Multikulturalisme Sebuah Pengakuan Atau Penolakan
-
Upload
lunaticscribd -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
description
Transcript of Multikulturalisme Sebuah Pengakuan Atau Penolakan
Riyan Alexander Rentanubun10/298226/TK/36657
Teknik Sipil dan LingkunganUniversitas Gadjah Mada
“Multikulturalisme: Sebuah Pengakuan atau Penolakan?”
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tingkat
keanekaragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai
keanekaragaman tersebut dikenal dengan istilah mayarakat multikultural. Bila kita
mengenal masyarakat sebagai sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisasikan dirinya dan
berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu
(Linton), maka konsep masyarakat tersebut jika digabungkan dengan
multikurtural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang
mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu.
Multikultural dapat diartikan sebagai keragaman atau perbedaan terhadap
suatu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga masyarakat
multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup
menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang
mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap
masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan
menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Dari sinilah muncul istilah multikulturalisme. Banyak definisi mengenai
multikulturalisme, diantaranya multikulturalisme pada dasarnya adalah pandangan
dunia yang kemudian dapat diterjemahkan dalam berbagai kebijakan kebudayaan
yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, pluralitas, dan
multikultural yang terdapat dalam kehidupan masyarakat. Multikulturalisme dapat
juga dipahamni sebagai pandangan dunia yang kemudian diwujudkan dalam
“politics of recognition” (Azyumardi Azra, 2007). Lawrence Blum
mengungkapkan bahwa multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,
penghargaan dan penilaian atas budaya seseorang, serta penghormatan dan
keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Berbagai pengertian mengenai
multikulturalisme tersebut dapat ddisimpulkan bahwa inti dari multikulturalisme
adalah mengenai penerimaan dan penghargaan terhadap suatu kebudayaan, baik
kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. Setiap orang ditekankan
untuk saling menghargai dan menghormati setiap kebudayaan yang ada di
masyarakat. Apapun bentuk suatu kebudayaan harus dapat diterima oleh setiap
orang tanpa membeda-bedakan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang
lain.
Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan
akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan
luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap
pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu
masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai
masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan
yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat bagi
pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta
mewujudkan suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa
Indonesia. Namun, dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai hambatan yang
menghalangi terbentuknya multikulturalisme di masyarakat.
Miris, melihat kurangnya kesadaran dari masyarakat yang tidak
mempedulikan lagi indahnya keberagaman. Kebanyakan dari kita terbawa arus
globalisasi yang menyebabkan kita memiliki sifat individualistis, bahkan
menganggap bahwa perbedaan merupakan sesuatu yang tidak seharusnya ada.
Sebut saja contoh konflik yang pernah terjadi di Indonesia, mulai dari Peristiwa
Semanggi (1998), Konflik Sampit (2001), Konflik Poso, Konflik Ambon,
Peristiwa Tarakan (2010), konflik etnis Cina dan Jawa, hingga konflik Sampang
(2012). Meski hulunya tidak dilatarbelakangi unsur SARA, namun merembet dan
akhirnya bermuara ke isu SARA. Seolah-olah masyarakat yang berkonflik tersebut
lupa dengan adanya konsep keberagaman yang mengakar kuat di Indonesia.
Saat ini dimana era globalisasi semakin melegitimasi kehadirannya
membuat masyarakat menjadi kurang peka akan lingkungan sekitar. Banyak dari
masyarakat yang menjadi tak acuh dengan apa yang terjadi di masyarakat.
Masyarakat tidak sadar akan pentingnya persatuan dalam perbedaan. Hal yang
terjadi adalah masyarakat lebih mementingkan kepentingan kelompok yang terdiri
dari orang-orang yang “sama”. Sama yang dimaksud adalah kesamaan suku
bangsa, agama, etnis, kepentingan, ideologi dan lain-lain. Ketika masyarakat tidak
terbiasa dengan keberagaman maka akan mengakibatkan timbulnya stereotipe
yang cenderung negatif terhadap kelompok masyarakat lain yang tidak sama
dengan mereka. Jika stereotipe tidak dicegah maka akan menimbulkan sikap
primordialisme hingga etnosentrisme. Tidaklah diharapkan jika semua masyarakat
menjadi seorang primordial. Maka dari itu, dibutuhkan adanya sebuah pemahaman
yang lebih mendalam mengenai multikulturalisme.
Ketika masyarakat menyalahartikan bahwa multikulturalisme merupakan
sebuah pencampuradukan budaya sehingga mereka yang berpendapat demikian
merasa tidak terima dan bersikap keras untuk mempertahankan kepercayaan yang
diyakininya. Oleh karena itu, penamanan sikap toleransi masyarakat multikultural
sejatinya perlu untuk dimeteraikan dalam sanubari masyarakat Indonesia sehingga
terciptalah integrasi nasional. Ketika kita berbicara, siapa harus bertindak
memperahankan integrasi bangsa? jawabannya adalah seluruh elemen bangsa.
Mulai dari pemerintah, pejabat, aparat, hingga masyarakat seharusnya memiliki
sebuah kesadaran yang nyata untuk mempertahankan integrasi dengan tidak
mempermasalahan multikulturalisme. Dengan demikian multikulturalisme tetap
terjaga tanpa adanya konflik horizontal bahkan disintegrasi.
Ketika kita dihadapkan dengan segelintir perbedaan di sekitar kita, kunci
utama adalah toleransi dan kesederajatan. Setelah itu terwujud sebuah integrasi.
Melalui integrasi, tidaklah perlu mempermasalahkan kemajemukan sehingga
setiap elemen bangsa dapat membangun bangsa ini menjadi bangsa yang hebat dan
dikenal sebagai bangsa dengan sikap toleransi yang tinggi. Seperti lagu yang
dicantumkan di atas tadi, untuk menunjukkan kepada dunia maka yang harus
dilakukan adalah sikap melengkapi dalam perbedaan. Mari bersatu dan maju untuk
membangun Indonesia!
DAFTAR PUSTAKA
1. Mubarak, Zakki, dkk. Buku Ajar II, Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian terintegrasi (MPKT) cet. Kedua. 2008: Manusia, Akhlak,
Budi Pekerti dan Masyarakat, . Depok: Penerbit FE UI
2. Azra, Azyumardi, 2007. “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun
Multikulturalisme Indonesia”
3. Harahap, Ahmad Rivai, 2004. “Multikulturalisme dan Penerapannya
dalam pemeliharaan kerukunan Umat Beragama”.