MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER...

146
MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER MERAH 1975-1979 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Disusun oleh : Dirga Fawakih (1111022000028) JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/ 1436 H

Transcript of MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER...

Page 1: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER

MERAH 1975-1979

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Disusun oleh :

Dirga Fawakih (1111022000028)

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/ 1436 H

Page 2: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

i

LEMBAR PENYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 06 Juli 2015

Dirga Fawakih

Page 3: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

ii

Page 4: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM

KOMUNIS KHMER MERAH 1975-1979 telah diujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

6 Juli 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Humaniora (S.Hum) pada program studi Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Jakarta, 06 Juli 2015

Panitia Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Nurhasan, MA Sholikatus Sa’dyah, M.Pd

NIP: 196907241997031001 NIP: 197504172005012007

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Sudarnoto Abd. Hakim, MA Dra. Hj. Tati Hartimah, MA

NIP: 195902031989031003 NIP: 1955073119890322001

Pembimbing

Nurhasan, MA

NIP: 196907241997031001

Page 5: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

i

ABSTRAK

Skripsi ini bertujuan menganalisa mengenai apa motif diskriminasi dan

bagaimana kebijakan rezim Khmer Merah terhadap etnis dan agama minoritas di

Kamboja, di mana etnis Cham-Melayu yang notabennya beragama Islam

termasuk di dalamnya. Selain itu skripsi ini juga ingin melanjutkan tulisan P.B

Lafont yang dalam artikelnya belum menjawab mengenai apa motif diskriminasi

yang dilakukan Khmer Merah terhadap umat Islam di Kamboja. Penelitian ini

bersifat analytical history, maka dari itu penulis menggunakan metode penelitian

yang biasa digunakan dalam penelitian sejarah pada umumnya, yakni, heuristik,

verifikasi, interpretasi,dan historiografi. Dalam penelitian ini penulis mendapatkan

temuan-temuan baru terkait motif yang melatarbelakangi diskriminasi Khmer

Merah terhadap umat Islam di Kamboja. Selain itu penulis juga menemukan

fakta-fakta terkait kebijakan rezim Khmer Merah terhadap etnis dan agama

minoritas di Kamboja. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat

melengkapi penelitian-penelitian terdahulu yang belum sempat menjawab

permasalahan yang menjadi fokus kajian skripsi ini.

Skripsi ini juga ingin menguji teori gerakan sosial Rafael Raga Maran,

yang mengatakan bahwa, “masalah sosial dan masalah ekonomi adalah yang

menyebabkan munculnya gerakan sosial menentang pemerintahan”. Berangkat

dari kerangka teori tersebut, penulis berusaha merumuskan permasalahan skripsi

ini dengan menggunakan pendekatan politik dan sosial. Dari hasil analisa

menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemerintah

Khmer Merah terhadap umat Islam Kamboja yang cenderung menyudutkan

berimplikasi pada pemberontakan-pemberontakan umat Islam di beberapa wilayah

yang menjadi konsentrasi umat Islam. Namun pemberontakan tersebut akhirnya

dapat dipadamkan, dan rentetan kisah pilu umat Islam berupa penindasan,

pembantaian, dan pembakaran rumah ibadah terus berlangsung di bawah rezim

Khmer Merah.

Kata Kunci: Kebijakan, Khmer Merah, Muslim Kamboja

Page 6: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat

dan hidayahNya bagi para hambaNya yang selalu memuja. Shalawat serta salam

semoga selalu terlimpah kepada junjungan nabi Muhammad saw beserta keluarga,

sahabat, dan para pengikunya. Rasa syukur disertai dengan usaha yang sungguh-

sungguh serta tekad yang kuat akhirnya penulis berhasil menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Muslim Kamboja di Bawah Rezim Komunis Khmer Merah 1975-

1979”. Meskipun penulis sadar betul akan banyaknya kekurangan dalam karya

ini. Penulis berkeyakinan karya ini dapat bersumbangsih bagi siapa saja yang

ingin bergelut pada dunia penelitian, khususnya bagi mereka yang memfokuskan

kajian pada Islam di Kamboja.

Layaknya peristiwa sejarah yang penyebabnya tidak tunggal, begitupun

halnya dengan perjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak bisa

dinafikan bahwa penulis bukan satu-satunya aktor sentral, namun di balik usaha

dan kerja keras penulis terdapat orang-orang yang rela meluangkan waktu untuk

membantu. Maka dengan niatan suci yang terpatri kuat dalam sanubari, penulis

sampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

3. Nurhasan, MA. selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam serta

dosen pembimbing yang dengan sangat teliti dan sabar memberikan arahan

dan masukan positif bagi penulis.

Page 7: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

iii

4. Solikhatus Sa’diyah, M.Pd. selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam yang telah dengan sabar mengurusi semua administrasi yang penulis

butuhkan.

5. Dr. Saidun Derani, M.A. selaku dosen penasihat akademik yang terus

memberikan arahan, masukan, dan meyakinkan penulis dalam menggeluti

pengkajian Islam di Kamboja.

6. Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, M.A. selaku dosen penasihat akademik. Terima

kasih atas pengorbanan tanpa pamrih dan nilai kejujuran yang telah

ditanamkan.

7. H. Budi Santoso dan Rumiyati selaku orang tua penulis. Terima kasih atas

motivasi, cinta, dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.

8. Kakak dan adik-adiku tercinta, Prawira Yudha Santoso, Ditto Santoso,

Pringga Tritanoko, Ukhtia Khuluqi Adzima, dan Siti Rohadatul Aisy. Terima

kasih telah menjadikan rumah sebagai tempat berdiskusi dan mengadu hati.

9. Kawan-kawan Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan 2011. Terima

kasih atas diskusi-diskusi yang menarik dan mencerdaskan selama

perkuliahan. Semoga kelak kita dipertemukan dalam keadaan sukses.

10. Yanti Susilawati, Siti Rahmawati, dan Amanah penulis hanturkan terima kasih

yang mendalam telah menjadi teman berjuang dalam perburuan sumber.

11. Ikatan Remaja Lingkungan RW 05 (IKRA 05) penulis hanturkan terima kasih

atas waktu dan keluangan yang diberikan kepada penulis untuk memfokuskan

diri dalam menyusun skripsi.

12. Dita Aulia Afifah, sahabat yang tidak henti memberikan motivasi demi

tercapainya cita-cita nan hakiki.

Page 8: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

iv

13. Dan yang tersepesial untuk almarhum Abdul Ajid bin Manat, sahabat sejati

yang selalu menginspirasi. Terima kasih atas optimisme yang engkau patrikan

dalam hati. Cita dan harapanmu akan selalu hidup dalam sanubari. Semoga

engkau ditempatkan di sisi sang Ilahi. Untukmulah skripsi ini aku

persembahkan.

Jakarta, 06 Juli 2015

Dirga Fawakih

Page 9: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK.................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................ v

DAFTAR ISTILAH.................................................................................... vii

DAFTAR SINGKATAN............................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah......................................................................... 11

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 11

D. Tujuan Penelitian............................................................................. 12

E. Manfaat Penelitian........................................................................... 12

F. Tinjauan Pustaka............................................................................. 13

G. Kerangka Teori................................................................................ 17

H. Metode Penelitian............................................................................ 20

I. Sistematika Penulisan...................................................................... 23

BAB II MUSLIM KAMBOJA SEBELUM REZIM KHMER MERAH

BERKUASA

A. Geografi dan Struktur Masyarakat Kamboja.................................... 25

B. Mengenal Muslim Kamboja............................................................. 27

C. Kondisi Muslim Kamboja Tahun 1953-1970.................................. 36

Page 10: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

vi

BAB III MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KHMER MERAH

1975-1979

A. Sejarah dan Kiprah Khmer Merah dalam Kancah Perpolitikan

Kamboja........................................................................................... 46

B. Kebijakan Politik Rezim Khmer Merah terhadap Agama dan

Etnis Minoritas................................................................................. 56

C. Motif Penindasan Khmer Merah terhadap Umat Islam Kamboja ... 63

D. Respons Muslim Kamboja terhadap Kebijakan Politik Khmer

Merah.............................................................................................. 73

BAB IV MUSLIM KAMBOJA PASCA KEJATUHAN REZIM KHMER

MERAH

A. Faktor Kejatuhan Rezim Khmer Merah......................................... 79

B. Muslim Kamboja di Bawah Rezim People Republic of

Kampuchea.................................................................................... 85

C. Kebangkitan Islam di Kamboja..................................................... 90

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 97

B. Saran.............................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 102

LAMPIRAN............................................................................................. 107

Page 11: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

vii

DAFTAR ISTILAH

Angkar Pasukan revolusioner Khmer Merah

Bilal Pengumandang Adzan

Cham Etnis yang berasal dari pesisir

Vietnam

Cham-Chvea Asimilasi etnis Cham dan Melayu

Cham Jahed/ Cham Bani Cham Muslim berfaham Animisme

Indocina Wilayah yang meliputi Kamboja,

Laos, Vietnam

Imom Imam/ pengurus masjid

Jva Iyava Orang Melayu dari Jawa

Jva Krapi Orang Melayu dari Sumatera

Jva Melayu Orang Melayu dari Malaysia,

Singapura, dan Thailand Selatan

Katan Khitan, Sunat

Keitap Kitab pelajaran agama Islam (Fiqih)

Khatib Pembaca doa di masjid

Khmer Islam Sebutan orang Muslim Kamboja

Khmer Issarak Organisasi komunis pertama di

Kamboja

Khmer Merah Organisasi komunis radikal

Mophati Mufti, pemimpin tertinggi umat Islam

Kamboja.

Rumah Tuon Institusi pendidikan Islam tradisional

Page 12: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

viii

Ramvon Bulan Ramadhan, bulan puasa

Sihanoukisme Paham sosialisme Budha yang

digaungkan oleh Norodom Sihanouk

Tuh Khalik Wakil mufti

Page 13: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

i

DAFTAR SINGKATAN

AKIY Association of Khmer Islamic Youth

ASEAN Association of Southeast Asian Nations

CIS Central Islamic Association

CPF Communist Party of France

CPK Communist Party of Kampuchea

CMDF Cambodian Muslim Development

Foundation

DK Demokratic Kampuchea

FULRO Front Univie de Lutte des Race Oprimess

FUNK Front Uni National du Kampuchea

GRUNK Gouvernment of National Union of

Kampuchea

ICP Indocina Communist Party

KNUFNS Kampuchean National United Front for

National Salvation

KPRP Khmer People Revolutioner Party

NGO Non Goverment Organization

NLAF National Liberation Armed Forces

PRK People Republic of Kampuchehea

Page 14: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.
Page 15: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah Kamboja merdeka dari protektorat Prancis pada tahun 19531 umat

Islam Kamboja yang didominasi oleh etnis Cham dan Melayu telah menjadi

bagian dari warganegara Kamboja. Meski mereka sadar bahwa identitas agama

dan etnis mereka berbeda dengan etnis yang mendominasi Kamboja yakni etnis

Khmer yang notabenenya beragama Budha. Namun status mereka tetap

disamakan dengan masyarakat pribumi Kamboja.2 Perlahan mereka dapat berbaur

dengan masyarakat Khmer yang dominan, meskipun identitas agama dan budaya

mereka tetap dipertahankan dengan baik. Sejauh ini hubungan antara agama Islam

dan Budha digambarkan dalam kondisi yang harmonis. Sejauh penulis membaca

berbagai literatur terkait Islam di Kamboja, belum pernah disinggung mengenai

masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Pada masa awal kemerdekaan, ketika kancah perpolitikan Kamboja

dipimpin oleh raja Norodom Sihanouk (1953-1970), hubungan umat Islam dengan

pemerintah berjalan dengan baik. Bahkan tak jarang raja Norodom Sihanouk

menggelar dialog dengan orang-orang Islam di kerajaan.3 Pada masa Sihanouk

diterapkan politik asimilasi dan diperkenalkan istilah Khmer untuk etnis

1 Kamboja telah menjadi protektorat Prancis sejak tahun 1864. Semenjak kehadiran

Prancis sebenarnya suasana politik Kamboja lebih stabil dibanding masa sebelumnya. Tahun 1941

Prancis mengangkat pangeran Norodom Sihanouk menjadi raja Kamboja. Sihanouk inilah yang

kelak membawa Kamboja ke pintu kemerdekaan pada tahun 1953. Lihat: Ensiklopedi Nasonal

Indonesia Jilid 8, (Jakarta: PT Delta Pamungkas, 2004), hlm. 94. 2 P. B Lafont, Tinjauan Sepintas Sejarah Bangsa Cham dari Abad XVI s.d Abad XX,

dalam Kerajaan Champa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 75. 3 Anthony Cabaton, Orang Cam Islam di Indo-China Prancis, dalam Kerajaan Champa,

Echole D’Extreme-Orient, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 242-243.

1

Page 16: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

2

minoritas. Menurut Yekti Maunati, tujuannya adalah untuk mewujudkan konsep

nasionalisme dan komposisi ideal bangsa Kamboja.4 Walaupun pada masa

kemudian julukan ini dipertanyakan oleh beberapa ahli karena tujuan dari politik

asimilasi tersebut yang dianggap sebagai langkah mengeliminasi atau

menyembunyikan etnis minoritas. Jadi dalam penyebutan etnis minoritas di

Kamboja terdapat tiga pembagian sebutan, yakni Khmer Loeu untuk menyebutkan

orang Kamboja yang tinggal di dataran tinggi timur laut, Khmer Krom untuk

orang yang tinggal di delta Mekong, dan Khmer Islam untuk orang Cham dan

Melayu. Maka dari itu hingga kini Muslim Kamboja yang notabenenya berasal

dari etnis Cham dan Melayu lebih dikenal dengan sebutan Khmer Islam atau

Khmer Muslim. Namun sangat disayangkan, keberadaan Muslim Melayu jarang

disebut dalam berbagai literatur. Keberadaan mereka nampaknya disamakan

dengan etnis Cham yang memang jumlahnya lebih mendominasi.

Sejak masa kemerdekaan kondisi politik Kamboja memang selalu

mengalami guncangan. Kancah politik Kamboja selalu diwarnai dengan perebutan

pengaruh kaum komunis dan kaum liberalis yang dipelopori oleh Lon Nol.

Sihanouk belakangan memiliki kecenderungan dengan kaum komunis. Ia

memberikan izin pendirian basis militer Partai Komunis Indocina (Indocina

Communist Party – ICP) di Kamboja. Hal ini sontak menimbulkan silang

pendapat di kalangan elit pemerintahan. Lon Nol yang kala itu menjabat sebagai

perdana menteri tidak menyetujui hal tersebut, karena sangat beresiko bagi

keselamatan masyarakat sipil. Mengingat Amerika Serikat sedang gencar

membombardir semua wilayah yang menjadi basis kaum komunis di Indocina

4 Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, (Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 164.

Page 17: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

3

(Kamboja, Laos, dan Vietnam). Ditambah lagi dengan sikap para militer ICP yang

di dalamnya juga terdapat kader Khmer Merah berlaku semena-mena di dalam

wilayah Kamboja yang juga menuai perotes dari kalangan masyarakat sipil. Selain

itu penolakan Lon Nol juga bermotifkan penyelamatan Kamboja dari pengaruh

komunis yang dipelopori oleh ICP dan Khmer Merah, melihat ICP yang kala itu

sedang gencar menyebarluaskan pengaruhnya di Indocina. Lon Nol tidak

menginginkan bila ICP menanamkan pengaruhnya di Kamboja. Maka dari itu Lon

Nol berusaha menolak kebijakan Sihanouk yang memberikan izin mendirikan

basis militer ICP di Kamboja. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa usahanya

juga mendapatkan dorongan dari Amerika Serikat.

Berbagai permasalahan yang terjadi di dalam pemerintahan membuat

Sihanouk dan Lon Nol terpecah. Akhirnya pada tahun 1970 ketika sedang pergi

ke Prancis untuk berobat, dengan leluasa akhirnya militer yang diplopori oleh Lon

Nol mengambil alih kepemimpinan Kamboja dengan mengkudeta raja Sihanouk

melalui sidang Dewan Perhimpunan.5

Pada masa Lon-Nol sistem kenegaraan yang tadinya menganut sistem

monarki, akhirnya digantikan dengan sistem republik.6 Hubungan antara umat

Islam dengan pemerintah terjalin dengan baik pada masa ini. Memang sebenarnya

sejak masa Sihanouk umat Islam tidak pernah mengalami konflik dengan

pemerintah. Lon Nol memberikan kebebasan bagi orang-orang Islam untuk

berpartisipasi di kancah perpolitikan. Di bawah Les Kosem, salah seorang jendral

Muslim, dua organisasi Islam berhasil didirikan, yakni, The Central Islamic

5 M.C Ricklef, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2013), hlm. 584. 6 Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia, hlm.

165.

Page 18: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

4

Association of The Khmer Republic - CIS, dan The Association of Khmer Islamic

Youth - AKIY.7 Pada masa Lon Nol umat Islam sangat dekat dengan pemerintah,

sehingga banyak orang Islam yang diberikan posisi penting dalam pemerintahan.

Namun tak lama memerintah, Lon-Nol dianggap korup oleh berbagai

kalangan, sehingga memunculkan citra negatif di kalangan masyarakat Kamboja.

Di samping itu Lon Nol juga sangat ketergantungan terhadap Amerika Serikat

baik dalam masalah politik maupun ekonomi, sehingga Lon Nol dituding telah

gagal membawa Kamboja menjadi negara yang mandiri karena

ketergantungannya tersebut. Sementara itu Sihanouk dengan didukung oleh

pemerintahan komunis Beijing menjalin kerjasama dengan Communist Party of

Kampuchea (CPK) yang dipimpin oleh Saloth Sar atau Pol-Pot untuk mengkudeta

rezim Lon-Nol. Meskipun menurut dunia Internasional CPK di bawah Pol Pot

dianggap sebagai pemberontak, namun mereka mendapat dukungan yang cukup

banyak dari masyarakat Kamboja. Ditambah lagi hampir 60 persen wilayah

Kamboja pada tahun 1975 telah dikuasai oleh CPK. Hal ini membuat

pemerintahan Lon Nol semakin terdesak dan mulai merumuskan penyerahan

tanpa syarat.

Akhirnya pada 17 April 1975, Phnom Penh, ibukota Kamboja berhasil

dikuasai oleh pasukan revolusioner.8 Sejak saat itulah Kamboja dikuasai oleh

rezim yang menyebut dirinya Khmer Merah atau Khmer Rouge. Julukan Khmer

7 Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho Damdin

Printing Press, 1974), hlm. 49-51. 8 Mengenai naiknya rezim Komunis Khmer Merah pada tampuk kekuasaan Kamboja

lihat:“Phnom Penh Fallas Into Khmer Rouge Hands.” Warta Berita Antara, 17 April 1975.

Istilah Revolusioner merujuk pada Communist Party of Kampuchea. Hal ini dikarenakan

tujuannya yang ingin melakukan perubahan secara fundamental terhadap Kamboja dalam segala

aspek. Secara definisi gerakan revolusioner merupakan gerakan yang bermaksud mengubah

masyarakat dengan menentang nilai-nilai yang fundamental. Lihat: Rafael Raga Maran, Pengantar

Sosiologi Poitik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 71.

Page 19: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

5

Merah diberikan oleh Sihanouk ketika orang-orang komunis memberontak pada

tahun 1960. Khmer Merah merupakan kelompok ideologi komunis garis keras.

Kelompok ini diisi oleh penganut paham komunis yang pernah menuntut ilmu di

Prancis dan pernah tergabung dalam Partai Komunis Prancis (Communist Party of

France – CPF) di Prancis. Pol-Pot dijuluki sebagai Brother One atau kakak

pertama dalam organisasi ini. Selanjutnya diikuti oleh rekan-rekannya seperti

Ieng Sary, Hou Youn, Khieu Samphan, dan Noun Chea. Mereka adalah

mahasiswa Kamboja yang pernah menuntut ilmu di Prancis dan membentuk

organisasi yang mencetuskan ide-ide komunis radikal. Mereka pulalah yang

menjadi pelopor kudeta terhadap pemerintah Lon-Nol pada tahun 1975.

Keberadaan para penganut ideologi komunis sebenarnya telah ada sejak

masa protektorat Prancis. Namun pergerakan mereka baru sebatas penyebaran

pamflet dan perekrutan anggota dalam tingkat distrik. Keberadaan mereka

berkembang seiring tumbuhnya rasa nasionalisme masyarakat Kamboja. Gerakan

perlawanan para penganut ideologi komunis dikokohkan dengan didirikannya

Barisan Pembebasan Khmer (Nekhum Isarak Khmer) pada April tahun 1950 di

provinsi Kompot.9 Organisasi ini diketuai oleh Song Ngoch Minh, salah seorang

pendeta Budha yang keluar dari wiharanya. Sebenarnya didirikannya Barisan

Pembebasan Khmer merupakan inspirasi dari Partai Komunis Indocina (Indocina

Communist Party – ICP) di bawah Vietnam. Tujuan didirikannya Nekhum

Issarak Khmer sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ICP, mereka sama-sama

9 Ibid., hlm. 5.

Page 20: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

6

berkeinginan menentang hegemoni kolonial Prancis di Indocina (Kamboja, Laos,

dan Vietnam).10

Pada tahun 1951 Nekhum Issarak Khmer mempelopori berdirinya sebuah

partai komunis pertama di Kamboja yakni, Partai Revolusioner Rakyat Khmer

(Khmer People’s Revolutionary Party – KPRP). Song Ngoch Minh masih

memainkan peran yang sangat sentral dalam organisasi ini.11

Pada tahun 1951-

1959 banyak kader KPRP yang mati terbunuh oleh rezim Sihanouk. Hal tersebut

menyebabkan terjadinya kekosongan di beberapa cabang KPRP. Saat itulah Pol

Pot bersama kawan-kawannya, Khieu Samphan, Hou Youn, Hun Nim, dan Ieng

Sary mengisi kekosongan tersebut dan memainkan peran sentral di dalam tubuh

KPRP.

Pada kongres tertutup tahun 1960 di Phnom Penh, KPRP berganti nama

menjadi Partai Pekerja Kamboja (Worker Party of Kampuchea – WPK). Tou

Samout menjadi Sekretaris Jenderal Komite Pusat, Noun Chea menjabat sebagai

Wakil Sekretaris, dan Pol Pot menjadi Wakil Sekretaris Dua. Tak lama berselang

dari kongres tersebut, Tao Samouth tewas terbunuh oleh polisi Sihanouk. Kala itu

Sihanouk memang sedang gencar melakukan perburuan pada kader komunis yang

memberontak. Selepas kematian Tou Samouth, kemudian posisinya digantikan

oleh Pol Pot yang ditetapkan melalui kongres partai yang dilaksanakan pada 21

Februari 1963 di Pnom Penh. Kemudian pada tahun 1966 WPK berganti nama

menjadi Partai Komunis Kamboja (Communist Party of Kampuchea – CPK).12

10

Michael Vickery, Cambodia 1975-1982, (Boston MA: South End Press, 1984), hlm.

197. 11

Ibid., 12

Ibid., hlm. 9.

Page 21: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

7

CPK didirikan dengan dasar ideologi Communist-Leninis.13

CPK ini yang

kemudian lebih dikenal dengan Khmer Merah atau rezim Demokratic

Kampuchea.

Tahun naiknya Khmer Merah disebut sebagai tahun nol atau zero year.

Dikatakan sebagai zero year karena Pol-Pot ingin menjadikan masa

pemerintahannya sebagai titik awal perubahan. Sehingga segala sesuatunya

dianggap bermulai dari nol. Di bawah kepemimpinan Saloth Sar atau yang lebih

dikenal dengan Pol-Pot, Khmer Merah berusaha menjadikan Kamboja sebagai

negara berfaham komunis yang fokus pada modernisasi bidang pertanian.14

Seluruh warga dikonsentrasikan di pedesaan untuk bekerja di sawah, ladang, dan

peternakan. Seluruh warga dihimbau untuk menggunakan pakaian hitam sebagai

simbol kesetaraan sosial.

Awalnya rezim ini disambut baik oleh masyarakat, karena program-

programnya yang dianggap pro rakyat. Namun sambutan baik itu dengan cepat

berubah menjadi petaka dan sejarah kelam bagi masyarakat Kamboja terutama

kaum minoritas di dalamnya. Harapan indah masyarakat Kamboja kini berubah

menjadi neraka Kamboja. Pemerintah Khmer Merah menerapkan kebijakan

menaikkan target penghasilan pertanian 3 ton beras dalam 1 hektar yang dirasa

sangat memberatkan.15

Hal tersebut sulit terealisasikan mengingat alat pertanian

yang digunakan masih sangat sederhana. Dalam hal ini rakyat menjadi pihak yang

sangat menderita, karena pemerintah Khmer Merah lebih mengutamakan ekspor

dan memasok kebutuhan militer. Sedangkan rakyat harus rela kelaparan karena

13

Ibid., hlm. 199. 14

Ibid., hlm. 66. 15

David P. Chandler dkk., Pol Pot Plans The Future: Confidental Leadership Document

from Demokratic Kampuchea 1976-1977, (New Haven: Yale University of Southeast Asian

Studies, 1988), hlm 37.

Page 22: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

8

kebutuhan pangannya tidak terpenuhi. Akhirnya banyak rakyat Kamboja yang

harus mati karena kelaparan dan menderita penyakit.

Di samping itu, untuk memuluskan cita-citanya pemerintah Khmer Merah

kerap kali menggunakan kekerasan dan paksaan. Hanya terdapat dua pilihan pada

masa Pol Pot, yakni mengikuti Pol-Pot atau menjadi musuh Pol Pot.16

Berbagai

kekejaman dan diskriminasi tak jarang dialamatkan kepada kaum minoritas

termasuk umat Islam di dalamnya.

Dapat dikatakan bahwa masa Khmer Merah berkuasa di Kamboja pada

tahun 1975-1979 merupakan sejarah kelam bagi umat Islam di Kamboja. Pada

masa pemerintah Khmer Merah umat Islam mengalami intimidasi, pembantaian,

dan diskriminasi. Para tokoh agama Islam banyak yang menjadi target

pembunuhan dan pembantaian, di antaranya adalah para pemimpin tertinggi

Muslim Kamboja seperti, Mufti Hadji Abdullah bin Idres (Res Las), Hadji

Suleimane Sukri, dan Hadji Sulaimane Fekri.17

Masjid-masjid dan lembaga pendidikan Islam dihancurkan dan dibakar.

Pada tahun 1976 tak kurang dari 20-30 orang dibantai di kamp konsentrasi.18

Umat Islam dipaksa untuk meninggalkan agamanya, dan meninggalkan teradisi

keislamannya. Bahkan tak sampai di situ, umat Islam Kamboja juga dipaksa untuk

memakan daging babi dan meminum arak, serta menikah dengan berlainan

agama. Banyak dari umat Islam yang disiksa di kamp-kamp konsentrasi di Tuol

16

Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), hlm. 227. 17

Seddik Taouti, Forgotten Muslim Kampuchea and Vietnam, dalam Ahmad Ibrahim

dkk, Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institute of Southeast Asia Studies, 1985),

hlm. 194. 18

Ysa Osman, OUKOUBAH Justice for The Cham Muslims Under the Democratic

Kampuchea Regime, (Phnom Penh:Documentation Center of Cambodia, 2002), hlm. 96-106.

Page 23: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

9

Sleng (Penjara S21).19

Sebelum Khmer Merah berkuasa diperkirakan jumlah

Muslim di Kamboja mencapai 700.000 jiwa. 20

Namun pada masa Pol-pot sekitar

70 persen dari total penduduk Muslim Kamboja mati terbunuh, dalam kamp

konsentrasi maupun saat bekerja.21

Seluruh Masjid yang kurang lebih berjumlah

113 di hancurkan dan dialihfungsikan.22

Berdasarkan fakta yang didapat, analisa penulis terkait motif diskriminasi

yang dilakukan pemerintah Khmer Merah terhadap Muslim Kamboja disebabkan

karena tiga hal. Pertama, Khmer Merah melakukan perburuan terhadap elit

Muslim dikarenakan kedekatan mereka dengan rezim Lon Nol. Khmer Merah

khawatir apabila dibiarkan mereka akan menjadi oposisi yang mengancam

pemerintahan Khmer Merah. Kedua, kebijakan dalam Five Point Plans 1975 yang

menyudutkan dan mengebiri umat Islam untuk melakukan praktik keagamaannya.

Kebijakan tersebut di antaranya, pelarangan penggunaan hijab, perintah untuk

memusnahkan al-Qur’an, paksaan memakan daging babi, larangan shalat,

penutupan masjid, dan pemaksaan untuk menikah dengan berlainan agama.23

19

Ibid., hlm. 108. 20

International Center for Ethnic Study, Minorities in Cambodia, (United Kingdom:

Manchester Free Press, 1995), hlm. 10.

Seddik Taouti berbeda pendapat, ia mengatakan bahwa jumlah umat Islam sebelum

tahun 1975 berkisar 800.000 orang, lihat: Seddik Taouti, Forgotten Muslim Kampuchea and

Vietnam, dalam Ahmad Ibrahim, Readings on Islam ini Southeast Asia, (Singapore: Institute of

Southeast Asia Studies, 1985), hlm.194.

Michael Vieckery mengemukakan pendapat lain, ia menyatakan bahwa jumlah umat

Islam sebelum tahun 1975 diperkirakan hanya berkisar 185.000 jiwa saja yang semuanya tersebar

di seluruh distrik. Michael Vickery, Kampuchea Politic Economics and Society, (London: Frances

Pinter Publisher, 1986), hlm.1. 21

Seddik Taouti, Forgotten Muslim Kampuchea and Vietnam, dalam Ahmad Ibrahim

dkk, Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institute of Southeast Asia Studies, 1985),

hlm.194. 22

Ibid., 23

Ysa Osman, The Cham Rebellion Survivors Stories From The Village, (Phnom Penh:

Document Center of Cambodia, 2006), hlm. 55.

Page 24: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

10

Hal ini berbuah respons berupa pemberontakan di beberapa distrik di

Kampong Cham. Berawal dari bentrok antara Khmer Merah dan umat Islam

tersebut membuat umat Islam masuk ke dalam daftar musuh dalam negeri

(internal enemy) Khmer Merah. Hal tersebut berlanjut sampai ditetapkannya

Demokratic Kampuchea Constitution pada tahun 1976 yang melarang keberadaan

agama reaksioner. Agama reaksioner dalam hal ini adalah agama-agama yang

memiliki kecenderungan untuk memberontak, termasuk umat Islam di dalamnya.

