Musrenbang Dan Demokrasi Deliberatif

5
2/7/2014 Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif http://politik.kompasiana.com/2012/02/22/musrenbang-dan-demokrasi-deliberatif-441093.html 1/5 Kompasiana Kompas.com Cetak ePaper Kompas TV Bola Entertainment Tekno Otomotif Fe m ale Health Properti Urbanesia Images More Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Jakarta Fiksiana Freez Shendy Adam TERVERIFIKASI Jadikan Teman | Kirim Pesan Home Politik Politik Artikel Politik seorang pelayan publik di ibukota negara tercinta yang akan senantiasa "Berpikir, Bersikap, Bersuara MERDEKA" TRENDING ARTICLES Belajar Galang Dana Kampanye ala Obama … kasan mulyono REGISTRASI | MASUK Zaccheroni Jadi Favorit Pengganti Prandelli Brasil Mulai Dilanda Demam "Jersey" Kuning "Inggris Perlu Pemimpin seperti John Terry" "Suarez dan Cavani dalam Usia Emas Saat Piala Dunia" FEATURED ARTICLE OPINI | 22 February 2012 | 16:08 Dibaca: 858 Komentar: 2 0 Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif Pasca tumbangnya rezim orde baru, sontak saja bangsa kita mengalami euforia dengan bermacam gagasan baru. Demi menyukseskan apa yang kita sebut sebagai reformasi, maka diujicobakanlah konsep-konsep yang lebih dulu sukses di negara- negara maju seperti desentralisasi, demokratisasi, good governance dan pemberdayaan masyarakat. Indonesia juga tidak mau ketinggalan mengejar Millenium Development Goals. Selayaknnya anak kecil yang sedang belajar berjalan, Indonesia juga tertatih-tatih mengikuti berbagai wacana baru yang sebelumnya asing bagi kita. Lihat saja bagaimana kita mengejawantahkan demokrasi, masih sebatas prosedural dan abai terhadap hal-hal substansial. Demokrasi semata dimaknai sebagai sebuah metode kelembagaan, maka proses- proses demokrasi diukur dalam parameter “bagaimana suara didapatkan”. Artinya, demokrasi adalah proses bagaimana untuk mendapatkan legitimasi publik, dalam hal ini, suara rakyat dalam Pemilu. Jangan heran jika pemilu, pilpres dan pilkada dianggap sebagai pencapaian brilian dari upaya demokratisasi. Dalam logika demokrasi yang digunakan Indonesia, yang disebut dengan “demokrasi” terbatas pada persoalan pemilu, partai politik, parlemen, dan sekitarnya. Diskursus mengenai demokrasi di ruang-ruang informal belum menjadi domain dari “demokrasi”. Proses demokrasi cenderung sangat elitis dan bertumpu pada aktor-aktor utama di eksekutif serta legislatif. Perlahan tapi pasti, partisipasi mulai ditumbuhkembangkan di negeri ini, salah satu di antaranya melalui musrenbang. Tujuannya adalah mengubah paradigma lama dalam perencanaan pembangunan/kebijakan publik yang melulu top down menjadi bottom up.

Transcript of Musrenbang Dan Demokrasi Deliberatif

Page 1: Musrenbang Dan Demokrasi Deliberatif

2/7/2014 Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif

http://politik.kompasiana.com/2012/02/22/musrenbang-dan-demokrasi-deliberatif-441093.html 1/5

Kompasiana Kompas.com Cetak ePaper Kompas TV Bola Entertainment Tekno Otomotif Female Health Properti Urbanesia Images More

Berita Politik Humaniora Ekonomi Hiburan Olahraga Lifestyle Wisata Kesehatan Tekno Media Muda Green Jakarta Fiksiana Freez

Shendy Adam TERVERIFIKASI Jadikan Teman | Kirim Pesan

Home Politik Politik Artikel

Politik

seorang pelayan publik di ibukota negara tercinta yang akan senantiasa "Berpikir, Bersikap,

Bersuara MERDEKA"

