My Faithful Journey_ Konflik Dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan _ (Bag

5
10/20/2014 My Faithful Journey: Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1) http://hizach.blogspot.com/2013/03/konflik-dalam-kacamata-teori-marxis.html 1/5 Home Twitter Facebook Author Selasa, 26 Maret 2013 Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1) Konflik selalu mewarnai sejarah peradaban manusia seiring dengan munculnya persaingan dalam beragam aspek kehidupan. Masing-masing subjek yang terlibat secara konfliktual memiliki kepentingan masing-masing dan berusaha menyingkirkan lawan demi perwujudan kepentingan tersebut. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, konflik terjadi dalam beragam corak dengan motif dan pola yang semakin kompleks. Masyarakat industri yang berkembang pada awal abad-19 setelah ditemukannya sejumlah alat modern yang memungkinkan manusia melakukan proses produksi secara masif, telah melahirkan sebuah fenomena sosial baru yang belum pernah ada presedennya pada masa lalu. Di tengah dunia yang sedang berkembang dengan sangat cepat, Karl Marx, seorang sosiolog asal Jerman menulis sejumlah pemikiran yang kemudian sangat berpengaruh dan menjadi dasar berpijak bagi pemikiran sosialis hingga kini. Pandangannya yang menentang praktik-praktik akumulasi modal dalam masyarakat industri yang sangat eksploitatif terhadap manusia (kelas buruh) membuatnya tergerak untuk menyatukan perjuangan kelas buruh untuk mengambil hak-haknya. Pemikiran Marx sendiri banyak dipengaruhi oleh Hegel secara filsafat, hal ini dapat dilihat dari gerak sejarah materialisme yang diyakininya, dimana sebuah masyarakat komunis sebagai periode akhir dari sejarah merupakan akhir dari kontradiksi (pertentangan) siklus tesis-antitesis- sintesis. Pemikiran Marx ini menarik untuk dikaji berdasarkan sudut pandang teori konflik yang termuat di dalamnya, mengingat buah dari pemikirannya ini dikemudian hari menggerakkan banyak orang untuk melahirkan revolusi di berbagai belahan dunia. Akan tetapi, perkembangan kekinian yang menunjukkan gejala baru dalam Berpikir logis dan faktual | Mempertimbangkan segala kemungkinan | Selalu gagal menjadi manusia spontan | Mencoba menjadi anak yang berguna dan membanggakan, serta hamba yang patuh penuh kesetiaan. About Me Tweets by @hizach Tinjauan Pembangunan Politik di Indonesia Pada Setiap Rezim Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1) Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.2) Top Entries 2 More Next Blog» Create Blog Sign In

description

politik

Transcript of My Faithful Journey_ Konflik Dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan _ (Bag

  • 10/20/2014 My Faithful Journey: Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1)

    http://hizach.blogspot.com/2013/03/konflik-dalam-kacamata-teori-marxis.html 1/5

    Home Twitter Facebook Author

    Selasa, 26 Maret 2013

    Konflik dalam Kacamata Teori Marxis,Masihkah Relevan ? (Bag.1)

    Konflik selalu mewarnai sejarahperadaban manusia seiringdengan munculnya persaingandalam beragam aspekkehidupan. Masing-masingsubjek yang terlibat secarakonfliktual memiliki kepentinganmasing-masing dan berusahamenyingkirkan lawan demiperwujudan kepentingantersebut. Akan tetapi seiringdengan perkembangan zaman,konflik terjadi dalam beragamcorak dengan motif dan polayang semakin kompleks.Masyarakat industri yangberkembang pada awal abad-19setelah ditemukannya sejumlahalat modern yangmemungkinkan manusia

    melakukan proses produksi secara masif, telah melahirkan sebuah fenomenasosial baru yang belum pernah ada presedennya pada masa lalu.

