MY Proposal Kompre
-
Upload
riccardo-roberto-bere-buti -
Category
Documents
-
view
230 -
download
8
Transcript of MY Proposal Kompre
PERANAN HIDRAULIC FRACTURING DALAM MENINGKATKAN PEROLEHAN MINYAK BERDASARKAN
PARAMETER RESERVOIR
KOMPREHENSIF
OLEH :
ROBERTO R. BERE BUTI
113070050 / TM
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2011
PERANAN HIDRAULIC FRACTURING DALAM MENINGKATKAN PEROLEHAN MINYAK BERDASARKAN
PARAMETER RESERVOIR
PROPOSAL KOMPREHENSIF
Oleh :
ROBERTO R. BERE BUTI113070050
Disetujui UntukJurusan Teknik PerminyakanFakultas Teknologi MineralUPN “Veteran” Yogyakarta
Oleh :
Pembimbing
(Ir. Agus Widiyarso, MT)
I. JUDUL
PERANAN HIDRAULIC FRACTURING DALAM
MENINGKATKAN PEROLEHAN MINYAK BERDASARKAN
PARAMETER RESERVOIR
II. LATAR BELAKANG
Sumur minyak dan gas yang berproduksi cepat atau lambat akan
mengalami penurunan produksi. Penurunan laju produksi yang terjadi selama
proses produksi disebabkan oleh banyak faktor. Seperti berkurangnya jumlah
cadangan, menurunnya tenaga pendorong alami reservoir, terjadinya kerusakan
formasi dan kerusakan mekanis pada peralatan bawah permukaan.
Kerusakan formasi yang terjadi di sekitar lubang sumur akan
mengakibatkan permeabilitas dan porositas efektif batuan menurun dari
sebelumnya sehingga aliran fluida dari formasi ke lubang sumur akan terhambat.
Hambatan itulah yang akan menyebabkan penurunan laju produksi.
Guna mengatasi penurunan laju produksi pada suatu sumur minyak/gas
(khususnya pada sumur lama), maka diperlukanlah perbaikan, salah satunya
adalah dengan melakukan hydraulic fracturing pada formasi yang mengalami
kerusakan di sekitar lubang sumurnya. Langkah awal dilakukan dengan
menganalisa tingkat kerusakan formasi yang disimbolkan dengan faktor skin (s)
dan permeabilitas (k). Hal itu dilakukan dengan pengujian sumur seperti PBU dan
PDD. Hasil analisa tersebut digunakan untuk merencana proses hydraulic
fracturing dan memperkirakan efek hydraulic fracturing tersebut terhadap
peningkatan produktivitas reservoir.
Keberhasilan suatu operasi hydraulic fracturing bergantung pada banyak
faktor, di antaranya: pemilihan jenis fluida perekah, additive yang ditambahkan ke
dalam fluida perekah, dan pemilihan material pengganjal. Pemilihan fluida
perekah dengan additivenya akan dipengaruhi oleh jenis formasinya dan material
pengganjal akan berpengaruh pada konduktivitas rekahan yang telah diganjal
nantinya.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud :
Untuk memperbaiki permeabilitas didaerah skin menggunakan metode
hidroulic fracturing dengan harapan produktivitas sumur meningkat.
Tujuan :
1. Memperbaiki permeabilitas formasi disekitar lubang sumur
2. Meningkatkan laju produksi.
IV. TEORI DASAR HIDRAULIC FRACTURING
Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) adalah suatu teknik stimulasi
yang digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan produktivitas sumur
dimana metode ini dilakukan dengan pembuatan rekahan dalam media berpori
atau membuat saluran konduktif ke dalam reservoir dengan menginjeksikan fluida
perekah bertekanan lebih besar daripada tekanan rekah formasi sehingga akan
terbentuk rekahan.
Atau dengan kata lain, mekanisme perekahan hidrolik yaitu merekahkan
batuan reservoir dimana batuan tersebut harus diberi tekanan hidrolik sampai
melebihi kekuatan dan gaya-gaya yang mempertahankan batuan tersebut. Apabila
gaya horisontal yang mempertahankan keutuhan batuan lebih kecil dari gaya
vertikal, maka batuan tersebut akan dapat direkahkan dengan arah vertikal.
Stimulasi perekahan hidrolik ini umumnya dilakukan pada formasi batuan yang
cukup ketat (consolidated), dimana fluida reservoir sulit untuk mengalir.
4.1. Dasar Dilakukan Stimulasi Hiydraulic Fracturing
Perekahan hidrolik (hydraulic fracturing) dilakukan pada sumur-sumur
yang mengalami penurunan laju produksi sehingga produktifitas sumur
berkurang. Hal ini disebabkan antara lain formasi batuan yang cukup ketat
(consolidated), dimana fluida reservoir sulit untuk mengalir, sehingga perlu
dilakukan stimulasi perekahan hidolik.