TRENDING ARTICLES

Belajar Galang DanaKampanye ala Obama …

kasan mulyono

REGISTRASI | MASUK

Zaccheroni Jadi Favorit Pengganti

Prandelli

Brasil Mulai Dilanda Demam "Jersey"

Kuning

"Inggris Perlu Pemimpin seperti John

Terry"

"Suarez dan Cavani dalam Usia Emas

Saat Piala Dunia"

Ancaman buat Pengguna Pelacur di

FEATURED ARTICLE

OPINI | 22 February 2012 | 16:08 Dibaca: 858 Komentar: 2 0

Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif

Pasca tumbangnya rezim orde baru, sontak saja bangsa kita mengalami euforiadengan bermacam gagasan baru. Demi menyukseskan apa yang kita sebut sebagaireformasi, maka diujicobakanlah konsep-konsep yang lebih dulu sukses di negara-negara maju seperti desentralisasi, demokratisasi, good governance danpemberdayaan masyarakat. Indonesia juga tidak mau ketinggalan mengejar Millenium

Development Goals.

Selayaknnya anak kecil yang sedang belajar berjalan, Indonesia juga tertatih-tatihmengikuti berbagai wacana baru yang sebelumnya asing bagi kita. Lihat sajabagaimana kita mengejawantahkan demokrasi, masih sebatas prosedural dan abaiterhadap hal-hal substansial.

Demokrasi semata dimaknai sebagai sebuah metode kelembagaan, maka proses-proses demokrasi diukur dalam parameter “bagaimana suara didapatkan”. Artinya,demokrasi adalah proses bagaimana untuk mendapatkan legitimasi publik, dalam halini, suara rakyat dalam Pemilu. Jangan heran jika pemilu, pilpres dan pilkada dianggapsebagai pencapaian brilian dari upaya demokratisasi.

Dalam logika demokrasi yang digunakan Indonesia,yang disebut dengan“demokrasi” terbatas padapersoalan pemilu, partaipolitik, parlemen, dansekitarnya. Diskursusmengenai demokrasi diruang-ruang informal belummenjadi domain dari“demokrasi”. Prosesdemokrasi cenderung sangat elitis dan bertumpupada aktor-aktor utama di eksekutif serta legislatif.

Perlahan tapi pasti, partisipasi mulai ditumbuhkembangkan di negeri ini, salah satu diantaranya melalui musrenbang. Tujuannya adalah mengubah paradigma lama dalamperencanaan pembangunan/kebijakan publik yang melulu top down menjadi bottom up.

Page 2: Musrenbang Dan Demokrasi Deliberatif

2/7/2014 Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif

http://politik.kompasiana.com/2012/02/22/musrenbang-dan-demokrasi-deliberatif-441093.html 2/5

Edy Neneng| 9 jam lalu

M Alinapiah Simbolo...| 9 jam lalu

Muchammad Yani| 15 jam lalu

Ahmad Saukani| 16 jam lalu

Manly Villa| 17 jam lalu

INDEX

INFO & PENGUMUMAN KONTAK KOMPASIANA

Menguapnya Capres Penari

Latar …

Tak Perlu Meragukan

Kepantasan Jokowi Jadi …

“Banjir Jakarta” Mungkinkah

Konspirasi …

Basuki Kesal Kepada Jokowi.

Pemain Thailand Teerasil

Dangda, Gabung …

Semarakkan Piala Dunia Brasil 2014 di …

Pemenang Kemenparekraf Blog Competition …

Ke Tasik, Admin Kompasiana Raker Sambil …

Hari Esok Belum Tentu Milik Kita

Rayuan Ini Bisa Menghilangkan Stretchmarks

Orang Miskin Harus Bisa Kuliah

Sepotong Roti untuk Berdua

Tiga Tahun Hampir Mati di Kompasiana

Habibie, Teknokrat yang Negarawan

Se-Tubuh Ilahi

Makan

Penyakit No. 1 Jelang Ujian Nasional

Negeri Serpihan Surga

Subscribe and Follow Kompasiana:

Musrenbang tingkat kota di Jakarta Timur

Akan tetapi, kekecewaan publik juga mengemuka di beberapa daerah. Bahkan, adayang memelesetkan bottom up menjadi mboten up (alias tidak naik-naik). Musrenbangsejatinya adalah wahana untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat melalui prosesyang mengusung semangat participatory planning and budgeting. Nyatanya, kerapkali apa yang diusulkan oleh masyarakat dalam arena musrenbang tidak pernahterealisasi dalam program yang nyata.

