MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM...

71
MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM ROHINGYA 1942-2012 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Hum) Oleh: SAYFURRAHMAN 1112022000042 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M

Transcript of MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM...

Page 1: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

MUSLIM KAUM LEMAH:

STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM ROHINGYA

1942-2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Hum)

Oleh:

SAYFURRAHMAN

1112022000042

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H / 2019 M

Page 2: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah
Page 3: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah
Page 4: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah
Page 5: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

v

ABSTRAKSI

Rohingya adalah etnis minoritas di Myanmar. Tragedi paling

mengenaskan yang diderita kelompok kaum lemah ini adalah penolakan negara

terhadap status kewarganegaraan mereka. Dengan kata lain, etnis Rohingya

adalah musuh negara. Satu-satunya cara untuk bertahan adalah melarikan diri dari

negara sendiri, dan menjadi pengungsi ke negara lain. Status sebagai pengungsi

adalah produk dari ketidakamanan dan ketidaknyamanan hidup di negeri sendiri

sebagai musuh negara.

Penolakan negara terhadap etnik Rohingya dapat ditelusuri sejak abadi 18

Masehi. Rohingya adalah komunitas yang berasal dari Bangladesh dan

bermusuhan dengan etnik asli Burma, yaitu Tibeto-Burma. Dominasi etnik Tibeto

ini semakin kentara setelah mereka menguasai rezim militer. Perlawanan-

perlawanan Rohingya terus dibentuk, sekalipun tidak membuah hasil maksimal.

Penelitian ini fokus pada historiografi Islam dan Islamisasi di Rohingya

sebagai represetasi dari Muslim Kaum Lemah sejak abad 8 Masehi hingga

sekarang. Dengan pendekatan sosiologis, penelitian historis ini melihat bagaimana

umat muslim di Rohingya terus mendapatkan tekanan sepanjang sejarah. Konflik-

konflik politik, etnik, agama dan problem-problem seperti kesehatan, imigrasi,

yang mewarnai perjalanan hidup muslim Rohingya dipahami sebagai konteks-

konteks sosial historis muslim Rohingya.

Keywords: Islam, historiografi, konflik, diskriminasi, mustadh’afin, Rohingya.

Page 6: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah tiada kata yang paling indah yang dapat penulis ungkapkan

selain rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah Melimpahkan rahmat dan

karunia Nya serta kekuatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sholawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi

Muhammad SAW berserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Rasa syukur

serta tekad yang kuat akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang

berjudul Muslim Kaum Lemah: Studi Kasus Muslim Rohingya. Semoga karya ini

dapat menjadi sumbangsih bagi siapa saja yang ingin bergelut pada dunia

penelitian, khususnya bagi yang memfokuskan kajian pada Perjuangan

Kemerdekaan.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis menyadari bahwa semua ini

tidaklah semata berhasil dengan tenaga dan upaya sendiri, namun banyak pihak

yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik yang

bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya penulis

menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasama dan dorongannya. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang terdalam kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, M.A., selaku Rektor UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Drs. Saiful Umam, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Jakarta, berikut pula semua wakil Dekan, I, II, dan III

seluruh staf dan pegawai Fakultas Adab dan Humaniora.

3. Ibu Dr. Awalia Rahma, M.A. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam yang telah membantu administrasi prosedural akademik mulai dari

perkuliahan hingga selesainya jejang S-1 penulis.

4. Ibu Dr. Hj. Tati Hartimah, M.A. selaku pembimbing skripsi yang dengan

ikhlas memberikan ilmu dan waktunya untuk penulis hingga selesainya

penulisan skripsi ini.

Page 7: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

vii

5. Ibu Amelia Fauzia, S.Ag., M.A., Ph.D selaku pembimbing akademik yang

telah membimbing penulis dalam menghadapi masa-masa perkuliahan dari

awal masuk sampai akhir perkuliahan.

6. Seluruh dosen Progam Studi Sejarah dan Peradaban Islam yang telah

banyak berjasa terhadap penulis dalam memberikan motivasi dan

bimbingan keilmuannya.

7. Kedua orang tua tercinta ibunda Mutmainnah dan Dumyati Yang telah

mendidik, mengasuh, membimbing dengan kasih sayang yang tulus

sehingga anakmu ini bisa menyelesaikan studinya sampai perguruan

tinggi.

8. Kepada Teman-teman SKI angkatan 2012, dan teman-teman lainnya yang

ikut memberikan partisipasinya khususnya kepada, Ajis, Lukman “yang

berjuang hingga titk darah penghabisan” dan semua orang yang telah

membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

9. Kawan-kawan Kajian Indonesian Culture Academi (INCA), dari forum ini

dan kalian saya mendapatkan ghirah untuk melawan kebodohan dan

banyak menimba ilmu pengetahuan.

10. Kawan-kawan kost JB terkhusus Ali Topa (papi), Kholil phei, Laili,

Saniman, Karim, Amin Hatori, Kholil Genandi dan banyak lagi yang tidak

bisa saya sebutkan satu persatu.

11. Dan semua orang yang mendo’akan dan memudahkan segala bentuk

ikhtiyar saya. Saya ucapkan beribu-ribu banyak terima kasih yang tiada

batasnya.

Demikian ucapan terimakasih penulis, semoga amal baik semua pihak

yang telah berkenan memberikan informasi yang penulis butuhkan untuk

penulisan skripsi ini, mendapatkan imbalan dan pahala sebesar-besarnya dari

Allah SWT. Jika ada kesalahan dan kekurangan, penulis mohon masukan yang

kontruktif, sehingga skripsi ini bermanfaat bagi pembacanya.

Page 8: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

viii

Wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Jakarta, 13 Mei 2019

Sayfurrahman

Page 9: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................ iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................... iv

ABSTRAKSI ........................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 6

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7

E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8

F. Kerangka Teori ....................................................................... 11

G. Metode Penelitian ................................................................... 12

H. Sistematika Penulisan ............................................................. 13

BAB II ASAL-USUL ETNIS ROHINGYA DAN SEJARAH ISLAM

DI MYANMAR ....................................................................................... 15

A. Asal Mula Etnis Rohingya..................................................... 15

B. Dinamika Islam ..................................................................... 18

BAB III SOSIO HISTORIS KONFLIK MUSLIM ROHINGYA ...... 29

A. Ketegangan Hubungan Etno-Religius ................................... 29

B. Ketegangan Politik Kewarganegaraan .................................. 35

Page 10: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

x

BAB IV ETNIS MUSLIM ROHINGYA YANG LEMAH .................. 43

A. Etnis Muslim Rohingya Mengalami Diskriminasi ................ 43

B. Keberadaan Etnis Rohingya Pasca Konflik ........................... 51

BAB V PENUTUP ................................................................................... 54

A. Kesimpulan ............................................................................ 54

B. Saran ...................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 57

Page 11: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik etnis dan agama menjadi isu-isu yang sensitif dan kerap kali

terjadi di dunia, baik dalam skala lokal, nasional dan internasional.1 Konflik

yang terjadi dikarenakan tingkat perlindungan negara kurang begitu massif,

juga adanya keikutsertaan negara dalam konflik tersebut sehingga konflik

sulit diselesaikan. Keterlibatan negara pada konflik tersebut menambah

penyelesaian semakin pelik dan runyam. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Mering Ngo: bahwa penyebab konflik yang cukup dominan adalah

menjamurnya identitas (revolution of identity), yakni mengerasnya batas-batas

identitas etnik dan kelompok dalam masyarakat transisi ekonomi dan politik.2

Lanjutnya, ia mengatakan, dari revolusi identitas inilah akan melahirkan

kubu-kubu yang terkotak-kotak oleh kesamaan etnis dan agama sehingga

yang muncul adalah pertaruhan politik identitas dalam dinamika kehidupan

masyarakat yang majemuk.

Aspek kesamaan etnis dan agama menjadi suatu hal yang sangat

risakan dalam kehidupan manusia. Sebab itu pula, kehidupan manusia berada

pada batas-batas tertentu, tidak menjadi manusia secara majemuk dengan satu

proses kesamaan dalam kehidupan. Kehidupan manusia yang terkotak inilah

yang kemudian menjadikan konflik karena ada perbedaan yang mendasar,

kelompok satu dari yang lainnya mengaku paling benar dengan melihat dasar

etnik dan agama. Hal lainnya, pengaruh eksternal politis memang tidak bisa

dinafikan dalam kehidupan. Persoalan kepentingan-kepentingan politik

menjadikan manusia yang damai, sejahtera, kemudian terpecah-belah.

1Alo Liliweri. Prasangka, Konflik, dan Komunikasi Antar Budaya (Jakarta:

Kencana, 2018), h. 624. 2Muhammad Ramadhan. Kontestasi Agama dan Politik: Menyemai Benih

Kerukunan Antarumat Beragama Pascakonflik (Yogyakarta: LKiS, 2017), hal. 4.

Page 12: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

2

Batas kemanusiaan yang sebelumnya menyatu pada kehidupan,

dengan benih konflik akan menjadi terbatas. Ada penempatan posisi

keunggulan dan kelemahan yang menjadikan manusia dengan yang lainnya

semakin terkotak. Sehingga terjadilah penindasan bagi kelompok-kelompok

yang lemah. Dalam hal ini, ialah kelompok minoritas yang dianggap tidak

bisa melakukan apapun kecuali mendapat diskriminasi dan penindasan.

Sebagaimana yang dialami oleh etnis Rohingya yang berlangsung sejak lama.

Orang Rohingya atau digelar „orang tanpa negara‟ ini merupakan satu

kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah Rakhine yang

terletak di Myanmar barat.3 Penduduk Myanmar yang mayoritas Budha yang

cenderung tertutup, dan tidak sekuler. Ketertutupan ini dapat dilihat dari

bagaimana mereka tidak menerima kelompok yang berbeda. Hal ini dapat

dilihat berdasarkan pencacahan penduduk terdaftar (enumerated), umat

Buddha Theravada dan Kristen merupakan dua komunitas religius terbesar di

Myanmar, sementara umat Islam terbesar ketiga. Umat Buddha mencakup

89,9 persen populasi; Kristiani 6,3 persen; dan Muslim 2,3 persen.4

Banyak hal yang dialami oleh etnis Rohingya, seperti pembunuhan,

pemerkosaan, pengusiran atau tindakan-tindakan diskriminasi lainnya.

Konflik tersebut bukan murni persoalan etnis, melainkan juga persoalan

politik dan agama.5 Etnis rohingya merupakan kaum minoritas di Myanmar

dan Bangladesh, jumlah populasinya menurut taksiran PBB mencapai sekitar

1,3 juta orang, sebagai minoritas Rohingnya beragama Islam, sementara

3Abdullah Idi. Konflik Etno-Religius di Asia Tenggara (Yogyakarta: LKiS, 2018),

hal. 45. 4Imtiyaz Yusuf “Islam di Myanmar: Bacaan Pengantar” Diakses pada 27 April 2019

dari https://crcs.ugm.ac.id/id/berita-utama/11398/islam-di-myanmar-bacaan-pengantar.html 5British Broadcasting Corporation “Rohingya adalah kita‟: Solidaritas agama atau

kemanusiaan?” Diakses pada 27 April 2019 dari https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-

41141169

Page 13: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

3

warga Myanmar beragama Budha.6 Sebagai kelompok minoritas, muslim

Rohingya tidak dapat melakukan sesuatu untuk melawan tindakan-tindakan

diskiriminatif tersebut.

Konflik yang tidak kunjung berkesudahan tersebut menyita perhatian

dunia internasional. Meskipun sudah ada instrumen HAM internasional yang

melindungi hak-hak minoritas yang tertuang dalam pasal 27 Kovenan

Internasional Hak Sipil dan Politik,7 kelompok minoritas masih mengalami

berbagai macam kekerasan yang mengancam hak dasar dan fundamental

mereka.8 Diskriminasi yang diterapkan Pemerintah Myanmar terhadap warga

Rohingya dinilai masyarakat internasional jauh lebih buruk daripada segregasi

rasial ala Apartheid di Afrika Selatan yang melakukan pemisahan atau

pengelompokan atas etnis tertentu.9 Lebih lanjut Abdullah mengatakan,

bahwa: kebijakan diskriminatif, termasuk tidak diakuinya warga Rohingya

sebagai warga negera dalam konstitusi Myanmar.

Percobaan perlawanan yang dilakukan oleh muslim Rohingya semakin

memperburuk suasana tambah genting. Hal ini dipicu tidak diakuinya mereka

sebagai warga negara Myanmar yang mayoritas Budha. Pengakuan sebagai

salah satu etnis di Myanmar menjadi penting ketika dikaitkan pada sejarah

masa lalu. Terlepas dari berbagai sejarah yang melatarbelakanginya, ialah

pengakuan pemerintah terhadap etnis Rohingya sangat tidak respon dengan

6DW “Inilah Profil Manusia Perahu Rohingya” Diakses pada 26 April 2019 dari

https://www.dw.com/id/inilah-profil-manusia-perahu-rohingya/a-18467515 7Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik, ditetapkan oleh Resolusi Majelis

Umum 2200 A (XXI), tertanggal 16 Desember 1966, Terbuka untuk penandatanganan,

Ratifikasi dan Aksesi. Adapun isi pasal 27, ialah : Di negara-negara yang memiliki kelompok

minoritas berdasarkan suku bangsa, agama atau bahasa, orang-orang yang tergolong dalam

kelompok minoritas tersebut tidak boleh diingkari haknya dalam masyarakat,bersama-sama

anggota kelompoknya yang lain, untuk menikmati budaya mereka sendiri, untuk

menjalankandan mengamalkan agamanya sendiri, atau menggunakan bahasa mereka sendiri.

Diakses pada tanggal 27 April 2019, dari http://lab-hukum.umm.ac.id /files/file /UU_NO_12

_2005_ICCPR.PDF 8Al-Khanif, dkk. Hak Asasi Manusia: Dialektika Universalisme vs Relativisme di

Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2017), hal. 314. 9Abdullah Idi. Konflik Etno-Religius di Asia Tenggara... hal. 116.

Page 14: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

4

kehadiran kelompok ini. Aspek ini dipandang sebagai politisasi penguasa

yang tidak ingin etnis Rohingya berada di parlementer dan mendapat

kedudukan yang tinggi. Alasan lain dari pemerintah Myanmar, bahwa etnis

Rohingya yang menjabat dapat mengancam keberadaan Budha yang

memimpin.

Persoalan yang demikian kemudian menjadikan etnis Rohingya harus

mempertahankan haknya sebagai warga negara Myanmar. Namun, perjuangan

mereka hanya sia-sia belaka mengingat pemerintah sudah mengklaim bahwa

mereka etnis yang ilegal. Bagi pemerintah Myanmar tetap tidak mengakui

mereka karena dianggap sebagai pendatang baru dari subkontinen India.

Dengan demikian, konstitusi negara Mnyanmar tidak memasukkan mereka

dalam kelompok masyarakat adat yang berhak mendapat kewarganegaraan.10

Persoalan yang rumit kemudian menambah suasana sengit di negara

Myanmar, karena selain persoalan itu akar sejarah menyatakan bahwa

kebencian warga Rakhine ini disebabkan etnis Rohingya mayoritas agama

Islam.

Berbagai macam hal yang dapat ditemukan dalam sebuah kasus yang

berbeda ini kemudian membuat muslim Rohingya lemah. Dalam artian,

bahwa muslim di Myanmar terlihat lemah, sebagai mayoritas yang kuat

mereka tidak dapat melakukan apapun terkait hak-hak mereka. Adanya

perlawanan semakin membuat mereka terpuruk dan mendapatkan

diskriminasi yang berkepanjangan. Tampaknya isu agama di Myanmar

membuat berbagai tokoh agamawan di dunia mengutuk perilaku tersebut. Sisi

lain yang dapat dikaji, bahwa Islam yang pernah kuat dalam catatan sejarah,

akhirnya harus menerima kepahitan yang berkepanjangan.

