MUKJIZAT MEMBELAH BULAN

4

Click here to load reader

description

The moon once split as proof that the Islam is a religion of mercy universe

Transcript of MUKJIZAT MEMBELAH BULAN

Page 1: MUKJIZAT MEMBELAH BULAN

MUKJIZAT RASULULLAH MUHAMMAD SAW MEMBELAH BULAN

Mukjizat Rasululllah Muhammad SAW adalah kemampuan luar biasa yang dimilikinya untuk membuktikan kenabiannya. Mukjizat terbesar Rasululllah Muhammad SAW adalah Al-Qur'an, selain itu Rasululllah Muhammad SAW juga diyakini pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Makkah dan melakukan Isra dan Mi'raj dalam waktu tidak sampai satu hari.Berkaitan dengan mukjizat Rasululllah Muhammad SAW dalam membelah bulan, berikut ini riwayat-riwayat yang menjelaskan tentang peristiwa tersebut, termasuk umat manusia dalam menyikapinya.

a. Riwayat mukjizatIbnu Abbas mengisahkan, suatu saat kaum musyrikin beramai-rami mendatangi Rasululllah Muhammad SAW. Mereka berkata : “Jika

apa yang engkau sampaikan adalah benar, belahlan bulan itu menjadi dua bagian”“Jika aku berhasil melakukannya, apakah kalian akan mengimani-ku ?” tanya Rasulullah.“Ya, kami akan beriman kepada-mu” jawab mereka.Maka Rasululllah Muhammad SAW berdoa kepada Allah agar mengabulkan apa yang mereka minta kepadanya. Tidak lama kemudian,

terbelahlah bulan menjadi dua bagian. Dengan ceria, beliau memanggil-manggil kaumnya. “Hai Fulan, hai Fulan, bersaksilah kalian (untuk masuk Islam)” (Hadist Riwayat Imam Al-Qurthubi dalam Tafsirnya). Peristiwa itu terjadi di Makkah sebelum beliau hijrah.

Menurut Mujahid, bulan itu terbelah menjadi dua bagian. Bagian yang pertama ada diatas gunung, sedangkan bagian yang kedua ada di belakang gunung.

Dalam riwayat Ibnu Zaid, pada saat bulan terbelah, setengah bagian terlihat di atas gunung Qai’an sedangkan setengah bagian yang lain ada di gunung Abu Qubais.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan, bulan terbelah menjadi dua pada masa Rasululllah Muhammad SAW. Semua orang dapat melihatnya dengan jelas. Rasululllah Muhammad SAW, berseru “Bersaksilah kalian (masuk Islam)” (Hadist Riwayat Al-Bikhari dan Al Baihaqi)

Dalam redaksi lain, Ibnu Mas’ud meriwayatkan “Bulan telah terbelah, sebagian ada atas gunung, sedangkan sebagian yang lain tertutup oleh gunung.” Kemudian Rasululllah Muhammad SAW berkata, “Bersaksilah kalian (untuk masuk Islam)”

Dari Anas bin Malik, penduduk Makkah meminta kepada Rasululllah Muhammad SAW untuk menunjukkan tanda kebenaran risalahnya kepada mereka. Lalu beliau memperlihatkan kepada mereka (dengan ijin Allah SWT) bulan yang terbelah menjadi dua, sehingga mereka melihat betul bahwa di antara keduanya terpisah (Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).

Imam Al-Bukhari berkata, bahwa riwayat dari Ibnu Abbas pun menuturkan bahwa bulan telah terbelah pada masa Rasululllah Muhammad SAW

b. Bukan sihirAbdullah meriwayatkan, bulan telah terbelah pada masa Rasululllah Muhammad SAW, Di antara kaum ada yang berkomentar, “Ini

adalah sihirnya Ibnu Abi Kabsyah untuk mengelabuhi mereka. Tanyakan pada orang-orang yang melancong pada daerah kalian, apakah mereka pun sama melihatnya. Jika mereka melihatnya sama seperti halnya kalian, maka hal terbelahnya bulan itu memang benar adanya. Tetapi jika mereka tidak melihatnya, maka semua itu adalah sihir”

Ketika ada rombongan para pelancong datang, mereka langsung menanyakan tentang terbelahnya bulan. “Ya, kami melihatnya. Bulan telah terbelah menjadi dua” Jawab para pelancong sejujurnya. (Hadist Riwayat Ibnu Katsir, Al-Baihaqi, Abu Nu’aim).