Walhasil, musrenbang tak ubahnya sebuah ritual rutin tahunan demi menggugurkankewajiban Pemerintah Daerah. Lebih menyedihkan lagi jika acaranya justrumenekankan pada aspek seremonial belaka, ditandai adanya sambutan dari parapejabat publik. Padahal bukan itu esensi dari musrenbang.

Sebagaimana sudah disebutkan di atas, praktek demokrasi di Indonesia masihsebatas aspek prosedural semata. Lalu bagaimana seharusnya sisi lain demokrasiditumbuhkembangkan?

Adalah Jurgen Habermas, seorang ilmuwan sosial kritisMadzhab Frankfurt generasi kedua, menawarkan tentangdemokrasi deliberatif. Habermas mempunyai keyakinanbahwa melalui tindakan komunikatif masyarakat moderndengan segala kompleksitasnya dapat diintegrasikan.Tindakan komunikatif adalah tindakan yang mengarahkan diripada konsensus.

Janette Hartz-Karp (2005) mengidentifikasi demokrasi deliberatif butuh setidaknya tigahal berikut ini: (1) pengaruh: kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan danpembuatan keputusan; (2) keterbukaan (inclusion): perwakilan penduduk, keterbukaanpandangan dan nilai-nilai yang beragam, serta kesempatan yang sama untukberpartipasi; (3) deliberasi: komunikasi terbuka, akses informasi, ruang untukmemahami dan membingkai ulang berbagai isu, saling menghormati, dan gerakanmenuju konsensus.

Keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi merupakan inti dari demokrasideliberatif. Menurut Reiner Forst, “Demokrasi deliberatif berarti bahwa bukan jumlahkehendak perseorangan dan juga bukan kehendak umum yang menjadi sumberlegitimasi, melainkan proses pembentukan keputusan politis yang selalu terbukaterhadap revisi secara deliberatif dan diskursif-argumentatif.”[1] Dengan demikian,demokrasi deliberatif dapat dipahami sebagai proseduralisme dalam hukum danpolitik. Demokrasi deliberatif merupakan suatu proses perolehan legitimitas melaluidiskursivitas.[2]

Semangat dari pelaksanaan musrenbang sejatinya sejalan dengan demokrasideliberatif. Secara sederhana, demokrasi deliberatif ditandai dengan adanya ruanguntuk curhat, usul, atau kritik bagi seluruh elemen masyarakat, tanpa pandang bulu,agar segala sisi kemanusiaan dapat diserap sistem politik-ekonomi atau ekonomi-politik.

Jika dilihat dari relasi antara pemerintah dan masyarakat/rakyat, partisipasi dapatdibagi menjadi tiga model: partisipasi yang diundang (invited participation), partisipasirakyat banyak dari bawah (popular participation) atau dapat disebut gerakan sosial

dan permusyawaratan bersama (deliberative participation) antara pemerintah danmasyarakat.

Saat ini, musrenbang di banyak daerah (termasuk Jakarta) hanya dapat dikategorikansebagai bentuk lain dari invited participation yang dijalankan oleh pemerintah daerahatau biasa disebut executive led articulation. Tidak salah jika ada yang mengatakan

TERAKTUAL

INSPIRATIF

BERMANFAAT

MENARIK

Page 3: Musrenbang Dan Demokrasi Deliberatif

2/7/2014 Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif

http://politik.kompasiana.com/2012/02/22/musrenbang-dan-demokrasi-deliberatif-441093.html 3/5

musrenbang merupakan merupakan mekanisme standar artikulasi, agregasi danpartisipasi dalam perencanaan pembangunan daerah yang ditempuh pemerintah.