10

British Broadcasting Corporation “Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal

lain yang harus Anda ketahui” Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41141169

Page 15: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

5

Muslim minoritas yang lemah ini mengindikasikan bahwa tidak

adanya negosiasi yang jelas sehingga berdampak pada etnis Rohingya.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ghiyatudeen Maulana Abdul Salam,

sebagai salah satu dosen terbang di Universitas Malaysia, mengungkapkan:

“Bahwa Etnis Rohingya sebenarnya dinaungi berbagai organisasi di dunia.

Hanya saja, para pemimpin mereka tidak memiliki kepercayaan yang tinggi

satu sama lainnya. Dengan demikian, membuat konflik semakin buruk dan

diskiriminasi yang semakin marak. Hal yang sebenarnya terjadi di sini, ialah

para pemimpin mereka lebih banyak mengusung kepentingan pribadi daripada

menyelesaikan sengketa yang terjadi pada etnis Rohingya.”11

Absennya pemimpin mereka yang muslim adalah salah satu faktor

yang menjadi penghambat jalannya perdamaian dan pengakuan identitas

mereka di ranah publik. Padahal tujuan adanya negosiasi publik untuk

membuka peluang terbukanya perdamaian dan pengakuan mereka pada

pemerintah Myanmar. Kepentingan pribadi pemimpin muslim Rohingya

semakin memperburuk suasana dan sangat jauh dari proses keterbukaan di

kancah dunia nasional dan internasional. Padahal negosiasi publik bisa

memberikan alternatif lain untuk keberlangsungan etnis Rohingnya di

Myanmar. Dengan demikian, negosiasi para pemimpin bisa memberikan jalan

terbuka perdamaian dan membuat etnis Rohingya merasa aman dan damai.

Akibat kurangnya pola komunikasi yang jelas dalam terbukanya

negosiasi ini semakin membuat etnis Rohingya semakin lemah. Bukan

persoalan bagaimana mereka harus mengaklamasi diri sebagai suatu kesatuan

etnis muslim yang banyak, namun arah pemimpin inilah yang menjadikannya

lemah. Aspek ini menjadi suatu soal baru bagi para pengamat muslim di

Myanmar. Kepentingan pribadi yang bobrok dengan identitas kenyamanan di

11

British Broadcasting Corporation “Perjuangan pengakuan identitas Rohingya

'terhambat' pemimpin” Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41141169

Page 16: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

6

parlementer menjadikan etnis muslim di Myanmar terkena imbas dari adanya

diskriminasi yang menimpa mereka. Tidak adanya upaya ini pula, menambah

diskriminasi terus berlanjut, banyak korban yang semakin menanjak naik, dan

membuat etnis Rohingya terisolasi dari tempat mereka.

Dari itulah, kelemahan negosiasi pemimpin mereka membuat muslim

di Myanmar semakin tampak terlihat bahwa mereka lemah dalam segala

sektor. Sehingga tingkat kesatuan dan persatuan untuk jalan perdamaian

semakin tidak menentu. Sebab negosiasi atas koflik tersebut merupakan

alternatif atau satu-satunya jalan untuk menjaga kedamaian etnis Rohingya.

Hanya saja, hal ini tidak dilakukan dan seolah para pemimpin abai dengan

proses negosiasi dan membuat etnis Rohingya berada dalam kegelapan

berkepanjangan dan hidup mereka berada dalam teror menakutkan setiap

waktu. Alternatif yang mereka lakukan ialah meninggalkan kampung halaman

mereka dan memilih negara-negara lain sebagai jalan keluar dari teror

tersebut. Maka, keadaan menandakan bahwa etnis Rohingya menerima

kepahitan karena lemah dalam berbagai sisi.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis menemukan bahwa muslim

Rohingya (minoritas) mendapatkan perlakuan yang tidak wajar atau

diskriminasi dari kelompok penguasa yang mayoritas Budha. Diskriminasi

dari kelompok mayoritas menjadi isu yang menarik dikaji karena menurut

hemat penulis keterlibatan negara yang mendukung. Selain sisi itu, menarik

pula dikaji unsur sejarah yang melatarbelakangi adanya diskriminasi tersebut,

faktor-faktor diskriminasi dan lain-lain sebagainya. Adanya identifikasi dalam

penelitian ini merupakan proses pengklasifikasian suatu masalah agar tidak

terlalu meluas dan melebar.

Page 17: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

7

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, agar terfokus dan tidak terlalu

melebar dalam pembahasan penelitian ini, maka peneliti membatasi

permasalahan dalam penulisan ini mengenai faktor-faktor sejarah konflik dan

persoalan yang berkenaan dengannya.

Dari pemaparan singkat tersebut, maka rumusan pertanyaan dalam

penelitian ini, antara lain:

1. Apa faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik di Rohingya?

2. Bagaimana dampak pola perlawanan etnis muslim Rohingya dan

situasi yang dialami pasca konflik?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Analisa terhadap awal mula sejarah konflik yang terjadi pada

muslim Rohingya.

2. Mengetahui dampak sosio-historis pada muslim Rohingya setelah

terjadi konflik.

Manfaat dari penelitian ini:

1. Memberikan gambaran yang komprehensif tentang awal konflik

yang terjadi, secara sosio-historis.

2. Memberikan gambaran yang komprehensif tentang muslim

Rohingya dalam mempertahankan diri dan melawan tindakan-

tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh kelompok mayoritas.

3. Memberi peluang bagi peneliti-peneliti selanjutnya, agar meneliti

lebih mendalam akar pemasalahan terjadinya konflik. Meskipun

penelitian yang dilakukan tidak serupa, paling tidak adanya konflik

di Rohingnya merupakan salah satu hal tindakan diskriminasi yang

terjadi pada kelompok muslim minoritas yang terjadi di Rohingya.

Page 18: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

8

Aspek inilah kemudian dapat menjadikan pandangan bahwa

tindakan-tindakan diskriminasi masih menjadi problem yang akut

pada kehidupan muslim di dunia.

4. Menambah wawasan tentang bentuk diskriminasi yang terjadi pada

muslim di Indonesia, atau pun di negara-negara di dunia. Sehingga

melahirkan penelitian yang spesifik dan memberikan alternatif

atau solusi agar tidak terjadi diskriminasi dalam bentuk yang lain.

E. Tinjauan Pustaka

Hal yang terlebih dahulu penulis lakukan ialah mencari berbagai

literatur yang berkenaan dengan penelitian. Berbagai macam literatur

mengenai muslim Rohingya dengan studi dan pendekatan yang beragam. Pada

kasus yang demikian, peneliti memilih beberapa literatur yang berkenaan

dengan sejarah karena studi dalam penelitian ini lebih cenderung pendekatan

sejarah. Kajian mengenai sejarah Rohingya pun begitu banyak, dengannya

peneliti memilih dan memilah serte menyesuaikan dengan objek varian dalam

studi ini. Literatur yang dipilih oleh peneliti merupakan kesesuian dari unsur-

unsur varian dalam penelitian ini.

Adapun literatur yang peneliti dapatkan begitu beragam, mulai skripsi,

tesis, buku, jurnal dan literatur laporan berita online yang dapat dipercaya

keotentikannya. Adapun berbagai literatur yang dijadikan tinjauan pustaka

sebagai berikut:

1. Sebuah skripsi yang ditulis Muhammad Adi Saputro yang berjudul

“Respon Gerakan Mujahidin Rohingya Terhadap Kebijakan

Politik Pemerintah Myanmar Tahun 1948-1962.” Skripsi ini terbit

tahun 2015 oleh Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas

Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam skripsi tersebut,

penulis menganalisis tentang persoalan perlawanan yang melawan

Page 19: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

9

penguasa atau pemerintah Myanmar untuk mendapatkan

pengakuan identitas. Perlawanan ini sebenarnya sebagai reaksi dari

kelompok mujahidin Rohingya kepada penguasa untuk menuntut

hak-hak dan pengakuan. Dalam aspek metodologis, penelitian

tersebut dengan menggunakan studi stratifikasi sosial Max Weber.

Adapun kesamaan dalam penelitian skripsi yang ditulis oleh

peneliti dalam bidang persoalan sejarah mengenai akan persoalan

yang terjadi, dan perbedaannya ialah terletak pada unsur

kesejarahan mengenai histografi, dan aspek yang terkait dengan

sejarah.

2. Skripsi yang ditulis oleh Indah Angraini Sawal yang berjudul

“Implikasi Krisis Kemanusiaan Rohingya di Myanmar Terhadap

Negara-Negara Asean.” Skripsi ini terbit tahun 2017, oleh

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univesitas Hasanuddin

Makasar. Dalam skripsi tersebut, peneliti melihat adanya isu

kemanusiaan yang terjadi di Myanmar, utamanya pada kelompok

etni Rohingnya yang mendapatkan perlakuan diskriminatif. Pada

kasus ini menganalisis tentang tanggapan negara-negara ASEAN,

dan kepeduliaan mereka dengan persoalan pengungsi Rohingya.

Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih kepada

respon positif negara ASEAN. Mengenai kesamaan dalam

penelitian ini, ialah pada krisis kemanusiaan yang dianggap lemah

sebagai muslim dan tidak ada upaya negosiasi dari pemimpin

muslim.

3. Tesis yang oleh Gulia Ichikaya Mitzy yang berjudul “Perlawanan

Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan Diskriminatif

Pemerintah Burma-Myanmar.” Tesis ini terbit tahun 2013, oleh

Fakultas Ilmu Politik/Hubungan Internasional, Univerisitas Gajah

Page 20: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

10

Mada. Dalam tesis tersebut, peneliti membicarakan pokok

persoalan mengenai perlawanan yang dilakukan oleh muslim

Rohingya terhadap pemerintah Burma-Myanmar, yang dinilai

telah melakukan bentuk diskriminasi terhadap kelompok mereka.

Adapun bentuk perlawanan mereka, ditemukan beberapa pokok

persoalan, yaitu perlawanan periode pertama yaitu jaman Junta

Militer lebih kepada perlawanan terhadap pemerintah secara

langsung seperti timbulnya pemberontakan ataupun melakukan

migrasi akibat kebijakan Burma Citizenship Law tahun 1982.

Perlawanan periode kedua yaitu transisi demokrasi, pola

perlawanan yang dilakukan cenderung akibat konflik etnis yang

berkepanjangan yang akhirnya menimbulkan pola perlawanan

yaitu migrasi dan penolakan penggunaan identitas Bengali demi

mendapatkan hak kewarganegaraan yang ditawarkan pemerintah

Burma-Myanmar.

4. Tulisan Ismail Suardi, dkk, yang berjudul “Muslim Minority in

Myanmar: A Case Study of Myanmar Govermen and Rohingya

Muslims”. Tulisan ini terbit tahun 2017 dalam Walisongo: Jurnal

Penelitian Sosial Keagamaan. Dalam tulisan tersebut, peneliti

menemukan beberapa hal mengenai bentuk diskriminasi yang

dilakukan oleh pemerintah Myanmar merupakan suatu bentuk

kekerasan yang dilakukan oleh negara kepada warganya. Bentuk

diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah merupakan bentuk

yang sangat keras dan membuat perhatian dunia internasional.

Page 21: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

11

F. Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian sejarah, hal yang penting dilakukan

bagaimana melihat suatu peristiwa dan peristiwa lainnya. Pada penelitian

sejarah ini, ada peristiwa yang menjadi sebab dan berakibat pada peristiwa

lainnya. Penulisan sejarah tersebut kemudian dinamakan teori kausalitas.

Teori ini menekankan pentingnya melacak akar persoalan dan melihat

bagaimana proses sebab dari suatu peristiwa yang kemudian menjadikan

sebab yang lainnya.

Dalam artian, suatu fakta yang satu memiliki kesinambungan secara

historis dengan peristiwa sebelumnya. Menariknya, dalam penelitian yang

dilakukan oleh peneliti ialah untuk melihat sejauhmana konflik sosio-historis

akar yang terjadi di Myanmar. Persoalan ini sangat layak untuk dilacak

bagaimana sejarah Islam sampai dan berkembang di Myanmar. Islam bukan

hanya agama satu-satunya yang berada di negara Myanmar, mengingat

sebelumnya sudah ada agama Budha dan Hindu yang sudah banyak dianut di

negara tersebut. Pada proses inilah, ada semacam gesekan antarbudaya,

pemahaman, pun keterkaitan dengan aspek model lainnya.

Setelah itu, bagaiman Islam menjadi agama minoritas di antara agama

lainnya. Seperti yang terjadi pada etnis Rohingnya yang banyak beragama

Islam. Aspek yang lainnya dalam hal demikian bagaimana muslim Rohingya

berkonflik dan berpuncak pada adanya diskriminasi yang dilakukan oleh

pemerintah Myanmar kepeda etnis Rohingya. Proses-proses yang lainnya

seperti bentuk-bentuk kekerasan ataupun aspek yang berkenaan dengan

kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. Dengan begitu, untuk

melacak akar sejarah Islam yang lemah terlebih dahulu melihat akar persoalan

yang terjadi sebelumnya.

Page 22: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

12

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti ialah dengan

menggunakan analisis sejarah yang menekankan pada heuristik, pengumpulan

data, kritik sumber baik yang bersifat intern dan ekstern, interpretasi

(penafsiran) dan pada tahapan selanjutnya ialah tahap historiografi yang

disebut dengan tahap penulisan sejarah.12

Pada tahapan pertama, peneliti terlebih dahulu dengan heuristik ialah

dengan studi pustaka (library research). Sebagai studi pustaka keterlibatan

sumber menjadi suatu hal yang perlu dilakukan baik yang berkenaan dengan

sumber primer dan sekunder. Pada tahapan yang pertama ialah sumber primer

dengan menggunakan beberapa buku sejarah yang berkenanan dengan sejarah

Islam di Myanmar, bagaimana Islam sampai dan menjadi anutan oleh etnis

Rohingya. Tahapan kedua ialah sumber sekunder yang berkenaan dengan

tulisan baik skripsi, tesis, jurnal dan beberapa WEB yang sudah teruji secara

validitas dan diakui kredibilitasnya baik dalam skala nasional dan

internasional.

Pada tahapan kedua ialah dengan kritik sumber baik yang bersifat

intern dan ekstern.13

Proses intern dan ekstern ini dilakukan penulis untuk

melihat beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

Unsur-unsur yang berkenaan dalam hal ini tentu dengan menelusuri tema-

tema yang berkaitan serta bagaimana demikian menjadi aspek penting yang

kemudian perlu ditelaah lebih mendasar sesuai dengan penelitian yang

dilakukan. Proses yang berkenaan dengan aspek ini bertujuan untuk melihat

lebih jauh dengan suatu studi kritik pada sumber yang bersifat intern dan

ektern mengenai studi teks.

12

M. Dien Madji dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar (Jakarta:

Kencana, 2014), hal. 218-231. 13

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999), cet. 2, hal. 27.

Page 23: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

13

Pada tahapan ketiga ialah interpretasi (penafsiran) ini berkenaan

dengan aspek-aspek lebih mendalam suatu teks itu hadir sebagai telaah

dengan proses yang berkenaan dengan kategori tertentu dalam melihat fakta-

fakta yang ditampilkan oleh peneliti-peneliti lainnya yang berkenaan dengan

kesamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan. Hal yang dilakukan oleh

penulis ialah dengan metode analisis dan sintesis, sebagai bentuk penyelidikan

dan menemukan sumber data yang sesuai sebagai tahapan kelanjutan dan

sumber primer dan sekunder.

Pada tahapan keempat ialah tahap historiografi yang disebut dengan

tahap penulisan sejarah. Penulisan sejarah ini merupakan tahap terakhir

setelah peneliti lakukan dengan tahapan-tahapan selanjutnya untuk

menggiring wacana yang menjadi pokok persoalan dalam penelitian ini.

