Muamalah Keuangan Syariah

56
Muamalah Keuangan Syariah

description

Muamalah Bank

Transcript of Muamalah Keuangan Syariah

Page 1: Muamalah Keuangan Syariah

Muamalah Keuangan Syariah

Page 2: Muamalah Keuangan Syariah

PENGERTIAN SYIRKAH

الشركة في اللغة خلط النصيبي�ن فصاعدا� بحيث ال يتميز الواحد عن اآلخر

Pengertian bahasaMencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya.(An-Nabhani, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, hal. 134).

SYIRKAH

Page 3: Muamalah Keuangan Syariah

PENGERTIAN SYIRKAH

د# بين والشركة شرعا� هي ع%ْق�ي�ِه* على اِن* ف* ْق% اثنين فأكَث%ر% ي%ت.ِف*

د* ص� الْقيام بعمٍل4 مالي2 بْق%ب�ِح* الر9

Menurut makna syariatSyirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha/bisnis dengan tujuan memperoleh keuntungan. (An-Nabhani, An-Nizham al-Iqtishadi fil Islam, hal. 134).

SYIRKAH

Page 4: Muamalah Keuangan Syariah

HUKUM SYIRKAH

Hukumnya jâ’iz (mubah). Dalilnya As-Sunnah, a.l.

(1) Nabi SAW men-taqrir muamalah syirkah.(2) Nabi SAW bersabda :

أحد:هما ي%ُخ:ن لم ما الشريكين ثالث أنا تعالى اللِه قالبينهما من خرجُت: خاِن فإِن صاحب%ِه،

"Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah pihak ketiga dari dua pihak yang ber-syirkah selama salah satunya tidak mengkhianati yang lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku keluar dari keduanya." [HR. Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni]

Page 5: Muamalah Keuangan Syariah

RUKUN & SYARAT SYIRKAH

1. Dua pihak yang berakad (‘âqidâni), syaratnya : memiliki ahliyah at-tasharruf (kecakapan melakukan tindakan hukum);

2. Obyek akad (ma’qûd ‘alayhi), mencakup pekerjaan (amal) dan/atau modal (mâl);

3. Shighat (ijab-kabul).

Page 6: Muamalah Keuangan Syariah

SYARAT SYIRKAH

1. Obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu perbuatan atau perkataan yang mempunyai akibat hukum. Contoh : menerima barang (perbuatan), atau mengadakan akad jual-beli (perkataan).

2. Obyek akadnya dapat diwakilkan (qabilun li al-wakalah), agar keuntungan syirkah menjadi hak bersama di antara para syarîk (mitra usaha). (An-Nabhani, 1990: 146).

Page 7: Muamalah Keuangan Syariah

MACAM-MACAM SYIRKAH

1. SYIRKAH AMLAK= kepemilikan bersama oleh dua pihak atau lebih atas suatu barang yang diperoleh melalui salah satu sebab kepemilikan, seperti hibah, jual beli, waris, dll.

2. SYIRKAH AKAD = akad antara dua pihak atau lebih dalam pekerjaan (amal) dan/atau modal (mal) atau keuntungan.

Page 8: Muamalah Keuangan Syariah

MACAM-MACAM SYIRKAH

(1) SYIRKAH INAN(2) SYIRKAH ABDAN (3) SYIRKAH MUDHARABAH(4) SYIRKAH WUJUH(5) SYIRKAH MUFAWADHAH

Page 9: Muamalah Keuangan Syariah

MODEL SYIRKAH INAN

Adalah Syirkah Antara 2 (Dua) Pihak Yaitu :Pihak Pertama, Pengelola Sekaligus PemodalPihak Kedua, Pengelola Sekaligus Pemodal

PENGELOLA& PEMODAL

PENGELOLA& PEMODAL

Page 10: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH INAN

Syirkah Inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi konstribusi kerja (‘amal) dan modal (mâl).

Modal harus berupa uang (nuqûd); barang (‘urûdh) (misal rumah) tidak boleh dijadikan modal syirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya (qîmah al-‘urûdh) pada saat akad.