Karena pada masa sebelumnya umat Islam sempat melakukan pemberontakan-

pemberontakan terhadap rezim Khmer Merah. Maka dari itu agama Islam

dimasukkan ke dalam agama reaksioner. Faktor yang ketiga adalah karena

perbedaan etnis. Dalam hal kebudayaan, Khmer Merah ingin melakukan

Khmerisasi dengan mencoba mengeliminasi etnis minor seperti etnis Cham dan

Melayu yang notebenenya beragama Islam.

Maka dari itu perlu kiranya ditelisik lebih dalam mengenai apa motif yang

melatarbelakangi penindasan rezim Khmer Merah terhadap umat Islam, dan

bagaimana kebijakan Khmer Merah terhadap Muslim Kamboja. Penelitian ini

juga sekaligus ingin melanjutkan tulisan P.B Lafont dalam buku Kerajaan

Champa yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Dalam artikelnya yang berjudul

Tinjauan Sepintas Sejarah Bangsa Cham dari Abad XVI s.d Abad XX,24

P.B

Lafont menjelaskan perjalanan sejarah etnis Cham dari abad XVI sampai abad XX

dengan menjadikan Vietnam dan Kamboja sebagai fokus kajiannya. Lafont sedikit

menyinggung mengenai kekerasan, penindasan, dan intimidasi yang dilakukan

oleh rezim Khmer Merah terhadap Cham Muslim di Kamboja. Namun ia belum

24

P. B Lafont, Tinjauan Sepintas Sejarah Bangsa Cham dari Abad XVI s.d Abad XX,

dalam Kerajaan Champa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 71-80.

Page 25: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

11

menjawab pertanyaan yang dia ajukannya sendiri. Maka dari itu bersamaan

dengan pertanyaan yang belum dijawab oleh Lafont tersebut, dalam skripsi ini

penulis ingin menjawab pertanyaan yang diajukan Lafont dalam artikelnya.

B. Identifikasi Masalah

Sejak masa awal kedatangannya sampai dengan berkuasanya rezim Lon-

Nol (1970-1975), Muslim Kamboja memiliki rekam jejak hubungan yang baik

dengan pemerintah maupun etnis Khmer yang menjadi pribumi Kamboja. Namun

pada 1975-1979 ketika Khmer Merah salah satu partai politik berideologi

komunis radikal di bawah Pol Pot menguasai kancah perpolitikan Kamboja, umat

Islam Kamboja memasuki era kegelapan. Terdapat beberapa permasalahan yang

penulis berhasil identifikasi dan berpotensi untuk dijadikan kajian terkait kondisi

Muslim Kamboja di bawah rezim Khmer Merah, di antaranya:

1. Etnis dan agama minoritas menjadi sasaran diskriminasi dari kebijakan rezim

Khmer Merah, di mana umat Islam termasuk di dalamnya

2. Negara-negara Islam baik di Timur Tengah maupun Asia Tenggara tidak

menunjukkan simpatinya ketika umat Islam Kamboja mengalami diskriminasi

oleh rezim Khmer Merah

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari dua permasalahan yang berhasil penulis identifikasi, akhirnya penulis

membatasi permasalahan dalam skripsi ini pada permasalahan seputar kebijakan

Khmer Merah terhadap etnis dan agama minoritas di Kamboja, di mana umat

Islam termasuk di dalamnya. Penulis juga akan menelusuri lebih jauh mengenai

dampak dari kebijakan yang diterapkan oleh rezim Khmer Merah terhadap etnis

Page 26: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

12

dan agama minoritas di Kamboja. Batas tahun yang digunakan ialah tahun 1975-

1979 ketika rezim komunis Khmer Merah berkuasa penuh atas Kamboja. Ruang

lingkup yang penulis gunakan ialah negara Kamboja secara keseluruhan, terutama

wilayah yang terdapat komunitas Muslim di dalamnya. Berdasarkan pemaparan

permasalahan tersebut, maka rumusan pertanyaan dalam penelitian ini di

antaranya:

1. Apa motif yang melatarbelakangi penindasan dan diskriminasi yang dilakukan

rezim Khmer Merah terhadap umat Islam Kamboja?

2. Bagaimana kebijakan politik rezim Khmer Merah dan dampaknya terhadap

etnis dan agama minoritas di Kamboja?

3. Bagaimana respons umat Islam terhadap kebijakan rezim Khmer Merah?

4. Bagaimana kondisi Muslim Kamboja pasca jatuhnya rezim Khmer Merah

pada tahun 1979?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan motif penindasan dan dikriminasi yang dilakukan rezim Khmer

Merah terhadap umat Islam Kamboja.

2. Menjelaskan kebijakan politik rezim Khmer Merah dan dampaknya terhadap

Muslim Kamboja.

3. Menjelaskan bagaimana respons umat Islam terhadap kebijakan rezim Khmer

Merah.

4. Menjelaskan kondisi Muslim Kamboja pasca rezim Khmer Merah jatuh pada

tahun 1979.

Page 27: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

13

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran mengenai kondisi Muslim Kamboja sebelum, saat, dan

setelah rezim Khmer Merah berkuasa di Kamboja tahun 1975-1979.

2. Menambah khazanah penelitian dan pengkajian Islam di Kamboja setelah

sebelumnya pembahasan ini tidak banyak atau bahkan belum sama sekali

menjadi sorotan, terutama oleh mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Padahal estimasi jumlah penduduk Muslim Kamboja tidak dapat dikatakan

kecil dan peranannya cukup signifikan dalam berbagai aspek di Kamboja.

Maka dari itu perlu kiranya membangkitkan gairah pengkajian Islam di

Kamboja lebih jauh, khususnya untuk mahasiswa Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam konsentrasi Asia Tenggara.

3. Menjawab permasalahan sejarah yang belum terungkap secara mendetail

dengan menggunakan metode sejarah yang ilmiah. Untuk itu keberlangsungan

penelitian ini juga bermaksud untuk melengkapi beberapa karya pengkajian

Islam di Kamboja. Seperti dalam tulisan P. B. Lafont dan Yekti Maunati yang

belum menjawab lebih mendetail mengenai kebijakan Khmer Merah dan

dampaknya terhadap Muslim Kamboja. Agar kelak penelitian ini dapat

memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengkajian Islam di Asia

Tenggara. Khususnya bagi mereka yang menaruh perhatian terhadap

perkembangan Islam di Kamboja.

Page 28: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

14

F. Tinjauan Pustaka

Penulis mencari beberapa literatur terkait kondisi Muslim Kamboja

khususnya saat kancah perpolitikan Kamboja dikuasai oleh Khmer Merah, namun

tidak banyak sumber terutama yang berbahasa Indonesia yang menggambarkan

hal terkait. Walaupun memang ada, literatur tersebut tidak banyak memberikan

informasi mengenai kondisi Muslim Kamboja saat Kamboja dikuasai oleh rezim

Khmer Merah (1975-1979). Sedangkan dalam skripsi-skripsi yang telah ada baik

di Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta belum ditemukan satupun judul yang membahas

mengenai kondisi Muslim di Kamboja, baik pada masa Khmer Merah (1975-

1979) maupun sebelum dan sesudahnya. Maka dari itu penelitian ini ingin

menyajikan hasil penelitian yang original yang sebelumnya tidak pernah menjadi

pembahasan pokok dalam berbagai literatur maupun skripsi yang telah ada.

Terutama di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berikut beberapa literatur yang dijadikan tinjauan pustaka:

1. Pemerintahan Khmer Merah di Kamboja dan Kejatuhannya 1975-197925

,

karya Diana Yulianti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Skripsi

ini membahas mengenai perjalanan politik Khmer Merah yang meliputi

sejarah berdirinya, kiprahnya dalam perpolitikan Kamboja, dan jatuhnya rezim

Khmer Merah. Skripsi ini lebih memfokuskan permasalahan pada narasi

perjalanan politik Khmer Merah saja. Terutama hubungan internasional

dengan beberapa negara lain. Diana memaparkan lebih banyak mengenai

program-program agraria Khmer Merah dan konflik yang terjadi antara

25

Diana Yulianti, Pemerintahan Khmer Merah di Kamboja dan Kejatuhannya 1975-

1979, (Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2009).

Page 29: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

15

Kamboja dengan Vietnam. Namun permasalahan mengenai kebijakan agama

dan etnis, serta kondisi mereka luput dari kajian Diana.

Perbedaan dengan skripsi penulis adalah, dalam skripsi ini penulis menjadikan

Muslim Kamboja sebagai obyek kajian utama. Penulis mengangkat tema

kondisi Muslim Kamboja pada saat Khmer Merah berkuasa. Terutama

mengenai motif pendiskriminasian Khmer Merah terhadap umat Islam. Dalam

hal ini juga penulis lebih memaksimalkan sumber-sumber yang ditulis oleh

kalangan Muslim. Sehingga penulis menarik kesimpulan, meski berjibaku

pada pembatasan tahun dan pendekatan yang sama, namun obyek kajiannya

sangat berbeda dan permasalahannya berbeda.

2. The Cham Diaspora in Southeast Asia Social Integration and Transnational

Networks the Case of Cambodia.26

Editor Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari.

Buku ini mengkaji lebih jauh mengenai bagaimana proses terintegrasinya

Muslim Cham dengan masyarakat pribumi Kamboja. Pembahasannya diawali

dengan proses diasporanya etnis Cham di Kamboja. Setelah itu dalam buku ini

Yekti sedikit memaparkan kondisi umum Muslim Kamboja di beberapa rezim

yang berkuasa. Hemat penulis buku ini lebih mengedepankan mengenai pola-

pola kehidupan masyarakat Cham pada masa kekinian. Baik meliputi

keagamaan, sosial-kemasyarakatan, maupun perekonomian. Hal ini sangat

berbeda jauh dengan kajian dalam skripsi ini, baik dalam hal waktu maupun

pendekatan. Dalam buku ini Yekti menggunakan pendekatan

multidimensional, dengan mengkaji berbagai aspek. Berbeda dengan skripsi

ini, dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan kajian pada permasalahan

26

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari, The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational Networks the Case of Cambodia, (Jakarta: LIPI Press, 2013).

Page 30: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

16

perpolitikan dan sosial saja, yang meliputi kebijakan-kebijakan politik Khmer

Merah terhadap etnis minoritas di mana etnis Cham dan Melayu yang

beragama Islam termasuk di dalamnya. Selain itu batas waktu yang digunakan

dalam buku ini juga tidak dijelaskan secara spesifik. Berbeda dengan skripsi

penulis yang menekankan pada model diakronis27

yang menggunakan batas

waktu dan lebih menekankan pada proses.

3. The Forgoten Muslim of Kampuchea and Vietnam,28

karya Seddik Taouti,

dalam Reading on Islam in Southeast Asia. Buku ini merupakan hasil

pengalaman perjalanan Seddik Taouti di Kamboja pasca Kamboja dikuasai

oleh rezim Khmer Merah. Buku ini cukup membantu memberikan gambaran-

gambaran mengenai kondisi umat Islam Kamboja pasca Khmer Merah

berkuasa. Buku ini lebih menekankan pada kondisi Muslim dan

pembangunan-pembangunan umat Islam di berbagai sektor pasca rezim

Khmer Merah berkuasa. Buku ini banyak memperoleh data melalui

wawancara dengan tokoh Muslim Kamboja seperti Mohammad Aly, Dr.

Abdoul Koyoum, dan Mr. Attman Ibrahim. Namun seperti pada beberapa

literatur lainnya, buku ini lebih menekankan pada gambaran mengenai

keadaan umat Islam pasca Khmer Merah. Namun buku ini mengabaikan

mengenai kebijakan rezim Khmer Merah serta implikasinya. Mengenai

respons masyarakat Muslim yang menjadi obyek penindasan juga luput dari

pemaparan buku ini. Beberapa kekosongan dalam buku inilah yang akan

27

Model diakronis merupakan ciri yang membedakan antara kajian sejarah dengan ilmu-

ilmu sosial seperti sosiologi, ekonomi, antropologi, dan sebagainya. Unsur diakronis lebih

menekankan pada proses atau memanjang dalam waktu. Sedangkan Singkronis yang menjadi

model pengkajian ilmu sosial lebih menekankan pada struktur atau meluas dalam ruang. Lihat:

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Jogjakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 44-45. 28

Seddik Taouti, The Forgotten Muslim in Kampuchea and Viet, dalam Ahmad Ibrahim

dkk., Reading on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 1985).

Page 31: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

17

penulis lengkapi dalam kajian skripsi ini, baik meliputi kebijakan yang

ditujukan kepada etnis minoritas, maupun respons dari kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintah Khmer Merah. Perbedaan yang mencolok dari

buku-buku di atas dengan kajian skripsi penulis adalah, bahwa dalam skripsi

ini (meskipun penulis juga menyertakan kondisi Muslim Kamboja sebelum

Khmer Merah berkuasa) lebih berfokus pada penjelasan mengenai kondisi

Muslim Kamboja saat Khmer Merah berkuasa. Penulis lebih jauh akan

menelisik mengenai kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh Khmer merah

terutama kebijakan politik yang berkaitan dengan etnis minoritas dan agama.

G. Kerangka Teori

Menurut Miriam Budiardjo, untuk mencapai komunisme, kekerasan

dipandang sebagai alat sah yang harus dipakai.29

Kekerasan ini dipakai untuk

menghancurkan lawan politik dan bagi mereka yang menentang atau dianggap

sebagai musuh. Begitupun dengan rezim komunis Khmer Merah yang cenderung

memaksakan gagasan revolusionernya dengan melakukan perubahan secara

fundamental. Kerap kali kekerasan digunakan sebagai alat penindasan dan

kebijakan dijadikan alat diskriminasi. Tak jarang umat Islam yang merupakan

agama minoritas menjadi sasaran.

Maka dari itu berdasarkan uraian fakta di atas, studi ini ingin menguji teori

gerakan sosial dengan pendekatan konflik yang dikemukakan oleh Rafael Raga

Maran. Rafael mengatakan bahwa masalah sosial dan masalah ekonomi adalah

29

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 88.

Page 32: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

18

yang menyebabkan munculnya gerakan sosial menentang pemerintah.30

Masalah

sosial yang terjadi adalah penindasan, pendiskriminasian, dan pembantaian massal

yang dilakukan rezim Khmer Merah melalui kebijakannya. Sedangkan masalah

ekonomi yang terjadi dalam konteks kajian penulis adalah, kegagalan rezim

Khmer Merah dalam memodernisasi bidang pertanian. Produksi beras yang

ditargetkan sebanyak 3 ton per hektar gagal diwujudkan. Hal ini berimbas pada

kurangnya pasokan beras untuk rakyat yang menyebabkan banyak rakyat yang

mati kelaparan.

Kebijakan Khmer Merah yang tertuang dalam Five Point Plans 1975 dan

Konstitusi Khmer Merah sangat menyudutkan umat Islam Kamboja. Hal ini

menyebabkan munculnya berbagai permasalahan sosial yang terjadi pada umat

Islam, di antaranya, umat Islam mengalami pendiskriminasian etnis, penindasan,

bahkan sampai dengan pembunuhan massal. Bila mengacu kepada teori gerakan

sosial dengan pendekatan konflik yang dikemukakan Rafael, umat Islam yang

mengalami permasalahan sosial tersebut akan bergerak menentang pemerintah.

Selain itu umat Islam dan seluruh masyarakat Kamboja juga mengalami

permasalahan ekonomi berupa kekurangan pangan. Permasalahan ekonomi

tersebut juga dimungkinkan dapat menjadi pemicu munculnya gerakan sosial.

Namun untuk mendukung atau menolak teori tersebut penulis akan melakukan

analisa lebih mendalam dengan menggunakan pendekatan politik dan sosial.

Konsep31

Muslim Kamboja yang dimaksud dalam skripsi ini merujuk pada

etnis Cham dan Melayu yang beragama Islam. Sebagian besar dari mereka

30

Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm.

78. 31

Konsep dalam ilmu sejarah diartikan sebagai suatu abstraksi mengenai gejala dan

realitas. Realitas yang ditunjukan oleh konsep dapat berupa penyebutan orang-orang seperti

Page 33: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

19

terkonsentrasi di beberapa wilayah seperti, di Kampong Cham, Kampong

Chnnang, Battambang, Phnom Penh, dan beberapa tempat lainnya. Sebutan

Muslim Kamboja penulis khususkan kepada etnis Cham dan Melayu dikarenakan

sejauh ini penulis belum menemukan data mengenai etnis lain terutama etnis

Khmer yang merupakan pribumi yang memeluk agama Islam. Konsep Muslim

Kamboja yang penulis gunakan juga selaras dengan julukan Khmer Islam atau

Khmer Muslim yang diberikan Sihanouk untuk mengganti identitas etnis Cham

dan Melayu yang beragama Islam.

H. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat analitical history,32

sehingga metode yang

digunakan dalam penelitian ini ialah metode yang biasa digunakan dalam

penelitian sejarah pada umumnya, yakni, heuristik atau pengumpulan data, kritik

sumber baik intern maupun ekstern, interpretasi atau penafsiran, dan yang terakhir

adalah tahap historiografi atau penulisan sejarah.33

Dalam proses heuristik penulis menggunakan metode kepustakaan atau

library research. Penulis menghimpun sumber-sumber tertulis baik yang bersifat

primer maupun sekunder. Untuk sumber primer, penulis menggunakan dokumen

berupa undang-undang Khmer Merah atau Demokratic Kampuchea Constitution

1976. Selain itu penulis juga memanfaatkan sumber primer berupa bulletin yang

dikeluarkan oleh rezim Khmer Merah yang berjudul Demokratic Kampuchea a

muslimin, muslimat, kristiani, reformis dan sebagainya. Selengkapnya lihat: Dudung

Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), hlm. 35-37. 32

Analitical History merupakan jenis penelitian sejarah yang memanfaatkan teori dan

metodologi. Lihat: M. Dien Madjid dan Johan Wahyudi, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar,

(Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 218. 33

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995),

hlm. 89.

Page 34: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

20

Workers’ Peasants’ State in South-East Asia.34

Selain sumber primer berupa

dokumen, penulis juga memanfaatkan sumber primer berupa foto-foto. Sumber-

sumber tersebut, baik sumber primer berupa dokumen, bulletin, maupun foto,

kesemuanya penulis dapatkan dari situs resmi Document Center of Cambodia.35

Untuk sumber sekunder penulis menggunakan surat kabar terbitan tahun

1975-1979 yang penulis dapatkan di Perpustakaan Nasional. Surat kabar yang

penulis himpun di antaranya, surat kabar Warta Berita Antara, Kompas, dan

Merdeka. Di antara surat kabar tersebut penulis lebih banyak menggunakan Warta

Berita Antara. Dikarenakan Warta Berita Antara memiliki bagian khusus kilas

internasional yang selalu menginformasikan berita-berita internasional secara

aktual. Selain itu, hal tersebut lebih memudahkan penulis dalam proses pencarian.

Selain itu, penulis juga menggunakan sumber sekunder berupa jurnal

bulanan Asian Survey yang terbit pada tahun 1979 yang penulis temukan di

Perpustakaan Universitas Indonesia. Selebihnya data-data sekunder yang penulis

gunakan berupa buku, artikel, majalah, dan tesis yang penulis temukan di

Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Utama UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional,

dan situs internet.

34

Demokratic Kampuchea a Workers’ Peasants’ State in South-East Asia, (Berlin:

Embassy of Demokratic Kampuchea, 1977). Tersedia di:

http://www.d.dcCham.org/Archives/Documents/pdf/Bulletin_of_the_Embassy_of_Democratic_Ka

mpuchea_in_Berlin_GDR_March_1977.pdf (akses: 24/04/2015) 35

Documen Center of Cambodia merupakan institusi resmi yang dibentuk oleh

pemerintah Kamboja untuk mengurusi bidang kearsipan (serupa ANRI di Indonesia). Dalam situs

ini dimuat secara digital arsip terkait sejarah Kamboja, terutama arsip-arsip pada masa Khmer

Merah. Selain arsip, situs ini juga memuat berbagai foto-foto, majalah, buku-buku, dan beberapa

konten lain yang dapat diunduh secara gratis. Lebih lanjut mengenai Document Center of

Cambodia lihat: http://www.d.dcCham.org/Archives/Documents/Documents.htm

Page 35: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

21

Tahap berikutnya ialah kritik sumber atau verifikasi. Dalam proses ini,

penulis melakukan uji keaslian sumber atau otentifikasi melalui kritik ekstern.

Selain itu penulis juga melakukan uji kelayakan sumber atau kredibilitas, yang

penulis telusuri melalui kritik intern. Dalam kritik ekstern penulis mengkritisi

secara fisik mengenai sumber-sumber primer yang penulis dapatkan melalu situs

resmi Document Center of Cambodia. Dokumen-dokumen yang penulis temukan

dalam situs Document Center of Cambodia beberapa sudah ada yang dicetak

ulang dalam bahasa Khmer dan Inggris. Sehingga secara fisik dokumen tersebut

tidak dapat dikatakan otentik karena sudah tidak dalam bentuk aslinya, namun

hemat penulis sumber tersebut tetap memuat unsur-unsur primer.36

Sumber primer

berupa buletin dan foto yang penulis temukan masih dalam bentuk asli yang

dipublikasikan dalam bentuk mikrofilm. Sehingga secara ekstern bulletin dan foto

tersebut dapat dikatakan otentik dan memuat unsur-unsur primer.

Setelah itu penulis juga menguji kredibilitas sumber dengan menggunakan

kritik intern. Dalam kritik inten penulis membandingkan sumber-sumber yang

penulis dapatkan. Penulis membandingkan Konstitusi Khmer Merah yang

diterbitkan oleh Document Center of Cambodia dengan yang diterbitkan oleh

pihak lain. Hal ini dilakukan mengingat dokumen tersebut telah dicetak ulang,

sehingga perlu rasanya penulis menaruh kecurigaan terhadap kredibilitas sumber

tersebut. Penulis menghimpun beberapa Konstitusi Khmer Merah dalam beberapa

versi, di antaranya versi Document Center of Cambodia, versi Franҫois Ponchaud,

dalam bukunya Cambodia Year Zero37

, dan versi yang dipublikasikan oleh

36

Lebih jauh mengenai unsur-unsur primer lihat: Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah.

(Jakarta: UI Press, 2008), hlm. 45. 37

Francois Ponchaud, Cambodia Year Zero, (Terj.) (New Zeland: Pinguin Books, 1978).

Page 36: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

22

Kedutaan Besar Khmer Merah di Berlin tahun 1977.38

Dari ketiga versi tersebut

penulis tidak menemukan perbedaan berarti kecuali dalam segi fisik dan tata

bahasa saja, sehingga penulis menyimpulkan bahwa sumber tersebut kredibel

dalam menyajikan unsur-unsur primer.

Sedangkan kritik internal yang penulis lakukan pada sumber skunder

hanya ditemukan perbedaan-perbedaan mengenai waktu sebuah peristiwa terjadi,

seperti perbedaan mengenai tahun kedatangan umat Islam. Selain itu juga terdapat

perbedaan mengenai estimasi jumlah umat Islam Kamboja sebelum rezim Khmer

Merah berkuasa. Seperti Ysa Osman mengatakan bahwa jumlahnya 700.000 jiwa,

sedangkan Seddik Taouti mengatakan 800.000 jiwa. Sedangkan Ramlan Surbakti

dan Michael Vickery mengatakan jumlahnya tidak lebih dari 200.000 jiwa.

Tahap selanjutnya yakni penulis melakukan interpretasi atau penafsiran

terhadap sumber-sumber yang telah penulis himpun untuk memperoleh fakta-

fakta terkait permasalahan yang menjadi fokus kajian penulis. Dalam tahap ini

penulis menggunakan metode analisis dan sintesis. Dalam proses analisis atau

penguraian, penulis memperoleh beberapa fakta dari sumber-sumber yang telah

penulis baca baik sumber primer maupun sekunder, seperti pada masa rezim

Khmer Merah banyak masjid yang diberangus dan dialihfungsikan, banyak

perburuan dan pembunuhan para ulama dan intelektual Muslim, selain itu telah

terjadi penurunan jumlah populasi Muslim Kamboja secara drastis, yang

disebabkan karena genosida atau pembunuhan massal, dan yang terakhir terdapat

pemberontakan-pemberontakan oleh umat Islam terhadap rezim Khmer Merah.

Kesemua fakta tersebut merupakan buah dari kebijakan rezim Khmer Merah yang

38

Demokratic Kampuchea a Workers’ Peasants’ State in South-East Asia, (Berlin:

Embassy of Demokratic Kampuchea, 1977).

Page 37: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

23

menyudutkan keberadaan umat Islam Kamboja. Dari beberapa fakta hasil analisis

tersebut maka sintesisnya adalah, bahwa telah terjadi pendiskriminasian terhadap

etnis dan agama minoritas oleh rezim Khmer Merah, di mana umat Islam

termasuk di dalamnya.

Tahap terakhir yakni historiografi, dalam tahap ini penulis menguraikan

fakta-fakta yang sudah didapat ke dalam penulisan sejarah, dan kemudian menarik

kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan pokok yang menjadi

kajian utama dalam penelitian ini.

I. Sistematika Penulisan

Secara Keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, adapun susunan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab I Berisikan Pendahuluan yang terdiri atas penjabaran singkat

permasalahan yang menjadi fokus kajian, identifikasi masalah,

batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, serta

sistematika penulisan.

Bab II Membahas mengenai kondisi Muslim Kamboja sebelum rezim

Khmer Merah berkuasa pada tahun 1975-1979. Yang meliputi

gambaran geografi serta struktur masyarakat Kamboja, mengenal

Muslim Kamboja, dan kondisi Muslim di bawah dua rezim yang

berdaulat sebelum Khmer Merah, yakni rezim Norodom Sihanouk,

dan Lon-Nol.

Bab III Membahas mengenai kondisi Muslim Kamboja saat Khmer Merah

Page 38: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

24

berkuasa pada tahun 1975-1979, motif yang melatarbelakangi

penindasan umat Islam, kebijakan-kebijakan rezim Khmer Merah

terhadap Muslim Kamboja serta respons Muslim Kamboja

terhadap kebijakan yang diterapkan oleh rezim Khmer Merah.

Bab IV Membahas mengenai kondisi Muslim Kamboja ketika rezim

Khmer Merah jatuh dalam kancah perpolitikan Kamboja tahun

1979. Yang meliputi faktor intern dan ekstern penyebab kejatuhan

rezim Khmer Merah dari kancah kekuasaan di Kamboja, kondisi

Muslim Kamboja di bawah rezim Hun Sen dari People Republic of

Kampuchea, dan kebangkitan Islam di Kamboja yang

menyinggung beberapa aspek seperti perekonomian, sosial

keagamaan, dan hubungan dengan negara-negara Muslim lain di

Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Bab V Berisi penutup yang terdiri atas kesimpulan yang merupakan

jawaban dari permasalahan yang menjadi motif awal pengkajian

penelitian ini, dan saran-saran yang menjadi masukan-masukan

untuk perbaikan penelitian berikutnya.

Page 39: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

25

BAB II

MUSLIM KAMBOJA SEBELUM REZIM KHMER MERAH BERKUASA

A. Geografi dan Struktur Masyarakat Kamboja

Kamboja atau Kampuchea merupakan wilayah yang terletak di

Semenanjung barat daya Indocina.1 Negara yang beribukota Phnom Penh ini

sempat masuk ke dalam negara yang diproteksi oleh Prancis bersama Laos dan

Vietnam. Kamboja berbatasan langsung dengan Laos di sebelah utara, Vietnam di

timur dan selatan, serta Thailand di barat dan utara. Luas negara ini sekitar

181.035 km persegi.2 Jumlah penduduk Kamboja berkisar 7 juta jiwa pada survei

sebelum tahun 1975.3

Kamboja merupakan wilayah yang terdiri atas sebagian besar daratan.

Garis pantainya hanya berkisar 560 km. Dilengkapi dengan keberadaan sungai

Mekong yang membentang sepanjang 540 km di dalam negara ini, menjadikan

wilayah Kamboja sebagai wilayah pertanian yang subur. Ditambah lagi dengan

jumlah anak sungai yang sangat melimpah dan danau Tonle Sap yang

membentang luas, membuat wilayah Kamboja seakan tidak pernah defisit air.

Kamboja memiliki iklim Muson tropis dengan suhu antara 21-35 derajat celcius.

Curah hujan yang mencapai 5000 milimeter pertahun membuat empat perlima

wilayah Kamboja terdiri atas hutan tropis.

1

Indocina merupakan wilayah yang pernah masuk kedalam protektorat Prancis yang

meliputi Kamboja, Vietnam, dan Laos. Istilah Indocina diambil karena adanya perpaduan

pengaruh kebudayaan India dan China di wilayah tersebut. Lihat: Ensiklopedia Nasional

Indonesia Jilid 7, (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989). hlm. 71. 2 Lebih lanjut mengenai data geografis dan demografi Kamboja lihat : Rahmat

Bratamidjaja dkk. Ensiklopedia Indonesia Seri Geografi, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van

Hoeve,1990), hlm. 125-130 3 Michael Vickery, Kampuchea Politic, Economics, and Society, (London: Frances Pinter

Publisher, 1986), hlm. 3.

25

Page 40: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

26

Perekonomian Kamboja bergantung pada sektor pertanian. Sektor

pertanian menyerap sekitar tiga perempat dari tenaga kerja Kamboja.4 Beras

masih menjadi komoditas utama pertanian negeri ini. Selain beras, karet

menempati posisi kedua sebagai fokus utama bidang perkebunan. Wilayah

Kamboja yang terdapat banyak anak sungai menjadikan sebagian penduduknya

juga berkecimpung pada sektor perikanan.

Kamboja sebenarnya merupakan salah satu negara yang terbilang

homogen. Karena sekitar 90 persen penduduknya etnis Khmer.5 Etnis Khmer

tercatat telah mendatangi Kamboja sejak abad ke-2 Masehi. Selain Khmer

terdapat pula beberapa etnis minoritas seperti Cham-Melayu, Vietnam, Lao, Thai,

dan China. Etnis Cham-Melayu menduduki peringkat pertama minoritas

terbanyak di Kamboja dengan populasi sekitar 700.000 jiwa pada survei sebelum

tahun 1975.6 Kemudian sisanya adalah etnis lain seperti Vietnam, Lao, Thai, dan

China.

Agama Budha menjadi agama yang dipeluk mayoritas penduduk

Kamboja. Jumlah pemeluknya sekitar 96 persen dari total keseluruhan masyarakat

Kamboja. Setelah itu disusul dengan pemeluk agama Islam yang berjumlah

sekitar 2,1 persen. Sisanya adalah pemeluk agama Kristen dan animisme. Hal

yang cukup menarik dari keberadaan agama-agama minoritas ini adalah, harmoni

yang tercipta antar pemeluk agama di Kamboja. Meski agama Budha menjadi

agama mayoritas namun jarang sekali ditemukan sikap superioritas dalam bentuk

diskriminasi terhadap agama minoritas. Berbeda dengan kasus di beberapa negara

4 Ibid., hlm. 97.

5 The People of Cambodia, (Cambodia Research Network, 2007), hlm. 30.

6 International Center for Ethnic Study, Minorities in Cambodia, (United Kingdom:

Manchester Free Press, 1995), hlm. 10.

