Murni Tumor Uterus

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini bangsa Indonsia tengah menyongsong visi kesehatan 2010, diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kesehatan, baik kesehatan ibu maupun kesehatan bayi dan balita. Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan kesehatan adalah angk kematian ibu dan perinatal yang semakin berkurang. Salah satu contoh usaha yaang dilakukan di bidang kesehatan khususnya pada ibu diantaranya oleh PORRO (1876) yaitu melaksanakan histrektomi pada kasus infeksi intra partal berat tanpa mengeluarkan janin dari dalam rahim. Usaha ini berhasil mencegah kematian ibu sehingga pada tahun 1980 di akui para sarjana secara luas. Dahulu histerektomi segera stelah sectio semata- mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat perdarahan dan infeksi yang bersumber dari rahim. Dewasa ini ditinjau dari sudut penderita tidak ada yang lebih penting selain perawatan pasca bedah karena SEMINAR KEGAWATDARURATAN NERS 07 PSIK UNHAS 1

Transcript of Murni Tumor Uterus

BAB II

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini bangsa Indonsia tengah menyongsong visi kesehatan 2010, diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kesehatan, baik kesehatan ibu maupun kesehatan bayi dan balita. Salah satu indikasi keberhasilan pembangunan kesehatan adalah angk kematian ibu dan perinatal yang semakin berkurang.

Salah satu contoh usaha yaang dilakukan di bidang kesehatan khususnya pada ibu diantaranya oleh PORRO (1876) yaitu melaksanakan histrektomi pada kasus infeksi intra partal berat tanpa mengeluarkan janin dari dalam rahim. Usaha ini berhasil mencegah kematian ibu sehingga pada tahun 1980 di akui para sarjana secara luas.

Dahulu histerektomi segera stelah sectio semata-mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu akibat perdarahan dan infeksi yang bersumber dari rahim.

Dewasa ini ditinjau dari sudut penderita tidak ada yang lebih penting selain perawatan pasca bedah karena perawatan ini memerlukan perahtian khusus dari staf keperawatan.

Perawatan pertama yang dilakukan setelah selesai operasi adalah pembalutan luka (Woundressing) dengan baik. Sebelum penderita di pindahkan ke dalam kamar operasi hendaklah memperhatikan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah, nadi pernapasan, jantun, jumlah cairan yang masuk dan keluar di ukur dan di catat. Pengukuran dan pencatatan ini diteruskan sampai beberapa jam pasca bedah sampai beberapa hari.

Dengan alasan ini kami merasa tertarik mengangkat kasus asuhan keperawatan klien dengan tumor uterus di ruangan gynekologi RSWS Makassar

B. Tujuan

Melalui makalah ini tujuan yang ingin dicapai adalah :

Tujuan Umum

Mengetahui gambaran umum tentang kasus tumor uterus dan perawatan pre dan pasca operasi

Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan.

2. Menetapkan diagnosa keperawatan

3. Menetapkan rencana keperawatan

4. Melaksanakan asuhan keperawatan

5. Melakukan evaluasi keperawatan

C. Manfaat

1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi institusi RS khususnya ruang gynekologi dalam memberikan perawatan pada kasus dengan tumor uterus

2. Pelaksanaan kasus seminar dapat menjadi masukan dan bahan informasi serta koreksi kepada mahasiswa dan institusi pendidikan untuk peningkatan skill dan ilmu kepada peserta didik.

BAB IIKONSEP TEORIA. Konsep Media Tumor UterusI. Definisi

Sel tumor adalah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara otonom , lepas dari pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dengan sel normal dalam bentuk dan strukturnya.

Tumor uterus adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus secara tidak terbatas tidak terkoordinasi pada uterus dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.

