My Proposal
-
Upload
naveramadhona23 -
Category
Documents
-
view
1.762 -
download
1
Transcript of My Proposal
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya serta fungsinya bagi kehidupan tidak akan dapat
digantikan oleh senyawa lainnya. Dalam tubuh manusia terdapat 70 % bagian
yang mengandung air atau cairan. Jumlah ini menandakan kebutuhan air atau
cairan bagi tubuh manusia. Kekurangan air atau dehidrasi dapat mengakibatkan
gejala buruk pada tubuh manusia. Apabila cairan dalam tubuh berkurang akan
berpengaruh terhadap daya konsentrasi seseorang.
Kebutuhan air dalam tubuh manusia akan berpengaruh terhadap fungsi
peredaran darah, pencernaan, suhu tubuh, pembuangan, metabolisme, pelicin,
pergerakan, penyaringan, dan sebagainya.(1)
Untuk mendapatkan air yang bersih dan berkualitas dewasa ini sukar
diperoleh, khususnya untuk air minum dimana banyak dimanfaatkan orang yang
berasal dari air sungai, sumur, PDAM, dan pergunungan. Air tersebut ada yang
diolah terlebih dahulu tetapi ada juga yang tanpa diolah yakni langsung dimasak.
Namun dewasa ini sudah banyak berkembang depot-depot air minum isi ulang
disamping ada air minum yang dijual dipasaran yang dikemas dalam kemasan
gallon, botol dan gelas. Khususnya untuk air minum isi ulang sangat banyak
diminati karena harganya yang murah yaitu sepertiga dari air kemasan.
Hal inilah yang memicu banyak muncul depot-depot air minum isi ulang.
Namun tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan produknya.
Dalam pendirian depot air minum isi ulang harus ada syarat pendiriannya yakni
ada izin usaha dan izin LABKES. Namun masih ada beberapa depot isi ulang
yang ada di Padang hanya memiliki izin usaha.
Untuk mengetahui apakah air minum isi ulang tersebut layak minum atau
tidak, maka perlu dilakukan pengujian di Labaoratorium.
1
1.2 Perumusan Masalah
Air minum isi ulang yang sangat luas penggunaannya, dikhawatirkan belum
memenuhi standar kesehatan dan sangat berpengaruh apabila disimpan terlalu
lama, khususnya terhadap pH, TDS, TOC, kesadahan, kandungan Fe, bakteri
E.coli dan Coliform.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan terhadap pH, TDS, TOC,
kesadahan, kandungan Fe, bakteri E.coli dan Coliform yang terkandung dalam air
minum isi ulang dari depot-depot di kota Padang khususnya di daerah Pasar Baru.
1.3 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada konsumen
air minum isi ulang dalam pengupayaan perlindungan kesehatan masyarakat.
Namun secara rinci manfaat penelitian ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui apakah air yang kita konsumsi memiliki kualitas
yang sesuai dengan standar kesehatan berdasarkan parameter pH, TDS,
TOC, kesadahan, kandungan Fe, bakteri E. coli dan Coliform.
2. Agar dapat diketahui pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas air
minum isi ulang terhadap parameter pH, TDS, TOC, kesadahan,
kandungan Fe, bakteri E.coli dan Coliform.
3. Agar dapat mengetahui kualitas sumber air baku yang digunakan pada
depot-depot yang ada di daerah Pasar Baru di kota Padang.
4. Sebagai informasi bagi masyarakat yang mengkonsumsi air minum isi
ulang.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber – sumber Air
Air merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan manusia seperti hal nya dengan
makhluk hidup lainnya, dimana sebagian besar dari tubuh kita tersusun dari
molekul air. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan
es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai
awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam
obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui
penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata
air, sungai, muara) menuju laut.(2)
Berdasarkan tempat mendapatkannya air dibagi menjadi dua kelas yaitu :(2)
Air permukaan
Air tanah
2.1.1 Air Permukaan
Yang termasuk air permukaan adalah air sungai, air kolam, air rawa, air laut dan
sebagainya. Pada umumnya air permukaan bewarna keruh, mengandung zat-zat
organik, kadang-kadang juga terkena pencemaran yang berasal dari buangan sisa-
sisa industri maupun oleh kegiatan masyarakat.
2.1.2 Air Tanah
Air tanah berasal dari sumber air yang terdapat dilapisan tanah bagian dalam. Air
tanah terbagi atas :(2)
a. Air tanah dangkal
Air tanah dangkal didapat pada kedalaman 15 m, untuk sumber air minum
air tanah dangkal dari segi kualitas agak baik.
b. Air tanah dalam
Untuk air tanah dalam harus digunakan bor dan memasukkan pipa ke
dalamnya sehingga dalam suatu kedalaman 100 – 300 m akan didapat
suatu lapisan air.
3
c. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah.
Kualitasnya sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan keluarnya
(munculnya ke permukaan) terbagi atas :
1. Rembesan, dimana air keluar dari lereng-lereng
2. Umbul, dimana air keluar ke permukaan pada suatu daratan.
2.2 Syarat-syarat Kualitas Air Minum
Air yang diperlukan untuk keperluan air minum harus memenuhi beberapa faktor-
faktor yaitu :(3)
a. Syarat fisik
Tidak berbau
Tidak berasa
Tidak bewarna
Tidak keruh
b. Syarat kimia
Tidak boleh mengandung racun
Tidak boleh mengandung zat-zat mineral atau zat-zat kimia
tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan
c. Syarat bakteriologik
Tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit
Tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi
batas-batas yang telah ditentukan
4
2.3 Sistem Pengolahan Air Minum Isi Ulang
Gambar 1.Depot air minum isi ulang
Pada dasarnya proses pengolahan air minum isi ulang sama dengan air minum
dalam kemasan yang diproses melalui tiga tahapan yaitu :(4)
a. Penyaringan
Untuk menghilangkan kotoran dan bau yang terkandung dalam air.
Penyaringan terdiri dari :
Saringan berasal dari pasir, yang berfungsi menyaring partikel-partikel
yang kasar.
Saringan karbon aktif yang berasal dari batu bara atau batok kelapa,
berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa klor, dan bahan
organik.
Saringan atau filter lainnya yang berfungsi sebagai saringan halus
berukuran maksimal 10 mikron.
b. Desinfeksi
Untuk menghilangkan sebagian besar mikroba dan membunuh bakteri
patogen dalam air, dengan menggunakan ozon dan penyinaran Ultra Violet
(UV).
c. Pengisian
Merupakan tahap akhir berupa pengemasan air yang telah diproses.
5
Skema 1. Proses Pengolahan Air Minum
2.4 Parameter Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang
2.4.1 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman (pH) merupakan suatu parameter kimia yang digunakan untuk
menyatakan jumlah ion hidrogen di dalam suatu larutan. Ion hidrogen merupakan
faktor utama terjadinya suatu reaksi kimiawi. Hal ini disebabkan karena :(8, 22)
ion hidrogen selalu ada dalam kesetimbangan dinamik dengan air yang
membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan
pencemaran air.
ion hidrogen bukan hanya merupakan molekul air, tetapi juga merupakan
unsur dari senyawa lain sehingga jumlah reaksi tanpa ion hidrogen boleh
dikatakan sangat sedikit.
Kegunaan pH untuk menentukan tingkat keasaman atau tingkat kebasaan suatu
larutan, menentukan modus operandi/ respon perairan penerima unsur dan
senyawa kimiawi terhadap kehidupan biota air untuk menentukan kualitas
perairan.
2.4.2 Total Dissolved Solid (TDS)
Dalam air alami konstributor utama pada TDS adalah karbonat, klorida, sulfat dan
garam nitrat. Masalah rasa dalam air sering timbul karena kandungan TDS yang
tinggi. Prinsip dari analisis zat padat terlarut ini adalah zat padat terlarut yaitu zat
padat yang lolos filter pada analisis zat tersuspensi sehingga analisis zat padat
Filter membran Ozonisasi / radiasi UV
PelabelanPengisianKemasan
6
Air Baku Aerasi Filtrasi pasir Filter karbon aktif
Filter membran
Ke konsumen
terlarut dapat merupakan kelanjutan analisis zat padat tersuspensi. Larutan yang
mengandung zat terlarut, yang lolos filter tersebut, kemudian diuapkan dan
dikeringkan pada suhu 150oC. Setelah itu dimasukkan dalam desikator serta
ditimbang beratnya sampai konstan. Dengan mengetahui volume contoh air yang
diuapkan dan berat residu, konsentrasi zat padat terlarut dapat dicari dengan
rumus :(5, 6)
Zat padat terlarut (ppm) = gram residu x 106
mL contoh
2.4.3 TOC (Total Organic Carbon)
Karbon organik dalam air disusun oleh berbagai macam senyawa organik dalam
beberapa tingkat oksidasi. Beberapa dari senyawa organik ini dapat dioksidasi
melalui proses biologi dan kimia.
Sesuai dengan kemasan dari lingkungan dan temperatur maka proses
oksidasi dapat berlangsung lambat/cepat. Metoda oksidasi dapat digunakan untuk
menentukan keberadaan bahan-bahan lain yang bersifat reduktif.(7, 8)
Penentuan TOC melalui oksidasi dengan KMnO4 dengan metoda dingin
dimana sampel dibiarkan berkontak dengan sejumlah volume tertentu dari KMnO4
yang konsentrasinya diketahui. Kelebihan KMnO4 ditentukan setelah 4 jam
kemudian.