Dalam artian, tahapan ini sebagai suatu proses penulisan yang berskala

linearitas akhir dari pembentukan pengembangan dari data yang didapat,

menggunakan pendekatan sosial.

H. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini terbagi dalam lima bab, yang tersusun

sebagai berikut:

Bab I Berisi Pendahuluan yang meliputi latar belakang

yang berkenaan dengan persoalan yang menjadi

kegelisahan peneliti, identifikasi masalah, batasan

dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori,

metodologi penelitian terakhir sistematika

penulisan.

Page 24: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

14

Bab II Membahas tentang Sejarah Islam di Myanmar, juga

dengan asal-usul etnis Rohingya, dan Dinamika

Islam.

Bab III Membahas tentang sosio-historis konflik Muslim

Rohingya, ketegangan hubungan etno-religius

terakhir ketegangan politik kewarganegaraan.

Bab IV Etnis Muslim Rohingya yang lemah Membahas

tentang etnis muslim Rohingya yang mengalami

diskriminasi dan keberadaan etnis Rohingya pasca

konflik.

Bab V Berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan yang

merupakan jawaban dari permasalahan yang

menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini, dan

saran-saran yang menjadi masukan-masukan untuk

perbaikan penelitian berikutnya.

Page 25: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

15

BAB II

ASAL-USUL ETNIS ROHINGYA DAN SEJARAH ISLAM DI MYANMAR

A. Asal-Mula Etnis Rohingya

Membicarakan sejarah Islam di Myanmar, terlebih dahulu mengetahui

asal-usul etnis Rohingya karena dari sinilah akar persoalan Islam menjadi

bagian terpenting dalam sejarah Myanmar. Dari asal-usul inilah kemudian

dapat melacak bagaimana Islam pernah berperan menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dalam sejarah. Dalam pada itu, peran serta aktivitas yang

dilakukan oleh muslim menjadi hal yang tidak bisa dinafikan begitu saja.

Sebagaimana konflik yang terjadi saat ini dan menjadi bentuk diskriminasi

yang paling mengerikan sepanjang sejarah.

Asal-mula sejarah etnis Rohingya berawal saat masyarakat kuno yang

memiliki keturunan Indo-Arya menetap di Rakhine. Kemudian mereka

memutuskan memeluk Islam pada abad ke-8. Dalam pada itu, generasi yang

mereka mewarisi darah campuran Arab (sekitar tahun 788-801 M), Persia

(sekitar tahun 700- 1500 M), Bengali (sekitar tahun 1400-1736 M), dan

ditambah Mughal (sekitar tahun pada abad ke-16 M).14

Campuran darah inilah

yang kemudian membentuk kebudayan yang khas bagi kelompok etnis

Rohingya. Utamanya dalam dialek bahasanya yang nampak berbeda dari

beberapa etnis yang lainnya, sehingga identitas mereka dapat diketahui dari

cara dialek sehari-hari yang berbeda dari kebanyak etnis lainnya.

Sejumlah besar mereka berasal dari daerah Bangladesh, tetapi bukan

itu yang “dikelompokkan” dengan satu sebutan etnis Rohingya; mereka

adalah satu keturuan ras dari Arakan India dengan pengaruh warna kulit dan

14

Republika “Melacak Asal Usul Etnis Rohingya” diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/05/31/np7roj-melacak-asal-

usul-etnis-rohingya.

15

Page 26: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

16

tradisi dari Arab dan Mughals.15

Secara fisik etnis Rohingya memiliki

kesamaan fisik dengan orang Bangladesh, merupakan keturuan dari campuran

Bengali, Persia, Mongol, Turki Melayu, dan Arab yang menyebabkan

kebudayaan Rohingya sedikit berbeda dari kebanyakan orang Myanmar. Juga

persoalan bahasa yang dipengaruhi oleh bahasa Arab, Parsi, Urdu dan

Bengali. Dari mereka kebanyakan muslim dan sebagian lainnya menganut

agama Budha.16

Penyebutan Rohingya, para sejarawan memiliki perbedaan pendapat.

Beberapa sejarawan mengatakan bahwa kata „Rohingya‟ berawal dari bahasa

Arab, yaitu “Rahma” yang memiliki makna “pengasih”. Hanya saja,

penduduk Arakan tampak kesulitan dalam mengucapkan kata “Rahma”. Dari

kata “Rahma” menjadi “Raham”. Lambat laun kata itu berubah menjadi

“Rohang,” hingga akhirnya berubah menjadi “Rohingya”17

. Kesulitan

penyebutan ini menambah kuat bahwa mereka etnis Rohingya memiliki dialek

yang berbeda dan bahasa yang mereka gunakan cenderung khas, dialek

merupakan tanda yang pasti untuk mengidentifikasikan keberadaan mereka

selain warna kulit.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abdullah Idi:

“Dari sudut kebahasaan, bahasa yang diklaim sebagai bahasa

Rohingya sebenarnya termasuk ke dalam rumpun bahasa Indo-

Eropa, khususnya kerabat bahasa Indo-Arya. Lebih detail lagi,

bahasa Rohingya dikategorikan bahasa-bahasa Chittagonia yang

dituturkan oleh masyarakat di bagian tenggara Bangladesh.

15

Poltak Partogi Nainggolan. Aktor Non-Negara: Kajian Implikasi Kejahatan

Transnasional di Asia Tenggara (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2017), hal. 6-7. 16

Iin Karita Sakharina dan Kadaruddin. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional

(Perbedaan Istilah Pencari Suaka Pengungsi Internasional, dan Pengungsi Luar Negeri)

(Yogyakarta: Deepublish, 2017) hal. 268. 17

Zinda Rahma Ilfana “Ambiguitas Sikap Politik Aung San Suu Kyi Terhadap

Masalah Segregasi Etnis Rohingya,” Skripsi, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas

Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang, 2017, hal. 34

Page 27: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

17

Sementara itu, kebanyakan bahasa di Myanmar tergolong rumpun

Tai Kadal, Austroasitaik, atau Sino-Tibetan. Jadi, jelas bahwa

kelompok etnis Rohingya merupakan keturunan Bengali,

khususnya sub-etnis Chittagonia yang tinggal di Bangladesh

Tenggara.”18

Terlepas dari berbagai persoalan mengenai darimana etnis Muslim

Rohingya berasal, hal yang menarik ialah adanya Islam di tengah-tengah

agama yang sudah melakukan pengaruh di Myanmar, Hindu dan Budha.

Adanya Islam di tengah-tengah kedua agama tersebut merupakan bukti bahwa

pengaruhnya di seluruh penjuru dunia begitu kuat. Setelah Nabi Muhammad

Saw. Wafat, beberapa tahun kemudian Islam telah menancapkan

kekuasaannya di berbagai wilayah, baik di Arab, Eropa dan Asia. Di tangan

para raja-raja yang tangguh itulah, Islam menjadi momok yang menakutkan

bagi kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh dunia.

Alternatif lain ialah yang digunakan oleh para saudagar dengan

memantik pengikut dengan pendekatan-pendekatan sosial-budaya, sosio-

politik, dengan adanya diskusi-diskusi kecil yang kemudian merambah pada

arus ajaran Islam. Pedagang-pedagang Arab memperkenalkan Islam kepada

mereka saat mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi,

dan Arakan yang terletak di sisi barat Myanmar pada tahun 1055M.19

Jelasnya, mereka juga mendapatkan tantangan yang cukup berat pula, tindak

kekerasan dan diskriminasi tidak jarang mereka temui pada kehidupan

keseharian mereka. Kaitan dengan Islam di Rohingya juga karena peran

perdagangan yang sedikit demi sedikit mempengaruhi pola pikir dan keadaan

yang sebelumnya sudah ada agama.

18

Abdullah Idi. Konflik Etno-Religius di Asia Tenggara (Yogyakarta: LKiS, 2018),

hal. 125. 19

Tirto.id “Rohingya dan Sejarah Masuknya Islam di Myanmar” diakses pada 21

Juli 2019 dari http:/tirto.id/rohingya-dan-sejarah-masuknya-islam-di-myanmar-b5AX

Page 28: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

18

B. Dinamika Islam

Dinamika merupakan sebuah nilai perubahan yang memiliki sifat

dasariah yaitu kecil-besar, lambat-cepat, yang berkenaan dengan kenyataan

serta berhubungan suatu kondisi atau keadaan tertentu. Pada aspek ini,

dinamika memiliki pengertian yang khas pada suatu kondisi atau keadaan

masyarakat di mana perubahan merupakan suatu perkembangan atau laju dari

proses kebudayaan, agama, dan aspek lainnya. Hubungan ini menjadi aspek

penentu dari suatu keadaan yang mempunyai poros tersendiri dalam bidang

agama. Poros agama ini, ketika dikaitkan dengan sejarah utamanya agama

Islam sebagai agama terakhir yang turun di Jazirah Arab yang kemudian

menyebar ke seluruh dunia dengan berbagai macam ekspansi.

Ekspansi agama Islam ke seluruh penjuru dunia dengan berbagai

macam penyebarannya. Hal ini merupakan bentuk bahwa Islam di awal yang

lemah kemudian menjadi agama yang kuat karena Islam diterima oleh

berbagai kalangan. Namun yang menjadi catatan di sini ialah, penyebaran

Islam ke seluruh dunia begitu beragam. Ada yang dilakukan dengan mengirim

surat sebagai bentuk negosiasi kepada kepada negara untuk memeluk Islam.

Berbagai tanggapan beragam terjadi, mulai penentangan sikap dan

menyatakan sikap untuk bergabung. Demikian itu dilakukan Nabi Muhammad

Saw., dan setelah Nabi wafat penyebaran Islam ke seluruh dunia dilakukan

dengan berbagai macam, mulai ekspansi wilayah melalui perang,

perdagangan, pengajaran dan aspek-aspek yang berkenaan lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi Islam di dunia merupakan

bentuk kedewasaan dengan jalur apapun Islam bisa diterima oleh kalangan

masyarakat yang notabene sudah memiliki agama warisan dari nenek

moyangnya. Dinamika-dinamika penyebaran dari waktu ke waktu berubah

seiring dengan kekuatan Islam yang besar. Agar Islam diterima hal yang

dilakukan dengan cara jalan negosiasi perdamaian, jika hal demikian

Page 29: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

19

mendapatkan pertentang maka perang menjadi alternatif lainnya. Seiring

bergulirnya waktu, ekspansi Islam menyebar ke berbagai pelosok desa di

dunia. Dengan jalur perdagangan menjadi alternatif dari ulama‟-ulama‟ Islam

sebagai bentuk bahwa Islam sebagai agama damai dan sangat toleransi kepada

umat manusia. Kerajaan Islam menyebar di mana-mana, pun kekuatan-

kekuatan mereka begitu luar biasa. Sehingga tidak bisa dinafikan pula bahwa

ilmu pengetahuan menjadi peran dengan berdirinya pusat studi keilmuan.

Terlepas dari berbagai fenomena yang menjadi latar belakang Islam

dengan berbagai bentuk ekspansinya yang meluas dan menjadi kekuatan yang

besar. Persoalan yang muncul dari bentuk ekspansi-ekspansi itulah, pertemuan

Islam dengan kebudayaan-kebudayaan, tradisi, agama dan penyesuaian yang

lainnya. Jelasnya, beberapa ulama‟ yang terlibat dalam penyebaran Islam

harus berpikir bagaimana Islam dapat diterima oleh kalangan-kalangan yang

sebelumnya sudah memiliki agama warisan. Penyesuaian ini jelas dilakukan

oleh ulama‟ Islam yang secara konteks politik tidak ikut serta penyebaran

dengan ekspansi-ekspansi peperangan yang banyak dilakukan sebelumnya.

Namun, tidak bisa dipungkiri pula bahwa keberadaan Islam sebagai ajaran

baru juga perlu menyesuaikan dengan konteks sosio-historis-politis.

Tidak jarang pula, pertentangan antara umat manusia yang

sebelumnya menerima warisan nenek moyang dengan umat manusia yang

dengan kokoh memegang otoritas agama nenek moyangnya. Pertentangan

demi pertentangan tidak dapat dielakkan, ada yang berakhir dengan

pertumpahan darah dan ada juga yang dapat dilakukan dengan negosiasi agar

satu sama lainnya tidak mengganggu hakikat kehidupan mereka masing-

masing. Jalan negosiasi ini menjadikan Islam sebagai agama minoritas di

kalangan mayoritas menjadi solusi yang sangat positif untuk mencegah

konflik yang merugikan seperti pertumpahan darah. Dengan jalan inilah, tidak

Page 30: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

20

sedikit Islam bisa berdampingan dengan kehidupan manusia lainnya baik

yang berbeda secara agama, budaya, dan tradisi yang mengakar sebelumnya.

Hidup perdampingan ini merupakan praktik yang pernah dilakukan

oleh Nabi Muhammad Saw., di kota Madinah. Dengan begitu, lahir piagam

Madinah yang menjadi aspek utama dalam kehidupan Nabi Muhammad di

Madinah adalah soal perpaduan baru antara emigran dari Makkah (Muhajirin)

dan penduduk asli Madinah (Ansar).20

Hal yang dicontohkan oleh Nabi

merupakan kasus pertama pada Islam sebagai agama minoritas di Makkah

yang kemudian pada generasi selanjutnya juga dilakukan oleh sebagian

ulama‟ yang ikut serta menyebarkan agama Islam. Tindakan-tindakan yang

dilakukan Nabi tersebut merupakan dinamika sejarah Islam pertama.

Dalam arus seterusnya, Islam menyebar ke Asia seperti Indonesia,

Cina, Myanmar dan negara-negara Asia lainnya. Pada aspek ini, yang ingin

diperlihatkan dalam hal ini yaitu Islam pertama kali ada di Myanmar. Dalam

hal ini, para sejarawan berbeda pendapat mengenai Islam sampai di Myanmar.

Perbedaan pendapat ini bukan berarti mengurangi kadar keotentikan nilai

sejarah itu sendiri, melainkan perbedaan pendapat merupakan salah satu aspek

yang biasa terjadi di kalangan sejarah mengingat pendekatan-pendekatan

dalam bidang sosial yang digunakannya. Terlepas dari berbagai alasan

bagaiamana sejarawan menulis dengan pendekatan-pendekatan tertentu, Islam

di Myanmar menjadi menarik dikaji.

Pendapat pertama, mengatakan bahwa Islam masuk ke Myanmar

sekitar 1055 Masehi. Hal yang dilakukan oleh ulama‟ dalam memperkenalkan

Islam yaitu pedagang-pedagan Arab memberikan perkenalan kepada mereka

saat mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi, dan

daerah Arakan yang terletak di barat Myanmar. Gunung Arakan memisahkan

20

Tirto.id “Piagam Madinah dan Upaya Menyelesaikan Sengketa dengan Orang

Yahudi” diakses pada 28 April 2019 dari https://tirto.id/piagam-madinah-dan-upaya-

menyelesaikan-sengketa-dengan-orang-yahudi-cLfo

Page 31: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

21

wilayah daerah Arakan dengan mayoritas beragama Budha. Sebagai agama

minoritas mereka memiliki keturunan dari saudagar Arab, India, Persia, Turki,

Pakistan, Bangladesh, dan Melayu.21

Pendapat kedua, mengatakan bahwa keberadaan Islam di wilayah

Arakan sudah ada sejak pada abad ke-8 Masehi. Adapun yang melakukan juru

dakwah, salah satunya Mohammed Hanifa. Dengan adanya Mohammed

Hanifa ini, merupakan cikal bakal Rohingya baru terlacak sejak berdirinya

Kerajaan Islam Din Nya Waddy yang menguasai Arakan pada tahun 1430.

Adapun titik keberadaan kerajaan Islam, ada di Teluk Benggala yang

dipisahkan oleh pegunungan Arakan Yoma ini memiliki keterkaitan erat

dengan etnis India dari pada etnis-etnis di Myanmar.