4.2. Mekanika Batuan
Batuan dalam bumi akan mengalami tegangan-tegangan yang diakibatkan
oleh gaya-gaya yang bekerja atau dikenakan kepadanya. Sifat batuan yang cukup
penting adalah hubungan kerapuhan relatif batuan terhadap tegangan (tension).
Dalam kenyataannya, kuat tekan (compressive strength) batuan dapat menjadi dua
kali lipat dari kuat tarik (tensile strength) batuan tersebut. Sifat batuan seperti ini
akan sangat berguna untuk pelaksanaan perekahan hidrolik. Pada dasarnya
perekahan hidrolik meliputi kekuatan penghancuran dinding lubang bor yakni
kemampuan menghancurkan dinding batuan reservoir. Dalam mekanika batuan,
suatu batuan dapat diasumsikan sebagai suatu material yang bersifat elastis,
seragam (homogen), dan isotropis.
Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan
bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress, (). Selain
stress, perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam panjang, () dibanding
dengan panjang semula, (l) disebut strain, (). Untuk tingkat tegangan yang lemah
plot antara stress vs strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi
pada material logam yang merupakan jenis material linear elastis. Gaya-gaya yang
bekerja, antara lain :
- In-situ Stress : gaya per unit area
σ Δ = limA → 0
(ΔFΔA )
………………………………………...……….....(5-1)
- Overburden Stress : gaya akibat beban formasi diatasnya
σ ov = g∫0
H
ρ ( z ) dz…………………………………..…………...…....(5-2)
Dimana rata-rata gradient (g) berkisar 0,95 – 1,1 psi/ft, densitas formasi (ρ)
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa densitas batuan berkisar antara 125 -
200 lb/ft3.
- Strain : deformasi/alterasi posisi relatif titik-titik pada benda yang dikenakan
stess. Strain dikomposisikan sebagai perubahan panjang dan perubahan
angular.
4.3. Mekanika Fluida Hydraulic Fracturing
Fluida perekah digunakan untuk membuat rekahan yang cukup besar,
sehingga proppant dapat masuk ke dalam rekahan tanpa mengalami bridging
(mampat) atau settling (pengendapan). Oleh karena itu, fluida perekah harus
mempunyai viskositas yang tinggi dan faktor kehilangan fluida harus diperkecil
dengan sifat wall building dengan penggunaan polimer.
4.3.1. Rheologi
Sifat dari fluida perekah bergantung dari flow regime. Pada perekahan,
fluida mengalir pada beberapa bentuk geometri dengan kondisi shear dan
temperatur yang bermacam-macam, misalnya kalau di frac tank, statik dengan
temperatur sekeliling. Kalau dipompa shearnya tinggi, waktunya singkat saja.
Kalau di tubing, biasanya turbulent dan sering berhenti dari waktu ke waktu
sekitar 1 – 10 menit dengan terkena panas dari sekelilingnya, shear rate-nya
berkisar 500 – 3000 sec-1. Bila di perforasi, shear akan tinggi dan waktu
pemompaan pendek. Di rekahannya, aliran akan laminer yang terjadi dalam waktu
cukup lama yakni sampai 3 – 4 jam lebih.
Sifat rheologi digunakan untuk mendapatkan harga viskositas yang cukup
berdasarkan besarnya harga shear rate dan shear stressnya. Di dalam rheologi
dikenal jenis fluida sebagai berikut : Newtonian, Bingham Plastic dan Power
Law.
Untuk fluida Newtonian berlaku hubungan berikut :
τ = μ(du/dy) = μ γ …………………….……………….......….…...(5-3)
dimana : τ = shear stress
γ = shear rate
μ = viskositas (air = 1), cp
Sedangkan untuk fluida Bingham Plastic berlaku :
τ = μ γ + τy ……………………………………………......……...(5-4)
dimana :
τy = yield point (fluida Newtonian = 1)
Dan untuk fluida Power Law berlaku hubungan :
τ = K γn …………………………………………………...….........…(5-5)
dimana : K = consistency index, lbf-secn /ft2
n = power law index
4.3.2. Leak-off Fluid (kebocoran fluida)
Kehilangan fluida (leak-off) adalah terjadinya aliran fluida perekah masuk
ke dalam formasi. Hal ini disebabkan karena tingginya tekanan fluida yang
dipompakan ke formasi, sehingga menyebabkan volume rekahan yang terjadi
berkurang serta proppant akan mengalami pemampatan dan mengendap. Leak-off
merupakan faktor penting dalam penentuan geometri rekahan.
