My Proposal

58
1 JUDUL : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA PERIODE 2005-2011 1.Latar Belakang Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses ekonomi. Karna investasi dapat menciptakan efek multiplier yang besar. Investasi dapat berupa penambahan modal faktor produksi maupun peningkatan-peningkatan kualita produksi. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi barang dan semua sektor-sektor ekonomi. Terciptanya kegiatan-kegiatan produksi dapatmendorong terciptanya kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, yan meningkatkan permintaan di pasar. Terjadinya perkembangan pasar menunju volume kegiatan produksi juga berkembang, kesempatan kerja dan pendapa negeri akan meningkat sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi (Tulus, 2 Setiap negara di duniaselalu berusaha untukmenciptakan iklim investasi yang kondusif untukmendorongupaya penyerapan modalnya. Ikliminvestasi adalah semua kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baikyang sedangberlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang, yang dapat mempengaruhi tingkat pe resiko suatuinvestasi. Tiga faktor utama dalam ikliminvestasi antara lain(Asian Development Bank, 2005) : 1. Kondisi ekonomi makro, yang mencakup stabilitas ekonomi makro, keterbukaan persaingan pasar, dan stabilitas sosial dan politik. 2. Kepemerintahan dan kelembagaan, yang mencakup kejelasan dan efektif perpajakan, sistem hukum, sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja da tenaga kerja yang terdidik dan terampil. 3. Infrastruktur,yang mencakup antara lain sarana transportasi,telekomunikasi,

Transcript of My Proposal

JUDUL : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA PERIODE 2005-2011

1.Latar Belakang Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses pembangunan ekonomi. Karna investasi dapat menciptakan efek multiplier yang besar. Investasi dapat berupa penambahan modal faktor produksi maupun peningkatan-peningkatan kualitas faktor produksi. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan-kegiatan produksi barang dan jasa di semua sektor-sektor ekonomi. Terciptanya kegiatan-kegiatan produksi dapat mendorong terciptanya kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang selanjutnya meningkatkan permintaan di pasar. Terjadinya perkembangan pasar menunjukkan bahwa volume kegiatan produksi juga berkembang, kesempatan kerja dan pendapatan di dalam negeri akan meningkat sehingga dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi (Tulus, 2001). Setiap negara di dunia selalu berusaha untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk mendorong upaya penyerapan modalnya. Iklim investasi adalah semua kebijakan, kelembagaan, dan lingkungan, baik yang sedang berlangsung maupun yang diharapkan terjadi di masa datang, yang dapat mempengaruhi tingkat pengembalian dan resiko suatu investasi. Tiga faktor utama dalam iklim investasi antara lain (Asian Development Bank, 2005) : 1. Kondisi ekonomi makro, yang mencakup stabilitas ekonomi makro, keterbukaan ekonomi, persaingan pasar, dan stabilitas sosial dan politik. 2. Kepemerintahan dan kelembagaan, yang mencakup kejelasan dan efektifitas peraturan, perpajakan, sistem hukum, sektor keuangan, fleksibilitas pasar tenaga kerja dan keberadaan tenaga kerja yang terdidik dan terampil. 3. Infrastruktur,yang mencakup antara lain sarana transportasi,telekomunikasi, listrik,dan air.

1

Investasi mempunyai perananan yang penting dalam permintaan agregat. Pertama, pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan terjadinya resesi atau sebaliknya booming. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja dan jumlah (stock ) kapital. Investasi akan menambah jumlah (stock) kapital. Tanpa adanya investasi maka tidak akan ada pabrik/mesin baru, dan dengan demikian tidak ada ekspansi ( Nopirin, 2000:133). Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang memiliki keterbatasan sumber dana untuk investasi. Melihat kondisi Indonesia yang sedemikian rupa, maka peningkatan modal sangat berperan penting untuk menigkatkan perekonomian. Oleh karna itu pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penghimpunan dana yang diarahkan pada kegitan ekonomi produktif yaitu dengan meningkatkan investasi, baik berupa penanaman modal dalam negeri ( PMDN) maupun penanaman modal asing ( PMA) ( putra,2010). Modal merupakan pendorong perkembangan ekonomi dan merupakan sumber untuk menaikan tenaga produksi yang semuanya membutuhkan kepandaian penduduknya dan mengadakan investasi dan mengelolanya, Selain itu ditentukan pula adanya dorongan untuk mengadakan investasi atas dana yang diperoleh dari tabungan masyarakat maupun pinjaman luar negeri. Sehubungan itu diperlukan upaya peningkatan pergerakan dana dari dalam negeri. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak atau lesunya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian setiap negara senantiasa menciptakan iklim yang dapat

2

menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam negeri, tetapi juga investor asing. (Dumairy,1997 : 132) Untuk dapat menarik PMA, pemerintah juga harus menciptakan berbagai fasilitas yang diperlukan oleh investor asing, terutama perbaikan prasarana-prasarana yang diperlukan. Untuk keperluan ini harus menggunakan dana pembangunan yang seharusnya dapat digunakan untuk mengembangkan sektor lain. Selain itu, pemerintah biasanya juga harus menawarkan beberapa keringanan fiskal untuk menarik PMA, misalnya pembebasan pajak untuk beberapa tahun dan pembebasan pembayaran bea impor atas alat-alat modal dan peralatan yang digunakan. Dengan demikian, pembangunan dibeberapa sektor ekonomi lainnya harus dikorbankan dan pemerintah tidak memperoleh pendapatan yang berarti dari adanya PMA yang masuk. Investasi luar negeri langsung sebagai suatu arus pemberian pinjaman kepada, atau pembelian kepemilikan, perusahaan luar negeri yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh penduduk dari Negara yang melakukan investasi (investing country). FDI dapat terjadi apabila perusahaan melakukan investasi pada fasilitas-fasilitas baru dalam rangka memproduksi dan memasarkan suatu produksi di luar negeri. Perusahaan yang melakukan FDI akan menjadi perusahaan multinasional (multinasional enterprise). Selama lebih dari 20 tahun yang lalu menunjukkan adanya peningkatan flow dan stock FDI dalam perekonomian dunia. Terjadinya peningkatan FDI banyak disebabkan oleh adanya perubahan politik dan ekonomi di Negara-Negara sedang berkembang. Globalisasi perekonomian dunia, merupakan fenomena yang juga mempunyai pengaruh positif terhadap volume FDI. Seperangkat teori mencoba menjelaskan mengapa perusahaan akan menguntungkan dengan melakukan investasi langsung dalam arti memasuki pasar luar negeri apabila terdapat dua alternatif lainnya, yaitu mengekspor dan melakukan lisensi. Ketidakstabilan sistem moneter akhir-akhir ini sangatlah mengkhawatirkan perekonomian Indonesia, peran aktif pemerintah dalam

3

mengatasi hal ini sangatlah diharapkan oleh seluruh masyarakat Indonesia, mengingat bahwa moneter yang terjadi sangatlah berpengaruh besar terhadap pelaksanaan pembangunan. Dalam pengambilan kebijakan moneter, diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta dapat mencegah dan mengendalikan tingkat inflasi, tingkat ekspor, serta terpeliharanya keseimbangan neraca perdagangan.(Rusdin, 2002 : 2-10). Adapun kendala-kendala investasi di Indonesia yang telah di identifikasi menurut survey bank Indonesia. 1. Efisiensi birokrasi. Beberapa hasil survey mengindikasikan efisiensi birokrasi dalam mendukung peningkatan investasi di Indonesia masih relatif rendah. Efisiensi birokrasi yang relatif rendah antara lain terkait dengan pungutan tak resmi, kegiatan memulai usaha, dan perijinan yang banyak mengakibatkan terjadinya biaya tinggi. Hasil survey sementara Bank Indonesia menunjukkan permasalahan utama upaya mendorong peningkatan investasi ini adalah besarnya biaya yang ditimbulkan dari pungutan-pungutan tak resmi yang mencapai 60% dari permasalahan. Sementara terkait dengan kegiatan memulai usaha seperti jumlah prosedur memulai usaha, waktu memulai usaha, regulasi pendaftaran dan modal minimum memulai usaha. Dari survey Bank Indonesia menunjukkan untuk memulai usaha investor harus melewati 12 prosedur yang membutuhkan waktu 151 hari, relatife kurang effisien dibandingkan Negara-nagara di asia. 2. Regulasi ketenagakerjaan dan kepailitan Dari sisi regulasi ketenagakerjaan, kendala banyak terkait dengan tingginya resiko pemutusan hubungan kerja, meskipun pada posisi lain biaya tenaga kerja di Indonesia masih relatif bersaing. Biaya pemutusan kerja ini juga mencakup resiko konflik pengusaha dan buruh yang dapat meningkatkan biaya penanaman modal di Indonesia. Berdasarkan survey

4

Bank Indonesia, permasalahan regulasi ketenagakerjaan ini mencapai 35% dari permasalahan di sector rill. 3. Pajak Permasalahan perpajakan ini berpotensi meningkatkan biaya produksi. Hasil survey Bank Indonesia terkait dengan perdagangan internasional menunjukkan beberapa permasalahn tariff dan non tariff relatif dominan mempengaruhi ekspansi produksi. Selain itu jumlah pembayaran pajak di Indonesia relatif cukup tinggi yaitu mencapai 52 dalam setahun. Tingginya Jumlah pembayaran tersebut pada gilirannya meningkatkan nilai pajak yang harus dibayarkan para investor. Hasil survey Bank Indonesia menunjukkan bahwa pajak yang dibayarkan mencapai 38% dari keuntungan kotor yang dapat diperoleh atau jauh lebih tinggi dibandingkan Thailand yang mencapai 29.2%. permasalahan pajak juga terkait dengan keterlambatan restitusi PPN sehingga berpotensi sebagai sumber korupsi. Survey yang dilakukan pemerintah menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh restitusi PPN menyita waktu 5 bulan dan dengan nilai yang diterima hanya 87% dari PPN yang diklaim. 4. Kesiapan infrastruktur Tantangan terhadap upaya peningkatan investasi semakin meningkat sejalan dengan kesiapan infrastruktur yang belum cukup mengimbangi ekspansi perekonomian yang sedang terjadi. Hasil survey Bank Indonesia menunjukkan permasalahan yang terkait dengan ketersedian infrastruktur terutama terkait dengan ketersediaan infrastruktur jalan, mencapai 32% dari permasaslahan dalam aspek ini. Kendala perkembangan infrastruktur antara lain terkait dengan relatif terbatasnya pengeluaran pemerintah khususnya investasi infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir. Secara keseluruhan berbagai kendala terssebut mengakibatkan daya saing dunia usaha di Indonesia relative lebih rendah dibandingkan Negara-negara di asia. Kondisi tersebut pada