    Di tengah dunia yang sedang berkembang dengan sangat cepat, Karl Marx,seorang sosiolog asal Jerman menulis sejumlah pemikiran yang kemudian sangatberpengaruh dan menjadi dasar berpijak bagi pemikiran sosialis hingga kini.Pandangannya yang menentang praktik-praktik akumulasi modal dalammasyarakat industri yang sangat eksploitatif terhadap manusia (kelas buruh)membuatnya tergerak untuk menyatukan perjuangan kelas buruh untukmengambil hak-haknya. Pemikiran Marx sendiri banyak dipengaruhi oleh Hegelsecara filsafat, hal ini dapat dilihat dari gerak sejarah materialisme yangdiyakininya, dimana sebuah masyarakat komunis sebagai periode akhir darisejarah merupakan akhir dari kontradiksi (pertentangan) siklus tesis-antitesis-sintesis.

    Pemikiran Marx ini menarik untuk dikaji berdasarkan sudut pandang teori konflikyang termuat di dalamnya, mengingat buah dari pemikirannya ini dikemudian harimenggerakkan banyak orang untuk melahirkan revolusi di berbagai belahan dunia.Akan tetapi, perkembangan kekinian yang menunjukkan gejala baru dalam

    Berpikir logis dan faktual |Mempertimbangkan segalakemungkinan | Selalu gagalmenjadi manusia spontan |Mencoba menjadi anak yangberguna dan membanggakan,serta hamba yang patuh penuhkesetiaan.

    About Me

    Tweets by @hizach

    TinjauanPembangunanPolitik di IndonesiaPada Setiap Rezim

    Konflik dalamKacamata TeoriMarxis, MasihkahRelevan ? (Bag.1)

    Konflik dalamKacamata TeoriMarxis, MasihkahRelevan ? (Bag.2)

    Top Entries

    2 More Next Blog Create Blog Sign In

  • 10/20/2014 My Faithful Journey: Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1)

    http://hizach.blogspot.com/2013/03/konflik-dalam-kacamata-teori-marxis.html 2/5

    masyarakat industri yang kian beradaptasi dengan isu-isu humanis, seolah-olahmenjadikan teori Marxis kian usang. Keruntuhan Uni Soviet yang sebelumnyadidirikan dengan mengusung tema perubahan sosial seperti yang dikehendakiMarx menunjukkan dengan gamblang fenomena itu. Jadi, pertanyaannya kini,masih relevankah teori konflik Marxis ? Terlebih dahulu mari kita bahas sudutpandang Marxis kalsik dalam melihat konflik.

    Teori Marxis dalam MemandangKonflik Antar Kelas Kemajuan peradaban manusia,khususnya yang terjadi pada awalabad-19 telah memunculkan suatumasyarakat Industri yang di dalamnyaterjadi beragam corak produksi demipencapaian akumulasi kapital. Dalamprosesnya, masyarakat industri initelah menciptakan perbedaan kelasdiantara mereka yang kemudiandisebut sebagai kelas kapitalis(pemilik modal) dan kelas proletar(buruh) yang menjalankan rodaproduksi. Sebagai pihak yangmemungkinkan dirinya untukmendapatkan bagian yang lebih atassurplus value[1], kelas kapitalis terusmenerus melakukan pemiskinan

    (proletarisasi) terhadap kelas buruh. Hal ini menurut Marx merupakan suatu halyang alami, mengingat sifat dasar manusia yang tak pernah puas (greedy).

    Tidak dibatasinya jam kerja, minimnya upah, serta besarnya beban kerja yangdialami oleh kelas buruh merupakan eksploitasi yang dilakukan oleh kelaskapitalis, sehingga memunculkan kelas buruh yang tertindas dan mengalamipemiskinan. Pada suatu titik tertentu, kelas buruh yang sudah terpengaruhkelangsungan hidupnya (akibat pemiskinan) akan tergerak secara alamiah untukbertahan (survival) dengan cara melawan penyebab terganggunya survivalhidupnya tersebut. Karena itu, Marx melihat bahwa gerakan buruh untukmenentang kapitalis adalah gerak instingtif[2] dan gerak sejarah dimana hal ituterjadi merupakan sebuah hukum alam yang mesti terjadi (necessity).