Cooper et al. mendiskripsikan harga koefisien leak-off total (C tot) yang
terdiri dari tiga mekanisme yang terpisah sebagai berikut :
1. Viscosity controlled (Ct), adalah suatu kehilangan fluida yang dipengaruhi
oleh viskositas. Penentuan besarnya harga Ct (ft/menit1/2) didapat dengan
persamaan :
Ct = 0.0469 √ k φ ΔPμ1 ……………………………….……........(5-6)
dimana :
k = permeabilitas relatif formasi terhadap material yang leak off, md
φ = porositas batuan, fraksi
μ1 = viskositas filtrat fluida perekah pada kondisi formasi, cp
ΔP = beda tekanan antara fluida didepan dinding dengan tekanan
di pori-pori batuan, psia
2. Compressibility controlled (CH), adalah suatu kehilangan fluida yang
dipengaruhi oleh kompresibilitas. Penentuan besarnya harga CH (ft/menit1/2)
dapat dilakukan dengan persamaan :
CH = 0.0374 ΔP √ k φ C t
μ ……………………......………….....…(5-7)
dimana :
Ct = kompresibilitas total formasi, psi-1
μ = viskositas fluida formasi yang bisa bergerak pada kondisi
reservoir, cp
3. Wall building mechanism (CHt), yang terbentuk dari residu polimer di dinding
formasi yang menghalangi aliran ke formasi. Hal ini penting untuk membatasi
fluida yang hilang ke formasi. Harga CHt dihitung berdasarkan percobaan di
laboratorium, dimana harga CHt merupakan kemiringan pada daerah linier.
Dari ketiga mekanisme diatas, maka besarnya koefisien leak-off total adalah
sebagai berikut :
Ctot =
2 C t C H CHt
Ct CHt + {CHt2 C
t2+ 4C
H2 (C t2+ C
Ht2)}1/2
…….....……..….(5-8)
4.3.3. Fluida Perekah dan Additive
Fluida yang dipakai dalam operasi perekahan hidrolik dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air)
2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak)
3. Emulsion base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar asam)
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :
1. Stabil
2. Tidak menyebabkan kerusakan formasi
3. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
4. Mampu membawa bahan pengganjal kedalam rekahan yang dibuat
Pada operasi perekahan hidrolik proses pemompaannya adalah sebagai
berikut :
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya
minyak, air, dan atau foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer
agent, fluid loss additive dan surfactant atau KCl untuk mencegah damage,
dan ini dipompakan didepan untuk membantu memulai membuat rekahan.
Viscositas yang rendah dapat masuk ke matrix lebih mudah dan mendinginkan
formasi untuk mencegah degradasi gel..
2. Pad, yaitu fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar lubang
dapat dimasuki slurry dengan proppant. Viskositas yang lebih tinggi
mengurangi leak- off (kebocoran fluida meresap masuk ke formasi). Pad
diperlukan dalam jumlah cukup agar tidak terjadi terjadi 100 % leak-off
sebelum rekahan terjadi dan proppant ditempatkan.
3. Slurry dengan proppant, yaitu proppant dicampur dengan fluida kental,
proppant ditambahkan sedikit demi sedikit selama pemompaan, dan
penambahan proppant ini dilakukan sampai harga tertentu pada alirannya
(tergantung pada karakteristik formasi, sistem fluida, dan gelling agent).
4. Flushing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai dekat dengan perforasi,
viskositasnya tidak terlalu tinggi dengan friksi yang rendah.
Dalam operasi perekahan hidrolik suatu fluida perekah harus
menghasilkan friction yang kecil tetapi mempunyai viskositas yang tinggi untuk
dapat menahan proppant, dan dapat diturunkan kembali setelah operasi dengan
mudah. Dalam hal ini additive atau zat tambahan diperlukan untuk
mengkondisikan fluida perekah sesuai dengan kebutuhan. Adapun additive yang
perlu ditambahkan dalam fluida dasar adalah sebagai berikut :
1. Thickener , berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental fluida dasar.
Contohnya adalah guar, HPG (Hydroxypropyl Guar Gum), CMHPG
(Carboxymethyl Hydroxypropyl Guar), HEC (Hydroxyethylcellulose) dan
Xantan gum.
2. Crosslinker , (pengikat molekul agar rantai menjadi panjang) diperlukan
untuk meningkatkan viskositas dengan jalan mengikat satu molekul atau lebih
sehingga proppant yang dibawa tidak mengalami settling (pengendapan) serta
memperkecil leak-off fluida ke formasi. Biasanya organometalic atau
transition metal compounds yang biasanya borate, titan dan zircon.
3. Buffer , (pengontrol pH) dimana pada pencampuran setempat, polimer dalam
bentuk powder ditambahkan dalam fluida dasar. Untuk dapat terpisah dengan
baik, pH harus berkisar 9, yang didapat dari pencampuran dengan basa seperti
NaOH, NH4OH, asam asetat dan asam sulfamic (HSO3NH3).