II. Bentuk Tumor Uterus

1. Tumor jinak ( benigna)

a. Mioma

Mioma uterus yang juga disebut Fibromioma uterus, Leromioma uterus, atau Uterina fibroid, adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus. Mioma merupakan tumor uterus yang ditemukan pada 20 25 % wanita diatas 35 tahun. Penyebabnya belum diketahui, tetapi diduga estrogen berperan penting.

b. Mioma uteri terdiri atas 3 jenis

Mioma intramural:Bila tumor itu dalam pertumbuhannya tetap tinggal dalam dinding uterus.

Mioma submukosa:Bila tumor itu tumbuh dan menonjol kearah cavum uteri

Mioma subserosa:Bila tumor tumbuh ke arah luar dan permukaan uterusc. Gejala dan tanda

Sebagian besar penderita mioma uterus tanpa gejala. Umumnya gejala yang ditemukan dari lokasi, ukurannya dan perubahan di dalam mioma tersebut :

a. Gangguan haid berupa menoragi dan dismenore

b. Perdarahan tidak normal seperti hipermenorac. Adanya keluhan miksi atau konstipasid. Keluhan umum seperti: rasa lelah, lemas, lesue. Keadaan sindrom perut akut karena torsi tangkai dan nekrosis

f. Pada inspeksi dan palpasi perut apalagi pemeriksaan vaginoabdominal uterus ditemukan membesar, keras dan berbenjol-benjol

Diagnosis ditentukan atas gejala dan tanda klinis. Pemeriksaan USG sangat membantu menentukan diagnosis sedangkan pemeriksaan histopatologik merupakan bukti terakhir

d. Penyulit

Komplikasi mendadak memerlukan tindakan segera. Torsi mioma subserosum menunjukkan gawat abdomen akibat gangguan sirkulasi dan nekrosis jaringan.

Walaupun jarang terjadi, mioma dapat berubah menjadi ganas. Kecurigaan terhadap sarkana timbul apabila suatu miomi uterus yang selama beberapa tahun tidak membesar sekonyong-konyong menjadi besar.

Pengobatan terdiri dari laparatomi, untuk mengeluarkan mioma (miomektomi). Mioma yang nekrotik atau ganggren segera lakukan histerektomi.

2. Tumor ganas uterus (Maligna)

1. a. Carsinoma serviks uterus

Carcinoma ini ditemukan terbanyak pada usia muda antara 30 dan 60 tahun. Penyebaran karsinoma serviks local perkontinuitatum adalah ke vagina, parametrium, buli-buli dan rectum. Penyebaran limfogen menuju ke kelenjar limfe.

b. Tanda dan gejala

Leukorea lama-kelamaan disertai bau busuk terjadi akibat nekrosis tumor

Nyeri panggul

Anemia merupakan tanda akibat perdarahan

c. Penatalaksanaan

Terapi pada prinsipnya terdiri dari pembedahan, radioterapi, kemoterapi. Metode mana yang dianjurkan bergantung dari tingkat klinis, usia penderita, tingkat penyakit, dan sarana yang tersedia. Histerektomi radikal dapat dilakukan secara abdominal atau vaginal

2. a. Carsinoma korpus uterus

Carcinoma ini paling banyak ditemukan pada wanita yang berusia 65 tahun keatas. Sedangkan dibawah umur 40 tahun jarang terlihat. Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan abnormal pada uterus.

Penyebaran karsinoma korpus uterus umumnya lambat dan melalui permukaan mukosa uterus ke jaringan sekitarnya. Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik. Jaringan endometrium yang diperoleh dengan kuret atau biopsy terarah dengan bantuan histeroskopi

b Penatalaksanaan

Pengobatan karsinoma corpus uterus tergantung dari tingkat klinis apakah diusulkan pembedahan, radiotherapy atau terapi hormonal. Pada kekambuhan penyakit setelah pengobatan diberikan hormon yaitu progesterone

III. PATOGENESIS

Meyer dan Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genitoblast .Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron dan tetosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.IV. PATOLOGI ANATAOMI

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks, hanya 1-3 % sisanya adalah korpus uteri.Menurut letaknya mioma dapat kita dapati sebagai berikut.

