My Case_# Femur

34
BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTIFIKASI Nama : Tn R Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 26 tahun Alamat : Sei Rambang Kebangsaan : Indonesia Agama : Islam Status perkawinan : Menikah MRS : 16 Agustus 2010 B. ANAMNESIS Keluhan Utama Nyeri dan sakit menggerakkan tungkai kanan setelah kecelakaan lalu lintas Riwayat Perjalanan Penyakit ± 11 jam sebelum masuk rumah sakit, motor yang dikendarai penderita tergelincir penderita terjatuh dengan tungkai kanan membentur benda keras. C. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan umum : sedang 1

Transcript of My Case_# Femur

Page 1: My Case_# Femur

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI

Nama : Tn R

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 26 tahun

Alamat : Sei Rambang

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

MRS : 16 Agustus 2010

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Nyeri dan sakit menggerakkan tungkai kanan setelah kecelakaan lalu lintas

Riwayat Perjalanan Penyakit

± 11 jam sebelum masuk rumah sakit, motor yang dikendarai penderita

tergelincir penderita terjatuh dengan tungkai kanan membentur benda

keras.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : compos mentis

Nadi : 90x/menit

Tekanan darah : 100/80 mmHg

Suhu : 36,7oC

Respirasi : 20x/menit

Gizi : cukup

1

Page 2: My Case_# Femur

Status Lokalis

Regio Femoralis Dextra

I : Deformitas (+)

P : NVD baik

ROM aktif pasif terbatas

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 14,1 g/dl

Ht : 40 vol%

Leukosit : 10.400 mm3

Trombosit : 243.000 mm3

Ureum : 24 mg/dl

Creatinin : 0,9 mg/dl

Natrium : 132 mmol/l

Kalium : 3,5 mmol/l

Pemeriksaan Radiologis

Rontgen Femur dextra AP / Lateral :

Fraktur femur dextra 1/3 tengah transverse displaced

E. DIAGNOSIS KERJA

2

Page 3: My Case_# Femur

Fraktur femur dextra 1/3 tengah transverse displaced tertutup

F. PENATALAKSANAAN

- IVFD

- Analgetik

- Terapi konservatif

- Rencana operatif

G. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

BAB II

3

Page 4: My Case_# Femur

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Femur adalah tulang terkuat, terpanjang, dan terberat di tubuh dan

amat penting untuk pergerakan normal. Tulang ini terdiri atas tiga bagian,

yaitu femoral shaft atau diafisis, metafisis proximal, dan metafisis distal.

Femoral shaft adalah bagian tubular dengan slight anterior bow, yang

terletak antara trochanter minor hingga condylus femoralis. Ujung atas

femur memiliki caput, collum, dan trochanter major dan minor. Bagian

caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi dengan

acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput

terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan

ligamen dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan

sepanjang ligamen ini dan memasuki tulang pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur,

berjalan kebawah, belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang

125 derajat (pada wanita sedikit lebih kecil) dengan sumbu panjang batang

femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat dirubah oleh

penyakit.

Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas

leher dan batang. Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea

intertrochanterica di depan dan crista intertrochanterica yang mencolok di

bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum.

Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke

depan. Ia licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian

posteriornya terdapat rabung, linea aspera. Tepian linea aspera melebar ke

atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai crista

supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus

medialis. Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris

lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter

major terdapat tuberositas glutealis, yang ke bawah berhubungan dengan

4

Page 5: My Case_# Femur

linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk

daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.

Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang

di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan

anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua

condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atas condylus terdapat

epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan

langsung dengan epicondylus medialis.

B. Definisi dan Penyebab Fraktur

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan

epifisis dan atau tulang rawan sendi baik yang bersifat total maupun yang

parsial. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal, tekanan yang

berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik).

Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung

atau tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik

tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.

Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada

tulang. Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau

metatarsal. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau

tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh

(misalnya pada penyakit paget).