4. Bactericides/biocides , (anti bakteri) dimana bakteri penyerang polimer
merusak ikatan polimer dan mengurangi viskositasnya, sehingga perlu
ditambahkan anti bakteri seperti glutaraldehyde, chlorophenate
squaternaryamines dan isothiazoline. Zat ini perlu ditambah ditanki sebelum
air ditambahkan, karena enzim yang terlanjur dihasilkan bisa memecah
polimer. Bactericides tidak dipergunakan apabila fluida dasarnya minyak.
5. Gelling agent , (pencampur gel) untuk menghindari mengumpulnya gel,
seringkali gel dicampur terlebih dahulu dengan 5% methanol atau isopropanol.
Penggunaan zat ini bisa diperbesar kadarnya untuk formasi yang sensitive.
6. Fluid Loss additive , fluid loss harus diperkecil. Untuk formasi homogen,
biasanya sudah cukup dengan filter cake yang terbentuk di dinding
formasi.Material yang umum dipakai antara lain : pasir 100-mesh, silica fluor
(325-mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silica flour 200 mesh untuk
rekahan kecil < 50 micron dan 100 mesh untuk yang lebih besar >50 micron),
Oil Soluble Resins, Adomite Regain (Con Starch), Diesel 2-5 %
(diemulsikan), Unrefined Guar dan Karaya gums.
7. Breakers , untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer
(viskositasnya kecil) setelah penempatan proppant agar produksi aliran
minyak kembali mudah dilakukan. Breakers harus bekerja cepat,
konsentrasinya harus cukup untuk mengencerkan polimer yang ada.
Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100 – 1000 cp pada
temperature normal.
2. Filtrasi yang terjadi jangan sampai menutup pori-pori batuan.
3. Stabil pada tekanan tinggi.
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan
endapan yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya
perekahan, sehingga mudah disirkulasikan keluar dari sumur.
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relative murah.
4.4. Material Pengganjal (Proppant)
Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang
terbentuk tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir
yang bersangkutan.
4.4.1. Jenis Proppant
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah
pasir alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik
(Ceramic Proppant).
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi
baik sekali, baik, dan dibawah standat. Golongan yang paling baik menurut
standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan
Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”, “Ottawa Sand”,
atau jenis lainnya misalnya “Jordan Sand”.Golongan yang baik berasal dari
Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap
dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy Sand”,
atau “Hickory Sand”. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu kelebihan
pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang lebih murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancurkarena tidak mampu menahan
beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap
melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal
ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan
butiran (fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bias tereliminasi.
Proppant ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam
efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant
mengalir balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku,
proppant ini akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebai berikut :
a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)
Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7),
memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure
pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.
b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite,
memiliki specific gravity 3,65. Karena harganya yang mahal maka
proppant ini hanya digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar
tinggi. Proppant jenis ini mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi,
biasa digunakan untuk temperature tinggi dan sumur yang sour
(mengandung H2S).
c. Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus
untuk resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak.
Resin Coated Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure
sebesar 15000 psi dan temperature hingga 450 oF.
4.4.2. Konduktivitas Rekahan
Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas rekahan
antara lain :
1. Kekuatan proppant, apabila rekahan telah terbentuk, maka tekanan formasi
akan cenderung untuk menutup kembali rekahan tersebut yang dinotasikan
sebagai closure stress (stress yang diteruskan formasi kepada proppant pada
waktu rekahan menutup). Sehingga proppant harus dapat menahan closure
stress tersebut.
2. Ukuran proppant, dimana semakin besar ukuran proppant, biasanya
memberikan permeabilitas yang semakin baik.
3. Kualitas proppant, dimana prosentase kandungan impurities yang besar dapat
memberikan pengaruh pada proppant pack.
4. Bentuk butiran proppant, Semakin bulat dan halus permukaannya, semakin
tahan tekanan.
5. Konsentrasi (densitas proppant), yang akan berpengaruh dalam transportasi
proppant dan penempatannya dalam rekahan, dimana proppant dengan
densitas yang tinggi akan membutuhkan fluida berviskositas tinggi untuk
mentransport ke dalam rekahan.
4.5. Model Geometri Rekahan
Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi enersi.
Secara umum model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2-D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D)
2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)
Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi (3-D)
Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D
Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,
karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi makan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness matrix, variasi
stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC dan dijual
oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang
paling umum dipakai saat ini.
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Geertsma dan de Klerk (Shell).
1. PAN American Model
Howard dan Fast memperkenalkan metode ini yang kemudian dipecahkan
secara matematis oleh Carter. Untuk menurunkan persamaannya maka dibuat
beberapa asumsi :
a. Rekahannya tetap lebarnya
b. Aliran ke rekahan linier dan arahnya tegak lurus paa muka rekahan.
c. Kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari
panjang waktu pada mana titik permukaan tsb mulai mendapat aliran.
d. Fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol pada
waktu pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut.
e. Tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di formasi,
dan dianggap konstan.
Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang
rekah satu sayap :
A( t )=q iW
4 πC2 [e (2 √π )2 (√π tW )+4C√ t
W−1]
........................(5-9)
atau
A( t )=q iW
4 πC2 [e x 2
( x )+2x√π
−1].................................................(5-10)
dimana:
x =2 C √π .t /wA(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
q = laju injeksi, cuft/menit
W = lebar rekahan, ft
t = waktu injeksi, menit
C = total leak off coeffisient, ft/menit1/2
2. PKN dan KGD
PKN adalah model pertama dari 2D yang banyak dipakai dalam analisa
setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang (atau dalam) rekahan
jauh lebih besar dari tinggi rekahan (xfhf).
Apabila sebaliknya, dimana tinggi rekahan jauh lebih besar dari
kedalamannya (xfhf) maka metode KGD-lah yang harus dipilih. Sebenarnya
ada bentuk lain yang disebut radial atau “berbentuk mata uang logam”(penny
shape) kalau xf = hf, tetapi jarang dipakai.
Dalam Persamaan harga E sering diganti dengan G, yaitu Modulus Shear
Elastis (G) yang hubungannya dengan Modulus Young (E), adalah :
G= E2 (1+v ) ………………................................................................(5-11)
Tabel. 1. menunjukkan persamaan-persamaan yang dibuat berdasarkan
metode PKN dan KGD.
Tabel. 1.
Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,
Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan
Dianggap Laju Injeksi Konstan (7)
Model
GeometriL(t) W(0,t) (0,t) - H
Model PKNC1[ G q
o3
(1−v )μhf 4 ]
1/5
t4/5
C2[ (1−v ) qo2 μ
Ghf]1 /5
t4 /5 C3
H f[Gq
o3 μL
(1−v )3 ]1/4
Model KGD C4 [ G qo
3
(1−v )μhf 3 ]
1/4
t2/3 C5[ (1−v ) qo3 μ
Ghf 3 ]
1/4
t1/3 C4
2 H f[ Gqo μh
f3
(1−v )3 L2 ]1/ 4
4.5. Peralatan Perekahan Hidrolik (hydraulic fracturing)
Pada pekerjaan Perekahan Hidrolik, peralatan-peralatan yang digunakan
antara lain:
Tempat penampungan fluida
Untuk menampung fluida dasar dipakai tanki 50, 150, atau 500 barrel
yang diangkut dengan truk atau hanya berupa kolam /diletakkan di atas
platform.
Peralatan penampung material pengganjal (proppant)
Alat ini berupa bak-bak yang menggunakan sistim gravitasi/ hidrolik
untuk memindahkan proppant ke tempat pencampuran.
Peralatan pencampur
Peralatan pencampur dipakai untuk menyampur fluida dasar, proppant,
dan berbagai additivenya.
Peralatan pompa bertekanan tinggi
Pompa yang digunakan berprinsip pada triplex pump. Pompa ini dipasang
pada sebuah truk atau platform.
Peralatan pengontrol utama
Pengontrol ini berupa indikator-indikator pressure, densitas fluida,
kecepatan alir fluida, dan peralatan kontrol lainnya.
Peralatan pipa-pipa di permukaan dan manifold
Peralatan untuk operasi coiled-tubing fracturing (CTF) menggunakan
beberapa jenis straddle packer. Peralatan packer dibawah permukaan
(BHPA) didesain khusus untuk operasi CTF.
4.6. Perencanaan Perekahan Hidrolik
Perencanaan perekahan (datafrac) dilakukan untuk memperoleh
parameter-parameter perekahan setempat secara tepat. Data yang diukur antara
lain tekanan menutup rekahan (clossure pressure), pengukuran leak-off dan
efisiensi fluida. Prosedur pada datafrac ini meliputi antara lain : formation
breakdown, data perekahan yang pernah dilakukan pada formasi tersebut, step rate
test (test laju bertingkat), shut-in decline test (test penutupan), back flow test (test
aliran balik), minifrac (rekahan mini), leak-off test (test kebocoran fluida).
4.7. Operasi Perekahan Hidrolik
Dalam operasi perekahan hidrolik, analisis tekanan perekahan yang
duhasilkan dari pump schedule memegang peranan amat penting. Analisis tekanan
lebih mudah di interpretasikan bila alirannya konstan, tanpa ada pengembangan
rekahan yang dipercepat, formasi homogen, tanpa ada proppant bridging, atau ada
rekahan alamiahnya, terbukanya perforasi yang tadinya yang tadinya ada sebagian
yang menutup atau bercabangnya rekahan dan seterusnya.