1. Mioma submukosum: berada dibawah endometrium dan menonjol kedalam rongga uteru.

2. Mioma intramural: mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometium

3. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar didnding uterus,sehingga menonjol pada permukaan uterus yang diliputi oleh serosa.

Mioma subserosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip kemudian dilahirkan melalui saluran serviks, jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam uterus.

Mioma uteri ini lebih didapati pada wanita nullipara atau yang kurang subur, faktor keturunan juga memegang peranan . Perubahan sekunder pada mioma uteri. Yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.Hal ini karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma

.

V. PERUBAHAN SEKUNDER

1. Atrofi : sesudah menopause atau sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

2. Degenerasi Hialin : Tumot kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.

3. Degenerasi Kistik ; Sebagian mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar agar dapat juga terjadi pembengkakan yang luas, dan bendungan limfe sehingga menyerupai limpangioma.

4. Degenerasi Membatu : Terutama terjadi pada wanita usia lanjut karena adanya gangguan sirkulasi .Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma ,maka mioma menjadi keras.

5. Degenerasi Merah : Diperkirakan karena suatu nekrosis su akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.

6. Degenerasi lemak : Jarang terjadi merupakan kelanjutan degenerasi hialin.VI. KOMPLIKASI

1. Degenerasi ganas

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histoligis uterus yang telah diangkat.Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi ( putaran )

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami putaran atau torsi,,timbul gangguan sirkula akut sehingga akan mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindroma abdomen akut.VII. GEJALA DAN TANDAGejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada mioma ini berada, ( serviks,intramural,submukus,subserus) besarnya tumor,perubahan dan komplikasi yang terjadi.

Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan terjadi pada umumnya adalah hipermenorea, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain :

1. Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.

2. Permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa.

3. Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

4. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.b. Rasa Nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas, tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.

c. Gejala dan Tanda Penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dari panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

H. Komplikasi

a. Degenerasi ganas.

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32 0,6 % dari seluruh mioma; serta merupakan 50 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

b. Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritonium.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

c. Infertil dan Abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus.Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

d. Mioma Uteri dan Kehamilan

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas; resiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus; khususnya pada mioma sumukosum; letak janin; menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya; dan menggangu proses involusi dalam masa nifas.Memperhatikan hal-hal tersebut diatas adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang cermat secara ekspektatif.

Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri, antara lain :

a. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat.

b. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma. Pengangkatan sarang mioma demikian itu jarang menyebabkan banyak perdarahan.

c. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut.

I. Diagnosis

Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengukapkan tumor padat uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping, seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubungan dengan uterus.

Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan dengan uterus sonde. Mioma submukosum kadang kala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis servikalis, dan terasanya benjolan pada permukaan kavum uteri.

Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma kororis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.

J. Pengobatan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55 % dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.

Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gondotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yng mempengaruhi leiomioma.

Pemberian GnRHa (buserline acetat) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung resptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang lambat.

1. Pengobatan Operatif

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperolah anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30 50 %.

Perlu disadari bahwa 25 35 % dari penderita tersebut akan masih masih memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya memerlukan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau pervaginam. Yang terakhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerktomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan.

2. Radioterapi

Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATANI. Data dasar pengkajian pasien:

Aktivitas/ istirahat

Gejala: Kelemahan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya: nyeri, ansietas, keterbatasan berpartisipasi dalam hobi, latihan

Sirkulasi

Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pengarahan kerja, perubahan TD

Integritas ego

Gejala: Faktor stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosa, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah

Eliminasi

Gejala: Perubahan pada pola defekasi, misal darah pada feses, nyeri pada defekasi, perubahan eliminasi urinaria misal nyeri, rasa terbakar pada saat berkemih

Makanan/cairan

Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual dan muntah, intoleran makanan

Tanda : Perubahan pada kelembaban turgor kulit Neurosensori

Gejala : Pusing, sinkop

Nyeri / kenyamanan

Gejala:Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi

Pernafasan

Gejala:dapat terjadi peningkatan .