1. Sejarah Awal Islam Masuk

Islam masuk di Myanmar tidak terlepas dari ilmu pengetahuan

yang menjadi proses tersebarnya agama Islam ke berbagai penjuru

dunia. Pengetahuan orang Islam dalam bidang astronomi, navigasi,

dan geografi merupakan senjata mereka dalam melakukan

perjalanan. Ditambah dengan pengetahuan yang memadai dalam

bidang tersebut, orang Islam juga memiliki kemampuan

berdagang. Perdagangan yang mereka lakukan seperti rempah-

rempah, katun, batu mulia, dan komoditas lainnya yang memang

menjadi ketertarikan para pedagang dari seluruh penjuru dunia.

Dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, atau terjadinya

proses Islamisasi pada dua daerah, seperti Pagan (Bagan) dan

Arakan pada tahun 1055 Masehi.22

21

Heri Sugiarto. Overland dari Negeri Singa ke Daratan Cina-Jilid 3: Memoar

Perjalanan Misi Menuntaskan Menjelajah Negeri-Negeri Asean (Yogyakarta: PT. Leutika

Nouvalitera, 2018), hal. 66. 22

Marsha E. Ackermann, dkk. Encycplopedia of World History (New York: Golson

Books, 2007), hal. 56.

Page 32: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

22

Mengenai Islam di Arakan, proses Islamisasi terjadi pada abad

ke-7. Proses Islamisasi di Arakan ini melalui jalur perdagangan

yang dilakukan oleh pelaut yang berasal dari Arab, Moor, Turki,

Moghuls, Asia Tengah dan Bengal. Namun kebanyakan dari

mereka ialah bangsa Arab yang banyak menguasai perdagangan

sehingga banyak melahirkan para pedagang yang tidak dapat

tertandingi. Proses perdagangan ini kemudian berubah menjadi

proses Islamisasi, dimana mereka memanfaatkan waktu luang

mereka untuk melakukan pendekatan-pendekatan secara kultural.

Arakan salah satu wilayah yang terdapat kerajaan yang

dipimpin secara bergantian di antara tiga agama yang ada di sana,

yaitu Islam, Budha dan Hindu. Ketiga agama tersebut, bukan

berarti tidak ada peperangan. Mereka melakukan perang sebagai

bentuk untuk menjaga daerah-daerah, yaitu Arakan. Dalam pada

itu, mengenai raja dan kerajaan yang pernah berdiri di Arakan

sebagai berikut:23

a. Dhannyawadi yang memimpin tahun 146-746 Masehi,

yang terdiri dari 25 raja.

b. Vaisali yang memimpin tahun 788-994 Masehi, yang

terdiri dari 12 raja.

c. Pyin Tsa (pertama) atau juga disebut dengan Sanbaut yang

memimpin tahun 1018-1103 Masehi, yang terdiri dari 15

raja.

d. Pae-rein yang memimpin pada tahun 1103-1167 Masehi,

yang terdiri dari 8 raja.

e. Kharit yang memipin pada tahun 1167-1180 Masehi, yang

terdiri dari 4 raja.

23

Azizah. Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma

1948-1988 (Jakarta: FIB UI, 2006)

Page 33: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

23

f. Pyin Tsa (kedua) yang memimpin pada tahun 1180-1237

Masehi, yang terdiri dari 16 raja.

g. Mrauk-U yang memimpin pada tahun 1430-1784 Masehi,

yang terdiri dari 48 raja.

Di masa dulu, ekspansi-ekspansi merupakan bentuk yang tidak

dapat dihindari mengingat raja-raja dulu ingin memberikan

pengaruh yang besar pada berbagai kerajaan. Dalam arti, bahwa

setiap raja memiliki agama dan persoalan lainnya, yang kemudian

menjadikan raja tersebut untuk menguasai setiap wilayah yang

dianggap penting. Meluasnya kerajaan tersebut membuktikan

bahwa raja tersebut dianggap orang yang memiliki pengaruh dalam

segi ekonomi, politik, sosial atau agama yang dianutnya. Maka

tidak salah jika seorang raja memimpin dengan ambisi melebarkan

kekuasaannya untuk memberikan pengaruh.

Dalam pada itu, adanya Islam di Arakan dan menjadi besar

bukan berarti tidak adanya faktor yang melatar belakanginya.

Ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Islam sebagaimana

kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya untuk melakukan pengaruh

dalam bidang agama. Kenyataan ini memang dibuktikan oleh

kerajaan Islam di seluruh dunia bahwa mereka sebenarnya mampu

menaklukkan kerajaan-kerajaan yang sebelumnya ada proses

negosiasi. Keterlibatan ini memberikan dampak yang luar biasa

dalam pengaruhnya sehingga Islam mampu dikenal di seluruh

penjuru dunia.

Mengenai Islam di Arakan ini, tidak terlepas dari peran dinasti

Mrauk-U yang memiliki banyak pengaruh dibanding raja-raja

Page 34: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

24

sebelumnya 1430-1784 Masehi.24

Pengaruh dinasti Mrauk-U

dalam bidang kemajuan terlihat dari ilmu pengetahuan yang

meliputi sastra dan budaya Arakan dalam sendi-sendi kehidupan.

Pengaruh dinasti tersebut tidak hanya dalam bidang ilmu

pengetahuan saja, melaikan pada dimensi ekonomi yang

menggunakan mata uang dengan bertuliskan Arab sebagai mata

uang resmi negara. Pada sisi lainnya pula, gelar yang mereka

gunakan pula disebut „Sultan‟ sebagaimana yang dilakukan oleh

raja-raja Islam di dunia.

Dalam pada itu, dinasti Mrauk-U mengokohkan Islam sebagai

suatu nilai yang mereka usung. Keadaan ini membuktikan bahwa

pengaruh dinasti ini sangat sentral dalam bidang agama dibanding

dari agama-agama sebelumnya, yaitu Hindu dan Budha. Di mana

kedua agama tersebut merupakan agama yang sudah menanamkan

nilai-nilainya baik dalam moral, ajaran, serta aspek yang lainnya

sudah tumbuh kembang di masyarakat Arakan. Pengaruh yang luar

biasa ini suatu hal yang sangat memberikan arah positif bagi

perkembangan Islam di Arakan.

Hal inilah yang kemudian terjadi di tahun 1784 Masehi, Raja

Burma mengirimkan 30.000 pasukan untuk menaklukkan Arakan,

tentara tersebut diturunkan atas perintah dari bangsawan

Nagasandi.25

jatuh kepada orang-orang Myanmar. Kebijakan-

kebijakan yang sebelumnya dipegang oleh Islam lambat-laun

berubah menjadi kekuasaan orang-orang Budha yang menjadikan

Arakan sebagai bagian jajahan dari Burma. Dengan pengaruh

agama Budha lambat laun ada kecemburuan-kecemburuan yang

24

Azizah. Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma

1948-1988 (Jakarta: FIB UI, 2006) 25

Mohammed Ashraf Alam, “A Short Historical Backround” diakses pada 24 Juli

2019 dari situs http://www.rohingyatimes.i-p.com/history/history mma.html

Page 35: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

25

sengaja dipantik oleh raja-raja karena tidak suka kalau Islam ada

yang saat kapanpun dapat melakukan perebutan kekuasaan.

2. Penjajahan Inggris dan Jepang

Inggris (1824-1942) dan Jepang (1942-1945) memiliki

pengaruh yang signifikan dan berdampak luar biasa pada etnis

Muslim Rohingya yang berada di Arakan. Peristiwa ini lebih

tepatnya dikatakan, bahwa kedua negara tersebut memanfaatkan

kelompok agamawan demi berlangsungnya kepentingan mereka.

Kepentingan kedua negara tersebut, merupakan kolonialisasi dan

imperialisasi untuk sebuah tujuan menguasai dan mendapatkan apa

yang mereka inginkan dari negara yang dijajahnya. Singkatnya,

peran Inggris dan Jepang di Myanmar adalah untuk memecah

belah kesatuan yang sudah ditata sebelumnya.

Sebagai negara yang menjajah, kedua tersebut memiliki

kepentingan dan ingin meraih kekuasaan yang besar sehingga bisa

diakui sebagai bangsa yang kuat dan maju. Kaitan ini diperjelas

dengan pengaruh mereka terhadap negara jajahan. Sebagaimana

Inggris yang waktu menjajah India, yang kemudian memperluas

daerah kekuasaan pada Myanmar, pada tahun 1886. Pada tahun

tersebut Inggris merebut kembali wilayah Arakan, mengembalikan

serta memberi perlindungan terhadap muslim Arakan. Inggris

memanfaatkan situasi ini demi keberlanjutannya sebagai kolonial

untuk mendapatkan dukungan dari Muslim Arakan. Dengan

diberlakukannya kebijakan-kebijakan yang saling menguntungkan

ini, kemudian Inggris melakukan kerjasama yang membuat etnis

Muslim Rohingya mendukung kebijakan tersebut.

Berbanding arah dengan Jepang melalui BIA dan Japanese

Imperial Army (JIA), yang melakukan sebuah pengusiran pada

Page 36: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

26

orang-orang India. Jepang dengan melakukan kerjasama dengan

orang-orang Budha melakukan serangkaian serangan kepada

Muslim Arakan yang mendapatkan dukungan dari pemerintahan

Jepang. Menjadi lengkap kemudian, ketika kedua agama tersebut

diberlakukan oleh Jepang dan Inggris. Langkah-langkah yang

strategis merupakan faktor yang mengguntungkan bagi kelompok

kolonial. Keuntungan dari konflik kedua agama tersebut memang

sengaja dibenturkan karena usaha kedua negara untuk menguasai

wilayah Arakan.

Loyalitas kedua agama tersebut saling memberikan pengaruh

yang besar bagi keberadaan agama Islam dan Budha. Kedua agama

ini tentunya memiliki bentuk kerjasama yang diberlakukan secara

politis dengan berbagai serangkaian agresi politik. Jelasnya,

faktor-faktor yang mempengaruhi kedua agama bekerjasama

dalam bidang politik dengan melakukan dukungan tidak lain

karena faktor tertentu. Adapun dapat terlacak sebagai berikut:26

1. Tahun 1942, ketika Jepang melakukan bentuk invasi pada

Burma. Pada waktu itu, penduduk Burma cerdas dalam

mengambil suatu kesempatan untuk memprovokasi orang-

orang Budha di Arakan. Dalam kejadian tersebut, terjadi

bentrokan yang menewaskan orang-orang sekitar 100.000.

Sebagian yang lain ada yang melarikan diri ke Bengali.

Pada masa pendudukan Jepang, umat Budha menjadi

kelompok mayoritas. Pada bentrokan itu, kemudian

menjadikan Arakan pada dua wilayah, yaitu: Bagian

Selatan dihuni oleh orang-orang Budha, sedangkan di

Bagian Utara dihuni orang-orang Muslim Rohingnya.

26

Historia “Penghunan Tanah Arakan,” diakses pada 30 April 2019 dari https:

//historia.id/agama/articles/penghuni-tanah-arakan-DrB5m

Page 37: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

27

2. Pada tahun 1943, tepat pada bulan April melakukan jalinan

yang dengan etnis Muslim Rohingya sekaligus

merencanakan serangan pada wilayah yang dikuasai oleh

Jepang. Dalam rencana itu, kemudian dinamakan “V-

Force”. Maksud dari rencana itu, bahwa Inggris ingin

merebut kekuasaan Jepang di wilayah Selatan, dimana

Inggris menggunakan etnis Muslim Rohingya di wilayah

Utara. Pada tahun 1945, Inggris kemudian menguasai

wilayah Selatan yang sebelumnya dikuasai Jepang.

Pada tahun 1948, Myanmar merdeka dari dua Inggris dan

Jepang. Kemerdekaan ini jelas memberikan kebahagiaan tersendiri

bagi orang-orang Myanmar. Kemerdekaan ini memberikan

legitimasi penuh bagi warga negara Myanmar yang sudah

memiliki status bahwa mereka bebas dari kebijakan-kebijakan

yang merugikan. Namun, pada saat ini pula yang getir-pilu bagi

etnis Muslim Rohingya penderitaan dimulai. Mereka tidak

mendapatkan pengakuan yang secara sah dari pemerintah. Dalam

arti, bahwa kemerdekaan Myanmar merupakan awal dari

penjajahan bagi etnis Muslim Rohingya.

3. Masa Kemerdekaan

Myanmar merdeka pada tahun 1948. Kemerdekaan Myanmar

merupakan tragedi memilukan bagi etnis Muslim Rohingya.

Keberadaan etnis Muslim Rohingya pasca kemerkaan Myanmar

begitu tragis karena mereka tidak dianggap sebagai warga negara.

Hal ini dipicu karena etnis Muslim Rohingya dianggap imigran

Page 38: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

28

gelap dan pelintas batas dari Bangladesh dan selama penjajahan

Inggris.27

Persoalan ini kemudian tambah runyam dengan berbagai

serangkaian tragedi yang terjadi kepada etnis Muslim Rohingya.

Mereka mendapatkan diskriminasi, mulai pembunuhan,

pemerkosaan, dan tindakan-tindakan yang kurang wajar lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh

pemerintahan Myanmar sangat berdampak pada kehidupan etnis

Muslim Rohingya. Artinya, kemerdekaan hanya dimiliki penganut

Budha yang menjadi basis mayoritas di negara tersebut. Konflik

ini berpuncak pada proses keberadaan etnis Muslim Rohingya

yang dalam hal ini mendapatkan diskriminasi yang sangat

memungkinkan membunuh karakter mereka baik dalam bidang

sosial, politik dan aspek-aspek lainnya.

Keberadaan ini bertambah kacau ketika etnis Muslim

Rohingya menuntut hak-hak mereka sebagai bagian dari warga

negara Myanmar. Kelompok yang memperjuangkan hak-hak

mereka dilakukan dalam bentuk perlawanan-perlawanan yang

secara tidak langsung menambah pilu keberadaan mereka. Namun,

alasan mereka sangat masuk akal ketika mereka ingin diakui

keberadaannya mengingat mereka bermukim sudah berlangsung

lama.

27

Riza Sihbudi, dkk. Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggar: Kasus, Moro,

Pattani dan Rohingya (Jakarta: PPW-LIPI, 2000), hal. 175.

Page 39: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

29

BAB III

SOSIO HISTORIS KONFLIK MUSLIM ROHINGYA

A. Ketegangan Hubungan Etno-Religius

Etnis Rohingya sebagai kelompok yang rata-rata Islam, sejatinya

memiliki akar konflik jauh sebelum diekspos di dunia. Sebagaimana yang

telah diungkapkan di bab sebelumnya, bahwa gesekan konflik agama sudah

mulai muncul sejak Myanmar masih dalam bentuk kerajaan, masa penjajahan

Inggris-Jepang dan masa kemerdekaan. Konflik yang berkepanjangan ini

tidak ada bentuk penyelesaiannya yang pasti sehingga mengakibatkan konflik

yang semakin runyam. Akibat dari konflik tersebut, membuat etnis Rohingya

mendapatkan bentuk diskriminasi yang beragam. Diskriminasi tersebut dapat

berbentuk kekerasan, pengusiran dan pembunuhan masal. Aspek ini yang

jelas sebuah gambaran bahwa tidak adanya perlindungan serta proses

penyelesaian yang bisa membuat kedua kelompok yang berkonflik.