Tekanan akan bertambah sejalan dengan injeksi dan dulanjutkan dengan
penghentian pemompaan (ISIP = Insstantenous Shut In Pressure) dimana dimulai
fase penurunan sampai rekahan mulai menutup bersamaan dengan fluid loss
sampai rekahan sudah tertutup. Pada fase ini fluid loss masih berlanjut dengan
pola yang berbeda sejalan dengan penurunan laju fluid loss dan menuju ke
tekanan reservoirnya. Baik kenaikan tekanan pada waktu injeksi maupun grafik
penurunan selama penutupan rekahan dan penurunan tekanan akan dapat dianalisa
secara kuantitatif maupun kualitatif. Kenaikan tekanan sesaat pada waktu rekahan
mulai pecah tidak terlihat karena waktunya sangat sigkat. Harga closure pressure
adalah sedikit dibawah titik defleksi (fracture close on proppant) karena proppant
masih mengalami pemampatan sampai berhenti dan harga ini sedikit lebih besar
dari tekanan tersebut.
4.8. Evaluasi Hasil Perekahan Hidrolik
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan perekahan
hidrolik berhasil atau tidak. Secara umum ukuran keberhasilan suatu proyek
stimulasi adalah berhubungan dengan indeks produktivitas sumur. Keberhasilan
suatu perekahan hidrolik dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi kenaikan
productivity index, yaitu secara teoritis maupun secara operasional.
4.8.1. Evaluasi Keberhasilan Perekahan Hidrolik berdasarkan Productivity
Index secara Teoritis
Perekahan Hidrolik bisa dikatakan berhasil bila terdapat kenaikan
productivity index yang cukup berarti. Biasanya dengan membandingkan antara
harga productivity index open hole dengan productivity index setelah rekahan.
Untuk menganalisa suatu perekahan hidrolik dapat dipergunakan beberapa
metode. Metode yang umum digunakan adalah Prats, Tinsley et al, dan McGuire
& Sikora untuk sumur pada steady state dan pseudo steady state. Menurut Gilbert,
productivity index suatu sumur minyak dapat dituliskan sebagai berikut :
PI=J= qPs−Pwf ...............................................................................(5-12)
atau,
PI=J=0 . 007082. k . h
μo . Bo [ ln ( r e
rw)]
....................................................................(5-13)
dimana :
PI = J = Productivity Index, stb/day/psi
q = laju produksi, bbl/day
Ps = tekanan statik formasi, psia
Pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
k = permeabilitas efektif, md
h = ketebalan formasi produktif, ft
μo = viskositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak, stb/bbl
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Metode yang akan dibahas disini ada dua, yaitu Metode Prats dan Metode
McGuire Sikora.
1. Metode Prats
Anggapan dalam persamaan Prats adalah steady state, didaerah silinder,
inkompressible, konduktivitas rekahan tak terhingga dan tinggi rekahan sama
dengan tinggi formasi. Prats menunjukkan bahwa bila radius lubang sumur
kecil dan kapasitas rekahan besar maka radius sumur efektif bisa dianggap ¼
dari total panjang rekahan. Persamaan Prats adalah sebagai berikut :
q f
qo
=
ln( re
rw)
ln( re
14
r v ) ......................................................................................(5-15)
dimana :
qf = production rate setelah rekahan, bbl/day
qo = production rate open hole, bbl/day
re = jari-jari pengurasan, ft
rw = jari-jari sumur, ft
rv = vertical fracture penetration, ft
Prats menganalogikan perekahan dengan penambahan harga radius sumur.
Aliran fluida dari formasi ke area perekahan, dianggap seperti aliran radial
dari formasi ke lubang sumur, tanpa perekahan dengan radius efektif sumur
sebagai fungsi dari konduktifitas rekahan tanpa dimensi. Persamaannya adalah
CFD=
K f W
K L f .............................................................................................(5-16)
dimana :
CFD = Dimensionless Fracture Conductivity
Kf = Permeabilitas rekahan, md
K = Permeabilitas formasi, md
W = Tebal rekahan, inchi
Lf = Setengah panjang rekahan, ft
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam persamaan Prats adalah :
Fluida incompressible dan steady state
Konduktifitas rekahan tidak terbatas
Tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
Kelemahan metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap ideal.
2. Metode McGuire-Sikora
McGuire dan Sikora mempelajari tentang efek rekahan vertikal pada
produktifitas pada reservoir dengan tenaga pendorong solution gas. Asumsi
yang digunakan adalah:
aliran adalah pseudo steady state
laju aliran konstan tanpa ada aliran dari luar batas re
fluida inkompressible
daerah pengurasan berbentuk segiempat sama sisi
lebar rekahan sama dengan lebar formasi
Prosedur metode ini dengan menggunakan grafik McGuire dan Sikora
(Gambar 1.), yaitu :
1) Menghitung perbandingan panjang rekahan (xf) dengan jari-jari
pengurasan sumur (re).
2) Menghitung harga konduktifitas relatif (absis pada grafik McGuire dan
Sikora).