2.4.4 Kesadahan
Kesadahan air disebabkan adanya kation (ion positif) logam dengan valensi dua,
seperti Ca+2, Mn2, Sr+2, Fe+2, dan Mg+2. Secara umum, kation yang sering
menyebabkan kesadahan adalah kation Ca+2 dan Mg+2. Kation ini dapat
membentuk kerak apabila bereaksi dengan air.(12, 23)
2.4.4.1 Kalsium (Ca)
Kalsium adalah logam bewarna putih keperakan dengan titik leleh 851oC dan titik
didihnya 1440oC. Kalsium banyak dijumpai di alam terutama dalam tanah yaitu
kira-kira 3,64 % dan dalam air laut kira-kira 400 g/ton. Kalsium di alam berada
dalam bentuk gabungan dengan asam-asam mineral dan akhirnya membentuk
7
garam seperti batu kapur (CaCO3), gypsum (CaSO4.2H2O), fluorit (CaF2) dan lain-
lain.(8, 24)
Logam kalsium akan membentuk senyawa yang stabil dengan asam-asam
mineral. Selain itu kalsium relatif inert terhadap udara kering dan nitrogen pada
suhu kamar akan tetapi di atas 300oC bereaksi dengan oksigen membentuk
kalsium oksida (CaO) dan pada suhu 900oC bereaksi dengan nitrogen membentuk
nitride (Ca3N2). Logam kalsium bila dipanaskan bereaksi dengan hidrogen
membentuk CaH2 yang sangat reaktif dan dapat digunakan sebagai pereduksi yang
kuat. Begitu pula dalam amoniak cair akan membentuk larutan bewarna biru.(24)
Kalsium merupakan unsur essensial bagi makhluk hidup terutama manusia
dan hewan. Pada manusia hampir 99 % kalsium tubuh terdapat dalam rangka dan
gigi, dimana sebagian besar kalsium ini diendapkan dalam bentuk hidroksi apatit
(Ca10(PO4)6(OH)2) dan kalsium pospat (Ca3(PO4)2. Kalsium sangat penting
peranannya dalam pembekuan darah, mempertahankan kepekaan normal jantung,
otot syaraf.
2.4.4.2 Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan logam bewarna putih keperakan dengan titik leleh 637oC
dan titik didihnya 760oC. Di alam umumnya magnesium ditemukan pada kulit
bumi jumlahnya kira-kira 2,09 % yang terdapat dalam bentuk berikatan dengan
senyawa-senyawa lain seperti magnesit (MgCO3), dolomite (CaMg(CO3)2, olevin
(MgFe2SiO4), kieserite (MgSO4.H2O).
Dari segi kimia unsur magnesium ini sangat reaktif apabila basah akan
berkarat membentuknya MgO. Pada suhu 500oC magnesium akan bereaksi dengan
uap air membentuk gas hydrogen dengan reaksi sebagai berikut :
Mg + H2O → MgO + H2
Pada tekanan 1 atm unsur ini tidak bereaksi dengan hidrogen akan tetapi pada
tekanan yang lebih tinggi akan membentuk Magnesium dihidrida (MgH2).
Magnesium dihidrida ini bereaksi dengan air membentuk Mg(OH)2 dan H2.(8, 24)
2.4.5 Besi (Fe)
8
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap
tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya, besi yang ada dalam air dapat bersifat: (18, 25)
Terlarut sebagai Fe+2 (fero) atau Fe+3 (feri)
Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 μm atau lebih besar,
seperti Fe2O3, FeO, FeOOH, Fe(OH)3 dan sebagainya.
Tergabung dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (seperti
tanah liat).
Dalam kadar kecil unsur besi bermanfaat sebagai unsur pembentuk sel-sel
darah merah, tetapi dalam kadar yang besar unsur besi dapat merugikan karena
akan mengakibatkan rusaknya gigi, menimbulkan bau, rasa yang tidak enak, dan
warna kemerah-merahan pada air minum. Dan bila digunakan untuk mencuci akan
menimbulkan warna terutama pada kain putih.(13, 15, 16)
Analisis cemaran logam besi dengan penambahan asam nitrat yang
bertujuan untuk melarutkan analit logam dan menghilangkanzat-zat pengganggu
yang terdapat dalam sampel dengan bantuan pemanas listrik, kemudian diukur
dengan SSA menggunakan gas asetilen C2H2, lampu katoda Fe berdasarkan
penyerapan energi radiasi oleh atom-atom Fe pada tingkat energi dasar dengan
atomisasi tungku karbon.(14, 24)
2.4.6 E. Coli dan Coliform
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya
polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, usus dan
produk-produk susu.(18) Coliform sebagai suatu kelompok cirikan sebagai :
Berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora
Aerobik dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan
menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 37oC.
Adanya bakteri coliform dalam makanan atau minuman menunjukkan
kemungkinan adanya mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform
dapat dibedakan menjadi dua grup yaitu :(16)
9
1. Coliform fekal adalah kelompok bagian dari total coliform. Kelompok
bakteri ini merupakan bakteri gram negative, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, memfermentasi laktosa pada inkubasi 44oC selama 48
jam dengan menghasilkan gas. Spesies utama kelompok bakteri ini adalah
Escherichia coli yang merupakan jenis bakterin yang mengindikasikan
pencemaran oleh kotoran hewan atau manusia dan pencemaran oleh
bakteri patogen.
2. Coliform nonfekal misalnya enterobacter aerogenes, yang bisanya
ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati.
Adanya E.coli dalam air minum menunjukkan bahwa air minum itu
pernah terkontaminasi feses manusia dan mungkin dapat mengandung patogen
usus. Oleh karena itu standar air minum mensyaratkan E.coli harus tidak
terdeteksi dalam 100 mL air minum.(14, 17)
Penyakit yang disebabkan oleh E.coli adalah penyakit menginitis,
penyakit diarrhea hebat pada anak yang baru lahir, dan penyakit diarrhea ringan
pada anak-anak umur 2-3 tahun.
Untuk mengetahui jumlah colform dan E.coli di dalam sampel digunakan
metoda Most Probable Number (MPN). Pemeriksaan kehadiran E.coli dari air
dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa yang ditempatkan di
dalam tabung reaksi berisi tabung durham (tabung kecil yang letaknya terbalik
digunakan untuk menangkap gas yang terjadi akibat fermentasi laktosa menjadi
asam atau gas).(14, 15)
2.5 Metoda Analisis
2.5.1 Volumetri
Analisis volumetri adalah suatu analisis kuantitatif berdasarkan pada pengukuran
volume suatu larutan dimana salah satu konsentrasi zatnya diketahui dengan pasti.
Larutan yang kadarnya diketahui dengan pasti itu dinamakan larutan standar, cara
kerjanya dinamakan titrasi.(8)
Dalam analisis volumetri ini syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu reaksi
harus berlangsung dengan cepat, reaksi harus stoikiometri dan tidak terjadi reaksi-
reaksi sampai salah satu sifat dari sistem yang bereaksi harus mengalami
10
perubahan yang besar pada penambahan sejumlah ekivalen zat pentitrasi, maka
harus ada indikator yang dipakai untuk menunjukkan perubahan tersebut.(8)
Metoda volumetri ini digunakan untuk analisis TOC dan kesadahan.
2.5.1.1 Titrasi Permanganometri
Titrasi permanganometri merupakan suatu analisis volumetri yang berdasarkan
pada reaksi oksidasi reduksi dengan menggunakan larutan standar KMnO4. Dalam
titrasi ini KMnO4 sebagai larutan standard dan dapat juga digunakan sebagai
indicator sehingga dapat disebut autoindikator. Dalam larutan encer, satu tetes
KMnO4 akan memberikan warna merah jambu, sehingga satu tetes KMnO4
terhadap larutan yang akan dititer akan memberikan warna merah jambu.(8)
Larutan KMnO4 merupakan larutan standar sekunder yang mempunyai
sifat sebagai berikut :
Merupakan suatu oksidator
Berfungsi juga sebagai katalisator
Merupakan auto indikator
Pereaksi dapat diperoleh dengan mudah dan tidak mahal
Larutan standar primer yang dapat digunakan untuk standarisasi KMnO4 salah
satunya yaitu natrium oksalat (Na2C2O4). Senyawa ini baik untuk standar primer
KMnO4 dalam larutan asam. Sifat dari senyawa ini adalah mudah didapat,
kemurnian tinggi, stabil pada saat pengeringan. Reaksinya lambat pada suhu
kamar, karena itu harus dipanaskan sekitar suhu 70oC. Bahkan pada suhu yang
tinggi reaksi mulai dengan perlahan, namun laju bertambah dengan terbentuknya
ion Mn+2. Mangan (II) bertindak sebagai katalis atau autokatalitik karena katalis
direaksikan dengan reaksi itu sendiri.
2.5.1.2 Titrasi Kompeksometri
Titrasi kompleksometri adalah suatu analisis volumetri yang berdasarkan reaksi
pembentukan kompleks. Berbagai zat pengompleks telah dipakai dalam titrasi ini
11
salah satunya asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). EDTA adalah zat
pengompleks yang sangat kuat dan dapat membentuk kompleks yang sangat stabil
hamper dengan semua ion logam kecuali logam alkali. EDTA mempunyai empat
gugus karbonil dan dua gugus amina yang dapat menduduki sampai enam
kedudukan koordinasi di sekeliling ion logam dan biasa ditulis Y-4.