5

gilirannya mengakibatkan iklim investasi relative kurang kondusip dalam menarik minat penanaman modal di Indonesia. Beberapa langkah yang dilakukan Indonesia untuk memperbaiki iklim investasi. Pertama, melalui Undang-Udang penanaman modal No. 25 tahun 2007. UU ini memberikan perlaakuan yang sama kepada semua investor. Tidak ada lagi batas 30 tahun untuk izin investasi asing. Kedua, BKPM telah meluncurkan pelayanan terpadu satu pintu ( PTSP ) dan sistem pelayanan impormasi dan perizinan ivestasi secara elektronik (SPIPISE) atau national single window for investment (NSWi) yang tujuannya tidak hanya megurangi jumlah prosedur dan dokumentasi yang diperlukan untuk berinvestasi di Indonesia, namun juga meniadakan kewajiban untuk hadir secara tatap muka guna memperoleh berbagai layanan tertentu. Sistem baru ini telah memperbaiki proses internal dan mengoreksi hambatan sumber daya manusia sehingga mempercepat dan memperbaiki mutu layanan kepada para investor.. Kenaikan aliran modal masuk FDI ke Indonesia masih relatif terbatas. Sebagai bentuk aliran modal yang bersifat jangka panjang dan relatif tidak rentan terhadap gejolak perekonomian, aliran masuk FDI sangat diharapkan untuk membantu mendorong pertumbuhan investasi yang sustainable di Indonesia. Oleh karena itu menjadi penting untuk mengetahui determinan FDI di Indonesia sehingga kebijakan untuk mendorong peningkatan aliran FDI dapat lebih efektif diarahkan pada faktor-faktor yang berperan penting dalam mendorong minat investor asing untuk menanamkan modal dalam bentuk FDI di Indonesia.

6

Table 1. Realisasi PMA dalam U$.Juta TAHUN 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 JUMLAH 8.911.000.000 5.991.700.000 10.341.400.000 14.871.400.000 10.815.200.000 16.214.800.000 19.474.500.000

Sumber : BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Realisasi investasi asing pada pada tahun 2006 mengalami penurunan yang sangat drastis yakni sebesar U$ 5.991.700.000 atau turun U$ 2.919.300.000 dari nilai investasi pada tahun 2005, hal ini akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak yang dilakukan oleh pemerintah sehingga menyebabkan tingkat inflasi yang begitu tinggi dan memberikan dampak yang kurang bagus pada kondisi perekonomian secara keseluruhan. Begitu pula pada saat terjadinya resesi global pada akhir 2008 yang berdampak keseluruh negara-negara dengan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Walaupun pada saat terjadinya resesi global Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif yaitu sebesar 4,6 %, tetap mengalami penurunan pada masuknya investasi asing langsung. Pada tahun 2008 sebesar 14.871 juta USD menjadi 10.815 juta USD pada tahun 2009. Membaiknya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun terakhir diyakini sebagai pengaruh utama besarnya aliran investasi yang masuk ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari besarnya produk domestik bruto ( PDB) yang merupakan indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu Negara. 7

Table 1.2 Produk Domestik Bruto Tahun 2005-2011 (Miliar Rupiah) Tahun PDB atas dasar harga berlaku 2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011** 2.774.281.1 3.339.256.8 3.950.893.2 4.948.688.4 5.606.203.4 6.439.270.8 7.427.086.1 PDB atas dasar harga konstan 1.750.815.2 1.847.126.7 1.964.327.3 2.082.456.1 2.178.850.4 2.313.838.0 2.463.242.0

Sumber : BADAN PUSAT STATISTIK Keterangan : *Angka sementara **Angka sangat sementara Berdasarkan table 1.2 diatas dapat dilihat bahwa Produk Domestik Bruto Indonesia dari tahun 2005-20011 mengalami pergerakan kenaikan yang sangat stabil tiap tahunnya. Meskipun kita tahu dalam beberapa tahun belakangan telah terjadi perubahan atau gesekan dalam perekonomian baik secara external maupun internal yang mempengaruhi kinerja perekonomian, seperti kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai level diatas harga yang ditetapkan pemerintah dalam APBN. Sehingga pada oktober 2005 pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM yang menyebabkan terjadinya inflasi sebesar 9,1% atau

8

melebihi target yang yang ditetapkan pemerintah sebesar 6% 1%. Meskipun dampak kenaikan harga BBM begitu terasa dengan tingkat inflasi yang begitu besar melebihi target yang ditetapkan pemerintah, tetapi kalau kita lihat nilai PDB harga konstan Indonesia tahun 2005 sebesar 1.750.815.2 tetap mengalami kenaikan sebesar 1.847.126.7 pada tahun 2006. Begitu pula dengan resesi global yang terjadi pada tahun 2008 lalu, dilihat dari nilai PDB harga kostan nilainya masih tetap stabil bahkan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh resesi global yang terjadi pada tahun 2008 tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain produk domestik bruto besarnya suku bunga suatu negara juga di yakini memiliki pengaruh terhadap besarnya investasi asing langsung ke dalam perekonomian. Sadono Sukirno (2000) menyatakan, bahwa terjadinya investasi harus mempertimbangkan akan besarnya suku bunga, apabila suku bunga lebih tinggi dari tingkat pengembalian modal, maka investasi yang direncanakan tidak menguntungkan, oleh sebab itu rencana perusahaan untuk melakukan investasi akan dibatalkan. Investasi sebagai penanaman modal atau sering disebut juga dengan pembentukan modal, merupakan suatu yang menentukan agregat pengeluaran suatu Negara. Karna itu dalam pembangunan ekonomi investasi sangatlah penting semakin tinggi investasi, maka pendapatan nasional akan mengalami peningkatan terhadap barang dan jasa yang akan mengalami peningkatan. Berdasarkan teori yang telah ada hubungan antara suku bunga dengan pajak adalah negatif. Tingkat suku bunga di Indonesia mengacu pada besarnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia biasa disebut SBI saat ini disebut BI Rate. Dalam menentukan besarnya BI Rate, Bank Indonesia selaku lembaga pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan moneter selalu memperhatikan keadaan perekonomian yang terjadi, karena besarnya BI Rate akan direspon oleh suku bunga di bank-bank umum yang mempengaruhi pada perekonomian.

9

Selain PDB dan suku bunga faktor lain yang juga mempengaruhi investasi asing adalah tingkat pajak. Tidak jauh berbeda dengan suku bunga, tingkat pajak dalam investasi merupakan suatu biaya yang harus dibayar oleh para investor, sehingga akan berpengaruh pada keuntungan yang akan diperole h. Semakin tinggi tingkat pajak yang dikenakan maka tingkat investasi akan cendrung turun, begitu pula sebaliknya. Undang-undang pajak mempengaruhi insentif perusahaan untuk mengakumulasi modal dalam banyak cara. Kadang-kadang para pembuat kebijakan mengubah undangundang pajak untuk menggeser fungsi investasi. Pajak pendapatan perusahaan atau pph Badan merupakan pajak atas atas laba, anggaplah bahwa undang-undang mendefinisikan laba yakni perusahaan. Dampak dari pajak pendapatan perusahaan terhadap investasi bergantung pada bagaimana undang-undang mendefinisikan laba untuk tujuan perpajakan. Pertama-tama misalnya dalam suatu periode terjadinya inflasi biaya pengembalian lebih besar dari pada biaya historis, sehingga pajak perusahaan cendrung menetapkan biaya penyusutan terlalu rendah dan meenetapkan laba terlalu tinggi. Akibatnya, undang-undang adanya laba dan membebankan pajak bahkan ketika laba ekonomis adalah nol, sehingga pemilikan modal menjadi kurang menarik. Karena ini dan alasan lainnya, banyak ekonom yakin bahwa pajak pendapatan perusahaan menghambat investasi ( N.gregory mankiw). Berdasarkan latar belakang di atas mendorong penulis untuk membuat kajian tentang ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG DI INDONESIA PERIODE 2005-2011 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, bagaimanakah pengaruh produk domestik bruto, tingkat suku bunga, tingkat pajak dan kondisi stabilitas politik terhadap investasi asing langsung di indonesia periode 2005-2011.