Melacak persoalan konflik yang terjadi di Myanmar tidak lain adalah

konflik antara etnis, politik dan agama. Dalam pada itu, kelompok minoritas

menjadi sasaran empuk bagi kelompok mayoritas sehingga dengan mudah

gesekan adanya konflik yang tidak berimbang tersebut terjadi. Pola-pola ini

sudah menjadi hal yang lumrah terjadi

Dalam pada itu, faktor konflik antar agama ditengarai oleh tiga hal,

antara lain:28

Pertama, dalam pandangan sosio-psikologis, identitas keagamaan

yang beragam membentuk identitas kelompok dan dapat menghasilkan

eskalasi dinamika antarkelompok. Pada aspek ini, kelompok yang sama dalam

agama menjadi prioritas utama dibanding dengan kelompok yang berbeda

agama. Kesamaan dalam beragama merupakan suatu hal yang sangat jelas,

28

Sandy Nur Ikfal Raharjo “Peran Identitas Agama dalam Konflik di Rakhine

Myanmar Tahun 2012-2013”. Dalam Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 6, No. 1, 2015, hal. 37.

29

Page 40: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

30

kaitana ini dengan pola hubungan dalam bentuk komunikasi pada intern.

Ketika hubungan pola komunikasi ini terjalin dengan jelas dan pasti, maka

untuk merefleksikan apapun dapat diterima. Namun, ketika pola kesamaan

yang berbeda seolah ada yang kurang nyaman atau ada sesuatu hal yang tidak

bisa menyenangkan. Dari pola interaksi yang kurang baik inilah kemudian

terjadi sekat, kurang nyaman, dan akhirnya konflik yang tidak dilerai.

Kedua, identitas keagamaan bersifat khusus karena terhubung dengan

ide, norma, dan nilai bersama yang dilegitimasi oleh sumber transendental.

Pada aspek ini, penganut agama tertentu sudah mulai memasuki fase-fase

tertentu atau berhubungan dengan sikap transendental. Fase transendental ini

memiliki unsur yang mengandung nilai terkait ajaran yang bersumber pada

aspek terdalam suatu agama. Aspek terdalam ini kemudian membentuk pola

perilaku yang didalamnya mengandung unsur denga hakikat agamanya dan

hal ini cenderung tertutup. Keadaan tertutup inilah kemudian membuat

mereka cenderung berada pada alergi dengan ajaran agama lain. Pembatasan

ini tidka bisa dihindari begitu saja, sehingga membela agama tersebut sebagai

suatu jihad dan bagaimana meraih menang sebagai satu-satunya jalan meski

banyak korban harus berjatuhan.

Ketiga, faktor agama sering dipahami sebagai sumber mobilisasi yang

memungkinkan dalam konflik. Pada aspek ini, konflik mulai dengan proses

dan kondisi yang semakin membuat agama bukan suatu nilai kandungan

dalam menentramkan umatnya. Melainkan konflik agama di sini mulai

ditengarai oleh persoalan yang terkait dengan politisasi. Politisasi agama ini

karena dipicu oleh sosio-ekonomi-politik. Kondisi ini banyak yang

memainkan peran atau aktor di balik terjadinya konflik yang semakin runyam.

Konflik ini bisa ditengarai oleh pemimpin agama itu sendiri, bisa penguasa,

agen-agen tertentu yang memiliki kepentingan tertentu untuk mendapatkan

sesuatu juga. Dengan begitu, mereka memanfaatkan massa atau umat dalam

Page 41: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

31

mendapatkan kekuasaan dan kepentingan tertentu. Aspek ini sangat sulit

dihindari mengingat sebelum kepentingan itu didapatkan tidak akan bentuk

penyelesaian yang pasti dan satu sama lain berargumentasi sesuai dengan

aspek keagamaan yang mereka gunakan.

Dalam ketiga aspek itulah dapat terlacak bahwa akar konflik agama

jelas bertendensi sangat serius. Dapat dipastikan bahwa agama menjadi

sumber yang paling riskan keberadaannya karena dengan mudah menjadi

lautan api yang besar. Hal ini dapat berisiko besar kepada keberadaan mereka

sebagai yang berkonflik karena korban yang besar tak dapat dihindari.

Kerugian di berbagai sektor menjadi sasarannya, seperti keamanan,

perekonomian dan aspek lainnya. Keadaan yang tidak menentu ini menjadi

problem yang sangat serius dan perlu penanganan dari pihak-pihak tertentu.

Apalagi poin ketiga dari aspek yang sangat tidak bisa dielakkan lagi.

Termasuk kaitannya dengan enis muslim Rohingya yang mendapatkan

bentuk diskriminasi bertahun-tahun. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang

seharusnya melindungi rakyatnya semakin membuat etnis Muslim Rohingya

berada pada tempat kubangan lautan api. Pemerintah yang menjamin

keamanan menambah pilu mereka dengan tidak diakuinya mereka menjadi

warga negara.

1. Kebijakan Burmanisasi

Kebijakan Burmanisasi merupakan kebijakan yang

digencarkan pada kudeta 1962. Adapun terkait kebijakan ini tidak

terlepas dari peran militer yang melakukan perebutan kekuasaan

dengan kudeta itu sehingga terjadilah diskriminasi yang

menyebabkan kelompok minoritas Rohingya terpinggirkan

sekaligus tersisih. Peranan militer yang memiliki massa banyak

mampu membuat diskriminasi semakin masif dan berujung pada

tersingkirnya kelompok etnis Rohingya di Myanmar. Hal ini pula

Page 42: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

32

yang menjadikan kelompok etnis Rohingya mengalami tekanan-

tekanan, baik sosial, psikologi dan politik. Sebab, kebijakan

Burmanisasi ini merupakan isu etnis sekaligus isu agama, yang

mengandung unsur politis masa lalu yang dihadirkan untuk

menjungkal etnis Muslim Rohingya di berbagai sektor.

Kebijakan Burmanisasi sebaga bentuk marginalisasi pada

orang-orang muslim di Rohingya. Dari bentuk inilah, kemudian

lahirlah kebijakan yang mendiskriminasi kelompok muslim-

muslim. Akses-akses mereka seperti hak pindah, urusan nikah,

serta termasuk pada ranah pekerjaan mereka. Untuk mendapatkan

akses-akses demikian itulah, pemerintah memperlakukan pungli

dengan bentuknya uang sogokan. Uang yang mereka serahkan

harus sesuai dengan yang diinginkan pemerintah, begitu juga

sebaliknya yang terjadi. Kebijakan yang merugikan ini membuat

etnis Muslim Rohingya berada pada jurang kenistaan.

Pada aspek lainnya, setiap keluarga hanya boleh memiliki dua

orang anak. Kebijakan ini tidak diimbangi oleh peran pemerintah

dalam kesehatan. Dalam artian, kebijakan setiap keluarga dua anak

tersebut tidak dibarengi dengan adanya keluarga berencana yang

seharusnya menangani persoalan ini. Rasionalnya, tidak adanya

kebijakan keluarga berencan tersebut secara tidak langsung

mengindikasikan bahwa anak keluarga yang melahirkan anak

ketiga perlu menggugurkan kandungan (aborsi), membunuh anak

yang masih bayi, atau hal-hal yang berkenaan dengan aspek

diskriminasi lainnya. Namun, yang muncul dari kebijakan ini,

pemerintah tidak memberikan sertifikat-sertifikat pengakuan

terhadap anak-anak yang lahir.

Page 43: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

33

Dampak dari kebijakan tentang sertifikasi pada anak tersebut,

pada masa depan anak yang akan terabaikan hak-haknya, baik

dalam pendidikan dan kesehatan. Cara-cara yang demikian ini,

suatu kebijakan yang dapat berakibat fatal pada generasi etnis

Muslim Rohingya. Keadaan ini semakin membuat etnis Rohingya

berada dalam bentuk diskriminasi yang tidak berujung. Padahal,

anak mereka merupakan generasi yang bisa menciptakan

kegemilangan di masa depan dengan berbagai kreasi mereka. Akan

tetapi, pemerintah mengetahui hal ini dapat membahayakan

kelompok Budha yang memegang peranan penting di

pemerintahan.

Aspek ini kemudian berlanjut dari masa ke masa yang

menyebabkan korban bertambah banyak. Perlawanan yang

dilakukan kelompok “jihad” etnis Muslim Rohingya, menambah

suasana tambah kelam. Isu yang memungkinkan pemerintah untuk

terus melakukan diskriminasi ialah dengan adanya kebijakan

bahwa kelompok tersebut merupakan cikal-bakal munculnya

teroris di Myanmar. Dengan demikian, secara tidak langsung

membuat etnis Muslim Rohingya semakin terancam di berbagai

sektor. Sebagaimana yang banyak terjadi di dunia internasional,

bahwa teroris merupakan orang-orang Islam garis keras. Dalam

kenyataan ini, diskriminasi terus berlanjut dengan pembunuhan

massal terhadap beberapa rakyat sipil yang tidak terlibat dalam

aksi tersebut.

Adanya kebijakan Burmanisasi merupakan kebijakan rasis

yang sengaja dilakukan oleh kelompok militer dengan tujuan untuk

mengusir etnis Muslim Rohingya. Dengan berbagai macam alasan

dikemukakan, seperti etnis yang ilegal, dan berbagai alasan-alasan

Page 44: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

34

lainnya yang sebenarnya dilatarbelakangi oleh motif-motif lama

yang menjadi dasar diskriminasi tersebut.

2. Intoleransi Etnis Rohingya

Persoalan intoleransi sebenarnya berkenaan dengan adanya

suatu tindakan yang tidak mencerminkan sikap kedewasaan dalam

beragama. Dapat dikatakan demikian karena intoleransi

merupakan sikap yang sama sekali kurang mencerminkan pola

perilaku umat beragama. Intoleransi ini sangat merugikan

kehidupan bersama sebab menyangkut sikap kita kepada orang lain

yang berbeda, baik dalam bersikap, bertindak dan aspek-aspek

yang berhubungan dengannya. Munculnya intoleransi ini

sebenarnya unsur terbalik dari adanya toleransi yang

membolehkan segala sesuatu yang berbeda menyangkut iman dan

gaya hidup demi hidup bersama tanpa merugikan warga sipil atau

keadaan ekonomi.29

Dalam pada itu, juga dapat dimaknai sebagai upaya memahami

agama-agama lain karena tidak bisa dipungkiri bahwa agama-

agam tersebut juga mempunya ajaran yang sama tentang toleransi,

cinta kasih dan kedamaian.30

Perbandingan balik dari pandangan

ini, adalah menyangkut tentang intoleransi yang memiliki makna

tentang sumbu lahirnya ledakan konflik kemanusiaan dan bentuk

kekerasan itu sendiri.31

Pada pengertian ini kemudian, intoleransi

yang terjadi pada etnis Muslim Rohingya merupakan suatu tindak

kekerasan yang dilakukan oleh penguasa atau pemerintah terhadap

29

Eddi Kristiyanto, OFM. Reformas dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Modern

(Yogyakarta: Kanisius, 2004), hal. 116. 30

Zuhairi Misrawi. Al-Qur‟an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil

„Alamin (Jakarta: Pustaka Oasis, 2010), hal. 159. 31

Alamsyah M. Dja‟far. (In) Toleransi! Memahami Kebencian & Kekerasan Atas

Nama Agama (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2018), hal. 154.

Page 45: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

35

rakyatnya. Kekerasan yang dilakukan merupakan ketetapan yang

mengatakan bahwa mereka warga yang ilegal sehingga

keberadaannya sangat memberikan dampak yang buruk kepada

negara.

Intoleransi etnis yang terjadi sebagai bentuk kekerasan karena

perbedaan yang mendasar mengenai ras, suku dan lain-lainnya.

Aspek ini menjadi dasar kenapa kemudian terjadi konflik di antara

etnis Muslim Rohingya dengan kelompok milter yang melabeli

dirinya sebagai kelompok mayoritas Budha. Kelompok yang

terakhir ini mengangkat dirinya sebagai etnis yang paling benar

sehingga etnis Muslim Rohingya perlu didiskriminasi dengan

tujuan untuk tidak mengganggu berbagai aspek nilai spirit agama

Budha. Dalam percaturan ini yang terjadi, aspek etnis menjadi

modal utama untuk menyingkirkan mereka sebagai warga negara.

Pandangan-pandangan yang beda ini kemudian menunjukkan

bahwa persoalan etnis lebih dipandang sebagai suatu kenyataan

daripada konflik beragama. Aspek ini juga berkenaan dengan

sosio-histori-politis yang pernah terjadi pada abad-abad

sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa etnis Muslim Rohingya

diwaspadai sebagai gerakan yang dapat membuat umat Budha

tersingkirkan secara sosio-ekonomi politik. Maka jalan yang bisa

ditempuh ialah dengan memarginalkan etnis Muslim Rohingya.

B. Ketegangan Politik Kewarganegaraan di Myanmar

Kehidupan untuk bersanding bersama meski berbeda (agama, budaya,

etnis, dan agama) ialah tujuan dari adanya negara. Kehidupan bersama yang

dilandasi nasionalisme tinggi dengan menjunjung asas-asas kemanusiaan yang

beragam. Dari keragaman tersebut jelas ada perbedaan yang mendasar dan

Page 46: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

36

menjadi soal bersama untuk menuju hakikat hidup yang semestinya. Sebagai

warga negara yang baik tentu menjalankan proses-proses kemerdekaan

individu dengan mengedepankan aspek kebermasamaan secara komunal

meski dibatasi oleh perbedaan-perbedaan. Selanjutnya, pemerintah yang

memegang hak otoritatif dengan berdasarkan pada asas-asas kemanusiaan

melalui jalur perdamaian, keamanan dan aspek-aspek lainnya.

Peran pemerintah dalam menjaga hubungan antara perbedaan yang

syarat dengan lintas menjadi tanggung jawabnya sebagai pemegang otoritas.

Disinyalir dengan adanya berbagai persoalan yang terjadi sebenarnya karena

peran pemerintah yang kurang jelas dan kurang memperhantikan kehidupan

warga negaranya. Pemerintah yang baik dapat memberikan dampak yang baik

pula pada kehidupan rakyatnya, begitu pula sebaliknya yang terjadi. Hal yang

terjadi di suatu negara baik yang berhubungan dengan kenyamanan,

kesejahteraan, tindakan-tindakan yang kurang baik tidak lain adalah peran

pemerintah. Dapat dikatakan pula, bahwa peran pemerintah sangat signifikan

bagi keberlangsungan kehidupan di suatu negara. Selayaknya pemerintah

bersikap secara adil dalam menentukan kebijakan-kebijakannya dengan

pertimbangan yang matang. Dapat dikatakan demikian agar tidak terjadi

tindak perlawanan yang menentang adanya kebijakan tersebut, juga agar

kerukunan menjadi syarat yang mutlak.

Kebijakan yang baik bisa menghasilkan keadaan yang menjembatani

adanya kehidupan yang layak. Pada persoalan ini yang menjadi tolak ukurnya

ialah keberadaan rakyat yang berbeda, kemudian pemerintah membuat

kebijakan yang tidak berat sebelah dan merugikan pihak-pihak yang lain.

Termasuk pada kasus yang sedang etnis Muslim Rohingya yang berada dalam

tekanan-tekanan pemerintah yang sedang memimpin. Kebijakan-kebijakan

yang dilakukan oleh pemerintah banyak merupakan etnis Muslim Rohingya.

Berbagai macam persoalan terjadi dan kemudian meledak menjadi suatu hal

Page 47: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

37

yang sangat mengerikan ketika ditinjau dalam proses keberadaan negara yang

seharusnya melindungi warga negaranya.

Kenyataan ini merupakan bukti bahwa praktik diskriminatif yang

dilakukan oleh pemerintah Myanmar suatu tindakan yang kurang memberikan

kenyamanan bagi warga negaranya. Keberadaan etnis Muslim Rohingya

sebagai minoritas menjadi bukti bahwa negara tidak bisa menyelesaikan

konflik yang sudah terjadi beberapa dekade. Dan yang paling tidak masuk

akal dalam keberlangsungan negara Myanmar ialah ikut terlibat dalam konflik

yang syarat dengan kebijakan-kebijakan yang merugikan. Keterlibatan negara

dalam hal ini bentuk atau wujud bahwa Myanmar bukan lagi dipimpin oleh

pemimpin yang memiliki watak pemimpin melainkan memiliki sikap yang

anti terhadap perbedaan.