EDTA adalah reagen yang paling banyak dipakai dalam kompleksometri
karena ;(8)
Ekonomis, relative lebih murah daripada kompleks yang lain
Dapat bereaksi dengan hamper seluruh ion logam pada system periodik
Stabilitas kompleksnya paling besar
2.5.2 Gravimetri
Penentuan zat padat tersuspensi dilakukan secara gravimetri berdasarkan
pengukuran bobot yaitu dengan cara penyaringan diikuti dengan isolasi dan
penimbangan endapan.(11)
Sampel disaring dengan corong Buchner yang mempunyai ukuran tertentu,
kemudian dikeringkan, dan zat yang tertinggal pada corong tersebut ditimbang.
Pertambahan berat corong setelah penyaringan dihitung sebagai zat padat
tersuspensi.(8)
2.5.3 Spektroskopi Serapan Atom (SSA)
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) adalah suatu metoda analisis yang didasarkan
pada penyerapan energi sinar monokromatis pada panjang gelombang tertentu
oleh atom-atom bebas dalam keadaan gas. Sinar yang diserap akan digunakan
oleh elektron valensi unsur-unsur untuk tereksitasi tergantung pada susunan
elektron dan besarnya energi yang diterima.(21)
Proses dimulai dengan menghisap larutan cuplikan oleh pipa kapiler dan
menyemprotkannya ke dalam nyala api yang memenuhi syarat-syarat tertentu
sebagai kabut halus. Dengan demikian nyala api gas yang mengandung atom-atom
netral unsur yang dianalisis dan yang berada pada keadaan dasar , disinari dengan
sinar yang memancarkan spektrum garis. Sebagaian dari intensitas sinar itu
12
diserap oleh atom-atom unsur di dalam nyala yang sebelumnya masih berada pada
keadaan dasar. Sebagian lagi intensitas sinar diteruskan atau ditransmisikan.(21)
Sinar yang diteruskan itu dibiaskan melalui monokromator ke detektor,
amplifier, dan rekorder sehingga didapat nilai %T atau absorban. SSA merupakan
suatu metoda yang digunakan untuk menentukan kadar logam dalam campuran
yang sangat kompleks dalam suatu sampel pada gelombang yang spesifik dan
karakteristik dari masing-masing unsur. Dalam pengukuran serapan sinar berlaku
hukum Lamber Beer, dimana secara matematika dapat dinyatakan sebagai berikut:
Rumus : Log lo = a.b.c = A
lt
Dimana : lo= cahaya yang masuk
lt = cahaya yang dipancarkan
c = konsentrasi
a = absorbtivitas molar
b = panjang medium penyerapan
A = absorban
Komponen peralatan SSA :
1. Sumber cahaya, berfungsi untuk menghasilkan sinar yang diperlukan.
Lampu harus menghasilkan sinar dengan pita sempit serta intensitas
tinggi, sekaligus mempunyai panjang gelombang yang persis sesuai
dengan yang akan diserap analit.
13
2. Peralatan atomisasi/ pengatom, berfungsi untuk menghasilkan atom-atom
bebas dan menyediakan media absorbsi.
3. Monokromator/ sistem seleksi berfungsi untuk menyeleksi atau
memisahkan spektra sinar yang dikehendaki.
4. Detektor befungsi untuk mengubah energi sinar menjadi energi listrik,
untuk mengukur intensitas sinar sebelum dan sesudah diserap oleh atom-
atom netral.
5. Rekorder berfungsi untuk mengubah isyarat elektronik yang diterima
detektor, yang diubah ke dalam bentuk yang dapat dibaca atau direkam
secara langsung.
(1) (2) (3) (4)
(5)
Gambar 2. Susunan peralatan SSA
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
14
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Padang. Penelitian
ini dilakukan dari bulan Mei-Juli 2009.
3.2 Pengambilan Sampel
Sampel yang dianalisa diambil dari air minum isi ulang pada depot-depot sebagai
berikut :
Sampel 1 : depot A
Sampel 2 : depot B
Sampel 3 : depot C
3.3 Alat
3.3.1 Alat
Alat yang digunakan adalah pH meter, Spektroskopi Serapan Atom (SSA), neraca
analitik, pemanas listrik, incubator, autoclave (alat sterilisasi) dan peralatan gelas.
3.3.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan adalah akuades, buffer pH 10, Na2C2O4, EDTA,
K4Fe(CN)6, NH2OH.HCl, KMnO4, KCN, ZnSO4. 7H2O, indicator EBT,
FeNH2(SO4)2.12H2O, asam sulfat, Brilliant Green Lactose Bile Broth 2 % (BGLB
2 %), Lactose Broth 1, dan Lactose broth 2.
3.4 Pembuatan Reagen
Larutan NH2OH. HCl 10 %
15
Timbang 5,00 gram NH2OH. HCl, dimasukkan dalam beker gelas 50 mL,
diencerkan dengan akuades sampai 50 mL.
Larutan NH2OH. HCl 5 %
Larutkan 12,50 mL NH2OH. HCl 10 % dalam beker gelas 25 mL dengan
akuades sampai 25 mL.
Larutan KCN 1 %
Timbang 1,00 gram KCN, dimasukkan dalam beker gelas 100 mL,
diencerkan sampai 100 mL.
Larutan K4Fe(CN)6 1 %
Timbang 1,00 gram K4Fe(CN)6, dimasukkan dalam beker gelas 100 mL,
diencerkan sampai 100 mL.
Larutan EDTA 0,01 M
Timbang 3,7241 gram, dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 mL
sampai tanda batas.
Larutan ZnSO4.7 H2O 0,01 M
Timbang 0,1548 gram ZnSO4.7 H2O, dimasukkan dalam labu ukur 50 mL
dan diencerkan sampai tanda batas.
Larutan buffer pH 10
Timbang 1,68 gram NH4Cl, 5 mL akuades, 14,25 mL NH4OH, encerkan
semua dalam beker gelas 25 mL.
Larutan KMnO4 0,0025 M
Timbang 0,3950 gram KMnO4, dilarutkan dengan akuades sampai 1000
mL, panaskan sampai mendidih, didinginkan selama ± 8 jam, disaring,
dan disimpan dalam botol coklat.
Larutan Na2C2O4 0,0062 M
Timbang 0,5357 gram Na2C2O4, dilarutkan dalam labu ukur 500 mL
sampai tanda batas.
Larutan H2SO4 4 N
Pipet H2SO4 98 % 26,65 mL diencerkan dalam labu ukur 250 mL.
Indikator EBT
16
Timbang 0,05 gram EBT, pipet 3,75 mL NH2OH.HCl 10 %, pipet 1,25 mL
etanol, encerkan semuanya dalam beker gelas 25 mL.
Larutan standar Fe 500 ppm
Timbang 4,3065 gram FeNH2(SO4)2.12H2O, diencerkan dalam labu ukur
500 mL
Larutan standar Fe 50 ppm
Pipet 1 mL larutan standar Fe 500 ppm, diencerkan dalam labu ukur 100
mL sampai tanda batas.
Brilliant Green Laktosa Bile Broth 2 % (BGLB 2 %)
Ditimbang 60 g BGLB, kemudian dilarutkan dalam 1 L akuades,
masukkan dalam autoclave, disterilkan.
Laktosa Broth (LB)
Media LB I
Dilarutkan 20 g LB alam 1 L akuades, masukkan dalam autoclave,
disterilkan
Media LB 2
Dilarutkan 40 g LB alam 1 L akuades, masukkan dalam autoclave,
disterilkan.
3.5 Cara Kerja
17
3.5.1 Penentuan pH
Disiapkan alat pH meter dan hidupkan. Alat distabilkan selama beberapa menit,
lalu dilakukan kalibrasi alat dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam buffer
pH 7. Jika pH yang terbaca tidak tepat 7, alat diset sehingga angka yang terbaca
pada alat tepat 7, dilakukan pula standarisasi dengan buffer pH 4. Dipipet sampel
secara triplo kemudian dimasukkan ke dalam beker gelas. Elektroda dibilas
dengan akuades. Celupkan ke dalam sampel, ukur pH sampel. Catat nilai pH yang
terbaca pada alat. Setiap pengukuran pH, bilas elektroda dengan akuades..
3.5.2 Penentuan TDS
Ambil kertas saring pori 0,45 μm, diletakkan di atas corong. Pipet sampel bagian
atas sebanyak 25 mL dan disaring hingga kering. Sampel yang lulus kertas saring
ditampung dalam cawan penguap yang sebelumnya telah ditimbang beratnya.
Cawan yang berisi sampel diuapkan di oven pasa suhu 105oC sampai semua air
telah menguap. Ditimbang cawan yang berisi sampel tadi sampai didapatkan berat
konstan atau berkurang beratnya.
TDS = (B – A) x 1000
mLsampel
Keterangan :
A : berat cawan kosong (gram)
B : berat cawan dan residu (gram)
mL : volume sampel
3.5.3 Penentuan TOC
Sebanyak 25 mL sampel dimasukkan dalam Erlenmeyer. Ditambahkan 5 mL
H2SO4 (1:1) dan 25 mL KMnO4 lalu dipanaskan. Lalu ditambahkan 25 mL
Na2C2O4 0,0062 M. Titrasi dengan KMnO4 sampai terbentuk warna merah muda.
Hal yang sama dilakukan untuk larutan blangko.