10

1.3. Tujuan dan Manpaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dan manpaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah kondisi investasi asing langsung di indonesia dan bagaimnakah pengaruh dari variabel produk domestik bruto, tingkat suku bunga, dan pajak terhadap investasi asing langsung di indonesia periode 2005-2011. 1.5. Manpaat Penelitian Adapun manpat penelitian ini adalah 1. secara akademik merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi strata satu ( S1) pada fakultas ekonomi universitas mataram. 2. untuk menerapakan ilmu yang diperoleh selama kuliah dan mempraktekanya dalam kondisi yang ada mengacu pada data dan fakta. 3. memberikan gambaran untuk peneliti lain yang berminat mengenai topik dan telaah yang dibahas sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan terhadap penelitian yang akan datang sehingga menambah wawasan. 2. Tinjauan Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini akan dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh peneliti lain pada kajian yang sama pada penelitian ini. Selanjutnya dijelaskan pengertian dari variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini pada kajian teoritis. 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian dari Mulaelatul Khasanah (2009), dengan judul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing langsung ( PMA) batam. Dengan variabel PDRB, nilai tukar, inflasi, upah minimum, pajak dan dummy kawasan ekonomi khusus dari periode

11

1996: 1 hingga 2007:4. Penelitian ini menggunakan estimasi OLS (Ordinary Least Square). Berdasarkan hasil penelitian, bahwa faktor yang mempengaruhi investasi asing (PMA) di Batam yaitu PDRB dengan nilai koefisien sebesar 0.417723 Nilai Tukar (-0.072206), Upah Minimum (0.545404) dan Pajak ( 0.118723) yang secara signifikan pada taraf nyata 5 persen, sedangkan Tingkat Inflasi (-0.0001 10) dan dummy Kawasan Ekonomi Khusus (-0.024575) tidak signifikan berpengaruh terhadap PMA di Batam. Penelitian dari Aliyatul Jannah ( 2010), dengan judul analisis beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing langsung ( PMA) di indonesia. Dengan variabel tingkat suku bunga internasional, kurs dolar amerika dan neraca perdagangan. Dan berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, Tingkat Suku Bunga Internasional (X ), Kurs Dollar Amerika (X ), dan Neraca Perdagangan (X )1 2 3

PMA di Indonesia (Y). Dengan melihat hasil uji signifikasi variabel independen terhadap penanaman modal asing tersebut di 3 sektor (pertanian, industri, perdagangan) maka dapat di ketahui bahwa variabel tingkat suku bunga internasional merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap penanaman modal asing. Penelitian dari Dwi Isti Ningsih ( 2010), dengan judul faktor- faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung ( FDI) sektor industri di jawa timur. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi (X ), Kurs Valuta Asing (X ), Produk Domestik1 2

Regional Bruto (PDRB) (X ), Ekspor (X ), FDI Sektor Industri (Y). Data dalam penelitian ini3 4

menggunakan data sekunder yaitu data time series pada tahun 1994 sampai dengan 2008, data tersebut kemudian di analisis dengan menggunakan analisis linier berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwahsanya Inflsi (X ), Kurs Valuta Asing1

(X ), PDRB (X ), Ekspor (X ) secara bersama-sama berpengaruh terhadap investasi FDI2 3 4

Sektor Industri (Y). Ditunjukan dengan F

hitung

= 6,965 > F

tabel

= 3,48 maka H ditolak dan Ho

i

12

(hipotesis alternatif) diterima, secara simultan terhadap investasi asing langsung (FDI) sektor industri di jawa timur. Secara parsial Inflsi (X ) tidak signifikan terhadap Investasi Asing1

Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial Kurs Valuta Asing (X )2

signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri di jawa timur, secara parsial PDRB (X ) tidak signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI) sektor industri3

di jawa timur, secara parsial Ekspor (X ) signifikan terhadap Investasi Asing Langsung (FDI)4

sektor industri di jawa timur. Penelitian yang dilakukan oleh Sarwedi ( 2002) dengan judul factor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing ( PMA) dengan mengambil data 1978 2001 menggunakan model error correction model ( ECM) mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap PMA , yaitu pendapatan nasional bruto ( GDP) , tingkat pertumbuhan (growth). Tingkat upah ( wage), stabilitas politik dan ekspor. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan factor makroekonomi ( GDP, Growth, Ekspor dan Upah Pekerja ) memiliki hubungan yang positif terhadap PMA di Indonesia, sedangkan variable stabilitas politik memiliki hubungan yang negatif terhadap PMA.

2.2. Kajian Teoritis 2.2.1. Investasi Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai bnyak pengertian yang berbeda diantara para pakar ekonomi. Deliarnov (1999) dalam bukunya mengemukakan bahwa investasi merupkan pengeluaran perusahaan secara keseluruhan yang mencakup pengeluaran untuk membeli bahan baku/mental, mesin mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalan proses produksi. Pengeluaran kantor, pabrik tempat tinggal karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga. 13

Todaro ( 2000), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk meningkatkan pendapatan dan konsumsi di massa yang akan datang disebut sebagai investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanampenanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasajasa yang tersedia dalam perekonomian sehingga investasi disebut dengan penanaman modal atau pembentukan modal. Suparmoko dan Maria R. ( 2000) investasi adalah pengeluaran yang ditujukan untuk menambah atau mempertahankan persediaan capital (capital stock). Persediaan capital ini terdiri dari pabrik-pabrik, mesin-mesin kantor dan barang tahan lama lainnya yang dipakai dalam proses produksi, termasuk dalam persediaan capital adalah rumah-rumah dan persediaan barang-barang yang belum dijual atau dipakai pada tahun yang bersangkutan ( inventory). Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal dan perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam peekonomian ( sukirno,2004). Secara singkat investasi ( investment) dapat didefinisikan sebagai tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada ( net addition to existing capital stock). Istilah lain dari investasi adalah pemupukan modal ( capital pormation) atau akumulasi modal (capital accumulation) ( Nanga, 2005). Investasi tidak berarti pembelian saham, obligasi, atau asset keuangan lainnya. Investasi terdiri dari belanja untuk (1) pabrik dan peralatan baru, (2) rumah baru, dan ( 3)

14

kenaikan persediaan netto. Investasi kegiatan usaha mencakup pembelian barang kapital saat ini atas ekspektasi atas adanya penerimaan di massa mendatang ( McEachern,2000). Ada tiga bentuk pengeluaran investasi, yakni (1) investasi tetap bisnis ( bussines fixed investment) mencakup peralatan dan struktur yang perusahaan beli untuk proses produksi. (2) investasi residensial ( residential investment) mencakup perumahan baru yang orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tanah untuk disewakan. (3) investasi pesediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang perusahaan tempatkan digudang termasuk bahanbahan dan perlengkapan, barang setengah jadi dan barang jadi ( Mankiw 2000). Menurut jenisnya investasi dibedakan menjadi lima yaitu : a. autonomous investment ( investasi otonomi ), adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan, tetapi dapat berubah oleh karma adanya perubahan, perubahan factor-faktor diluar pendapatan, seperti tekhnologi, kebijakan pemerintah, harapan pengusahan dan sebagainya. b. induced investment ( investasi terimbas ), adalah investasi yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi tingkat pendapatan semakin besar investasi. c. public investment, adalah investasi yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah pusat maupun daerah yang bersifat nirlaba ( tidak mencari keuntungan), seperti pembangunan jalan raya, rumah sakit, fasilitas fublik lainya. d. privat investment, adalah investasi yang dilakukan oleh swasta dengan tujuan memperoleh laba dimassa mendatang e. gross investment ( investasi bruto), adalah total seluruh investasi yang diadakan, dengan tidak perduli jenis investasi apa sajakah yang dilaksanakan. ( Rosyidi,2001 : 169-172)

15

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi sangat tergantung pada situasi dimssa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Menurut para ahli, faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah: 1. Suku bunga Suku bunga berpengaruh negatif terhadap investasi, jika suku bunga turun maka investasi meningkat begitu pula sebaliknya. Suku bunga yang tinggi akan mempengaruhi inflasi, sehingga jika suku bunga naik akan diikuti oleh inflasi yang meningkat juga. 2. Inovasi dan teknologi Temuan-temuan baru menyebabkan cara-cara berproduksi lama menjadi tidak efisien. Untuk itu perusahaan-perusahaan perlu menanamkan investasi untuk membeli mesin mesin peralatan baru yang canggih. 3. Kondisi perekonomian Makin banyak aktivitas perekonomian makin besar pendapatan nasional dan makin banyak bagian pendapatan yang ditabung yang pada giliranya akan diinvestasikan pada usaha-usaha yang menguntungkan. 4. Ramalan orang tentang perekonomian dimasa datang Jika peramalan perekonomian dimasa yang akan datang cerah (inflasi terkendali) orang akan melakukan investasi sekarang. Sebaliknya jika orang peramalan dimasa yang akan datang lesu karena diperkirakan inflasi tinggi, maka orang enggan menambah investasi. 5. Situasi politik Jika situasi aman dan pemerintah banyak memberikan kemudahan-kemudahan bagi pengusaha, maka tingkat investasi akan tinggi. Tetapi jika situasi politik tidak aman dan pengusaha banyak mengalami birokrasi yang berbelit-belit maka tingkat investasi akan rendah. (Deliamov, 1995).

16

2.2.3 Teori-Teori Investasi 2.2.3.1. Teori Klasik Menurut teori ini besarnya kapital yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh produktivitas marginalnya dibandingkan dengan tingkat bunga. Sehingga investasi akan dilakukan bilamana produktivitas batas dari investasi ittu masih lebih tinggi daripada tingkat bunga yang akan diterimanya bila seandainya modal itu dipinjamkan dan tidak diinvestasikan. Teori kalsik dapat di sederhanakan menjadi; a. suatu investasi akan dijalankan bilamana pendapatan dari investasi itu lebih ( prospected of yield, expected earning ) besar dari tingkat bunga. b. investasi dalam suatu barang modal adalah menguntungkan bilamana biaya (ongkos) plus bunga, lebih kecil dari hasil pendapatan yang diharapkan dari investasi itu. ( Sobri, 1987: 140-142). 2.2.3.2. Teori J.M. Keynes Masalah investasi, baik penentuan jumlah maupun kesempatan untuk melakukan investasi, oleh Keynes didasarkan atas konsep marginal efficiency of investment ( MEI), yaitu bahwa investasi itu akan dijalankan oleh seseorang pengusaha bilamana MEI masih lebih tinggi daripada tingkat bunga ( interest). Jelasnya investasi ditentukan oleh faktor-faktor lain diluar interest rate. Secara grafis maka MEI itu digambarkan sebagai suatu schedule yang menurun. Schedule ini menggambarkan jumlah investasi yang akan terlaksanakan pada setiap tingkat suku bunga, menurunnya schedule MEI ini antara lain disebabkan oleh dua hal, yaitu : 1. bahwa semakin banyak jumlah investasi yang terlaksana dalam masyarakat, makin rendahlah efisiensi marginal investasi itu. Sebab makin banyak investasi terlaksana