    Satu-satunya jalan bagi kelas proletar untuk menghapuskan penindasan kelas iniialah dengan merebut kekuasaan politik[3] dan mendirikan rezim diktatorproletariat, yang menjadi kendaraan bagi kelas proletar dalam mewujudkanmasyarakat komunis yang adil dan sejahtera. Negara yang telah direbut olehkaum proletar dalam pemikiran Marx hanyalah sebuah alat untuk beralih kemasyarakat sosialis yang kesejahteraannya realtif merata, sebelum pada akhirnyanegara secara perlahan tidak lagi dibutuhkan seiring dengan tercapainya cita-citakomunis. Untuk mewujudkan cita-cita itu, buruh harus bersatu dalam satukomando yang memungkinkan dirinya untuk memiliki posisi tawar yang lebih.Dalam kultur masyarakat industri yang memiliki keragaman corak produksi, buruhtersegregasi dan tak saling terhubung (division of labour), sehingga kerap takmemiliki kekuatan yang memungkinkan dirinya untuk bernegosiasi dengan pemilikmodal.

    Lalu, Marx juga menggarisbawahi, bahwa konflik yang terjadi kelak bukan hanyaantara kelas buruh dengan kelas kapitalis saja. Berpijak pada pemahaman bahwamateri bersifat terbatas, maka ketika terjadi persaingan antara kapitalis untukmelebarkan ekspansi bisnisnya, kelak akan terjadi konflik diantara sesamakapitalis untuk menguasai SDA dan pasar yang terbatas itu. Karena itu,kapitalisme menurut Marx akan dihancurkan oleh dua hal: kaum buruh yang terus

    Menimbang InstitusionalisasiDemokrasi Deliberatif DalamPenyelenggaraan Demokrasi diIndonesia

    Ruang Publik dalam AncamanKonglomerasi Media

    Kenaikan Harga BBM: MerunutAkar Logika dan Argumentasi

    PERINGATAN, buat kamu yangnganggep ekskul itu ga penting !

    2014 (4)

    2013 (11) Juni (1)

    April (3)

    Maret (7)Tinjauan

    PembangunanPolitik di IndonesiaPada Set...

    Konflik dalamKacamata TeoriMarxis, MasihkahRele...

    Konflik dalamKacamata TeoriMarxis, MasihkahRele...

    Memahami GejalaGagal Demokasi

    Menguak BentukBaru PenjajahanRanah Publik diJag...

    Rekonstruksi Jati DiriKelas MenengahEtnis Tiongh...

    Ruang Publik dalamAncamanKonglomerasiMedia

    2012 (7)

    2011 (14)

    2009 (1)

    Blog Archive

    Label

  • 10/20/2014 My Faithful Journey: Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1)

    http://hizach.blogspot.com/2013/03/konflik-dalam-kacamata-teori-marxis.html 3/5

    dimiskinkan dan kemudian melakukan perlawanan; serta konflik persaingan bisnisyang tak terelakkan diantara kapitalis itu sendiri.

    Runtuhnya Prediksi Lama dan Munculnya Sosialisme Wajah Baru

    Perkembangan yang terjadi dalam masyarakat industri kapitalis (khususnya diEropa Barat dan Amerika Utara) pada paruh abad-20 menunjukkan bahwasesungguhnya ilmu sosial merupakan kajian yang tidak dapat ditebak, seluruhprediksi yang dikembangkan oleh peneliti ilmuwan sosial berdasarkan fenomenayang terjadi di masa lalu dan masa kini tidak bisa menjadi patokan yang kuatuntuk memastikan apa yang terjadi di masa yang akan datang.

