Muamalah I

25
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Terima kasih juga kepada dosen muamalah yang telah membimbing danmemfasilitasi kami untuk memahami materi makalah yang akan kami paparkan dalammakalah ini.Makalah ini mengambil topik mengenai arti dan ruang lingkup dari muamalah. Dalam makalah ini kami menjelaskan secara lebih mendalam mengenai pengertian muamalah, ruang lingkup muamalah, makalah ini punmasih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun darisemua pihak sangat kami harapkan agar dapat menghasilkan makalah yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat danmemberi inspirasi bagi siapapun yang membacanya. Penulis

description

Muamalah I

Transcript of Muamalah I

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Terima kasih juga kepada dosen muamalah yang telah membimbing danmemfasilitasi kami untuk memahami materi makalah yang akan kami paparkan dalammakalah ini.Makalah ini mengambil topik mengenai arti dan ruang lingkup dari muamalah. Dalam makalah ini kami menjelaskan secara lebih mendalam mengenai pengertian muamalah, ruang lingkup muamalah, makalah ini punmasih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun darisemua pihak sangat kami harapkan agar dapat menghasilkan makalah yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat danmemberi inspirasi bagi siapapun yang membacanya.

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara ciptaannya dan juga sebagai pemimpin dimuka bumi ini. Dari pengertian ini biasanya disalah artikan oleh manusia itu sendiri, dengan cara bertindak semaunya sendiri/seenaknya sendiri tanpa melihat apa ada yang dirugikan disekeliling mereka. Artinya hanya peduli dengan kepentingannya sendiri tanpa peduli pada kepentingan orang lain. Seperti contoh bermasyarakat khususnya dengan tetangga, jika kita menyalakan radio selayaknya sesuai aturan jangan sampai mengganggu tetangga kita, yang mana dari itu ketahuanlah bahwa kita punya rasa tenggang rasa atau tidak. Jadi secara tidak lain kita sebagai warga Negara yang baik harus taat pada aturan tertulis maupun yang tidak tertulis seperti aturan dalam masyarakat. Khususnya bagi umat muslim selain harus taat pada aturan-aturan tertulis maupun yang tidak tertulis, kita juga mempunyai aturan agama yang memang wajib kita laksanakan jika ingin benar-benar menjadi seorang muslim yang haqiqi yaitu fiqih.Didalamnya mencakup seluruh sisi kehidupan individu dan masyarakat, baik perekonomian, sosial kemasyarakatan, politik bernegara, serta lainnya. Para ulama mujtahid dari kalangan para sahabat, tabiin, dan yang setelah mereka tidak henti-hentinya mempelajari semua yang dihadapi kehidupan manusia dari fenomena dan permasalahan tersebut di atas dasar ushul syariat dan kaidah-kaidahnya.Berangkat dari sini, sudah menjadi kewajiban setiap muslim dalam kehidupannya untuk mengenal dan mengamalkan hukum-hukum syariat terkait dengan amalan tersebut. Seperti yang akan ditulis oleh pemakalah yaitu tentang kaidah-kaidah fiqih bermuamalah yang bertujuan sebagai acuan/sandaran kita dalam hubungan kepentingan antar sesama manusia.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang muncul adalah:a. Pengertian fiqih muamalah ?b. Ruang lingkup fiqih muamalah ? c. Kaidah fiqih dalam transaksi ekonomi ( muamalah ) ?d. Konsep aqad fiqih muamalah ?