Seksualitas

Gejala:Haid yang panjang, disminorea, masalah seksual misal: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.

Interaksi sosial

Gejala:Ketidakadekuatan / kelemahan sistem pendukung

Penyuluhan / pembelajaran

Gejala:Riwayat kanker pada keluarga, riwayat pengobatan, memerlukan bantuan dalam keuangan, perawatan tumor, transportasi, belanja, persiapan, perawatan diri.

II. Diagnosa Keperawatan.1. Ketakutan / ansietas, b/d krisis situasi(tumor), ancaman perubahan pada status kesehatan, ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.

Intervensi:

a. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan riwayat tumor. Tentukan apakah dokter telah mengatakan pada klien, dan apa kesimpulan pasien yang dicapai

Rasional:Membantu mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada pengalaman dengan kanker

b. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

Rasional:Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosa

c. Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk bicara.

Rasional:Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi tanpa perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa terhormat dan kontrol

d. Bantu klien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklasifikasi rasa takut untuk memulai mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini

Rasional:Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal dan menghadapi rasa takut untuk meyakini bahwa strategi kontrol / koping tersedia

e. Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur

Rasional:Informasi akurat memungkinkan pasien menghadapi situasi lebih efektif dan realitas.

2. Antisipasi berduka b/d perubahan fungsi tubuh, perubahan gaya hidup.

Intervensi:

a. Kaji pasien / orang yang terdekat terhadap berduka yang mengalami, jelaskan proses sesuai kebutuhan

Rasional:Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat, normalitas perasaan / reaksi apa yang dihadapi, dialami klien

b. Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik, dengan tepat / sesuai kebutuhan

Rasional:Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan

c. Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran dan keterampilan koping

Rasional:Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu individu menghadapi berduka terhadap situasi baru secara efektif

d. Rujuk pada program komunitas bila tepat

Rasional:Memberikan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan fisik, memberikan dukungan emosional klien / orang terdekat

3. Gangguan harga diri b/d biofisikal, kecacatan bedah, efek samping kemoterapi, ragu mengenai penerimaan oleh orang lain, takut serta cemas.

Intervensi:

a. Diskusikan dengan pasien / orang terdekat bagaimana diagnosa dan pengobatan yang mempengaruhi kehidupan pribadi klien

Rasional:Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah

b. Dorong diskusi tentang / pecahkan masalah tentang efek pengobatan pada peran sebagai ibu rumah tangga

Rasional:Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit

c. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa konseling penting dalam proses adaptasi

Rasional:Memvalidasi realitas perasaan pasien dan memberikan izin untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi

d. Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pasien dan mempertahankan kontak mata

Rasional:Pemastian individualitas pada penerimaan penting dalam menurunkan perasaan pasien tentang ketidaknyamanan dan keraguan diri

4. Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi, efek samping berbagai terapi saraf

Intervensi:

a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi dan durasi.

Rasional:Informasi memberikan data dasar untuk mengevakuasi keefektifan intervensi

b. Berikan tindakan kenyamanan (mis: teknik relaksasi, aktivitas hiburan, dsb)

Rasional:Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol

c. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri

Rasional:Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian

d. Berikan analgesic sesuai indikasi

Rasional:Nyeri adalah komplikasi sering dari tumor, meskipun respons individual berbeda.

5. Perubahan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d adanya tumor, kanker, konsekuensi kemoterapi, radiasi

Intervensi:

a. Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi

Rasional:Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi

b. Ukur tinggi badan, BB, ketebalan lipatan kulit trisep. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini.