Page 41: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

27

lain di wilayah Asia Tenggara, seperti Thailand, Filipina, dan Myanmar yang

sangat sensitif dengan isu konflik baik yang berlatar belakang agama maupun ras.

Di Kamboja toleransi umat beragama sangat dijunjung tinggi. Hal tersebut terjadi

disetiap rezim, baik pada masa kerajaan maupun pasca kemerdekaan Kamboja.

Pada masa rezim Khmer Merahpun sebenarnya tidak terjadi konflik horizontal,

yang terjadi adalah konflik vertikal antara umat Islam dan pemerintah Khmer

Merah. Harmoni yang tercipta sangat dimungkinkan terjadi karena mulai

terintegrasikan dengan baik antara umat Islam dengan masyarakat pribumi

Kamboja. Terutama pasca penerapan nasionalisasi Khmer yang dilakukan

Sihanouk.

B. Mengenal Muslim Kamboja

Nampaknya Islamisasi di Kamboja berjalan mandek sampai pada masa

Sihanouk berkuasa (1953), dikarenakan jarang sekali ditemukan pribumi Kamboja

dalam hal ini etnis Khmer yang memeluk Islam. Kebanyakan dari masyarakat

pribumi tetap bertahan pada ajaran agama Budha. Pendapat penulis dikuatkan

dengan beberapa literatur yang telah penulis temukan. Kebanyakan literatur

tersebut kerap kali mengaitkan Islam di Kamboja dengan etnis Cham dan Melayu.

Sehingga penulis berkesimpulan bahwa Islam eksklusif dipeluk oleh etnis Cham

dan Melayu. Berbicara Islam di Kamboja berarti berbicara mengenai etnis Cham

dan Melayu, begitupun sebaliknya. Hal ini berlaku sebelum Khmer Merah

berkuasa. Namun tidak berlaku pada masa kekinian, melihat Islam pada akhir

abad ke-20 juga dipeluk oleh etnis-etnis lain di Kamboja walaupun jumlahnya

memang tidak signifikan.

Page 42: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

28

Antara Muslim Cham dan Melayu sebenarnya terdapat perbedaan dalam

proses kedatangannya, baik dalam waktu maupun motif. Muslim Cham yang

datang ke Kamboja merupakan Muslim Cham yang berasal dari Kerajaan Champa

yang berada di pesisir Vietnam Selatan.7 Beberapa literatur sepakat bahwa

kehadiran mereka bermula pada tahun 1471 M ketika ibukota mereka di Vijaya

jatuh akibat serangan dari Kerajaan Viet Utara.8 Kejatuhan ibukota mereka

memaksa orang-orang Cham melarikan diri ke berbagai wilayah di Asia

Tenggara, seperti Malaysia, Sumatera, Borneo, Thailand Selatan, dan Kamboja,

bahkan ke Jawa. Etnis Cham sendiri pernah memiliki hubungan baik dengan

Kerajaan Majapahit di Jawa.9 Biasanya wilayah yang menjadi target pelariannya

adalah wilayah yang pernah menjalin hubungan dengan Kerajaan Champa

sebelum keruntuhannya.

Etnis Cham memang terkenal dengan tipikal yang kosmopolit. Ditambah

dengan sistem pelayaran yang cukup maju pada masanya, sangat memungkinkan

bagi mereka untuk melakukan kontak dengan wilayah-wilayah lain terutama

dengan wilayah yang menjadi basis etnis Melayu.10

Kebanyakan mereka yang

mengalami penindasan oleh orang-orang Viet adalah Cham Muslim. Hal ini

dimaksudkan karena Islam dianggap sebagai agama yang dapat menggangu

7 Kerajaan Champa merupakan kerajaan bercorak Hindu yang terletak di pesisir Vietnam

Selatan. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-2 dikenal dengan nama

Lin Yi. Lebih lengkap mengenai Kerajaan Champa sejak awal berdirinya sampai dengan

kejatuhannya lihat, George Coedes, Sejarah Champa dari Awal Sampai Tahun 1471, dalam

Kerajaan Champa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 31-70. Lihat pula: George Coedes, Sejarah

Asia Tenggara Masa Hindu Budha, (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2010). 8 Saifullah, Sejarah Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar,

2010), hlm. 223. 9 Dikabarkan bahwa raja Brawijaya pernah memperistri seorang putri dari Kerajaan

Champa yang telah memeluk Islam. Lebih lanjut mengenai hubungan Champa dan Jawa lihat: Po

Dharma, Kepulauan Indonesia dan Champa. Dalam Panggung Sejarah, Henry Chambert-Loir

dan Hasan Mua’rif Ambary (ed). (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011), hlm. 163-169. 10

Lebih lanjut mengenai sepak terjang kerajaan Champa dalam bidang maritim lihat:

Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 2004), hlm. 53-74.

Page 43: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

29

keberlangsungan kekuasaan orang-orang Viet di Champa. Mengingat orang-orang

Cham Muslim masih tinggal di beberapa tempat eksklusif terutama di wilayah

Tanjung Varella yang memungkinkan mereka untuk melakukan pemberontakan.

Meskipun hemat penulis hal tersebut sangat sulit dilakukan mengingat sudah

melemahnya etnis Cham akibat aneksasi pasukan Viet dan banyak dari mereka

yang sudah meninggalkan Vietnam sejak Vijaya direbut oleh Viet.

Sebenarnya literatur yang menegaskan mengenai Islamnya orang Champa

masih sangat sedikit. Bahkan George Coedes dengan maha karyanya yang

berjudul Asia Tenggara masa Hindu Budha, tidak menjelaskan mengenai

Islamnya orang-orang Champa.11

Begitupun dalam artikel yang ia tulis dalam

Buku yang berjudul Kerajaan Champa yang diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Dalam artikelnya yang berjudul Sejarah Champa dari awal Sampai Tahun 1471

ia tidak menyinggung mengenai Islamnya masyarakat kerajaan Champa.12

Namun

Ahmad Dahlan dalam karyanya yang berjudul Sejarah Melayu, mengatakan

bahwa Champa telah Islam sejak abad ke-10 Masehi. Menurut Dahlan, para

pedagang Arablah yang memiliki andil dalam Islamnya masyarakat Champa.13

Namun sayangnya pendapat Dahlan ini tidak disertakan dengan bukti yang cukup

kuat. Berbeda dengan Anthony Cabaton yang mengatakan bahwa Islam telah

dikenal penduduk Champa sejak abad ke-11 Masehi dibawa oleh orang-orang

Arab dan Persia, kemudian dikembangkan oleh orang-orang Melayu pada abad

11

Lebih lanjut lihat: George Coedes, Asia Tenggara Masa Hindu Budha, (Jakarta:

Kepustakaan Populer Gramedia, 2010), hlm. 264-265. 12

George Coedes, Sejarah Champa dari Awal Sampai Tahun 1471, dalam Kerajaan

Champa, Echole D’Extreme-Orient, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 31-70. 13

Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu, (Jakarta: Keputakaan Populer Gramedia, 2014), hlm.

41.

Page 44: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

30

ke-14.14

Permasalahan ini nampaknya butuh dikaji lebih jauh dalam pembahasan

lain.

Kita tinggalkan mengenai Islamnya orang-orang Champa di Vietnam yang

pada kemudian hari menjadi agen pembawa agama Islam di Kamboja. Sejak

kejatuhannya pada tahun 1471 M secara bertahap sampai dengan tahun 1832

masyarakat Cham mulai meninggalkan tanah air mereka.15

Terdapat pula sebagian

kecil Muslim Cham yang tetap bertahan di sana yang pada kemudian hari dikenal

dengan Cham Bani. Namun sebagian besar terdiasporakan ke berbagai wilayah,

salah satunya adalah Kamboja. Menurut P.B. Lafont hampir seluruhnya etnis

Cham yang terdiasporakan ke Kamboja beragama Islam.16

Sebenarnya telah lama Kerajaan Champa kuno dengan Kerajaan Angkor

menjalin hubungan, baik dalam hal perekonomian maupun politik. Maka dari itu

ketika kejatuhan ibukota Champa di Vijaya, orang-orang Cham memilih Kamboja

sebagai destinasi pelarian mereka. Keberadaan sungai Mekong dan anak

sungainya yang membentang dari perbatasan Kamboja dan Vietnam juga menjadi

akses yang mudah bagi pelarian orang-orang Cham Muslim menuju Kamboja. Hal

ini dibuktikan dengan banyak ditemukannya orang-orang Muslim yang bertempat

tinggal di sepanjang sungai Mekong pada masa sekarang.

Kedatangan orang-orang Cham ke Kamboja disambut baik oleh raja

Jayajettha III (1677-1705) yang menjadi raja yang berdaulat di Kamboja kala

14

Anthony Cabaton, Orang Cam Islam di Indocina Prancis, dalam Kerajaan Champa,

Echole D’Extreme-Orient, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 223. 15

Po Dharma, Kepulauan Indonesia dan Champa, dalam Panggung Sejarah, (Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011), hlm. 164. 16

Tinjauan Sepintas Sejarah Bangsa Cham dari Abad XVI Sampai Dengan Abad XX,

dalam Kerajaan Champa, Echole D’Extreme-Orient, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 74.

Page 45: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

31

itu.17

Orang-orang Cham yang datang kala itu ditempatkan di beberapa tempat

seperti di Kampong Chnang, Kampong Cham, Battambang, Kompot, dan

beberapa wilayah lainnya.18

Dalam perjalanannya orang-orang Cham dapat hidup

berbaur dengan orang Khmer yang menjadi pribumi Kamboja. Orang-orang Cham

juga mengabdi dengan baik dengan raja Khmer kala itu. Bahkan beberapa dari

mereka diangkat menjadi pegawai kerajaan.19

Pada Abad ke-17 sebenarnya

terdapat raja Khmer yang telah memeluk Islam, yakni raja Ramadhipati (1642-

1658) yang kelak berganti nama menjadi Ibrahim.20

Namun keislaman raja ini

tidak seraya diikuti oleh rakyatnya. Selepas raja tersebut mangkat, agama Budha

tetap mendominasi di Kamboja. Gagalnya Islamisasi pada tingkat elite, menurut

penulis yang menjadi salah satu faktor mandeknya Islamisasi di Kamboja.

Selain etnis Cham yang berjasa dalam membawa Islam ke Kamboja, etnis

Melayu juga memiliki peran yang cukup signifikan. Namun perannya sedikit

sekali disinggung dalam beberapa literatur yang penulis temukan. Atau bahkan

keberadaan mereka disamakan dengan Muslim Cham. Jika motif kedatangan

Muslim Cham ke Kamboja adalah sebagai pelarian dari kejaran orang-orang Viet,

berbeda dengan kedatangan orang Melayu yang memiliki motif perdagangan.

Diperkirakan orang-orang Melayu telah menjalin hubungan dagang

dengan masyarakat Khmer sejak abad ke-7. Namun, menurut penulis orang-orang

Melayu yang datang ke Kamboja pada abad ke-7 belum memeluk agama Islam.

Karena proses Islamisasi di tanah Melayu saja baru santer setelah abad ke 7. Para

17

Muhammad Zain Musa, “Perpindahan dan Hubungan Semasa Orang Cham”, dalam

Jurnal Sari, vol 26, 2008, hlm. 260. 18

Ibid., 19

Ibid., 20

Reiko Okawa. “Hidden Islamic Literature in a Cambodia: The Cham in the Khmer

Rouge Period”. International & Regional Studies No. 45. Meiji Gakuin University, 2014. hlm. 5.

Page 46: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

32

pedagang Melayu yang datang ke Kamboja adalah keturunan mubaligh Islam

yang memiliki misi berdagang dan berdakwah.

Orang Melayu di Kamboja juga dibagi menjadi beberapa golongan.

Namun pembagian golongan ini tidak menjadi perbedaan bagi mereka. Karena

perbedaan golongan tersebut hanya sebatas identitas dari mana mereka datang.

Sedikitnya terdapat tiga golongan Muslim Melayu yang berada di Kamboja, di

antaranya, Jva Krapi, Jva Iyava, dan Jva Melayu.21

Jva Krapi merupakan orang-

orang Melayu yang datang dari wilayah Sumatera terutama wilayah Minangkabau

dan Aceh. Jva Iyava merupakan orang Melayu yang datang dari wilayah pulau

Jawa. Sedangkan Jva Melayu merupakan orang-orang Melayu yang datang dari

wilayah Semenanjung Melayu, seperti Thailand Selatan, Singapura, dan Malaysia.

Jumlah Muslim Melayu yang datang di Kamboja memang tidak

sesignifikan Muslim Cham. Antara etnis Cham dan Melayu keduanya memiliki

ikatan yang cukup baik. Sejatinya memang sejak abad ke-15 antara kerajaan

Champa dan orang-orang Muslim Melayu telah memiliki hubungan yang baik,

terutama dalam hal perdagangan.22

Sehingga tidak aneh jika hal ini berimplikasi

pada hubungan kedua etnis tersebut ketika bertemu di Kamboja.

Di Kamboja, Cham dan Melayu membentuk semacam asimilasi etnis yang

bernama Cham-Chvea atau Cham-Jva.23

Asimilasi etnis Cham dan Melayu

dilakukan melalui jalur perkawinan. Muslim Melayu sangat berjasa dalam

membentuk identitas Muslim Cham dengan memperkenalkan mazhab Syafi’i.

21

Omar Farouk dan Hiroyuki Yamamoto (ed), Islam at the Margins: The Muslim of

Indocina, (Kyoto University: Center of Integrated Area Studies, 2008), hlm. 72. 22

Anthony Reid., Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, (Jakarta: LP3ES, 2004), hlm.

63. 23

Terkadang disebut Cham-Jva atau Cham Syariat. Lebih lanjut lihat: Omar Farouk dan

Hiroyuki Yamamoto (ed), Islam at the Margins: The Muslim of Indocina, ( Kyoto University:

Center of Integrated Area Studies, 2008), hlm. 72.

Page 47: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

33

Maka dari itu proses interaksi etnis Cham dan Melayu membuat etnis Cham lebih

taat dalam menjalankan syari’at Islam dibanding masa-masa sebelumnya. Yang

perlu digarisbawahi terkait masuknya Muslim Cham di Kamboja adalah, orang-

orang Cham yang membawa agama Islam di Kamboja merupakan orang Cham

Muslim yang praktik keagamaannya masih bercampur dengan tradisi Hindu

Champa.

Selain Cham-Chvea sebenarnya terdapat satu Muslim Cham lain yakni

Cham Jahed atau Cham Bani. Jika Cham-Chvea adalah penganut mazhab Syafi’i

dengan identifikasi bahwa mereka melaksanakan shalat lima waktu dan beberapa

praktik keagamaan khas mazhab Syafi’i. Berbeda dengan Cham Jahed, meskipun

mereka sama-sama beragama Islam, namun praktik keagamaan mereka masih

bercampur dengan tradisi Hindu Champa yang pula dipraktikan oleh Muslim

Cham di Vietnam. Bila etnis Cham-Chvea melaksanakan shalat lima waktu dalam

sehari, berbeda dengan Cham Jahed yang hanya melaksanakan shalat satu kali

dalam seminggu yakni pada hari Jum’at saja.24

Maka dari itu Muslim Cham ini

kerap kali disebut Cham Tujuh. Kebanyakan Cham Jahed bertempat tinggal di

Battambang, Pursat, Oudong, dan Kampong Chnnang.

Akan tetapi perbedaan-perbedaan ini tidak lantas membuat mereka

berselisih faham. Meskipun secara prinsip keagamaan antara orang Cham yang

berasimilasi dengan orang Melayu dan Cham Jahed berbeda, namun Islam tetap

menjadi identitas utama dan simbol pemersatu mereka. Merekalah yang penulis

maksudkan dengan Muslim Kamboja yang lebih dikenal dengan Khmer Islam

atau Khmer Muslim.

24

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 114-122.

Page 48: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

34

Kebanyakan orang Muslim Kamboja bermukim di pedesaan atau daerah

pinggiran. Sedikit sekali mereka yang memilih tinggal di kota-kota besar. Tidak

diketahui secara pasti apa penyebabnya. Mereka tinggal hampir di 150 desa yang

tersebar di beberapa kota.25

Hal ini membuat mereka banyak yang menekuni

pekerjaan kasar. Kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai penebang kayu,

petani karet, petani padi, pedagang, dan nelayan.26

Namun terdapat pula sebagian

dari mereka yang berkiprah dalam dunia kemiliteran dan politik.

Struktur masyarakat Muslim Kamboja menunjukkan stratifikasi dalam

bidang keagamaan yang cukup teratur. Masyarakat Muslim Kamboja diketuai

oleh seorang mufti atau mophati. Beberapa mufti terkenal yang pernah menjabat

ialah mufti Hadji Abdullah bin Idres.27

Di bawah seorang mophati terdapat

seorang tuh khalik atau raja khalik dan tuan pake. Mereka bertugas sebagai

asisten atau pembantu seorang mophati. Setelah itu ada pula imom atau hakim

yang memiliki tugas mengelola masjid. Biasanya seorang imom dipilih oleh raja.28

Di bawah imom terdapat seorang khatib yang memiliki tugas membacakan doa

dan memimpin shalat berjamaah. Dalam struktur paling bawah adalah bilal yang

bertugas mengumandangkan adzan dan mengatur ketertiban shalat.

Seperti yang telah penulis kemukakan sebelumnya bahwa hampir seluruh

Muslim Kamboja menganut mazhab Syafi’i, kecuali Cham Jahed atau Cham Bani.

Hal ini memengaruhi kepada tradisi keagamaan yang berkembang di Kamboja.

Muslim Kamboja layaknya Muslim di negara-negara lain mereka juga

25

Michael Vickery, Kampuchea Politic, Economics, and Society, (London: Frances

Pinter Publisher, 1986), hlm. 164. 26

Anthony Cabaton, Orang Cam Islam di Indo-China Prancis, dalam Kerajaan Champa,

Echole D’Extreme-Orient, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 241. 27

Michael Vickery, Kampuchea Politic, Economics, and Society, hlm. 194. 28

Ibid., hlm. 242-245.

Page 49: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

35

menjalankan puasa Ramadhan atau yang mereka sebut Ramvon atau Bulan Ok.

Mereka juga berpuasa menjelang perayaan hari raya Idul Adha yang mereka sebut

dengan Bulan Ok Hadji atau bulan Ovlwah. Mereka juga melaksanakan khitan

atau dalam bahasa mereka katat atau katan dan beberapa tradisi lainnya yang khas

dengan Muslim Asia Tenggara lainnya. Selain itu mereka menghindari untuk

memakan babi dan meminum minuman keras. Mereka menjalankan perintah

agama dengan penuh ketaatan.

Sebelum kenaikan rezim Khmer Merah pada tahun 1975 diperkirakan

jumlah Muslim Kamboja mencapai 700.000 jiwa.29

Mereka tersebar di 150 desa

di wilayah Kampong Cham, Battambang, Kompot, Karatie, Kampong Chnnang,

Oudong, dan Phnom Penh. Diperkirakan telah terdapat sekitar 113 masjid pada

masa sebelum kenaikan rezim Khmer Merah.30

Namun yang disayangkan sebelum tahun 1975 memang umat Islam

Kamboja terkesan terpencilkan dan jauh dari hingar bingar dunia Islam di belahan

dunia lain. Meskipun memang beberapa dari mereka telah pula melaksanakan

ibadah haji, namun hal itu tidak pula membuka mata dunia Islam untuk

memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan Islam di Kamboja.

Malaysia khususnya wilayah Klantan, menjadi wilayah yang cukup akrab dengan

Muslim Kamboja. Baik sebagai tempat menuntut ilmu maupun berniaga. Baru

29

International Center for Ethnic Study, Minorities in Cambodia, (United Kingdom:

Manchester Free Press, 1995), hlm. 10.

Seddik Taouti berbeda pendapat, ia mengatakan bahwa jumlah umat Islam sebelum

tahun 1975 berkisar 800.000 orang, lihat: Seddik Taouti, Forgotten Muslim Kampuchea and

Vietnam, dalam Ahmad Ibrahim, Readings on Islam ini Southeast Asia, (Singapore: Institute of

Southeast Asia Studies, 1985), hlm.194.

Michael Vieckery mengemukakan pendapat lain, ia menyatakan bahwa jumlah umat

Islam sebelum tahun 1975 diperkirakan hanya berkisar 185.000 jiwa saja yang semuanya tersebar

di seluruh distrik. Michael Vickery, Kampuchea Politic Economics and Society, (London: Frances

Pinter Publisher, 1986), hlm.1. 30

International Center for Ethnic Study, Minorities in Cambodia, (United Kingdom:

Manchester Free Press, 1995), hlm. 11.

Page 50: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

36

pasca kejatuhan rezim Khmer Merah berbondong-bondong beberapa negara

Muslim menyodorkan bantuan untuk membangkitkan Muslim Kamboja yang

terpuruk.

C. Kondisi Muslim Kamboja Tahun 1953-1975

Tahun 1953 sampai dengan tahun 1975 merupakan batas waktu yang

penulis gunakan untuk membingkai periodesasi politik Kamboja sebelum

kenaikan rezim Khmer Merah. Tahun 1953 merupakan berdirinya Kamboja

sebagai sebuah negara bangsa dengan berhasil melepaskan diri dari cengkraman

protektorat Prancis. Terdapat dua rezim yang berkuasa dalam kurun waktu 1953-

1975. Yakni masa raja Norodom Sihanouk 1953-1970, dan dilanjutkan dengan

rezim Lon Nol yang memerintah pada tahun 1970-1975.

1. Masa Norodom Sihanouk

Lepas merdeka dari protektorat Prancis, Kamboja memasuki era baru

sejarahnya. Berdirinya Kamboja menjadi sebuah negara bangsa tak membuat

negeri ini kokoh dengan semangat nasionalnya. Bahkan pasca kemerdekaan

Kamboja kerap kali dilanda dengan perang saudara. Negara ini menjadi medan

tempur antar penganut ideologi komunis yang memiliki kecenderungan dengan

China dan ideologi liberalis dengan Amerika Serikat sebagai pelopornya.

Raja Sihanouk merupakan salah satu tokoh yang berjasa mengantarkan

Kamboja ke pintu gerbang kemerdekaan. Sihanouk merupakan salah satu putra

mahkota dari Raja Kamboja yang sangat kharismatik. Ia juga merupakan tokoh

yang bersahabat dengan protektorat Prancis. Naik tahtanya Norodom Sihanouk

pun tak lepas dari bantuan Prancis. Sihanouk sangat berjasa dalam membangun

Page 51: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

37

identitas bangsa Kamboja pada masa awal kemerdekaannya. Ia memperkenalkan

ideologi nasional yang disebut sosialisme Budha atau belakangan disebut

Sihanoukisme.

Sihanouk terkenal sebagai pemimpin yang netral dengan tidak memihak

kepada golongan komunis dan liberalis pada masa awal kepemimpinannya. Hal

ini terbukti dengan langkahnya yang menerima bantuan dari Prancis, China,

Amerika Serikat, dan Uni Soviet dalam membangun negaranya pada masa awal

kemerdekaan.31

Ia tidak menutup diri bagi siapa saja yang ingin bersumbangsih

dalam pembangunan Kamboja.

Anthony Cabaton menjelaskan bahwa hubungan agama minoritas dengan

rezim Sihanouk berjalan dengan harmoni. Harmoni yang dimaksud adalah tidak

adanya konflik baik yang bersifat vertikal maupun horizontal. Lebih lanjut dalam

artikelnya, Anthony Cabaton menggambarkan bahwa pada masa Sihanouk umat

Islam kerap kali melakukan diskusi-diskusi di kerajaan guna membicarakan

permasalahan yang dihadapi umat Islam.32

Namun Cabaton tidak memaparkan

dengan jelas apa kiranya permasalahan yang kerap kali didiskusikan. Meski

minim fakta, namun hal tersebut dapat menjadi segelintir bukti kecil gambaran

mengenai hubungan baik antara Sihanouk dengan umat Islam.

Sihanouk menjadi orang yang memelopori dan berjuang demi

kemerdekaan Kamboja. Sehingga ia memiliki tanggung jawab terhadap

pembentukan identitas masyarakat Kamboja. Wilayah Kamboja sebelum

kemerdekaan merupakan wilayah yang didominasi oleh etnis Khmer yang

31

M.C Ricklef, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, (Jakarta:

Komunitas Bambu, 2013), hlm. 583. 32

Anthony Cabaton, Orang Cam Islam di Indo-China Prancis, dalam Kerajaan Champa,

Echole D’Extreme-Orient, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), hlm. 242-243.

Page 52: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

38

beragama Budha. Hanya terdapat sebagian kecil etnis Cham-Melayu dan beberapa

etnis lainnya yang mendiami wilayah tersebut. Dominasi etnis Khmer membuat

Sihanouk menjadikan Khmer sebagai sebuah identitas negara yang baru

dipimpinnya ini. Segala aspek mulai dari bahasa sampai identitas ras semua diberi

nama Khmer. Umat Islam yang notabenenya etnis Cham-Melayu pun ikut

terkhmerkan meskipun hanya sampai tingkat identitas saja.

Oleh Sihanouk etnis Cham dan Melayu diberi julukan Khmer Islam atau

Khmer Muslim. Identitas tersebut merujuk pada agama yang dipeluk oleh etnis

Cham-Chvea atau Cham-Melayu yang beragama Islam. Dari segi bahasa, etnis

Cham-Melayu masih menggunakan bahasa asli mereka. Sedangkan dari identitas

fisik pun tidak dapat dibohongi bahwa mereka berbeda dengan etnis Khmer.

Julukan Khmer Islam yang diberikan kepada etnis Cham dan Melayu hingga kini

masih disandang oleh mereka.

Kebijakan Sihanouk tersebut merupakan salah satu kebijakan

kontroversial terhadap etnis dan penganut agama di Kamboja. Menurut Yekti

Maunati kebijakan tersebut dimaksudkan untuk membuat komposisi masyarakat

Kamboja yang ideal.33

Namun di sisi lain kebijakan ini terkesan ingin

mengeliminasi identitas etnis tertentu, meskipun dilakukan secara halus. Namun

kebijakan ini nampaknya tidak membuat umat Islam Kamboja gusar, karena hal

tersebut hanya sebatas identitas saja. Umat Islam Kamboja tetap diberikan

kebebasan untuk menjalankan keyakinan mereka. Meskipun kebijakan tersebut

dianggap kontroversial, namun tidak menyudutkan umat Islam, sehingga tidak

memunculkan riak-riak perlawanan terhadap rezim Sihanouk.

33

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, (Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 164.

Page 53: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

39

Menjelang akhir kekuasannya Sihanouk memiliki kedekatan dengan Partai

Komunis Indocina (Indocina Communist Party – ICP) yang di dalamnya terdapat

juga gerilyawan Khmer Merah. Ia memberikan izin bagi ICP untuk mendirikan

basis militer di Kamboja. Hal ini sontak menimbulkan pertentangan di kalangan

elit pemerintahan, terutama dengan Marsekal Lon Nol yang kala itu menjabat

sebagai perdana menteri. Berawal dari permasalahan tersebutlah kemudian

pemerintahan Kamboja terpecah, yang kemudian menyebabkan Sihanouk

digulingkan oleh Lon Nol.

2. Masa Lon Nol

Perebutan pengaruh antara kaum komunis dan liberalis terus berlangsung

sampai masa akhir kepemimpinan Sihanouk. Sihanouk yang memiliki kedekatan

terhadap pemerintah komunis Beijing harus terus bergulat dengan para penganut

ideologi liberalis yang kebayakan berasal dari petinggi militer. Pada tahun 1970

ketika sedang pergi ke Prancis untuk berobat, dengan leluasa akhirnya militer

yang dipelopori oleh Marsekal Lon-Nol mengambil alih kepemimpinan Kamboja

dengan mengkudeta raja Sihanouk.34

Sejak jatuhnya rezim Sihanouk, era baru

kepemimpinan Lon-Nol dikenal dengan rezim Republik Khmer (Khmer

Republic) dimulai. Sebenarnya kudeta ini bermotifkan pengaruh ideologi. Para

petinggi militer dengan pihak Amerika Serikat mulai merasa cemas dengan

kedekatan Sihanouk dengan orang-orang komunis. Mereka menganggap ini

sebagai sebuah ancaman. Maka dari itu kudeta terhadap Sihanouk merupakan

langkah menyelamatkan Kamboja dari pengaruh ideologi Komunis.

34

M.C Ricklef, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, hlm. 584

Page 54: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

40

Marsekal Lon Nol merupakan salah satu petinggi militer yang memiliki

kedekatan dengan Amerika Serikat, sehingga dengan naiknya Lon Nol perlahan ia

mulai mengikis keberadaan ideologi komunis dan menggantikannya dengan

ideologi liberalis. Lon Nol mengganti sistem kenegaraan yang sebelumnya

menganut sistem monarki kontitusional menjadi sistem republik.

Tidak ubahnya dengan rezim Sihanouk, pada masa Lon Nol, Kamboja

masih belum bisa terlepas dari kemelut perang saudara. Perpolitikan Kamboja

terus terguncang dan makin memanas. Pemerintah lagi-lagi disibukkan dengan

urusan dalam negeri dengan munculnya pemberontakan-pemberontakan yang

dilakukan oleh Sihanouk dan pihak Khmer Merah yang merasa memiliki hak atas

Kamboja.

Pada masa Lon Nol peran umat Islam mulai terlihat. Terutama ketika Les

Kosem salah satu petinggi militer beragama Islam berasal dari etnis Cham-

Melayu memainkan peran yang cukup signifikan dalam angkatan perang maupun

perpolitikan Kamboja. Kiprahnya dalam militer dan perpolitikan Kamboja

berawal dari bergabungnya ia bersama FULRO (Front Univie de Lutte des Race

Oprimess) atau barisan pembebas ras-ras tertindas. Les Kosem menjadi salah satu

tokoh yang dipercaya oleh Lon Nol untuk menyelesaikan berbagai permasalahan

konflik yang terjadi di dalam internal umat Islam maupun masalah-masalah

lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Les Kosem menjadi salah satu fakta

mulai diikutsertakannya masyarakat Islam Kamboja dalam dunia perpolitikan dan

kemiliteran Kamboja.