C. Proses Terjadinya Fraktur

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami

kepatahan, kita harus mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma

yang dapat menyebabkan tulang patah. Tulang kortikal mempunyai

struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir (shearing).

5

Page 6: My Case_# Femur

Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan

terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan.

Trauma dapat bersifat:

Trauma langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan

terjadi fraktur pada daerah tekanan.

Trauma tidak langsung

Disebut trauma tidak langsung bila trauma dihantarkan ke daerah yang

lebih jauh dari daerah fraktur misalnya jatuh dengan tangan ekstensi

dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.

Tekanan pada tulang dapat berupa:

Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral

Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur

impaksi, dislokasi, atau fraktur dislokasi

Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur kominutif atau

memecah, misalnya pada badan vertebra talus atau fraktur buckle pada

anak-anak

Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu

akan menyebabkan fraktur oblik atau fraktur Z

Fraktur oleh karena remuk

Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menraik sebagian

tulang

Manifestasi klinis:

Fraktur femoris sepertiga bagian atas

Pada fraktur femoris sepertiga bagian atas, fragmen proksimal dalam

keadaan fleksio oleh m. Iliopsoas, abduksio oleh m. Gluteus medius

dan minimus, dan memutar ke lateral oleh m. Gluteus maximus, m.

Piriformis, m. Obturatorius internus, m. Gemelli, dan m. Quadratus

femoris. Fragmen bawah di aduksio oleh m. Adductor, tertarik ke atas

6

Page 7: My Case_# Femur

oleh otot-otot hamstring dan m. Quadriceps, memutar ke lateral oleh

otot aduktor dan berat kaki.

Fraktur femoris sepertiga tengah

Pada fraktur femoris sepertiga tengah, fragmen distal tertarik ke atas

oleh otot hamstring dan m. Quadriceps, sehingga memendek dengan

nyata. Fragmen distal juga memutar ke belakang oleh tarikan kedua

caput m. Gastrocnemius.

Fraktur femoris sepertiga distal

Pada fraktur femoris sepertiga distal terjadi pergeseran fragmen distal

seperti halnya pada fraktur sepertiga tengah. Namun fragmen distal

lebih kecil dan lebih terputar ke belakang oleh m. Gastrcnemius dan

dapat menekan a. Poplitea dan mengganggu aliran darah yang menuju

tungkai bawah dan kaki.

Dari penjelasan tersebut, traksi berat pada fragmen distal umumnya

diperlukan untuk mengatasi otot-otot yang kuat itu dan memulihkan

panjang tungkai semula. Manipulasi tulang diperlukan untuk

mengembalikan fragmen distal pada bagian proksimalnya decara baik.

D. Klasifikasi Fraktur

Klasifikasi Etiologis:

Fraktur traumatik: terjadi karena trauma yang tiba-tiba

Fraktur patologis: terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat

kelainan patologis di dalam tulang

Fraktur stres: terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada

suatu tempat tertentu

Klasifikasi Klinis:

Fraktur tertutup (simple fracture)

Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan

dengan dunia luar.

7

Page 8: My Case_# Femur

Fraktur terbuka (compound fracture)

Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan

dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk

from within (dari dalam) atau from without (dari luar).

Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan

komplikasi misalnya malunion, union, nonunion, infeksi tulang.

Klasifikasi Radiologis

Klasifikasi ini berdasarkan atas:

1. Lokalisasi

- Diafisial

- Metafisial

- Intra-artikuler

- Fraktur dengan dislokasi

2. Konfigurasi

- Fraktur transversal

- Fraktur oblik

- Fraktur spiral

- Fraktur Z

- Fraktur segmental

- Fraktur kominutif, fraktur lebih dari dua fragmen

- Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi

- Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya

fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor, fraktur patella

- Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang

tengkorak

- Fraktur impaksi

- Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah

misalnya pada fraktur vertebra, patella, talus, kalkaneus

- Fraktur epifisis

8

Page 9: My Case_# Femur

3. Menurut ekstensi

- Fraktur total

- Fraktur tidak total

- Fraktur buckle atau torus

- Fraktur garis rambut

- Fraktur green stick

4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

- Bersampingan

- Angulasi

- Rotasi

- Distraksi

- Over-riding

- Impaksi

E. Gambaran Klinis Fraktur

1. Anamnesis

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik

fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan

ketidak mampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis

harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi

di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain.

Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari

ketinggian, atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan,

tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau

karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena adanya

nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas,

kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala lain.

9

Page 10: My Case_# Femur

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan awal penderita perlu diperhatikan:

- Syok, anemia atau perdarahan

- Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang

belakang atau organ-organ dalam rongga thoraks, panggul dan

abdomen

- Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis

3. Pemeriksaan lokal

a. Inspeksi (look)

Bandingkan dengan bagian yang sehat

Perhatikan posisi anggota gerak secara keseluruhan

Ekspresi wajah karena nyeri

Lidah kering atau basah

Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan

Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk

membedakan fraktur tertutup atau terbuka

Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai

beberapa hari

Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan

kependekan

Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada

organ-organ lain

Perhatikan kondisi mental penderita

Keadaan vaskularisasi

b. Palpasi (feel)

Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya

mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

Temperatur setempat yang meningkat

Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya

disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat

fraktur pada tulang

10

Page 11: My Case_# Femur

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus

dilakukan secara hati-hati

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa

palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis

posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling

(pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal

daerah trauma, temperatur kulit

Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai.

c. Pergerakan (move)

Periksa pergerakan dengan mengajak penderita untuk

menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal

dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan

fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga

uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu

juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti

pembuluh darah dan saraf.

d. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris

dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia,

aksonotmesis atau neurotmesis.

e. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan,

lokasi serta ekstensi fraktur. Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi

fragmen serta pergerakannya

Untuk menentukan teknik pegobatan

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-

artikuler

11

Page 12: My Case_# Femur

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

Dua posisi proyeksi: dilakukan sekurang-kurangnya yaitu

pada antero-posterior dan lateral

Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di

atas dan di bawah sendi yang mengalami fraktur

Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto

pada ke dua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis

Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan

fraktur pada dua daerah tulang. Misalnya pada fraktur

kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada

panggul dan tulang belakang

Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu musalnya

fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas

sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari

kemudian

f. Pemeriksaan radiologis lainnya

Pemeriksaan khusus dengan:

Tomografi, misalnya fraktur vertebra atau kondilus tibia

CT-scan

MRI

Radioisotop scanning

F. Prinsip dan Metode Penanganan Fraktur

1. Penatalaksanaan awal

Sebelum dilakukan pengobatan definitf pada satu fraktur, maka

diperlukan:

- Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah

membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang

12

Page 13: My Case_# Femur

bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena

agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri.

- Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian

klinis, apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma

pembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam lainnya.

- Resusitasi

2. Prinsip umum pengobatan fraktur

Ada empat prinsip pengobatan fraktur:

- Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur

dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal

pengobatan perlu diperhatikan:

Lokalisasi fraktur

Bentuk fraktur

Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan

Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah

pengobatan

- Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi

yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi

anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan

mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta

perubahan osteoartritis di kemudian hari.

Posisi yang baik adalah :

Alignment yang sempurna

Aposisi yang sempurna

- Retention; imobilisasi fraktur

- Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal

mungkin

13

Page 14: My Case_# Femur

3. Metode Pengobatan Fraktur Tertutup

Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam:

a. Konservatif

Terdiri atas:

1) Proteksi semata-mata (tanpa reduksi atau imobilisasi)

Proteksi fraktur terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut

misalnya dengna cara memberikan sling (mitela) pada anggota

gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.