Kadar Total Organik Karbon dihitung dengan rumus :
Kadar Total Organik Karbon (ppm) = ( A – B) x 0,1 mg O2 x 1000
mL sampel
A = mL KMnO4 untuk titrasi sampel
18
B = mL KMnO4 untuk titrasi blangko
3.5.4 Penentuan Kesadahan
Dipipet 25 mL sampel dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL. tambahkan
beberapa mL larutan KCN, NH2OH.HCl, K4Fe(CN)6 dan trietanolamin. Diatur
pHnya sampai 10 dengan menggunakan buffer. Ditambahkan indikator EBT
sehingga terbentuk warna merah anggur. Dititrasi dengan EDTA sampai terjadi
perubahan warna menjadi biru. Catat jumlah volume EDTA yang terpakai.
Kesadahan dapat dihitung dengan rumus :
Kesadahantotal = VEDTA x MEDTA x 1000 x Mr CaCO3
mLsampel
3.5.5 Penentuan Kandungan Besi
Dibuat larutan standar besi dengan konsentrasi 0 , 0,2 ppm, 0,4 ppm, 0,6 ppm, 0,8
ppm dan 1 ppm dari larutan standar besi 50 ppm dan dimasukkan ke dalam labu
ukur 50 mL, diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. Ukur absorban pada
panjang gelombang 248,3 nm dengan SSA. Lakukan hal yang sama terhadap
sampel air. Buat kurva kalibrasi larutan standar besi, dan dengan kurva kalibrasi
tersebut konsentrasi besi dapat ditentukan.
3.5.6 Uji E.Coli dan Coliform
Uji E.Coli dan coliform yang dirujuk kepada MPN (Angka Paling mungkin)
dengan 7 tabung seri 5-1-1. Pengujian E. Coli dan Coliform dari 2 tahap
pengujian, yaitu uji penduga dan uji penegasan.
3.5.6.1 Uji Penduga (presumptive test)
Dipipet 10 mL sampel masing-masing dimasukkan ke dalam 10 mL medium
Laktosa broth 2 yang di dalamnya terdapat tabung durham terbalik, 1 mL sampel
masing-masing dimasukkan ke dalam 10 mL medium Laktosa Broth 1 yang
didalamnya terdapat tabung durham terbalik. Dimasukkan sampel masing-masing
19
0,1 mL ke dalam 10 mL medium Laktosa Broth 1 yang didalamnya terdapat
tabung durham terbalik. Simpan semua tabung dalam lemari pengeram pada suhu
36oC selama 24 jam sampai 48 jam. Kemudian catat jumlah tabung yang
membentuk gas, diberi tanda (+).
3.5.5.2 Uji Penegasan (confirmed test)
Pindahkan 1 mL masing-masing tabung yang membentuk gas pada media Laktosa
Broth ke dalam tabung yang berisi 10 mL media Brilliant Green Lactosa Bile
Broth 2% (BGLB 2 %), masukkan semua tabung dalam lemari pengeram
(incubator) pada suhu 37oC untuk Coliform dan suhu 44oC untuk E.Coli. Hasil
yang positif disamakan dengan tabel 10.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
20
Penelitian pengaruh lama penyimpanan terhadap kualitas Air Minum Isi Ulang
(AMIU) yang beredar di daerah Pasar Baru kota Padang dilakukan berdasarkan
pH, TDS, kesadahan, kandungan Fe, bakteri E.Coli dan Coliform. Setelah
dilakukan penelitian selama empat minggu terhadap tiga depot AMIU didapatkan
hasil sebagai berikut :
4.1 pH (Derajat Keasaman)
Hasil pengujian pH Air Minum Isi Ulang pada tiga depot di daerah Pasar Baru di
kota Padang dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 . Hasil pengukuran pH
Kode Sampel
Waktu (minggu)
0 1 2 3 4
1 6,87 7,21 7,26 6,97 7,30
2 7,07 7,10 7,54 7,42 7,92
3 7,16 7,39 7,39 7,09 7,60
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai pH dari ketiga depot AMIU masih
berada dalam ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII?2002 dan memenuhi syarat mutu air
minum isi ulang yaitu SNI 01-3553-1996 yang direvisi menjadi SNI 01-3553-
2006 yaitu dengan rentang pH 6,5 – 8,5.
Rentang pH dari ketiga sampel adalah 6,87 - 7,92, dimana ketiga sampel
umumnya mengalami kenaikan pH di setiap minggunya. Hal ini menunjukkan
bahwa lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap nilai pH karena
semakin lama AMIU disimpan maka senyawa-senyawa organik yang bersifat
asam akan mengendap kebawah sehingga air menjadi basa.
Nilai pH yang tertinggi terdapat pada sampel 2 pada minggu ke-4 yaitu
6,87, sedangkan nilai pH yang terendah terdapat pada sampel 1 pada minggu ke-0
yaitu 7,92. Dari penelitian yang dilakukan tidak terdapat pH yang melebihi
21
ambang batas yang telah ditetapkan Menkes. Jika pH kecil dari 6,5 maka air akan
terasa asam, dan jika pH besar dari 8,5 maka akan berasa pahit.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable
tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 7,00 dengan
nilai Ftabel 3,84 (α = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar 5,50
dengan nilai Ftabel 4,46 (α = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai
Fh1 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap nilai pH sampel dari minggu ke-0 sampai ke-4. Sedangkan Fh2 lebih
kecil daripada Ftabel, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antar sampel.
Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, maka
didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan perbedaan yang
signifikan pada minggu ke-4 terhadap minggu ke-0, ke-1, dan ke-3, dan pada
minggu ke-2 terhadap minggu ke-0. sedangkan minggu yang lainnya tidak
memberikan perbedaan yang signifikan terhadap masing-masing minggu.
Perbedaan hasil yang signifikan ini kemungkinan disebabkan oleh masih
tercemarnya sumber air yang digunakan sebagai bahan baku air minum isi ulang
contohnya dengan keberadaan senyawa-senyawa yang bersifat racun seperti
pestisida di dalam air baku (15). Dari ketiga depot air minum isi ulang yang diteliti
memiliki kesamaan sumber bahan baku air minum yaitu berasal dari mata air
pegunungan. Kemungkinan lainnya bisa juga disebabkan air tercemar pada saat
dialirkan melalui pipa dari mobil tangki air sebelum akhirnya disaring
menggunakan alat filter.(11,12)
4.2 TDS (Total Dissolved Solid)
Hasil analisis jumlah zat padat terlarut (TDS) dari ketiga depot AMIU dapat
dilihat pada Tabel 2 berikut ini :
22
Tabel 2. Hasil analisis TDS
Kode
Sampel
Waktu (minggu)
0 1 2 3 4
1 588 mg/L 140 mg/L 132 mg/L 96 mg/L 96 mg/L
2 1060 mg/L 196 mg/L 136 mg/L 124 mg/L 60 mg/L
3 1100 mg/L 164 mg/L 144 mg/L 84 mg/L 32 mg/L
Rentang nilai TDS pada sampel 1 berkisar antara 96-588 mg/L, pada
sampel 2 berkisar antara 60-1060 mg/L, dan pada sampel 3 berkisar antara 32-
1100 mg/L.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah zat padat terlarut sampel 1 AMIU
berada pada ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1000 mg/L. Sedangkan
jumlah zat padat tersuspensi pada sampel 2 dan sampel 3 pada minggu nol
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 1060 mg/L dan 1100 mg/L.
Ini berarti bahwa sampel 1 lebih bagus daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari
segi TDS, padahal ketiga sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu
berasal dari air pergunungan. Ini mungkin disebabkan karena sampel 2 dan 3
tercemar saat air dialirkan dari mobil tangki melalui pipa sebelum akhirnya
disaring menggunakan alat filter, dan juga bisa disebabkan karena alat filter tidak
berfungsi sebagaimana mestinya.
Semakin lama AMIU disimpan maka akan semakin kecil jumlah zat
terlarut yang terkandung di dalam AMIU tersebut karena semakin banyak jumlah
zat terlarut yang mengendap.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable
tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 23,4567
dengan nilai Ftabel 3,84 (α = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar
1,0415 dengan nilai Ftabel 4,46 (α = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
nilai Fh1 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap nilai jumlah zat padat terlarut pada sampel dari minggu ke-0 sampai ke-
23
4. Sedangkan Fh2 lebih kecil daripada Ftabel, sehingga tidak ada perbedaan yang
signifikan antar sampel. Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap
pengaruh waktu, maka didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan
perbedaan yang signifikan antara sampel pada minggu ke-0 dengan ke-4, minggu
ke-0 dengan ke-3, minggu ke-0 dengan ke-2, dan minggu ke-0 dengan minggu ke-
1. Sedangkan minggu yang lainnya tidak memberikan perbedaan yang signifikan
terhadap masing-masing minggu.
4.3 TOC (Total Organik Karbon)
Hasil analisis kandungan TOC (Total Organik Karbon) dari ketiga depot AMIU
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Hasil analisis kandungan TOC
Kode
Sampel
Waktu (minggu)
0 1 2 3 4
1 0,2000 mg/L
0,2000 mg/L
0,6000 mg/L
0,8000 mg/L
1,6000 mg/L
2 0,2000 mg/L
0,2000 mg/L
0,4000 mg/L
0,6000 mg/L
1,6000 mg/L
3 0,2000 mg/L
0,2000 mg/L
0,2000 mg/L
0,4000 mg/L
1,6000 mg/L
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rentang nilai TOC dari ketiga sampel
berkisar antara 0,2 – 1,6 mg/L, ini berarti bahwa nilai TOC sampel 1, 2, dan 3
AMIU berada pada ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 1 mg/L, kecuali
pada minggu ke-4 pada masing-masing sampel. Pada minggu ke-4, kandungan
TOC pada ketiga sampel melebihi kadar yang diperbolehkan yaitu 1,600 mg/L.