Hubungan umat Islam pada masa Lon Nol dapat dikatakan sangat baik

jika dibanding dengan masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan mereka laksana

Page 55: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

41

simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan. Pada masa Lon Nol para

tentara Muslim yang dikomandani oleh Les Kosem banyak membantu Lon Nol

dalam misi penentangan agresi Indocina Communist Party yang dipelopori oleh

Vietnam di Kamboja. Kala itu desa-desa Muslim menjadi target penyerangan oleh

ICP. Sebanyak 24 masjid yang tersebar di lima provinsi diluluhlantakkan dan

sebanyak 26 hakim di empat provinsi dibunuh oleh ICP.35

Hal tersebut dilakukan

untuk mewujudkan masyarakat komunis di Indocina di bawah hegemoni Vietnam.

Namun Lon Nol beserta pasukan Muslim segera dapat menghentikan agresi ICP

dan memberikan perlindungan bagi rakyatnya.

Pada masa Khmer Repubik, umat Islam Kamboja diketuai oleh seorang

pemimpin agama yang bernama Okhna Hadji Abdoullah Bin Idres atau yang

akrab disapa Res Las. Didampingi oleh dua asistennya yaitu Hadji Sulaiman

Shukri, dan Hadji Mat Sales Sulaiman. Dan Les Kosem menjabat sebagai

penasihat.36

Rezim Republik Khmer banyak memberikan pelayanan dan kemudahan

bagi umat Islam. Di antaranya dengan dibentuknya direktorat urusan agama Islam

yang menangani permasalahan-permasalahan seputar agama Islam yang dibawahi

oleh negara. Pada masa Lon Nol juga dibangun sekitar 113 masjid yang tersebar

di seluruh desa Muslim. Selain itu Lon Nol juga mensahkan penggunaan bahasa

Arab dalam pengajaran agama Islam. Sebanyak sebelas Koranic School37

juga

35

Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho Damdin

Printing Press, 1974), hlm. 11. 36

Ibid., hlm. 36-37. 37

Koranic School merupakan lembaga pendidikan Islam Kamboja seperti madrasah.

Page 56: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

42

didirikan. Namun jumlahnya masih sangat sedikit, dikarenakan keterbatasan

tenaga pengajar.38

Pada masa Lon Nol tepatnya tahun 1970 disahkan berdirinya dua

organisasi Muslim pertama di Kamboja, yakni, The Central Islamic Association of

The Khmer Republic - CIS, dan The Association of Khmer Islamic Youth -

AKIY. CIS diketuai oleh Mr Hadji Muhammad Aly Haroun. Organisasi ini

bergerak dalam bidang keagamaan, sosial, dan pendidikan. Di antaranya

memperkuat persaudaraan di kalangan umat Islam Kamboja, menyebarluaskan

doktrin Islam, penyelengaraan koranic school, pembangunan masjid, dan

penyelengaraan haji.39

AKIY juga memiliki program yang tidak jauh berbeda

dengan CIS. Hanya saja AKIY merupakan organisasi yang anggotanya terbatas

pada kalangan pemuda Muslim. Program AKIY di antaranya, menghimpun semua

pemuda dari seluruh lapisan masyarakat, memberikan pendalaman pendidikan

Islam untuk pemuda, dan menjalin kerjasama dengan organisasi lokal maupun

internasional.40

AKIY diketuai oleh seorang pemuda Muslim bernama Abdul

Rached bin Idres dit Man Seth.

Selain itu orang-orang Islam juga diberikan kesempatan untuk menduduki

beberapa posisi jabatan penting. Seperti ditempatkannya lima orang Muslim

dalam jabatan di kementrian urusan asing, di antaranya, M. Pean Abdul Gaffar

yang ditempatkan di Kedutaan Besar Republic Khmer di Washington D C, Prof.

Som Samout dit Abdullah sebagai delegasi Republik Khmer di Jenewa, dan tiga

orang Muslim yang ditempatkan di kementrian urusan asing, yakni, Prof. Math

38

Ibid., hlm. 43. 39

Lebih lanjut mengenai program CIS lihat: Ibid., hlm. 49. 40

Lebih lanjut mengenai program AKIY lihat: Ibid., hlm. 51.

Page 57: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

43

Peas dit Abbas, Prof. Tol Lah dit Abdullah, dan Prof. Sop Mat Tin did

Moheidine.41

Selain itu, orang-orang Islam juga sudah mulai mewarnai badan legislatif

Republik Khmer. Beberapa orang Islam diberikan kesempatan untuk duduk di

bangku dewan. Mereka di antaranya adalah H. Sales Yahya, Os Salaimanna, Ysya

Ashary, Abdulhamid Jakariya, dan Uch Sos.42

Terdapat satu orang Muslim yang

juga dipercaya menjabat sebagai Sekretaris Menteri Kelautan dan Perikanan,

yaitu, Kolonel Hadji Ell Prahim.

Pergulatan perang saudara antara Sihanouk yang bekerjasama dengan

pihak Khmer Merah dengan rezim pemerintah terus berlanjut. Sihanouk masih

sangat berambisi untuk kembali menjadi orang nomor satu di Kamboja.

Ambisinya diperkuat setelah ia mendapat dukungan penuh dari China dengan

syarat ia harus menggulingkan rezim Lon Nol.43

Sihanouk juga menjalin

kerjasama dengan pihak Khmer Merah untuk menggulingkan rezim Lon Nol.

Berbagai pemberontakan dilancarkan untuk melemahkan pemerintahannya.

Seakan sudah tidak dapat menahan terjangan ombak yang kian membesar,

perlahan baris pertahanan pemerintah mulai tumbang dihantam para pemberontak

Khmer Merah yang menuntut agar Lon Nol segera menyerahkan tampuk

kekuasaan kepada Mereka.

Akhirnya pada tanggal 5 April 1975 pasukan pemberotak Khmer Merah

berhasil menguasai beberapa wilayah di sekitar Phnom Penh.44

Sementara itu Lon

41

Ibid., 54. 42

Ibid., 62. 43

“Kembalinya Pengeran Sihanouk Akan Rupakan Kemenangan PM Chou.” Warta

Berita Antara, 4 April 1975. 44

“Pasukan Pemberontak Terobos Garis Pertahanan Beberapa Ratus Meter.” Warta

Berita Antara, 5 April 1975.

Page 58: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

44

Nol tetap berusaha mengupayakan cara-cara diplomasi untuk memadamkan

perseteruan tersebut. Ia meminta kepada perhimpunan negara-negara Asia

Tenggara (Association of South East Asian Nations – ASEAN) untuk membantu

penyelesaian peseteruan yang terjadi di negaranya. Oleh ASEAN difasilitasi

pertemuan kedua pihak yang terlibat perseteruan ini di Bangkok. Namun

Sihanouk dan pihak Khmer Merah tidak menghadiri pertemuan tersebut. Sihanouk

dan Khmer Merah beralasan karena enggan berdiplomasi dengan pengkhianat

yang masih dibayangi pengaruh Amerika Serikat.45

Sihanouk menginginkan agar

rezim pemerintah segera keluar dari Phnom Penh dan menyerahkan pemerintahan

kepada pihaknya.

Penolakan Khmer Merah untuk berunding tersebut membuat pemerintah

semakin frustasi. Pemberontakan yang dilakukan oleh Khmer Merah semakin

gencar dilakukan di ibukota Phnom Penh. Ditambah lagi mereka juga

mendapatkan dukungan rakyat Kamboja yang cukup banyak. Akhirnya

pemerintah Kamboja mulai merumuskan kemungkinan penyerahan tanpa syarat

kepada pihak Khmer Merah. Menurut Lon Nol kalau memang turunnya ia dari

tampuk kekuasaan Kamboja dapat membuat Kamboja mengakhir perang saudara,

itu akan ia lakukan.46

Serangan Khmer Merah terus dilancarkan kepada tentara pemerintah.

Terutama di wilayah ibukota yang memang telah menjadi incaran lama pasukan

Khmer Merah. Sebenarnya memang Khmer Merah telah menguasai hampir 60

persen wilayah Kamboja, terutama wilayah pinggiran. Sisanya sekitar 40 persen

45

“Sihanouk Tetap Tidak Mau Berunding Dengan Pemerintah Phnom Penh. “ Warta

Berita Antara, 5 April 1975. 46

“Presiden Lon Nol di Bali Merasa Seperti di Tanah Sendiri.” Warta Berita Antara, 5

April 1975.

Page 59: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

45

masih berada dalam kendali pemerintah. Serangan yang bertubi-tubi akhirnya

dapat melumpuhkan baris pertahanan di selatan ibukota yang membuat pasukan

Khmer Merah akhirnya berhasil menerobos masuk Phnom Penh pada tanggal 17

April 1979.47

Masuknya tentara Khmer Merah disambut baik oleh masyarakat Kamboja.

Khmer Merah seakan menjadi pembebas dari ketertindasan mereka selama rezim

Lon Nol. Sejak itulah akhirnya Kamboja dikuasai oleh rezim komunis Khmer

Merah yang pada selanjutnya mengubah nama Kamboja menjadi Demokratic

Kampuchea. Sihanouk dengan dukungan Khmer Merah akhirnya kembali

menduduki tampuk kekuasaan tertinggi Kamboja dan Saloth Sar atau yang lebih

dikenal dengan Pol Pot menjabat sebagai perdana menteri.

47

“Phnom Penh Falls Into Khmer Rouge Hands.” Warta Berita Atara, 17 April 1975.

Page 60: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

46

BAB III

MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER MERAH1

A. Sejarah dan Kiprah Khmer Merah dalam Kancah Perpolitikan Kamboja

Jika kita menyempatkan membuka kembali lembaran usang surat kabar

tahun 1975-an, headline beberapa surat kabar baik terbitan lokal maupun

internasional hampir semua surat kabar memuat narasi pergulatan politik

Kamboja dengan Khmer Merah sebagai sorotan utama. Khmer Merah sebagai

sebuah organisasi politik yang dalam pandangan pemerintah maupun mata

internasional disebut sebagai pihak pemberontak, pada 17 April 1975 berhasil

menapakkan kakinya pada tampuk kekuasaan tertinggi di Kamboja.

Meskipun dituding sebagai pemberontak, namun mereka berhasil

memperoleh dukungan sebagian besar masyarakat Kamboja yang sudah tidak

percaya lagi dengan pemerintahan Lon Nol kala itu. Maka dari itu, dengan cepat

mereka dapat mengambilalih ibukota Phnom Penh dan mendeklarasikan diri

sebagai rezim yang berdaulat penuh atas bumi Kamboja.

Nama Khmer Merah sebenarnya merupakan julukan yang diberikan oleh

raja Sihanouk kepada para penganut ideologi komunis yang memberontak pada

tahun 1960.2 Kata Khmer sendiri mengacu kepada etnis yang mendominasi

Kamboja. Sedangkan kata Merah (red atau rouge) mengacu kepada simbol

revolusioner yang mereka gaungkan.3 Sebenarnya orang-orang Khmer Merah

1 Istilah Khmer Merah merupakan istilah yang digunakan dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan dalam bahasa Inggris akrab disapa Red Khmer atau Khmer Rouge. Kebanyakan

literatur menyebutnya Khmer Rouge. 2 Khamboly Dy, A History of Demokratic Kampuchea 1975-1979, (Phom Penh:

Deocument Center of Kampuchea, 2007), hlm. 1. 3 Lihat filosofi simbol dan bendera Demokratic Kampuchea dalam: Ibid., hlm. 21.

46

Page 61: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

47

lebih senang menyebut diri mereka Angkar. Partai yang yang menjadi tunggangan

politik mereka bernama Partai Komunis Kamboja (Communist Party of

Kampuchea – CPK).

Para penganut ideologi komunis di Kamboja telah menunjukkan

keberadaanya sejak masa protektorat Prancis ketika di bawah kuasa raja

Monivong tahun 1940. Sebagian besar mereka berbasis di pedesaan dan banyak

mengakomodir para buruh, tani, dan pekerja kasar. Sejak masa raja Monivong,

mereka juga kerap kali melakukan provokasi-provokasi melalui pamflet dan surat

kabar. Penganut ideologi komunis di Kamboja semakin bertambah seiring dengan

tumbuhnya rasa nasionalisme rakyat Kamboja, dan gencarnya slogan anti kolonial

Prancis.

Gerakan perlawanan para penganut ideologi komunis dikokohkan dengan

didirikannya Barisan Pembebasan Khmer atau dalam bahasa Kamboja Nekhum

Issarak Khmer pada April tahun 1950 di Provinsi Kompot.4 Pertemuan ini dihadiri

oleh sekitar 200 delegasi dari berbagai daerah. Nekhum Issarak Khmer

sebenarnya merupakan kepanjangan tangan dari Partai Komunis Indocina

(Indocina Communist Party – ICP) karena banyak dari kader-kadernya yang juga

alumni dari ICP. Tujuan didirikannya Nekhum Issarak Khmer sebenarnya tidak

jauh berbeda dengan ICP, mereka sama-sama berkeinginan menentang hegemoni

kolonial Prancis di Indocina.5

Pada kongres pertama didirikannya Nekhum Khmer Issarak ditetapkan

Song Ngoch Minh sebagai ketua Khmer Issarak. Song Ngoch Minh merupakan

seorang bikhsu yang keluar dari wiharanya untuk bergabung bersama para

4 Ibid., hlm. 5.

5 Michael Vickery, Cambodia 1975-1982, (Boston MA: South End Press, 1984), hlm.

197.

Page 62: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

48

penganut ideologi komunis. Song Ngoch Minh menjadi aktor sentral yang sangat

berpengaruh dalam keberlangsungan organisasi ini. Untuk menjalankan roda

organisasinya, Song Ngoch Minh didampingi oleh dua sahabatnya, yakni Chan

Samay dan Sieu Heng.

Pada tahun 1951 baru pertama kalinya secara resmi partai komunis

didirikan. Partai tersebut dinamakan Partai Revolusioner Rakyat Khmer (Khmer

People’s Revolutionary Party – KPRP). Song Ngoch Minh masih memainkan

peran yang sangat sentral dalam organisasi ini.6 Ia menjabat sebagai ketua,

ditemani oleh Sieu Heng yang menjabat sebagai bagian kemiliteran, Tou Samouth

menjabat sebagai bagian kepelatihan ideologi, dan Chan Samay menjabat sebagai

divisi perekonomian. Sejak berdirinya, KPRP lebih cenderung melakukan

gerakan-gerakan bawah tanah ketimbang melakukan gerakan secara terang-

terangan. Dengan gencar KPRP terus melancarkan perlawanan secara grilya

kepada kolonial Prancis. KPRP berhasil merekrut anggota mulai dari tingkat desa

sampai pada tingkat nasional.

Pada masa Sihanouk, tepatnya tahun 1955-1959 banyak dari kader

komunis yang menjadi sasaran pembunuhan, terutama para petingginya, seperti

Tao Samouth, Sieu Heng, dan Chan Samay. Sekitar 90 persen dari keseluruhan

kadernya tewas terbunuh.7 Dan hanya tersisa 800 kader aktif yang tersebar di dua

zona besar, yakni zona timur yang berpusat di Kampong Cham di bawah So Phim

dan zona tenggara yang berpusat di Provinsi Takeo di bawah kepemimpinan Chhit

Choeun dan Ta Mok.

6 Ibid.,

7 Khmboly Dy, A History of Demokratic Kampuchea 1975-1979, (Phom Penh:

Deocument Center of Kampuchea, 2007), hlm. 8.

Page 63: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

49

Sihanouk melakukan perburuan kepada para penganut ideologi komunis

karena mereka kerap kali merencanakan pemberontakan kepada pemerintahannya.

Perburuan tersebut menyebabkan banyak kader KPRP yang tewas terbunuh dan

melarikan diri keluar Kamboja, sehingga menyebabkan terjadinya kekosongan

ketua komite KPRP di beberapa wilayah, termasuk di Phnom Penh. Kala itu

jabatan ketua komite di Phnom Penh dipegang oleh Keo Mas. Namun ia

melarikan diri ke Hanoi untuk meminta perlindungan. Untuk mengisi kekosongan

tersebut, Pol Pot bersama kawan-kawannya, Khieu Samphan, Hou Youn, Hun

Nim, dan Ieng Sary mengisi kekosongan tersebut. Sejak itulah Pol Pot bersama

kawan-kawannya mulai mendominasi KPRP dan memainkan peran penting dalam

tubuh KPRP.

Pada kongres tertutup tahun 1960 di Phnom Penh, KPRP berganti nama

menjadi Partai Pekerja Kamboja (Worker Party of Kampuchea – WPK). Tou

Samout menjadi Sekretaris Jenderal Komite Pusat, Noun Chea menjabat sebagai

Wakil Sekretaris, dan Pol Pot menjadi Wakil Sekretaris Dua. Namun baru dua

tahun berjalan, partai ini harus kehilangan pemimpinnya, karena Tou Samouth

tewas terbunuh oleh polisi Sihanouk. Hal ini mendesak Pol Pot dan kawan-kawan

untuk segera melakukan kongres. Tewasnya Tou Samouth juga membuat Pol Pot

dan kawan-kawannya yang sebagian besar merupakan sarjana lulusan Prancis

memainkan peranan yang sentral dalam tubuh partai.

Pada tahun 1963 WPK bergegas melaksanakan kongres guna

menggantikan Tou Samouth yang tewas terbunuh pada tahun 1962. Akhirnya

pada 21 Februari 1963 dilakukan kongres tertutup di Phom Penh yang

Page 64: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

50

menetapkan Pol Pot sebagai Sekretaris Jendaral WPK.8 Kemudian pada tahun

1966 WPK berganti nama menjadi Partai Komunis Kamboja (Communist Party of

Kampuchea – CPK).9 CPK didirikan dengan dasar ideologi Communist-

Leninis.10

CPK di bawah Pol Pot sangat menentang berdirinya federasi negara

Indocina yang dipelopori oleh Vietnam. Menurutnya, hal itu dinilai sebagai

hegemoni Vietnam atas negara-negara Indocina (Kamboja, Laos, Vietnam). Selain

itu pihak Khmer Merah juga merasa dikhianati oleh komunis Vietnam dalam

perjanjian Jenewa. Komunis Vietnam dan Sihanouk menyetujui pembubaran

Khmer Merah karena mereka dianggap pemberontak dan menggangu

keberlangsungan pemerintahan Sihanouk. Sihanouk dan komunis Vietnam

bekerjasama menekan pergerakan Khmer Merah yang semakin mengancam

pemerintahan Sihanouk. Sihanouk menggunakan komunis Vietnam atau ICP

untuk meredam pemberontakan-pemberontakan Khmer Merah. Sihanouk

beranggapan bahwa ICP dapat meredam pemberontakan Khmer Merah karena

Khmer Merah merupakan embrio dari ICP dan merupakan kawan lama. Namun di

luar dugaan, Khmer Merah enggan mengikuti nasihat-nasihat kawan-kawan

mereka di ICP, dan terus melancarkan pemberontakan. Khmer Merah tetap

bersikukuh dengan revolusi Kamboja. Alasan tersebutlah yang membuat Pol Pot

selaku pemimpin CPK menaruh dendam kepada Vietnam dan menggaungkan

slogan anti Vietnam kepada kader-kader Khmer Merah. Meskipun tidak semua

kadernya mengikuti slogan Pol Pot. Terdapat kader-kader Khmer Merah yang

8 Ibid., hlm. 8.

9 Ibid., hlm. 9.

10 Michael Vickery, Cambodia 1975-1982, (Boston MA: South End Press, 1984), hlm.

199.

Page 65: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

51

tetap pro terhadap Vietnam, di antaranya kader Khmer Merah yang berada di

Zona Timur seperti Heng Samrin, Hun Sen, dan Math Ly.

Sementara itu dalam pemerintahan mulai terjadi perpecahan. Perdana

Menteri Lon Nol bersama Sirik Matak yang merupakan golongan anti komunis

tidak menyetujui kebijakan Sihanouk yang mengizinkan ICP mendirikan basis

militernya di wilayah Kamboja. Selain itu Lon Nol bersama militer dan

pemerintahan juga menentang kebijakan Sihanouk mengenai nasionalisasi bank.

Sihanouk ingin menerapkan kebijakan nasionalisasi bank yang membuat pihak

swasta merugi. Perselisihan dalam badan pemerintahan tersebut semakin

meruncing. Lon Nol berusaha mencari dukungan Amerika Serikat untuk

menghadapi Sihanouk dan ICP.

Pada Januari 1970, Norodom Sihanouk pergi ke Prancis untuk berobat, hal

tersebut membuat Lon Nol dan kawan-kawannya bebas bertindak. Pada 18 Maret

1970 diadakan sidang nasional oleh Dewan Perhimpunan. Dalam sidang tersebut

Sihanouk dipecat sebagai kepala negara, dan digantikan oleh Marsekal Lon Nol.

Lon Nol menjabat sebagai presiden dan Sirik Matak sebagai wakil presiden. Pada

masa Lon Nol sistem pemerintahan yang tadinya menganut sistem monarki

kontitusional, akhirnya digantikan dengan sistem republik.11

Kejatuhan Sihanouk

juga sekaligus sebagai misi penyelamatan Kamboja dari tangan komunis. Karena

melihat Sihanouk yang semakin dekat dengan kelompok komunis.

Pergantian rezim dari Sihanouk ke Lon Nol tidak lantas menyelesaikan

permasalahan politik di Kamboja, hal tersebut malah semakin membuat suhu

politik Kamboja semakin memanas. Sihanouk yang masih merasa dendam dengan

11

John Tully, A Short History of Cambodia: From Empire to Survival, (Australia: Allen

& Unwin, 2005), hlm. 186.

Page 66: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

52

kudetanya, membuat koalisi dengan Khmer Merah untuk menjatuhkan presiden

Lon Nol. Khmer Merah juga merasa tertekan pada masa Lon Nol, karena gerak

mereka semakin dibatasi dan perlahan mulai disingkirkan. Hal tersebut semakin

menguatkan ambisi Khmer Merah untuk ikut menggulingkan pemerintahan Lon

Nol. Khmer Merah menganggap rezim Lon Nol merupakan rezim yang korup dan

sangat bergantung pada Amerika Serikat. Sihanouk dan Khmer Merah

membentuk Barisan Nasional Kamboja (Front Uni National du Kampuchea –

FUNK) atau dalam bahasa Kamboja Renasa Ruab Ruam Chiet Kampuchea.

FUNK dibentuk untuk mengakomodir para simpatisan Sihanouk dan Khmer

Merah. Tidak tanggung-tanggung, dukungan yang diberikan rakyat Kamboja

kepada Sihanouk dan Khmer Merah terdapat hampir di seluruh provinsi.

Sihanouk yang kala itu berada di Beijing juga mengumumkan

terbentuknya GRUNK (Gouvernment of National Union of Kampuchea) dan

Pasukan Pembebasan Nasional (National Liberation Armed Forces – NLAF).

GRUNK merupakan pemerintahan pengasingan yang berada di Beijing, di mana

Sihanouk menjabat sebagai pemimpinnya. Organisasi ini dibentuk sebagai

langkah mempersiapkan apabila nanti Kamboja jatuh kembali ke tangan

Sihanouk.

Sejak naiknya Lon Nol sebagai presiden, Khmer Merah gencar melakukan

serangan-serangan terhadap militer pemerintah. Sebenarnya memang rezim Lon

Nol yang terlebih dahulu memulai melakukan serangan terhadap kader Khmer

Merah. Karena Lon Nol dan Amerika Serikat bermaksud untuk menghapuskan

faham dan para kader komunis di Kamboja. Namun langkah tersebut tidak

menyurutkan niat para grilyawan Khmer Merah, mereka terus bergerak secara

Page 67: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

53

gerilya di hutan-hutan dan pedesaan. 12

Mereka mencari massa yang merupakan

para buruh tani, dan buruh pabrik. Khmer Merah dan Sihanouk mendapat

dukungan penuh dari China dengan syarat Sihanouk dan Khmer Merah harus

menjatuhkan rezim Lon Nol.13

Khmer Merah terus gencar melakukan

penyerangan terhadap tempat-tempat penting, dan pada tanggal 5 Maret 1975

mereka berhasil menguasai daerah di sekitar ibukota dan bandar udara

Ponchentong. Serangan Khmer Merah yang membabi buta membuat militer

pemerintah semakin kuwalahan.

Menghadapi berbagai pemberontakan yang dilakukan Khmer Merah, Lon

Nol mencoba menggunakan langkah persuasif untuk menghadapi hal tersebut.

Karena menggunakan militer dinilai tidak lagi efektif, mengingat semakin

banyaknya korban sipil yang berjatuhan. Namun Sihanouk dan pihak Khmer

Merah selalu menolak, yang mereka inginkan hanyalah turunnya Lon Nol. Selain

itu Sihanouk dan Khmer Merah juga ingin menghilangkan pengaruh Amerika

Serikat di Kamboja yang banyak memengaruhi rezim Lon Nol. Berbagai langkah

persuasif sudah tidak memungkinkan, sementara Kamboja terus dilanda

kehancuran. Akhirnya Lon Nol meminta bantuan kepada perhimpunan negara-

negara di Asia Tenggara (Associatioan of Southeast Asian Nations - ASEAN).14

Melalui ASEAN difasilitasilah pertemuan di Bangkok antara pihak pemerintah

dan Khmer Merah.15

Namun Sihanouk bersama pihak Khmer Merah menolak

12

Ramlan Surbakti dkk, Kampuchea Tahun 1975-1985. (Universitas Airlangga: Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 1990). hlm. 38. 13

“Kembalinya Pengeran Sihanouk Akan Rupakan Kemenangan PM Chou,” Warta

Berita Antara, 4 April 1975. 14

“Lon Nol Harapkan Indonesia Usahakan Selenggarakan Perdamaian Khmer,” Warta

Berita Antara, 6 April 1975 15

“Perundingan Damai Khmer di Bangkok,” Warta Berita Antara, 8 April 1975.

Page 68: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

54

untuk menghadiri pertemuan tersebut. Hal itu membuat perdamaian antara pihak

pemerintah dan Khmer Merah semakin sulit dicapai.

Perundingan tersebut tak kunjung menemui titik terang, sementara

pemberontak Khmer Merah semakin gencar melakukan serangan. Akhirnya

pemerintah mulai merumuskan penyerahan tanpa syarat Kamboja kepada

pemberontak Khmer Merah. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kehancuran

dan banyaknya korban yang berjatuhan. Menurut Sukhom Khoy salah seorang

pegawai kepresidenan, tidak ada yang bisa menghalangi penyerahan tanpa syarat

kepada Khmer Merah.16

Hal tersebut dikarenakan melemahnya militer pemerintah

menahan gempuran serangan Khmer Merah dan mulai banyaknya rakyat yang

bersimpati kepada Sihanouk dan Khmer Merah. Selain itu sekitar 60 persen

wilayah Kamboja juga sudah dikuasai oleh Khmer Merah, pemerintah hanya

menguasai sisanya saja. Hal ini membuat pemerintah semakin terdesak. Akhirnya

pada 17 April 1975 pasukan revolusioner Khmer Merah berhasil memasuki

ibukota Phnom Penh. 17

Sejak itulah Kamboja jatuh ke tangan rezim komunis

Khmer Merah.

Masuknya pasukan revolusionr Kamboja ke Phnom Penh disambut suka

cita oleh rakyat Phnom Penh, tidak ada perlawanan dari rakyat maupun militer.

Mereka memasuki kota dengan damai. Hal ini terjadi karena rakyat Kamboja

menganggap Khmer Merah sebagai pembebas dari rezim Lon Nol. Tahun

kenaikan Khmer Merah sebagai penguasa di Kamboja dikenal sebagai tahun nol

16

“Sukham Khoy: Tidak Ada Yang Bisa Menghalangi Penyerahan Tanpa Syarat Kepada

Khmer Merah,” Warta Berita Antara, 8 April 1975. 17

“Phnom Penh Falls Into Khmer Rouge Hands,” Warta Berita Antara, 17 April 1975.

Page 69: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

55

atau zero year.18

Setelah berhasil memasuki Phnom Penh, Khmer Merah segera

mengambil alih tempat-tempat penting, terutama stasiun radio Phnom Penh.

Stasiun radio dipilih karena merupakan tempat yang digunakan untuk

mensosialisasikan segala program Khmer Merah.

Pada masa rezim Khmer Merah, Sihanouk kembali naik tahta sebagai

kepala negara. Sedangkan Khieu Samphan menjabat sebagai perdana menteri.

Meskipun Sihanouk masih mendapat simpati yang besar dari masyarakat

Kamboja, namun naiknya Sihanouk sebagai presiden sebenarnya hanya

merupakan boneka Khmer Merah. Karena sesungguhnya pemerintahan

dikendalikan oleh Pol Pot dan kawan-kawan.19

Pada 11 Maret 1976, CPK yang

diketuai oleh Pol Pot menggelar sidang pemberhentian Sihanouk sebagai kepala

negara karena alasan kesehatan.20

Akhirnya terpilihlah Khieu Samphan sebagai

kepala negara, dan Pol Pot sebagai perdana menteri. Bersamaan dengan itu

Kamboja berganti nama menjadi Demokratic Kampuchea.

Kebanyakan kader CPK yang menjabat dalam rezim Demokratic

Kampuchea adalah kawan-kawan Pol Pot yang merupakan mahasiswa lulusan

Prancis. Di antaranya Khieu Samphan, Ieng Sary, Son Sen, dan Noun Chea.21

Pol

Pot dikenal sebagai Brother Number One atau kakak pertama. Pol Pot lah yang

pada masa kemudian memainkan peranan yang cukup besar di dalam

pemerintahan Khmer Merah. Pol Pot pernah kuliah di Prancis mengambil jurusan

18

Zero year merupakan istilah yag digunakan Pol Pot dan kawan-kawan untuk menandai

naiknya Khmer Merah pada tampuk kekuasaan. Dinamakan zero year atau tahun nol karena Pol

Pot ingin melakukan perubahan secara fundamental seakan-akan semuanya berawal dari nol.

Lihat: Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 25. 19

“Salah Siapa Kamboja Komunis?,” Kompas, 18 April 1975. 20

Khmboly Dy, A History of Demokratic Kampuchea 1975-1979, (Phnom Penh:

Deocument Center of Kampuchea, 2007), hlm. 21. 21

Lebih lanjut mengenai struktur organisasi Demokratic Kampuchea lihat: Ibid. hlm. 22.

Page 70: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

56

teknik radio. Di Prancis Pol Pot gencar mengkampanyekan pemikirannya yang

anti kolonial. Di Paris ia juga sempat bergabung dengan Partai Komunis Prancis

(Communist Party of France – CPF) yang kala itu menjadi partai komunis yang

cukup berkembang di Eropa.22

Merekalah yang pada kemudian hari memainkan

peran sangat signifikan pada rezim Demokratic Kampuchea atau Khmer Merah.