Ibnu Umar memaknai firman Allah : Al-Qamar ayat 1 : Telah dekat (datangnya) saat itu (qiyamat) dan bulan telah terbelah bahwa bulan terbelah menjadi dua bagian pada masa Rasululllah Muhammad SAW.

Dalam Firman Allah Al-Qamar ayat 2 : Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (Mukjizat) mereka berpaling dan berkata “ini adalah sihir yang terus menerus”

Dari Ibnu Mas’ud ra, berkata “Aku melihat bulan terbelah menjadi dua bagian di Makkah sebelum Nabi Keluar. Orang-orang berkata “Bulan telah kena sihir” Maka turunlah surah Al-Qamar ayat 1 dan 2 tersebut (Al-Bukhari dan Muslim)

c. Bukti bulan terbelahDalam kisah yang lain, diceriterakan bahwa, sejarah India dan Cina kuno (yang pada waktu peristiwa ini belum mengenal apa pun

tentang Islam) telah mencatat dan menceritakan peristiwa ini. Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi, dalam bukunya Ma Dalla 'Alaihi Al-Qur'an, mengutip dari buku Tarikh al-Yamini bahwa dalam sebuah penaklukan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud bin Sabaktakin al-Ghaznawi terhadap sebuah kerajaan yang masih menganut paganisme (musyrik) di India ia menemukan lempengan batu di dalam sebuah istana taklukan tersebut. Pada lempengan tersebut terpahat tulisan, "Istana ini dibangun pada malam terbelahnya bulan, dan peristiwa itu mangandung pelajaran bagi orang yang mengambil pelajaran."

Bukti lain diceritakan oleh Dr. Zaghlul, dalam bukunya Al-I'jaz Al-'Ilmi fi As-Sunnah An-Nabawiyah Jilid I, menceritakan tentang pengakuan seorang mualaf bernama David M. Pidcock. Pengakuan ini terjadi beberapa tahun yang lalu dalam satu ceramah Dr. Zaghlul di fakultas kedokteran Universitas Cardiff di Wales, Inggris Barat.

Pidcock mengatakan bahwa ayat pertama dari surah Al-Qamar ini lah yang menyebabkan ia masuk Islam di akhir dekade 70-an. Ceritanya, saat itu ia sedang melakukan kajian terhadap agama-agama dunia. Salah satu teman Muslimnya menghadiahinya Al-Qur'an dan terjemahannya. Saat pertama kalinya ia membaca, ia langsung terkejut dengan surah Al-Qamar. Karena tidak percaya bahwa bulan pernah terbelah dan kemudian menempel kembali, maka ia tutup Al-Qur'an tersebut dan meninggalkanya begitu saja.

Beberapa hari kemudian, tanpa disengaja ia melihat sebuah acara di BBC tentang perjalanan luar angkasa. Acara yang disiarkan pada tahun 1978 itu dipandu oleh penyiar Inggris terkenal bernama James Burke dengan menghadirkan tiga ilmuwan antariksa Amerika.

Dalam wawancara tersebut, dibahas perjalanan ruang angkasa yang menemukan satu fakta penting bagi mereka. Fakta tersebut adalah bahwa sesungguhnya bulan dahulu pernah terbelah kemudian melekat lagi, dan bekas-bekas yang membuktikan cerita ini masih terlihat di permukaan bulan dan membentang hingga ke dalamnya.

Begitu mendengar penuturan ini, Pidcock lalu tersentak kaget dan teringat akan surah Al-Qamar yang ia pernah baca. Kemudian ia pun masuk Islam.

d. Ujian imanBulan memang pernah terbelah di zaman Rasulullah SAW. Dan terbelahnya bulan merupakan salah satu dari sekian banyak mukjizat

beliau.Mukjizat terbelahnya bulan akan lebih terasa maknanya bila memang seseorang hidup di zaman Rasulullah SAW dan melihat langsung kejadiannya. Sebab pada dasarnya fungsi sebuah mukjizat memang untuk melemahkan argumentasi orang kafir kepada risalah yang dibawa oleh seorang nabi. Dengan mukjizat itu diharapkan tidak akan ada lagi argumentasi yang bisa dikemukakan untuk tidak mau beriman.