Rasional:Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein kalori khususnya bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal

c. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat

Rasional:Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat

d. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

Rasional:Membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat meningkatkan masukan

e. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia

Rasional:Memberikan pedoman bagi perawat untuk mengetahui penyebab kekurangan nutrisi

6. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d efek samping kemotherapi, malnutrisi, proses penyakit kronis, prosedur invasive

Intervensi:

a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi pengunjung yang mengalami infeksi

Rasional:Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi

b. Tekankan personal hygiene

Rasional:Meminimalkan potensi sumber infeksi

c. Ubah posisi dengan sering, pertahankan linen kering dan bebas kerutan

Rasional:Menurunkan tekanan dan intrusi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit. (sisi potensial untuk pertumbuhan bakteri)

d. Tingkatkan istirahat adekuat / periode latihan

Rasional:Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi statis

e. Hindari / batasi prosedur invasive. Taati teknik aseptic

Rasional:Menurunkan resiko kontaminasi. Membatasi port de entry terhadap agen infeksi

7. Keletihan b/d penurunan produksi energi metabolik, kebutuhan psikologis / emosional (berlebihan, perubahan kimia tubuh)

Intervensi:

a. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktivitas periodik

Rasional:Periode singkat sering diperlukan untuk memperbaiki / menghemat energib. Buat tujuan aktivitas realitas dengan pasien

Rasional:Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan

c. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, duduk, bangun dari kursi, berjalan

Rasional:Meningkatkan stamina dan memampukan klien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang berat

d. Pantau respon psikologis terhadap aktivitas, misal: perubahan TD, frekuensi jantung / pernapasan

Rasional:Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi, keseimbangan cairan nutrisi terhadap aturan terapeutik

e. Kolaborasi oksigen (O2) suplemen sesuai indikasi

Rasional:Adanya anema / hipoksemia, menurunkan ketersediaan oksigen dan memperberat keletihan

8. Resiko tinggi kerusakan integritas kult / jaringan b/d efek samping radiasi dan kemotherapi, penurunan imunologis, perubahan status nutrisi anemia

Intervensi:

a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping therapy tumor

Rasional:Efek pemenuhan dapat terhadap dalam area radiasi

b. Mandi dengan air hangat dan sabun ringanRasional:Mempertahankan kebersihan tanpa menutrisi kulitc. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering daripada menggarukRasional:Membantu mencegah tujuan kulit

d. Ubah posisi dengan seringRasional:Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekan pada kulit dan jaringan yang tidak mampu9. Kurang pengetahuan, mengenai prognosis penyakit b/d kesalahan interpretasi informasi, mitos, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.

Intervensi;

a. Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus, alternatif, pengobatan dan sifat harapan

Rasional:Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar dan pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi

b. Belikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata tetapi sensitive. Jawab pertanyaan secara khusus.

Rasional:Membantu penilaian diagnosa tumor, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menjelaskan

c. Minta klien untuk umpan balik verbal dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe tumor dan pengobatannya.

Rasional:Kesalahan konsep tentang tumor akan memberi kecemasan yang tinggi pada pasien

d. Tentukan persepsi pasien tentang tumor dan pengobatan tumor

Rasional:Membantu mengidentifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi dan kesenjangan pengetahuan tentang tumor

PATOFISIOLOGI POST OPERASI TUMOR ADNEKSA

TUMOR ADNEKSA

Luka terbuka

Post operasi

Perubahan staus kesehatan

Proses infasif

Terputusnya kontuinitas jaringan

Stresor pada klien

memungkinkan sebagai

media masuknya microorganisme

ke dalam tubuhMengeluarkan zat-zat protelitik Koping tidak efektif

(Bradikinin, histamin, dan prostaglandin)

CEMAS

Resiko terhadap infeksi

Merangsang ujung-ujung saraf tepi

Peningkatan suhu tubuh

Dihantarkan oleh Afferent 1-2 segmen

di dorsal rool menuju hipotalamus

Hipertemi

Dikembalikan oleh saraf afferent

Rangsangan pada RAS

PERSEPSI NYERI

Klien selalu terjaga

sulit untuk istirahat

Aktivitas dibatasi

Mobilisasi tidak aktif

GANGGUAN POLA TIDUR

Gerakan terbatas Penurunan peristaltik usus

Metabolisme meningkat PENURUNAN KEMAMPUAN Feses lama di usus

RAWAT DIRI

Penggunaan energi meningkat Tirah baring

KONSTIPASI

Energi tubuh menurun Penekanan pada daerah bokong

Efek ansietas

terhadap sal. pencernaan

ADL MENURUN Kurangnya vaskularisasi

pada bokong

Mual muntah

Timbul iscemik

Intake menurun

Neuropatik pada jaringn kulit

Resiko gangguan pemenuhan Kebutuhan nutrisi

KERUSAKAN

INTEGRITAS KULIT

PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM

Faktor risiko

Faktor horman :