B. Kebijakan Politik Pemerintah Khmer Merah Terhadap Etnis dan Agama

Setelah naiknya Khmer Merah pada tampuk kekuasaan tertinggi di

Kamboja, seketika itulah mereka menguasai berbagai tempat penting di ibukota.

Langkah pertama yang diambil oleh Khmer Merah, adalah memutus semua

komuniskasi Kamboja dengan dunia luar.23

Hal tersebut membuat berbagai

informasi terkait kondisi Kamboja tidak diketahui secara pasti. Kamboja sangat

tertutup dari dunia luar semenjak kejatuhannya ke tangan komunis. Setelah itu

pemerintah Khmer Merah bergegas menerapkan kebijakan yang tertuang dalam

Eight Points Plans. Di antaranya:

“Evacuating people from all town.

Abolishing all market.

Withdrawing all Lon Nol Currency and witholding the Revolutionary

currency which had been printed.

Defrocking all Buddhist monk and putting down to work growing rice.

Executing all leaders of the Lon Nol regime, beginning with the top leaders.

Estabilishing high level cooperatives throughout the country with communal

eating.

Expelling the entrie Vietnamse minority population”.24

Terjemahan:

Evakuasi semua warga dari perkotaan.

22

John Tully, A Short History of Cambodia: From Empire to Survival, (Australia: Allen

& Unwin, 2005), hlm. 186. 23

“Komuniskasi Phnom Penh di Putus,” Kompas, 19 April 1979. 24

Farina So, The Hijab of Cambodia Memories of Cham Muslim Women After the

Khmer Rouge, (Phnom Penh: Document Center of Cambodia, 2011), hlm. 36.

Page 71: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

57

Tutup semua pasar (segala kegiatan jual beli).

Menarik semua mata uang masa Lon Nol, dan mengganti dengan mata uang

revolusioner yang akan dicetak.

Memecat semua pendeta Budha, dan memerintahkan mereka untuk bekerja

menanam padi.

Eksekusi mati semua pemimpin rezim Lon Nol, dimulai dari pimpinan

tertinggi.

Meningkatkan kerjasama dengan semua wilayah dan menjadikannya milik

bersama.

Mengusir semua minoritas etnis Vietnam

Dari delapan poin tersebut yang cukup menjadi sorotan luas adalah

kebijakan memindahkan semua orang ke pedesaan, dan membunuh mati semua

rezim Lon Nol. Kebijakan rezim Khmer Merah memburu dan mengeksekusi mati

para pemimpin dan loyalis rezim Lon Nol merupakan janji Khieu Samphan selaku

pemimpin Khmer Merah sebelum Khmer Merah menduduki ibukota Phnom

Penh.25

Lon Nol dan semua staf rezimnya menjadi sasaran pembunuhan Khmer

Merah karena menurut Khmer Merah mereka dianggap sebagai kaum

pengeksploitasi. Ancaman tersebut juga dilayangkan kepada mantan perdana

menteri Lon Nol, Long Boret. Namun mengenai pembunuhan Lon Nol dan Long

Boret tidak diketahui pasti apakah mereka jadi dieksekusi mati atau tidak.26

Selanjutnya kebijakan pemerintah Khmer Merah mengungsikan semua

penduduk kota ke pedesaan, karena alasan untuk mengantisipasi gempuran

Amerika Serikat. Namun sesungguhnya, diungsikannya mereka ke pedesaan

adalah untuk bekerja sebagai buruh tani. Mereka yang diungsikan tidak kembali

ke rumah sampai berakhirnya kekuasaan Khmer Merah. Dievakuasikannya

mereka, membuat mereka harus meninggalkan rumah dan harta benda. Mereka

yang dievakuasi ditempatkan di beberapa wilayah pedesaan yang berbeda. Bahkan

25

“Salah Siapa Kamboja Komunis?,” Kompas, 18 April 1975. 26

Ada pula yang mengatakan bahwa Lon Nol dan Long Boret berhasil melarikan diri ke

perbatasan Thailand. Lihat: “Red Khmer Execute Long Boret and Lon Nol.”, Warta Berita Antara,

20 April 1975.

Page 72: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

58

dalam satu keluarga biasanya mereka dipisahkan ke penjuru wilayah yang berbeda

antar satu sama lain.

Khmer Merah kemudian membagi wilayah Kamboja menjadi tujuh

wilayah administrasi (zona), yakni zona barat laut, utara, timur laut, tengah timur,

barat daya, dan barat.27

Di antara ketujuh zona tersebut terdapat tiga zona yang

paling menonjol, yakni zona timur yang berisikan kader Khmer Merah pro

Vietnam di bawah pimpinan So Phim. Kemudian zona barat daya dan zona barat

laut yang langsung di bawah kendali Pol Pot. Di antara zona-zona tersebut, zona

timurlah yang tidak terkena kebijakan pengevakuasian warga, penghapusan mata

uang, dan kewajiban bertani bagi rakyatnya. Hal ini dikarenakan memang sejak

awal kader-kader zona timur seperti So Phim, Pen Sovan, Heng Samrin, dan Hun

Sen tidak sependapat dengan konsep ultra komunis yang digaungkan oleh Pol Pot.

Mereka lebih menginginkan revolusi yang damai tanpa adanya pemaksaan dan

penindasan.28

Masa selanjutnya zona ini menjadi zona yang eksklusif dan paling

damai. Zona ini juga memiliki kecenderungan dengan komunis Vietnam.

Selanjutnya rezim Khmer Merah membagi masyarakat Kamboja menjadi

dua golongan, yakni Orang Lama, dan Orang Baru. Orang lama merupakan orang

yang telah terlebih dahulu bergabung dengan Khmer Merah sebelum mereka

berhasil berkuasa di Kamboja pada 17 April 1975. Mereka inilah yang kemudian

dijadikan sebagai kader-kader pemimpin oleh Khmer Merah. Sedangkan Orang

Baru adalah mereka yang mengikuti Khmer Merah setelah kemenangannya pada

tahun 1975. Orang Baru mendapatkan pengawasan yang lebih ketat, mereka

27

Ramlan Surbakti dkk, Kampuchea Tahun 1975-1979, (UNAIR: Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, 1990), hlm. 68. 28

Ibid., hlm. 69

Page 73: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

59

dianggap sebagai parasit yang suatu saat bisa saja menjadi ancaman bagi

pemerintahan Khmer Merah.29

Selain itu rezim Khmer Merah juga menerapkan kebijakan penggunaan

baju hitam bagi seluruh rakyat Kamboja sebagai simbol kesetaraan. Rezim Khmer

Merah menerapkan kebijakan pemisahan hidup bersama dalam satu keluarga.

Seorang anak tidak diperkenankan tinggal dengan orang tuanya, mereka diberikan

tempat tersendiri di bawah pengawasan ketat pemerintah Khmer Merah.30

Tak

tanggung-tanggung, bahkan pemerintah Khmer Merah mendidik dan melatih

semua anak-anak untuk memegang senjata. Mereka diberikan kepercayaan penuh

oleh pemerintah Khmer Merah, karena mereka menganggap anak-anak masih

bersih dari pengaruh doktrin, sehingga memudahkan bagi pemerintah Khmer

Merah untuk memengaruhi mereka.

Ketika berhasil memasuki desa-desa Muslim, Khmer Merah menerapkan

kebijakan khusus bagi umat Islam. Kebijakan tersebut tertuang dalam Five Point

Plans, yakni lima peraturan yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam, di

antaranya:

“All women cut their hair short and would be forbidden to cover their heads

All copies of the Qur’an would be burned

Pigs would be raised by Cham Muslim and they would required to eat pork

There would be no more canonical prayer (salat) and all place of communal

worship would be closed

In the future Cham Muslim villagers (men and women) would have to wed

spouse who were non-Muslim when they got married.”31

Terjemahan:

29

Farina So, The Hijab of Cambodia Memories of Cham Muslim Women After the

Khmer Rouge, (Phnom Penh: Document Center of Cambodia, 2011), hlm. 80. 30

Ibid., hlm. 85. 31

Ysa Osman, The Cham Rebellion Survivors Stories From The Village, (Phnom Penh:

Document Center of Cambodia, 2006), hlm. 55.

Page 74: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

60

Semua wanita harus memotong pendek rambutnya dan dilarang

menggunakan hijab.

Bakar semua salinan al-Qur’an

Babi harus dijadikan peliharaan oleh Cham Muslim dan mereka disuruh

untuk memakannya.

Dilarang melaksanakan shalat dan semua tempat ibadah umat Islam akan

ditutup.

Penduduk Cham Muslim baik laki-laki maupun perempuan diharuskan

menikah dengan pasangan yang non-Muslim.

Kebijakan tersebut diterapkan oleh pemerintah Khmer Merah pada tahun 1975

ketika belum disahkannya Konstitusi Khmer Merah.32

Kebijakan tersebut

dirasakan berat bagi umat Islam Kamboja. Karena sangat bertentangan dengan

norma-norma yang berlaku dalam agama Islam. Namun demikian umat Islam

tetap dipaksakan untuk melaksanakan perintah tersebut.

Pada tanggal 5 Januari 1976 pemerintah Khmer Merah mempublikasikan

Konstitusi Demokratic Kampuchea (Demokratic Kampuchea Constitution).33

Yang bersisi 15 Bab dan 21 Pasal. Konstitusi ini mengatur mulai dari dasar negara

Kamboja, perekonomian, budaya, kebijakan asing sampai dengan pasal yang

membahas mengenai ibadah dan keagamaan.34

Penulis akan mencoba mengulas

dua bab yang berkaitan dengan hak dan kewajiban warganegara dan bab yang

membahas mengenai peribadatan dan keagamaan.

32

Konstitusi Khmer Merah atau Demokratic Kampuchea Constitution adalah perundang-

undangan yang menjadi dasar negara Kamboja di bawah pemerintah Khmer Merah. Konstitusi ini

dibuat dalam pertemuan kader Khmer Merah yang dilangsungkan di Phnom Penh pada tanggal 15

sampai dengan 19 Desember 1975. Namun baru diumumkan pada 5 Januari 1976. Lihat:

Demokratic Kampuchea Constitution 1976 E3/259, (Phom Penh: Document Center of Cambodia).

Tersedia di: http://www.eccc.gov.kh/sites/default/files/documents/courtdoc/E3_259_EN.PDF

(akses: 14 Mei 2014) 33

Ibid., 34

Terkait konstitusi Demokratic Kampuchea penulis menemukan tiga versi konstitusi

yang diterbitkan oleh pihak yang berbeda. Pertama oleh Document Center of Cambodia- DC-

CAM, dan yang kedua termuat dalam buku Franҫois Ponchaud, Cambodia Year Zero, yang terbit

pada tahun 1978. Dan yang penulis temukan dalam bulletin Khmer Merah yang berjudul

Demokratic Kampuchea a Workers and Peasants State in South-East Asia tahun 1977. Setelah

penulis bandingkan ketiganya ternyata tidak terdapat perbedaan dalam kontennya.

Page 75: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

61

Dalam Bab 9 Demokratic Kampuchea Constitution mengulas mengenai

hak dan kewajiban individu masyarakat Kamboja (The Right and Duties of the

Individual).Bab ini terdiri atas 3 Pasal, di antaranya:

Pasal 1:

“Every citizen of Cambodia is fully entitled to a constantly improving

material, spiritual, and cultural life.

Every citizen of Cambodia is guaranteed a living.

All workers are the master of their factories.

All peasnts are the master of the rices paddies and fields.

All other working people have the right to work.

There Absolutely no anemployment in Demokratic Kampuchea.”

Terjemahan:

Setiap warga negara Kamboja memiliki hak penuh untuk senantiasa

meningkatkan kehidupan materi, rohani, dan kebudayaannya.

Setiap warga negara Kamboja dijamin kehidupannya.

Semua pekerja adalah pemilik dari pabrik mereka.

Semua petani adalah pemilik dari beras dan sawah mereka.

Semua pekerja berhak mendapatkan pekerjaan.

Tidak ada pengangguran di Demokratic Kampuchea

Pasal 2:

“The must be complete equality among all Cambodian peoples in an equal,

Just, demokratic, harmonious, and happy society within the great national

union for defending and building the country.

Man and women are equal in every respect.

Polygamy and polyandry are prohibited”

Terjemahan:

Kesetaraan menjadi hal yang wajib bagi masyarakat Kamboja, sebagai

perwujudan, masyarakat yang demokratis, harmonis, dan bahagia guna

menciptakan persatuan nasional untuk mempertahankan dan membangun

negara.

Pria dan wanita adalah setara dalam segala hal.

Poligami dan poliandri dilarang.

Pasal 3:

Page 76: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

62

“It is the duty of all defend and build the country together in accordance with

individual ability and potential.”35

Terjemahan:

Kewajiban bagi semua masyarakat adalah mempertahankan dan membangun

negeri bersama-sama sesuai dengan kemampuan dan kesanggupan setiap

individu.

Selanjutnya dalam bab 15 Khmer Merah mengulas bab mengenai peribadatan dan

keagamaan (Worship and Religion) yang terdiri atas satu pasal, di antaranya:

“Every citizen of Cambodia has the right to worship according to any

religion and right not to worship according to any religion.

All ractionary religions which are detrimental to Demokratic Kampuchea

and the Cambodia people are stricly forbidden.”36

Terjemahan:

Setiap masyarakat Kamboja diperbolehkan untuk beribadah menurut agama

apa saja dan tidak diperbolehkan beribadah menurut agama lain.

Semua agama reaksioner yang mengancam Demokratic Kampuchea dan

masyarakat Kamboja dilarang keras.

Mengenai kebijakan terkait etnis minoritas tidak diatur dalam konstitusi.

Tidak diketahui secara pasti mengapa demikian. Hanya dalam Eight Point Plans

pemerintah Khmer Merah menyebutkan secara jelas kebijakan pengusiran etnis

Vietnam. Hal tersebut merupakan buntut dari perselisihan antara pemerintah

Khmer Merah dan Vietnam. Secara teori nampaknya rezim Khmer Merah tidak

memandang perbedaan etnis di Kamboja sebagai permasalahan yang berarti

sehingga harus diatur sedemikian rupa dalam konstitusi. Pemerintah Khmer

Merah menganggap semua masyarakat Kamboja setara tanpa perbedaan etnis dan

status. Selama mereka masih mentaati dasar negara dan kewajiban individu.

35

Demokratic Kampuchea Constitution Bab 9, dalam Franҫois Ponchaud, Cambodia

Year Zero, (Terj.), (New Zeland: Pinguin Books, 1978), hlm. 223-224. 36

Ibid., hlm. 225.

Page 77: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

63

Meskipun dalam praktiknya rezim Khmer Merah kerap kali mengedepankan

kepentingan etnis Khmer sebagai langkah untuk melakukan asimilasi etnis

minoritas ke dalam etnis Khmer atau Khmerisasi.

.

C. Motif Penindasan dan Diskriminasi Khmer Merah terhadap Muslim

Kamboja

Sejauh ini berbagai literatur belum mendalami permasalahan mengenai

motif yang melatarbelakangi pemerintah Khmer Merah melakukan penindasan

terhadap Muslim Kamboja. Kebanyakan kajian hanya memfokuskan pada bentuk-

bentuk penindasan yang dilakukan pemerintah Khmer Merah, tanpa mengkritisi

apa kiranya hal yang melatarbelakangi peristiwa tersebut. Sebuah peristiwa terjadi

pasti memiliki kausalitas atau sebab akibat. Maka dari itu perlu kiranya

menelusuri lebih jauh mengenai permasalahan tersebut guna mengungkap

permasalahan yang belum terjawab.

Tiga tahun setelah pemerintah Khmer Merah berkuasa di Kamboja dan

setelah disahkannya Demokratic Kampuchea Constittion pada 1976, diberitakan

bahwa sekitar 2,5 juta dari 7 juta rakyat Kamboja mati.37

Matinya rakyat Kamboja

disebabkan karena kelaparan, penyakit, dan pembantaian yang dilakukan tentara

pemerintah Khmer Merah.38

Dapat dikatakan bahwa genosida atau pembunuhan

masal ini merupakan genosida terbesar pasca Perang Dunia Kedua. Menurut Ysa

Osman, sekitar 500.000 dari 700.000 Muslim Kamboja juga mati karena hal yang

sama.39

Sebanyak 113 masjid dihancurkan dan dialihfungsikan.40

Para hakem dan

37

Mc Govern, “2,5 Juta Rakyat Kamboja Mati Kelaparan,” Merdeka, 24 Agustus 1978. 38

Ibid., 39

Ysa Osman, OUKOUBAH Justice For the Cham Muslim Under the Demokratic

Kampuchea, (Phnom Penh: Document Center of Cambodia, 2002), hlm. 2.

Page 78: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

64

tuon juga menjadi sasaran pembantaian.41

Para tokoh besar agama Islam banyak

yang menjadi target pembunuhan dan pembantaian, di antaranya, grand mufti

Hadji Abdullah bin Idres (Res Las), wakil mufti satu Hadji Sulaiman Shukry,

wakil mufti dua Hadji Math Saleh Slaiman, Hadji Math Liharoun ketua CIS, dan

Man Set ketua AKIY.42

Selain itu terdapat pula beberapa petinggi Muslim yang

duduk di beberapa posisi penting dalam pemerintahan yang juga dieksekusi, di

antaranya, kolonel polisi militer pada masa Lon Nol El Brahim, anggota senat

pada masa Lon Nol Haji Saleh Yahya, pemimpin FULRO Ibaham En Noul, dan

ketua dari gerakan Muslim Cham Soh Man.43

Menganai kondisi Les Kosem pada

masa pemerintah Khmer Merah tidak diketahui secara pasti, namun kabar yang

beredar ia melarikan diri ke Thailand Selatan.

Selain pembantaian beberapa petinggi Muslim, umat Islam dilarang untuk

menggunakan atribut keislaman seperti hijab, peci, sarung dan sebagainya. al-

Qur’an dan keitap44

yang menjadi pedoman umat Islam juga menjadi sasaran

pemusnahan. Pemerintah Khmer Merah juga melarang semua praktik keagamaan

umat Islam seperti sembahyang, puasa, dan sebagainya.

Berbagai rentetan kisah pilu tersebut merupakan fakta yang terjadi pada

masa pemerintah Khmer Merah. Namun sampai sekarang tidak diketahui secara

40

Seddik Taouti, Forgotten Muslim Kampuchea and Vietnam, dalam Ahmad Ibrahim

dkk, Readings on Islam in Southeast Asia, (Singapore: Institute of Southeast Asia Studies, 1985),

hlm. 194. 41

Khmboly Dy, A History of Demokratic Kampuchea 1975-1979, (Phom Penh:

Deocument Center of Kampuchea, 2007), hlm. 43. 42

Ibid., hlm.122-123. Lebih jelas mengenai para petinggi Muslim yang di eksekusi pada

masa Khmer Merah lihat lampiran.

43

Ysa Osman, OUKOUBAH Justice For the Cham Muslim Under the Demokratic

Kampuchea, hlm. 125. Lebih jelas lihat lampiran. 44

Keitap merupakan buku yang mengajarkan keislaman dan al-Qur’an. Lebih lanjut lihat:

Ysa Osman, OUKOUBAH Justice fot the Cham Muslim under the Demokratic Kampuchea,

(Phnom Penh: Document Center of Cambodia, 2002), hlm. 3.

Page 79: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

65

pasti apa yang melatarbelakangi tindakan Khmer Merah tersebut. Mengingat

sebuah peristiwa tidak tunggal penyebabnya. Maka dari itu, dalam tulisan ini

penulis berusaha menganalisa faktor yang melatarbelakangi hal tersebut. Penulis

akan menguraikan sedikitnya tiga faktor yang berhasil penulis amati sejauh

membaca berbagai literatur mengenai Muslim Kamboja, di antaranya:

1. Loyalis Rezim Lon Nol

Sebelum naiknya Khmer Merah pada tampuk kekuasaan tertinggi di

Kamboja, Khieu Samphan salah seorang petinggi CPK mengatakan bahwa, jika

suatu saat CPK berhasil berkuasa, maka ia akan menghabisi semua pejabat

pemerintah rezim Lon Nol jika tidak bergegas meninggalkan Kamboja. Selaras

dengan keinginan Sihanouk yang juga sangat berambisi untuk membunuh semua

aparatur rezim Lon Nol.45

Hal tersebut didasari dendam kudeta pemerintahan Lon

Nol terhadapnya. Bahkan tak tangung-tanggung pemerintah Khmer Merah

menetapkan loyalis rezim Lon Nol sebagai golongan yang menduduki posisi

pertama dalam daftar musuh internal Khmer Merah (internal enemies).46

Tujuan

CPK adalah ingin melakukan perubahan secara fundamental. Sehingga segala

sesuatu yang berbau Lon Nol harus dihabiskan. Khmer Merah juga ingin

menghapuskan pengaruh Amerika Serikat yang terus membayangi Kamboja pada

masa rezim Lon Nol. Untuk menciptakan komposisi masyarakat komunis yang

ideal, harus menghapus generasi yang sudah terkontaminasi dengan rezim

sebelumnya, bahkan dengan kekerasan sekalipun.

45

“Phnom Penh Menyerah,” Kompas, 18 April 1975. 46

Khmer Merah membagi musuh mereka menjadi dua golongan, yakni musuh internal

dan musuh eksternal. Musuh internal yang ditetapkan Khmer Merah diantaranya, loyalis rezim

Lon Nol, etnis minortas, dan Cham Muslim. Sedangkan musuh eksternal ialah Amerika Serikat

dan sekutunya, Thailand, dan beberapa negara Sosialis seperti Vietnam dan Uni Soviet. Lebih

lanjut lihat: Ysa Osman, OUKOUBAH Justice fot the Cham Muslim, hlm. 42.

Page 80: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

66

Pada masa Lon Nol baru pertama kalinya umat Islam mendapat jabatan

penting dalam pemerintahan. Seperti yang pernah penulis singgung pada bagian

sebelumnya. Les Kosem menjadi Muslim Cham cukup menjadi sorotan, karena

sebagai salah seorang Muslim ia berhasil menduduki jabatan yang cukup

berpengaruh dalam kemiliteran Kamboja. Setelah jatuhnya Kamboja ke tangan

pemerintah Khmer Merah, Les Kosem pun harus melarikan diri ke Thailand.

Sangat dimungkinkan larinya Les Kosem dilakukan untuk menghindari incaran

Khmer Merah. Selain Les Kosem juga banyak terdapat tokoh Muslim Kamboja

yang menduduki posisi penting pada masa Lon Nol. Hal tersebut cukup

menggambarkan kedekatan Lon Nol dengan umat Islam Kamboja.

Pemerintah Khmer Merah menganggap umat Islam yang memiliki

kedekatan dengan Lon Nol sebagai loyalis rezimnya, sehingga dijadikan sebagai

target pembunuhan. Terutama para elit Muslim yang menduduki jabatan penting

tersebut. Jika mengacu kepada gagasan monoisme komunis, penganut ideologi

komunis dalam hal ini Khmer Merah, tidak menghendaki keberadaan oposisi dan

perbedaan-perbedaan yang menimbulkan perpecahan, sehingga persatuan

dipaksakan dan oposisi menjadi target penindasan.47

Singkatnya kedekatan umat

Islam dengan rezim Lon Nol dianggap sebagai oposisi yang nantinya akan

menjadi ancaman bagi pemerintah Khmer Merah. Sehingga cukup beralasan bagi

Khmer Merah menjadikan umat Islam sebagai target penindasan dan

pembunuhan. Namun kesimpulan penulis pada hal ini berlaku hanya pada elit

Muslim yang memiiki kedekatan dengan rezim Lon Nol.

47

Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 88.

Page 81: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

67

2. Kebijakan Diskriminatif

Perlu kiranya menganalisa lebih dalam mengenai kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintah Khmer Merah terhadap penganut agama di Kamboja

khususnya umat Islam. Mengingat kebijakan ini digadang-gadang sebagai pangkal

dari rentetan penindasan pemerintah Khmer Merah terhadap umat Islam. Penulis

akan menguraikan dua kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Khmer Merah,

yakni kebijakan sebelum tahun 1976 atau Five Point Plans dan kebijakan yang

tertuang dalam Demokratic Kampuchea Constitution.

Khmer Merah melakukan gerilya untuk menjatuhkan rezim Lon Nol

dengan menguasai wilayah-wilayah di pedesaan. Mereka mencoba mencari

simpati dari masyarakat pedesaan yang terdiri atas sebagian besar petani dan

nelayan. Bahkan berusaha berusaha merekrut mereka untuk masuk ke dalam

Khmer Merah. Beberapa desa Muslim di Kampong Cham juga tak terlewatkan

dari jamahan tentara Khmer Merah. Terutama di tiga desa besar yang menjadi

basis terbesar umat Islam, yakni Kroch Chhmar, Koh Pah, dan Svay Khleang.

Sejak tahun 1973 Khmer Merah telah berhasil menjalin komunikasi

dengan ketiga desa Muslim tersebut.48

Khmer Merah mencoba merekrut mereka

untuk masuk sebagai anggota Khmer Merah dan meminta agar para buruh tani

tersebut mengubah cara bertani mereka sesuai dengan konsep Khmer Merah.

Setelah itu pada tahun 1975 diterapkanlah Five Point Plans yang diperuntukkan

khusus bagi umat Islam. Yang isinya sebagai berikut :

“All women cut their hair short and would be forbidden to cover their heads

All copies of the Qur’an would be burned

Pigs would be raised by Cham Muslim and they would required to eat pork

48

Ysa Osman, The Cham Rebellion Survivors Stories From The Village, (Phnom Penh:

Document Center of Cambodia, 2006), hlm. 55.

Page 82: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

68

There Would be no more canonical prayer (salat) and all place of communal

worship would be closed

In the future Cham Muslim villagers (men and women) would have to wed

spouse who were non-Muslim when they got married.”49

Terjemahan:

Semua wanita harus memotong pendek rambutnya dan dilarang

menggunakan hijab.

Bakar semua salinan al-Qur’an.

Babi harus dijadikan peliharaan oleh Cham Muslim dan mereka akan diminta

untuk memakan dagingnya.

Dilarang melaksanakan shalat dan semua tempat ibadah umat Islam akan

ditutup.

Pada masa selanjutnya Cham Muslim baik laki-laki maupun perempuan

diharuskan menikah dengan pasangan yang non-Muslim.

Umat Islam di tiga desa di wilayah Kampong Cham menolak untuk

melaksanakan kebijakan tersebut. Mulai dari masuk ke dalam Khmer Merah,

merevolusi bidang pertanian mereka, sampai pelaksanaan Five Point Plans. Umat

Islam menganggap kebijakan tersebut memberatkanya karena bertentangan

dengan norma-norma agama Islam.50

Menurut beberapa saksi hidup Muslim

Kamboja pada masa pemerintah Khmer Merah, para tentara Khmer Merah kerap

kali memperlakukan mereka dengan cara yang keji dan tidak berperikemanusiaan.

Mereka menghina Islam sebagai polusi dan agama rendahan. Selain itu rezim

Khmer Merah juga melakukan penghinaan terhadap kitab suci agama Islam

dengan menjadikannya lembaran-lembaran kitab suci tersebut sebagai tisu

toilet.51

Berbagai tindakan rezim Khmer Merah ini menuai protes dan penolakan.

49

Ibid., 50

Ibid., 51

Peristiwa tersebut merupakan kesaksian salah seorang Muslim bernama Halimah yang

hidup pada masa Khmer Merah. Farina So menceritakan lebih lanjut mengenai kesaksian para

Muslimah yang hidup pada masa Khmer Merah dalam, Farina So, The Hijab of Cambodia,

Memories of Cham Muslim Women After the Khmer Rouge, (Phnom Penh: Document Center of

Cambodia, 2011).

Page 83: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

69

Namun mereka merespons kejam perotes dan penolakan tersebut dengan

memborbardir ketiga desa tersebut menggunakan bom dan senjata.52

Setelah itu pemerintah Khmer Merah memencarkan seluruh penduduk

desa tersebut sehingga mereka tidak lagi hidup secara eksklusif. Beberapa dari

mereka akhirnya dipenjarakan. Tercatat ratusan umat Islam mati dalam insiden

terebut.53

Setelah peristiwa pembangkangan tersebut, akhirnya umat Islam

dimasukkan ke dalam daftar musuh internal (internal enemies)54

Khmer Merah

karena rentan akan sifat mereka yang reaksioner.

Pada tahun 1976 ditetapkanlah Demokratic Kampuchea Constitution.

Dalam pembahasan ini penulis akan mencoba menguraikan isi dari Demokratic

Kampuchea Constitution bab sembilan dan lima belas yakni bab yang terkait

dengan hak dan kewajiban serta keagamaan. Dalam bab sembilan jelas dikatakan

bahwa setiap warganegara Kamboja diberikan hak kebebasan untuk meningkatkan

kehidupan materi, rohani, dan berbudaya.55

Hemat penulis kebijakan ini jelas

memberikan gambaran bahwa Konstitusi Khmer Merah menghendaki kebebasan

individu, terutama dalam tiga aspek yang disinggung dalam bab sembilan

tersebut. Meskipun lebih lanjut tidak terdapat penafsiran mengenai bab ini, namun

jika dilihat secara literal selama kewajiban tersebut diaplikasikan tidak terjadi

permasalahan bagi pemerintah Khmer Merah.

Namun dalam praktiknya, masyarakat Kamboja tidak diberikan kebebasan

untuk menjalankan tiga hal tersebut. Dalam hal materi mereka sangat dibatasi.

52

Ysa Osman, The Cham Rebellion Survivors, hlm. 55. 53

Ibid., hlm. 56 54

Khmboly Dy, A History of Demokratic Kampuchea 1975-1979, (Phom Penh:

Deocument Center of Kampuchea, 2007), hlm. 43. 55

Demokratic Kampuchea Constitutions Bab 9 pasal 1, dalam Francois Ponchaud,

Cambodia Year Zero(Terj.), (New Zeland: Pinguin Books, 1978), hlm. 223-224.