Semakin lama AMIU disimpan maka akan semakin banyak jumlah
organik karbon pada AMIU tersebut. Adanya bahan-bahan organik dalam air erat
hubungannya dengan terjadinya perubahan sifat fisik dari air, terutama dengan
timbulnya warna, bau dan rasa, dan kekeruhan yang tidak diinginkan.(13)
24
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable
tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 53,1250
dengan nilai Ftabel 3,84 (α = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar
0,1666 dengan nilai Ftabel 4,46 (α = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
nilai Fh1 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan
terhadap nilai jumlah TOC sampel dari minggu ke-0 sampai ke-4. Sedangkan Fh2
lebih kecil daripada Ftabel, sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antar
sampel. Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu,
maka didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan perbedaan yang
signifikan antara sampel pada minggu ke-4 terhadap minggu ke-0, ke-1, ke-3, dan
minggu ke-2. dan antara sampel pada minggu ke-3 terhadap minggu ke-0 dan
minggu ke-1. Sedangkan minggu yang lainnya tidak memberikan perbedaan yang
signifikan terhadap masing-masing minggu.
4.4 Kesadahan
Hasil analisis kandungan kesadahan dari ketiga depot AMIU dapat dilihat pada
Tabel 4 berikut ini :
Tabel 4. Hasil analisis kandungan kesadahan
Kode
Sampel
Waktu (minggu)
0 1 2 3 4
1 88,9200 mg/L
73,2000 mg/L
60,9000 mg/L
32,9000 mg/L
19,4000 mg/L
2 146,4000 mg/L
105,3000 mg/L
104,4000 mg/L
89,3000 mg/L
82,4500 mg/L
3 120,8610 mg/L
60,9000 mg/L
54,9000 mg/L
38,8000 mg/L
28,2000 mg/L
Kandungan kesadahan maksimum yang diperbolehkan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu 500 mg/L. Dari
Tabel 4 dapat dilihat bahwa kandungan kesadahan dari ketiga depot AMIU masih
berada dalam ambang batas.
25
Rentang nilai kandungan kesadahan pada sampel 1 berkisar antara
88,9200–19,4000 mg/L, pada sampel 2 berkisar antara 146,4000-82,4500 mg/L,
dan pada sampel 3 berkisar antara 120,8610-28,2000 mg/L. Ini berarti bahwa
sampel 1 lebih bagus daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari segi kesadahan,
padahal ketiga sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu berasal dari
air pergunungan. Ini mungkin disebabkan karena sampel 2 dan 3 tercemar saat air
dialirkan dari mobil tangki melalui pipa sebelum akhirnya disaring menggunakan
alat filter, dan juga bisa disebabkan karena alat filter tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. .
Lama penyimpanan memberikan pengaruh terhadap kualitas AMIU.
Semakin lama AMIU disimpan maka akan semakin kecil nilai kesadahan karena
banyaknya endapan yang mengendap, sehingga kualitas AMIU akan semakin
bagus jika dilihat dari segi kesadahan.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable
tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 26,4764
dengan nilai Ftabel 3,84 (α = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar
39,8949 dengan nilai Ftabel 4,46 (α = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat
bahwa nilai Fh1 dan Fh2 lebih besar daripada Ftabel, sehingga terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap nilai kesadahan sampel dari minggu ke-0 sampai ke-4.
Setelah dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, maka
didapat bahwa pengaruh waktu penyimpanan memberikan perbedaan yang
signifikan antara sampel pada minggu ke-0 terhadap minggu ke-4, ke-3, ke-2, ke-
1, minggu ke-1 terhadap minggu ke-4, ke-3, dan minggu ke-2 terhadap minggu
ke-4, ke-3. Sedangkan untuk perbedaan antar sampel memberikan perbedaan yang
signifikan antara sampel 2 terhadap sampel 1.
4.5 Kandungan Besi (Fe)
Hasil analisis kandungan besi (Fe) dari ketiga depot AMIU dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut ini :
26
Tabel 5. Hasil analisis kandungan besi (Fe)
Kode
Sampel
Waktu (minggu)
0 1 2 3 4
1 0,1900 mg/L
0,1710 mg/L
0,1490 mg/L
0,1480 mg/L
0,1370 mg/L
2 0,2860 mg/L
0,1770 mg/L
0,1610 mg/L
0,1370 mg/L
0,1340 mg/L
3 0,3260 mg/L
0,1370 mg/L
0,1200 mg/L
0,1120 mg/L
0,0920 mg/L
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa jumlah kandungan besi AMIU pada
minggu nol sampai minggu ke-4 berkisar antara 0,0920 – 0,3260 mg/L.
Sedangkan kadar maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,3 mg/L. Kandungan besi
yang melampaui ambang batas terdapat pada sampel 3 pada minggu nol yaitu
0,3260 mg/L. Kandungan besi yang melebihi batas maksimum akan berdampak
bagi tubuh yaitu mengakibatkan rusaknya gigi, sedangkan untuk air minum
sendiri akan menimbulkan bau, rasa yang tidak enak, dan warna kemerah-
merahan. (14,16,17)
Rentang nilai kandungan besi pada sampel 1 berkisar antara 0,1900-
0,1370 mg/L, pada sampel 2 berkisar antara 0,2860-0,1340 mg/L, dan pada
sampel 3 berkisar antara 0,3260-0,0920. Ini berarti bahwa sampel 1 lebih bagus
daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari segi kandungan besi, padahal ketiga
sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu berasal dari air pergunungan.
padahal ketiga sampel berasal dari sumber air baku yang sama yaitu berasal dari
air pergunungan. Ini mungkin disebabkan karena sampel 2 dan 3 tercemar saat air
dialirkan dari mobil tangki melalui pipa sebelum akhirnya disaring menggunakan
alat filter, dan juga bisa disebabkan karena alat filter tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. .
Semakin lama penyimpanan AMIU maka akan semakin banyak logam Fe
yang mengendap, sehingga logam Fe yang terkandung didalam AMIU akan
semakin sedikit.
27
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan metoda Anova dua variable
tanpa ulangan, menunjukkan nilai Fh1 (uji pengaruh waktu) sebesar 0,7482
dengan nilai Ftabel 3,84 (α = 0,05) dan untuk Fh2 (uji pengaruh sampel) sebesar
0,0680 dengan nilai Ftabel 4,46 (α = 0,05). Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa
nilai Fh1 lebih besar dari Ftabel dan Fh2 lebih kecil daripada Ftabel. Setelah
dilakukan uji lanjutan (uji duncants) terhadap pengaruh waktu, ternyata tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara sampel.
4.6 E. Coli dan Coliform
Penentuan kualitas air minum berdasarkan parameter bakteriologi dilihat dari
keberadaan kelompok bakteri Coliform, dimana Coliform merupakan suatu group
bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan kondisi yang
tidak baik terhadap air.(18) Untuk mengetahui jumlah coliform di dalam sampel
digunakan metode Most Probable Number (MPN). Metoda ini terbagi atas dua
tahap pengujian, yaitu uji penduga dan uji penegas. Kedua tahap pengujian ini
didasarkan kepada sifat bakteri coliform yang dapat menfermentasi laktosa
sehingga menghasilkan asam dan gas. Terbentuknya asam dapat dilihat dari
kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung
durham yang ditangkap berupa gelembung udara.(19) Tabung yang dinyatakan
positif mengandung bakteri coliform jika terbentuk gas sebanyak 10 % atau lebih
dari volume di dalam tabung durham.
Hasil Pengujian bakteri E.Coli dan Coliform pada air minum isi ulang yang
dianalisis dapat terlihat pada tabel 7 dan 8 dibawah ini :
Tabel 6. Hasil Uji penegas untuk bakteri E.Coli (44oC)
28
Kode Sampel
Lama Waktu Penyimpanan (minggu)
0 1 2 3 4Angka Hasil Angka Hasil Angka Hasil Angka Hasil Angka Hasil
1 12 Jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek2 96 Jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek3 15 Jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek
Tabel 7. Hasil Uji penegas untuk bakteri Coliform (37oC)
Kode Sampel
Lama Waktu Penyimpanan (minggu)
0 1 2 3 4Angka Hasil Angka Hasil Angka Hasil Angka Hasil Angka Hasil
1 12 Jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek2 38 Jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek3 12 Jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek 240 jelek
Berdasarkan tabel 6 dan 7, dapat dilihat kualitas air minum isi ulang dari
ketiga depot tersebut dikatakan jelek karena mengandung E.Coli dan Coliform.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh ketersediaan nutrisi dalam air untuk perkembangan
bakteri yang dibuktikan dengan adanya gelembung gas pada tabung durham.(17,20)
Ini menandakan terjadinya fermentasi laktosa oleh bakteri coliform. Adanya
bakteri E.Coli dan Coliform dalam air minum dimana coliform termasuk pada
bakteri indikator sanitasi (bakteri yang lazim terdapat dan hidup pada usus
manusia) menandakan bahwa air baku yang digunakan tersebut dalam satu atau
lebih tahap pengolahannya pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal
dari usus manusia.(17,18) Dari ketiga depot air minum isi ulang yang diteliti
memiliki kesamaan sumber bahan baku air minum yaitu berasal dari mata air
pegunungan yang dibawa dengan mobil tangki air. Kemungkinan lainnya bisa
juga disebabkan air tercemar pada saat dialirkan melalui pipa dari mobil tangki air
sebelum akhirnya disaring menggunakan alat filter .(13)
Penyebab lain masih terdapatnya bakteri E.coli dan coliform dalam air
minum isi ulang yaitu penggunaan ultra violet (UV) yang tidak memenuhi standar
dan pemilik depot kurang memperhatikan masa penggantian filter.(18) UV
berfungsi untuk membunuh bakteri dan virus di dalam air. Ada sebagian depot
29
yang hanya menghidupkan ultraviolet (UV) jika hendak mengisi galon pembeli.
