerah yang terkena trauma kimia merupa tindakan yang segera harus dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.

Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologi atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.

Luka bahan kimia harus dibilas secepatnya dengan air yang tersedia pada saat itu seperti dengan air keran, larutan garam fisiologik, dan asam berat.

Anestesi topikal diberikan pada keadaan dimana terdapat blefarospasme berat.

Untuk bahan asam digunakan larutan natrium bikarbonat 3% sedang untuk basa larutan asam borat, asam asetat 0.5% atau bufer as asetat pH 4.5% untuk menetralisir. Diperhatikan kemungkinan terdapat benda asing penyebab luka tersebut.

Untuk bahan basa diberikan EDTA. Pengobatan yang diberi adalah antibiotika topikal, sikioplegik dan bebat mata selama mata masih sakit.

Regenerasi epitel akibat asam lemah dan alkali sangat lambat yang biasanya sempurna setelah 3-7 hari.

Klasifikasi

Trauma Asam

Etiologi

Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorga organik (asetat, forniat),d an organik anhidrat (asetat).

Patofisiologi

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih dalam.

Pengobatan

a. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma.

b. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam penglihatan tidak banyak terganggu.

Trauma Basa atau Alkali

Patofisiologi

a. Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik.

b. Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.

Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan dalam :

Derajat 1 hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata

Derajat 2 hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea

Derajat 3 :hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea

Derajat 4: konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.

Pengobatan

a. Tindakan bila terjadi trauma basa adalah dengan secepatnya melakukan irigasi dengan garam fisiologik. Sebaiknya irigasi dilakukan selama mungkin. Bila mungkin irigasi dilakukan paling sedikit 60 menit segera setelah trauma.

b. Penderita diberi sikloplegia, antibiotika, EDTA untuk mengikat basa. EDTA diberikan setelah 1 minggu trauma alkali diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk pada hari ke tujuh.

Penyulit

Penyulit yang dapat timbul trauma alkali adalah

a. Simblefaron,

b. Kekeruhan kornea,

c. Edema dan neovaskularisasi kornea,

d. Katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata.

2. Trauma Radiasi Elektromagnetik

Trauma radiasi yang sering ditemukan adalah

Sinar inframerah

Sinar ultraviolet

Sinar X dan sinar terionisasi

Trauma Sinar Infra Merah

Patofisiologi

Akibat sinar infra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini da terjadi akibat terkonsentrasinya sinar inframerah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan menggeluarkan sinar infra merah. Bila seseorang berada pada jarak kaki sela satu menit di depan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midria maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat Celcius. Demikian pula yang mengabsorpsi sinar infra merah akan panas sehingga berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar infra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.

Factor resiko terkena

Akibat sinar ini pada lensa maka katarak mudah terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam.

DD

1. Sinar infra merah akan mengakibatkan keratitis superfisial, katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.

2. Bergantung pada beratnya lesi akan terdapat skotoma sement ataupun permanen.

Pengobatan

1. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar infra merah ini.

2. Steroid sistemik dan lokal diberikan uniuk mencegah terbentuk jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)

Definisi

Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nM.

Patofisiologi

Sinar ultra violet banyak terdapat padd saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari di atas salju. Sinar ultraviolet akan segera merusak epitel kornea. Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.

Tanda dan gejala

1. Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik.

2. Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluoresein positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura paipebra.

3. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu.

4. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada komea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat.

Pengobatan

Pengobatan yang diberikan adalah sikloplegia, antibiotika lokal, analgetik, dan mata ditutup untuk selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.

Sinar lonisasi dan Sinar X

Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk:

1. Sinar alfa yang dapat diabaikan

2. Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan

3. Sinar gama dan

4. Sinar X

Patofisiologi

1. Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis kataraktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda dan lebih peka.

2. Akibat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari set germinatif lensa tidak menjadi jarang.

3. Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes melitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan eksudat.

4. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringan. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi set goblet yang akan mengganggu fungsi air mata.

Pengobatan

1. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topikal dengan steroid 3 kali sehari dan sikioplegik satu kali sehari.

2. Bila terjadi simblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.

(Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Prof.dr.H. Sidarta Ilyas. SpM)1. Bagaimana cara pencegahan kebutaan pada kasus trauma tumpul?