Sebagaimana yang sudah banyak disinggung di muka, keberadaan

etnis Muslim Rohingya ini menjadi sasaran tindak kekerasan atau

diskriminasi yang dilakukan oleh kelompok militer. Padahal, keberadaan

militer di sini seharusnya melindungi keberadaan etnis Muslim Rohingya

yang itu bersifat mutlak. Keberadaan militer sebagai pelindung menjadi

momok yang sangat menakutkan bagi etnis Muslim Rohingya. Alasan yang

sangat mendasar pada aspek ini, etnis Muslim Rohingya dikatakan kelompok

radikal yang sangat membahayakan keberlanjutan negara. Padahal, alasan ini

sebagai bentuk alibi yang digelontorkan oleh kelompok yang tidak

bertanggung jawab atas bentuk kekerasan yang terjadi.

Dalih yang menjadi dasar tindakan kekerasan tersebut, bahwa etnis

Muslim Rohingya sebagai warga negara yang ilegal. Tidak diakuinya mereka

sebagai gerombolan atau pelarian dari negara Bangladesh karena berbagai

kasus yang terjadi pada kelompok tersebut. Padahal, tanpa status sebagai

warga negara meskipun faktanya mereka telah hidup secara turun temurun di

Myanmar. Dari itu, pula etnis Muslim Rohingya berjuang untuk mendapatkan

Page 48: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

38

pengakuan. Tanpa status pula, mereka tak punya hak sebagaimana warga lain

di negara itu. Inilah yang ingin diperjuangkan oleh etnis Muslim Rohingya.32

1. Konflik Agama Merupakan Kamuflase

Ketegangan yang terjadi pada etnis Muslim Rohingya di

Myanmar salah satunya merupakan konflik politik. Pada

pengertian ini, aspek politik menjadi hal yang berperan signifikan

bagi adanya konflik tersebut. Akan persoalan ini dapat dilacak

pada peristiwa yang terjadi sebelumnya saat persoalan wilayah

yang dijadikan pusat kolonialisme, antara Inggris dan Jepang.

Konteks teritorial ini memang menjadi alasan yang sangat

mendasar atau juga bisa dilacak melalui geopolitik yang

berdasarkan pada hal demikian. Artinya, loyalitas yang kedua

kolonialise tersebut menjadi bukti bahwa keberadaan mereka

menjadi aspek terpenting peranan konflik di kemudian hari.

Pada hal yang pertama, bahwa Inggris yang memiliki peranan

dalam aspek politik di mana ia begitu loyal terhadap Arakan yang

banyak dihuni oleh etnis Muslim Rohingya. Sebagai kelompok

yang banyak beragama Islam. Kenyataan ini bahwa Inggris

memberikan wilayah Arakan Utara, sebagai daerah otonomi

pemerintahan lokal pada mereka. Peranan ini begitu kuat, dalam

sektor wilayah jajahan pada waktu. Dengan demikian, sebagai

wilayah otonomi Inggris, Arakan Utara yang dihuni oleh etnis

Muslim Rohingya melakukan kebijakan yang berproses pada

aspek penentuan kebijakan-kebijakan yang memberikan banyak

pengaruh pada orang-orang Islam itu sendiri. Sedangkan Jepang

32

British Broadcasting Corporation “Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal

lain yang harus Anda ketahui” Diakses pada 30 April 2019 dari https: //www.bbc.com

/indonesia/dunia-41149698

Page 49: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

39

yang memiliki pusat di wilayah Selatan juga memiliki kebijakan

tersendiri dalam berbagai aspek sektor ini.

Dengan mengacu pada persoalan demikian, konflik yang

terjadi saat ini, bahwa pemberlakuan atau bentuk diskriminasi

yang dilakukan pada etnis Muslim Rohingya lebih kepada konflik

politik daripada konflik agama.33

Konflik ini jelas memberikan

dampak yang sangat signifikan bagi keberadaan etnis Muslim

Rohingya. Mereka mengalami penderitaan yang sangat

berkepanjangan. Dampak-dampak yang mendasar dari konflik

geopolitik ini ialah bentuk pengusiran mereka dari tempat

tinggalnya. Pemerintah yang seharusnya melindungi mereka dari

berbagai hal mulai tidak menemukan jalan keluarnya, sebab

mereka ikut terlibat dalam proses tragedi ini.

Sebagaimana yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya,

bahwa keberadaan mereka sebagai warga negara tidak diakui. Hal

ini diproklamirkan ketika Myanmar merdeka dari jajahan Inggris

dengan memberikan hak legitimasi kepada mereka secara de jure

dan de facto. Singkatnya, Myanmar sebagai negara yang berdaulat

dan merdeka dalam menjalankan seluruh kebijakan di bidang

lokal, nasional, dan internasional. Hanya saja, mereka tidak

mengakui keberadaan dan memberikan hak-hak kemerdekaan

kepada etnis Muslim Rohingya. Keberadaan mereka secara hak

politik dicabut dengan satu klaim sebagai warga negara ilegal.

2. Problem Identitas dan Sejarah

Problem lain yang menjadi persoalan konflik etnis Muslim

Rohingya adalam persoalan identitas dan sejarah yang terjadi di

33

Kompas.com “GP Ansor: Konflik Geopolitik adalah Akar Tragedi Rohingya”

diakses pada 1 Mei 2019 dari https://nasional.kompas.com/read/2017/09/01/18104011/gp-

ansor-konflik-geopolitik-adalah-akar-tragedi-rohingya?

Page 50: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

40

masa lalu. Melacak hal ini berarti perlu membongkar bagaimana

mereka berada di Myanmar. Persoalan yang satu dengan yang

lainnya menjadi satu pertalian yang begitu khas ketika membahas

persoalan konflik etnis Muslim Rohingya.

Identitas yang melekat pada etnis Muslim Rohingya

merupakan suatu identitas yang sulit dilacak begitu saja.

Mengingat mereka memiliki keturunan yang berbeda, karena

beberapa yang silam mereka melakukan pernikahan silang guna

menyebarkan agama Islam. Dapat dikatakan demikian, sejarawan

yang menyinggung identitas mereka satu sama lain masih

bertentangan. Problem identitas ini yang jelas didukung oleh hal

yang menyangkut kebudayaan, kulit dan bahasa sebagai bias

keberadaan mereka.

Identitas ini mengacu kepada konflik etnis itu sendiri.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Smith, ialah sebagai

berikut:34

Pertama, bahwa kelompok harus mempunyai nama sendiri.

Dalam pengertian ini lebih kepada kelompok atau komunitas etnis.

Kedua, adanya ikatan biologis bahwa keberadaan mereka

berasal dari nenek moyang yang sama. Sehingga mereka memiliki

keyakinan bahwa keberadaan mereka di suatu tempat tertentu tidak

lain karena berasal dari suatu komunitas yang sama baik pada

kulit, bahasa, budaya dan sangkut-puat yang lainnya yang

menyertai proses terbentuknya komunitas mereka.

Ketiga, aspek ini mengacu pada suatu kisah dimana kelompok

tersebut punya kepercayaan bahwa adanya mitos merupakan cara

mereka melihat suatu adanya kesamaan. Sehingga ketika mereka

34

A.D. Smith. The Ethnic Origins of Nations (Oxford, Basil Blackwell, 1986), hal.

51-52.

Page 51: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

41

berjumpa pada saat-saat tertentu mereka bisa melakukan cerita

yang sama dengan mengingat berbagai persoalan yang sama.

Keempat, dalam pada ini, aspek bahasa, agama, norma-norma

adat, pakaian, musik, karya seni, arsitektur, dan bahkan makanan.

Kelima, ialah mengacu kepada tempat tinggal yang sama,

bahwa mereka menetap sejak lama. Keadaan ini lebih kepada

teritori dimana mereka menjadikan tempat tinggalnya sebagai

basis yang kuat.

Keenam, cara berpikir menjadi persoalan yang seriuss karena

bagaimana pun mereka yang tinggal terikat oleh formula norma,

nilai yang berangkat dari suatu tindakan dan hasil pemikiran yang

sama. Kemudian hal demikian menjai suatu aspek yang

mendukung keberadaan mereka.

Dari keenam aspek itulah dapat dilihat bahwa etnis menjadi

hubungan sosial yang sangat memberikan nilai atau dampak yang

baik dalam hal hubungan terlepas dengan adanya konflik yang bisa

terjadi. Kategori demikian merupakan aspek yang paling

fundamental ketika menganalisa konflik yang terjadi pada etnis

Muslim Rohingya. Mereka memiliki cara pandang, bahasa,

budaya, serta warna kulit yang berbeda pada kebanyakan orang

Myanmar lainnya. Pemicu konflik etnis ini menjadi persoalan yang

semakin runyam ketika tidak ditengahi atau keterlibatan beberapa

elemen dalam menghentikannya. Ketika hal demikian terus

berlanjut, maka dampak yang paling parah bahwa konflik tersebut

tidak bisa dihentikan mengingat banyak korban yang jatuh.

Maka konflik etnis Muslim Rohingya bisa dilacaka melalui akar sosio-

historis dengan aspek seperti ketegangan hubungan etno-religius melalui

kebijakan burmanisasi dan intoleransi etnis rohingya. Hal lainnya yang tidak

Page 52: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

42

bisa dinafikan ialah ketegangan politik kewarganegaraan sehingga dapat

berakibat pada konflik geopolitik dan juga problem identitas dan sejarah.

Menelusuri hal ini kondisi memilukan dengan aspek yang merugikan etnis

Muslim Rohingya sebagai warga negara yang tidak diakui dan sebagai

muslim.

Page 53: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

43

BAB IV

ETNIS MUSLIM ROHINGYA YANG LEMAH

A. Etnis Muslim Rohingya Mengalami Diskriminasi

Ketika Islam masuk ke wilayah Asia, peran ulama‟ dalam

menyebarkan Islam begitu cepat dan mampu mengimbangi agama-agama

yang memiliki pengaruh sebelumnya.35

Seperti agama Kristen, Yahudi, Hindu

dan Budha, yang sebelumnya sudah tersebar luas. Namun, keadaan tersebut

harus mengakui keberadaan Islam sebagai agama baru yang lahir di

semenanjung Arab. Tentu saja, peran muslim menjadi titik sentral dalam

memajukan Islam dalam segala lini. Termasuk kaitannya dengan keberadaan

Islam di Myanmar. Myanmar sendiri sudah tersebar agama Hindu Budha

karena secara geografis mereka berdempetan dengan wilayah India yang

memiliki basis agama Hindu dan Budha di Nepal memiliki pengaruh yang

begitu besar di wilayah-wilayah Asia.

Kaitannya dengan agama Islam di Myanmar pernah berjaya sehingga

mereka juga menjadi kekuatan besar di masa itu. Namun seiring berjalannya

waktu, Islam kemudian menjadi agama yang tersisih akibat mendapatkan

diskriminasi dari berbagai pihak. Kegemilangan di masa lalu tidak

menjadikan generasi selanjutnya dapat menikmati kejayaan tersebut. Ada

proses tranformasi nilai yang menghubungkan masa lalu sebagai sejarah di

masa kini, yaitu generasi penerus. Adalah benar Islam pernah berjaya dengan

kerajaan-kerajaan yang pernah meletakkan pengaruh di masa lalu. Hanya saja,

hal demikian berbanding balik ketika Eropa banyak membaca dan

menerjemahkan karya-karya dari orang Islam sendiri menjadi kerja yang

menggilas muslim dunia. Termasuk yang terjadi di Myanmar setelah

35

Jasson F. Isaacson dan Collin Rubenstein. Islam in Asia: Changing Political

Realities (U.S.A: Transaction Publishers, 2009), hal. 91.

43

Page 54: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

44

masuknya Inggris dan Jepang sebagai penjajah. Ditambah peran orang-orang

Islam yang banyak membantu pemerintahan Inggris.

Dari sinilah akar persoalan itu terjadi dan menambah suasana muslim

di Myanmar mulai melemah dan mendapatkan banyak diskriminasi yang

berlanjut sampai saat ini. Ada banyak hal yang perlu dijadikan pelajaran

dalam kisah pilu yang dialami oleh muslim di Myanmar, utamanya etnis

Muslim Rohingya yang mengalami banyak diskriminasi dari pemerintah

Myanmar.36

Sebagaimana yang sudah diungkap pada bab-bab sebelumnya,

bahwasanya penganut agama Budha yang merasa dirinya tersingkir di masa

lalu. Penganut Budha yang merasa cemburu pada etnis Muslim Rohingya

kemudian melakukan banyak diskriminasi dengan menekan muslim di

berbagai sektor. Seperti di parlemen bagaimana etnis Muslim Rohingya tidak

bisa menjabat, termasuk di bidang kesehatan, akses pendidikan, dan bentuk

diskriminasi seperti pembunuhan, pemerkosaan, ataupun pengusiran karena

mereka tidak diakui secara aklamasi oleh pemerintah Myanmar.37

Diskriminasi yang dialami oleh etnis Muslim Rohingya semakin

bertahun meningkat. Sejak eksodus pertama yang terjadi pada tahun 1978,

etnis Muslim Rohingya telah membajiri negara seperti Thailand, Malaysia,

dan Bangladesh, yang diperkirakan ada 200.000 orang. Jumlah yang sangat

besar ini meningkat pada tahun 1991-1992 menjadi 280.000 orang. Negara

Bangladesh yang menerima begitu banyak eksodus dari etnis Muslim

Rohingya mengalami kesulitan dengan menampung mereka yang banyak.

Akhirnya Bangladesh melakukan repatriasi dengan pemerintah Myanmar

36

Sindonews.com “Rohingya & Tragedi Kemanusiaan” diakses pada 1 Mei 2019 dari

https://nasional.sindonews.com/read/1238378/18/rohingya-tragedi-kemanusiaan-1505084441. 37

Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementrian Luar Negeri “Diplomasi,

Bukan Intervensi, Wujudkan Perdamaian di Rakhine” dalam Majalah Masyarakat ASEAN:

Ketahanan dan Inovasi ASEAN 2018, edisi 18, April 2018, hal. 43.

Page 55: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

45

yang terjadi pada tahun 1992.38

Hanya yang terjadi, pada tahun 2005 ketika

negara Myanmar menolak untuk menerima kembali mereka.

Pengalaman pahit ini, terus berlanjut dengan berbagai macam

diskriminasi lainnya. Persoalan semakin runyam dan tidak menemukan ujung

keluarnya secara pasti. Perlakuan semena-mena ini sebenarnya tidak lain

karena benturan perbedaan dalam berbagai sektor sehingga melahirkan

kebijakan yang berat sebelah. Gelombang diskriminasi yang terus berlanjut ini

banyak menelan korban jiwa yang tidak sedikit. Kecaman berbagai negara-

negara baik Eropa dan Asia pada pemerintahan Myanmar begitu serentak.

Namun seolah pemerintahan Myanmar tidak memperhatikan kecaman-

kecaman yang dialamatkan kepada mereka.

Pemerintah Myanmar tidak memperhatikan lagi berbagai kecaman-

kecaman tersebut, seakan mereka ingin mengatakan bahwa kebijakan ini kami

yang mengatur. Selain itu, diskriminasi yang dilakukan oleh penganut agama

Budha pun serentak mengutuk kekerasan terhadap etnis Muslim Rohingya.39

Bagi mereka yang tidak setuju dengan tindakan-tindakan kekerasan, bahwa

agama Budha sebagai penyeru perdamaian, memberikan kenyamanan, kasih-

sayang kepada sesama. Namun, pada kenyataannya mereka tidak

mengindahkan hal demikian yang sebenarnya menjadi nilai utama bagi umat

Budha. Adapun ketegangan juga hampir terlihat di beberapa negara muslim

dengan umat Budha yang tidak terima saudara seimannya mendapatkan

perlakuan demikian.