1

Page 2: MUKJIZAT MEMBELAH BULAN

Kalau seseorang melihat langsung bagaimana bulan di saat itu terbelah sebagai mukjizat seorang nabi, maka secara nalar tidak ada lagi alasan untuk tidak beriman kepada kenabian Rasululllah Muhammad SAW.Tetapi untuk mereka yang tidak langsung menyaksikan mukjizat ghaib itu, misalnya untuk umat yang datang di kemudian dan hanya mendengar cerita dari mulut ke mulut, terkadang memang kurang mengena. Sebab akan ada saja orang yang tidak mau percaya atas kejadian yang di luar kebiasaan itu. Akan ada sekian banyak alasan untuk tidak percaya adanya kejadian ghaib itu. Apalagi untuk percaya kepada kenabian Rasululllah Muhammad SAW.

Fungsi mukjizat bagi umat Islam yang tidak menyaksikan langsung peristiwa ghaib itu, lebih merupakan ujian atas keimanan, intinya, apakah masih mau beriman kepada kitab suci dan hadits nabi yang menceritakan berbagai mukjizat itu atau tidak? Kalau percaya keberadaan mukjizat itu, maka iman kita selamat. Tetapi kalau yang terjadi justru sebaliknya, maka sama halnya mengingkari Qur’an dan Sunnah atau secara tegas akan masuk golongan musyrik.

Berkaca pada peristiwa Ira' Mi'raj, bagaimana Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu membenarkan mu'jizat Ira' Mi'raj di saat orang-orang kafir menolak mentah-mentah kabar dari Rasululllah Muhammad SAW bahwa beliau baru saja menempuh jarak yang jauh. Itulah ujian keimanan buat Abu Bakar, beliau selalu membenarkan apa pun yang dikatakan oleh Rasululllah Muhammad SAW.

e. Sikap orang kafirPada zaman kenabian Rasululllah Muhammad SAW, telah banyak contoh kemunafikan para kaum musyrik yang menentang

kebenaran. Lihatlah Abu Jahal, Abu Lahab dan para tokoh kafir Quraisy lainnya, bukankah mereka sejak awal tidak pernah mau percaya keberadaan mukjizat nabi? Padahal mereka melihat dan mengalami secara langsung. Jadi kalau hari ini ada orang yang meniru jejak langkah mereka, tentu bukan hal yang aneh lagi. Lalu apa gunanya mereka ingkar kepada mukjizat apa dengan alasan tidak sesuai dengan IPTEK? Apakah IPTEK itu punya kemampuan kebenaran yang mutlak? Tentu tidak.

Belajar dari masa lalu, para penyihir Fir'aun, itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: "Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa".(sesuai Qur’an Surah At-Thaha ayat 70). Beruntunglah para penyihir Fir'aun, meski awalnya mereka kafir, namun mendapat kesempatan untuk melihat langsung mukjizat yang bersifat ghaib itu dan keberuntungan mereka menjadi berlipat manakala mereka mengaku kalah dan tunduk serta patuh diteruskan dengan beriman kepada Musa. Kenapa mereka termasuk golongan yang beruntung? Karena, jarang dalam kisah-kisah yang ada, bahwa orang kafir yang melihat mukjizat lalu mau beriman.

Namun sangatlah merugi kalau hari ini ada orang yang mengaku sebagai umat Rasululllah Muhammad SAW, masih mengingkari kemukjizatan beliau, perlu dikasihani, sebab nasib mereka tidak lebih beruntung dari pada para penyihir Fir'aun.

f. Peringatan bagi umat manusiaMukjizat Rasululllah Muhammad SAW yang disertai Firman Allah SWT sebagai peringatan bagi umat manusia, namun sebagian besar

diantaranya tetap mendustakannya, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi.Firman Allah dalam Qur’an Surah Faathir ayat 24, Artinya : “Sesungguhnya Kami mengutus kamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” Ayat ini menerangkan bahwa Allah mengutus Rasululllah Muhammad SAW kepada manusia agar manusia beriman kepada Allah Yang Maha Esa disertai pula dengan syariat yang diwajibkan kepada hamba-Nya, memberi kabar gembira kepada orang yang membenarkan risalahnya, dan menerima baik agama yang dibawanya dari Allah SWT, bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan dan kesenangan.

Peringatan Allah SWT tidak saja untuk kenikmatan di surga, namun juga ancaman peringatan kepada orang yang mendustakannya dan menolak wahyu yang diturunkan dari Allah SWT bahwa mereka akan dimasukkan ke dalam neraka yang penuh dengan azab dan siksa yang amat pedih, sebagaimana Firman-Nya dalam Qur’an Surah Al Isra' ayat105, yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.”