    Prediksi Marx tentang kehancuran kapitalisme tidak terbukti adanya, mengingatkapitalisme senantiasa beradaptasi dengan kondisi yang ada. Bahkan rezimkomunisme yang dibangun atas dasar ideologi sosialis-utopis milik Marx di UniSoviet berakhir karena ketiadaan ruang publik bagi warganya untuk berekspresidan mengemukakan pendapat umum. Lalu, perkembangan industri jugamelahirkan gerakan sosial baru yang sama sekali tidak berkaitan dengankontradiksi kelas[4]. Buruh juga kini hidup lebih baik berkat kebijakan negara yangberhaluan sosial demokrasi dan kesadaran kapitalis untuk membagi surplusvalue-nya secara lebih adil.

    Edward Bernstein[5] seorang yang dianggap berhaluan revisonis diantarapenganut Marxis, telah jauh hari mengatakan bahwa persoalan utama yangsesungguhnya bukanlah kapitalisme itu sendiri melainkan sistem ketidakadilandan eksploitatif yang berlangsung di dalamnya. Semangat manusia untukberwirausaha merupakan gerak alami yang tidak mungkin dihalangi, sedangkan dilain sisi rezim kediktatoran proletariat dalam wadah satu partai akan menghalangikebebasan warga dan hal itu juga merupakan suatu penentangan terhadap hukumalamiah. Solusi yang kemudian ditawarkan untuk mengakhiri ketidakadilan daneksploitasi manusia dalam sistem kapitalisme itu ialah justru dengan memperkuatperan negara dalam mengontrol jalannya kapitalisme, bukan justrumembubarkannya. Bernstein mengklaim, mereka yang benar-benar memahamipemikiran Marx sesungguhnya akan sepaham dengannya.

    Meskipun pemikiran Bernstein ini dianggap revisionis oleh kalangan Marxis yanglain seperti Rossa Luxembourg, tetapi di kemudian hari pandangan sosialdemokrasi yang dianggap kompromistis inilah yang menjadi haluan dalampengelolaan negara di banyak negara. Diskusi dan perdebatan pemikiranmengenai hal ini tidak akan disoroti lebih jauh dalam paper ini karena sudahmasuk ke ranah filsafat politik.

    Kacamata Alternatif dalam Melihat Konflik

    Lantas, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, dengan tidak terbuktinyasejumlah prediksi Marx[6] akan kehancuran Kapitalisme, apakah teori ini tetaprelevan sebagai kacamata dalam melihat konflik ?

    Faktanya, konflik di dunia terus terjadi dan tak hanya melibatkan aktor yangberbeda-beda, tetapi juga menunjukkan pola serta gejala yang berbeda-beda pula.Akibatnya, satu perspektif tidak bisa dipaksakan untuk melihat keseluruhanfenomena, karena yang akan terjadi kemudian justru hanyalah pemaksaansejumlah premis untuk membenarkan satu teori. Hal ini akan menyulitkan merekayang hendak menggunakan hasil penelitian terhadap suatu konflik demikepentingan pragmatik, misalnya dalam merumuskan resolusi konflik. Kesalahandiagnosa dalam menganalisa konflik tentu akan berakibat fatal, karena itu perlulahkiranya

    Melihat konflik dari perspektif selain dari kacamata Marxis bukan berartimengatakan bahwa teori tersebut sudah usang dan tidak perlu dipakai lagi,

    Opini (14) Politik (9) mykultwit (7) Travel (4) nglindur (4)Analisis Ekonomi - Politik (3) DailyLife (3) Demokrasi (2) Media (2)Pembangunan Politik (2) ReviewJurnal (2) Sosiologi (2) Teori Konflik(2) #Post2015 (1) Marxisme (1) ReviewBuku (1) SMA (1) fiksi (1)

    Join this sitewith Google Friend Connect

    Members (3)