Page 11: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH INAN

• Keuntungan didasarkan pada kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha (syarîk) berdasarkan porsi modal.

• Diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam kitab Al-Jâmi’, Ali bin Abi Thalib ra. berkata :

عليه اصطلحوا ما على الربح و المال على الوضيعة"Kerugian didasarkan atas besarnya modal, sedangkan keuntungan didasarkan atas kesepakatan mereka (pihak-pihak yang bersyirkah)." (An-Nabhani, 1990: 151).

Page 12: Muamalah Keuangan Syariah

MODEL SYIRKAH ABDAN

Adalah Syirkah Antara 2 (Dua) Pihak Yaitu :Pihak Pertama, Berkontribusi Amal (Pekerjaan)Pihak Kedua, Berkontribusi Amal (Pekerjaan)

Pengelola di sini, maksudnya orang yang berkontribusi kerja, tanpa memberi modal.

PENGELOLAPENGELOLA

Page 13: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH ABDAN

Konstribusi kerja dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis) ataupun kerja fisik (seperti pekerjaan tukang kayu, sopir, pemburu, nelayan, dst)

Tidak disyaratkan kesamaan keahlian, boleh berbeda profesi. Jadi, boleh misalnya terdiri dari beberapa tukang kayu dan tukang batu.

Page 14: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH ABDAN

Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal. Tidak boleh berupa pekerjaan haram, misalnya, merampok, membunuh, berburu babi hutan (celeng), dll

Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan; nisbahnya boleh sama dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra usaha (syarîk).

Page 15: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH MUDHARABAH

Syirkah antara dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihak memberikan konstribusi kerja (‘amal), sedangkan pihak lain memberikan konstribusi modal (mâl)

Dalam syirkah ini, kewenangan melakukan tasharruf hanyalah menjadi hak pengelola (mudhârib/‘âmil). Pemodal tidak berhak turut campur dalam tasharruf. Namun pengelola terikat dengan syarat yang ditetapkan pemodal.

Page 16: Muamalah Keuangan Syariah

BEBERAPA MODEL MUDHARABAH

MODEL PERTAMA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, PEMODAL (SHAHIBUL MAL), 2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA (AMIL / MUDHARIB)

PEMODAL PENGELOLA

Page 17: Muamalah Keuangan Syariah

BEBERAPA MODEL MUDHARABAH

MODELKEDUA: SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, PEMODAL, 2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA SEKALIGUS PEMODAL

PEMODAL PENGELOLA & PEMODAL

Page 18: Muamalah Keuangan Syariah

BEBERAPA MODEL MUDHARABAH

MODEL KETIGA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, GABUNGAN DUA PEMODAL ATAU LEBIH2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA

PEMODAL

PENGELOLA

PEMODAL

Page 19: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH MUDHARABAH

Dalam syirkah mudhârabah, keuntungan dibagi sesuai kesepakatan di antara pemodal dan pengelola modal, sedangkan kerugian ditanggung hanya oleh pemodal.

Namun pengelola modal turut menanggung kerugian, jika kerugian itu terjadi karena kesengajaannya atau karena melanggar syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal.

(Al-Khayyath, Asy-Syarîkât fî asy-Syarî‘ah al-Islâmiyyah, 2/66).

Page 20: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH WUJUH

Syirkah wujûh adalah syirkah yang didasarkan pada wujûh (kedudukan, ketokohan, atau keahlian) seseorang di tengah masyarakat.

Terdapat 2 (dua) bentuk/model syirkah wujuh :1. Syirkah wujuh yang termasuk kategori syirkah

mudharabah.2. Syirkah wujuh yang termasuk kategori syirkah

abdan.