Page 84: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

70

Mereka dilarang menggunakan uang, dilarang hidup dalam satu keluarga, dan

sebagainya. Hal ini berlaku bagi seluruh rakyat Kamboja. Begitupun dengan

kehidupan rohani, umat Islam tidak diberikan kebebasan untuk menjalankan

praktik keagamaannya seperti shalat dan puasa. Menurut Ysa Osman, dalam

praktiknya pemerintah Khmer Merah malah dengan tegas ingin menghapuskan

semua agama yang ada di Kamboja.56

Jika mengacu pada Bab limabelas Constitution of Demokratic

Kampuchea, memang tidak terdapat kebijakan yang terkesan menyudutkan

penganut agama. Bahkan pemerintah Khmer Merah memberikan kebebasan bagi

pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah dan menjaga keyakinanya.57

Bagian

tersebut hanya memberikan peringatan pelarangan bagi agama yang bersifat

reaksioner. Menurut Ysa Osman kebijakan ini berlaku bagi semua agama yang

bersifat reaksioner.58

Umat Islam dianggap sebagai agama yang membangkang

dan mengancam keberlangsungan pemerintahan Khmer Merah. Sangat

dimungkinkan penerapan kebijakan ini ditujukan kepada umat Islam. Dikarenakan

berdasarkan pengalaman Khmer Merah, umat Islam di beberapa desa mencoba

memberontak melawan kebijakan rezim Khmer Merah. Maka dari itu pemerintah

Khmer Merah menggolongkan Islam ke dalam agama yang reaksioner. Sehingga

pada masa selanjutnya pemerintah Khmer Merah menaruh perhatian besar

terhadap gerak-gerik umat Islam, dan kerapkali melakukan tindakan yang

diskriminatif terhadap mereka.

56

Ysa Osman, OUKOUBAH Justice For the Cham Muslim Under the Demokratic

Kampuchea, (Phnom Penh: Document Center of Cambodia, 2002), hlm.6. 57

Demokratic Kampuchea Constitutions, Bab 15 pasal 1, dalam Franҫois Ponchaud,

Cambodia Year Zero. (Terj.), (New Zeland: Pinguin Books, 1978), hlm. 225-226. 58

Ysa Osman, OUKOUBAH Justice fot the Cham Muslim, hlm. 6.

Page 85: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

71

3. Latar Belakang Etnis

Pebedaan etnis juga menjadi alasan penindasan yang dilakukan pemerintah

Khmer Merah terhadap umat Islam. Hampir seluruh penganut agama Islam di

Kamboja adalah etnis Cham dan Melayu yang mana mereka berasimilasi menjadi

Cham-Chvea atau Khmer Islam. Merujuk pada hasil wawancara Ysa Osman

terhadap korban pemerintah Khmer Merah yang mengatakan bahwa, ketika

mereka ditempatkan di Tuol Sleng atau penjara S-2159

sebelum mereka menerima

hukuman, terlebih dahulu mereka ditanya apakah mereka etnis Khmer atau

Cham.60

Ketika diketahui mereka etnis Cham, maka mereka dipisahkan dengan

etnis Khmer dan diberikan perlakuan yang berbeda. Menurut Farina So dalam

wawancaranya dengan salah seorang korban pemerintah Khmer Merah,

pemerintah Khmer Merah selalu mengungkit-ungkit etnis Cham sebagai imigran

ilegal pelarian dari Kerajaan Champa dalam setiap interogasinya.61

Tujuan utama dari rezim Khmer Merah dalam masalah kebudayaan adalah

ingin melakukan Khmerisasi. Sebagai contoh, etnis Cham dilarang untuk

menggunakan bahasa Cham, dan mereka dipaksa untuk menanggalkan semua

kebudayaan Muslim Cham, dan menggantikannya dengan budaya Khmer. Hal ini

59

Tuol Sleng atau Penjara S21 adalah lokasi penahanan, introgasi dan ekseskusi tahanan

oleh Khmer Merah. Tempat ini akrab disapa ladang pembantaian (Killing Fields). Tuol Sleng

berlokasi di Svay Prey, selatan Phnom Penh. Dahulunya tempat ini merupakan sekolah menengah

atas bernama Tuol Svay Prey High School, namun setelah kejatuhan Kamboja ke tangan Khmer

Merah, tempat ini diubah menjadi penjara. Tercatat sejak tahun 1976 sekitar 20-30 orang

dieksekusi mati di tempat ini setiap harinya. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 1978, sekitar

100-250 orang diseksekusi mati. Setelah kejatuhan Khmer Merah, Tuol Sleng dijadikan Museum

untuk mengenang tragedi Khmer Merah. Lebih lanjut mengenai penjara S21 lihat: Khmboly Dy, A

History of Demokratic Kampuchea 1975-1979, (Phom Penh: Document Center of Cambodia,

2007), hlm. 48-55. 60

Ysa Osman, OUKOUBAH Justice fot the Cham Muslim, hlm. 6. 61

Farina So, The Hijab of Cambodia, Memories of Cham Muslim Women After the

Khmer Rouge, (Phnom Penh: Document Center of Cambodia, 2011), hlm. 55.

Page 86: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

72

dikuatkan dengan deklarasi Khmerisasi yang dilakukan oleh Khmer Merah, yang

berbunyi:

“There in Kampuchea Revolution. In Kampuchea there is one nation and one

language, the Khmer language. From now and the various nationalities

(listed according to province) do not exist any longer in Kampuchea.

Therefore (Cham) individuals any change their names by taking news similiar

to Khmer Names. The Cham Mentality (Cham national, language, costume,

habits, and religion) are abolished. Those who do not abide by this order will

reap all consecuences.”62

Terjemahan:

Ini adalah revolusi Kamboja. Di Kamboja hanya ada satu negara dan satu

bahasa, yaitu bahasa Khmer. Mulai sekarang semua jenis kebangsaan tidak

diperkenankan berada di Kamboja. Oleh karena itu setiap orang (Cham) harus

mengganti nama mereka dengan nama baru serupa dengan nama Khmer.

Identitas etnis Cham (kewarganegaraan Cham, bahasa, pakaian, kebiasaan,

dan agama) dihapuskan. Bagi siapa saja yang tidak mematuhi peraturan akan

menerima konsekuensianya.

Berdasarkan fakta tersebut, dapat disimpulkan bahwa latar belakang etnis

juga menjadi salah satu faktor penindasan yang dilakukan Khmer Merah terhadap

umat Islam Kamboja demi tercapainya program Khmerisasi yang dilakukan oleh

pemerintah Khmer Merah.

Dalam hal ini terdapat kesenjangan antara teori dan fakta. Secara teori

Khmer Merah memberikan kebebasan bagi rakyatnya untuk mendapatkan haknya

dalam menjalankan kehidupannya. Khmer Merah juga tidak memandang rakyat

Kamboja sebagai sebuah kelas yang berbeda, baik dalam sudut pandang ekonomi

maupun etnis dan agama. Namun dalam praktiknya, Khmer Merah kerap kali

bersikap diskriminatif terhadap etnis selain Khmer, terutama dengan etnis Cham.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ricklef, bahwa Khmer Merah menspesifikan

62

Ibid., hlm. 56.

Page 87: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

73

diskriminasinya pada etnis minoritas seperti Cham dan Vietnam.63

Namun

menurut Ramlan Surbakti salah tim peneliti dari Universitas Airlangga memang

terdapat kesenjangan antara apa yang tertuang dalam konstitusi dan praktik di

lapangan.64

Menurut mereka, elite dan Konstitusi Khmer Merah tidak

menghendaki terjadinya hal tersebut. Namun kerap kali instruksi dilakukan

berbeda dan jauh dari apa yang telah menjadi aturan. Mereka para ketua distrik65

yang berkontak langsung dengan pekerja maupun dengan tahanan bertindak

semena-mena di luar apa yang telah digariskan.

Namun hal tersebut tidak berlaku bagi perburuan para loyalis rezim Lon

Nol. Karena Khieu Samphan dan Sihanouk menegaskan akan mengejar dan

mengeksekusi mati para petinggi dan loyalis rezim Lon Nol jika CPK berhasil

merebut tampuk kekuasaan dari tangan Lon Nol. Begitupun dengan kebijakan

Five Point Plans yang diterapkan pemerintah Khmer Merah pada umat Islam.

Kebijakan tersebut memang dirancang untuk mengeliminasi umat Islam Kamboja,

karena mereka dianggap sebagai ancaman. Melihat kebanyakan umat Islam

Kamboja hidup secara eksklusif, membuat mereka dapat dengan mudah

melakukan pemberontakan.

63

M.C Ricklef, Sejarah Asia Tenggara dari Masa Klasik Hingga Masa Kontemporer.

(Jakarta: Komunitas Bambu, 2013), hlm. 649. 64

Ramlan Surbakti dkk, Kampuchea Tahun 1975-1985. (Universitas Airlangga: Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 1990). 65

Ketua distrik merupakan kader-kader Khmer Merah yang biasanya diberikan

wewenang untuk mengawasi para pekerja, tanai, dan tahanan. Biasanya mereka berasal dari orang-

orang lama.

Page 88: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

74

D. Respons Muslim Kamboja terhadap Kebijakan Politik Khmer Merah

Setiap kebijakan pastinya menuai respons baik itu positif maupun negatif.

Langkah pemerintah Khmer Merah yang ingin melakukan perubahan secara

fundametal memang didukung oleh beberapa negara berhaluan komunis lain,

terutama China. Sejak naiknya Khmer Merah ke tampuk pemerintahan pada April

1975, masyarakat Kamboja sangat menaruh harapan besar terhadap Khmer

Merah yang dinilai pro terhadap rakyat, terutama kaum tani dan buruh. Maka dari

itu dengan cepat Khmer Merah mendapatkan simpati dari sebagian besar rakyat

Kamboja.

Namun harapan besar tersebut nampaknya harus digantung oleh sebagian

besar masayarakat Kamboja. Harapan besar mereka terhadap pemerintah Khmer

Merah berubah menjadi petaka dan neraka bagi Kamboja. Ada masalah dengan

konsep revolusioner Khmer Merah. Sehingga yang timbul adalah kesengsaraan,

bukanlah kesejahteraan, terlepas dari segala niat baik yang dicita-citakan Khmer

Merah, yakni Kamboja tanpa kelas sosial dan modern dalam sektor pertanian.66

Sekitar 2,5 juta orang harus meregang nyawa secara sia-sia pada masa rezim

Khmer Merah.67

Kebijakan-kebijakan pemerintah Khmer Merah yang terkesan

memberatkan dan menyudutkan para penganut agama dan etnis minoritas,

akhirnya membuat timbulnya respons berupa pembangkangan-pembangkangan

atau gerakan sosial. Meskipun pembangkangan ini tidak selalu respons dari

kebijakan melainkan terdapat beberapa faktor lain, yakni rasa jera masyarakat

Kamboja yang hidup di bawah tekanan, kelaparan, dan penyebaran wabah

66

“Rebutan Pulau Karena Minyak,” Kompas, 16 Juni 1975. 67

Mc Govern, “2,5 Juta Rakyat Kamboja Mati Kelaparan,” Merdeka, 24 Agustus 1978.

Page 89: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

75

penyakit. Berangkat dari berbagai permasalahan yang timbul itulah respons

negatif bermunculan di seluruh elemen masayarakat Kamboja, tidak terkecuali

dengan umat Islam.

Sebenarnya umat Islam Kamboja telah terlebih dahulu merespons

kebijakan-kebijakan pemerintah Khmer Merah. Respons tersebut berupa

pemberontakan pada tahun 1975. Pemberontakan yang terjadi pada tahun 1975

merupakan bentuk dari reaksi umat Islam yang menolak untuk merealisasikan

kebijakan pemerintah Khmer Merah yang tertuang dalam Five Point Plans yang

seakan memaksa umat Islam untuk menanggalkan agamanya. Selain itu umat

Islam juga menolak untuk masuk ke dalam organisasai Khmer Merah dan

menolak untuk mereformasi sektor pertanian sesuai dengan konsep Khmer Merah.

Umat Islam menolak masuk Khmer Merah karena ideologinya bertentangan

dengan nilai-nilai keislaman yang mereka anut. Penolakan tersebutlah yang

kemudian berbuah pemberontakan umat Islam di Kampong Cham. Namun

pemberontakan tersebut dengan cepat dipadamkan, karena tidak mendapat simpati

dari masyarakat lainnya. Di samping itu, Khmer Merah kala itu masih menjadi

organisasi yang kuat dan mendapat dukungan yang besar dari masayarakat

Kamboja. Khmer Merah kemudian menghancurkan desa-desa Muslim tersebut

dan memencarkan umat Islam ke berbagai penjuru wilayah Kamboja. Muslim

Kamboja juga ditetapkan sebagai musuh internal oleh Khmer Merah, sehingga

selama mereka berkuasa gerak-gerik mereka dipantau. Hal ini membuat umat

Islam Kamboja semakin tertekan, namun tidak berdaya untuk melakukan

tindakan.

Page 90: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

76

Buntut dari respons kebijakan dan tragedi kemanusiaan yang terjadi pada

masa ini adalah, pada pertengahan Juli 1978 terjadi pemberontakan besar-besaran

menentang pemerintahan Khmer Merah.68

Pemberontakan ini dipelopori oleh

sebagian besar rakyat dan tentara Kamboja. Pemberontakan terjadi hampir di

seluruh wilayah, terutama wilayah Svay Rieng, Prey Veng, Kampong Cham, dan

beberapa tempat lain.69

Pemberontakan ini memang tidak diumumkan langsung

oleh pemerintah Khmer Merah, melainkan melalui radio Hanoi. Karena

pemerintah Khmer Merah lebih cenderung tertutup jika terdapat informasi negatif

terkait negaranya. Menurut para pengungsi korban Khmer Merah, pemberontakan

ini memang telah dinanti-nantikan rakyat sejak lama.70

Sebelumnya rakyat

Kamboja masih memendam hasrat untuk memberontak, karena mereka tidak

memiliki kekuatan militer. Namun pasca invansi Vietnam hasrat memberontak

mereka kian membesar.

Pemberontakan ini merupakan reaksi dari ketertindasan rakyat Kamboja

selama kepemimpinan Khmer Merah. Kali ini Muslim Kamboja tidak sendiri

menentang Khmer Merah, melainkan bersama seluruh masyarakat Kamboja dan

tentara Vietnam, yang merupakan musuh utama Khmer Merah. Akhirnya pada 9

Januari 1979 Khmer Merah harus merelakan tampuk kekuasannya direbut oleh

Front Pembebasan Nasional Kamboja (Kampuchean National United Front for

National Salvation - KNUFNS) di bawah pimpinan Heng Samrin dan Hun Sen.

Seperti yang penulis singgung sebelumnya, bahwa lebih dari 2,5 juta

rakyat Kamboja mati karena kelaparan, penyakit, dan eksekusi mati, di mana

500.000 di antaranya adalah umat Islam. Pemerintah Khmer Merah memaksa

68

“Situasi Kamboja Gawat Lagi,” Merdeka, 13 Juli 1978. 69

“Situasi Kamboja Gawat Lagi,” Merdeka, 13 Juli 1978. 70

“Pemberontakan di Kamboja ?”, Kompas, 13 Juli 1978.

Page 91: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

77

rakyat Kamboja untuk bekerja keras di ladang dengan peralatan yang sangat

sederhana. Namun ketersediaan makanan yang tidak mencukupi akhirnya

membuat banyak rakyat Kamboja yang mati kelaparan. Selain itu penindasan

yang dilakukan juga menjadi cikal bakal bergeraknya masyarakat Kamboja

menentang pemerintahan Khmer Merah. Khmer Merah berubah dari pembebas

menjadi penindas dikarenakan keinginan mereka yang ingin melakukan

perubahan secara fundamental dan cepat, sehingga kekerasan dipandang sebagai

cara yang paling tepat.

Hal ini selaras dengan teori gerakan sosial dengan pendekatan konflik

yang dikemukakan Rafael Raga Maran. Umat Islam dan masyarakat Kamboja

yang mengalami kesulitan ekonomi sehingga banyak dari mereka yang mati

kelaparan. Pemerintah tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakatnya.

Karena rencana kedaulatan pangan yang direncanakan pemerintah Khmer Merah

tidak mencapai target. Sehingga rakyat menjadi korban. Selain itu berbagai

penyakit mulai menjangkiti masyarakat Kamboja. Hal ini dikarenakan lingkungan

yang kotor, di mana mayat-mayat banyak berserakan di jalan, pinggiran sungai,

danau, dan lubang-lubang pembantaian. Sehingga memicu timbulnya penyakit

yang menyerang warga. Selain itu kurangnya fasilitas kesehatan juga menjadi

faktor rendahnya tingkat kesehatan masayarakat Kamboja pada masa rezim

Khmer Merah. Di tambah lagi dengan ketertindasan rakyat akibat prilaku dan

kebijakan Khmer Merah terutama yang ditujukan kepada umat Islam. Beberapa

fakta tersebut yang kemudian menjadi faktor bergeraknya masyarakat Kamboja

menentang pemerintahan Khmer Merah. Hal ini memang tidak hanya dilakukan

Page 92: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

78

oleh umat Islam melainkan bersama masyarakat Khmer, termasuk dengan tentara

Vietnam yang menjadi musuh utama pemerintah Khmer Merah.71

71

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, (Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 41.

Page 93: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

79

BAB IV

MUSLIM KAMBOJA PASCA KEJATUHAN REZIM KHMER MERAH

A. Faktor Kejatuhan Rezim Khmer Merah

Pada 7 Januari 1979 pemerintah Khmer Merah harus merelakan tampuk

kekuasaannya diambil alih oleh Front Pembebasan Nasional Kamboja

(Kampuchean National United Front for National Salvation - KNUFNS).1

KNUFNS merupakan front persatuan yang didirikan oleh kader-kader Khmer

Merah pro Vietnam yang memberontak. Organisasi politik ini didirikan pada

tanggal 3 Desember 1978 dengan bantuan Vietnam, yang diumumkan melalui

radio Hanoi.2 Setidaknya terdapat beberapa faktor yang berhasil penulis rangkum

terkait faktor kejatuhan pemerintah Khmer Merah. Penulis membaginya menjadi

dua faktor yakni:

1. Faktor Internal

Faktor internal yang menyebabkan pemerintah Khmer Merah jatuh adalah

kegagalannya dalam merevolusi bidang pertanian. Dalam Rencana Empat

Tahunan (The Party’s Four Year to Build Socialism in All Fields) pemerintah

Khmer Merah mentargetkan 3 ton beras dalam 1 hektar.3 Hal ini ditingkatkan dari

masa sebelumnya. Namun target tersebut sulit dicapai karena beberapa faktor, di

antaranya, tidak menunjangnnya peralatan pertanian. Para petani di masa

pemerintahan Khmer Merah masih menggunakan sistem dan peralatan yang

1 Lebih jauh mengenai KNUFNS lihat: Pentti Hollappa, Kampuchea in The Seventies,

(Finlandia: Kampuchea Inquiry Commision, 1982), hlm. 24-28 2 Justus van der Kroef, Cambodia: From “Demokratic Kampuchea” To “People’s

Republic dalam, Asian Survei vol. XIX, No. 8, (University of California Press, 1979), hlm 731. 3 David P. Chandler dkk, Pol Pot Plans The Future: Confidental Leadership Document

From Demokratic Kampuchea 1976-1977, (New Haven: Yale University of Southeast Asian

Studies, 1988), hlm. 37.

79

Page 94: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

80

sederhana dalam mengelola lahan pertanian. Meskipun telah mendapatkan

bantuan alat-alat pertanian dari China, namun jumlahnya memang tidak memadai.

Ditambah dengan cuaca yang tidak mendukung, yang kerap kali menimbulkan

banjir dan kemarau berkepanjangan. Beras sebagai komoditas utama Kamboja

terus mengalami penurunan sejak tahun 1976. Akibatnya banyak rakyat Kamboja

yang mati kelaparan karena produksi beras dalam negeri tidak dapat mencukupi

kebutuhan rakyat. Sedangkan pemerintah Khmer Merah lebih memprioritaskan

pasokan beras untuk ekspor dan kebutuhan tentara Khmer Merah yang berada di

Phnom Penh.4

Dalam hal ini nampaknya pemerintah Khmer Merah terlalu memaksakan

dan hanya ingin menampakkan bahwa mereka sudah berhasil melakukan

swasembada beras. Padahal pada kenyataannya mereka jauh dari kata berhasil.

Memang semenjak kejatuhan Kamboja ke tangan rezim Khmer Merah, Kamboja

menjadi negara yang tertutup (Mistery State). Sehingga tidak diketahui secara

pasti kondisi negara tersebut. Pemerintah Khmer Merah lebih cenderung

menampilkan sisi baik dari pemerintahannya. Namun di balik itu semua tersimpan

banyak kebobrokan. Hal ini terungkap pasca kejatuhan pemerintah Khmer Merah.

Kegagalan pemerintah Khmer Merah dalam merevolusi bidang pertanian

berbuntut pada banyaknya rakyat yang mati dan tumbuhnya gerakan-gerakan

pemberontakan di berbagai daerah. Selain itu kekacauan perekonomian Kamboja

dikarenakan pemerintah Khmer Merah tidak mengeskploitasi sumber daya alam

lain seperti pertambangan, perdagangan, perikanan, dan beberapa sektor lainnya.

Khmer Merah hanya berfokus pada bidang pertanian dan industri. Sehingga ketika

4 Khamboly Dy, A History of Demokratic Kampuchea, hlm. 58

Page 95: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

81

bidang yang menjadi tumpuan tidak memenuhi ekspektasi, akibatanya fatal bagi

perekonomian Kamboja.

Faktor interal yang kedua adalah, timbulnya perpecahan dalam kubu

Khmer Merah. Sejak berdirinya Khmer Merah memang para kadernya telah

berselisih faham, sejak awal memang para kader Khmer Merah telah berbeda

prinsip mengenai kata revolusi.5 Sebagian kader Khmer Merah yang di bawah Pol

Pot menggaungkan slogan anti Vietnam. Sedangkan sebagian lainnya bersikap pro

terhadap Vietnam. Hal inilah yang pada masa selanjutnya menjadi cikal bakal

keretakan Khmer Merah. Karena perbedaan prinsip tersebut akhirnya kader-kader

Khmer Merah zona timur yang pro Vietnam seperti Pen Sovan, So Phim, Heng

Samrin dan Hun Sen akhirnya dianggap sebagai musuh oleh kubu Pol Pot dan

kawan-kawannya.

Sejak tahun 1976 Pol Pot berusaha melakukan pengawasan para kader

Khmer Merah zona timur yang disangka pro Vietnam dan memiliki

kecenderungan untuk memberontak.6 Puncak dari keretakan yang telah lama

terjadi adalah, pada bulan April-Mei 1978 pemerintah Khmer Merah di bawah Pol

Pot melakukan penculikan dan pembunuhan secara tiba-tiba kepada pemimpin

dan kader Khmer Merah di zona timur.7 Kader Khmer Merah zona timur

menganggap ini sebagai sebuah pengkhianatan. Dalam peristiwa tersebut So Phim

5 Menurut So Phim salah seorang pemimpin Khmer Merah zona timur, tujuan revolusi

adalah mengangkat standar hidup masyarakat, bukan mengurangi orang kaya dan menjadikannya

miskin atau memaksa rakyat dalam keadaan miskin seperti yang dilakukan Pol Pot. Ramlan

Subakti dkk, Kampuchea Tahun 1975-1979, (UNAIR: Fakultas Ilmu Soslal dan Ilmu Politik,

1990), hlm. 39. 6 Michael Vickery, Cambodia 1975-1982, (Boston MA: South End Press, 1984), hlm.

192. 7 Ramlan Subakti dkk, Kampuchea Tahun 1975-1979, (UNAIR: Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, 1990), hlm. 39.

Page 96: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

82

pemimpin Khmer Merah zona timur terbunuh, pemimpin lainnya seperti Pen

Sovan, Heng Samrin, dan Hun Sen berhasil melarikan diri ke perbatasan Vietnam.

Banyak kader Khmer Merah yang pro Vietnam akhirnya melarikan diri ke

dalam hutan dan bergabung dengan Vietnam. Kebanyakan dari kader Khmer

Merah yang memberontak adalah wilayah bagian timur (east zone),8 yaitu wilayah

yang berbatasan langsung dengan Vietnam dan memiliki jaringan yang kuat

dengan Vietnam. Mereka yang melarikan diri ke Vietnam inilah yang kemudian

menyusun strategi untuk menggulingkan pemerintahan Khmer Merah di bawah

Pol Pot. Para kader yang berada di Vietnam itulah yang kemudian membentuk

Front Penyelamatan Kamboja (KNUFNS) yang pada akhirnya dapat mengambil

alih pemerintahan Kamboja dari tangan Khmer Merah.

Faktor Internal yang terakhir adalah hilangnya dukungan rakyat terhadap

pemerintah Khmer Merah. Simpati rakyat Kamboja yang ditujukan pada masa

awal kepemimpinan Khmer Merah telah pupus. Cita-cita rakyat Kamboja hidup

dalam kesejahteraan tinggal angan belaka. Khmer Merah menganggap bahwa

rakyat masih berpihak pada mereka. Khmer Merah tak menyadari bahwa segala

kebijakan dan tindakan Khmer Merah telah membuat rakyat menderita. Maka

dari itu rakyat Kamboja seakan telah frustrasi hidup dalam bayang kesengsaraan.

Analisa penulis terhadap hilangnya dukungan rakyat terhadap pemerintah Khmer

Merah adalah, pada saat Vietnam melakukan invansi ke wilayah Kamboja pada

tahun 1978, rakyat Kamboja tidak membantu tentara Khmer Merah dalam

menghadang invansi Vietnam. Padahal Sihanouk dan Khieu Samphan telah

memprovokasi rakyat agar bersama menentang agresi Vietnam. Namun yang

8 Khamboly Dy, A History of Demokratic Kampuchea, (Phnom Penh: Document Center

of Cambodia, 2007), hlm.58.

Page 97: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

83

terjadi sebaliknya rakyat menjadikan moment ini sebagai waktu yang tepat untuk

memberontak kepada rezim Khmer Merah. Hal ini menyebabkan jatuhnya

Kamboja di tangan militer Vietnam dengan mudah karena rakyat Kamboja tidak

mendukung lagi pemerintahan Khmer Merah.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang menyebabkan kejatuhan Khmer Merah adalah

perseteruan panjang antara Kamboja dan Vietnam. Khmer Merah memang pada

awalnya merupakan kepanjangan organisasi dari ICP dengan Vietnam sebagai

aktor sentralnya. Indocina Communist Partylah yang banyak memberikan

inspirasi bagi berdirinya Khmer Merah. ICP juga berjasa memberikan pelatihan

militer bagi kader-kader Khmer Merah. Namun dalam perjalanannya terjadi

selisih faham antara komunis Kamboja di bawah Pol Pot dan komunis Vietnam di

bawah Ho Chi Minh. Khmer Merah juga merasa dikhianati oleh komunis Vietnam

dalam perjanjian Jenewa. Karena Ho Chi Minh menyetujui pembubaran Khmer

Merah dalam konferensi tersebut. Selain itu Khmer Merah di bawah Pol Pot

sangat menentang hegemoni Vietnam atas negara-negara Indocina.9 Berawal dari

beberapa permasalahan tersebutlah hubungan kedua negara penganut ideologi

serupa ini mulai pecah. Ditambah lagi slogan anti Vietnam yang terus digaungkan

oleh Pol Pot membuat perselisihan di antara keduanya semakin memanas.

Puncaknya ialah pada tahun 1977 ketika Khmer Merah melakukan

serangan membabi buta ke Vietnam. Peristiwa ini menyebabkan ribuan rakyat

Vietnam meregang nyawa.10

Selain itu Pol Pot juga melakukan pengusiran 50.000

9 John Tully, A History of Cambodia From Empire to Survival, (Australia: Allen &

Unwin, 2005), hlm. 191. 10

Ibid.,

Page 98: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

84

etnis Vietnam ke luar Kamboja.11

Menanggapi tindakan pemerintah Khmer Merah

tersebut, pemerintah Vietnam pada tanggal 15 Desember 1978 melakukan invansi

ke basis utama Khmer Merah dengan mengirimkan pasukan mereka ke perbatasan

dan mulai menyerang tempat-tempat yang menjadi pusat kekuasaan Khmer

Merah.12

Selain dendam masa lalu, perang ini merupakan dampak dari

persengketaan wilayah antara kedua negara tersebut. Kamboja dan Vietnam

mempersengketakan pulau Phu Qoich yang diduga di sana terdapat sumber

minyak bumi.13

Hubungan keduanya semakin memburuk ketika Kamboja

memutuskan hubungan diplomatik dengan Vietnam.14

Peseteruan berkepanjangan inilah yang kemudian menumbuhkan

keinginan Vietnam untuk menggulingkan rezim Khmer Merah di bawah Pol Pot.

Dengan serangan Vietnam yang membabi buta tersebut, diharapkan Kamboja

mulai melemah dan menyetujui batas wilayah dengan Vietnam. Namun

sebenarnya Vietnam memiliki niat yang lebih dari sekedar melemahkan Kamboja

dan mendapatkan pulau Phu Qoich, Vietnam ingin menjatuhkan rezim Pol Pot

melalui kader-kader Khmer Merah yang pro Vietnam.

Heng Samrin merupakan salah satu dari sekian banyak kader Khmer

Merah pro Vietnam yang melarikan diri ke Vietnam karena kejaran Pol Pot. Di

Vietnam Heng Samrin bersama kader komunis Vietnam kemudian mendirikan

KNUFNS pada tanggal 3 Desember 1978. Ia sekaligus ditunjuk sebagai ketuanya

didampingi oleh Hun Sen dan beberapa sahabatnya. KNUFNS di bawah Heng

11

Ramlan Subakti dkk, Kampuchea Tahun 1975-1979, (UNAIR: Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, 1985), hlm. 70-71. 12

Pentti Hollappa, Kampuchea in The Seventies, (Finlandia: Kampuchea Inquiry

Commision, 1982), hlm. 24. 13

cari 14

John Tully, A History of Cambodia From Empire to Survival, (Australia: Allen &

Unwin, 2005), hlm. 191.

Page 99: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

85

Samrin bersama tentara Vietnam akhirnya berhasil menguasai ibukota Phnom

Penh dan mengambil alih Kamboja dari tangan Khmer Merah pada 7 Januari

1979. Sementara itu para pemimpin Khmer Merah seperti Pol Pot, Kheu

Samphan, Noun Chea, dan beberapa pemimpin lainnya melarikan diri ke

Battambang menggunakan helikopter. Setelah itu mereka melarikan diri ke

perbatasan Thailand, dan di sana mereka meminta agar diizinkan untuk masuk ke

wilayah Thailand untuk melanjutkan pelariannya ke Peking.15

Dengan ini

berakhirlah karier Pol Pot dan kawan-kawan dalam panggung kekuasaan

Kamboja. Khmer Merah telah memberikan luka yang medalam bagi umat Islam di

Kamboja khususnya dan umumnya bagi seluruh rakyat Kamboja.

Tiga hari setelah KNUFNS berhasil mengambil alih pemerintahan dari

tangan Khmer Merah, Heng Samrin sebagai pemimpin KNUFNS

mendeklarasikan diri sebagai presiden. Heng Samrin memulai babak baru

perjalanan politik Kamboja dengan mengubah kembali Kamboja menjadi negara

yang menganut sistem Republik (People Republic of Kampucha – PRK).16

Heng

Samrin dan Hun Sen sebenarnya merupakan kader Khmer Merah pada masa Pol

Pot, namun mereka lebih memiliki kecenderungan terhadap Vietnam. Mereka

inilah kader Khmer Merah yang menjadi target pembunuhan oleh Pol Pot karena

dianggap sebagai pengkhianat.

