N BASENBQWJNEOIUQJEU21O3O4U12

18
Pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim Mengencerkan saliva dengan 8 mL H 2 O + 2 mL saliva menghasilkan larutan bening keruh. Uji Iodine Larutan pengencer saliva + Toluen menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38 o C menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna ungu. Larutan pengencer Saliva + kloroform menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38 o C menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna ungu pekat Larutan pengencer Saliva + HgCl menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38 o C menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna jingga

description

BJNJHQNBWEUJIQ2

Transcript of N BASENBQWJNEOIUQJEU21O3O4U12

Pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzimMengencerkan saliva dengan 8 mL H2O + 2 mL saliva menghasilkan larutan bening keruh.Uji IodineLarutan pengencer saliva + Toluen menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna ungu.

Larutan pengencer Saliva + kloroform menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna ungu pekat

Larutan pengencer Saliva + HgCl menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna jingga

Larutan pengencer Saliva + Phenol menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna bening

Larutan pengencer Saliva + NaCl menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi warna bening ungu muda

Larutan pengencer Saliva + aquadest menghasilkan larutan bening + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Iodine menghasilkan larutan menjadi ungu sedikit pekat

Uji BenedictLarutan pengencer saliva + Toluen menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Benedict menghasilkan larutan berwarna biru muda

Larutan pengencer Saliva + kloroform menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Benedict menghasilkan larutan berwarna biru muda

Larutan pengencer Saliva + HgCl menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Benedict menghasilkan larutan berwarna biru muda keruh

Larutan pengencer Saliva + Phenol menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Benedict menghasilkan larutan berwarna biru muda

Larutan pengencer Saliva + NaCl menghasilkan larutan bening + Aquadest + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Benedict menghasilkan biru muda endapan

Larutan pengencer Saliva + aquadest menghasilkan larutan bening + Amilum dimasukan ke dalam water bath 38oC menghasilkan larutan bening + Benedict menghasilkan larutan berwarna biru muda

I. PembahasanPercobaan kali ini mengenai pengaruh pH dan inhibitor terhadap aktivitas enzim ptyalin. Pada percobaan pertama adalah melakukan pengaruhi aktivitas enzim ptyalin terhadapt derajat keasaman (pH) yang berfungsi untuk menghidrolisis amilum menjadi sakarida (disakarida) dan dekstrin. Perlakuan pertama yaitu penyiapan larutan buffer dengan pH yang bermacam-macam dimaksudkan untuk mengamati pada pH berapa enzim yang ada dalam larutan saliva tersebut paling baik beraktivitas. Serta dengan penambahan amilum untuk mengetahui aktivitas diindikasikan dengan cepat lambatnya proses hidrolisis amilum oleh enzim tersebut. Kemudia dilakukan penambahan NaCl yang berdasarkan prinsip homeostatis cairan tubuh, dikarenakan cairan tubuh bersifat garam, oleh karena itu digunakan NaCl yang merupakan garam disebut larutan fisiologi tubuh. Pada perlakuan ini di lakukan pemanasan dengan suhu 38oC di karenakan mengakibatkan enzim amilase menjadi inaktif yang akan berkerja untuk meningkatkan kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim pada suhu optimum di 38 oC. Bahkan bila diberi perlakuan termal berlebihan di atas suhu optimal, maka produk yang dihasilkan menurun. Peningkatan suhu di atas suhu optimum menyebabkan putusnya ikatan hidrogen dan ikatan lain yang merangkai molekul enzim, sehingga enzim mengalami denaturasi. Denaturasi adalah rusaknya tiga dimensi enzim yang menyebabkan enzim tidak dapat lagi berikatan dengan substratnya. Dengan penambahan larutan iodine, bertunjuan untuk menghidrolisis amylum menjadi gula sederhana. Hasil positif uji dengan iodine memberikan warna biru tua. Apabila enzim menghidrolisis amilum menjadi gula yang lebih sederhana, maka warna biru tua yang terbentuk akibat reaksi dengan iodine tersebut lama kelamaan akan berubah menjadi kekuningan dan hilang menjadi bening tak berwarna seiring dengan berkurang dan habisnya amilum dalam larutan (amilumnya habis terhidrolisis menjadi gula sederhana). Lama proses perubahan warna inilah yang kemudian menjadi parameter pH optimum untuk aktivitas enzim yang ada pada laruan saliva. Untuk percobaan ini pada pH 7,4 8 di tambahkan sedikit asam asetat yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas enzim di karenakan pada pH 8 enzim menurun kecepatan reaksinya . Serta penambahan asam asetat dimaksudkan untuk mengamati apakah aktivitas enzimnya akan meningkat seiring dengan diturunkannya pH (penambahan asam akan menurunkan pH), apabila pHnya sudah turun dan mendekati angka pH optimum untuk aktivitas enzim tersebut, maka enzim akan semakin mudah beraktivitas dan menghidrolisis amilum. Namun pada percobaan ini, penambahan asam asetat tidak merubah tingkat aktivitas enzim secara signifikan. Hasil praktikum ini, pengaruh pH terhadap enzim ptyalin di dapat pH optimum pada pH 5 dapat disimpulkan hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang seharusnya. Pada literatur seharusnya pH optimum yaitu 7,4 dikarenakan enzim ptialyn (enzim yang bekerja di mulut dan usus halus) memiliki pH optimum sekitar 7,5 (agak basa). Pada percobaan kedua melakukan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim ptialyn yang bertujuan untuk mengurangi kemampuan enzim ptialin untuk mengubah substrat menjadi produk. Pada peraktikum ini di lakukan uji iodine dan benedict. Tujuan uji iodine untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan amilum dalam sampel. Hasil positif uji ini adalah berwarna ungu pekat yang ditunjukan pada larutan inhibitor kloroform, di karenakan larutan kloroform menyebabkan tidak terjadi reaksi hidrolisis pada tabung yang berisi larutan saliva sebagai enzim dan amilum sebagai substrat. Senyawa yang paling buruk dalam menghambat aktivitas enzimatik yaitu phenol karena menunjukkan hasil yang negatif pada pengujian iodine. Kemampuan kloroform menginhibisi enzim ketika hendak menghidrolisis substratnya. Dengan demikian, kloroform dikatakan merupakan inhibitor yang paling efektif dalam menghambat aktivitas enzim yang terkandung dalam larutan saliva tersebut. Untuk uji Benedict digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya kandungan gula pereduksi dalam sampel dengan syarat harus ada gugus aldehid dan keton bebas yang dikandung oleh karbohidrat adar dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Hasil positif ditandai dengan memberikan warna merah bata pada larutan. Berdasarkan hasil praktikum ini dengan menggunakan uji benedict hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan literatur yang seharusnya. Dikarenakan kurang terjadi pemanasan sehingga larutan tidak mereduksi kandungan gula. Dari literature hasil positif kuntitas endapan yang terbentuk setelah proses pemanasan merupakan indikasi banyaknya jumlah gula pereduksi yang terbentuk akibat hidrolisis amilum oleh enzim yang terkandung dalam larutan saliva. Semakin sedikit endapan yang terbentuk melalui uji ini menunjukkan bahwa inhibitor yang ditambahkan semakin baik dan bekerja secara efektif. Apabila endapan yang terbentuk sedikit, artinya karbohidrat yang ada dalam tabung masih berada dalam bentuk polisakarida (amilum), itu berarti bahwa amilum tersebut belum terhidrolisis enzim karena terinhibisi oleh senyawa inhibitor. Menurut literature phenol memberikan warna merah bata, artinya di dalam larutan tersebut mengandung gula pereduksi II. Kesimpulan Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu sampai batas optimum. Setelah melewati suhu optimum, maka kecepatan reaksi enzimatik akan kembali menurun. Suhu optimum enzim amilase saliva adalah 38oC, sama dengan suhu normal tubuh. pH optimum untuk aktivitas enzim melalui percobaan uji pengaruh pH terhadap aktivitas enzim didapat pada pH 6,8 7. Berdasarkan percobaan pengaruh inhibitor terhadap aktivitas enzim, ditemukan bahwa HgCl merupakan inhibitor yang paling baik. Enzim memiliki aktivitas maksimal pada pH optimumnya (pH optimum enzim amilase saliva adalah 7). Penurunan atau kenaikan pH akan mempengaruhi aktivitas enzim.