17

dalam berbagai lapangan ekonomi, maka menjadi semakin sengitlah persaingan para investor ( pengusaha) sehingga MEI itu menurun. 2. bahwa semakin banyak investasi dilakukan, maka ongkos dari barang modal ( asset) menjadi lebih tinggi. Dari grafik MEI ini dapatlah dinyatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga, makin banyaklah investasi yang akan dijalankan. X

Tingkat bunga

MEI

0

Y investasi

2.2.3.4. Teori Harrod-Domar Model pertumbuhan Harrod-Domar mengungkapkan adanya suatu bentuk hubungan langsung antara tingkat tabungan neto suatu negara (s) dengan tingkat pertumbuhan outputnya (g) dengan persamaan g = s/k dimana k adalah rasio modal-output. Jika pertumbuhan output nasional (g) ditargetkan sebesar 7 persen per tahun dan rasio modaloutput sama dengan 3, maka tingkat tabungan yang dibutuhkan negara tersebut adalah sebesar 21 persen yang diperoleh dari persamaan s=gk. Tetapi jika jumlah tabungan domestik yang dapat dimobilisasi hanya 16 persen dari GDP, maka terdapat kesenjangan tabungan (saving gap) sebesar 5 persen. Negara tersebut dapat mengisi kesenjangan tabungan dengan

18

sumber-sumber finansial dari luar negeri agar dapat mencapai sasaran pertumbuhannya (Todaro dan Smith, 2006) Pos pendapatan nasional membagi Produk Domestik Bruto (Gross Domestik Product) menjadi empat kelompok pengeluaran dan investasi merupakan salah satu komponennya. Produk Domestik Bruto merupakan penjumlahan dari keempat komponen yang dituliskan dengan persamaan : Pos pendapatan nasional membagi Produk Domestik Bruto (GrossDomestik Product) menjadi empat kelompok pengeluaran dan investasimerupakan salah satu komponennya. Produk Domestik Bruto merupakan penjumlahan dari keempat komponen yang dituliskan dengan persamaan : Y = C + I + G + NX Dimana : Y = Pendapatan nasional C = Konsumsi I = Investasi G = Belanja pemerintah NX = Ekspor netto Persamaan ini disebut persamaan pos pendapatan nasional (national income accounts identity

19

(a) Keynisan cross Pengeluaran,E Y=E E1=C+I+G+NX

E2=C+I+G +NX

(b) kurva investasi Suku bunga suku bunga Y1 (C)Kurva IS r1 Y2

r2 1(r) I1 I2 Output,y Y1 Y2

Sumber: Mankiw Gambar : hubungan investasi dengan pertumbuhan ekonomi Gambar 2.1. menunjukkan hubungan antara tingkat bunga dan investasi yang dapat dituliskan dalam fungsi investasi dengan persamaan sebagai berikut : I = I(r) Tingkat bunga merupakan biaya dari investasi, maka penurunan suku bunga dari r1 ke r2 akan meningkatkan jumlah investasi, dengan demikian slope fungsi investasi negatif yang ditunjukkan oleh grafik panel a. Pada Keynessian cross. peningkatan investasi yang terjadi menggeser fungsi pengeluaran yang direncanakan (E1) keatas dari E1 ke E2. Pergeseran fungsi pengeluaran akan meningkatkan pendapatan 20

(output) dari Y1 ke Y2. Penurunan tingkat bunga akan menaikkan investasi yang kemudian berdampak pada kenaikan output (pendapatan). Kurva IS menghubungkan tingkat bunga dengan pendapatan yang berasal dari fungsi investasi dan Keynessian cross. Semakin rendah tingkat bunga akan mendorong peningkatan investasi, selanjutnya akan menyebabkan meningkatnya pendapatan yang juga berarti terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Jadi adanya peningkatan investasi di suatu negara akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Pengeluaran untuk konsumsi barang bertujuan untuk menyediakan kebutuhan rumah tangga pada saat sekarang, sedangkan pengeluaran untuk barang investasi bertujuan untuk meningkatkan standar hidup di tahun-tahun yang akan datang. Tetapi belanja investasi ini mempunyai peran yang penting tidak hanya pada jangka panjang saja, namun juga pada siklus bisnis jangka pendek karena investasi merupakan unsur dari GDP yang paling sering berubah. 2.2.3. Penanaman Modal Asing Langsung Investasi asing atau PMA dalam kegitannya hanya dibatasi selam 30 tahun sejak pendirian badan hokum kecuali apabila mengadakan perluasan usaha dapat diperpanjang hingga 30 tahun sejak tanggal perluasan.( BKPM, 1992: 5). Yang dimaksud dengan penanaman modal asing ( PMA) berddasarkan undangundang No.1 Tahun 1967 jo.No.11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing adalah penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-Undang di Indonesia,dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung, menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Pengertian modal asing langsung antara lain:

21

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan persahaan Indonesia. b. Alat-alat untuk perusahaan, termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang dimasukkan dari luar kedalam wilayah Indonesia, selama alatalat tersebut tidak dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. c. Bagian dari hasi perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 jo.No.11 Tahun 1970 diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan Indonesia. Penanaman Modal Asing dapat dilakukan dalam bentuk : 1. Penanaman Modal Asing Langsung ( Foreign Direct Investment), dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga Negara dan atau badan hukum asing, dengan ketentuan dalam jangka waktu paling lama 15 tahun sejak produksi komersial, sebagian saham asing harus dijual kepada warga Negara dan atau badan hukum Indonesia melalui pemilikan langsung atau pasar modal. 2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung ( Foreign Indirect Ivestment), adalah usaha patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki oleh warga Negara atau badan hokum Indonesia, dengan ketentuan peserta Indonesia harus memiliki paling sedikit 5% dari modal yang disetor sejak pendirian perusahaan penanaman modal asing. Ketentuan usaha patungan ini bersifat wajib bagi kegiatan investasi yang dilakukan dalam sembilan sector publik, yaitu pelabuhan, produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik untuk umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api umum, pembangkitan tenaga atom, dan mess media. ( http//digilib.petra.ac. id./ jiunkpe/s1/emam/2005).

22

Menurut Krugman (1998), yang dimaksud dengan penanaman modal asing langsung adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara memperluas atau mendirikan perusahaan di perusahaan lain. Oleh karena itu tidak hanya terjadi pemindahan sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Menurut Salvatore (1997); penanam modal asing langsung meliputi investasi dalam aset-aset misalnya berupa pembangunan pabrik-pabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris dan sebagainya. Pengadaan modal asing itu biasanya diikuti dengan penyelenggaraan fungsi-fungsi manajemen dan pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkan. Investasi langsung berarti bahwa perusahaan dari negara penanam modal secara langsung melakukan pengawasan atas aset yang ditanam di negara pengimpor modal. Investasi langsung luar negeri dapat mengambil beberapa bentuk yaitu, pembentukan suatu perusahaan dimana perusahaan dari negara penanam modal melalui mayoritas saham-saham pembentukan suatu pemsahaan di negara pengimpor modal-modal atau menaruh aset tetap di negara lain oleh perusahaan nasional dari negara pananam modal (Jhingan, 2003). FDI sebagai salah satu aliran modal intemasional memiliki beberapa motif baik bagi negara asal investasi langsung tnaupun negara tujuan investasi. Motif negara asal investasi langsung diantaranya adalah: (1) mendapatkan return yang lebih tinggi melalui tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, perpajakan yang lebih menguntungkan, infrastruktur yang lebih baik; (2) untuk melakukan diversivikasi resiko (risk diversifikation); (3) untuk tetap memiliki competitive advantage melalui direct control dan (4) untuk menghindari taif / barrrier yang dibebankan kepada impor dan sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bcntuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI (Hamdy Hady, 1998). Menurut Moosa (2004), beberapa teori yang menjelaskan

23

Foreign Direct Invesment adalah sebagai berikut: I. The Differential Rate of Return hypotesis Teori ini menyatakan bahwa aliran modal dari suatu negara dengan tingkat pengembalian yang rendah berpindah ke negara yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi dalam suatu proses yang cepat. Dalam ha1 ini FDI diputuskan dengan mempertimbangkan marginal return dan marginal costnya. Investor lebih tertarik negara yang upahnya rendah, memiliki tenaga kerja berpendidikan dan produktifitasnya tinggi, pajak yang tidak membebankan investor, infrastruktur yang bagus, pelayanan administrasi mudah dan birokrasi yang efisien. 2. The Diversivication Hypotesis Menurut teori ini bahwa keputusan dalam investasi terhadap suatu proyek tidak hanya ditentukan oleh tingkat pengembaliannya tetapi juga besarnya resiko yang dihadapi dimana berdasarkan sifatnya terhadap resiko, investor dapat dikelompokan menjadi tiga tingkatan, yaitu; pertama, Risk Averse, merupakan sifat menghindari resiko sehingga investor memilih resiko yang rendah walaupun terkandang konsekuensinya dengan return yang rendah; kedua, Risk Medium, merupakan sifat yang proporsional melihat resiko dengan berinvestasi pada resiko sedang pada return tertentu; ketiga, Risk Taker merupakan sifat yang berani mengambi! resiko dengan berinvestasi yang memberikan tingkat keuntungan yang besar dengan tanpa memperdulikan konsekuensi resiko yang lebih tinggi. 3. The Output and Market Size Hypotesis Teori ini menyatakan bahwa besamya FDI yang mengalir ke suatu negara tergantung besarnya output dari perusahaan multinasioanal di negara tersebut atau besamya ukuran pasar dan negara tersebut yang diukur berdasarkan GDP atau PDRB. 4. the Currrency Areas Hypotesis