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian fiqih muamalahMuamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial. Dalam syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya,tetapi diserahkan kepada manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang penting dan mendasar berupa larangan Allah dalam Al-Quran atau larangan Rasul-Nya yang didapatkan dalam As-Sunnah. Dari segi bahasa, muamalah berasal dari kata muamalat yang berarti perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan. Kata-kata semacam ini adalah kata kerja aktif yang harus mempunyai dua buah pelaku, yang satu terhadap yang lain saling melakukan pekerjaan secara aktif,sehingga kedua pelaku tersebut saling menderita dari satu terhadap yang lainnyaMenurut Dr. Wahbah Zuhaili (dalam fiqih Muamalah Perbankan syariah, Team Counterpart Bank Muamalat Indonesia ,1999), Fiqih muamalah merupakan salah satu dari bagian persoalan hukum Islam seperti yang lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan, hukum perdata, hukum jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum penggunaan harta, dan hukum pemerintahan. Semua bentuk persoalan dicantumkan dalam kitab fiqih adalah pertanyaan yang dipertanyakan masyarakat atau persoalan yang muncul ditengah-tengah masyarakat. Kemudian para ulama memberikan pendapatnya yang sesuai kaidah-kaidah yang berlaku dan kemudian pendapat tersebut dibukukan berdasarkan hasil fatwa-fatwanya. Secara bahasa (etimologi) Fiqih ( ) berasal dari kata faqiha () yang berarti Paham: pemahaman seperti tercermin dalam firman Allah SWT, yang artinya: Perhatikanlah, betapa kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahaminya (QS: Al-Anam: 65) dan muamalah berasal dari kata amila ( - ) yang berarti berbuat atau bertindak. Muamalah adalah hubungan kepentingan antar sesama manusia (Hablun minannas). Muamalah tersebut meliputi transaksi-transaksi kehartabendaan seperti jual beli, perkawinan, dan hal-hal yang berhubungan dengannya, urusan persengketaan (gugatan, peradilan, dan sebagainya) dan pembagian warisan. Sedang menurut istilah muamalah dibagi menjadi dua macam yaitu: 1. Muhammad Yusuf Musa berpendapat bahwa muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia. Muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan. Dari pengertian dalam arti luas di atas, kiranya dapat diketahui bahwa muamalah adalah aturan-aturan hukum Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan social.2. Pengertian fiqih muamalah dalam arti sempit yaitu : muamalah adalah aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling baik (Idris Ahmad) atau muamalah adalah tukar-menukar barang atau sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukanDari berbagai pengertian muamalah tersebut, dipahami bahwa muamalahadalah segala peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia, baik yang seagama maupun tidak seagama, antara manusia dengan kehidupannya,dan antara manusia dengan alam sekitarnya.

2.2 Ruang lingkup fiqih muamalahRuang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan hukum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah. Hukum-hukum fiqih terdiri dari hokum-hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertical antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya.Ruang lingkup fiqih muamalah mencakup segala aspek kehidupan manusia, seperti social,ekonomi,politik hokum dan sebagainya. Aspek ekonomii dalam kajian fiqih sering disebut dalam bahasa arab dengan istilah iqtishady, yang artinya adalah suatu cara bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan membuat pilihan di antara berbagai pemakaian atas alat pemuas kebutuhan yang ada, sehingga kebutuhan manusia yang tidak terbatas dapat dipenuhi oleh alat pemuas kebutuhan yang terbatas.Ruang lingkup fiqih muamalah terbagi atas ruang lingkup fiqih muamalah yang bersifat adabiyah ialah ijab dan kabul, saling meridahi, tidak ada keterpaksaan dari salh satu pihak, hak dan kawajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitannya dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.Ruang lingkup pembahasan adiniyah ialah masalah jual beli ( al- bai al-tijarah ), gadai ( al-rahn ), jaminan dan tanggungan ( kafalan dan dlaman ), pemindahn utang ( hiwalah ), jatuh bangkrut ( taflis ), batas tindakan ( al-harju ), perseroan dan perkongsian ( al-syirkah ), perseroan harta dan tenaga ( al-mudharabah ), sewa menyewa ( al-ijarah ), pemberian hak guna pakai ( al- ariyah ), barang titipan ( al-wadlitah ), barang temuan ( al- luqathah ), garapan tanah ( al-mujaraah )sewa menyewa tanah ( al-mukhabarah ), upah ( ujrat al amal ), gugatan ( al-syufah ), syembara ( al-jialah ), pembagian kekayan bersama ( al-qismah ), pemberian ( al-hibbah ), pembebasan ( al-ibra ), damai ( al-shulhu ), dan ditambah dengan beberapa masalh muashirah ( muhaditsah ), seperti masalah bungah bank, asuransi, kredit, dan masalah masalh baru lainnya.