Page 21: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH WUJUH MODEL I

MODEL PERTAMA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, GABUNGAN DUA PENGELOLA ATAU LEBIH2. PIHAK KEDUA, PEMODAL

PEMODAL

PENGELOLA

PENGELOLA

Page 22: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH WUJUH

Syirkah wujûh model pertama ini, adalah syirkah antara dua pihak (misal A dan B) yang sama-sama memberikan konstribusi kerja (‘amal), dengan pihak ketiga (misalnya C) yang memberikan konstribusi modal (mâl). Pihak A dan B adalah tokoh masyarakat.

Syirkah semacam ini hakikatnya termasuk dalam syirkah mudhârabah sehingga berlaku ketentuan-ketentuan syirkah mudhârabah padanya

Page 23: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH WUJUH MODEL II

MODEL KEDUA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :1. PIHAK PERTAMA, PENGELOLA (A)2. PIHAK KEDUA, PENGELOLA (B)

MEMBELI BARANG SECARA KREDIT DARI C.

PEDAGANG ©

PENGELOLA (A)

PENGELOLA (B)

Page 24: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH WUJUH

Syirkah wujûh model kedua, adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang ber-syirkah dalam barang yang mereka beli secara kredit, atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya, tanpa konstribusi modal dari masing-masing pihak (An-Nabhani, 1990: 154).

Keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki; sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra usaha berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki, bukan berdasarkan kesepakatan.

Syirkah wujûh kedua ini hakikatnya termasuk dalam syirkah ‘abdan (An-Nabhani, 1990: 154).

Page 25: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH MUFAWADHAH

Syirkah mufâwadhah = syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabungkan semua jenis syirkah di atas (syirkah inân, ‘abdan, mudhârabah, dan wujûh). (An-Nabhani, 1990: 156; Al-Khayyath, 1982: 25).

Syirkah mufâwadhah dalam pengertian ini, menurut An-Nabhani adalah boleh. Sebab, setiap jenis syirkah yang sah ketika berdiri sendiri, maka sah pula ketika digabungkan dengan jenis syirkah lainnya. (An-Nabhani, 1990: 156).

Page 26: Muamalah Keuangan Syariah

SYIRKAH MUFAWADHAH

Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan.

Kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkah-nya; 1. Ditanggung oleh para pemodal sesuai porsi

modal, jika berupa syirkah inân, 2. Ditanggung pemodal saja, jika berupa syirkah

mudhârabah, 3. Ditanggung mitra-mitra usaha berdasarkan

persentase barang dagangan yang dimiliki, jika berupa syirkah wujûh.

Page 27: Muamalah Keuangan Syariah

Jenis Syirkah

M P M + P

M x M M

P M A M

M + P M M I

• X : Bathil• M : Mudharabah• A : Abdan• I : Inan (musyarokah)• Wujuh : Mudharabah +• Mufawadhah : Campuran

Page 28: Muamalah Keuangan Syariah

Shahibul Maal Mudhorib

MODAL 100 %

PENDAPATAN/KEUNTUNGAN

PROYEK

SKILL

x % y %

SYIRKAH MUDHARABAH

Page 29: Muamalah Keuangan Syariah

NISBAH atau RATIO BAGI HASIL

Nisbah merupakan ratio atau porsi bagi hasil yang akan diterima oleh tiap-tiap pihak yang melakukan akad kerja sama usaha, yaitu pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) yang tertuang dalam akad dan telah ditandatangani pada awal sebelum dilaksanakan kerja sama usaha

Misalnya, porsi bagi hasil berdasarkan suatu perbandingan 40 : 60, maksudnya adalah hasil usaha didistribusikan : 40% kepada pemilik dana/investor (shahibul maal) 60% kepada pengelola dana (mudharib)

Page 30: Muamalah Keuangan Syariah

Mekanisme perhitungan bagi hasil didasarkan pada cara,

Profit Sharing (Bagi Laba)Perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba, yaitu pendapatan usaha dikurangi beban usaha.

Berbeda dengan yg digunakan di hampir semua bank syariah : Revenue Sharing

Revenue Sharing (Bagi Pendapatan)Perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada pendapatan usaha tanpa dikurangi beban usaha.