- umur 55 65 tahun

- Produksi estrogen yang berkepanjangan

- fertilitas rendah, nullipara

- Tidak adanya progesteron

- Menopause

- DM

- Hipertensi

terjadi lesi diskret ( lesi disatu tempat )

Hiperplasia endometrium

Menyebar ke ke miometrium

Perubahan status kesehatan

devisit informasi

Tindakan pembedahan

Pembesaran abdomen yang progresif Terputusnya kontinuitas jaringan

Menekan lambung (spinkter pylorus) Kompensasi tubuh mengeluarkan mediator kimia

Perubahan bentuk fisik

Refluks cairan Merangsang sensoris trigeminalis dalam korteks serebri

(transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi)

Perubahan konsep diri

Refluks cairan

BAB IIIANALISIS DAN LAPORAN KASUS

1. Identitas Klien

a. Nama

: Nn A

e. Pekerjaan

: Tidak ada b. Umur

: 54 tahun

f. No, RM

:

c. Alamat

:

g. Tgl Masuk

:

d. Jenis Kelamin: Perempuan

h. Tgl Pengkajian:2 Juli 20092. Tindakan Pra Hospital

a. CPR

g. NPT

b. Oksigen

h. Suction

c. Infus

i. Bebat tekan

d. NGT

j. Bidai

e. ETT

k. Penjahitan

f. OPT

l. Obat-obatan3. Triagea. Keluhan Utama : Pendarahan pervaginab. Riwayat Keluhan Utama.

Klien mengatakan masuk RS dengan keluhan nyeri pada bagian abdomen bawah yang dirasakan 3 minggu yang lalu disertai perdarahan berwarna merah segar, klien mengatakan 2 kali ganti pembalut karena perdarahan selama 3, ada riwayat keputihan. Riwayat Menorhe kelas 3 SMP, Klien menopause sejak 4 tahun yang lalu.c. Tanda-tanda Vital

TD

: 140 / 85 mmHg

N

: 75 kali/menit

S

: 36 oC P

: 24 kali/ menitd. Berat Badan/ Tinggi Badan ( tidak diukur )

4. Pengkajian Primer : ( Pengkajian Airway, breathing, circulation, dan disintegrity )a. Airway.

Jalan napas paten, tidak ada sumbatan atau obstruksi jalan napas, snoring (-).

b. Breathing.

Pernapasan 24 kali/menit, bunyi pernapasan bronkhoasikulerc. Circulation.

Tekanan darah 140/85 mmHg, Nadi 75 kali/menit, jaringan perifer teraba dingin, sianosis (-), perderahan Intra operasi 300 ccd. Disentegrity.

GCS = 11 ( E3, M4, V4 )

Kesadaran :5. Pengkajian Sekunder : ( Meliputi pengkajian riwayat keperawatan dan head to toe )a. Kepala

Inspeksi: Bentuk mesocepal, rambut warna hitam dan merata, lurus, tidak mudah

tercabut dan bersihPalpasi: Tidak teraba adanya benjolan, tidak adanya nyeri tekan. b. Mata

Inspeksi: Simetris kiri-kanan, konjungtiva nampak pucat, sclera tidak iktrus, pupil

Isokor, reaksi terhadap cahaya normal.c. Telinga

Inspeksi: tidak nampak pengeluaran serumen (otorhea) atau cairan melalui liang

telinga d. Hidung

Inspeksi: Tidak nampak adanya polip, tidak ada penapasan cuping hidung.Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan.e. Mulut