Dilihat dari segi bagian-bagiannya, ruang lingkup syariah dalam bidang muamalah, menurut Abdul Wahhab Khallaf (1978: 32-33) meliputi :a) Ahkam al-ahwal al- syakhshiyyah (Hukum Keluarga)Yaitu hukum- hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban suami, istri dan anak. Inidimaksudkan untuk memelihara dan membangun keluarga. b)Al-ahkam al-maliyah (Hukum Perdata) Yaitu hukum tentang perbuatanusaha perorangan seperti jual beli (Al-Bai wal Ijarah), pegadaian (rahn), perserikatan (syirkah), utang piutang (udayanah), perjanjian (uqud). Hukumini dimaksudkan untuk mengatur orang dalam kaitannya dengan kekayaandan pemeliharaan hak-haknya.

c). Al-ahkam al-jinaiyyah (Hukum Pidana) Yaitu hukum yang bertaliandengan tindak kejahatan dan sanksi-sanksinya. Adanya hukum ini untuk memelihara ketentraman hidup manusia dan harta kekayaannya,kehormatannnya dan hak-haknya, serta membatasi hubungan antara pelakutindak kejahatan dengan korban dan masyarakat.d). Al-hkam al-murafaat (Hukum Acara) Yaitu hukum yang berhubungandengan peradilan (al-qada), persaksian (al-syahadah) dan sumpah (al- yamin), hukum ini dimaksudkan untuk mengatur proses peradilan gunameralisasikan keadilan antar manusia.e). Al-ahkam al-dusturiyyah (Hukum Perundang-undangan) Yaitu hukum yang berhubungan dengan perundang-undangan untuk membatasi hubunganhakim dengan terhukum serta menetapkan hak-hak perorangandan kelompok.f). Al-ahkam al-duwaliyyah(Hukum Kenegaraan)Yaitu hukum yang berkaitandengan hubungan kelompok masyarakat di dalam negara dan antar negara.Maksud hukum ini adalah membatasi hubungan antar negara dalam masadamai, dan masa perang, serta membatasi hubungan antar umat Islamdengan yang lain di dalam negara.g).Al-ahkam al-iqtishadiyyah wa al-maliyyah (Hukum Ekonomi danKeuangan) Yaitu hukum yang berhubungan dengan hak fakir miskin didalam harta orang kaya, mengatur sumber-sumber pendapatan dan maslah pembelanjaan negara. Dimaksudkan untuk mengatur hubunganekonomiantar orang kaya dengan orang fakir miskin dan antarahak-hak keuangan negara dengan perseorangan.

2.3 Kaidah fiqih dalam transaksi ekonomi ( muamalah )Kegiatan ekonomi merupakan salah satu dari aspek muamalah dari sistem Islam, sehingga kaidah fiqih yang digunakan dalam mengidentifikasi transaksi-transaksi ekonomi juga menggunakan kaidah fiqih muamalah. Kaidah fiqih muamalah adalah al ashlu fil muamalati al ibahah hatta yadullu ad daliilu ala tahrimiha (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Al-Quran maupun Al-Hadist), maka hal tersebut adalah diperbolehkan dalam Islam. Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya. Kaidah ini didasarkan pada Hadist Rasulullah yang berbunyi: antum aalamu bi umurid dunyakum (kamu lebih tahu atas urusan duniamu). Bahwa dalam urusan kehidupan dunia yang penuh dengan perubahan atas ruang dan waktu, Islam memberikan kebebasan mutlak kepada manusia untuk menentukan jalan hidupnya, tanpa memberikan aturan-aturan kaku yang bersifat dogmatis. Hal ini memberikan dampak bahwa Islam menjunjung tinggi asas kreativitas pada umatnya untuk bisa mengembangkan potensinya dalam mengelola kehidupan ini, khususnya berkenaan dengan fungsi manusia sebagai khalifatul-Llah fil ardlh (wakil Allah di bumi). Efek yang timbul dari kaidah fiqih muamalah di atas adalah adanya ruang lingkup yang sangat luas dalam penetapan hukum-hukum muamalah, termasuk juga hukum ekonomi. Ini berarti suatu transaksi baru yang muncul dalam fenomena kontemporer yang dalam sejarah Islam belum ada/dikenal, maka transaksi tersebut dianggap diperbolehkan, selama transaksi tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip yang dilarang dalam Islam. Sedangkan transaksi-transaksi yang dilarang dalam Islam adalah transaksi yang disebabkan oleh faktor: 1. Haram zatnya Di dalam Fiqih Muamalah, terdapat aturan yang jelas dan tegas mengenai obyek transaksi yang diharamkan, seperti minuman keras, daging babi, dan sebagainya. Oleh karena itu melakukan transaksi yang berhubungan dengan obyek yang diharamkan tersebut juga diharamkan. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih: ma haruma filuhu haruma tholabuhu (setiap apa yang diharamkan atas obyeknya, maka diharamkan pula atas usaha dalam mendapatkannya). Kaidah ini juga memberikan dampak bahwa setiap obyek haram yang didapatkan dengan cara yang baik/halal, maka tidak akan merubah obyek haram tersebut menjadi halal. 2. Haram selain zatnya Beberapa transaksi yang dilarang dalam Islam yang disebabkan oleh cara bertransaksi-nya yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip muamalah, yaitu: tadlis (penipuan), ikhtikar (rekayasa pasar dalam supply), bai najasy (rekayasa pasar dalam demand), taghrir (ketidakpastian), dan riba (tambahan). 3. Tidak sah Segala macam transaksi yang tidak sah/lengkap akadnya, maka transaksi itu dilarang dalam Islam. Ketidaksah/lengkapan suatu transaksi bisa disebabkan oleh: rukun (terdiri dari pelaku, objek, dan ijab kabul) dan syaratnya tidak terpenuhi, terjadi taalluq (dua akad yang saling berkaitan), atau terjadi two in one (dua akad sekaligus). Taalluq terjadi bila kita dihadapkan pada dua akad yang saling dikaitkan, di mana berlakunya akad pertama tergantung pada akad kedua. Yang seperti ini, terjadi bila suatu transaksi diwadahi oleh dua akad sekaligus sehingga terjadi ketidakpastian (grarar) akad mana yang harus digunakan.maka transaksi ini dianggap tidak sah.