B. Muslim Kamboja di Bawah Rezim People Republic of Kampuchea

1. Kebijakan Politik PRK terhadap Penganut Agama di Kamboja

15

“Ieng Sary and Khieu Samphan Try to Escape to Peking,” Warta Berita Antara, 11

Januari 1979. 16

Pentti Hollappa, Kampuchea in The Seventies, (Finlandia: Kampuchea Inquiry

Commision, 1982), hlm. 24.

Page 100: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

86

PRK di bawah Heng Samrin dan Hun Sen memulai babak baru bagi

perjalanan politik Kamboja. Mereka memiliki tugas yang sangat berat, karena

harus mengembalikan mental masyarakat Kamboja setelah terpuruk selama

kepemimpinan Khmer Merah. Tidak hanya mental, perbaikan dalam aspek sosial,

ekonomi, dan hubungan internasional juga menjadi pekerjaan rumah yang harus

diselesaikan oleh Heng Samrin. Belum lagi ancaman mantan petinggi Khmer

Merah yang terus membayangi.

Kepada rakyat Kamboja Heng Samrin berjanji akan mulai memperbaiki

dan menstabilkan semua permasalahan yang timbul, baik menyangkut

perekonomian, sosial, maupun hubungan internasional. Heng Samrin bersikeras

untuk membangun kembali Kamboja menjadi wilayah yang damai, independen,

dan netral.17

Dalam pembangunan perekonomian, rezim PRK tetap memfokuskan

pada bidang pertanian. Karena pertanian menjadi salah satu potensi utama yang

harus dimaksimalkan. Para petani mulai diperhatikan kesejahteraannya, dan mulai

diatur waktu kerjanya, yakni 8 jam dalam sehari.18

Rezim PRK tetap masih mempertahankan ide-ide sosialis Khmer Merah.

Hal ini jelas tertuang dalam Konstitusi PRK yang menyebutkan bahwa dasar

ideologi negara Kamboja di bawah PRK adalah ideologi Marxisme-Leninisme.19

Tidak heran, karena kebanyakan kader kader PRK merupakan alumni dari Khmer

Merah, ide-ide komunis masih kuat tertancap dalam jiwa mereka. Namun ide-ide

revolusioner mulai ditanggalkan. Perubahan dilakukan dengan cara perlahan

17

John Tully, A History of Cambodia From Empire to Survival, (Australia: Allen &

Unwin, 2005), hlm. 198. 18

Ibid., hlm. 198 19

Hal ini tertuang dalam konstitusi PRK 1978 Bab 1 pasal 14. Lebih lanjut lihat: Michael

Vickery, Kampuchea Politic, Economics, and Society, (London: Frances Pinter Publisher, 1986),

hlm. 100.

Page 101: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

87

namun pasti. Selain memperbaiki sektor pertanian, rezim PRK juga kembali

menstabilkan sektor keuangan, setelah sebelumnya penggunaan uang dilarang

pada masa Khmer Merah. Selanjutnya rezim PRK juga memperbaiki sistem

perdagangan yang sebelumnya tidak berkembang pada masa Khmer Merah.

Fasilitas kesehatan dan pendidikan juga menjadi sektor yang tak luput dari

pembangunan.

Rezim PRK memberikan kebebasan hidup bagi setiap keluarga. Dan yang

menjadi kabar gembira bagi seluruh penganut agama di Kamboja adalah,

dibolehkannya mereka untuk menganut dan menjaga kepercayaan mereka.20

PRK

dalam konstitusinya jelas memberikan kebebasan bagi warga negara Kamboja

untuk berpendapat, berkumpul, dan menjaga keyakinan.21

Hal ini berdampak pada

kehidupan umat beragama di Kamboja. Tidak hanya agama besar seperti agama

Budha yang merasakan dampak dari kebaikan ini. Umat Islam yang menjadi

mayoritas kedua di Kamboja juga merasakan dampak positIf dari kebijakan ini.

Umat Islam di bawah rezim PRK tidak lagi menyandang status sebagai musuh

internal, melainkan sebagai warga negara biasa yang statusnya disamakan.

Keberadaanya tidak lagi terdisikriminasi karena satu dan lain hal, mereka mulai

terintergrasi dengan baik dengan masyarakat Khmer dalam berbagai sektor. Jika

sebelum dan pada masa Khmer Merah umat Islam seakan menjadi masyarakat

kelas dua, maka pada masa rezim PRK mereka bebas berbaur di setiap sektor.

20

Michael Vickery, Kampuchea Politic, Economics, and Society, hlm. 161 21

Kebijakan ini tertuang dalam poin ke empat dari 11 poin program yang dicanangkan

PRK ketika hendak mengambil alih Kamboja dari tangan Khmer Merah. Michael Vickery,

Kampuchea Politic, Economics, and Society, hlm. 161.

Page 102: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

88

2. Partisipasi Politik Umat Islam Kamboja

Umat Islam Kamboja bersama Khmer dan tentara Vietnam telah bersama

menggulingkan rezim Khmer Merah yang dianggap tirani. Math Ly menjadi salah

satu tokoh Muslim yang cukup menjadi sorotan. Ia menjadi salah satu pemimpin

Muslim yang juga terlibat langsung dalam proses penggulingan rezim Khmer

Merah bersama rakyat Kamboja dan tentara Vietnam.22

Sebelumnya ia memang

seorang kader Khmer Merah yang Pro Vietnam. Setelah kejatuhan rezim Khmer

Merah umat Islam tidak lagi dipandang sebelah mata. Kehadiran mereka cukup

memberikan warna bagi kancah perpolitikan Kamboja.

Jika pada masa pemerintahan Khmer Merah umat Islam masuk ke dalam

daftar musuh internal yang menjadi target pembunuhan, maka pada masa PRK

umat Islam diberikan keluangan untuk berpartisipasi secara langsung dalam

pemerintahan Kamboja. Meskipun keberadaan mereka tetap minoritas, namun

suara mereka tetap terakomodir. Terbukti setelah kejatuhan pemerintah Khmer

Merah, Math Ly dipercaya untuk menjabat sebagai salah satu menteri dalam

rezim PRK. Ia menjabat sebagai Presiden Federasi Persatuan Perdagangan

(President Federation of Trade Union). Selain itu seorang Muslim Cham lain,

yakni Van Math juga terlibat dalam organisasi KNUFNS. Beberapa orang Muslim

lain juga menjabat di berbagai institusi kenegaraan yang berbeda.

Melihat berbagai fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa rezim PRK

sangat memberikan ruang kebebasan bagi setiap lapisan masyarakat Kamboja

untuk berpartisipasi dalam kancah perolitikan. Selain itu PRK juga mengakomodir

suara umat Islam dengan menyertakan beberapa perwakilan umat Islam pada

22

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, (Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 41.

Page 103: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

89

beberapa posisi penting dalam institusi kenegaraan. Hal ini menunjukkan bahwa

hubungan baik telah terjalin kembali antara Muslim Kamboja dengan pemerintah.

Meskipun minoritas dalam etnis dan agama, namun suara-suara umat Islam

terakomodir dengan baik. Hal ini terjadi karena umat Islam Kamboja telah

menunjukkan pengabdiannya pada tanah air mereka yakni Kamboja, terutama

dalam perjuangan menjatuhkan pemerintahan tirani Khmer Merah.

Setelah berakhirnya rezim PRK pada tahun 1989, umat Islam Kamboja

kembali menemukan asa untuk terus bangkit dan maju. Sejak masa PRK memang

umat Islam Kamboja tengah disibukkan dengan perbaikan-perbaikan di berbagi

aspek, terutama fasilitas ibadah dan pendidikan Islam. Mengingat pada masa

pemerintahan Khmer Merah kedua institusi tersebut banyak yang

diluluhlantakkan. Pasca berakhirnya rezim PRK kehidupan Muslim Kamboja

semakin membaik, terutama setelah ditetapkannya Konstitusi Kingdom of

Kampuchea pada tahun 1999, umat Islam makin diberikan keleluasaan untuk

menduduki berbagai posisi penting dalam pemerintahan, meskipun jumlahnya

tidak mayoritas. Menurut Mr Zakariyya Adam seorang sekretaris menteri

kebudayaan dan agama, pada masa ini jumlah umat Islam diperkirakan berjumlah

650.000 jiwa.23

Beberapa orang Islam ada yang menjabat di beberapa

kementerian. Seperti Kementerian Agama, Pemuda, dan Olahraga. Di antara

mereka juga ada yang masuk di parlemen. Bahkan beberapa distrik di Kampong

Cham juga dipimpin oleh orang Islam.24

Sejak tahun 1989 kondisi umat Islam

kian membaik. Terutama setelah menjalin komunikasi dengan berbagai Non

23

Omar Farouk dan Hiroyuki Yamamoto (ed), Islam at the Margins: The Muslim of

Indocina, (Kyoto University: Center of Integrated Area Studies, 2008), hlm. 72. 24

Lebih lanjut mengenai jabatan-jabatan yang dipegang oleh Muslim Kamboja lihat:

Omar Farouk dan Hiroyuki Yamamoto (ed), Islam at the Margins: The Muslim of Indocina,

(Kyoto University: Center of Integrated Area Studies, 2008), hlm.76.

Page 104: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

90

Gouvernment Orgaization – NGO. Muslim Kamboja sangat membutuhkan

bantuan-bantuan tersebut guna mengangkat kesejahteraan mereka. Karena untuk

bangkit Muslim Kamboja tidak hanya biasa mamanfaatkan bantuan pemerintah.

Sejak tahun 1993 tercatat mulai gencarnya para NGO masuk Kamboja

untuk memberikan berbagai bantuan. Langkah ini diawali dengan kedatangan

organisasi perdamaian bentukan PBB, UNTAC (United Nation Transition

Authority in Cambodia). Organisasi perdamaian ini memang bermaksud

membantu menciptakan kesetabilan politik di Kamboja setelah beberapa kali

Kamboja mengalamai kegagalan dalam menciptakan pemilu yang damai,

demokratis, dan terbuka.25

Organisasi bentukan PBB ini diisi oleh tentara

gabungan yang berasal dari Mesir, Malaysia, dan Indonesia.26

Sejak itulah

jaringan internasional Muslim Kamboja mulai terhubung dengan beberapa negara

dan NGO Islam dunia.

C. Kebangkitan Islam di Kamboja

Dalam bagian ini penulis meminjam istilah Azyumardi Azra yakni

kebangkitan atau renaissance untuk menggambarkan kondisi Muslim Kamboja

pasca kejatuhan rezim Pol Pot. Namun kebangkitan yang penulis maksud berbeda

dengan apa yang ditulis oleh Azyumardi Azra dalam bukunya Renaisans Islam di

Asia Tenggara. Kebangkitan Islam di Kamboja adalah istilah yang penulis

gunakan untuk menggambarkan perbaikan dan perkembangan kehidupan umat

Islam Kamboja dalam berbagai aspek pasca jatuhnya rezim Pol Pot. Perbaikan

25

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, (Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm.180-181 26

Ibid., 181.

Page 105: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

91

dan perkembangan tersebut meliputi beberapa aspek, di antaranya, jaringan

internasional, sosial-keagamaan, dan pendidikan.

1. Jaringan Internasional

Setelah empat tahun hidup terpuruk dalam bayang-bayang rezim Pol Pot,

umat Islam harus bangkit untuk menentukan arah nasib mereka. Mereka harus

tetap hidup dan bangkit di bawah naungan Kamboja sebagai nation-state mereka.

Mereka harus bergegas melakukan perbaikan-perbaikan dalam berbagai aspek,

tidak terkecuali jaringan internasional dengan negara-negara lain, terutama

negara-negara Islam. Penulis meletakkan jaringan internasional sebagai aspek

yang bangkit paling pertama karena melalui jaringan internasional inilah

kemudian Muslim Kamboja dapat memulai perbaikan-perbaikan dalam aspek

lainnya. Karena mustahil bagi mereka untuk melakukan perbaikan dengan

kekuatan sendiri. Apalagi dengan mengandalkan pemerintah yang tengah

disibukkan dalam program menstabilkan negara.

Sebelum rezim Pol Pot memerintah, sebenarnya umat Islam Kamboja

sudah memiliki relasi dengan beberapa negara Muslim di Timur Tengah, seperti

Saudi Arabia, Kuwait, Dubai, dan Mesir. Beberapa juga ada yang memiliki relasi

dengan negara-negara di Asia Tenggara seperti dengan Thailand Selatan, dan

Malaysia.27

Tak jarang pelajar-pelajar Muslim menjadikan negara-negara tersebut

sebagai destinasi pendidikan mereka. Namun pada masa pemerintahan Khmer

Merah, hubungan internasional ini mulai terputus, dikarenakan rezim Khmer

Merah melarangnya. Rezim Khmer Merah kala itu memanggil para pelajar yang

menuntut ilmu di luar negeri untuk kembali ke Kamboja. Namun sekembalinya

27

Saifullah, Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), hlm. 228-229.

Page 106: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

92

mereka banyak yang dibunuh. Karena para intelektual kala itu dianggap telah

terkontaminasi pikirannya. Dan dikhawatirkan akan menjadi ganjalan bagi rezim

Khmer Merah.

Namun selepas kejatuhan rezim Khmer Merah, hubungan internasional

tersebut terjalin kembali. Mata dunia internasional terutama negara-negara

Muslim mulai terbuka karena prihatin dengan keadaan Muslim Kamboja. Tanpa

bantuan dari negara-negara Muslim lain, nampaknya berbagai perbaikan-

perbaikan akan berjalan lamban, ditambah dengan mental mereka yang masih

terguncang. Maka dari itu, solidaritas yang timbul di kalangan negara-negara

Islam terhadap Muslim Kamboja, menjadi hal yang sangat penting bagi

kebangkitan Islam di Kamboja.

Seperti yang penulis sebutkan pada bagian sebelumnya, bahwa pada tahun

1993 berbagai organisasi baik pemerintah maupun non pemerintah mulai

berdatangan ke Kamboja. Hal ini diawali dengan kedatangan organisasi

perdamaian bentukan PBB, UNTAC yang di dalamnya diisi tentara Mesir,

Malaysia, dan Indonesia. Melalui merekalah jaringan internasional Muslim

Kembali terjalin, baik dengan negara Muslim Timur Tengah maupun Asia

Tenggara.

Tercatat beberapa organisasi non pemerintah (Non Goverment

Organization – NGO) dari berbagai belahan dunia telah menjalin hubungan

dengan Muslim Kamboja. Di antaranya, Rabithah Alam Islami di Mekkah,

Organisasi Konferensi Islam, Darul Arqom di Malaysia, dan Jamaah Tabligh.28

Selain itu juga terdapat NGO yang berasal dari Kuwait, yakni Revival of Islamic

28

Ibid., hlm. 229

Page 107: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

93

Heritage Soriety – RIHS. Pemerintah Malaysia, Brunei, dan Thailand Selatan juga

ikut berlomba menunjukkan aksi solidaritasnya. Bahkan Muslim Amerika Serikat

juga mulai menjalin hubungan dengan Muslim Kamboja. Jaringan internasional

yang terjalin tersebut yang pada akhirnya menjadi pangkal kebangkitan Muslim

Kamboja dalam aspek-aspek lain seperti sosial-keagamaan dan pendidikan.

2. Sosial-Keagamaan

Jaringan internasional yang terjalin membuat perbaikan dalam aspek sosial

keagamaan berjalan dengan cepat. Beberapa organisasi memberikan bantuan

untuk pembangunan masjid. Kerajaan Saudi Arabia memberikan bantuan sebesar

US$ 350.000 ,- untuk pembangunan masjid di Phnom Penh pada tahun 1994.

Selain itu Saudi Arabia juga memberikan bantuan sebesar US$ 100.000,- setiap

bulannya. Bantuan tersebut digunakan untuk aktivitas di sekolah Al-Qur’an, dan

organisasi Islam di Kamboja seperti, Cambodia Muslim Development Foundation

– CMDF dan Cambodia Islamic Youth Association - CIA.29

Selain Saudi Arabia,

Muslim Amerika Serikat juga memberikan bantuan sebesar US$ 500.000,- untuk

mendirikan masjid baru di wilayah Phum Trea di Kampong Cham.30

Orang Arab

Dubai juga tidak ketinggalan ikut bersumbangsih dalam pembangunan Kamboja.

Dubai memberikan bantuan dengan mendirikan 20 masjid dan beberapa sekolah

Islam di Kamboja.31

29

Osborn Milton, The Khmer Islam Community in Cambodia And its Foreign Patrons,

(Sydney: Lowy Isntitute for International Policy, 2004), hlm. 6. 30

Ibid., 31

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, (Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 184.

Page 108: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

94

Pada tahun 1990-an saja sudah terdapat sekitar empat ratus masjid yang

tersebar di seluruh Kamboja.32

Bahkan jumlah tersebut belum termasuk dengan

jumlah surau dan musholla yang belum terdapat estimasi pasti mengenai

jumlahnya. Kebanyakan masjid terkonsentrasi di Kampong Cham, terdapat sekitar

148 masjid yang tersebar di wilayah ini. Hal ini tidak mengherankan mengingat

Kampong Cham merupakan basis Muslim terbesar di Kamboja. Selain itu di

Kampong Chnnang terdapat sekitar 42 masjid. Dan di ibukota Phnom Penh

sendiri terdapat sekitar 12 masjid agung.33

Pertumbuhan masjid yang signifikan ini mengindikasikan bahwa tingkat

keberagamaan Muslim Kamboja semakin membaik pasca jatuhnya pemerintah

Khmer Merah. Selain itu hal ini juga mengindikasikan bahwa hubungan

pemerintah dan masyarakat Khmer yang mayoritas Budha dengan umat Islam

berjalan dengan baik. Mengingat bukan perkara mudah bagi minoritas untuk

menunjukkan eksistensinya di tengah kaum mayoritas, apalagi mendirikan rumah

ibadah. Maka dari itu, perkembangan tempat ibadah umat Islam menunjukkan

bahwa perlahan namun pasti umat Islam Kamboja menunjukkan kebangkitannya,

terutama dalam aspek keberagamaan dan sosial.

Selain tempat ibadah, umat Islam juga mengalami perkembangan dalam

sisi organisasi Muslim. Cambodian Muslim Development Foundation – CMDF

menjadi salah satu organisasi filantropi yang cukup berkembang di Kamboja.

Organisasi ini dipimpin oleh Osman Hasan, sekretaris ketenagakerjaan dan elite

Cham yang memiliki kedekatan dengan grand mufti, Komarudin Yosuf.

Organisasi ini bergerak dalam segala bidang, baik menyangkut keagamaan, sosial,

32

Omar Farouk dan Hiroyuki Yamamoto (ed), Islam at the Margins: The Muslim of

Indocina, (Kyoto University: Center of Integrated Area Studies, 2008), hlm. 72. 33

Ibid.,

Page 109: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

95

dan ekonomi. Sebagai contoh, CMDF mendirikan masjid, sekolah, memberikan

bantuan modal, mendirikan fasilitas kesehatan, menerjemahkan al-Qur’an ke

dalam bahasa Khmer dan Jawi, dan beberapa kegiatan lainnya.34

3. Pendidikan

Pendidikan memainkan peran sentral dalam setiap pembangunan

peradaban, begitupun dengan kebangkitan Islam di Kamboja. Pendidikan menjadi

aspek yang tak ketinggalan. Sebelumnya memang Muslim Kamboja sempat

menjalin kerjasama dalam hal pendidikan dengan beberapa negara Timur Tengah

seperti Mesir, Arab Saudi, dan Kuwait. Begitupun dengan beberapa negara

tetangganya seperti Thailand dan Malaysia. Namun hubungan tersebut terputus

ketika Khmer Merah berkuasa.

Sebelum tahun 1975 penyelenggaraan pendidikan Islam dilakukan di

madrasah (Koranic school), masjid, surau, ataupun rumah tuon. Sebelum rezim

Khmer Merah berkuasa jumlah instansi pendidikan Islam berupa madrasah atau

Koranic School memang sangat terbatas, hanya terdapat sebelas sekolah al-Qur’an

yang tersebar di lima provinsi,35

Hal ini disebabkan karena jumlah tenaga

pengajar yang masih sangat terbatas. Sedangkan untuk institusi pendidikan yang

diselenggarakan di masjid, surau, dan rumah tuon, belum terdapat data yang jelas

mengenai estimasi jumlahnya sebelum tahun 1975. Namun jika melihat

pertumbuhan masjid sebelum tahun 1975 jumlahnya berkisar 113 buah masjid

yang tersebar di beberapa distrik. Besar kemungkinan masjid-masjid tersebut juga

digunakan sebagai basis pendidikan umat Islam.

34

Yekti Maunati dan Betti Rosita Sari (ed), The Cham Diaspora in Southeast Asia Social

Integration and Transnational the Case of Cambodia, (Jakarta : LIPI Press, 2013), hlm. 184-185. 35

Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho Damdin

Printing Press, 1974), hlm. 43.

Page 110: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

96

Pada saat Khmer Merah berkuasa seluruh masjid dan instansi pendidikan

ditutup. Seluruh masyarakat Kamboja dilarang untuk sekolah. Hal ini

menyebabkan banyak masyarakat Kamboja yang akhirnya mengalami buta huruf.

Buku-buku pelajaran mengenai agama Islam dan al-Qur’an juga dilarang beredar.

Hal ini yang akhirnya membuat pendidikan umat Islam mengalami keterpurukan.

Pasca Khmer Merah berkuasa, umat Islam mulai bangkit dan kembali

menyelenggarakan pendidikan Islam. Jasa dari negara-negara Muslim lain

menjadi hal yag tidak dapat dikesampingkan peranannya dalam pembangunan

pendidikan Islam di Kamboja. Terdapat sekitar 300 madrasah atau koranic school

di Kamboja. Masing-masing tersebar di 315 desa berbeda telah didirikan.36

Sistem pendidikan Islam di Kamboja juga masih menganut sistem

pendidikan Islam tradisional yang mereka adopsi dari Malaysia.37

Dalam hal

pendidikan Muslim Kamboja memiliki hubungan baik dengan instansi pendidikan

Islam di wilayah Kelantan dan Thailand Selatan. Maka dari itu, banyak pelajar

Muslim Kamboja yang melanjutkan studinya di Kelantan dan Pattani.38

Selain itu

Turki juga memainkan peranan penting dalam modernisasi pendidikan Islam di

Kamboja. Pada tahun 1997 didirikan Zaman International School di Phnom Penh.

Sekolah ini didirikan oleh Atilla Yusuf Guleker, salah seorang aktivis Gullen.39

36

Omar Farouk dan Hiroyuki Yamamoto (ed), Islam at the Margins: The Muslim of

Indocina, hlm. 72 37

Ibid., 73 38

Ibid., 39

Phillip Bruckmayr, Phnom Penh’s Fethullah Gȕlen School as an Alternative to

Prevalent Forms of Education For Cambodias Muslim Minority, Tersedia di:

http://gulenconference.org.uk/userfiles/file/Proceedings/Prcd%20-

%20Bruckmayr,%20P.pdf (akses: 08 Juli 2015)

Page 111: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

97

Sekolah ini memang tidak hanya mengakomodir orang-orang Islam saja, namun

masyarakat Kamboja secara umum.

Page 112: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

98

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai pemaparan hasil penelitian penulis, akhirnya terjawab

pertanyaan besar terkait rumusan masalah yang menjadi fokus kajian penulis.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah penulis himpun dan olah, akhirnya dapat

disimpulkan bahwa sedikitnya terdapat tiga motif yang melatarbelakangi

penindasan dan pembunuhan yang dilakukan oleh pemerintah Khmer Merah

terhadap Muslim Kamboja, diantaranya:

1. Motif pertama yang melatarbelakangi penindasan pemerintah Khmer Merah

terhadap Muslim Kamboja adalah keterlibatan elite Muslim Kamboja dalam

rezim Lon Nol. Muslim Kamboja memiliki kedekatan yang intens dengan

rezim Lon Nol, bahkan mereka menduduki beberapa jabatan penting dalam

pemerintahan Lon Nol. Keterlibatan umat Islam Kamboja dalam

pemerintahan Lon Nol membuat Khmer Merah menjadikan elite Muslim

Kamboja sebagai musuh internal.

2. Motif kedua yang menjadi pangkal penyebab umat Islam Kamboja

terdiskriminasikan dan menjadi target pembunuhan adalah penolakan umat

Islam terhadap kebijakan Five Point Plans yang diterapkan Khmer Merah dan

kebijakan Demokratic Kampuchea Constitution yang terkesan menyudutkan.

3. Motif ketiga adalah program Khmerisasi yang diterapkan oleh pemerintah

Khmer Merah. Khmer Merah ingin melakukan asimilasi dengan menjadikan

Khmer sebagai identitas nasional. Sehingga etnis minoritas seperti Cham dan

98

Page 113: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

99

Melayu dihapuskan, dan diasimilasikan dengan etnis Khmer. Dan yang sangat

disayangkan kebijakan ini dilakukan dengan paksaan bahkan tak jarang

kekerasan menjadi senjata yang dikerahkan.

Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah Khmer Merah yang yang tertuang

dalam Five Point Plans dan Demokratic Constitution 1976 terkesan menyudutkan

keberadaan umat Islam. Umat Islam yang merasa tersudutkan dengan kebijakan

pemerintah Khmer Merah akhirnya merespon kebijakan tersebut dengan

pemberontakan yang terjadi diberbagai daerah pada pertengahan Juli 1978.

Pasca kejatuhan Rezim Khmer Merah kehidupan umat Islam terus

mangalami perbaikan. Baik dalam jaringan internasional, sosial-keagamaan,

maupun pendidikan. Selain itu umat Islam juga menduduki beberapa posisi

penting dalam pemerintahan. Baik dalam kementerian, maupun dalam parlemen.

Masjid, institusi pendidikan Islam, dan organisasi Islam tumbuh bagaikan

cendawan di Musim hujan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kini Muslim

Kamboja berada dalam fase kebangkitan atau renaissance. Pengalaman mereka

pada masa Khmer Merah memang cukup menjadi kenangan kelam yang

menggoreskan luka di setiap benak saksi sejarahnya. Namun sebagaimana kata

pepatah, orang bijak adalah orang yang mau belajar dari sejarahnya. Nampaknya

kini sejarah Muslim Kamboja di bawah rezim Khmer Merah cukup dikenang dan

diambil hikmahnya. Belajar dari pengalaman sejarah tersebut, semoga di

kemudian hari peristiwa Muslim Kamboja di bawah rezim Khmer Merah tidak

terulang kembali. Kini Muslim Kamboja kembali bangkit dan mulai

menyongsong harapan mereka. Jumlah mereka terus bertambah meskipun mereka

tetap minoritas, namun keminoritasan mereka bukan menjadi alasan

96

Page 114: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

100

ketertinggalan dan perpecahan. Keharmonisan hidup mereka dengan etnis dan

agama lain dalam naungan Kamboja sebagai nation-state, menjadi indikasi

bahwa kebangkitan Islam di Kamboja semakin nyata adanya.

B. Penutup dan Saran

Melalui skripsi ini penulis berusaha untuk menjadi penggiat pengkajian

Islam di wilayah Indocina, khususnya Kamboja. Sebelumnya wilayah ini sepi

pengkaji, kebanyakan kajian sejarah Islam di Asia Tenggara mahasiswa Jurusan

Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora masih berfokus pada

negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Jumlah Muslim di Kamboja

memang terbilang minoritas, namun perlu diingat bahwa mereka mempunyai

sejarah panjang yang menarik untuk dikaji lebih mendalam untuk kelak dijadikan

pelajaran. Di Kamboja kini umat Islam berjumlah sekitar 650.000 jiwa atau

sekitar 6 persen dari total penduduk Kamboja. Jumlah demikian membuat

keberadaan mereka perlu diperhatikan dan mobilisasinya perlu diamati. Maka dari

itu, penulis memberikan beberapa saran bagi peneliti, penggiat, dan pengamat

Islam di Asia Tenggara, di antaranya:

1. Menjadikan negara-negara minoritas Muslim di wilayah Asia Tenggara

khususnya Indocina (Kamboja, Vietnam, dan Laos) untuk mulai dilakukan

pengkajian lebih komprehensif. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi dunia

penelitian saja, namun cukup untuk membuka mata dunia Islam untuk

menunjukkan bahwa keberadaan mereka penting untuk diperhatikan. Prospek

kebangkitan Islam Asia Tenggara setidaknya jangan hanya dilihat melalui

negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei

Darussalam. Namun dilihat dalam paradigma yang lebih luas, yakni Asia

Page 115: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

101

Tenggara dalam satu kesatuan wilayah. Sehingga jika benar apa yang

diramalkan oleh John L. Esposito dan Fazlurrahman mengenai kebangkitan

Islam di Asia Tenggara tidak hanya sebatas negara-negara mayoritas Muslim

yang berperan dalam kebangitan tersebut, namun umat Islam yang berada di

luar ketiga negara tersebut memiliki andil dalam mencapai renaissance

tersebut.

2. Penulis sadar betul akan kekurangan kajian ini. Penulis belum berhasil

menghimpun sumber-sumber primer secara maksimal. Hal ini dikarenakan

keterbatasan biaya dan waktu penelitian. Selain itu sumber pada masa

pemerintah Khmer Merah sulit untuk diungkap lebih jauh. Dikarenakan

pemerintah Khmer Merah memusnahkan dokumen-dokumen penting pada

masanya. Sementara itu sumber-sumber yang dipublikasikan oleh Document

Center of Cambodia sangat terbatas. Namun penulis berusaha semaksimal

mungkin untuk menghadirkan penelitian yang setidaknya mampu

menggerakkan langkah kaki para peneliti sejarah Islam di Asia Tenggara

untuk melirik negara-negara Indocina sebagai wilayah kajian. Maka dari itu,

penulis menyarankan agar para pengkaji-pengkaji selanjutnya dapat lebih

memaksimalkan sumber-sumber primer. Baik berupa wawancara, observasi,

maupun menghimpun dokumen otentik.

Wallau’alam Bishawwab.

Page 116: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Daftar Pustaka

Dokumen

Demokratic Kampuchea Constitution 1976 E3/259. (Phnom Penh: Document

Center of Cambodia). Tersedia di:

http://www.d.dccam.org/Archives/Documents/DK_Policy/DK_Policy_D

K_Constitution.htm (akses: 14 Mei 2014).

Demokratic Kampuchea a Workers and Peasants State in South-East Asia.