Jika hal ini terjadi, bakteri di dalam air minum itu tidak akan mati. (20)
Masa penggantian filter juga harus diperhatikan pemilik depot. Filter berupa
pasir silika, zeolit dan karbon aktif sebaiknya diganti setiap setahun sekali
sedangkan untuk pembersihannya tergantung pada tingkat kekeruhan air baku
yang digunakan.(20,21) Bisa juga dikarenakan kontaminasi sanitasi lingkungan di
sekitar depot. Jika air yang telah terkontaminasi ini dikonsumsi oleh masyarakat,
maka dapat menyebabkan diare.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
30
Dari penelitian yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Sampel dari ketiga depot AMIU di daerah Pasar Baru kota Padang memenuhi
persyaratan kualitas air minum yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu dari segi
parameter pH yaitu berkisar antara 6,87 - 7,92, dan parameter kesadahan yaitu
berkisar antara 19,4000 – 146,4000 mg/L. sedangkan parameter TDS, TOC,
kandungan Fe, bakteri E.coli dan coliform tidak memenuhi syarat.
2. Lama penyimpanan akan mempengaruhi kualitas AMIU, dimana :
Semakin lama penyimpanan AMIU maka pH AMIU semakin besar
Semakin lama penyimpanan AMIU maka nilai TDS, kesadahan, dan
kandungan Fe akan semakin kecil
Semakin lama penyimpanan AMIU maka kandungan senyawa organik
akan semakin banyak
Semakin lama penyimpanan AMIU maka semakin banyak bakteri yang
akan tumbuh di dalam AMIU
3. Mutu AMIU Sampel 1 lebih bagus daripada sampel 2 dan 3 jika dilihat dari
parameter pH, TDS, kesadahan, dan kandungan Fe.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan agar :
1. Agar para pengusaha depot AMIU lebih memperhatikan masa pergantian alat
filter (penyaring) dan alat pencucian galon.
2 Agar para pegusaha depot AMIU lebih sering melakukan pemerikasaan
terhadap kualitas AMIU ke Laboratorium.
Lampiran I
Uji Statistik Parameter pH
31
Kode
sample 0 1 2 3 4
Jumlah
Baris Rata-rata
1 6,8770 7,2140 7,2680 6,9750 7,3010 35,6350 7,1270
2 7,0750 7,1020 7,5410 7,4230 7,9230 37,0640 7,4130
3 7,1600 7,3960 7,3960 7,0990 7,6010 36,6520 7,3300
Jumlah
Kolom 21,1120 21,7120 22,2050 21,4970 22,8250 109,3510
-
-
Rata-
rata 7,0370 7,2370 7,4010 7,1650 7,6080 - -
JKk = Σ JKj 2 - Jt 2 Keterangan : JKk = jumlah kuadrat kolom
b b k JKj = jumlah nilai kolom
JKb = Σ JKi 2 - Jt 2 JKb = jumlah kuadrat baris
k b k JKt = jumlah kuadrat total
JKt = Σ Xij2 - Jt 2 JKs = jumlah kuadrat sisa
b k Jt = jumlah nilai total
JKs = JKt – JKk – JKb b = jumlah baris
k = jumlah kolom
Xij = jumlah kuadrat kolom dan
Baris
JKk =(21,1120) 2 +(21,7120) 2 +(22,2050) 2 +(21,4970) 2 +(22,8250) 2 - (109,3510) 2
3 15
= 797,7637 – 797,1761
= 0,5876
JKt = [ (6,8770)2 + (7,0750)2 + (7,1600)2 + (7,2140)2 + (7,1020)2 + (7,3960)2 +
(7,2680)2 + ( 7,5410)2 + (7,3960)2 + (6,9750)2 + (7,4230)2 + (7,0990)2 +
(7,3010)2 + (7,9230)2 + (7,6010)2 ] - (109,351) 2
15
= 798,1877 - 797,1761
32
= 1,0116
JKb = (35,6350) 2 + (37,0640) 2 + (36,6520) 2 - (109,3510) 2
5 15
= 797,3924 – 797,1761
= 0,2163
JKs = JKt – JKk – JKb
= 1,0116 – 0,5876 – 0,2163
= 0,2077
Tabel Anova
Sumber JK DB KT KTD
Antar kolom JKk K - 1 JKk / DB σ 2 + b σk2
Antar sample JKb B – 1 JKb / DB σ 2 + k σb2
Sisa JKs (k-1)(b-1) JKs / DB σ 2
Jumlah JKt k b -1 - -
Keterangan : KT = kuadrat tengah
KTD = kuadrat tengah yang diharapkan
DB = derajat bebas
Sumber JK DB KT KTD
Antar kolom 0,5876 4 0,1469 σ 2 + 3 σk2
Antar sample 0,2163 2 0,1081 σ 2 + 5 σb2
33
Sisa 0,2077 8 0,0259 σ 2
Jumlah 1,0116 14 - -
(1). Perbedaan antar waktu
Fh1 = KT (JKk)
KT (JKs)
= 0,1469 = 5,6718
0,0259
Ft 0,05 , 4,8 = 3,84
Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu
(2). Perbedaan antar sampel
Fh2 = KT (JKb)
KT (JKs)
= 0,1081 = 4,1737
0,0259
Ft 0,05 , 4,8 = 4,46
Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar sampel
(3). Variasi sisa (σ 2)
Sp = √ 0,0259
3
= 0,0929
Uji Duncant
a. Perbedaan antar waktu
Urutan dari nilai terkecil
Waktu 0 3 1 2 4
Rata-rata 7,0370 7,1650 7,2370 7,4010 7,6080
34
Tabel 10 A pada α = 0,05
Waktu ke 2 3 4 5
SR 3,15 3,30 3,37 3,43
SR x SP 0,2926 0,3065 0,3130 0,3186
Keterangan ; SR = daerah nyata
SR x SP = daerah nyata terkecil
Sehingga;
1. 4 – 0 = 7,6080 – 7,0370 = 0,5710 > 0,3186 ( S )
4 – 3 = 7,6080 – 7,1650 = 0,4430 > 0,3130 ( S )
4 – 1 = 7,6080 – 7,2370 = 0,3710 > 0,3065 ( S )
4 – 2 = 7,6080 – 7,4010 = 0,2070 < 0,2926 ( NS )
2. 2 – 0 = 7,4010 – 7,0370 = 0,3640 > 0,3130 ( S )
2 – 3 = 7,4010 – 7,1650 = 0,236 0 < 0,3065 ( NS )
2 – 1 = 7,4010 – 7,2370 = 0,1640 < 0,2926 ( NS )
3. 1 – 0 = 7,2370 – 7,0370 = 0,2000 < 0,3065 ( NS )
1 – 3 = 7,2370 – 7,1650 = 0,0720 < 0,2926 ( NS )
4. 3 – 0 = 7,1650 – 7,0370 = 0,1280 < 0,2926 ( NS )
Waktu 0 3 1 2 4
Rata-rata 7,0370 7,1650 7,2370 7,4010 7,6080
Huruf a a a b b
Lampiran 2
Uji Statistik Parameter TDS
Kode 0 1 2 3 4
Jumlah Rata-rata
35
sample Baris
1 588 140 132 96 96 1052 210,4000
2 1060 196 136 124 60 1576 315,2000
3 1100 164 144 84 32 1524 304,8000
Jumlah
Kolom 2748 500 412 304 188 4150 -
Rata-
rata 916 166,6700 137,3300 101,3300 62,6700 - -
JKk = (2748) 2 + (500) 2 + (412) 2 + (304) 2 + (188) 2 - (4150) 2
3 15
= 2699669,3330 - 1148166,6670
= 1551502,6660
JKb = (1052) 2 + (1576) 2 + (1524) 2 - (4150) 2
5 15
= 1182611,2000 - 1148166,6670
= 34444,5330
JKt = (588)2 + (1060)2 + (1100)2 + (140)2 + (196)2 + (164)2 + (132)2 + (136)2 +
(144)2 + (96)2 + (124)2 + (84)2 + (96)2 + (60)2 + (32)2 - (4150) 2
15
= 2866400 – 1148166,6670
= 1718233,3330
JKs = JKt – JKk – JKb
= 1718233,3330 – 1551502,6660 – 34444,5330
= 132286,1340
Tabel Anova
36
Sumber JK DB KT KTD
Antar kolom 1551502,6660 4 387875,6665 σ 2 + 3 σk2
Antar sample 34444,533 2 17222,2665 σ 2 + 5 σb2
Sisa 132286,1340 8 16535,7667 σ 2
Jumlah 1718233,3330 14 - -
(1). Perbedaan antar waktu
Fh1 = 387875,6665 = 23,4567
16535,7667
Ft 0,05 , 4,8 = 3,84
Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu
(2). Perbedaan antar sampel
Fh2 = 17222,2665 = 1,0415
16535,7667
Ft 0,05 , 4,8 = 4,46
Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu
(3). Variasi sisa (σ 2 )
Sp = √ 16535,7667 = 74,2423
3
Uji Duncant
a. Perbedaan antar waktu
Urutan dari nilai terkecil
Waktu 4 3 2 1 0
Rata-rata 62,6700 101,3300 137,3300 166,6700 916
37
Tabel 10 A pada α = 0,05
Waktu ke 2 3 4 5
SR 3,15 3,30 3,37 3,43
SR x SP 233,8632 244,9995 250,1965 254,6511
Sehingga;
1. 0 – 4 = 916 – 62,6700 = 853,3300 > 254,6511 ( S )
0 – 3 = 916 – 101,3300 = 814,6700 > 250,1965 ( S )
0 – 2 = 916 – 137,3300 = 778,6700 > 244,9995 ( S )
0 – 1 = 916 – 166,6700 = 749,3300 > 233,8632 ( S )
2. 1 – 4 = 166,6700 – 62,6700 = 104 < 250,1965 ( NS )
1 – 3 = 166,6700 – 101,3300 = 65,3400 < 244,9995 ( NS )
1 – 2 = 166,6700 - 137,3300 = 29,3400 < 233,8632 ( NS )
3. 2 – 4 = 137,3300 – 62,6700 = 74,6600 < 244,9995 ( NS )
2 – 3 = 137,3300 – 101,3300 = 36 < 233,8632 ( NS )
4. 3 – 4 = 101,3300 – 62,6700 = 38,6600 < 233,8632 ( NS )
Waktu 4 3 2 1 0
Rata-rata 62,6700 101,3300 137,3300 166,6700 916
Huruf a a a a b
Lampiran 3
Uji Statistik Parameter TOC
Kode
sample 0 1 2 3 4
Jumlah
Baris Rata-rata
38
1 0,2000 0,2000 0,6000 0,8000 1,6000 3,4000 0,6800
2 0,2000 0,2000 0,4000 0,6000 1,6000 3 0,6000
3 0,2000 0,2000 0,2000 0,4000 1,6000 2,6000 0,5200
JK 0,6000 0,6000 1,2000 1,8000 4,8000 9 -
Rata-
rata 0,200 0,2000 0,4000 0,6000 1,6000 - -
JKk = (0,6000) 2 + (0,6000) 2 + (1,2000) 2 + (1,8000) 2 + (4,8000) 2 - (9) 2
3 15
= 9,4800 – 5,4000
= 4,0800
JKb = (3,4000) 2 + (3) 2 + (2,6000) 2 - (10) 2
5 15
= 5,4640 – 5,400
= 0,064
JKt = [ ( 0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 + (0,2000)2 +
(0,6000)2 + (0,4000)2 + (0,2000)2 + (0,8000)2 + (0,6000)2 + (0,4000)2 +
(1,6000)2 + (1,6000)2 + (1,6000)2 - (10) 2
15
= 9,6400 – 5,400
= 4,2400
JKs = JKt – JKk – JKb
= 4,2400 – 4,0800 – 0,0064
= 0,1536
Tabel Anova
39
Sumber JK DB KT KTD
Antar kolom 4,0800 4 1,0200 σ 2 + 3 σk2
Antar sample 0,0064 2 0,0032 σ 2 + 5 σb2
Sisa 0,1536 8 0,0192 σ 2
Jumlah 4,2400 14 - -
(1). Perbedaan antar waktu
Fh1 = 1,0200 = 53,1250
0,0192
Ft 0,05 , 4,8 = 3,84
Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu
(2). Perbedaan antar sampel
Fh2 = 0,0032 = 0,1666
0,0192
Ft 0,05 , 4,8 = 4,46
Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu
(3). Variasi sisa (σ 2 )
Sp = √ 0,0192 = 0,0800
3
Uji Duncant
a. Perbedaan antar waktu
Urutan dari nilai terkecil
Waktu 0 1 2 3 4
Rata-rata 0,2000 0,2000 0,4000 0,6000 1,6000
40
Tabel 10 A pada α = 0,05
Waktu ke 2 3 4 5
SR 3,15 3,30 3,37 3,43
SR x SP 0,2520 0,2640 0,2696 0,2744
Sehingga;
1. 4 – 0 = 1,6000 – 0,2000 = 1,4000 > 0,2744 ( S )
4 – 1 = 1,6000 – 0,2000 = 1,4000 > 0,2696 ( S )
4 – 2 = 1,6000 – 0,4000 = 1,2000 > 0,2640 ( S )
4 – 3 = 1,6000 – 0,6000 = 1,0000 > 0,2520 ( S )
2. 3 – 0 = 0,6000 – 0,2000 = 0,4000 > 0,2696 ( S )
3 – 1 = 0,6000 – 0,2000 = 0,4000 > 0,2640 ( S )
3 – 2 = 0,6000 – 0,4000 = 0,2000 < 0,2520 ( NS )
3. 2 – 0 = 0,4000 – 0,2000 = 0,2000 < 0,2540 ( NS )
2 – 1 = 0,4000 – 0,2600 = 0,1400 < 0,4032 ( NS )
4. 1 – 0 = 0,2600 – 0,2600 = 0,0000 < 0,4032 ( NS )
Waktu 0 1 2 3 4
Rata-rata 0,2000 0,2000 0,4000 0,6000 1,600
Huruf a a c c b
Lampiran 4
Uji Statistik Parameter Kesadahan
Kode
sample 0 1 2 3 4
Jumlah
Baris Rata-rata
41
1 88,9200 73,2000 60,9000 32,9000 19,4000 275,3200 55,0640
2 146,4000 105,3000 104,4000 89,3000 82,4500 527,8500 105,5700
3 120,8610 60,9000 54,9000 38,8000 28,2000 303,6610 60,7322
JK 356,1810 239,4000 220,2000 161 130,0500 1106,8310 -
Rata-
rata 118,7270 79,8000 73,4000 53,6666 43,3500 - -
JKk = (356,1810) 2 + (239,4000) 2 + (220,2000) 2 + (161) 2 + (130,0500) 2
3
- 1106,8310 2 15
= 91833,1024 – 81671,6575
= 10161,4449
JKb = (275,3200) 2 + (527,8500) 2 + (303,6610) 2 - (1106,8310) 2
5 15
= 89327,3455 – 81671,6575
= 7655,6880
JKt = [(88,9200)2 + (146,4000)2 + (120,8610)2 + (73,2000)2 + (105,3000)2 +
(60,9000)2 + (60,9000)2 + (104,4000)2 + (54,9000)2 + (39,2000)2 +
(89,3000)2 + (38,8000)2 + (19,4000)2 + (82,4500)2 + (28,2000)2 ] -
(1106,8310) 2
15
42
= 100256,3702 - 81671,6575
= 18584,7127
JKs = JKt – JKk – JKb
= 18584,7127 – 10161,4449 – 7655,6880
= 767,5843
Tabel Anova
Sumber JK DB KT KTD
Antar kolom 10161,4449 4 2540,3612 σ 2 + 3 σk2
Antar sampel 7655,6880 2 3827,8440 σ 2 + 5 σb2
Sisa 767,5843 8 95,9480 σ 2
Jumlah 18584,7127 14 - -
(1). Perbedaan antar waktu
Fh1 = 2540,3612 = 26,4764
95,9480
Ft 0,05 , 4,8 = 3,84
Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu
(2). Perbedaan antar sampel
Fh2 = 3827,8440 = 39,8949
95,9480
Ft 0,05 , 4,8 = 4,46
Fh > Ft , ada perbedaan signifikan antar waktu
43
(3). Variasi sampel
Sp = √ 0,00687 = 0,0478
3
Uji Duncant
a. Perbedaan antar waktu
Urutan dari nilai terkecil
Waktu 4 3 2 1 0
Rata-rata 46,3500 53,6666 73,4000 79,8000 118,7270
Tabel 10 A pada α = 0,05
Waktu ke 2 3 4 5
SR 3,15 3,30 3,37 3,43
SR x SP 17,8141 18,1183 19,0583 19,3976
Sehingga;
1. 0 – 4 = 118,7270 – 46,3500 = 75,3777 > 19,3976 ( S )
0 – 3 = 118,7270 – 53,6666 = 65,0604 > 19,0583 ( S )
0 – 2 = 118,7270 – 73,4000 = 45,3270 > 18,1183 ( S )
0 – 1 = 118,7270 – 79,8000 = 38,9270 > 17,8141 ( S )
2. 1 – 4 = 79,8000 – 46,3500 = 36,4500 > 19,0583 ( S )
1 – 3 = 79,8000 – 53,6666 = 26,1334 > 18,1183 ( S )
1 – 2 = 79,8000 – 73,4000 = 6,4000 < 17,8141 ( NS )
3. 2 – 4 = 73,4000 – 46,3500 = 30,0500 > 18,1183 ( S )
2 – 3 = 73,4000 – 53,6666 = 19,7334 > 17,8141 ( S )
4. 3 – 4 = 53,6666 – 46,3500 = 10,3166 < 17,8141 ( NS )
Waktu 4 3 2 1 0
Rata-rata 43,3500 53,6666 73,4000 79,8000 118,7270
Huruf a a c c b
44
b. Perbedaan antar sampel
Urutan dari nilai terkecil
BD = k (b-1) = 5 (3-1) = 10
Sehingga;
1. 2 – 1 = 105,5700 – 55,0640 = 50,5060 > 18,6624 ( S )