Inspeksi: Membran mukosa pucat, lidah nampak bersih.f. Leher dan Tenggerokan Inspeksi: tidak nampak kemerahan pada epiglotis, tidak nampak adanya

pemberasaran vena jugularis Palpasi: tidak teraba adanya pembesaran kelenjar linfe dan tiroidg. Dada dan Jantung Inspeksi: bentuk dada normal, pergerakan dada simeteris dan seirama dengan

pernapasan, Palpasi: tidak teraba adanya pembesaran jantung, tidak adanya nyeri tekanPerkusi: terdapat bunyi sonor pada paru, dan pekak pada jantung.Auskultasi: bunyi jantung I dan II normal, bunyi pernapasan bronkhovasikuler, tidak

ada bunyi napas tambahan.h. Abdomen Inspeksi: bentuk abdomen datar, napak bekas luka operasi.Palpasi: terdapat nyeri tekan, tidak adanya pembesaran hepar dan limpaPerkusi: terdengar bunyi timpani.Auskultasi: bunyi bising usus positif 20x/menit.

i. Genetalia : Tidak ada kelainan.j. Integuman: warna kulit sawo matang , turgor kulit baik, akral perifer terba dingin dingin.k. Ektremitas : Tidak ada udema, warna kulit merata, kekuatan tonus otot normal.6. Pemeriksaan Penunjang : ( Meliputi pemeriksaan laboraturium, rontgen, CT Scan, dll).

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 2 Juli 2009 GDS

= 115 mg/dl

SGOT

= 24,1 /l

SGPT

= 23,1 /l

Albumin

= 3,58 gr/ dl Ureum darah= 23,48 mg/dl Kreatinin darah= 0,8 mg/dl

Hasil Pemeriksaan Laboratorium 2 Juli 2009 WBC

= 7,7 x 10 /mm3 RBC

= 4,39 x 10/mm3 HGB

= 14,0 gr/dl

HCT

= 37,7 %

PLT

= 193 %

MCV

= 86 m3 MCH

= 31,9 Hpg

MCHC

= 37,1

MPV

= 6,0

PDW

=12,3

LED

= 16

CT

= 8`0

BT

= 1`45``

7. Terapi Medikasi : ( Meliputi nama obat, jenis obat, dosis, rute pemberian ) Cefovloxacin 1gr/ 12 jam IV Petidin (anastesi epidural)8. Diagnosa Keperawatan ( Minimal 3 diagnosa keperawatan utama untuk data yang didapat dari pengkajian primer dan sekunder, dilengkapi data subyektif dan obyektif )a. Resiko gangguan kekuranga cairan dan elektornik b/d perdarahan

b. Resiko gangguan perfusi jaringan b/d

c. Kecemasan b/d perubahan status kesehatand. Resiko infeksi b/d tindakan invasife

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien: Nama Mahasiswa:Dx. Medis:

Ruangan:Nim :Tanggal pengkajian:

No. RM

:Tanggal masuk RS:

No.Tanggal & WaktuDX. KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONAL

1

02/07/09

Nyeri b/d tindakan histerektomi yang ditandai dengan :

DS :

Klien menyatakan nyeri pada payudara sebelah kanan bekas operasi.

Klien menyatakan nyeri berada pada skala 4-6

DO :

Ekspresi wajah nampak meringis.

Klien nampak gelisah.