24

Menurut teori ini bahwa perusahaan suatu negara yang mempunyai nilai mata uang yang kuat dibandingkan dengan negara lain akan cenderung melakukan investasi karena negara yang mata uangnya lemah cenderung tidak mampu untuk melakukan investasi sebab resiko yang akan di hadapi tinggi. Dengan kata lain negara yang mempunyai nilai mata uang yang kuat merupakan sumber dari FDI dan negara yang mata uangnya lemah adalah tujuan dari FDI. 5. The Produk Life Cycle Hypotesis Hipotesa ini menjelaskan bahwa produk yang pertama kali muncul dianggap sebagai suatu inovasi di negara asalnya. Seiring dengan bergulimya waktu, produk tersebut akan menyebar ke negara-negara lain sehingga produk tersebut menjadi bisa terstandarisasi. FDI timbul dari reaksi-reaksi oleh perusahaan dengan ekspektasi ke luar negeri yang memiliki kemungkinan kehilangan pasar karena produknya berkembang. Investasi Asing Langsung (FDI) didefinisikan sebagai investasi jangka panjang yang dilakukan secara langsung oleh investor asing di dalam suatu bidang usaha warga negara domestik. Investasi di dalam bentuk FDI merupakan investasi yang relatif stabil di dalamjangka panjang. Hal ini akan membantu dalam pemulihan ekonomi yang membutuhkan banyak dana dan penyerapan tenaga kerja yang cukup luas. Selain itu, masuknya FDI menunjukkan kepercayaan investor asing untuk melakukan kegiatan ekonominya diIndonesia sehingga mendorong capital inflow arus modal masuk).FDI yang dilakukan oleh negaranegara di dunia pada hakekatnya berawal dari pemikiran sebagai berikut4: 1. Ketidaksempurnaan pasar (Hymer 1976), yang mengemukakan bahwa FDI merupakan efek langsung dari pasar yang tidak sempurna. 2. Teori internalisasi (Rugman 1986), dimana FDI digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk mengambil keuntungan dari efisiensi internal host country. 3. Pendekatan eklektik (Dunning 1988) dimana FDI digunakan untuk mengambil

25

keuntungan ownership, internalisation, dan locational advantages. Terdapat beberapa alasan mengapa investor menanamkan modalnya di luar negeri, selain untuk mencari pasar dan ekspektasi keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh IMF, investasi-investasi asing yang dilakukan oleh 20 perusahaan multinasional terbesar di US disebabkan oleh motivasi untuk mencari return yang lebih besar. Beberapa jenis FDI adalah sebagai berikut : 1. FDI vertikal FDI yang dilakukan secara vertikal menyangkut desentralisasi secara geografis dari aliranproduksi perusahaan. Perusahaan akan melakukan kegiatan produksi di negaranegarayang memiliki biaya tenaga kerja yang rendah, kemudian hasil produksi di Negara tersebut akan disalurkan kembali ke negara induk. Misalnya suatu produk yang proses produksinya capital-intensive akan memindahkan proses produksinya ke negara-negara yang kaya akan modal. 2. FDI horizontal FDI yang dilakukan secara horizontal akan memproduksi barang yang sama di beberapa negara. FDI jenis ini memiliki motivasi untuk mencari pasar yang baru. Keuntungan dari FDI dengan jenis ini adalah efisiensi di dalam biaya transportasi, karena tempat produksi yang ada menjadi lebih dekat dengan konsumen. FDI juga dapatdibedakan menjadi jenis greenfield dan akuisisi. Investasi dengan jenis greenfield akan membangun unit produksi yang baru sementara FDI dengan tipe akuisisi akan membeli sebagian kepemilikan dari perusahaan yang sudah ada sebelumnya. Sementara itu, FDI juga dapat dibedakan berdasarkan motivasi yang melatar belakangi invetor asing, yaitu:

26

1. Resource seeking: Investasi dilakukan untuk mencari faktor-faktor produksi yang lebih efisien di negara lain dibandingkan dengan menggunakan faktor produksi di dalam negeri yang lebih mahal. 2. Market seeking: Investasi yang dilakukan dengan tujuan mencari pasar yang baru atau mempertahankan pasar yang lama. Strategi ini dapat juga dilakukan sebagai strategi pertahanan7. Investasi dengan latar belakang untuk mencari pasar direalisasikan di dalam bentuk merger dan akuisisi. 3. Efficiency seeking: Investasi dimana perusahaan berusaha untuk meningkatkan efisiensinya dengan mengambil keuntungan dari economic scale dan scope. Tipe FDI ini banyak digunakan di negara-negara berkembang. Pilihan investor asing untuk menanamkan investasinya dalam bentuk FDI dibanding modal lainnya di suatu negara dipengaruhi oleh kondisi dari negara penerima FDI (pull factor) yang dapat terdiri dari kondisi pasar, sumber daya, daya saing,kebijakan yang terkait dengan perdagangan dan industri serta kebijakan FDI itu sendiri. Selain itu juga kondisi dan strategi dari penanam modal asing (push factors) yang berinvestasi. Minat investor asing untuk menanamkan dana dalam bentuk FDI menurut Dunning (1977, 1981) dapat didasarkan oleh karakteristik utama yaitu ownership, location dan internalization advantages. Pada dasarnya ownership advantages adalah keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, yang menjadikan perusahaan tersebut maju atau menonjol pada sektor-sektor tertentu. Keunggulan tersebut yang dimiliki secara internal oleh perusahaan tersebut, dapat dimanfaatkan baik di dalam negeri maupun di luar negeri, biasanya disebut firm specific asset yang terdiri dari tangible assets seperti barang modal dan mesin, serta intangible assets seperti knowledge, organizational & entrepreneurial skill, acces to market, teknologi. Sedangkan location advantage merupakan keunggulan yang dimiliki di daerah tersebut dan hanya dapat digunakan di daerah tersebut. Namun pemakaian keunggulan

27

tersebut terbuka untuk semua perusahaan, seperti tenaga kerja yang murah, sumber-sumber alam yang murah, iklim yang menunjang. Sementara internalization advantages adalah tindakan untuk menghindar dari adanya disadvantages ataupun kapitalisasi sumber-sumber daya alam yang disebabkan sistem harga di pasar dan sistem kebijakan pemerintah. Penanaman modal asing sangat diperlukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi, modal asing membantu industrialisasi dalam membangun modal overhead ekonomi dan dalam menciptakan kesempatan keja yang lebih luas. Modal asing tidak hanya membawa uang dan mesin tetapi keterampilan tehnik. Selanjutnya, modal asing mendorong penguasa setempat untuk bekerja sama dengan perusahan asing. Modal asing juga membantu memoderenisasikan masyrakat dan memperkuat sektor swasta. ( Jhingan,2000:483). 2.2.4. Produk Domestik Bruto Menurut samuelson ( 1992: 12), PDB merupakan jumlah output total yang dihasilkan dalam batas wilayah suatu negara dalm satu tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan dalam suatu periode waktu tertentu. Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain, pendapatannya tidak dimasukkan kedalam PDB. Sebagai gambaran PDB indonesia baik oleh warga negara indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA) yang ada didalam indonesia tetapi tidak diikuti sertakan produk WNI di luar negeri. Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis. Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk

28

mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. 2.2.4.1. PDB Atas Harga Berlaku dan Konstan 1. GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal Pendapatan nasional pada harga berlaku yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. 2. GDP dengan harga tetap atau GDP riil Pendapatan nasional pada harga tetap yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahuntahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot. Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun. 2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut. Menurut McEachern (2000:149) untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen, konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor netto. Kita akan membahasnya satu per satu.

29

1. Konsumsi, atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan, adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb. 2. Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan. Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa. 3. Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak

mencerminkan pembelian pemerintah. 4. Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa. Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M). Penjumlahan komponen

tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP: C + I + G + (X-M) = Pengeluaran agregat = GDP. Menurut McEachern (2000:151) pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendapatan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi). Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan

30

untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan laba dari produksi. Jadi kita dapat mengatakan bahwa: Pengeluaran agregat = GDP = Pendapatan agregat. Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain. Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan. Peranan pendapatan (PDB) terhadap investasi sangat penting, karena pendapatan yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi akan memperbesar permintaan terhadap barang dan jasa. Keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Dengan kata lain, apabila PDRB bertambah tinggi maka investasi akan bertambah tinggi pula. Dengan demikian investasi mendapat pengaruh dari pendapatan nasional (Sukirno, 2001). Selain itu, jika pendapatan masyarakat tinggi, maka bagian dari pendapatan masyarakat tersebut yang dapat dipergunakan untuk investasi sehingga investasi dapat meningkat, investasi ini berhubungan positif dengan pendapatan.

31

Berkaitan dengan pendapatan, menurut Deliarnov (1995), membedakan investasi menjadi dua, yaitu : 1. Investasi otonom (autonomous invesment) yaitu investasi yang jumlahnya di tentukan dari dalam perekonomian itu sendiri (seperti nilai tukar, inflasi, upah, pajak, inftastruktur, teknologi, tingkat bunga). 2. Investasi terpengamh (induced invesment) investasi yang jumlahnya dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional. Jumlah investasi otonom biasanya konstan, artinya tidak tergantung pada besar kecilnya pendapatan nasional. Peningkatan dalam investasi otonom ini bukan disebabkan oleh adanya peningkatan pendapatan melainkan karena adanya perubahan faktor lain seperti: nilai tukar, inflasi, upah, pajak, infiasiruktur dan teknologi. Sebaliknya investasi yang terpengaruh akan naik turun sesuai dengan pendapatan nasional. investasi investasi