Page 31: Muamalah Keuangan Syariah

Contoh bagi hasil

Ahmad dan Mahmud melakukan kerjasama bagi hasil. Ahmad memberikan modal 20 juta dan Mahmud 30 juta. Kesepakatannya adalah keuntungan dibagi dengan nisbah 30% Ahmad dan 70% Mahmud. 1. Jika usahanya mendapatkan keuntungan 5 juta, berapa bagi hasil

Ahmad dan Mahmud? 2. Jika usahanya merugi 10 juta, siapa yang menanggung kerugian?

UntungAhmad = 30% x 5 juta = 1,5 jutaMahmud = 70% x 5 juta = 3,5 juta

RugiAhmad = 20jt/50jt x 10jt = 4 jutaMahmud = 30jt/50jt x 10 jt = 6 juta

Page 32: Muamalah Keuangan Syariah

al-Bay’

Definisi

mubâdalah mâl bi mâlin tamlîkan wa tamallukan ‘alâ sabîl at-tarâdhiy

(pertukaran harta dengan harta sebagai pertukaran pemilikan berdasarkan kerelaan)

RUKUN

1. Al-’Âqidân (penjual dan pembeli)

2. Shighat (Ijab dan Qabul)

3. Al-Ma’qûd ‘alayh (obyek akad) yaitu al-mabî’ (barang yang dijual-belikan)

Page 33: Muamalah Keuangan Syariah

al-Bay’ Syarat-Syarat Bay’

Syarat al-’âqid

Harus berakal atau minimal mumayyiz. Akad anak kecil yang mumayyiz sah tetapi bergantung kepada izin dari wali, mushi atau orang yang bertanggungjawab terhadapnya

Syarat al-Ma’qûd ‘alayh

1. Suci zatnya

2. Secara syar’i bisa dimanfaatkan

3. Kepemilikan al-’âqid –kecuali dalam bay’ as-salaf atau al-istishnâ’

4. Kemampuan al-’âqid untuk menyerahkannya

5. Jelas (ma’lûm)

6. Memenuhi ketentuan tentang al-qabdh (serah terima)

Page 34: Muamalah Keuangan Syariah

al-Bay’ Jenis-Jenis Bay’ dari sisi harga dan tawar menawar:

Bay’ al-Mu’athâ, yaitu bay’ dimana tidak perlu ada tawar menawar karena harga sudah diketahui secara umum. Biasanya untuk barang yang tidak mahal

Bay’ al-Musâwamah, yaitu bay’ yang bersifat tawar menawar

Bay’ al-Amânah yaitu bay’ dimana harga dikaitkan dengan harga awal/modalnya. Macamnya:

Bay’ al-Wadhî’ah, yaitu bay’ dengan harga awal disertai kerugian yang disepakati penjual dan pembeli

Bay’ at-Tawliyah, yaitu bay’ dengan harga pembelian awal

Bay’ al-Murâbahah, yaitu bay’ dengan harga awal dan keuntungan yang disepakati penjual dan pembeli

Page 35: Muamalah Keuangan Syariah

al-Bay’ Jenis-Jenis Bay’ dari Sisi Cara Pembayaran :

Bay’ un hâlun, dimana jual beli secara kontan, barang dan harga diserahkan pada saat akad di majelis akad

Bay’ as-Salaf atau Bay’ as-Salam, dimana harga dibayarkan pada saat akad dan barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh penjual diserahkan setelah tempo tertentu. Hanya untuk barang yang termasuk al-ma’dûd wa al-makîl wa al mawzûn

Termasuk al-Istishnâ’, pesan sesuatu yang termasuk barang shinâ’ah (dibuat lebih dahulu), dimana harga dibayar oleh mustashni’ (pemesan) pada saat akad baik seluruhnya atau sebagiannya dan lunas saat serah terima barang, sedangkan barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh Shâni’ diserahkan setelah tempo tertentu.

Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth, dimana barang diserahkan di depan pada saat akad, sedang harga dibayar setelah tempo tertentu baik sekaligus atau dengan diangsur

Page 36: Muamalah Keuangan Syariah

PENJUALPEMBELI

Syarat & rukun1. Ada Penjual 6. Keuntungan diketahui bersama2. Ada pembeli 7. Harga jual tidak boleh berubah (bertambah)3. Ada harga 8. Barang yang dibeli halal4. Ada Barang5. Ada akad

Definisi :

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.

1. Pesan barang

3. Jual-beli Rp. X + marjin

SUPPLIER2. Jual-beli Rp. X

4. Bayar (tunai/cicilan) Rp. X + marjin

Page 37: Muamalah Keuangan Syariah

Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’

Di sini terjadi :

Tahap kesepakatan saling berkomitmen –marhalah at-tawâ’ud–

Tahap pembelian barang oleh si B dari si C

Tahap si B menjual barang secara kredit atau murabahah secara kredit kepada si A

Yang Banyak Terjadi:

Si A ingin membeli barang milik si C tetapi uangnya tidak cukup, lalu ia datang kepada si B, dan si A berjanji (berkomitmen) jika B mau membeli barang dari C lalu menjualnya secara kredit maka A berjanji akan membelinya dari B secara kredit. Si B setuju dan berjanji akan membeli barang dari si C dan akan menjualnya secara kredit kepada A. Lalu B membeli barang si C dan setelah itu menjualnya secara kredit kepada si A

Page 38: Muamalah Keuangan Syariah

2. Pembelian B kepada C:

Harus sah dan sempurna bukan hanya formalitas dan barang sempurna berpindah kepemilikannya dari C kepada B

Yang Harus Diperhatikan Dalam Kasus Ini:

1. Tentang Janji (Komitmen) itu: Tidak bersifat mengikat (ghayr mulzim) tidak bersifat wajib Tidak dinilai di dalam akad jual beli yang terjadi nanti Karena tidak mengikat, jika ada sejumlah uang yang dibayar sering

disebut uang muka, tidak boleh disepakati jika batal uang itu untuk pedagang (B)

Tetapi orang yang berkomitmen (A) boleh memberi B sebagai hibah, untuk penawar hati

Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’

Page 39: Muamalah Keuangan Syariah

3. Penjualan B Kepada A:

Barang harus sudah sah dan sempurna menjadi milik B

Tidak harus dengan alasan komitmen sebelumnya, artinya B boleh saja menjualnya kepada orang lain

Si A dan si B sama-sama memiliki hak khiyar (pilihan)

Tidak memperhitungkan komitmen sebelumnya

Boleh terjadi tawar menawar. Boleh kontan ataupun kredit. Jika kredit harus memenuhi ketentuan jual beli secara kredit

Boleh secara murabahah baik kontan ataupun kredit, dan harus memenuhi ketentuan murabahah

Begitu sempurna transaksi jual belinya, kepemilikan barang berpindah dari B kepada A

Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’

Page 40: Muamalah Keuangan Syariah

Jual beli dengan tunai dan barang diserahkan kemudian Dapat diterapkan pada barang yang ditimbang, diukur atau

dihitung Saat aqad ditentukan:

Sifat / spesifikasi barang Tempo dengan jangka atau waktu, bukan kondisi Harga, dihindari ghabn fakhisy (penipuan)

Bay’ as-Salam

Page 41: Muamalah Keuangan Syariah

PEMBELIPENJUAL (Petani)

Syarat & Rukun

1. Ada Penjual 6. Harga jual tidak boleh berubah (bertambah)2. Ada pembeli 7. Barang yang dibeli halal3. Ada harga 8. Pembayaran di muka 100%, sedangkan penghantaran kemudian4. Ada Barang 9. Ukuran/takaran barang yang dipesan/dibeli harus jelas5. Ada akad

PENGADAAN (Misal tanam padi)