Skala nyeri 4-6 ( sedang )Pasien akan :

Melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal pas AKS

Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan

Mendemonstrasikan penggu-naan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi individu

1. Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi durasi, dan intensitas (skala 0-10)

2. Berikan tindakan kenya-manan dasar (mis. Reposisi, gosok punggung) dan aktivitas hiburan

3. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri (mis, teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi) musik dan sentuhan terapeutik

4. Berikan analgetik sesuai indikasi Informasi memberikan data dasar mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi

Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian

Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol

Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker meskipun respons individual berbeda.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama :Dx. Medis:

Ruangan:Tanggal pengkajian:

No. RM:Tanggal masuk RS:

No.Tanggal & WaktuDX. KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONAL

2

02/07/09

Resiko infeksi b/d tindakan invasive yang ditandai dengan :

DO :

Klien post op mastektomi

Terdapat luka operasi berukuran 3x6 cm

Pasien adalah :

Mengidentifikasi dan berpartisipasi dalam intervensi untuk mencegah/ mengurangi risiko infeksi

Mencapai pemulihan tepat pada waktunya

1. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik, taat teknik aseptic

2. Pantau suhu tubuh

3. Tingkatkan istirahat adekuat/periode latihan

Berikan antibiotik sesuai indikasi Lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi, menurunkan risiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap agen infeksius

Peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor mis : efek samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera.

Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi statis

Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama pasien:Nama Mahasiswa:Dx. Medis:

Ruangan:Nim :Tanggal pengkajian:

No. RM

:Tanggal masuk RS:

No.Tanggal & WaktuDX. KEPERAWATANTUJUANINTERVENSIRASIONAL

3

02/07/09

Kecemasan b/d perubahan status kesehatan yang ditandai dengan :

DS :

Klien menyatakan merasa cemas dengan kondisi penyakit dan masa depannya.

DO :

Ekspresi wajah nampak cemas dan gelisah.

Klien selalu bertanya tentang kelanjutan dari proses penyakitnya dan masa depannya.Tingkat kecemasan menurun dan terpelihara pada tingkat yang dapat diterima

1. Kaji tanda dan gejala adanya ansietas

2. Gunakan satu sistem pendekatan yang tenang yang meyakinkan

3. Lakukan tehnik mendengar aktif

4. Jelaskan tujuan dan persiapan untuk test diagnostic

5. Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan ansietas

6. Beri obat untuk menurun-kan ansietas sesuai kebutuhan

Membantu dalam mengidentifikasi berat ringannya ansietas

Meningkatkan kepercayaan terhadap lingkungan

Mendorong mengungkapkan perasaan

Pemahaman jelas akan prosedur dan apa yang terjadi meningkatkan perasaan kontrol dan mengurangi ansietas

Memberi kesempatan untuk mengidentifikasi dan memperjelas kesalahan konsep

Meningkatkan kemampuan untuk menguasai masalah

9. Tindakan keperawatan dan evaluasi ( SOAP ) : ( Meliputi tndakan mandiri keperawatan dan kolaborasi erta rasional tindakan, minimal 5 intervensi per diagnose ). IMPLEMENTASI DAN EVALUASI (SOAP)Nama klien/ RM :

Dx Medis

:

Ruang rawat

:

Tgl/ Jam

No. Dx Kep.ImplementasiEvaluasi

10. Evaluasi Diri.Selama praktek profesi kegawatdaruratan di RSU haji Makassar, banyak hal yang tidak sesuai dengan teori yang telah diajarkan dikampus kami sehingga menyulitkan dalam penerapan asuan keperawatan, yakni dalam hal fasilitas seperti handscoen yang tidak steril, jarum dan benang hecting yang tidak steril dan persediaan kurang sehingga jika ada pasien masuk dengan luka robek, maka tindakannya hanya hecting tanpa memperdulikan kesterilan alat.BAB V

PEMBAHASAN

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARANDAFTAR PUSTAKA

Bobak, M.I. Perawatan Maternitas dan Ginekolog. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan

Keperawatan Padjajaran. Bandung.2000.

Doenges M, rencana asuhan keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC 1999

Mochtar,R. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta. EGC. 1998

Vande velde, Onkologi, RSU kanker Dr Sardjito, Jojakarta 1999

Rencana keperawatan Onkologi

Risiko infeksi

Tumor uterus

kecemasan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

Nyeri

Gangguan harga diri rendah

SEMINAR KEGAWATDARURATAN NERS 07 PSIK UNHAS18