Idealnya, suatu saat nanti dapat terbentuk sebuah bentuk baru dari permusyawaratanantara pemerintah dengan masyarakat yang benar-benar mencerminkan deliberativeparticipation. Selain tetap mempertahankan invited articipation, perlu dipikirkanbagaimana bisa meningkatkan popular participation.

Partisipasi seperti ini hanya bisa terwujud pada warga masyarakat yang terdidik danterorganisir sehingga mereka mempunyai kesadaran kritis dan kompetensi terhadapmasalah-masalah publik. Ia tumbuh ditandai dengan munculnya organisasi-organisasimasyarakat, berbagai komunitas, ruang-ruang publik yang semarak, jaringan sosialyang padat, media yang bebas dan kritis, dan seterusnya. Berbagai elemenmasyarakat itu mengorganisir kepentingan mereka, melahap berbagai informasi publikyang terkait dengan kepentingan mereka, mempunyai peta masalah dan ide-idealternatif untuk kebijakan, aktif mencermati dan merespons kebijakan publik, aktifmelakukan watch dog terhadap lembaga-lembaga publik, dan lain-lain.

Pada saat popular participation sudah tumbuh subur, maka musrenbang kelakbertransfromasi dari invited participation menjadi deliberative participation.Demokrasi deliberatif adalah sebuah asosiasi yang memiliki banyak urusan yangdikelola dengan deliberasi publik di antara para anggotanya, sekaligus sebuahasosiasi yang memiliki sejumlah anggota yang saling berbagi komitmen untukmenyelesaikan masalah dan menentukan pilihan kolektif melalui dialog publik (Cohen,1989).

Habermas dalam karya fenomenalnya, The Structural Transformation of the PublicSphere, telah meletakkan dasar-dasar demokrasi deliberatif. Setidaknya ada tigaargumen penting Habermas yang menyokong teorisasi yang dia bangun berdasarkannarasi sosiologi-sejarah tentang kemunculan, perubahan, dan disintegrasi ruang publik.

Pertama, demokrasi memerlukan arena ekstra-politik dalam masyarakat politik yang didalamnya ia mengembangkan dan mensosialisasikan sebagian besar orang,khususnya kelompok yang kurang memperoleh perhatian. Kedua, sebuah ruang publikyang kritis diperlukan untuk menjembatani kesenjangan yang tumbuh antaramasyarakat sipil dan basis sentralitasnya dalam perdebatan demokrasi deliberatif.Ketiga, demokrasi semakin rusak dan mengalami pembusukan ketika iadilembagakan secara formal.

Apa yang paling mendasar dalam demokrasi deliberatif adalah sebuah prosespelibatan publik dalam membuat keputusan/kebijakan. Baik pengambil keputusanmaupun unsur warga masyarakat melakukan dialog secara bersama, terbuka, dankritis mengidentifikasi persoalan, mencari solusi pemecahan masalah, dan mengambilkesepakatan bersama, yang semua itu dijadikan sebagai basis pengambilan kebija-kan oleh pemerintah.

Banyak pihak yang pesimis atau malah skeptis terhadap eksistensi musrenbang saatini. Realitanya, musrenbang lebih banyak menghadirkan kekecewaan publik. Tapi,

terlalu dini jika kita nyatakan bahwa exercise yang sedang kita lakukan sudah gagaldan harus ditinggalkan. Partisipasi publik tetap harus didorong, salah satunya melaluimusrenbang.

Partisipasi bukan sekadar kehadiran sekelompok warga atau masyarakat dalamproses musrenbang saja. Dalam musrenbang warga didorong untuk terlibat mengambilkeputusan. Musrenbang bukan hanya alat tetapi juga sebuah ruang yang menjaminwarga dijamin memiliki hak dan kebebasan berpendapat serta terlibat dalam setiap

Page 4: Musrenbang Dan Demokrasi Deliberatif

2/7/2014 Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif

http://politik.kompasiana.com/2012/02/22/musrenbang-dan-demokrasi-deliberatif-441093.html 4/5

Siapa yang menilai tulisan ini?