38

Fasha Nabila Yasyid “Dampak Pengusiran Etnis Rohingya Oleh Myanmar

Terhadapa Keamanan Bangladesh,” dalam Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, No. 5, Tahun

2007, hal. 1289. 39

RRI.co.id “Umat Budha di Aceh Kutuk Myanmar Atas Pembantaian Muslim di

Rohingya” diakses pada 2 April 2019 dari http://rri.co.id/banda-aceh/post/berita /430710/

ragam/umat_budha_di_aceh_kutuk_myanmar_atas_pembantaian_muslim_rohingya.html

Page 56: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

46

1. Kebijakan Jenderal Ne Win

Keikutsertaan militer dalam bidang politik didasadari oleh

berbagai persoalan yang kemudian hal ini ditandai dengan adanya

penggulingan kekuasaan pada tahun 1962, yang dipelopori oleh

Jenderal Ne Win. Alasan yang menggemuka bahwa pemerintah U

Nu dinilai lamban dalam mengurusi urusan politik, ekonomi dan

kurang tegas dalam melakukan kebijakan. Keadaan ini menjadi

akar persoalan yang menyebabkan U Nu lengser dari kursi

pemerintahan yang kemudian digantikan oleh Jenderal Ne Win.

Sebagai anggota militer yang pernah terlibat langsung pada

perjuangan kemerdekaan melawan Inggris. Ia bergabung dengan

Dobama Asiayone atau juga dikenal dengan Asosiasi Birma

Kami/Our Burma Assocition. Kemudian ia diberi pangkat jenderal

oleh Aung San dan pada tahun 1943 ia menjadi kepada staf

Angkatan Bersenjata Nasional Birma untuk Jepang (Japanese

Burmesse National Army (BMA).40

Dengan begitu, ia jelas

memiliki peran yang sangat signifikan di bidang militer, pun juga

memiliki pengaruh yang besar pada bawahan sekaligus atasannya.

Kudeta yang dilakukannya berdasarkan beberapa hal sebagai

berikut:41

a. Menganggap bahwa para politisi sipil kurang mampu

menciptakan politik yang sehat dan stabil.

b. Menganggap bahwa pemerintahan sipil kurang mampu

menciptakan suasana yang damai. Seperti munculnya

pemberontakan yang dilakukan oleh etnis Karen, Etnis

Shan, dan tentara Guo Min Dang.

40

Tim Narasi. The Mass Killers of the Twintieth Century: Pembunuh-pembunuh

Massal Abad 20 (Yogyakarta: Nasari, 2006), hal. 251. 41

Alfian. Militer dan Politik: Pengalaman Beberapa Negara (Jakarta: LIPI, 1970),

hal. 6-7.

Page 57: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

47

c. Menganggap bahwa kebijakan U Nu sebagai pemimpin

sekaligus politisi, kurang tegas dalam mengambil

kebijakan-kebikan yang cepat dalam kondisi yang

mendesak.

Beberapa hal tersebut menjadi alasan adanya kudeta Jenderal

Ne Win. Kemudian ia melakukan pemerintahan dengan sistem

militeristik. Dalam prakteknya, tindakan dan kebijakan yang

dilakukan oleh Jenderal Ne Win banyak merugikan rakyat sipil

dan menguntungkan pihak militer. Sebagai seorang militer yang

keras, kebijakan-kebijakan yang dilakukan olehnya mendapat

pertentangan oleh kelompok mahasiswa yang merasa dirugikan

oleh pemerintah. Kejadian yang terjadi pada pertengahan tahun

1970 dan 1980, menjadi aksi massif mahasiswa. Dalam serangan

tersebut, diperkirakan menelan korban 60-100 orang meninggal

dunia.42

Berbagai aksi kekerasan telah dilakkan oleh Jenderal Ne Win,

pun kebijakan-kebijakannya membuat banyak rakyat dirugikan.

Termasuk kebijakannya tersebut merugikan etnis Muslim

Rohingya yang terkena dampaknya. Sebagaimana yang dikutip

Gulia Ichikaya Mitzy, tentang laporan Amnesti mencatat beberapa

hal sebagai berikut:43

a. Penolakan pemberian kewarnegaraan.

b. Pembatasan untuk berpindah.

c. Pembatasan dalam kegiatan ekonomi.

42

Mohammad Maiwan. “Gerakan Mahasiswa dalam Kemelut Politik di Myanmar:

Pergulatan Mewujudkan Kebebasan” dalam Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, Vol. 13, No. 2,

April 2014, hal. 50. 43

Gulia Ichikaya Mitzy “Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan

Diskriminatif Pemerintah Burma-Myanmar” dalam Jurnal Indonesian Journa of International

Studies, Vol. 1, No. 2, Desember 2014. Hal. 155.

Page 58: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

48

d. Pembunuhan, penahanan dan penyiksaan.

e. Pelecehan terhadap kaum wanita dan pembatasan

pernikahan.

f. Kerusuhan anti Muslim Rohingya.

Tindakan-tindakan Jenderal Ne Win terhadap etnis Muslim

Rohingya merupakan rasisme. Meskipun ia bukan orang pertama

yang melakukan tindakan tersebut, akan tetapi tindakan tersebut

telah membuat etnis Muslim Rohingya menderita sampai saat ini.

Keberadaan mereka dianggap sesuatu yang menganggu proses

berjalannya tatanan sistem pemerintahan. Maka salah satunya ialah

dengan mengusir mereka dan tindak kekerasan lainnya.

Keadaan semakin memperparah kondisi etnis Muslim

Rohingya yang lemah. Perlawanan yang mereka lakukan semakin

menambah suasana semakin tidak kondusif. Oleh karenanya,

pemerintah menganggap mereka teroris yang menjadi musuh

negara. Padahal, mereka sebenarnya merasa tidak kuat dengan

perlakuan dan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah. Sebagai

akibatnya, banyak warga sipil harus kehilangan nyawa, terusir dan

mendapatkan diskriminasi yang tambah hari runyam.

2. Pelarangan Praktik Keagamaan

Ekspresi keagamaan dari setiap pemeluk agama menjadi salah

satu hal praktik agama yang wajib dan penting mereka lakukan.

Bentuk ekspresi keagamaan dari pemeluk agama begitu beragam

dalam praktiknya.44

Kebebasan beragama menjadi penting

kemudian ketika mereka ingin melakukan praktik keagamaan yang

memang menjadi kewajiban mereka. Sebagaimana umat Islam

44

M. Zidni Nafi. Menjadi Islam, Menjadi Indonesia (Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2018), hal. 182.

Page 59: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

49

seperti melaksanakan shalat, puasa, dan ekspresi lainnya seperti

perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Adanya

demikian merupakan bentuk rasa patuh terhadap Tuhannya.

Dengan bentuk ekspresi itu kemudian, setiap pemeluk agama

ingin merayakannya dengan bebas. Tanpa ada pihak yang

mengintimidasinya. Sebagai yang substansial inilah kemudian,

setiap pemeluk agama merasa perlu mendapatkan pengakuan

dimana mereka berada. Kebebasan ini sebenarnya untuk rasa

nyaman bersanding dengan kelompok yang berbeda.45

Titik

penekanannya pada praktik keagamaan tersebut dapat mereka

lakukan di masjid, rumah, atau pun tempat-tempat yang sudah

menjadi kesepakatan bersama dalam melakukannya.

Selain itu, rasa nyaman dan aman menjadi pokok utama dalam

melakukan ibadah yang sakral tersebut. Rasa nyaman dan aman ini

dapat berimplikasi pada proses kehidupan mereka sehari-hari. Bisa

memberikan rasa nyaman bagi aspek batin mereka dengan adanya

nilai rasa yang tinggi. Sehubungan dengan langkah-langkah

demikian, usaha untuk menciptakan damai pada diri merupakan

suatu nilai yang diharapkan dari pemeluk agama.46

Namun, kenyataan tersebut berbanding balik pada etnis

Muslim Rohingya. Pada aspek ini, mereka merasa berada dalam

tekanan yang sangat berdampak pada psikologisnya, sosiologis

yang berdasar pada rasa aman dan nyaman. Mereka mengalami

beragam tekanan yang membuat mereka merasa ketakutan setiap

waktu. Ketidaknyamanan ini karena ada tekanan dari pemerintah

yang melarang praktik keagamaan diselenggarakan. Akses-akses

45

M. Dawam Rahadjo. Menjamin Kemajemukan Kebebasan dan Kebangsaan

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hal. 366. 46

Ahmad Nurkholis. Merajut Damai dalam Kebinekaan (Jakarta: Elex Media

Komuputindo, 2017) hal. 4.

Page 60: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

50

mengenai praktik keagamaan bagi etnis Muslim Rohingya dibatasi,

juga pemerintah tidak mengingingkan hal demikian ada.

Diskriminasi ini jelas suatu bentuk batasan yang memperlemah

etnis Muslim Rohingya berada dalam tekanan yang masif. Dapat

dikatakan demikian, mereka tidak menemukan kenyamanan yang

berarti dalam mengekspresikan tindak perilaku agama.

Dalam pada itu, etnis Muslim Rohingya yang minoritas

muslim mempunyai keinginan eksistensial agar keislamannya

diakui yang kemudian disesejarkan dengan agama mayoritas.

Hanya saja, mereka mengalami tahapan represi, penderitaan

diskriminasi dan ketidakadilan secara sosial-budaya. Adanya

demikian dapat mengakibatkan timbulnya reaksi balik dari mereka

dengan cara memperkuat resistensi dan semangat perjuangannya.47

Tampaknya perlawanan yang mereka lakukan hanyalah sia-sia

mengingat pemerintah yang sedang memimpin begitu kuat.

Ditambah persoalan kelompok mayoritas Budha Ashin Wiratu,

seorang biksu Budha yang mendukung adanya diskriminasi

terhadap etnis Muslim Rohingya. Dalam pidatonya, Ashin banyak

menyinggung persoalan jihad melawan Muslim, pun berisi tentang

aspek yang menyudutkan kelompok Muslim.48

Kenyataan ini,

keterlibatan umat Budha dalam konflik ini semakin menjadi bahwa

praktik keagamaan Muslim terbatas. Ketika hal demikian

dibiarkan, berarti sama membuat Islam bangkit dan berkembang.

47

Hendra Maujana Saragih “Indonesia dan Responbility To Protect Etnis Muslim

Rohingya Myanmar” dalam Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol. 2, No. 2,

2017, hal. 119 48

Tempo.co “Benci Rohingya: Ashin Wirathu Punya 3 Pidato Radikal” diakses pada

1 Mei 2019 dari https://dunia.tempo.co/read/668990/benci-rohingya-ashin-wirathu-punya-3-

pidato-radikal/full&view=ok

Page 61: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

51

Diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah dari sejak dulu sampai

saat ini merupakan bukti bahwa keadaan etnis Muslim Rohingya lemah.

Mereka lemah dalam banyak hal politik, sosial, dan ekonomi. Aspek ini jelas

melengkapi penderitaan mereka di bawah tindakan diskriminasi yang

dilakukan oleh pemerintah. Ketika demikian terjadi terus berlanjut, maka

keberadaan mereka semakin terancam dan mereka tidak mendapatkan tempat

yang nyaman kecuali harus pergi meninggalkan kampung halaman mereka

dengan berbagai macam kenangan yang terjadi.

B. Keberadaan Etnis Muslim Rohingya Pasca Konflik

Konflik yang berkepanjangan membuat etnis Muslim Rohingya terusir

dari kampong halaman mereka sendiri. Mereka yang terusir dari kampung

halamannya, harus mencari perlindungan ke negara-negara lain. Pelarian

mereka sebenarnya, tidak lain untuk mendapatkan keamanan dari pemerintah

mereka yang sudah melakukan tindak kekerasan pada mereka. Mereka

menuju tempat-tempat yang dianggap memberikan kenyamana mereka

meskipun secara legalitas keadaan mereka menjadi masalah tersendiri. Hanya

saja, mereka lari dari sebuah kenyataan pahit yang sangat membahayakan

pada diri mereka sendiri sehingga dengan melakukan pelarian cara paling

ampuh demi menyelamatkan nyawa.

Konflik yang dari tahun 2005 sampai 2015. Kenyataan ini banyak

dilaporkan oleh media massa. Seperti yang dilaporkan oleh BBC pada tahun

2011, kelompok etnis Muslim Rohingya yang lari ke Bangladesh ada sekitar

sekitar 200.000 etnis Muslim Rohingya yang berada dalam tenda

pengungsian.49

Pelarian ini tidak hanya kali pertama yang pernah dilakukan

49

British Broadcasting Corporation “Pengungsi Rohingya terdampar di India”

diakses pada 01 Mei 2019 dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia /2011/02/ 110214

_rohingya.

Page 62: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

52

oleh etnis Muslim Rohingya, tetapi ini adalah pelarian berkali yang pernah

terjadi sebelumnya. Eksodus ini kerapkali terjadi, Bangladesh seolah menjadi

negara tumpuan mereka ketika berada dalam tekanan yang hebat. Termasuk

Aceh menjadi pelarian mereka di tahun yang sama, ada sekitar 129 orang

yang sedang ditangani oleh aparat kepolisian yang ditemukan di perairan

dekat pelabuhan Krueng Raya.50

Pengungsi etnis Muslim Rohingya yang begitu banyak mendapatkan

tempat di banyak negara dunia yang merasa peduli dengan keberadaan

mereka. Sebagai manusia yang perlu mendapatkan perlindungan, setiap

negara memiliki kebijakan-kebijakan dalam memperlakukan etnis Muslim

Rohingya. Adanya mereka di berbagai negara semakin tampak bahwa tidak

ada penyelesaian yang baik oleh pemerintah Myanmar. Persoalan rumit

demikian kian menambah perilaku yang kurang mencerminkan sikap

pemerintah terhadap keadaan etnis Muslim Rohingya.

Indonesia dan Negara lainterutama di kawasan Asia Tenggara untuk

ikut serta menyelesaikan konflik Rohingya selalu saja terkendala prinsip non-

interference (prinsip tak boleh ikut campur urusan domestic Negara lain)

Negara-negara ASEAN memegang teguh sakralitas prinsip ini. Dilema ini

disadari betul oleh pemerintah. Karena itu, kita mengerti bahwa untuk

membantu menyelesaikan konflik di Negara tetangga pemerintah lebih

banyak menempuh jalur diplomasi dibalik layar. Jangan sampai usaha

membantu dibaca oleh pemerintah Myanmar sebagai bentuk intervensi

kedaulatan.

Pemerintah bersama Aliansi LSM untuk Myanmar (AKIM)

memprakarsai program Humanitarian Assistance Sustanable Community

(HASCO) untuk Myanmar. Berkat diplomasi pemerintah, sejumlah LSM

50

British Broadcasting Corporation “Puluhan orang Rohingya terdampar di Aceh”

diakses pada 01 Mei 2019 dari https://www.bbc.com/indonesia/ berita_indonesia/

2011/02/110216_rohingyamen

Page 63: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

53

Indonesia juga mendapatkan izin untuk beroprasi di Arakan. Bahkan

Indonesia mengantongi izin untuk membangun rumah sakit di Mrauk U,

Provinsi Arakan.51

Hal tercermin dari banyaknya pengungsi etnis Muslim Rohingya yang

kian meningkat dan banyak tersebar di berbagai negara. Etnis Muslim

Rohingya tersebar di berbagai negara. Saat ini ada sekitar 500 ribu pengungsi

Rohingya di Bangladesh, 400 ribu di Arab Saudi, 200 ribu di Pakistan, 100

ribu di Thailand, dan 11.941 di Indonesia.52

51

Zezen Zaenal Muttaqin “Konflik Rohingya dan Peran Indonesia” diakses 26 Juli

2019 dari http://ang-zen.com/konflik-rohingya-dan-peran-indonesia/ 52

Jawapos.com “Negara-negara Tujuan Pelarian Muslim Rohingya untuk

Mengungsikan Diri” diakses pada 02 Mei 2019 dari https://www.jawapos.com/internasional

/03/09/2017/negara-negara-tujuan-pelarian-muslim-rohingya-untuk-mengungsikan-diri/

Page 64: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan ini menghasilkan sebuah tahapan terakhir,

dengan sebuah kesimpulan bahwa etnis Muslim Rohingya lemah karena

sistem yang dilakukan oleh pemerintah. Sebab itu, mereka menjadi etnis yang

asing negara yang sudah lama mereka tempati. Berbagai macam hal yang

dapatkan sebagai diskriminasi yang membuat mereka terus menderita.