Jawab :

Upaya kesehatan mata

Upaya preventif

1. Melalui pendidikan gizi

2. Pemberian kapsul vitamin A

Upaya promotif

1. Pendidikan tenaga medis

2. Mencari kasus baru

3. Meningkatkan sarana

Upaya kuratif

1. Melalui pengobatan penyakit

2. Kurangi gejala sisa

Upaya rehabilitatif

1. Pendidikan khusus penderita (SLB)

2. Pelatihan ketrampilan khusus

3. Memberikan lapangan kerja khusus

b. Reaksi penderita terhadap kebutaan

Stadium shock:

1. Kejiwaan labil (bisa bunuh diri)

2. Stadium depresi

3. Perasaan menyalahkan

4. Putus asa, ragu-ragu

5. Ingin bunuh diri

Stadium menerima kecacatan:

1. Bantuan untuk kondisi ini :

Rehabilitasi lingkungan dng memberi semangat hilangkan ketergantungan agar :

a. Dapat berjalan sendiri

b. Dapat mengurus diri sendiri

c. Ambil makan sendiri

d. Kekamar mandi sendiri

e. Meningkatkan kepercayaan diri

f. Dapat berkomunikasi

g. Dapat hiburan cukup

c. Akibat dari kebutaan

Produktivtas kerja (

1. Untuk pengobatan

2. Mengganggu pekerjaan

Beban & biaya hidup (

1. Untuk pengobatan

2. Untuk perawatan

Beban keluarga (

1. Penderita harus dibantu untuk kegiatan sehari-hari

Beban pemerintah (

1. Harus sediakan fasilitas :

2. Pendidikan khusus

3. Lapangan kerja khusus

d. Penatalaksanaan

Ada yang tak dapat diatasi mis :

1. Kebutaan karena glaukoma

2. Kebutaan karena kelainan retina

3. Karena diabetes mellitus

4. Karena hypertensi

5. Karena ablatio retina

Kebutaan yang masih dapat diatasi, karena :

1. Kelainan cornea dng transplantasi cornea

2. Katarak dengan operasi + lensa tanam

3. Refraksi anomali dng koreksi + kaca mata

e. Kebutaan akibat defisiensi vitamin A

Pencegahan

Pengobatan

(Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Prof.dr.H. Sidarta Ilyas. SpM)2. Mengapa ditemukan mata kanan kabur sesaat setelah terkena kock

dan didapat hasil VOD 3/60?

Jawab :

Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti ronggaorbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya refleks memejam ataumengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar. Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak, saraf mata dan rongga orbita .Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberi penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.

Bagian orbita yang merupakan organ visera yang berhadapan langsung dengan dunia luar adalah kornea, sehingga kornea rentan untuk terkena trauma maupun infeksi. Sehingga menimbulkan edema kornea, Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edemainterstisial adalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperticincin dengan batas tegas berdiameter 23 mm. Lipatan membrana Bowman membentukmembran seperti lattice. Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robekdan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akanterjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bilarobekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpaterapi.Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanyasegmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan perforasi.Gambaran klinis Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruhdengan uji plasedo yang positif.

Sumber : Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :Penerbit Erlangga3. Mengapa didapatkan injeksi ciliar +?

Jawab :

Injeksi siliar

Melebarnya pembuluh darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau injeksiperikornea terjadi akibat radang kornea, tukang kornea, benda asing pada kornea, radangjaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitisInjeksi siliar ini mempunyai tanda-tanda

Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtival

Pembuluh darah tidak tampak

Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena menempel eratdengan jaringan perikornea.

Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kea rah forniks

Dengan tetes adrenalin 1:1000 tidak menciut.

Hanya lakrimasi

Terdapat fotofobia

Sakit tekan di sekitar kornea

Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler

Injeksi SiliarMata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikangejala bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti:

Penglihatan menurun

Terdapat atau tidak terdapatnya secret

Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merahdengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yangmerah.