22 February 2012 11:39:47

Tulisannya cukup realistis, dinamis dan futuritikYang saya alami secara langsung pasca Reformasi dengan prosedur Bottom up Planningplus minus 7 tahun saya melakoni musrenbang yang ada adalah orang yang hadir diMusrenbang itu (Pihak Masyarakat) tidak tau itu “Basic Need Assesment untuk wilayahnyaatau kelompoknya” dengan demikian arahnya pasti “Blunder”Dalam Murenbang tahunan, banyak Pejabat Pusat dan Daerah “Tidak Mampu”mengakselerasi “Internasional Program, Nasional Program, Propinsial Program dan LocalProgram” sesuai cita-cita UUD 1945 dan Visi-Misi Pejabat Terpeilih, artinyakecenderungannya adalah “Yang Penting Musrenbang” programm kerjanya dipadupadankan dengan kepentingan “Politik Partai” terhadap” Konsituennya” demikelanggengan ……..”bermacam-macam” Silahkan dibuktikan. Salam.

0 Balas

Laporkan Komentar

Luhut

Simor

13 April 2012 03:33:56

Tulisannya mencerahkan.Perencanaan Partisipatif telah dan banya digagas di Indonesia oleh sektor swasta maupunsektor publik. Pada tataran teoritis, gagasan yang disampaikan terkait pelibatanmasyarakat sangat konstruktif. Cuma pemasalahan yang ada di Indonesia itu, pelibatanbukan hanya saat “bahas APBD-kab kota prov” melalui musrenbang dan kawan2nya itu,yang seperti kata Pak Luhut (dan benar adanya)-formalitas. Aspek keberlanjutan daripartisipasi itu berakhir ketika masyarakat meninggalkan ruang rapat musrenbang. Dan,ketika kita membahas musrenbang ada kecenderungan untuk mengaitkannya denganproses perencanaan dalam kaitannya dengan pengalokasi anggaran dan perencanaanpemerintahan lainnya. Forum deliberasi - apapun namanya- harus bisa menjamin bukanhanya partisipasi tapi juga akses warga terhadap ‘public resource’ yang lebih luas. Yg pastikita bersepakat bahwa musrenbang merupakan kampanye awal bagi penguatanmasyarakat sipil.

0 Balas

Laporkan Komentar

Bantemin

Kaimana

28 January 2013 08:17:23

Persoalannya, forum warga belum benar-benar terbentuk. Musrenbang hanya prosedur

Artikel ini belum ada yang menilai.

pengambilan keputusan. Lebih dari itu, musrenbang dapat sangat bermanfaat untukmembangun mutual trust, kebersamaan, kemitraan, dan penyelesaian masalah yangtepat dan efektif.

Pertanyaannya, mengapa sudah cukup lama kita melakukan musrenbang tapidemokrasi deliberatif murni tak kunjung terbentuk? Civil society yang kuat juga hinggakini masih dalam tataran wacana. Kelambatan itu boleh jadi karena di dalam upayayang sekarang kita lakukan sedang berlangsung proses penyadaran dan internalisasihak-hak kerwargaan di dalam diri peserta musrenbang.

SAF

[1] Reiner Forst, Kontexte der Gerechtigkeit, Frankfrurt a.M., 1994, Hlm. 192.

[2] F. Budi Hardiman, Filsafat Fragmentaris, Yogyakarta: Kansius, 2007, Hlm. 127.

Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasianamenjadi tanggung jawab Penulis.

KOMENTAR BERDASARKAN : TANGGAL

Laporkan Tanggapi

0

Page 5: Musrenbang Dan Demokrasi Deliberatif

2/7/2014 Musrenbang dan Demokrasi Deliberatif

http://politik.kompasiana.com/2012/02/22/musrenbang-dan-demokrasi-deliberatif-441093.html 5/5

© 2008-2011

About Kompasiana | Terms & Conditions | Tutorial | FAQ | Contact Us | Kompasiana Toolbar

yang perlu ditempuh untuk memperjuangkan aspirasi. Tetapi aspirasi itu perlu digodokmelalui berbagai forum warga di tingkat akar rumput. Agenda ini masih sedikit yangmengerjakannya.

0 Balas

Laporkan Komentar

Rp

Paramita

Submit Cancel

Tulis Tanggapan Anda