III. Daftar pustaka1. Lehninger A.L., 1982. Dasar-dasar Biokimia. Penerbit Erlangga. Jakarta.2. Montgomery,et.al., 1993. Biokimia, Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. UGM press. Yogyakarta.3. Page, Davis S., 1989. Prinsip-prinsip Biokimia edisi ke-2. Erlangga. Jakarta.4. Winarno F.G., 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.5. Muchtadi, D., Nurheni Sri Palupi, dan Made Astawan. 1992.Metode kimia biokimia dan biologi dalam evaluasi nilai gizi pangan olahan. Hal.: 5-28, 82-92, dan 119-121.6. Ridwan, S. 1990.Kimia Organik edisi I. Binarupa Aksara: Jakarta7. Poedjiyadi, Anna dkk. 2006.Dasar-DasarBiokimia. Jakarta : UI-Press8. Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press.9. Arbianto, Purwo.1993.Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung : ITB

Lampiran Hasil analisis pengaruh pH & inhibitor terhadap aktivitas enzimJenis PengujianTampilanHasil Reaksi

Uji iodine pH 8Terbentuknya dua fase warna atas biru dan bawah bening

Uji iodine pH 7,4

Terbentuknya dua fase warna, atas biru pekat dan bawah putih keruh.

Uji iodine pH 6,8Terbentuknya warna biru.

Uji iodine pH 6Terbentuknya warna biru pekat.

Uji iodine pH 5,2tidak terjadi perubahan tetap putih keruh sangat pekat

Uji iodine Toluenmenghasilkan larutan menjadi warna ungu.

Uji iodine Kloroformmenghasilkan larutan menjadi warna ungu pekat

Uji iodine HgClmenghasilkan larutan menjadi warna jingga

Uji iodine phenolmenghasilkan larutan menjadi warna bening

Uji iodine NaClmenghasilkan larutan menjadi warna bening ungu muda

Uji Benedict Toluenmenghasilkan larutan berwarna biru muda

Uji Benedict Kloroformmenghasilkan larutan berwarna biru muda

Uji Benedict HgClmenghasilkan larutan berwarna biru muda keruh

Uji Benedict phenolmenghasilkan larutan berwarna biru muda

Uji Benedict NaClmenghasilkan biru muda endapan

Uji Benedict Aquadestmenghasilkan larutan berwarna biru muda