Sumber : Ilmu penyakit mata, Sidharta ilyas

4. Mengapa didapatkan corneal odem ?

Jawab :

Bagian orbita yang merupakan organ visera yang berhadapan langsung dengan dunia luar adalah kornea, sehingga kornea rentan untuk terkena trauma maupun infeksi. Sehingga menimbulkan edema kornea, Edema superfisial dan aberasi kornea dapat hilang dalam beberapa jam. Edemainterstisial adalah edema yang terjadi di substania propria yang membentuk kekeruhan seperticincin dengan batas tegas berdiameter 23 mm. Lipatan membrana Bowman membentukmembran seperti lattice. Membrana descement bila terkena trauma dapat berlipat atau robekdan akan tampak sebagai kekeruhan yang berbentuk benang. Bila endotel robek maka akanterjadi inhibisi humor aquous ke dalam stroma kornea, sehingga kornea menjadi edema. Bilarobekan endotel kornea ini kecil, maka kornea akan jernih kembali dalam beberapa hari tanpaterapi.Deposit pigmen sering terjadi di permukaan posterior kornea, disebabkan oleh adanyasegmen iris yang terlepas ke depan. Laserasi kornea dapat terjadi di setiap lapisan kornea secara terpisah atau bersamaan, tetapi jarang menyebabkan perforasi.Gambaran klinis Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruhdengan uji plasedo yang positif.

Penatalaksanaan

Pengobatan yang diberikan adalah larutan hiertonik seperti NaCL 5% atau larutangaram hipertonik 28%, glukosa 40% dan larutan albumin. Bila terjadi peninggian tekananbola mata maka dapat diberikan asetozolamida. Dapat diberikan lensa kontak lembek untukmenghilangkan rasa sakit dan memperbaiki tajam penglihatan.

a. Erosi kornea

Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapatmengakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea.

Gambaran klinis

Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yangmempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akanterganggu oleh media yang keruh.Pada korne akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarnahijau.

Penatalaksanaan

Anestesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan danmenghilangkan rasa sakit yang sangat. Anestesi topikal diberikan dengan hati-hati karenadapat menambah kerusakan epitel.Epitel yan terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegahterjadinya infeksi dapat diberikan antibiotika spektrum luas seperti neosporin, kloramfenikoldan sufasetamid tetes. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme siliar maka dapat diberikan sikloplegik aksi-pendek seperti tropikamida.Untuk mengurangi rangsangan cahaya dan membuat rasa nyaman pada pasien, maka bisadiberikan bebat tekan pada pasien minimal 24 jam.

b. Erosi kornea rekuren

Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukakmetaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basalepitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea.

Penatalaksanaan

Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasiepitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membran basal kornea.Pemberian siklopegik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit ataupun untuk mengurangigejala radang uvea yang mungkn timbul.Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepatpertumbuhan epitel baru dan mencegah infeksi skunder.

Dapat digunakan lensa kontak lembek pada pasien dengan erosi rekuren pada kornea denganmaksud untuk mempertahankan epitel berada ditempatnya

Sumber : Bruce, Chris, dan Anthony. 2006. Lecture Notes : Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta :Penerbit Erlangga

5. Mengapa didapatkan hifema 1/3 inf?

Jawab :Definisi Hifema Terkumpulnya darah dibilik mata anterior (depan) yaitu daerah di antara kornea dan iris yang terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Darah yang terkumpul di bilik mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang dan bercampur dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih

Mikrohifema terjadi ketika sel darah merah hanya terdeteksi secara mikroskopik. Namun pada makrohifema atau yang biasa disebut dengan hifema, lapisan darah pada bilik mata depan dapat dideteksi bahkan tanpa bantuan pemeriksaan slit lamp. Komplikasi pada hifema lebih banyak terjadi daripada mikrohifema.

Walaupun darah yang terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan, darah tersebut dapat mengisi seluruh bilik mata atau hanya bagian bawah bilik mata depan. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.

Hifema sering disebabkan oleh trauma tumpul, trauma bedah, discrasia darah (hemofilia), tumor intra kranial dan banyak pada usia muda

Penyebab atau etiologi hifema Trauma tumpul pada mata: banyak terjadi karena cedera olah raga, jatuh, atupun perkelahian

Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid dimana jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan yang berada di kamera anterior dan akan tampak dari luar timbunan darah karena gaya berat yang akan berada di bagian terendah

Tumor mata (retinoblastoma)

Prosedur pembedahan yang salah (trabekuloplasty dan iridectomy)

Penyakit sickle cell

Pertumbuhan abnormal pembuluh darah mata (contohnya juvenile xanthogranuloma)

Neovaskularisasi iris

Neovaskularisasi disebabkan oleh iskemi pada segmen posterior yang sering dikaitkan dengan penyakit neovaskular pada diabetes. Terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Pembuluh darah yang baru ini mudah sekali untuk pecah

Proses perjalanan penyakit

Patofisiologi :Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan vena-vena badan siliar.

Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea. Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral. Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebihhebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah takmendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.

Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik, dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Padakeadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan. Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada

10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peningkatan tekanan intraokular.

Hifema dapat terjadi sesudah suatu trauma tembus ataupun tumpul pada mata, akan tetapi dapat juga terjadi secara spontan. Secara umum dianggap bahwa hifema berasal dari pembuluh darah iris dan badan siliar. Mungkin juga berasal dari pembuluh darah di kornea atau limbus karena terbentuknya neovaskularisasi pada bekas luka operasi atau pada rubeosis iridis.

Trauma tumpul yang mengenai mata berupa benturan atau pukulan dan lain sebagainya, dapat menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa Hal ini dapat meningkatkan tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada sudut mata.

Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arterikoroidalis, dan vena-vena badan siliar sehingga mengakibatkan perdarahan dalam bilik mata depan

Sedangkan pada neovaskularisasi pada bekas luka operasi atau pada robeosis iridis, ruptura bisa terjadi secara spontan karena rapuhnya dinding pembuluh darah.

Darah ini dapat bergerak dalam ruang COA, mengotori permukaan dalam kornea

Perdarahan pada bilik mata depan (COA) mengakibatkan teraktivasinya mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan darah yang akan menghentikan perdarahan.

Bekuan darah ini dapat meluas dari bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan darah yang sudah terjadi mengalami disolusi

Produk hasil degradasi bekuan darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral

Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.

Darah dalam bilik mata depan akan diserap sehingga akan menjadi jernih kembali. Darah pada hifema dikeluarkan dari bilik mata depan dalam bentuk sel darah merah melalui kanalis Schlemm dan permukaan depan iris. Penyerapan melaui permukaan depan iris ini dipercepat dengan adanya kegiatan enzim fibrinolitik yang berlebihan di daerah ini.

Sebagian hifema dikeluarkan dalam bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukkan hemosiderin pada COA, hemosiderin dapat masuk ke lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi berwarna kuning, dan disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea. Imbibisi kornea dapat dipercepat terjadinya, disebabkan oleh hifema yang penuh disertai glaukoma, dimana glukoma ini terjadi karena adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dan trabekula, sehingga terjadi glaukoma sekunder, glukoma ini bisa juga menyebabkan rasa sakit pada mata.

Darah pada hifema bisa berasal dari badan siliar, yang mungkin dapat masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum). Sehingga pada punduskopi gambaran pundus tidak tampak, dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak. Bila hifema sedikit, ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal. Sedangkan perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraocular Zat besi di dalam bola mata dapat menimbulkan sederosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ptisis bulbi dan kebutaan.

Hifema dapat terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar (corpus ciliaris ).Pasien akan mengeluh sakit, disertai epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Kadang-kadang terlihat iridoplegia dan iridodialisis

Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari.

Iritis traumatik, dengan sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan

Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis, robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn.

Kelainan pada segmen posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan intraokular

Klasifikasi hifema Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi: Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma pada segmen anterior bola mata.

Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi mata).

Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier,sehingga pembuluh darah pecah.

Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya juvenile xanthogranuloma).

Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).

Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu: Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.

Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma

Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard) Grade pada hifema ini ditentukan oleh banyaknya perdarahan dalam bilik mata depan bola mata, yaitu:

Tingkat 1: kurang dari volume bilik mata depan yang terlihat.

Tingkat 2: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat

Tingkat 3: sampai dari volume bilik mata depan yang terlihat

Tingkat 4: pengisian sempurna dari bilik mata depan yang terlihat. (Eight ball hifema)

GRADEANTERIOR CHAMBER FILLINGDIAGRAMBEST PROGNOSIS FOR 20/50 VISION OR BETTER

- Microhyphema- Circulating red blood cell by slitlamp exam only

- 90 percent

- I- Kurang dari 33 percent

- 90 percent

- II- 33-50 percent

- 70 percent

- III- Lebih dari 50 percent

- 50 percent

- IV- 100 percent

- 50 percent

Gejala klinik hifema Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan epifora(pengaliran air mata yang berlebihan ke pipi) dan blefarospasme (kelopak mata berkedip tidak terkendali).