2.4 Konsep aqad fiqih muamalahSetiap kegiatan usaha yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah kumpulan transaksi-transaksi ekonomi yang mengikuti suatu tatanan tertentu. Dalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa. kegiatan usaha jasa yang timbul karena manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa atau tidak mau dilakukannya sesuai dengan fitrahnya manusia harus berusaha mengadakan kerjasama di antara mereka. Kerjasama dalam usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam : a. Bekerja sama dalam kegiatan usaha, dalam hal ini salah satu pihak dapat menjadi pemberi pembiayaan dimana atas manfaat yang diperoleh yang timbul dari pembiayaan tersebut dapat dilakukan bagi hasil. Kerjasama ini dapat berupa pembiayaan usaha 100% melalui akad mudharaba maupun pembiayaan usaha bersama melalui akad musyaraka.b. Kerjasama dalam perdagangan, di mana untuk meningkatkan perdagangan dapat diberikan fasilitas-fasilitas tertentu dalam pembayaran maupun penyerahan obyek. Karena pihak yang mendapat fasilitas akan memperoleh manfaat, maka pihak pemberi fasilitas berhak untuk mendapatjan bagi hasil (keuntungan) yang dapat berbentuk harga yang berbeda dengan harga tunai. c. Kerja sama dalam penyewaan asset dimana obyek transaksi adalah manfaat dari penggunaan asset. Kegiatan hubungan manusia dengan manusia (muamalah) dalam bidang ekonomi menurut Syariah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Rukun adalah sesuatu yang wajib ada dan menjadi dasar terjadinya sesuatu, yang secara bersama-sama akan mengakibatkan keabsahan. Rukun transaksi ekonomi Syariah adalah: Adanya pihak-pihak yang melakukan transaksi, misalnya penjual dan pembeli, penyewa dan pemberi sewa, pemberi jasa dan penerima jasa. Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi obyek transaksi. Adanya kesepakatan bersama dalam bentuk kesepakatan menyerahkan (ijab) bersama dengan kesepakatan menerima (kabul). Disamping itu harus pula dipenuhi syarat atau segala sesuatu yang keberadaannya menjadi pelengkap dari rukun yang bersangkutan. Contohnya syarat pihak yang melakukan transaksi adalah cakap hukum, syarat obyek transaksi adalah spesifik atau tertentu, jelas sifat-sifatnya, jelas ukurannya, bermanfaat dan jelas nilainya. Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa, bahkan jasa dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya obyek transaksi dapat dibedakan kedalam: obyek yang sudah pasti (ayn), yaitu obyek yang sudah jelas keberadaannya atau segera dapat diperoleh manfaatnya. obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu obyek yang timbul akibat suatu transaksi yang tidak tunai.

Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut : 1. Aqad Mudharaba Ikatan atau aqad Mudharaba pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran berupa hubungan kerjasama antara Pemilik Usaha dengan Pemilik Harta2. Aqad Musyarakah Ikatan atau aqad Musyaraka pada hakekatnya adalah ikatan penggabungan atau pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi Pemilik Usaha,3. Aqad Perdagangan Aqad Fasilitas Perdagangan, perjanjian pertukaran yang bersifat keuangan atas suatu transaksi jual-beli dimana salah satu pihak memberikan fasilitas penundaan pembayaran atau penyerahan obyek sehingga pembayaran atau penyerahan tersebut tidak dilakukan secara tunai atau seketika pada saat transaksi.4. Aqad IjarahAqad Ijara, adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui penguasaan sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu dengan membayar imbalan kepada pemilik Obyek. Ijara mirip dengan leasing namun tidak sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijara dilandasi adanya perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan. Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan dahwa Fiqih Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan kesejahteraan dunia akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan landasan-landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari fitrah manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing sehingga terbentuk sebuah mekanisme ekonomi (muamalah) yang khas dengan dasar-dasar nilai ilahiyah.

2.5 Urgensi Fiqih MuamalahSecara garis besar, urgensi memahami fiqih muamalah terhimpun pada tiga poin:1. Syumuliyatul Islam (Kesempurnaan Islam)Islam diturunkan sempurna sebagai syariat, sebagai manhaj, yang tidak terikat waktu dan tempat, berlaku hingga hari kiamat.

Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu. (al-Maidah:3)Dan orang-orang yang mengaku beriman diwajibkan untuk masuk Islam secara keseluruhan. Jika tidak, maka rusaklah keimanannya, karena setan akan menuntunnya selangkah demi selangkah pada kesesatan, tanpa dia sadari.

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh (kaffah) . Jangan ikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu. (al-Baqarah: 208).

Oleh karena itu, Khalifah Umar bin Khattab berkata :

Tidak boleh berjual-beli di pasar kami, kecuali orang yang benar-benar telah mengerti fiqih dalam agama Islam (HR. at-Tirmidzi)Pertanyaannya sekarang, berapa banyak di antara kita yang telah larut dalam aktivitas ekonomi tanpa memahami syariat yang agung ini?

2. Beraktivitas Ekonomi adalah KeniscayaanTidak bisa tidak, seseorang pasti akan melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi dalam kehidupannya. Manusia adalah makhluk sosial, ia membutuhkan manusia lain untuk hidup, karena itu terjadilah transaksi-transaksi. Dan ini tidak lepas dari perhatian Islam.Pernahkah kita memperhatikan bagaimana para ulama (sebagian besar mereka) menyusun bab-bab dalam kitab fiqih mereka? Setelah menyusun bab-bab tentang ibadah (thaharah, sholat, puasa, zakat, haji), ternyata para ulama membahas jual-beli dan muamalah harta lainnya. Setelahnya baru mereka masuk pembahasan fiqih pernikahan, dst.Sungguh, Allah telah memberikan taufik kepada para ulama yang dimuliakanNya. Mereka, para ulama, seolah ingin menyampaikan kepada umat; "Pelajarilah muamalah maliyah dengan benar sebelum engkau menikah, karena menikah itu mensyaratkan engkau memiliki nafkah yang akan engkau berikan pada keluargamu, maka bagaimana engkau akan membangun pernikahan sedangkan engkau tidak benar-benar paham apakah nafkah yang engkau berikan halal atau haram?Tidak sedikit dari kita yang berburu ilmu pernikahan, manajemen keluarga, pendidikan anak, parenting, dll. Tapi apakah pengelolaan keluarga akan menjadi islami jika sumber dana pengelolaannya berasal dari sesuatu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya?Sesungguhnya Allah Ta'ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan bahwa Allah memerintahkan kepada orang-orang mukmin dengan apa yang diperintahkannya kepada para rasul dalam firman-Nya,'Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' (Qs. al-Mu'minun: 51). Dan Ia berfirman, 'Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.' (Qs. al-Baqarah: 172). Kemudian, beliau menyebutkan seorang laki-laki yang kusut warnanya seperti debu, mengulurkan kedua tangannya ke langit sambil berdo'a, 'Ya Rabb, Ya Rabb, sedang makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, ia kenyang dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin orang tersebut dikabulkan permohonannya? (HR. Muslim dan at-Tirmidzi).