2) Imobilisasi dengan bidai eksterna

Imobilisasi pada fraktur dengan bidai eksterna hanya

memberikan sedikit imobilisasi, biasanya mempergunakan

plaster of Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai

dari plastik atau metal. Indikasi: digunakan pada fraktur yang

perlu dipertahankan posisinya dalam proses penyembuhan

3) Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilissi eksterna,

mempergunakan gips

Indikasi:

Sebagai bidai pada fraktur untuk pertolongan pertama

Imobilisasi sebagai pengobatan definitif pada fraktur

Diperlukan manipulasi pada fraktur yang bergeser dan

diharapkan dapat direduksi dengan cara tertutup dan dapat

dipertahankan. Fraktur yang tidak stabil atau bersifat

kominutif akan bergerak di dalam gips sehingga

diperlukan pemeriksaan radiologis yang berulang-ulang

Imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis

Sebagai alat bantu tambahan pada fiksasi interna yang

kurang kuat

4) Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan

imobilisasi

Reduksi tertutup pada fraktur yang diikuti dengan traksi

berlanjut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi

kulit dan traksi tulang

14

Page 15: My Case_# Femur

5) Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi

Dengan mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai

Thomas, bidai Brown Bohler, bidai Thomas dengan Pearson

knee flexion attachment. Tindakan ini mempunyai dua tujuan

utama berupa reduksi yang bertahap dan imobilisasi.

Indikasi:

Bilamana reduksi tertutup dengan manipulasi dan

imobilisasi tidak memungkinkan serta untuk mencegah

tindakan operatif misalnya pada fraktur batang femur,

fraktur vertebra servikalis

Bilamana terdapat otot yang kuat mengelilingi fraktur

pada tulang tungkai bawah yang menarik fragmen dan

menyebabkan angulasi, over-riding, dan rotasi yang dapat

menimbulkan malunion, nonunion atau delayed union.

Bilamana terdapat fraktur yang tidak stabil, oblik, fraktur

spiral atau kominutif pada tulang panjang

Fraktur vertebra servikalis yang tidak stabil

Fraktur femur pada anak-anak (traksi Bryant=traksi

Gallow)

Fraktur dengan pembengkakan yang sangat hebat desertai

dengan pergeseran yang hebat serta tidak stabil, misalnya

fraktur suprakondiler humerus

Jarang pada fraktur metakarpal

Sekali-kali pada fraktur colles atau fraktur pada orang tua

dimana reduksi tertutup dan imobilisasi eksterna tidak

memungkinkan

b. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus

dengan K-wire

c. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang

Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi interna:

Fraktur intra-artikuler misalnya fraktur maleolus, kondilus,

olekranon, patela

15

Page 16: My Case_# Femur

Reduksi tertutup yang mengalami kegagalan misalnya fraktur

radius dan ulna disertai malposisi yang hebat atau fraktur yang

tidak stabil

Bila terdapat interposisi jaringan di antara kedua fragmen

Bila diperlukan fiksasi rigid misalnya pada fraktur leher femur

Bila terjadi fraktur dislokasi yang tidak dapat direduksi secara

baik dengan reduksi secara baik dengan reduksi tertutup

misalnya fraktur Monteggia dan fraktur Bennett

Fraktur terbuka

Bila terdapat kontraindikasi pada imobilisasi eksterna

sedangkan diperlukan mobilisasi yang cepat, misalnya fraktur

pada orang tua

Eksisi fragmen yang kecil

Eksisi fragmen tulang yang kemungkinan mengalami nekrosis

avaskuler misalnya fraktur leher femur pada orang tua

Fraktur avulsi misalnya pada kondilus humeri

Fraktur multiple

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair

necrosis tinggi.

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan.

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang

lebih baik dengan operasi, misalnya fraktur femur.

Indikasi reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna

Fraktur terbuka grade II dan grade III

Fraktur terbuka disertai hilangnya jaringan atau tulang yang

hebat

Fraktur dengan infeksi atau infeksi pseudoartrosis

Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah penderita diabetes

mellitus

16

Page 17: My Case_# Femur

Komplikasi reduksi terbuka:

Infeksi (osteomielitis)

Kerusakan pembuluh darah dan saraf

Kekakuan sendi bagian proksimal dan distal

Kerusakan periosteum yang hebat sehingga terjadi delayed

union atau nonunion

Emboli lemak

d. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis

4. Terapi pada fraktur terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan

penanganan segera. Tindakan harus sudah dimulai dari fase pra rumah

sakit:

- Pembidaian

- Menghentikan perdarahan dengan perban tekan

- Menghentikan perdarahan dengan perban klem.

Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh

karena 40% dari fraktur terbuka merupakan polytrauma. Tindakan

life-saving harus selalu di dahulukan dalam kerangka kerja terpadu.

Tindakan terhadap fraktur terbuka:

- Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta

pembidaian anggota gerak, kemudian anggota gerak ditinggikan.

17

Page 18: My Case_# Femur

- Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta

tindakan reposisi terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam

waktu kurang dari 6 jam (golden period 4 jam)

- penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

Tindakan reposisi terbuka:

1) Pemasangan torniquet di kamar operasi dalam pembiusan yang

baik.

2) Ambil swab untuk pemeriksaan mikroorganisme dan kultur/

sensitifity test.

3) Dalam keadaan narkose, seluruh ekstremitas dicuci selama 5-10

menit dan dicukur.

4) Luka diirigasi dengan cairan Naci steril atau air matang 5-10

liter. Luka derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari

kontaminasi.

5) Tutup luka dengan doek steril

6) Ahli bedah cuci tangan dan seterusnya

7) Desinfeksi anggota gerak

8) Drapping

9) Debridement luka (semua kotoran dan jaringan nekrosis kecuali

neirovascular vital termasuk fragmen tulang lepas dan kecil) dan

diikuti reposisi terbuka, kalau perlu perpanjang luka dan membuat

incisi baru untuk reposisi tebuka dengan baik.

10) Fiksasi:

a. fiksasi interna untuk fraktur yang sudah dipertahankan

reposisinya (unstable fracture) minimal dengan Kischner wire

b. Intra medular nailing atau plate screw sesuai dengan

indikasinya seperti pada operasi elektif, terutama yang dapat

dilakukan dalam masa golden period untuk fraktur terbuka

grade 1-2

c. Tes stabilitas pada tiap tindakan. Apabila fiksasi interna tidak

memadai (karena sifatnya hanya adaptasi) buat fiksasi luar

(dengan gips spalk atau sirkular)

18

Page 19: My Case_# Femur

d. Setiap luka yang tidak bisa dijahit, karena akan menimbulkan

ketegangan, biarkan terbuka dan luka ditutup dengan dressing

biasa atau dibuat sayatan kontra lateral.

Untuk grade 3 kalau perlu:

Pasang fikasasi externa dengan fixator externa (pin/screw

dengan K nail/wire dan acrylic cement). Usahakan agar

alignment dan panjang anggota gerak sebaik-baiknya.

Apabila hanya dipasang gips, pasanglah gips sirkuler dan

kemudian gips dibelah langsung (split) setelah selesai

operasi.

e. Buat x-ray setelah tindakan

G. Prognosis

Prognosis dari fraktur femur untuk kehidupan adalah bonam. Pada

sisi fungsi dari kaki yang cedera, kebanyakan pasien kembali ke performa

semula, namun hal ini sangat tergantung dari gambaran frakturnya, macam

terapi yang dipilih, dan bagaimana respon tubuh terhadap pengobatan.

Bahaya besar pada fraktur femur adalah cedera pada arteri femoralis,

iskemia perifer dapat terjadi dengan segera dan hebat. Sering disertai

edema lengan bawah dan kompartemen sindrom yang makin menghebat

yang mengakibatkan nekrosis otot dan saraf. Nyeri hebat ditambah satu

tanda positif (nyeri saat dorsofleksi jari kaki secara pasif, tungkaibawah

yang nyeri tekan dan tegang, tak ada nadi dan tumpulnya sensasi)

membutuhkan tindakan yang cepat. Jika tidak tertangani dengan cepat dan

baik maka prognosisnya dapat menjadi jelek.Lesi saraf jarang terjadi pada

fraktur tertutup.