Dalam Firman Allah lainnya, seperti dalam Qur’an Surat An-Nisa ayat 165, yang artinya: (Mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul membawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak ada suatu umatpun sejak Nabi Adam AS kecuali diutus kepada mereka oleh Allah SWT seorang utusan yang memberi peringatan supaya umat itu tidak mempunyai alasan lagi untuk membantah Allah sesudah diutus-Nya Rasul-rasul itu. Dan kemudian dipertegas dengan Firman-Nya dalam Qur’an Surah Al-Isra ayat 15, yang artinya: Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang Rasul. Juga dalam Qur’an Surah Al-Haji ayat 42 – 44, yang artinya : Dan jika mereka (orang-orang musyrik) mendustakan kamu, maka sesungguhnya telah mendustakan juga sebelum mereka kaum Nuh, Ad dan Samud, dan kaum Ibrahim dan kaum Lut, dan penduduk Madyan, dan telah didustakan Musa, laIu Aku tangguhkan (azab-Ku) untuk orang-orang kafir, kemudian Aku azab mereka. maka (lihatlah) bagaimana besarnya kebencian-Ku (kepada mereka itu).

Allah Maha segalanya, atas kehendak dan ijin-Nya, bulan bisa terbelah, dan atas kehendak dan ijin-Nya pula bulan bisa menyatu kembali. Bahkan atas kehendak dan ijin-Nya maka penyatuan bulan yang terbelah itu bisa saja tidak meninggalkan bekas.Namun, apa yang terjadi ? Kemampuan manusia yang lemah ini bisa melihat bekas-bekas terbelahnya bulan di masa lalu. Kalau itu benar, ... Subhanallah ...., Allah masih memelihara Mukjizat Rasulullah Muhammad SAW dan masih memberikan kesempatan pada umat manusia zaman ini untuk menerima peringatan-Nya

Kalau Allah masih berkehendak menunjukkan bekas-bekasnya, tentu Allah masih berkenan memberikan peringatan kepada kaum kafir yang masih mensejajarkan Islam sama dengan ajaran daya cipta manusia yang ada di bumi ini sebagai ajaran filsafat, dengan menyebutnya sebagai ajaran Muhammad. Tentu saja mukjizat Rasulullah Muhammad SAW membelah bulan adalah pembuktian bahwa Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai Rahmatan lil alamin.Kalaupun Allah berkendak tidak meninggalkan suatu bekas apapun dari terbelahnya bulan pada masa itu, sehingga manusia masa kini sama sekali tidak memahami faedah mukjizat Rosulullah Muhammad SAW membelah bulan, Allah tidaklah merasa rugi, dan hinaan dari orang-orang kafir tidaklah memberikan mudarat apapun bagi-Nya. Sesuai dengan Qur’an Surah Al-Imran ayat 176, yang artinya : Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir; sesungguhnya mereka tidak sekali-kali dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka di hari akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Namun bila para kafir masih juga menghina Allah SWT, sesungguhnya kaum muslim wajib membela agama Allah, sesuai Qur’an Surah Muhammad ayat 7 yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Allah SWT Maha Pemurah dan Maha Pengasih. Dengan kemurahan-Nya semua umat manusia masih diberikan petunjuk, manusia wajib mencari ilmu sebenar-benarnya ilmu, namun kembali pada umat manusia itu sendiri untuk menentukan pilihannya. Bagi kaum kafir jelas pilihannya, seperti Firman Allah dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 6-7, yang artinya : Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi

2

Page 3: MUKJIZAT MEMBELAH BULAN

mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang Amat berat.

Bulan kelak akan terbelah kembali, bahkan hancur sama sekali bersamaan dengan alam semesta ini, pada waktu itu sesaat semua umat manusia melihat dengan mata kepala sendiri, dan kaum kafir juga akan segera menyadari peringatan-Nya tentang kebenaran Agama Allah yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW, namun.... terlambat ! Qiyamat, janji Allah telah datang dan pintu taubat telah tertutup !. Nauzhubillah mindzalik. Wallahualam bi shawab (Dihimpun dari berbagai sumber oleh : Agung Wahyono)Ada foto dari : http://haroky2000.wordpress.com/2010/01/20/terbelahnya-bulan/

3