Penglihatan pasien kabur dan akan sangat menurun, ini karena darah menggangu media refraksi yang sangat berperan pada proses penglihatan.

Terdapat penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak.

Bila pasien duduk, hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah bilik mata depan, dan hifema dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.

Selain itu, dapat terjadi peningkatan tekanan intraocular, sebuah keadaan yang harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya glaucoma.

Glukoma ini terjadi karena adanya darah dalam COA dapat menghambat aliran cairan bilik mata oleh karena unsur-unsur darah menutupi COA dan trabekula, sehingga terjadi glaukoma sekunder, glukoma ini bisa juga menyebabkan rasa sakit pada mata.

Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam penglihatan segera maka harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi lensa (Putusnya penggantung lensa menyebabkan lensa masuk kedalam badan kaca atau vitreus), ablasio retina (kelainan retina dimana lapisan kerucut dan batang terpisah dari lapisan sel epitel pigmen), oedem macula (pembengkakan pada makula, daerah dekat pusat retina mata).

Selain itu akibat darah yang lama berada di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.

Kadang-kadang terlihat iridoplegia (kelumpuhan sphincter dari iris sehingga pupil menjadi lebar/ midriasis) dan iridodialisis (keadaan dimana iris terlepas dari pangkalnya sehingga bentuk pupil tidak bulat dan pada pangkal iris terdapat lubang)

Terdapat pula tanda dan gejala yang relative jarang: penglihatan ganda, edema palpebra, midriasis (dilatasi atau pelebaran pupil berlebihan), anisokor pupil (perbedaan diameter pupil kanan dan kiri) dan sukar melihat dekat.

Sumber :

Ilyas, Sidarta.2009.Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta : FKUI press

Ilyas, Sidarta. 2002 Trauma Tumpul Mata :Ilmu Penyakit Mata.Jakarta : Sagung Seto, Hal: 263-6.

Vaughan, Daniel, G. 2000. Trauma:Oftamologi Umum edisi ke-14.Jakarta : Widya Medika. Hal: 380,384.6. Mengapa didapatkan pupil middilatasi?

Jawab :

Ukuran pupil tergantung beberapa faktor antara lain umur, tingkat kesadaran, kuatnya penyinaran, dan tingkat akomodasi. Perubahan diameter pupil dipengaruhi oleh aktifitas jaras eferen serabut simpatis dan parasimpatis.Fungsi saraf simpatik adalah dilatasi pupil dengan efek yang kurang bermakna pada otot siliaris sedangkan fungsi saraf parasimpatik untuk miosis pupil dengan efek terhadap kontraksi M.siliaris serta efek akomodasi. Jadi diameter pupil ditentukan oleh aksi antagonistik antara M.sfingter pupiliae dan M.dilator pupiliae. Otot kedua ini peranannya kecil.

Apabila terjadi gangguan pada iris akibat taruma atau peradangan, maka akan mengganggu dari fungsi otot otot yang ada disitu.Sumber : Ilmu penyakit mata, sidharta ilyas

7. Mengapa pasien disarankan utk rwt inap, tirah baring dg kepala lbh tinggi, kompres dingin?tujuannya?

Jawab :

Konservatif

Tirah baring (bed rest total Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alas bantal) dengan elevasi kepala 30 - 45 (posisi semi fowler). Hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya.

Ada banyak pendapat dari banyak ahli mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.

Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-anak.

Bebat mata Mengenai pemakaian bebat mata, masih belum ada persesuaian pendapat di antara para sarjana. Edward-Layden lebih condong untuk menggunakan bebat mata pada mata yang terkena trauma saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. Bila mungkin kedua mata ditutup untuk memberika istirahat pada mata.

Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada kedua mata akan menyebabkan penderita gelisah, cemas dan merasa tidak enak, dengan akibat penderita (matanya) tidak istirahat.