12 . w .k f
k √40A .......................................................................................(5-17)
3) Dari perpotongan kurva xf/re pada grafik McGuire dan Sikora, maka akan
didapatkan harga pada sumbu y.
4) Menghitung rasio PI sesudah rekahan dengan PI sebelum rekahan (open
hole).
J f
J o [ 7 .13
ln(0 .472.re
rw) ]
............................................................................(5-18)
dimana : Jf = Productivity Index setelah rekahan, bbl/day/psi
Jo = Productivity Index open hole, bbl/day/psi
Metode McGuire dan Sikora ini adalah yang paling banyak digunakan
saat ini. Dari grafik McGuire dan Sikora kita bisa mengambil beberapa
kesimpulan:
1. Pada permeabilitas yang rendah (dengan perekahan yang konduktifitasnya
tinggi), maka hasil kenaikkan produktifitas akan makin besar terutama
karena panjang rekahan dan bukan dari konduktifitas relatif rekahan.
2. Untuk suatu panjang rekahan Lf akan ada konduktifitas rekahan optimal.
Menaikkan konduktifitas rekahan tidak akan menguntungkan. Misalnya
untuk harga Lf / Lc = 0,5 kenaikkan selanjutnya tak ada artinya untuk
harga konduktifitas relatif diatas 105.
3. Maksimum kenaikan perbandingan produktifitas indeks teoritis untuk
sumur yang tidak rusak adalah 13,6.
Gambar 1.Grafik McGuire Sikora (7)
V. KESIMPULAN SEMENTARA
VI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...........................................................................
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI .....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
BAB II. KARAKTERISTIK RESERVOIR.....................................................
2.1. Karateristik Batuan Reservoir …………………………….......
2.1.1. Komposisi Kimia Batuan Reservoir ……………………
2.1.1.1. Batupasir ............................................................
2.1.1.2. Batuan Karbonat.................................................
2.1.1.3. Batuan Shale.......................................................
2.1.2. Sifat Fisik Batuan Reservoir.............................................
2.1.2.1. Porositas...............................................................
2.1.2.2. Wettabilitas..........................................................
2.1.2.3. Tekanan Kapiler..................................................
2.1.2.4. Permeabilitas.......................................................
2.1.2.5. Saturasi Fluida.....................................................
2.1.2.6. Kompressibilitas..................................................
2.2. Karakteristik Fluida Reservoir....................................................
2.2.1. Komposisi Kimia Fluida Reservoir...............................
2.2.1.1. Komposisi Kimia Hidrokarbon...........................
A. Golongan Asiklik (Paraffin)..........................
B. Golongan Siklik.............................................
2.2.1.2. Komposisi Kimia Non-Hidrokarbon...................
2.2.1.3. Komposisi Kimia Air Formasi............................
2.2.2. Sifat Fisik Fluida Reservoir.....................................
2.2.2.1. Sifat Fisik Minyak...............................................
A. Densitas Minyak.............................................
B. Faktor Volume Formasi Minyak.....................
C. Kelarutan Gas Dalam Minyak........................
D. kompresibilitas Minyak..................................
E, Viscositas Minyak..........................................
2.2.2.2. Sifat Fisik Gas.....................................................
A. Densitas Gas...................................................
B. Faktor Volume Formasi Gas...........................
C. Kompresibilitas Gas......................................
D. Faktor Kompresibilitas Gas............................
E. Viscositas Gas.................................................
2.2.2.3. Sifat Fisik Air Formasi........................................
A. Densitas Air Formasi......................................
B. Faktor Volume Formasi Air Formasi..............
C. Kelarutan Gas dalam Air Formasi..................
D. Kompresibilitas Air Formasi.........................
E. Viscositas Air Formasi..................................
2.3. Kondisi Reservoir......................................................................
2.3.1. Tekanan Reservoir..........................................................
2.3.2. Temperatur Reservoir......................................................
2.4. Jenis-Jenis Reservoir.................................................................
2.4.1. Berdasarkan Perangkap Reservoir....................................
2.4.1.1. Perangkap Struktur..............................................
2.4.1.2............................................................................... Per
angkap Stratigrafi.................................................
2.4.1.3............................................................................... Per
angkap Kombinasi................................................
2.4.2. Berdasarkan Fasa Fluida Hidrokarbon............................
2.4.2.1. Reservoir Minyak................................................
2.4.2.2. Reservoir Gas Kondensat....................................
2.4.2.3. Reservoir Gas......................................................
2.4.3. Berdasarkan Mekanisme Pendorong...............................
2.4.3.1. Water Drive Reservoir........................................
2.4.3.2. Gas Cap Drive Reservoir....................................
2.4.3.3.............................................................................. Sol
ution Gas Drive Reservoir...................................