1. Pesan padi X ton harga Rp. Y, bayar dimuka 100%

2. Tanam padi3. Saat panen mengirimkan pesanan padi X ton

Page 42: Muamalah Keuangan Syariah

Syarat & Rukun

1. Ada Penjual 6. Harga jual tidak boleh berubah (bertambah)2. Ada pembeli 7. Barang yang dibeli halal3. Ada harga 8. Pembayaran boleh di muka, dicicil atau di akhir4. Ada Barang 9. Spesifikasi barang yang dipesan5. Ada akad 11. Barang yang dipesan harus dibuat dulu (proses manufacture)

DefinisiKontrak penjualan antara pembeli dengan pembuat barang, dimana si pembeli memesan barang

dengan kriteria khusus. Penjual & pembeli bersepakat masalah harga dan cara pembayaran apakah pembayaran di muka, dicicil atau di akhir

PEMBELIPENJUAL (Petani)

PENGADAAN (Misal pembuatan lemari

1. Pesan barang tipe X harga Rp. Y, bayar uang muka Rp. Z

2. Pembuatan barang 3. Setelah selesai mengirimkan pesanan harga Rp. Y

4. Pembeli bayar Rp (Y-Z)

Bay’ Al-Istishna’

Page 43: Muamalah Keuangan Syariah

Diperbolehkan memberi dua harga atau tawar menawar karena belum dianggap jual beli

Tidak diperbolehkan 2 aqad jual beli dalam satu transaksi ( بيعة في ( بيعتان

Tambahan dari pembayaran yang disepakati adalah riba

Jual Beli Kredit

Page 44: Muamalah Keuangan Syariah

Syarat & Rukun

1. Ada penyewa 2. Ada yang menyewakan3. Ada asset yang disewa 4. Ada harga sewa 5. Ada jangka waktu sewa6. Penggunaan asset yang disewa halal7. Ada akad sewa

DefinisiPemilikan hak atas manfaat dari penggunaan sebuah aset

sebagai ganti dari pembayaran

PEMILIK ASSET PENYEWA

1. Menyewakan asset

2. Membayar sewa sbg ganti atas pemanfaatan benda

3. Mengembalikan hak pemanfaatan asset setelah selesai jangka waktu sewa

Ijarah

Page 45: Muamalah Keuangan Syariah

Yang mewakilkanWakil

Syarat & Rukun Wakalah

1. Ada yang mewakilkan2. Ada wakil3. Ada hal yang diwakilkan & halal4. Ada akad5. Ada jangka waktu/batas yang disepakati

Pekerjaan yang diwakilkan

1. Mewakilkan pekerjaan -- bayar fee ---

2. Melakukan pekerjaan yg diwakilkan

3. Menyerahkan/melaporkan hasil pekerjaan

4. Bayar fee (jika belum dibayar)

Page 46: Muamalah Keuangan Syariah

PenjaminPenjamin Syarat & Rukun1. Ada penjamin2. Ada yang dijamin (pemilik proyek) & obyek jaminan serta syarat penjaminan/klausul klaim3. Ada yang meminta penjaminan 4. Ada besaran penjaminan5. Ada jangka waktu penjaminan6. Obyek yang dihamin harus halal6. Ada akad

Definisi :Jaminan yang diberikan oleh penanggung kpd pihak ketiga (pemilik proyek)

untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (nasabah) atau yang ditanggung (nasabah)

Peminta jaminan Peminta jaminan

2. Meminta jaminan

Obyek yg dijaminObyek yg dijamin

3. Melakukan penjaminan

Pihak yg memintapenjaminan

Pihak yg memintapenjaminan

1. Meminta penjaminan dr pihak lain

Pen

jam

ian

bis

a m

emin

ta f

ee

Page 47: Muamalah Keuangan Syariah

Syarat & Rukun

1. Ada yang berhutang/piutang2. Ada yang mengambil alih hutang/piutang3. Ada yang diambil alih hutang/piutangnya4. Ada jumlah hutang/piutang yang diambil alih5. Ada jangka waktu pembayaran hutang/piutang yg diambil alih6. Hutang/piutang yang diambil alih terjadi karena transaksi halal6. Ada akad

Pengambil alih hutangPengambil alih hutangPihak berhutangPihak berhutang Pihak berpiutangPihak berpiutang

Definisi :Pengalihan hutang/piutang dari orang yang berhutang/berpiutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya,

1. Hutang piutang

3. Membayarkan hutang2. Meminta dibayarkan hutang

Dapat memberikan biayapembayaran hutang

kpd pengambil alih hutang

?