    Already a member? Sign in

    Community

    8 6 2 7

  • 10/20/2014 My Faithful Journey: Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1)

    http://hizach.blogspot.com/2013/03/konflik-dalam-kacamata-teori-marxis.html 4/5

    Diposkan oleh Eka Prasetya di 23.49

    Label: Analisis Ekonomi - Politik, Marxisme, Opini, Politik, Sosiologi, TeoriKonflik

    melainkan hanya sekedar meminggirkan-nya sementara waktu guna melihatperspektif konflik dari sudut yang berbeda. Dengan demikian kita tidak kehilanganteori untuk penjelasan di kemudian hari apabila terjadi konflik yang didasari ataskesenjangan kelas antara yang menindas dan yang ditindas ataupun konflik yangdidasarkan atas rasionalitas strategis yang memperebutkan sumber-sumberkeuntungan material di seluruh belahan bumi. Adapun perspektif baru dalammelihat konflik yang baru itu ialah dari kacamata kultural. Marilah kita bandingkansejumlah perspektif baru ini dengan pendekatan Marxis untuk melihat keunggulandan kelemahannya.

    _______________________________________[1] Surplus value secara sederhana diartikan sebagai margin antara laba yangdihasilkan dari penjualan dikurangi dengan ongkos produksi. Biaya pegawai(buruh) yang dimasukkan sebagai bagian dari ongkos produksi menjadi sorotankritis, sebab mereka yang sesungguhnya menjadi operator dalam proses produksidisetarakan dengan biaya transportasi, bahan baku, mesin, dsb. Paradigma iniyang kemudian menjadi dasar pemikiran, mengapa buruh mendapatkan bagianyang kecil dari surplus value.

    [2] Hal tersebut menjadi dasar yang dapat kita pahami ketika melihat gerakanburuh di seluruh dunia yang senantiasa bersifat reaksioner.

    [3] Negara dalam pandangan Marx merupakan kaki tangan kaum kapitalis yangkerap dalam berbagai hal selalu berpihak kepada pemilik modal, bahkan taksegan menggunakan kekerasan fisik (militeristik) terhadap perlawanan buruh,karena itu mengharapkan perubahan melalui pemerintahan yang demokratisadalah keliru dan jalan revolusi merupakan satu-satunya opsi yangmemungkinkan.

    [4] Beberapa contoh gerakan sosial baru ini antara lain seperti: gerakan HAM;gerakan lingkungan; gerakan feminis, gerakan masyarakat adat, dan gerakankonsumen.

    [5] Erdward Bernstein yang kemudian dikenal luas sebagai pencetus aliran sosialdemokrasi.

    [6] Dikatakan sejumlah dan bukan seluruh, mengingat tidak semua prediksi itusalah. Contohnya adalah bahwa Marx menyatakan akan terjadi persaingandiantara kapitalis untuk memperebutkan SDA dan pasar yang kita saksikandikemudian hari benar adanya, serta berpuncak pada Perang Dunia-I dan PerangDunia-II.

    +2 Rekomendasikan ini di Google

  • 10/20/2014 My Faithful Journey: Konflik dalam Kacamata Teori Marxis, Masihkah Relevan ? (Bag.1)

    http://hizach.blogspot.com/2013/03/konflik-dalam-kacamata-teori-marxis.html 5/5

    Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda

    Langganan: Poskan Komentar (Atom)

    Komentar Community Masuk

    Urut dari yang terbaik Bagikan

    Mulai diskusinya...

    Jadi yang pertama untuk berkomentar

    Langganan

    Pasang Disqus di website Andad

    Privacy

    Favorit

    Ah, entahlah... - 9/20/2014

    Aksiologis - 8/29/2014

    Adil? - 8/29/2014

    Rencana-Nya Pasti Indah - 8/23/2014

    Menimbang Institusionalisasi Demokrasi Deliberatif Dalam PenyelenggaraanDemokrasi di Indonesia - 6/3/2013

    Recent Post

    hizach 2011 - 2013. Template Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.