Embassy of Demokratic Kampuchea in Berlin, 1977. Phnom Penh:

Document Center of Cambodia (DC-Cam) Original (GB) File Number: D

55874. Tersedia di

http://www.d.dccam.org/Archives/Documents/pdf/Bulletin_of_the_Emba

ssy_of_Democratic_Kampuchea_in_Berlin_GDR_March_1977.pdf

(Akses 25 April 2015).

Khmer Republic. The Martyrdrom of Khmer Muslims. (Phnom Penh: Decho

Damdin Press, 1974). Tersedia di:

https://archive.org/stream/TheMartyrdomOfKhmersMuslims/MKM#page

/n1/mode/2up (Akses: 25 April 2015)

Surat Kabar

“Kembalinya Pengeran Sihanouk Akan Rupakan Kemenangan PM Chou,” Warta

Berita Antara, 4 April 1975.

“Sihanouk Tetap Tidak Mau Berunding Dengan Pemerintah Phnom Penh,“ Warta

Berita Antara, 5 April 1975.

“Pasukan Pemberontak Terobos Garis Pertahanan Beberapa Ratus Meter,” Warta

Berita Antara, 5 April 1975.

“Presiden Lon Nol di Bali Merasa Seperti di Tanah Sendiri,” Warta Berita

Antara, 5 April 1975.

“Lon Nol Harapkan Indonesia Usahakan Selenggarakan Perdamaian Khmer,”

Warta Berita Antara, 6 April 1975.

“Perundingan Damai Khmer di Bangkok,” Warta Berita Antara, 8 April 1975.

“Sukham Khoy: Tidak Ada Yang Bisa Menghalangi Penyerahan Tanpa Syarat

Kepada Khmer Merah,” Warta Berita Antara. 8 April 1975.

“Phnom Penh Falls Into Khmer Rouge Hands,” Warta Berita Antara, 17 April

1975.

“Salah Siapa Kamboja Komunis?,” Kompas, 18 April 1975.

“Phnom Penh Menyerah,” Kompas, 18 April 1975.

“Komuniskasi Phnom Penh Diputus,” Kompas, 19 April 1975.

“Red Khmer Execute Long Boret and Lon Nol,” Warta Berita Antara, 20 April

1975.

Page 117: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

“Rebutan Pulau Karena Minyak,” Kompas, 16 Juni 1975.

“Cambodia Remains Mystery State,” Warta Berita Antara, 18 Agustus 1975.

“Bloodbath in Cambodia,” Warta Berita Antara, 25 Agustus 1975.

“Situasi Kamboja Gawat Lagi,” Merdeka, 13 Juli 1978.

“Pemberontakan di Kamboja?”, Kompas, 13 Juli 1978.

Mc Govern, “2,5 Juta Rakyat Kamboja Mati Kelaparan,” Merdeka, 24 Agustus

1978.

“Kamboja Bagaimana Sesungguhnya Keadaannya Sekarang,” Merdeka, 21

Agustus 1978.

“Ieng Sary and Khieu Samphan Try to Escape to Peking,” Warta Berita Antara,

11 Januari 1979.

Jurnal dan Artikel

Bruckmayr, Philipp Phnom Penh’s Fethullah Gȕlen School as an Alternative to

Prevalent Forms of Education For Cambodias Muslim Minority, Tersedia

di: http://gulenconference.org.uk/userfiles/file/Proceedings/Prcd%20-

%20Bruckmayr,%20P.pdf (akses: 08 Juli 2015)

Farouk, Omar dan Hiroyuki Yamamoto. Islam at The Margins : The Muslim of

Indo China, Japan: Kyoto University, Center for Integrate Studies (CIAS),

2008. Tersedia di: http://www.cias.kyoto-

u.ac.jp/publish/files/2010/11/ciasdp03.pdf (akese: 8 Mei 2014).

Jackson, D. Karl. “Cambodia 1978: War, Pillage, and Purge in Demokratic

Kampuchea”. Dalam Asian Survey Vol. XIX, No. 1. University of

California Press, 1979.

Kroef, Justus M. Van der. “Cambodia: From “Demokratic Kampuchea” to

“Peoples Republic”. Dalam Asian Survey Vol. XIX, No. 1. University of

California Press, 1979.

Kiernan, Ben. “The Demography of Genocide in Southeast Asia, The Death Tolls

in Cambodia, 1975-1979 and East Timor, 1975-80”. Critical Asian

Studies, Routledge Taylor & Francis Group, 2003. Tersedia di :

http://www.yale.edu/gsp/publications/KiernanRevised1.pdf (akese: 8 Mei

2014).

Minorities in Cambodia. Minority Right Group International. (United Kingdom:

Manchester Press, 1995). Tersedia di:

http://www.minorityrights.org/download.php@id=418 (akses: 16

November 2014).

Musa, Muhammad Zain. “Champa: Runtuhnya Sebuah Kerajaan Melayu”. Jebat.

Vol 20, 1992.

_______________ “Perpindahan dan Hubungan Semasa Cham”. Jurnal Sari vol

26. Universitas Kebangsaan Malaysia, 2008.

_______________, “History of Education Among the Cambodian Muslim”.

Malaysia Journal History, Politic & Strategic Studies, vol 38. 2011.

Page 118: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Tersedia di:

http://www.ukm.my/jebat/images/upload/Mohd.%20Zain%20Musa%2038

%20(1)%20(July%202011).pdf (akses: 8 Mei 2014).

_______________, “Perkembangan Islam di Asia Tenggara: Kajian Kamboja”.

Salam (Jurnal Studi Masyarakat Islam), Volume 15 Nomor 2 (Desember

2012). Tersedia di:

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/salam/article/viewFile/1631/1768_um

m_scientific_journal.pdf (akses: 8 Mei 2014).

Osborn, Milton. The’Khmer Islam’ Community in Cambodia, ist Foreign Patrons.

Lowy Institute for International Policy, 2004. Tersedia di:

http://www.lowyinstitute.org/files/pubfiles/Osborne%2C_The_Khmer_Isla

m_community_v4.pdf (akses: 8 Mei 2014).

Okawa, Reiko. “Hidden Islamic Literature in a Cambodia: The Cham in the

Khmer Rouge Period”. International & Regional Studies No. 45. Meiji

Gakuin University, 2014. Tersedia di:

http://repository.meijigakuin.ac.jp/dspace/bitstream/10723/1919/1/kokusai

_45_1-20.pdf (akses: 22 Desember 2014).

Trankell, Ing-Brrit dan Jan Ovesan. “Muslim Minority in Cambodia. Dalam

Nordic Institute of Asia Studies No 4, (Desember 2004). Theme: Southeast

Asian Islam: Plurality, Tolerance, and Change. Jorgen Delman (ed).

Denmark: Nordic Institute of Asia Studies, 2004. Tersedia di:

http://nias.ku.dk/sites/default/files/files/C93DEd01.pdf (akses: 27 Mei

2014).

Buku

Abudrahman, Dudung. Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar. Ruzz

Media, 2007.

Cabaton, Anthony. “Orang Cham Islam di Indo-China Prancis”. Dalam Kerajaan

Champa. Echole D’Extreme-Orient, Jakarta: Balai Pustaka, 1981.

Chandel, David P. A History of Cambodia. United States of America: Westview

Press, 1983.

______________ dkk(ed). Pol-Pot Plans the Future Confidential Leadership

Document of Demokratic Kampuchea 1976-1977. Yale University

:Southeast Asian Studies, 1988.

Coedes, G. Sejarah Champa dari Awal Sampai 1471. dalam Kerajaan Champa.

Echole D’Extreme-Orient. Jakarta: Balai Pustaka, 1981.

______________. Asia Tenggara Masa Hindu Budha. Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia, 2010.

Dacil, Q Keo dan Nean Yin. Fact Sheet Pol-Pot and His Prisoners at Secret

Prison S-21. Phnom Penh: Document Center of Cambodia, 2011. Tersedia

di :

http://www.d.dccam.org/Archives/Documents/Confessions/pdf/FACT_SH

EET--Pol_Pot_and_His_Prisoners_at_Secret_Prison_S-21.pdf (akses: 8

Mei 2014).

Page 119: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Dahlan, Ahmad. Sejarah Melayu. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2014.

Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 7, (Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka, 1989).

Esposito, John L, dkk. Asia Islam in 21st Century. New York: Oxford University

Press, 2008.

______________, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern. Bandung: Mizan,

2001.

Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press, 2008.

Groslier, Bernard Philippe, Indocina Persilangan Kebudayaan, Jakarta :

Kepustakaan Populer Gramedia, 2007.

Holappa, Pentti. Kampuchea in the Seventies. Finland: Kampuchean Inquiry

Commission, 1982.

Kettani, M. Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press,

2005.

Khamboly, Dy, dkk. A History of Demokratic Kampuchea. Phnom Penh:

Document Center of Cambodia, 2007.

Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.

Loir, Hendri Chambert dan Hasan Muarif Hambary (ed). Panggung Sejarah.

Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011.

Lafont, P.B. “Tinjauan Sepintas Sejarah Bangsa Cham dari Abad XVI s.d Abad

XX”. Dalam Kerajaan Champa. Jakarta: Balai Pustaka, 1981.

Maunati, Yekti dan Betti Rosita Sari (ed). The Cham Diaspora in Southeast Asia

Social Integration and Transnational The Case of Cambodia. Jakarta :

LIPI Press, 2013.

Muthalib, Husiin. Islam in Southeast Asia. Singapore : Institute of Southeast Asia

Studies, 2008.

Ponchaud, Franҫois. Cambodia Year Zero. Canada: Pinguin Books, 1978.

Saifullah. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010.

So. Farina. The Hijab of Cambodia. Phnom Penh: Document Center of Cambodia,

2011. Tersedia di:

https://drive.google.com/file/d/0Bx9f8pHAAJGkNzAyYUtHRWF4bEpjak

NUT1FHRHhTV3dqOEpR/edit (akses: 17 Maret 2015).

Taouti, Seddik. “Forgotten Muslim in Kampuchea and Vietnam”. Dalam Ahmad

Ibrahim dkk, Readings on Islam ini Southeast Asia. Singapore: Institute of

Southeast Asian Studies, 1985.

The Peoples of Cambodia. Cambodia: Cambodia Research Network-CRN, 2007.

Maran, Rafael Raga. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

Reid, Anthony. Sejarah Modern Awal Asia Tenggara. Jakarta : LP3ES, 2004.

Page 120: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Ricklef, M.C. Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai

Kontemporer. Jakarta: Komunitas Bambu, 2013.

Surbakti, Ramlan dkk. Kampuchea Tahun 1975-1985 (mikro film). (Universitas

Airlangga: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 1990).

Thohir, Ajid. Studi Kawasan Dunia Islam Perspektif Etno Linguistik dan Geo-

Politik. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Thully, John. A Short History of Cambodia From Empire to Survival. Australia:

Allen & Unwin, 2005.

Osman, Ysa. OUKOUBAH Justice fot The Cham Muslims Under theDemocratic

Kampuchea Regime. Phnom Penh: Documentation Center of Cambodia,

2002. Tersedia di:

http://www.islamicpopulation.com/pdf/genocide%20against%20cham%20

muslim.pdf (akses: 8 Mei 2014).

_______________. The Cham Rebellion Survivors Stories from the Village.

Document Series No. 9. Phnom Penh: Document Center of Cambodia,

2006. Tersedia di:

http://www.muslimpopulation.com/pdf/Chamrebillion%20until%201979.p

df (akses: 8 Mei 2014).

Palmeri, Sonia. The Hidden Minorities : Representing Etnic Minorities and

Indigenous Peoples in Cambodia. Mexico: Inter Parliamentary Union,

2010.

Vickery, Michael. Cambodia 1970-1982. Boston MA: South end Press, 1999.

Vidjia, Phun dan Jennifer Hollighan, The Kingdom of Cambodia, Rule of Law for

Human Rights in the ASEAN Region: A Base-line Study. Tersedia di:

http://www.kas.de/wf/doc/kas_7179-1442-2-30.pdf?120718133414 (akses:

14 Mei 2014).

Yakob, Abdul Ghani. “Minority Islam di Indo-China”. dalam Minoriti Muslim

Cabaran dan Harapan Menjelang Abad 21. Bangi: Universitas

Kebangsaan Malaysia, 2002.

Page 121: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

LAMPIRAN

Lampiran 1.1 - Peta Kamboja Tahun 1976

Dipublikasikan oleh Ministry of Education of Democratic Kampuchea, 1976

Sumber: http://www.d.dccam.org/Projects/Maps/Mapping1976.htm (akses: 25 April 2015)

Page 122: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 1.2 – Kampong Cham, merupakan salah satu wilayah yang menjadi basis

terbesar umat Islam Kamboja

Sumber: Document Center of Cambodia, tersedia di:

http://www.d.dccam.org/Projects/Maps/Outreach%20Maps/03%20Kampong%20Cham.JPG

( akses: 25 April 2015)

Page 123: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 2.1 - Pangeran Norodom Sihanouk. Memerintah sejak tahun 1953 sampai 1970.

Sumber: http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/02368/Cambodia_2368769b.jpg (akses: 01 Juni 2015)

Lampiran 2.2 - Marsekal Lon Nol. Presiden Khmer Republic 1970-1975

Sumber: http://www.crosswordese.com/Images/nol.jpg (akses: 01 Juni 2015)

Page 124: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 3.1 - Hadji Les Kosem (kanan) sedang berjabat tangan dengan presiden Lon Nol (kiri)

dalam peresmian Khmer Islamic Community – CIS tahun 1974.

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho

Damdin Printing Press, 1974). Tersedia di:

https://archive.org/stream/TheMartyrdomOfKhmersMuslims/MKM#page/n1/mode/2up

(akeses: 25 April 2015)

Page 125: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 4.1 - Salah satu masjid yang berada di Kampong Loeo, Kandal.

Lampiran 4.2 - Masjid Ek Raingsei yang berada di Kampong Luong, Kandal.

Dua dari sekitar 25 masjid yang menjadi target penghancuran ICP pada tahun 1970.

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho Damdin Printing Press, 1974).

Tersedia di: https://archive.org/stream/TheMartyrdomOfKhmersMuslims/MKM#page/n1/mode/2up

(akeses: 25 April 2015)

Page 126: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 4.3 - Demonstrasi Muslim Kamboja di Phnom Penh dalam menolak agresi ICP di wilayah mereka tahun

1970-1975.

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho Damdin Printing Press, 1974).

hlm. 25. Tersedia di: https://archive.org/stream/TheMartyrdomOfKhmersMuslims/MKM#page/n1/mode/2up

(akeses: 25 April 2015)

Page 127: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 4.4 - Okhna Hadji Abdullah bin Idres atau Res Las

Salah satu pemimpin tertinggi umat Islam Kamboja (Grand Mufti) pada masa Lon Nol (1970-1975).

Haji Sulaiman Shukry Hadji Math Saleh Sulaiman

Wakil Mufti 1 Wakil Mufti 2

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho

Damdin Printing Press, 1974). Tersedia di:

https://archive.org/stream/TheMartyrdomOfKhmersMuslims/MKM#page/n1/mode/2up

(akeses: 25 April 2015)

Page 128: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

\

Lampiran 4.5 - Presiden Lon Nol sedang menerima kedatangan Hadji Res Las (Grand Mufti)

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho Damdin

Printing Press, 1974). hlm. 25.

Lampiran 4.6 - Presiden Lon Nol sedang menerima kedatangan delegasi Muslim Kamboja

yang dipimpin oleh Les Kosem

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho

Damdin Printing Press, 1974).

Page 129: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Komunitas Muslim pada masa rezim Lon Nol di Masjid Sharief, Provinsi Kandal.

Lampiran 4.7 - Komunitas Musim di Masjid Azhar, Provinsi Kandal

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho

Damdin Printing Press, 1974). Tersedia di:

https://archive.org/stream/TheMartyrdomOfKhmersMuslims/MKM#page/n1/mode/2up

(akeses: 25 April 2015)

Page 130: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Madrasah (Koranic School ) Chi Cangwar Knong, Phnom Penh

Lampiran 4.8 - Madrasah (Koranic School) Prek Pra, Provinsi Kandal.

Sumber: Khmer Republic, The Martydrom of Khmer Muslim, (Phnom Penh: Decho

Damdin Printing Press, 1974). Tersedia di:

https://archive.org/stream/TheMartyrdomOfKhmersMuslims/MKM#page/n1/mode/2up

(akeses: 25 April 2015)

Page 131: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 5.1 - Bendera Nasional Khmer Merah (Demokratic Kampuchea)

Merah sebagai lambang revolusioner, dan kuning sebagai lambang tradisi masyarakat Kamboja.

Sumber: Document Center of Cambodia (Dc-Cam)- Original (GB) File Number D55874.

Lampiran 5.2 - Lambang Negara Kamboja pada masa Khmer Merah (Demokratic Kampuchea)

Sumber: Document Center of Cambodia (Dc-Cam)- Original (GB) File Number D5587

Page 132: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 5.3 - Khieu Samphan, Presiden Rezim Khmer Merah (Demokratic Kampuchea) 1976-1979

Sumber: Document Center of Cambodia (Dc-Cam)- Original (GB) File Number D55874.

Lampiran 5.4 - Pol Pot/ Saloth Sar, Perdana Menteri Rezim Khmer Merah

(Demokratic Kampuchea) 1975-1979

Sumber: Document Center of Cambodia (Dc-Cam) .

http://www.d.dccam.org/Archives/Protographs/DK_Leaders.htm (akses 01 Juni 2015)

Page 133: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 5.5 - Tentara Khmer Merah memasuki ibukota Phnom Penh pada 17 April 1975

Sumber: Document Center of Cambodia. Tersedia di

http://www.d.dccam.org/Archives/Protographs/Toul%20Sleng%20Photos/slides/Dsc_001.html

(akses: 25 April 2015)

Page 134: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 5.6 - Proses dievakuasikannya warga Phnom Penh ke pedesaan tahun 1975

Sumber: file:///E:/Cambodia%2017%20APRIL%201975/8_files/april17.html

(akses: 25 April 2015)

Page 135: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 5.7 - Aktivitas pertanian pada masa Khmer Merah

Sumber: Document Center of Cambodia (Dc-Cam)- Original (GB) File Number D55874.

Lampiran 5.8 - Aktivitas perburuhan pada masa rezim Khmer Merah

Sumber: Documen Center of Cambodia (Dc-Cam)- Original (GB) File Number D55874. Tersedia di:

http://www.d.dccam.org/Archives/Documents/pdf/Bullestin_of_the_Embassy_of_Democratic_Kampuchea_in_Berl

in_GDR_March_1977.pdf (akses: 25 April 2015)

Page 136: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 5.9 - Ladang pembantaian di wilayah Svay Rieng

Sumber: Document Center of Cambodia. Tersedia di:

http://www.d.dccam.org/Archives/Protographs/Provincial_Photo-Archive/Svay%20Rieng/index.html

Lampiran 5.10 - Ladang Pembantaian di provinsi Kandal

Sumber: Document Center of Cambodia. Tersedia di:

http://www.d.dccam.org/Archives/Protographs/Provincial_Photo-Archive/Kandal/index.html

(akses: 25 April 2015)

Page 137: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 5.11 - Tuol Sleng atau Penjara S21 (Tampak Luar)

Sumber: Document Center of Cambodia. Tersedia di

http://www.d.dccam.org/Archives/Protographs/Toul%20Sleng%20Photos/slides/C26.8.5.html

(akses: 25 April 2015)

Lampiran 5.12 - Ilustrasi penyiksaan di penjara Tuol Sleng atau S21 koleksi Museum Tuol Sleng

Tersedia di: http://daviddareparker.photoshelter.com/image/I0000rM39vrLLtU4

(akses: 19 Juni 2015)

Page 138: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 6.1 - Daftar tahanan Muslim Kamboja di Penjara Tuol Sleng/S21 tahun 1975-1979

Sumber: Osman, Ysa. OUKOUBAH Justice fot The Cham Muslims Under theDemocratic Kampuchea Regime.

Phnom Penh: Documentation Center of Cambodia, 2002.

Page 139: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 6.2 - Daftar tokoh Muslim yang mati terbunuh pada masa pemerintahan

Khmer Merah 1975-1979

Sumber: Osman, Ysa. OUKOUBAH Justice fot The Cham Muslims Under theDemocratic Kampuchea Regime.

Phnom Penh: Documentation Center of Cambodia, 2002. hlm. 122-124.

Page 140: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 6.3 - Pejabat Muslim yang mati terbunuh pada masa pemerintahan Khmer Merah 1975-1979

Sumber: Osman, Ysa. OUKOUBAH Justice fot The Cham Muslims Under theDemocratic Kampuchea Regime.

Phnom Penh: Documentation Center of Cambodia, 2002. hlm.125.

Page 141: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Lampiran 7.1

DK Constitution

The Cambodian Constitutions (1953-1993) Collected and Introduced by Raoul M. Jennar

Democratic Kampuchea (1975-1979)

After the vote on 18 March 1970 dismissing him as Head of State, Prince NorodomSihanouk sent out an appeal from Peking for an armed uprising against the regime, which had taken power in Phnom Penh. The Communist movement which had been fighting the regime since 1968 rallied to the Prince, who created the Front National Uni du Kampuchea (FUNK) and a related Gouvernement Royal d'Union Nationale du Kampuchea (GRUNK). The North Vietnamese Army and the Vietcong brought decisive support to the embryonic FUNK forces. Little by little, the most radical elements of Cambodian communism—dubbed Khmer Rouge as early as 1970 by Prince Sihanouk—began to increase their influence within FUNK, of which they took control from 1973 on. The Vietnamese forces, which had signed the Paris Agreements at the beginning of the year, retreated to the frontier zones. While "frontism" remained the political practice in the combat zones, the first purges and massacres commenced in the so-called "liberated zones". Sihanouk supporters, moderate communists (or those suspected of sympathy for Hanoi) and reticent people, were the principal victims. On 17 April 1975 the Khmer Rouge forces entered Phnom Penh and set up the regime named Democratic Kampuchea. During a command group meeting in the Cambodian capital from 15 to 19 December 1975, the text of a Constitution was adopted, the principles of which had been decided at the end of April. It was promulgated on 5 January 1976. To establish this unofficial translation in English, we have relied on the translation published by David Chandler, "The Constitution of Democratic Kampuchea: The Semantics of Revolutionary Change", Pacific Affairs, Fall 1976; and Craig Etcheson, The Rise and Demise of Democratic Kampuchea, Colorado, Westview, 1984.

Preamble

On the basis of the sacred and fundamental desires of the people, workers, peasants, and other labourers as well as those of the fighters and cadres of the Kampuchean Revolutionary Army; and

Whereas a significant role has been played by the people, especially the workers, poor peasants, the lower middle peasantry, and other strata of labourers in the countryside and cities, who account for more than ninety-five percent of the entire Kampuchean nation, who assumed the heaviest responsibility in waging the war for the liberation of the nation and the people, made the greatest sacrifices in terms of life, property, and

Lampiran 7.1 – Konstitusi Khmer Merah 1976

Page 142: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

commitment, served the front line relentlessly, and unhesitatingly sacrificed their children and husbands by the thousands for the fight on the battlefield; Whereas great sacrifices have been borne by the three categories of the Kampuchean Revolutionary Army who fought valiantly, day and night, in the dry and rainy season, underwent all sorts of hardship and misery, shortages of food, medicine, clothing, ammunition, and other commodities in the great war for the liberation of the nation and the people; Whereas the entire Kampuchean people and the entire Kampuchean Revolutionary Army desire an independent, unified, peaceful, neutral, non-aligned, sovereign Kampuchea enjoying territorial integrity, a national society informed by genuine happiness, equality, justice, and democracy without rich or poor and without exploiters or exploited, a society in which all live harmoniously in great national solidarity and join forces to do manual labour together and increase production for the construction and defence of the country; And whereas the resolution of the Special National Congress held on 25, 26 and 27 April 1975 solemnly proclaimed recognition and respect for the above desires of the entire people and the entire Kampuchean Revolutionary Army; The Constitution of Kampuchea states:

Chapter One The State

Article 1 The State of Kampuchea is an independent, unified, peaceful, neutral, non-aligned, sovereign, and democratic State enjoying territorial integrity. The State of Kampuchea is a State of the people, workers, peasants, and all other Kampuchean labourers. The official name of the State of Kampuchea is "Democratic Kampuchea".

Chapter Two The Economy

Article 2 All important general means of production are the collective property of the people's State and the common property of the people's collectives. Property for everyday use remains in private hands.

Chapter Three Culture

Article 3 The culture of Democratic Kampuchea has a national, popular, forward-looking, and healthful character such as will serve the tasks of defending and building Kampuchea into an ever more prosperous country. This new culture is absolutely opposed to the corrupt, reactionary culture of the various oppressive classes and that of colonialism and imperialism in Kampuchea.

Chapter Four

Page 143: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

The Principle of Leadership and Work Article 4 Democratic Kampuchea applies the collective principle in leadership and work.

Chapter Five Legislative Power

Article 5 Legislative power is invested in the representative assembly of the people, workers, peasants, and all other Kampuchean labourers. This Assembly shall be officially known as the "Kampuchean People's Representative Assembly". The Kampuchean People's Representative Assembly shall be made up of 250 members, representing the people, the workers, peasants, and all other Kampuchean labourers and the Kampuchean Revolutionary Army. Of these 250, there shall be: Representing the peasants 150

Representing the labourers and other working people 50

Representing the revolutionary army 50

Article 6 The members of the Kampuchean People's Representative Assembly are to be elected by the people through direct and prompt general elections by secret ballot to be held throughout the country every five years. Article 7 The People's Representative Assembly is responsible for legislation and for defining the various domestic and foreign policies of Democratic Kampuchea.

Chapter Six The Executive Body

Article 8 The administration is a body responsible for executing the laws and political lines of the Kampuchean People's Representative Assembly. The administration is elected by the Kampuchean People's Representative Assembly and must be fully responsible to the Kampuchean People's Representative Assembly for all its activities inside and outside the country.

Chapter Seven Justice

Article 9 Justice is administered by people's courts, representing and defending the people's justice, defending the democratic rights and liberties of the people, and condemning any activities directed against the people's State or violating the laws of the people's State. The judges at all levels will be chosen and appointed by the People's Representative Assembly. Article 10 Actions violating the laws of the people's State are as follows: Dangerous activities in opposition to the people's State must be condemned to the

Page 144: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

highest degree. Other cases are subject to constructive re-education in the framework of the State's or people's organisations.

Chapter Eight

The State Presidium Article 11 Democratic Kampuchea has a State Presidium chosen and appointed by the Kampuchean People's Representative Assembly once every five years. The State Presidium is responsible for representing the State of Democratic Kampuchea inside and outside the country in keeping with the Constitution of Democratic Kampuchea and with the laws and political lines of the Kampuchean People's Representative Assembly. The State Presidium is composed as follows: a president, a first vice-president, and a second vice-president.

Chapter Nine The Rights and Duties of the Individual

Article 12 Every citizen of Kampuchea enjoys full rights to a constantly improving material, spiritual, and cultural life. Every citizen of Democratic Kampuchea is guaranteed a living. All workers are the masters of their factories. All peasants are the masters of the rice paddies and fields. All other labourers have the right to work. There is absolutely no unemployment in Democratic Kampuchea. Article 13 There must be complete equality among all Kampuchean people in an equal, just, democratic, harmonious, and happy society within the great national solidarity for defending and building the country together. Men and women are fully equal in every respect. Polygamy is prohibited. Article 14 It is the duty of all to defend and build the country together in accordance with individual ability and potential.

Chapter Ten The Capital

Article 15 The capital city of Democratic Kampuchea is Phnom Penh.

Chapter Eleven The National Flag

Article 16 The design and significance of the Kampuchean national flag are as follows: The background is red, with a yellow three-towered temple in the middle.

Page 145: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

The red background symbolises the revolutionary movement, the resolute and valiant struggle of the Kampuchean people for the liberation, defence, and construction of their country. The yellow temple symbolises the national traditions of the Kampuchean people, who are defending and building the country to make it ever more prosperous.

Chapter Twelve The National Emblem

Article 17 The national emblem consists of a network of dikes and canals, which symbolise modern agriculture, and factories, which symbolise industry. These are framed by an oval garland of rice ears, with the inscription "Democratic Kampuchea" at the bottom.

Chapter Thirteen The National Anthem

Article 18 The national anthem of Democratic Kampuchea is the "Dap Prampi Mesa Chokchey" ["Glorious Seventeenth of April"].

Chapter Fourteen The Kampuchean Revolutionary Army

Article 19 The three categories of the Kampuchean Revolutionary Army—regular, regional, and guerrilla—form an army of the people made up of men and women fighters and cadres who are the children of the labourers, peasants, and other Kampuchean working people. They defend the State power of the Kampuchean people and of independent, unified, peaceful, neutral, non-aligned, sovereign, and democratic Kampuchea, which enjoys territorial integrity, and at the same time they help to build a country growing more prosperous every day to improve and develop the people's standard of living.

Chapter Fifteen Worship and Religion

Article 20 Every citizen of Kampuchea has the right to worship according to any religion and the right not to worship according to any religion. Reactionary religions which are detrimental to Democratic Kampuchea and Kampuchean people are absolutely forbidden.

Chapter Sixteen Foreign Policy

Article 21 Democratic Kampuchea fervently and earnestly desires to maintain close and friendly relations with all countries sharing a common border and with all those near and distant throughout the world in conformity with the principles of mutual and absolute respect for sovereignty and territorial integrity. Democratic Kampuchea adheres to a policy of independence, peace, neutrality and non-alignment. It will permit absolutely no foreign country to maintain military bases on its

Page 146: MUSLIM KAMBOJA DI BAWAH REZIM KOMUNIS KHMER …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29022/1/DIRGA... · masalah konflik yang terjadi, baik horizontal maupun vertikal.

Sumber:

http://www.d.dccam.org/Archives/Documents/DK_Policy/DK_Policy_DK_Constitution.ht

m (Akses: 24/04/2015)

territory and is resolutely opposed to all forms of outside interference in its internal affairs, and to all forms of subversion and aggression against Democratic Kampuchea from outside, whether military, political, cultural, social, diplomatic, or humanitarian. Democratic Kampuchea refuses all intervention in the domestic affairs of other countries, and scrupulously respects the principle that every country is sovereign and entitled to manage and decide its own affairs without outside interference. Democratic Kampuchea remains absolutely within the great family of non-aligned nations. Democratic Kampuchea strives to promote solidarity with the peoples of the Third World in Asia, Africa, and Latin America, and with peace- and justice-loving people the world over, and to contribute most actively to mutual aid and support in the struggle against imperialism, colonialism, neo-colonialism, and in favour of independence, peace, friendship, democracy, justice, and progress in the world.