Akhirnya Rakusinmengatakan dalam pengamatannya tidak ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian bebat atau tidak terhadap absorbsi, timbulnya komplikasi maupun prognosis dari tajamnya penglihatannya.

Kompres dingin

Kompres dingin dapat membantu mengurangi edema dan menghilangkan nyeri, dilanjutkan dengan kompres hangat pada periode selanjutnya untuk

mempercepat penyerapan darah.Sumber :

Ilyas, Sidarta.2009.Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta : FKUI press

Ilyas, Sidarta. 2002 Trauma Tumpul Mata :Ilmu Penyakit Mata.Jakarta : Sagung Seto, Hal: 263-6.

Vaughan, Daniel, G. 2000. Trauma:Oftamologi Umum edisi ke-14.Jakarta : Widya Medika. Hal: 380,384.

8. Mengapa pasien diberikan obat anti perdarahan?obatnya apa?

Jawab :

Pemakaian obat-obatan

Pemberian obat-obatan pada penderita dengan traumatic hyphaema tidaklah mutlak, tapi cukup berguna untuk menghentikan perdarahan, mempercepat absorbsinya dan menekan komplikasi yang timbul.

Untuk maksud di atas digunakan obat-obatan seperti:

Koagulansia Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI, berguna untuk menekan atau menghentikan perdarahan,

Misalnya : Anaroxil, Adona AC,Coagulen, Transamin, vitamin K, dan vitamin C.

Pada hifema yang baru dan terisi darah segar diberi obat anti fibrinolitik yaitu transamine/ transamic acid sehingga bekuan darah tidak terlalu cepat diserap dan pembuluh darah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dahulu sampai sembuh. Dengan demikian diharapkan terjadinya perdarahan sekunder dapat dihindarkan.

Pemberiannya 4 kali 250mg dan hanya kira-kira 5 hari jangan melewati satu minggu oleh karena dapat timbulkan gangguan transportasi cairan COA dan terjadinya glaukoma juga imbibisio kornea.

Selama pemberiannya jangan lupa pengukuran tekanan intraokular

Sumber : Pilger IS. Medical treatment of traumatic hyphema. Surv Ophthalmol. 1975 Jul-Aug;20(1):2834.9. Bagaimana trauma tumpul bisa menyebabkan kebutaan?

Jawab :Trauma tumpul pada wajah sering mengenai area orbita dengan segala akibatnya, mulai dari sekedar memar di pelpebra hingga kerusakan bagian dalam bola mata yang dapat berakhir pada kebutaan.

Trauma tumpul pada mata dapat menyebabkan kerusakan pada bola mata yang paling belakang, karena tekanan gaya dari bola mata bagian depan diteruskan ke segala arah sehingga dapat mengakibatkan kerusakan di semua arah.

Trauma tumpul pada mata dapat mengakibatkan kebutaan jika trauma yang terjadi cukup kuat untuk merusak struktur-struktur yang penting dalam proses penglihatan, yaitu kornea, lensa, retina dan koroid serta jaringan penyangganya. KEBUTAANetiologi dari kebutaan?a. Kongenital

Pendarahan retina pada waktu lahir(pada bayi yang lahir sulit mis.vacum,tang forceps( menekan kepala(perdarahan otak( perdarahn mata

Refraksi anomali dioptri meningkat pada 1 mata

Katarak kongenital karena cahaya tidak masuk ke macula lutea (amblyopia(kalau sudah terjadi nistagmus ( diperbaiki pun percuma

Strabismus, kalau juling lama-lama terjadi strabismus amblyopia

Nistagmus ( retina tidak bisa berfungsi dengan baik (amblyopia nistagmus

b. Obat / bahan kimia

Obat malaria (Quinine bisa menyebabkan visus 0

Methyl alkohol ( visus turun drastis

Ethambutol (obat anti TB)

c. Kebutaan simulasi ( kebutaan semu umumnya pada remaja putri yang minta perhatian

d. Penyakit sistemik : meningitis, ensefalitis,hipertensi,DM,tumor intra cranial

e. Penyakit mata : trachoma,trauma fisis,chemis,tajam,catarak,glaukoma

klasifikasi kebutaan menurut WHO?

Buta menurut WHO:

kategori 1 : rabun atau penglihatan