Y1 Y2 Gambar. Investasi otonom Keterangan: I : investasi Y : Pendapatan Y1 : Pendapatan awal Y2 : Pendapatan akhir

pendapatan

Y1 Y2 pendapatan Gambar. Investasi terpengaruh

2.2.5. Suku bunga Suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya ( Nopirin, 32

1996;175). Sedangkan, Boediono (1996;75) menganggap suku bunga ssbagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu terentu. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan massa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara perrmintaan dan penawaran.( suhaedi,2002;dalam Hadi sasana,2004). 2.2.5.1. Teori-Teori Suku Bunga Pengertian dasar tingkat suku bunga, yaitu sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Dalam penentuan tingkat bunga, ada 2 teori menurut para ahli-ahli ekonomi yaitu ; ( Boediono,2001:75-83) a. Klasik : loanable funds Bunga adalah harga dari (penggunaan) loanable funds, yaitu dana yang tersedia untuk dipinjamkan ( dana investasi/pasar dana investasi). Jadi ada dua kelompok masyarakat dalam teori ini yaitu : (1) penabung adalah kelompok masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk kebutuha konsumsi, dengan jumlah seluruh tabungan mereka membentuk suplai tau peenawaran akan loanable funds. (2) investor adalah kelompok masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin karna mereka ingin berkonsumsi lebih daripada pendapatan yang diterima selama periode tertentu atau lebih penting, mereka adalah pengusaha yang memerlukan dana untuk operasi atau perluassan usahanya. Dengan seluruh kebutuhan akan dana membentuk permintaan akan loanable funds. Para penabung dan para investor ini bertemu di pasar loanable funds, dan dari proses tawar -menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga kesepakatan ( keseimbangan). b. Keynesian : liquidity preference Dalam teori ini, tingat bunga ditentukan oleh permintaan penawaran uang. Disini ada tiga motif/tujuan masyarakat untuk memegang uang yaitu : (1) motif transaksi yaitu masyarakat meminta uang untuk membayar konsumsi yang dilakukannya. (2) motif berjaga-

33

jaga, yaitu untuk menghadapi masalah yang tidak terduga-duga atau untuk melakukan pembayaran-pembayaran yang tidak regular atau yang diluar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit, dan pembyaran yang tidak terduga lainnya. (3) motif spekulasi, yaitu untuk ditanam ke sahamsaham atau surat berharga lain, disini ada dua faktor utama yaitu ketidaktentuan masadepan uncertainty dan harapan di massa yang akan datang rational expectation. 2.2.5.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Untuk menentukan besar kecilnya suku bunga sangat dipengaruhi oleh keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi di samping pengaruh faktor-faktor lainnya( kasmir, 2003: 122-124). Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut; a. kebutuhan dana apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman b. Persaingan dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. . Dalam arti jika untuk bunga simpanan ratarata 16% maka, jika tidak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan di naikkan di atas bunga pesaing misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman harus berada di bawah bunga pesaing. c. kebijaksanaan pemerintah

34

Bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. d. Target laba yang diinginkan. Sesuai target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya. e. Jangka waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di massa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah. f. Kualitas jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh jaminan sertifikat deposito berbeda dengan jaminan sertifikat tanah. Alas an utama perbedaan ini adalah dalam hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi jaminan yang likud seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan sertifikat tanah. g. Regulasi pemerintah Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di massa mendatang relatife kecil dan sebaliknya. h. Produk yang kompetitif Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatife rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. i.Hubugan baik

35

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama ( primer) dan nasabah biasa ( sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan teerhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganyapun berbeda dengan nasabah biasa. j. Jaminan pihak ketiga Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit. Biasanya jika pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitas terhadap bank, maka bunga yang dibeban pun juga berbeda. Selanjutnya yang perlu kita pahami juga bahwa dalam hal investasi atau penanaman modal terdapat suatu kecendrungan bahwa semakin banyak penanaman modal akan memberikan tingkat keuntungan ( MEI ) yang semakin rendah. Hal ini terjadi karena umumnya setiap faktor produksi digunakan pertama-tama pada proyek-proyek yang tingkat keuntungan tertinggi, kemudian pada proyek-proyek yang tingkat keuntungan lebih rendah dan seterusnya. Oleh karena itu fungsi investasi itu sama artinya dengan fungsi kemungkinan hasil yang diharapkan atau marginal efficiency of investment ( r ).

Suku bunga

36

I (%) I0

I1

10

11

Jumlah investasi

pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa pada saat tingkat bunga setinggi i0 jumlah investasi yang terjadi setinggi 10. investasi dalam keseimbangan terjadi pada saat tingkat bunga sama dengan tingkat hasil yang diharapkan ( i = r ). Mengapa investasi yang terjadi tidak pada jumlah 11. hal ini dikarenakan pada jumlah investasi setinggi 11 , tingkat bunga ( i) lebih tinggi daripada tingkat hasil yang diharapkan ( r), sehingga penanaman modal tidak berminat untuk mengadakan investasi setinggi 11. Sebaliknya apabila tingkat bunga setinggi i1 jumlah investasi yang terjadi aakan setinggi 11 , karena paa saat itu tingkat bunga ( i) akan sama dengan tingkat hasil yang diharapkan ( r). Mengapa tidak terjadi investasi setinggi 10 , karena pada tingkat investasi 10 itu tingkat bunga ( i) lebih rendah daripada tingkat hasil yang diharapkan ( r). Akibatnya para penanaman modal cendrung untuk memperbesar jumlah investasi mereka sampai pada posisi tingkat bunga (i) sama dengan tingkat hasil yang diharapkan ( r) yaitu posisi keseimbangan investasi. Jadi dari pembahasan diatas terbukti bahwa investasi merupakan fungsi dari tingkat bunga : I = f ( i). kemudian apakah hanya tingkat bunga saja yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat investasi. Ada faktor lain yang mempengaruhi tingi rendahnya tingkat investasi yaitu tingkat pendapatan nasional ( Y ). Semakin tinggi tingkat pendapatan nasional, 37

semakin tinggi pula tingkat investasi. Oleh karena itu terdapat hubungan yang positif antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. 2.2.6. Pajak Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk men'yelenggarakan pemerintahan. Kutipan beberapa pengertian pajak menurut para ahli lainnya, adalah sebagai berikut ; 1. Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemitro SH, pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai publik investment. 2. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan. 3. Pengertian pajak menurut Prof. Edwin R.A. Seligman dalam buku Essay in taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: tax is compulsory contribution the person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without refrence to special benefit conferred dari definisi diatas terlihat adanya kontribusi

38

seseorang yang yang ditujukan kepada Negara tanpa adanya manpaat yang ditujukan secara khusus pada seseorang. Memang demikian halnya bahwa bagaimanapun juga pajak itu ditujukan manpaatnya kepada masyarakat. 4. Pengertian pajak menurut Dr.Soeparman Soemahamidjaja dari disertasinya yang berjudul Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi barang-barang ddan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi diatas tiddak tampak istilah dipaksakan karena bertitik tolak pada istilah iuran wajibsisi lainnya yang berhubungan dengan kontra prestasi menekankan pada mewujudkan kontra prestasi itu diperlukan pajak. 5. Pengertian pajak menurut Prof.Dr. MJH. Smeet dalam buku De economische betekenis belastingen ( terjeemahan) : pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditujukan dalam hal yang individual, dimaksukan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. 6. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan. Ciri-ciri Pajak yang terdapat dalam pengertian pajak antara lain sebagai berikut :

1. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun oleh pemerintah daerah berdasarkan atas undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana (sumber daya) dari sektor swasta (wajib pajak membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak/administrator pajak). 39

3. Pemungutan pajak diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan. 4. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan (kontraprestasi) individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak. 5. Berfungsi sebagai budgeter atau mengisi kas negara/anggaran negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).

2.2.6.1. Hukum Pajak Formal Dan Hukum Pajak Materiil

Hukum pajak mengatur hubungan antara pemerintah (fiskus) selaku pemungut pajak dengan Wajib Pajak. Apabila memperhatikan materinya Hukum Pajak dibedakan menjadi:

1.Hukum Pajak Materiil Memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan , peristiwa hukum yang dikenakan pajak (objek-objek), siapa yang dikenakan pajak (subjek), berapa besar pajak yang dikenakan, segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya utang pajak, dan hubungan hokum antara pemerintah dan wajib pajak sebagai contoh : Undang-undang pajak penghasilan 2.Hukum Pajak Formal Memuat bentuk/ tata cara untuk mewujudkan hukum materiil menjadi kenyataan, hukum pajak formal ini memuat antara lain.Tatacara penetapan utang pajak,Hak-hak fiskus untuk mengawasi wajib pajak mengenai keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak. Kewajiban Wajib Pajak sebagai contoh menyelenggarakan pembukuan / pencatatan dan hak-hak wajob pajak mengajukan keberatan dan banding.Contoh : Undang-undang No. 16 Tahun 2000 tentang perubahan kedua atas undangundang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. 40

2.2.6.2. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat, dan Pemungutannya pajak menurut golongannya: 1.Pajak Langsung Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan 2.Pajak Tidak Langsung Pajak yang pembebannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Menurut Sifat : 1.Pajak Subjektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak.Contoh : Pajak Penghasilan 2. Pajak Objektif Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak Contoh: PPN dan PPn BM. Pajak Menurut Pungutan dan pengelolaannya: 1.Pajak Pusat Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.Contoh: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. 2. Pajak Daerah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.Contoh: Pajak reklame, dan pajak hiburan.

41

2.2.6.3. Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan merupakan salah satu pajak langsung yang dapat dipungut pemerintah pusat atau pajak negara. Sebagai pajak langsung maka beban pajak tersebut menjadi tanggungan Wajib Pajak yang bersangkutan dalam arti beban pajak tersebut tidak boleh dilimpahkan pada pihak lain. Sebagai pajak langsung, Pajak Penghasilan dipungut secara periodik terhadap kumpulan penghasilan yang diperoleh atau diterima Wajib Pajak selama satu tahun pajak. Pajak Penghasilan merupakan pajak yang langsung dikenakan kepada Wajib Pajak yang telah mendapat Penghasilan Kena Pajak (PKP), yang di bayarkan tiap bulan dengan perhitungan penghasilan selama satu tahun, yang digunakan untuk kepentingan bersama tanpa mendapat imbalan secara langsung. Definisi atau pengertian subyek pajak badan menurut Mardiasmo, dalam buku yang berjudul Perpajakan. Menyatakan bahwa subyek pajak badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), Perseroan Komanditer (CV), dan Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, koperasi dana pensiun, persekutuan, perkumpulan , yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya. Subjek Pajak Badan merupakan perusahaan dengan penghasilan yang telah melebihi Penghasilan Kena Pajak (PKP), yang perhitungan pemungutan pajaknya telah ditetapkan dengan Undang-Undang, dan Wajib Pajak nya harus mematuhi peraturan, yang wajib dan memaksa, tanpa dikenakan imbalan secara langsung. Hasilnya digunakan untuk kemakmuran rakyat.