Diskiriminasi yang mereka dapatkan sangat membuat mereka terpukul dan

generasi selanjutnya akan menerima kepahitan yang dibuat oleh pemerintah.

Dalam hal ini, peneliti menemukan inti penelitian yang dilakukan, antara lain:

1. Bahwasanya Islam pernah berjaya di antara agama lainnya yang

sebelumnya sudah bertumbuh kembang di negara Myanmar.

Agama Hindu dan Budha sudah lama menjadi agama mayoritas

penduduk Myanmar, baik di Rakhine dan Arakan. Namun, ketika

Islam datang maka terjadilah kawin silang yang memang sengaja

dilakukan untuk kemajuan Islam di negara Myanmar. Di masa

awal, hidup merek berdampingan satu sama lain. Hal ini ditandai

karena tidak adanya konflik yang riskan seperti saat ini. Kehidupan

mereka yang berdampingan tersebut terlacak dari pemimpin di

Myanmar saling bergantian, baik agama Hindu dan Budha. Hanya

saja keberadaan mereka mulai terganggu ketika kolonialisme

Inggris dan Jepang yang ingin menguasai Myanmar. Loyalitas

kolonial Inggris kepada penduduk Arakan menjadi pokok

persoalannya, ketika kolonial Jepang juga menggunakan praktik

kebijakan yang sama dengan bekerjasama dengan penganut Budha.

44

Page 65: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

55

2. Bahwasanya etnis Muslim Rohingya memiliki akar konflik secara

sosio-historis yang bekepanjangan. Ketegangan yang terjadi dalam

konteks Rohingya bukan hanya persoalan agama saja, melainkan

begitu kompleks. Artinya, konflik yang ditengarai oleh persoalan

politik, etnik, menyebabkan etnis Muslim Rohingya begitu

runyam. Keadaan ini diperparah dengan adanya status mereka

yang dipermasalahkan sebagai imigran gelap. Status

kewarnegaraan mereka tidak diakui semenjak Myanmar merdeka

dari penjajahan Inggris. Serta berbebagai kebijakan yang membuat

mereka terpuruk dan menjadikan mereka lemah. Berbagai tuduhan

diselancarkan penganut Budha seperti jihad melawan kelompok

etnis Muslim Rohingnya merupakan nasionalisme dan membela

negara dari mereka yang berbeda. Akses-akses mereka seperti

pendidikan, kesehatan dan keamanan dicegal oleh pemerintah

Myanmar. Dengan keadaan yang demikian, konflik yang paling

kentara karena asal-usul mereka yang tidak jelas dan beberapa

alasan lain yang dikemukakan.

3. Bahwasanya etnis Muslim Rohingya lemah dikarenakan mereka

mendapatkan bentuk diskriminasi yang beragam mulai

pemerkosaan, pembunuhan, dan pengusiran. Dalam hal praktik

agama pun mereka tidak diperkenankan melakukannya. Rumah-

rumah mereka dibakar, sehingga banyak dari mereka mengungsi

ke berbagai negara yang bersedia menampung mereka seperti

Arab, Malaysia, Bangladesh dan negara-negara dunia lainnya. Di

negara-negara di dunia yang menampung mereka semakin hari

bertambah banyak dan membuat PBB dan ASEAN ikut andil agar

mereka diterima. Repatriasi yang mandek kemudian menjadikan

Page 66: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

56

mereka tidak bisa kembali ke Myanmar, pun karena mereka tidak

diterima lagi sebagai bagian dari negara tersebut.

Etnis Muslim Rohingya muslim yang lemah, tidak lain karena

kurangnya perhatian pemerintah yang sebenarnya terlibat di balik tragedi

memilukan tersebut. Pemerintah yang seharusnya melindungi, menjadi

boomerang sendiri kepada etnis Muslim Rohingya yang lemah. Oleh sebab

itu, hidup mereka dan generasi mereka selanjutnya terancam dan mereka tidak

bisa hidup di negara Myanmar selayaknya kehidupan yang pernah nenek

moyang mereka rasakan.

B. Saran

Dalam hal ini, penulis mengakui sebuah keterbatasannya ketika

menganalisis kasus yang terjadi di Myanmar, khususnya etnis Muslim

Rohingya. Adapun mengenai hasil yang dicapai dalam penelitian ini belum

maksimal. Dengan begitu, peneliti berpendapat bahwa tidak ada penelitian

yang sifatnya final. Oleh karena itu, peneliti menginginkan adanya penelitian

selanjutnya guna menambah khasanah perpustakaan dan memperkaya bacaan,

utamanya dalam bidang sejarah.

Page 67: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

57

DAFTAR PUSTAKA

Rujukan Buku:

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999).

Al-Khanif, dkk. Hak Asasi Manusia: Dialektika Universalisme vs Relativisme di

Indonesia. (Yogyakarta: LKiS, 2017).

Alfian. Militer dan Politik: Pengalaman Beberapa Negara (Jakarta: LIPI, 1970).

Azizah. Pemberontakan Sporadis Muslim Rohingya Pascakemerdekaan Burma 1948-

1988. (Jakarta: FIB UI, 2006).

Black, Antony. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa Nabi hingga Masa Kini. Terj.

Abdullah Ali dan Mariana Ariestyawati (Jakarta: Serambi, 2001).

Burhanuddin, Jajat. Ulama dan Kekuasaan: Pergumulan Elite Politik Muslim dalam

Sejarah Indonesia. (Jakarta: Mizan, 2012).

Dahendorf, R. Toward a Theory of Social Conflict, Social Change: Soyrces, Patterns

and Consuequnces. New York: Basic Book, 1972.

E. Ackermann, Marsha. dkk. Encycplopedia of World History. New York: Golson

Books, 2007.

F. Isaacson, Jasson dan Collin Rubenstein. Islam in Asia: Changing Political

Realities. U.S.A: Transaction Publishers, 2009.

Hasbullah, Moeflich. Islam dan Transformasi Masyarakat Nusantara: Kajian

Sosiologis Sejarah Indonesia (Depok: Kencana, 2017).

Hillenbrand, Carole. Perang Salib: Sudut Pandang Islam. Terj. Heryadi (Jakarta:

Serambi, 2007).

Humaidi. Paradigma Sains Integratif al-Farabi. (Jakarta: Sadra Press, 2015).

Idi, Abdullah. Konflik Etno-Religius di Asia Tenggara. (Yogyakarta: LKiS, 2018).

Karita Sakharina, Iin dan Kadaruddin. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional

(Perbedaan Istilah Pencari Suaka Pengungsi Internasional, dan Pengungsi

Luar Negeri). Yogyakarta: Depublish, 2017.

57

Page 68: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

58

Kristiyanto, OFM, Eddi. Reformasi dari Dalam Sejarah Gereja Zaman Modern.

Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Liliweri, Alo. Prasangka, Konflik, dan Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Kencana,

2018.

Madjied, M. Dien dan Johan Wahyudi. Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar. (Jakarta:

Kencana, 2014).

Muthahhari, Murtadha dan S.H.M. Thabathabai. Menapak Jalan Spiritual. (Jakarta:

Lentera, 2000).

Misrawi, Zuhairi. Al-Qur‟an Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan Lil

„Alamin. (Jakarta: Pustaka Oasis, 2010).

M. Dja‟far, Alamsyah. (In) Toleransi! Memahami Kebencian & Kekerasan Atas

Nama Agama. (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2018).

Nafi, M. Zidni. Menjadi Islam, Menjadi Indonesia. (Jakarta: Elex Media

Komputindo, 2018).

Nurkholis, Ahmad. Merajut Damai dalam Kebinekaan. (Jakarta: Elex Media

Komuputindo, 2017).

Partogi Nainggolan, Poltak. Aktor Non-Negara: Kajian Implikasi Kejahatan

Transnasional di Asia Tenggara. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, 2017).

Rahardjo, M. Dawam. Menjamin Kemajemukan Kebebasan dan Kebangsaan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010).

Ramadhan, Muhammad. Kontestasi Agama dan Politik: Menyemai Benih Kerukunan

Antarumat Beragama Pascakonflik. (Yogyakarta: LKiS, 2017).

Rufaedah, Dedah. Pembangunan Museum Nasional. (Jakarta: Museum Nasional,

2006).

Sihbudi, Riza. dkk. Problematika Minoritas Muslim di Asia Tenggara: Kasus, Moro,

Pattani dan Rohingya. (Jakarta: PPW-LIPI, 2000).

Smith, A.D. 1986. The Ethnic Origins of Nations. Oxford, Basil Blackwell.

Sugiarto, Heri. Overland dari Negeri Singa ke Daratan Cina-Jilid 3: Memoar

Perjalanan Misi Menuntaskan Menjelajah Negeri-Negeri Asean.

(Yogyakarta: PT. Leutika Nouvalitera, 2018).

Tim Narasi. The Mass Killers of the Twintieth Century: Pembunuh-pembunuh Massal

Abad 20. (Yogyakarta: Nasari, 2006).

Page 69: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

59

Rujukan Jurnal:

Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementrian Luar Negeri “Diplomasi, Bukan

Intervensi, Wujudkan Perdamaian di Rakhine” dalam Majalah Masyarakat

ASEAN: Ketahanan dan Inovasi ASEAN 2018, edisi 18, April 2018, hal. 43.

Fasha Nabila Yasyid “Dampak Pengusiran Etnis Rohingya Oleh Myanmar Terhadapa

Keamanan Bangladesh,” dalam Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, No. 5,

Tahun 2007.

Gulia Ichikaya Mitzy “Perlawanan Etnis Muslim Rohingya terhadap Kebijakan

Diskriminatif Pemerintah Burma-Myanmar” dalam Jurnal Indonesian Journal

of International Studies, Vol. 1, No. 2, Desember 2014.

Hartimah, T. (2010). Rekam Jejak Muslim Rohingya di Myanmar. Buletin al-Turas,

16 (1).

Hendra Maujana Saragih “Indonesia dan Responbility To Protect Etnis Muslim

Rohingya Myanmar” dalam Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan,

Vol. 2, No. 2, 2017.

Mohammad Maiwan. “Gerakan Mahasiswa dalam Kemelut Politik di Myanmar:

Pergulatan Mewujudkan Kebebasan” dalam Jurnal Ilmiah Mimbar

Demokrasi, Vol. 13, No. 2, April 2014.

Qadri, F., Azad, A. K., Flora, M. S., Kha, A. I., & Islam, M. T. (2018). Emergency

Deployment of Oral Cholera Vaccine for the Rohingya in Bangladesh. The

Lancet, 391 (10133).

Rahman, U. (2010). The Rohingya Refugee : A Security Dilemma for Bangladesh.

Journal of Immigrant & Refugee Studies, 8 (2).

Sandy Nur Ikfal Raharjo “Peran Identitas Agama dalam Konflik di Rakhine

Myanmar Tahun 2012-2013”. Dalam Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 6, No. 1,

2015.

Thontowi, J. Perlakuan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas Muslim Rohingya :

Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional. Pandecta : Research Law

Journal, 8 (1), (2013).

Ullah, A. Rohingya Refugees to Bangladesh: Historical Exclusions and

Contemporary Marginalization. Journal of Immigrant & Refugee Studies, 9

(2), (2011).

Page 70: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

60

Wijnroks, M., Bloem, M. W., Islam, N., Rahman, H., Das, S. K., & Hye, A. (1993).

Surveillance of the Health and Nutritional Status of Rohingya Refugees in

Bangladesh. Disaster, 17 (4).

Zinda Rahma Ilfana “Ambiguitas Sikap Politik Aung San Suu Kyi Terhadap Masalah

Segregasi Etnis Rohingya,” Skripsi, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional,

Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang,

2017.

Rujukan WEB:

DW “Inilah Profil Manusia Perahu Rohingya” Diakses pada 26 April 2019 dari

https://www.dw.com/id/inilah-profil-manusia-perahu-rohingya/a-18467515

British Broadcasting Corporation “Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal

lain yang harus Anda ketahui” Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41141169

British Broadcasting Corporation “Rohingya adalah kita‟: Solidaritas agama atau

kemanusiaan?” Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41141169

British Broadcasting Corporation “Perjuangan pengakuan identitas Rohingya

'terhambat' pemimpin” Diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.bbc.com/indonesia/trensosial-41141169

British Broadcasting Corporation “Pengungsi Rohingya terdampar di India” diakses

pada 01 Mei 2019 dari

https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2011/02/110214_rohingya.

British Broadcasting Corporation “Puluhan orang Rohingya terdampar di Aceh”

diakses pada 01 Mei 2019 dari

https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/02/110216_rohingya

men

Historia “Penghuni Tanah Arakan,” diakses pada 30 April 2019 dari

https://historia.id/agama/articles/penghuni-tanah-arakan-DrB5m

Imtiyaz Yusuf “Islam di Myanmar: Bacaan Pengantar” Diakses pada 27 April 2019

dari https://crcs.ugm.ac.id/id/berita-utama/11398/islam-di-myanmar-bacaan-

pengantar.html

Page 71: MUSLIM KAUM LEMAH: STUDI KASUS KOMUNITAS MUSLIM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50440/1/SS19025.pdf · kumpulan etnik minorti yang beragama Islam di utara wilayah

61

Jawapos.com “Negara-negara Tujuan Pelarian Muslim Rohingya untuk

Mengungsikan Diri” diakses pada 02 Mei 2019 dari

https://www.jawapos.com/internasional/03/09/2017/negara-negara-tujuan-

pelarian-muslim-rohingya-untuk-mengungsikan-diri/

Kompas.com “GP Ansor: Konflik Geopolitik adalah Akar Tragedi Rohingya” diakses

pada 1 Mei 2019 dari

https://nasional.kompas.com/read/2017/09/01/18104011/gp-ansor-konflik-

geopolitik-adalah-akar-tragedi-rohingya?

Republika “Melacak Asal Usul Etnis Rohingya” diakses pada 27 April 2019 dari

https://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/15/05/31/np7roj-

melacak-asal-usul-etnis-rohingya.

RRI.co.id “Umat Budha di Aceh Kutuk Myanmar Atas Pembantaian Muslim di

Rohingya” diakses pada 2 April 2019 dari http://rri.co.id /banda-

aceh/post/berita /430710/ragam-umat-budha-di-aceh-kutuk-myanmar-atas-

pembantaian-muslim-rohingya.html

Sindonews.com “Rohingya & Tragedi Kemanusiaan” diakses pada 1 Mei 2019 dari

https://nasional.sindonews.com/read/1238378/18/rohingya-tragedi-

kemanusiaan-1505084441.

Tirto.id “Piagam Madinah dan Upaya Menyelesaikan Sengketa dengan Orang

Yahudi” diakses pada 28 April 2019 dari https://tirto.id/piagam-madinah-

dan-upaya-menyelesaikan-sengketa-dengan-orang-yahudi-cLfo

Tempo.co “Benci Rohingya: Ashin Wirathu Punya 3 Pidato Radikal” diakses pada 1

Mei 2019 dari https://dunia.tempo.co /read/668990/benci-rohingya-ashin-

wirathu-punya-3-pidato-radikal/full&view=ok

Zezen Zaenal Muttaqin “Konflik Rohingya dan Peran Indonesia” diakses 26 Juli

2019 dari http://ang-zen.com/konflik-rohingya-dan-peran-indonesia/