2.4.3.4. Gravitional Segregation Drive Reservoir...........
2.4.3.5. Combination Drive Reservoir.............................
2.4.4. Heterogenitas Reservoir..................................................
2.5. Perkiraan- Perkiraan Reservoir..................................................
. 2.5.1. Penaksiran Cadangan Hidrokarbon.................................
2.5.1.1. Metode Volumetris.............................................
2.5.1.2. Metode Material Balance....................................
2.5.1.3. Metode Decline Curve........................................
BAB III PRODUKTIVITAS FORMASI, KERUSAKAN FORMASI
DAN WELL TEST........................................................................
3.1. Produktivitas Formasi .......................................................................................................................................................3.1.1. Aliran Fluida Dalam Media Berpori.........................
3.1.1.1. Persamaan Darcy Untuk Aliran Satu Fasa ...............................................
3.1.1.2. Persamaan Darcy Untuk Aliran Multi Fasa ...............................................
3.1.2. Indeks Produktivitas ................................................3.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Indeks
Produktivitas.............................................................3.1.3.1. Sifat-sifat Fisik Batuan Reservoar .............3.1.3.2. Sifat-sifat Fisik Fluida Reservoar...............3.1.3.3. Ketebalan Lapisan Reservoar.....................3.1.3.4. Pressure Draw-Down.................................3.1.3.5. Mekanisme Pendorong Reservoar..............
3.1.4. Inflow Performance Relationship (IPR)...................3.1.4.1. Kurva IPR Satu Fasa...................................3.1.4.2. Kurva IPR Dua Fasa...................................3.1.4.3. Kurva IPR Tiga Fasa..................................
3.2. Kerusakan Formasi ..............................................................3.2.1. Penyebab Kerusakan Formasi...................................3.2.2. Kerusakan Formasi Akibat Proses Pemboran...........
3.2.2.1. Invasi Filtrat Lumpur Pemboran.................3.2.2.2. Pengaruh Komposisi Kimia Lumpur
Pemboran3.2.2.3. Pengaruh Partikel Padatan Lumpur Pemboran....................................................3.2.2.4. Adanya Clay Dalam Formasi.....................
3.2.3. Kerusakan Formasi Akibat Penyelesaian Sumur......3.2.3.1. Kerusakan Formasi Pada Operasi Penyemenan................................................3.2.3.2. Kerusakan Formasi Selama Perforasi.........
3.2.4.Kerusakan Formasi Akibat Produksi........................3.2.4.1. Clay ...............................................3.2.4.2. Proses Korosi, Pembentukan Scale dan Parafin.........................................................3.2.4.3. Kepasiran ...............................................
3.2.5. Kerusakan Formasi Akibat Bakteri...........................3.2.6. Kerusakan Formasi Akibat Workover.......................
3.3. Well Testing........................................................................3.3.1.Tes Produksi Periodik...............................................3.3.2.Tes Produktivitas......................................................3.3.3.Tes Tekanan Transient..............................................
3.3.3.1. Analisa Tekanan Transient..........................3.3.3.2. Pressure Build-Up Test................................3.3.3.3. Pressure Drawdown Tes..............................3.3.3.4. Drill Stem Test.............................................
BAB IV. HYDRAULIC FRACTURING ..........................................................
4.1. Mekanika Batuan.................................................................
4.2. Mekanika Fluida Stimulasi Hydraulic Fracturing................
4.2.1. Rheology.................................................................
4.2.2. Leak-off Fluid (kebocoran fluida).........................
4.2.3. Fluida Perekah dan Additive.................................
4.3. Material Penggganjal (Proppant).........................................
4.3.1. Jenis Proppant........................................................
4.3.2. Spesifikasi Ukuran Proppant............................................
4.3.3. Konduktivitas Rekahan.....................................................
4.3.4. Transportasi Proppant.......................................................
4.4. Model Geometri Perekahan..................................................
4.5. Pelaksanaan Hydraulic Fracturing.......................................
4.5.1. Pemompaan Fluida Perekah .................................
4.5.2. Analisa Tekanan Perekahan...................................
4.6. Pengukuran Tinggi Rekahan Setelah Hydraulic Fracturing
4.6.1. Temperatur Logging..............................................
4.6.2. Gamma Ray Logging.............................................
4.6.3. Spectral Gamma Ray.............................................
4.6.4. Multiple Isotop Tracting........................................
4.6.5. Metode Seismik.....................................................
4.6.6. Borehole Televiewer..............................................
4.6.7. Formation Microscanner........................................
4.7. Perhitungan Peningkatan Produktivitas..................................
4.7.1. Parameter indikator Peningkatan Produktivitas.. . .
4.7.2. Perbandingan Indeks Produktivitas.......................
4.7.2.1. Metode Prats............................................
4.7.2.2. Metode McGuire dan Sikora....................
BAB V. PEMBAHASAN.................................................................................
BAB VI. KESIMPULAN .................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................