42

Undang-undang pajak mempengaruhi insentif perusahaan untuk mengakumulasi modal dalam banyak cara. Kadang-kadang para pembuat kebijakan mengubah undangundang pajak menggeser fungsi investasi dan mempengaruhi permintaan agregat. Disini kita mempertimbangkan dua provisi perpajakan perusahaan yang paling penting pajak pendapatan perusahaan dan kredit pajak investasi. Pajak pendapatan perusahaan ( corporate income tax) atau yang lazim disebut dengan pph Badan di Indonesia, adalah pajak atas laba perusahaan. Dampak dari pajak pendapatan perusahaan terhadap investasi bergantung pada bagaimana undang-undang mendefinisikan laba untuk tujuan perpajakan. Anggaplah undang-undang mendefinisikan laba yakni harga sewa modal dikurangi biaya modal, dimana perusahaan akan membagi sebagian laba mereka dengan pemerintah, masih rasioanal bagi mereka untuk melakukan investasi jika harga sewa modal melebihi biaya modal, dan melakukan disinvestasi jika harga sewa dibawah biiaya modal. Pajak atas laba, yang diukur dengan cara ini tidak akan mengubah insentif investasi. Akan, tetapi karena definisi laba dari undang-undang perpajakan tersebut, pajak pendapatan perusahaaan memang benar mempengaruhi keputusan investasi. Ada banyak perbedaan antara definisi laba menurut undang-undang dan menurut kita. Salah satu perbedaan besar adalah perlakuan terhadap penyusutan. Definisi laba kita megurangi nilai sekarang dari penyusutan sebagai biaya. Yaitu, definisi itu mendasarkan penyusutan pada seberepa besar biayanya saat ini untuk mengganti modal yang habis atau rusak setelah dipakai. Sebaliknya, dibawah undang-undang pajak perusahaan, perusahaan mengurangi penyusutan dengan menggunakan biaya historis. Yakni, pengurangan penyusutan didasarkan pada harga beli modal dalam periode terjadinya inflasi, biaya biaya penggantian lebih besar dari pada biaya historis, sehingga pajak perusahaan cendrung menetapkan biaya penyusutan terlalu rendah dan menetapkan laba terlalu tinggi. Akibatnya, undang-undang pajak melihat adanya laba dan membebankan pajak bahkan ketika laba ekonomis adalah nol, sehingga pemilikan modal 43

menjadi kurang menarik. Karena ini dan alasan lainnya, banyak ekonom yakin bahwa pajak pendapatan perusahaan menghambat investasi.

Pengeluaran, E

Pengeluaran aktual Pengeluaran yang direncanakan

E1

A

MPC Y

B

Y2

Y1

pendapatan, output, Y

Gambar. peningkatan pajak dalam perpotongan Keynesian Sumber : mankiw, 2000

Peningkatan pajak sebesar AY menurunkan pengeluaran yang direncanakan sebesar MPC x AY untuk tingkat pendapatan tertentu. Keseimbangan akan tergerak bergerak dari A ke B, dan pendapatan akan turun dari Y1 ke Y2. Beban pajak yang terlalu besar akan sangat membebankan para investor karena biaya inputnya semakin besar. Akibatnya perusahaan harus meningkatkan harga output supaya tetap mendapatkan keuntungan. Tetapi dilain pihak kenaikan harga ini menyebabkan reaksi dari konsumen, misalnya konsumen akan beralih ke produk lain yang lebih murah. Sehingga daya saing dan daya beli terhadap barang tersebut menurun. Kondisi inilah yang tidak disukai oleh para investor. Oleh karena itu keringanan tarif pajak perlu diupayakan guna meringankan beban para pengusaha.

44

2.3. kerangka konseptual Investasi

Foreigen direct invesment

portofolio

Faktor ekonomi. GDP, suku bunga, pajak dll.

Faktor non ekonomi. Stabilitas politik, budaya, keamanan dan kebijakan pemerintah

Perkembangan investasi asing langsung di indonesia

Investasi merupakan salah satu komponen dalam pendapatan nasional yang sangat berpengaruh dalam peningkatan pendapatan ekonomi suatu Negara dan pembangunan ekonomi. Investasi sendiri terdiri dari dua jenis investasi, yakni pertama dalam bentuk investasi langsung dalam sektor rill suatu perekonomian. Kedua, investasi dalam bentuk portofolio atau surat berharga di dalam pasar modal yang mencari keuntungan dari tingkat suku bunga ataupun persentase pembagian deviden keuntungan suatu perusahaan. Fokus utama dalam penelitian ini adalah investasi asing langsung yang terjadi di Indonesia selama periode 2005-2007, dimana investasi asing langsung sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor ekonomi dan faktor non ekonomi. Faktor ekonomi produk 45

domestik bruto, tingkat suku bunga dan tingkat pajak dari berbagai sumber bacaan dan teori yang ada sangat berpengaruh terhadap keputusan para pengusaha atau investor untuk

menanamkan modalnya disuatu Negara. Begitu pula dengan faktor non ekonomi seperti keamanan dan stabilitas politik suatu Negara sangat berpengaruh terhadap investasi di Negara tersebut. Hipotesis Berdasarkan teori-teori dan berbagai kajian tentang masalah investasi yang pernah dilakukan sebelumnya maka hipotesa untuk penelitian ini adalah : 1. Diduga bahwa produk domestik bruto memiliki hubungan yang positif terhadap investasi asing langsung, dimana peningkatan produk domestik bruto akan meningkatkan investasi asing langsung di Indonesia 2. Diduga bahwa tingkat suku bunga memiliki hubungan yang negatif terhadap investasi asing langsung, dimana peningkatan tingkat suku bunga akan mengurangi investasi asing langsung di Indonesia. 3. Diduga bahwa tingkat pajak memiliki hubungan yang negatif terhadap investasi asing langsung, dimana peningkatan persentase pengenaan tingkat pajak akan mengurangi investasi asing langsung di Indonesia

46

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau suatu kelas peristiwa pada masa sekarang yang tujuannya untk membuat suatu gambaran atau lukisan secara sistematis dan faktual serta akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki,dianalisis, kemudian menyimpulkan

(Nazir,1988 :63). 3.2. Daerah dan Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di indonesia atas dasar data objek dimana adanya variabelvariabel yang memang bisa mempengaruhi nilai atau jumlah investasi asing secara langsung di indonesia serta kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam bidang investasi untuk menarik minat investor melakukan investasi di indonesia. 3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalah metode studi kasus (case study) yaitu penelitian tentang status objek penelitian yang berkenaan dengan suuat fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Subjek dapat saja indivvidu, kelompok, lembaga maupun masyarakat serta negara. Tujuan case study adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasuus ( Moh.Nazir, 1988 : 66).

3.4. Tehnik dan Pengumpulan Data

47

1. Metode Dokumenter, yaitu suatu proses perolehan data dengan cara memilih dan mencatat data yang telah dipublikasikan oleh suatu instansi atau perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. 2. Studi Kepustakaan, yaitu suatu cara memperoleh data dengan jalan membaca dan mencatat berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dari berbagai literatur.

3.5. Jenis dan Sumber Data 3.5.1. Jenis Data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yakni data yang diperoleh dengan mengunakan angka-angka yang menunjukkan gambaran mengenai objek yang diteliti. Sebagai dasar dalam analisis kuantitatif, khususnya untuk data runtun waktu ( time series data) dengan mengambil data tahunan dari tahun 2005-2011. Dalam benuk jumlah Penanaman Modal Asing (PMA), Produk Domestik Bruto ( PDB), Suku Bunga Kredit Investasi dan Pajak. 3.5.2. Sumber Data Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data jumlah realisasi penanaman modal asing, jumlah produk domestik bruto, tingkat suku bunga kredit investasi, persentase nilai pajak investasi dan dilengkapi dengan data-data lain ddari kepustakaan yang berkaitan dengan pengumpulan data. Dalam penelitian ini lembaga yang dijadikan sumber data sekunder adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan Dirjen Pajak. 3.6. Prosedur Analisis Data Untuk mengetahui pengaruh produk domestik bruto, tingkat suku bunga dan pajak terhadap investasi asing langsung di Indonesia digunakan metode analisis sebagai berikut.