2 – 3 = 105,5700 – 60,7322 = 44,8378 > 17,8141 ( S )
2. 3 – 1 = 60,7322 – 55,0640 = 5,6682 < 17,8141 ( NS )
Sampel 1 3 2
Rata-rata 55,0640 60,7322 105,5700
Huruf a a b
Lampiran 5
Uji Statistik Parameter Fe ( Besi )
Sampel 1 3 2
Rata-rata 55,0640 60,7322 105,5700
45
Kode
sample 0 1 2 3 4
Jumlah
Baris Rata-rata
1 0,1900 0,1710 0,1490 0,1480 0,1370 0,7950 0,1590
2 0,2860 0,1770 0,1610 0,1370 0,1340 0,8950 0,1790
3 0,3260 0,1370 0,1200 0,1120 0,0920 0,7870 0,1570
JK 0,8020 0,4850 0,4300 0,3970 0,3630 2,4770 -
Rata-
rata 0,2670 0,1616 0,1433 0,1323 0,1210 - -
JKk = (0,8020) 2 + (0,4850) 2 + (0,4300) 2 + (0,3970) 2 + (0,3630) 2 - (2,4770) 2
3 15
= 0,4509 – 0,4090
= 0,0419
JKb = (0,7950) 2 + (0,8950) 2 + (0,7870) 2 - (2,4770) 2
5 15
= 0,4104 – 0,4090
= 0,0014
JKt = [ (0,1900)2 + (0,2860)2 + (0,3260)2 + (0,1710)2 + (0,1770)2 + (0,1370)2 +
(0,1490)2 + (0,1610)2 + (0,1200)2 + (0,1480)2 + (0,1370)2 + (0,1120)2 +
(0,1370)2 + (0,1340)2 + (0,0920)2 ] - (2,4770) 2
15
= 0,5638 – 0,4090
= 0,1548
JKs = JKt – JKk – JKb
= 0,1548 – 0,0419 – 0,0014
= 0,1115
46
Tabel Anova
Sumber JK DB KT KTD
Antar kolom 0,0419 4 0,0104 σ 2 + 3 σk2
Antar sample 0,0014 2 0,0007 σ 2 + 5 σb2
Sisa 0,1115 8 0,0139 σ 2
Jumlah 0,1548 14 - -
(1). Perbedaan antar waktu
Fh1 = 0,0104 = 0,7482
0,0139
Ft 0,05 , 4,8 = 3,84
Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu
(2). Perbedaan antar sampel
Fh2 = 0,0007 = 0,0503
0,0139
Ft 0,05 , 4,8 = 4,46
Fh < Ft , tidak ada perbedaan signifikan antar waktu
(3). Variasi sampel
Sp = √ 0,0139 = 0,0680
3
Lampiran 6
Contoh Perhitungan TDS (Total Dissolved Solid)
47
Rumus :
TDS = (B – A) x 1000
Vsampel
Keterangan :
A : berat cawan kosong
B : berat cawan dan residu
V : volume sampel
Berat cawan kosong (A) = 17,5280 g
Berat cawan dan sisa (B) = 17,5133 g
V : volume sampel
TSS = (B-A) x 1000
V sampel
= (17,5280 g – 17,5133 g) x 1000
25 ml
= 0,588 g/L
= 588 mg/L
Lampiran 7
Contoh Perhitungan TOC (Total Organic Carbon)
48
Rumus :
Kadar organik = ( A – B) x 0,1 mg O2 x 1000
mL sampel
A = mL KMnO4 untuk titrasi sampel
B = mL KMnO4 untuk titrasi blangko
Volume KMnO4 blangko = (4,8 mL + 5,4 mL) : 2 = 5,1 mL
Volume KMnO4 sampel = (5,0 mL + 5,3 mL) : 2 = 5,15 mL
Kadar organic = (A-B) x 0,1 mg O2 x 1000 V sampel
= (5,15 mL – 5,1 mL) x 0,1 mg x 1000
25 mL
= 0,2 mg/L
Lampiran 8
Contoh Perhitungan kesadahan
49
Kesadahan total = (VEDTA sampel x MEDTA) x 1000 x BM CaCO3
10 mL
Standarisasi EDTA dengan ZnSO4.7H2O
Volume EDTA = 10,7 mL + 10,5 mL
2
= 10,6 mL
V . M (ZnSO4.7H2O) = V . M (EDTA)
10 mL x 0,01 M = 10,6 mL x MEDTA
MEDTA = 0,0094 M
Volume EDTA sampel = 0,2 mL + 0,2 mL
2
= 0,2 mL
Kesadahan total = (0,2 mL x 0,0094 M) x 1000 x 100 mg/mol 10 mL
= 18,8 mg/L
Lampiran 9
Contoh Perhitungan Konsentrasi Besi (Fe)
50
Lartn. Standar (X) Absorban (Y)
0 0,0000
0,2 0,015
0,4 0,026
0,6 0,042
0,8 0,055
1,0 0,072
Persamaan Regresi :
Y = A + BX
= - 4,2857 x 10-4 + 0,0709 X
Absorban sampel (Y) = 0,007
Y = A + BX
0,007 = - 4,2857 x 10-4 + 0,0709 X
X = 0,1048
Lampiran 10.
Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 907/MENKES/SK/VII/2002
51
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
1. BAKTERIOLOGIS
2. KIMIA
Bahan-bahan anorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Parameter SatuanKadar Maksimum
yang diperbolehkan
Antimony (mg/liter) 0.005
Air Raksa (mg/liter) 0.001
Arsenic (mg/liter) 0.01
Barium (mg/liter) 0.7
Boron (mg/liter) 0.3
Cadmium (mg/liter) 0.003
Kromium (mg/liter) 0.05
Tembaga (mg/liter) 2
Sianida (mg/liter) 0.07
Fluoride (mg/liter) 1.5
Timah (mg/liter) 0.01
Molybdenum (mg/liter) 0.07
Nikel (mg/liter) 0.02
Nitrat (NO3-) (mg/liter) 50
Nitrit(NO2-) (mg/liter) 3
Selenium (mg/liter) 0.01
Bahan-bahan anorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada
konsumen)
Parameter SatuanKadar Maksimum
yang diperbolehkan
Parameter SatuanKadar Maksimum
yang diperbolehkan
a. Air Minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 mL sampel
b. Air yang masuk sistem distribusi
E.Coli atau fecal coli Jumlah per 0
per 100 mL sampel
Total Bakteri coliform Jumlah per 0
per 100 mL sampel
c. Air pada sistem distribusi
E.Coli atau fecal coli Jumlah per 0
100 mL sampel
Total Bakteri coliform Jumlah per 0
100 mL sampel
52
Ammonia mg/L 1.5 Aluminium mg/L 0.2 Klorida mg/L 250 Copper mg/L 1 Kesadahan mg/L 500 Hidrogen Sulfida mg/L 0.05 Besi mg/L 0.3 Mangan mg/L 0.1 pH - 6.5 -8.5 Sodium mg/L 200 Sulfate mg/L 250 Total padatan terlarut mg/L 1000 Seng mg/L 3
3. RADIOAKTIFITAS
Parameter SatuanKadar Maksimum
yang diperbolehkanGross aplha activity (bq/liter) 0.1Gross beta activity (bq/liter) 1
4. FISIK
Parameter SatuanKadar Maksimum
Keteranganyang diperbolehkan
Paremeter Fisik Warna TCU 15
Rasa dan Bau - -Tidak berbau dan
berasa Temperatur oC Suhu udara ± 3oC Kekeruhan NTU 5
Lampiran 11
Daftar MPN dengan 7 tabung seri 5-1-1
53
5 x 10 mL 1 x 1 mL 1 x 0,1 mL MPN Hasil
0 0 1 2.0 Memuaskan
0 1 0 2.0 Memuaskan
0 1 1 4.0 Diragukan
1 0 0 2.2 Memuaskan
1 0 1 4.4 Diragukan
1 1 0 4.4 Diragukan
1 1 1 6.7 Diragukan
2 0 0 5.0 Diragukan
2 0 1 7.5 Diragukan
2 1 0 7.6 Diragukan
2 1 1 10.0 Diragukan
3 0 0 8.8 Diragukan
3 0 1 12.0 Jelek
3 1 0 12.0 Jelek
3 1 1 16.0 Jelek
4 0 0 15.0 Jelek
4 0 1 21.0 Jelek
4 1 0 21.0 Jelek
4 1 1 27.0 Jelek
5 0 0 38.0 Jelek
5 0 1 96.0 Jelek
5 1 0 96.0 Jelek
5 1 1 240.0 Jelek
Keterangan :
a. 5 x 10 mL = jumlah tabung sampel positif membentuk gelembung gas dalam
10 mL medium LB2, dimana volume sampel 10 mL dan jumlah tabung
semuanya 5.
b. 1 x 1 mL = jumlah tabung sampel yang positif membentuk gelembung gas
dalam 10 mL medium LB1, dimana volume sampel 1 mL dan jumlah tabung
semuanya 1.
54
c. 1 x 0,1 mL = jumlah tabung sampel yang positif membentuk gelembung gas
dalam 10 mL medium LB1, dimana volume sampel 0,1 mL dan jumlah tabung
semuanya 1.
55