Page 48: Muamalah Keuangan Syariah

Syarat & Rukun

1. Ada yang berhutang/piutang2. Ada yang mengambil alih hutang/piutang3. Ada yang diambil alih hutang/piutangnya4. Ada jumlah hutang/piutang yang diambil alih5. Ada jangka waktu pembayaran hutang/piutang yg diambil alih6. Hutang/piutang yang diambil alih terjadi karena transaksi halal6. Ada akad

Pengambil alih piutangPengambil alih piutangPihak berpiutangPihak berpiutang Pihak berhutangPihak berhutang

Definisi :Pengalihan hutang/piutang dari orang yang berhutang/berpiutang

kepada orang lain yang wajib menanggungnya

1. Hutang piutang

3. Piutang dibayar

2. Meminta piutang dibayar 4. Hutang dibayar

Page 49: Muamalah Keuangan Syariah

Rukun & Syarat

1. Ada yang peminjam2. Ada yang meminjamkan3. Ada barang yang dijaminkan4. Ada harga barang yang dijaminkan & halal5. Ada besar pinjaman & jangka waktu pengembalian6. Pihak yang meminjamkan dapat melelang barang jika si peminjam tdk dapat melunasi hutangnya7. Tujuan meminjam untuk sesuatu yang halal8. Ada akad

DefinisiMenahan salah satu harta milik si peminjam sbg jaminan atas pinjaman yang

diterima

Pihak berpiutangPihak berpiutang Pihak berhutangPihak berhutang

1. Mengajukan pinjaman dgn menyerahkan jaminan

2. Memberikan pinjaman (berdasar nilai jaminan)

3. Membayar pinjaman saat jatuh tempo

Pihak berhutang dapat membayar biaya administrasi(misal untuk pemeliharaan jaminan)

Jika pihak berhutang tidak mampu membayar hutang saat jatuh tempojaminan dapat dilelang

Page 50: Muamalah Keuangan Syariah

Rahn - Agunan

Jika barang yang dibeli diagunkan kembali kepada penjualnya:

1. Belum pasti ada dayn (utang)

2. Harga belum pasti menjadi hak penjual karena barang belum sempurna menjadi milik pembeli

3. Jika dalam akad bay’ bi ad-dayn itu, disyaratkan Barang diagunkan kepada penjualnya, maka sama saja mensyaratkan pembatasan tasharruf pembeli terhadap Barang. Syarat demikian adalah syarat yang batil

Agunan harus barang lain, bukan barang yang dibeli

Page 51: Muamalah Keuangan Syariah

Rahn - Agunan

Eksekusi terhadap agunan:

1. Debtor tak sanggup bayar dan kreditor tidak memberi kelonggaran

2. Agunan dijual dg izin debitor melalui penjualan yang wajar menurut pasar

3. Hasil penjualan untuk melunasi utang, jika ada kelebihan dikembalikan kepada debitor, dan jika masih kurang kekuarangannya tanggung jawab debitor

ن%ِه:، ل%ِه: ه% ب*ِه* ال.ِذ*ْي� َر% اح* ه:ن: م*ن� ص% »ال% ي:غ�ل%ُق: الر.ِه:« م: ِه: و%ع%ل%ي�ِه* ُغ:ر� ُغ:ن�م:

Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang telah mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya, dan wajib

menanggung kerugian (penyusutan)-nya. (HR. Syafi’i, al-Bayhaqi, al-Hakim, Ibn Hibban dan ad-Daraquthni)

Page 52: Muamalah Keuangan Syariah

Syarat & Rukun :