48

3.6.1.Uji Kriteria Statistik ( First Order Test). Uji kriteria statistik yang berupa model regresi linier berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh produk domestik bruto, suku bunga dan pajak terhadap investasi asing langsung di Indonesia. ( Nata Wirawan, 2002: 293-308). Rumus : Populasi Yi = 0 + 1x2 + vi Sampel i = 0 + 1x2 + 2x2 + 3x3 + ei Keterangan : i = investasi asing langsung X1 = produk domestik bruto X2 = suku bunga X3 = Pajak ei = error term / faktor penggangu Untuk melakukan uji regeresi dilakukan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Uji Parsial ( Uji Secara Individu )

Untuk menguji ketepatan model dan pengaruh variable bebas terhadap variable terikat secara parsial dan simultan digunakan uji statistik t dan f dengan formula sebagai berikut ; Pengujian signifikansi koefisien regresi parsial digunakan uji t. uji hipotesisnya : 1. Menentukan formulasi Ho dan Ha Ho : 1 = 0, ( variable bebas X tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara parallel terhadap variable terikat Y ) 2. Ha : 1 0, ( variable bebas X mempunyai pengaruh yang signifikan secara parallel terhadap variable terikat Y )

Formulasi perhitungan uji Z ( Z test) adalah

49

Ztest =b. kaidah pengujian yang digunakan 1. Jika Z hitung > Z table pada derajat kepercayaan 95%, maka Ho ditolak diterima), berarti signifikan. 2. Jika Z hitung Z table pada derajat keepercayaan 95% , maka Ho diterima (Ha ditolak ), berarti tidak signifikan. 2. Uji Sinultan (Uji Secara Serentak) Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara simultan dari variable-variabel terhadap Y maka digunakan uji F test dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Langkah-langkah pengujian : a. Menentukan hipotesa Ho dan Ha X ( Ha

Ho : 1 = 0, Diduga secara simultan X1 dan X2, tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Y. Ha : : 2 0, Diduga secara simultan X1 dan X2, mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Y. b. c. Menentukan level of signifikan = 5% dengan df ( n-k ), (k-1) Menentukan kriteria pengujian

Ho diterima Ho ditolak 50

F tab d. Uji Statistik F= e. Kesimpulan Jika F hitung > F ( K-1, n-k ), maka Ho ditolak ( Ha diterima) berarti signifikan, dimana F ( K-1, n-k) adalah nilai F tabel pada derajat kebebasan 95%. Jika F hitung F ( K-1, n-k ), maka Ho diterima ( Ha ditolak) berarti tidak signifikan. 3. koefsien Determinasi ( R2 ) pengujian koefisien determinasi digunakan untuk menerangkan besarnya variasi dalam variabek terikat ( Dependent Variabel) yang mampu ditarangkan oleh variable bebas ( Independent Variabel ). ( Gujarati, 2003: 44 ) Formula perhitungan R2. :

R2 TSS total sum of square

RSS

sum of square

R2

1-

Melakukan uji Terhadap Penyimpangan Asumsi Linier Klasik ( Second Order Test ). Analisis Kriteria Ekonomitrika (Second Order Test ). Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model linier klasik, apabila dalam penelitian dapat terpenuhi semua asumsi model klasik tertentu, maka analisis regresi

51

dengan model OLS akan memberikan penaksiran terbaik linier yang tidak bias ( best linier unbiased estimator atau BLUE ). Untuk mengetahui adda tidaknya penyimpangan tehadap asumsi klasik maka dalam penelitian dipergunakan bbeberapa uji antara lain : Asumsi-asumsi yang melekat pada model linier normal klasik dengan metode OLS adalah harus memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut : a. Non multikoliniearitas : tidak terdapat hubungan linier yang sempurna atau pasti ( exact) anhtar variable bebas. E ( Xi Xj ) = 0 ij

b. Homoskedastisitas : varian untuk setiap variable gangguan acak ( disturbance variable ) adalah konstan pada setiap peeriode pengamatan. E ( Ui2) 02 i = 1,2,3.n

c. Non Autocorelation : tidak terdapat hubunga antar variable gangguan acak pada periode pengamatan. E ( Ui Uj ) = 0 ij

3.6.2.1.2. Uji Multikolinearitas ( Milticoliniarity) Gejala multikolinearita linier yang seempurna atau pasti ( exact) antar variable bebas. Konsekuensi bila dalam model terdapat gejala multikolinearitas, estimator dengan metode OLS tetap BLUE ( best linier unbiased estimator) tetapi varian dan covarianya besar. Akibat konsekuensi diatas akan mengakibatkan satu atau lebih nilai t statistic menjadi tidak bermakna. Cara mendeteksi bahwa didalam model terdapat gejala multikoliniaritas atau tidak, antara lain dengan metode sebagai berikut : ( Gujarati, 2003 : 157-168 )

52

Tolerance dan VIF ( varian inflation factor)

TOLj = 1 / VIF Dimana : TOLj = toleransi VIFj = varian inflation factor Jika TOLj = maka didalam tidak terdapat hubungan ( non multicoliniearity ) antar variable bebas, jika TOLj = 0, maka terdapat hubungan yang sempurna ( perfect multicolinearity) antar variable bebas. Jika satu variable bebas memiliki nilai VIF diatas 10, maka salah satu variable bebas memiliki kolinearitas yang tinggi dengan variable bebas lainnya. 3.6.2.1.3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas terjadi apabila varian gangguan acak ( disturbance variable ) adalah tidak sama pada setiap periode pengamatan. Konsekuensi apabila terdapat gejala heteroskedastisitas di dalm model adalah estimator tetap BLUE. ( best linier unbiased estimator) atau dengan kata lain bahwa model estimasi tetap konsisten tetapi tidak efisien dikarenakan variable gangguan tidak konstan ( variannya tidak minimum). Cara mendetaksi apabila didalam model estimasi terdapat gejala heteroskedastisitas, antara lain dengan menggunakan model park ( Gujarati,2003 : 177-189). Dimana : Ln ei2 = 0 + 1 Ln X1 + vi Dimana : Ln ei2 = Logaritma natural kuadrat residual dari model estimasi. Ln Xi = Logaritma natural variable bebas X Pengujia hipotesis nol (Ho ) dan hipotesis alternative ( Ha) adalah sebagai berikut: Ho : 1 = 0, artinya didalam model tidak terjadi heteroskedastisitas ( homoskedastisitas ).

53

Ha

: 1 0, artinya didalam model terjadi heteroskedastisitas.

Heteroskedastis itas

Homoskedastisitas -t tab / 2 t tab / 2

Heteroskedastisitas

3.6.2.1.4. Uji Autokorelasi Autokorelasi terdapat hubungan antar variable pengganggu yang satu dengan periode pengamatan yang lainnya. Gejala autokorelasi sanngat rentan terjadi pada data time series ( data runtun waktu) Konsekuensi apabila didalam model terdapat gejala autokorelasi sama dengan masalah

heteroskedastisitas. Jika didalam model terdapat gejala autokorelasi maka estimasi tetap konsisten tetapi tidak lagi konstan ( dikarenakan variannya tidak minimum ). Pengujian hipotesis untuk menyimpulkan apakah didalam model terdapat gejala autokorelasi atau tidak berdasarkan nilai uji D-W test, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Ho : du < D-W < 4-du ; artinya gejala autokorelasi tidak teerjadi ( non autocorrelation). Ha : D-W < dl atau D-W > 4-dl : tidak terjadi gejala autokorelasi positif dan negative. Jika dl < D-W < du dan 4-du < D-W < D-W < 4-dl ; artinya tidak dapat disimpulkan apakah terjadi gejala autokorelasi atau tidak.

54

Autokorel asi

D T K

Non autokorela si

DTK

dl

du

4-du

4-dl

DTK = daerah tanpa keputusan Keteragan : Jika nilai D-W hitung = 2, maka akan disimpulkan gejala non autokorelasi. Nilai D-W hitung ada pada program SPSS dan E-Views.

55

DAFTAR PUSTAKA . Laporan perekonomian indonesia 2005, Bank indonesia. 1998. Badan Koordinasi Penanaman Modal Provinsi NTB. Aliyatul Jannah, ,2010. Analisis Beberapa Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing di Indonesia. Boediono.2001. Ekonomi Makro. Seri Sinopsis. Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2. Edisi 4. BPFE. Yogyakarta. Deliarnov,1995.Pengantar Ekonomi Makro. Universita Indonesia Press. Jakarta Dwi Isti Ningsih, 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Asing Langsung ( FDI) Sektor Industri Jawa Timur. Gujarati, Damodar .2003. Basic Econometrics, Third Edition, Mcgrawhill Hamdy, H. 1998. Ekonomi internasional. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. Jhingan.M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Jhingan. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Guritno ( Penerjemah ). PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kasmir.2003. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta. Mankiw, N.., Gregory, 2003. Teori Makroekonomi, Alih Bahasa Imam Nurmawan : Penerbit Erlangga. Mardiasmo,1995.Perpajakan, Penerbit Andi Yogyakarta. Mc Eachien William A..,2000. Ekonomi Makro, Alih Bahasa Sigit Triandaru, Penerbit Salemba, Empat, Jakarta. Muana Nanga, 2005. Makro Ekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

56

Mulaelatul Khasanah, 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penanaman Modal Asing ( PMA) Batam. Nanga, Muana. 2005. Makro Ekonomi,Teori, Masalah dan Kebijakan. Jakarta : Rajawali Persada. Nasir,M. 1988. Metode Penelitian Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia, Jakarta Nordhaus, Samuelson. Edisi tujuh belas Ilmu makro ekonomi,PT.media global edukasi, jakarta. Nopirin.2000. Ekonomi Moneter.buku 1. Edisi Keempat. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Sadono Sukirno, 2004. Makroekonomi : Teori Pengantar, Penerbit PT. Grafindo Persada, Jakarta. Salvatore, 1997. Ekonomi internaasional. Munandar dan Simiharti ( Penejemah). Erlangga, Jakarta. Sobri. 1987. Ekonomi Makro . BPFE-UII: Yogyakarta. Suparmoko dan Maria R., Pokok- Pokok Ekonomika, Penerbit BPFE Yogyakarta. Tanbunan,Tulus T.H. 2001.Transpormasi Ekonomi Di Indonesia. Jakarta : Salemba Empat. Todaro, (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Bahasa Indonesia. Buku II. Penerbit Erlangga. Jakarta. Putra, Vio Achfuda. 2010. Analisis Pengaruh Sku Bunga Kredit, PDB, inflasi, dan Tekhnoligi Terhadap PMDN Indonesia Periode 1986-2008. Skripsi Fakultas Ekoonomi UNDIP . Waluyo, Wirawan B.Illyas. Perpajakan Indonesia. Buku 1, Penerbit Salemba Empat. Wirawan, Nata, 2002. Statistk 11( Statistik Infrensia) Untuk Ekonomi dan Bisnis Denpasar Universitas Udayana. Yanfitri, Andry Prasmuko ,Yati Kurniati. Working paper, determinan FDI, 2007,Bank indonesia. http:///digilib.petra.ac,id./jiunkpe/s1emam/2005, akses tanggal 11 desember 2009.

57

www.BKPM.go.id www.bi.go,id www.bps.go.id www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/.., akses tanggal 21 mei 2012.

58