3. Dosa Besar dalam Transaksi MuamalahUrgensi memahami fiqih muamalah / ekonomi syariah menjadi semakin besar karena ada dosa besar yang sangat besar yang terkait dengan transaksi harta kita.

"..Dan orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (al-Baqarah: 275)

Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. (QS. Al-Baqarah: 279)Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, orang yang menyerahkan riba (nasabah), pencatat riba dan dua orang saksinya. Beliau mengatakan, Mereka semua itu sama.(HR. Muslim)Satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang sedangkan dia mengetahui, lebih besar dosanya daripada melakukan perbuatan zina sebanyak 36 kali. (Hadits shahih riwayat Ahmad)Jelaslah bahwa riba lebih buruk daripada "sekedar" perzinahan. Sayangnya, kurang tertanamnya pemahaman akan syariat mulia ini menyebabkan sebagian kita tak terlalu peduli dengan riba yang duduk manis dalam transaksi kehidupan kita, apakah itu tentang rumah, kendaraan, modal bisnis atau hal yang lainnya. Padahal kita termasuk yang tidak akan pernah mau berzina untuk mendapatkan hal-hal tersebut.Dosa riba yang begitu besar dan buruk ini dapat menyelinap dalam transaksi-transaksi kita. Terlebih di zaman yang semakin modern, semakin banyak jenis transaksi dengan berbagai bentuknya. Karenanya janganlah kita sombong dari ilmu dan pemahaman akan fiqih muamalah, atau kita akan terjerumus ke dalamnya tanpa kita sadari.Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu telah berkata:

Barangsiapa yang berdagang namun belum memahami ilmu agama, maka dia pasti akan terjerumus dalam riba, kemudian dia akan terjerumus ke dalamnya dan terus menerus terjerumus. (Mughnil Muhtaj, 6/310)

Maka jagalah harta kita dari yang haram, dengan mempelajari aturan-aturan yang telah ditentukan Pemilik Langit dan Bumi. Sehingga kita tidak termasuk golongan yang disebutkan oleh Sang Utusan;

Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram. (HR. Bukhari)

BAB III PENUTUP

Kesimpulan1. Fiqih muamalah merupakan Salah satu dari bagian persoalan hukum Islam seperti yang lainnya yaitu tentang hukum ibadah, hukum pidana, hukum peradilan, hukum perdata, hukum jihad, hukum perang, hukum damai, hukum politik, hukum penggunaan harta, dan hukum pemerintahan.2. Ruang lingkup fiqih muamalahRuang lingkup fiqih muamalah adalah seluruh kegiatan muamalah manusia berdasarkan hokum-hukum islam yang berupa peraturan-peraturan yang berisi perintah atau larangan seperti wajib,sunnah,haram,makruh dan mubah.hokum-hukum fiqih terdiri dari hokum-hukum yang menyangkut urusan ibadah dalam kaitannya dengan hubungan vertikal antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Ruang linkup fiqih muamalah terdiri dari dua yaitu fiqih muamalah yang bersifat adabiyah dan adiniyah3. Kaidah fiqih dalam transaksi ekonomi ( muamalah )Kaidah fiqih muamalah adalah al ashlu fil muamalati al ibahah hatta yadullu ad daliilu ala tahrimiha (hukum asal dalam urusan muamalah adalah boleh, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Ini berarti bahwa semua hal yang berhubungan dengan muamalah yang tidak ada ketentuan baik larangan maupun anjuran yang ada di dalam dalil Islam (Al-Quran maupun Al-Hadist), maka hal tersebut adalah diperbolehkan dalam Islam.4.Konsep aqad fiqih muamalahDalam Islam, transaksi utama dalam kegiatan usaha adalah transaksi riil yang menyangkut suatu obyek tertentu, baik obyek berupa barang ataupun jasa. kegiatan usaha jasa yang timbul karena manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa atau tidak mau dilakukannya sesuai dengan fitrahnya manusia harus berusaha mengadakan kerjasama di antara mereka.DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Hendi suhendi, M. Si, fiqih Muamalah(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007)M. Yazid Afandi, M. Ag., fiqih Muamalah Dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syariah ( Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009 )Suryana, Toto, dkk. 1997.Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.Bandung : TigaMutiara