1. Ada yang peminjam2. Ada yang meminjamkan & yang meminjamkan tdk boleh mensyaratkan imbalan atas pinjaman3. Tidak ada barang yang dijaminkan5. Ada besar pinjaman & jangka waktu pengembalian6. Tujuan meminjam untuk sesuatu yang halal8. Ada akad

Definisi :Pemberian harta kpd orang lain yang dapat ditagih/diminta kembali

tanpa imbalan & tanpa jaminan

Pihak berpiutangPihak berpiutang Pihak berhutangPihak berhutang

1. Mengajukan pinjaman

2. Memberikan pinjaman

3. Membayar pinjaman saat jatuh tempo

 Jا ِرKب JوMُهJف OةJعJَفQ مJْن SرJَج UٍضQرJَق XُّلM ُك

“Setiap hutang yang mengambil manfaat (komersil )adalah riba”

(HR. Baihaqi)

Page 53: Muamalah Keuangan Syariah

Leasing (Sewa-Guna-Usaha) Definisi

kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala (kep. Menkeu no. 1169/KMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha (Leasing) )

Macam :

Operating lease

Finance Lease : Dengan hak Opsi atau Tanpa hak Opsi

Yang umum dilakukan Finance Lease dengan hak Opsi, dimana di akhir jangka

waktu leasing pemilikan barang otomatis berpindah dari Lessor kepada Lessee

Sering dikatakan sebagai kredit atau jual beli kredit

Page 54: Muamalah Keuangan Syariah

Leasing (Sewa-Guna-Usaha) Ketentuan Leasing –umumnya- :

1. Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat mengadakan Barang sesuai yang diminta oleh Lessee (nasabah)

2. Lessor sepakat setelah Barang dia beli, dia sewakan kepada Lessee selama jangka waktu Leasing

3. Lessor sepakat bahwa setelah jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas dibayar, Lessee akan langsung memiliki Barang itu.

4. Selama jangka waktu Leasing sampai seluruh angsuran lunas, Barang itu milik Lessor. Setelah berakhir jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas, pemilikan Barang langsung berpindah kepada Lessee

5. Selama jangka waktu leasing semua resiko ditanggung Lessee

6. Barang dijadikan jaminan secara Fidusia untuk transaksi Leasing tersebut

7. Jika Lessee (Fulan) telat mengangsur dikenakan denda dan ganti kerugian.

Page 55: Muamalah Keuangan Syariah

Leasing (Sewa-Guna-Usaha)

Muamalah Leasing seperti ini secara syar’i batil, karena :

1. Terjadi dua transaksi dalam satu akad (shafqatayn fî shafqah wâhidah), yaitu akad ijârah (sewa) dan akad tamlîk (pemindahan pemilikan) baik dalam bentuk bay’, hibah atau hadiah

2. Akad tamlîk bukan dalam bentuk ‘aqd al-munjaz, tetapi dalam bentuk ‘aqd al-mu’allaq sekaligus ‘aqd al-mudhâf. Secara sya’i akad tamlîk harus dalam bentuk ‘aqd al-mujaz

3. Selama jangka waktu leasing diberlakukan akad ijârah, tapi dalam praktek menyalahi ketentuan akad ijârah yaitu barang yang disewakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemiliknya yaitu pihak yang menyewakan

Page 56: Muamalah Keuangan Syariah

Leasing (Sewa-Guna-Usaha)

6. Menyalahi ketentuan syariah tentang rahn (agunan)

a. Rahn harus dipastikan ada dayn, sementara dalam Leasing ini tidak ada dayn

b. Eksekusi agunan menyalahi ketentuan syariat tentangnya

7. Sewa menyewa sesuatu yang belum dimiliki oleh al-Muajjir (Lessor) dan memindahkan pemilikan sesuatu (secara bay’, hibah atau hadiah) yang belum dimiliki oleh penjual, pemberi hibah atau hadiah.

4. Denda keterlambatan angsuran adalah riba nasiah

5. Uang muka tidak jelas sebagai uang muka sewa atau uang muka pembelian