Komplikasi yang sering terjadi pada fraktur femur adalah tungkai

yang tidak sama panjang setelah sembuh, malrotasi atau deformitas

anguler, pembentukan spur yang menonjol pada otot yang mengganggu

pergerakan dan kontraktu rkuadrisep.

19

Page 20: My Case_# Femur

Komplikasi infeksi yang menyebabkan osteomielitis biasanya

merupakan akibat dari fraktur terbuka meskipun tidak jarang terjadi

setelah reposisi terbuka.

H. Komplikasi Fraktur Femur

1. Komplikasi Dini

- Syok: dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun

fraktur bersifat tertutup.

- Emboli lemak.

- Trauma Pembuluh darah.

- Trauma Saraf.

- Trombo-emboli.

- Infeksi.

2. Komplikasi Lanjut

- Delayed union: fraktur femur pada orang dewasa mengalami union

dalam 4 bulan.

- Nonunion: apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik

dicurigai adanya nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone

graft.

- Malunion: bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen,

maka diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan.

Angulasi sering ditemukan. Malunion juga menyebabkan

pemendekan pada tungkai sehingga dieprlukn koreksi berupa

osteotomi.

- Kaku sendi lutut: setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitsn

pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi

periartikuler atau adhesi intrmuskuler. Hal ini dapat dihindari

apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih

awal.

- Refraktur: terjadi apabila imobilisasi dilakukan sebelum terjadi

union yang solid.

20

Page 21: My Case_# Femur

BAB III

ANALISIS KASUS

Pada anamnesis didapatkan data bahwa penderita berusia 26 tahun

beralamat di Sei Rambang datang berobat ke RSMH dengan keluhan sulit dan

nyeri menggerakkan tungkai kanan setelah kecelakaan lalu lintas. Dari anamnesis

lebih lanjut diketahui bahwa ± 11 jam SMRS, motor yang dikendarai penderita

tergelincir. Penderita terjatuh dengan tungkai kanan terbentur benda keras. Lalu

penderita dibawa ke RSMH.

Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan tekanan darah,

pernafasan, nadi, dan suhu dalam batas normal, hal ini dapat menunjukkan bahwa

kondisi ABC penderita baik. Dari hasil pemeriksaan fisik, pada status lokalis

didapatkan pada regio femur sinistra tampak adanya deformitas yang

menyingkirkan trauma jaringan lunak, NVD baik dan ROM aktif pasif terbatas,

yaitu penderita kesulitan menggerakkan secara aktif dan pasif sendi lutut.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan radiologis dengan

hasil rontgen regio femur dextra AP/Lateral menunjukkan fraktur femur dextra

1/3 tengah transverse displaced tertutup.

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

yang telah dilakukan disimpulkan bahwa pasien ini didiagnosa dengan fraktur

fraktur femur dextra 1/3 tengah transverse displaced tertutup. Penatalaksanaan

pada pasien ini direncanakan pemberian analgetik, terapi konservatif dengan

traksi kulit dilanjutkan terapi operatif dengan pemasangan plate dan screw atau

pemasangan K-nail. Prognosis pasien ini adalah Quo ad vitam bonam dan quo ad

fungtionam bonam.

21

Page 22: My Case_# Femur

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley AG, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley.

Jakarta: Widya Medika. 1995.

2. Bergman, Ronald, Ph.D. Anatomy of First Aid: A Case Study Approach.

Available from: http://www.anatomyatlases.org/firstaid/ThighInjury.shtml

3. Doherty M. Gerard. Current Diagnosis and Treatment Surgery.13th Edition.

New York: Mc Grow Hill. 2009

4. Keany E. James. Femur Fracture. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/824856-treatment

5. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Jakarta:

Media Aesculapius. 2000.

6. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang

Lamumpatue. 2003.

7. Reksoprodjo, Soelarto. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Fakultas Kedoktran

Universitas Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995

8. Ruedi. P. Thomas. AO Principles of Fractures Management. New York: AO

Publishing. 2000

9. Snell, Anatomi Klinik. Bagian 2. Edisi ketiga. Jakarta: EGC. 1998

10. Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC.

2004.

22