mtbs tinjauan pustaka

40
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 1. Definisi dan Tujuan Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu manajemen untuk balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit, satus gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan manajemen anak sakit untuk 2 kelompok usia yaitu kelompok usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun. Protokol MTBS dikemas dalam satu buku bagan. Bagan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah petugas kesehatan mengikuti setiap langkah untuk memeriksa balita sakit . Petugas kesehatan akanmudah mengikuti langkah-langkah yang ada dalam bagan tersebut. Setiap langkah dengan maksud tertentu tertulis dalam bagan tersebut dengan bentuk tanda khusus dalam kotak, baris dengan warna dasar tertentu dan tulisan dengan huruf cetak biasa dan cetak teb. 2. Materi MTBS Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, konseling perawatan di rumah,Kapan kembali. Bagan penilaian anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk penggolongan

description

mtbs tinjauan pustaka

Transcript of mtbs tinjauan pustaka

Page 1: mtbs tinjauan pustaka

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

1. Definisi dan Tujuan

Manajemen Terpadu Balita Sakit adalah suatu manajemen untuk balita sakit yang

datang di pelayanan kesehatan, dilaksanakan secara terpadu, baik mengenai beberapa

klasifikasi penyakit, satus gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut

dan konseling yang diberikan.

MTBS merupakan manajemen anak sakit untuk 2 kelompok usia yaitu kelompok

usia 7 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun. Protokol MTBS

dikemas dalam satu buku bagan. Bagan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah

petugas kesehatan mengikuti setiap langkah untuk memeriksa balita sakit . Petugas

kesehatan akanmudah mengikuti langkah-langkah yang ada dalam bagan tersebut. Setiap

langkah dengan maksud tertentu tertulis dalam bagan tersebut dengan bentuk tanda

khusus dalam kotak, baris dengan warna dasar tertentu dan tulisan dengan huruf cetak

biasa dan cetak teb.

2. Materi MTBS

Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit, identifikasi

tindakan, pengobatan, konseling perawatan di rumah,Kapan kembali. Bagan penilaian

anak sakit terdiri dari petunjuk langkah untuk mencari riwayat penyakit dan pemeriksaan

fisik. Klasifikasi dalam MTBS merupakan suatu keputusan penilaian untuk penggolongan

Page 2: mtbs tinjauan pustaka

derajat keparahan penyakit. Klasifikasi bukan merupakan diagnosis penyakit yang

spesifik. Setiap klasifikasi penyakit mempunyai nilai suatu tindakan sesuai untuk

klasifikasi tersebut .

Tiap klasifikasi mempunyai warna dasar, yaitu merah atau kuning atau hijau

sesuai dengan urutan keparahan penyakit. Tiap klasifikasi menentukan karakteristik

pengelolaan balita sakit. Bagan pengobatan terdiri dari petunjuk cara komunikasi yang

baik dan efektif dengan ibu untuk memberikan obat dan dosis pemberian obat, baik yang

harus diberikan di klinik maupun obat yang harus diteruskan dirumah. Alur konseling

merupakan nasihat perawatan termasuk pemberian makan dan cairan di rumah dan

nasihat kapan harus kembali segera maupun kembali untuk tindak lanjut .

WHO telah mengeluarkan suatu pegangan bagan MTBS generik. MTBS generik

ini dimaksudkan untuk dapat dipergunakan oleh sebagian besar negara berkembang

dengan kematian bayi lebih dari 40 menganjurkan kepada setiap negara yang akan

menerapkan MTBS untuk melakukan adaptasi sesuai dengan kondisi negara setempat.

Untuk itu, WHO telah mengeluarkan pedoman guna palaksanaan proses adaptasi

tersebut. Adaptasi MTBS tersebut diharapkan meliputi beberapa tujuan, yaitu:

a. Kasus yang dimasukkan pada bagan MTBS sebaiknya merupakan penyebab kematian

dan kesakitan yang tinggi; tetapi bukan berarti semua kondisi pediatrik yang menjadi

penyebab dibawanya anak tersebut ke klinik. Hal ini tidak mungkin untuk dicakup

semuanya, mengingat semakin banyaknya materi MTBS maka waktu kursus juga

akan semakin panjang dan beban petugas kesehatan juga akan banyak. Beban yang

banyak akan menyebabkan pemahaman kurang dan semakin sulitnya nanti dalam

penerapan.

Page 3: mtbs tinjauan pustaka

b. Adaptasi MTBS untuk penanganan kasus di rawat jalan dibuat supaya aman dan

efektif dan pembelajarannya efektif. Adaptasi MTBS harus mempertimbangkan

supaya jumlah anak yang dirujuk ke rumah sakit berkurang, mengingat tidak semua

daerah mudah melakukan rujukan terutama pada rujukan yang dilakukan di daerah-

daerah yang terpencil dan fasilitas rawat inap yang terbatas.

c. Adaptasi sebaiknya menyediakan pedoman dengan menggunakan sedikit mungkin

tanda dan gejala klinis untuk membuat klasifikasi dan penanganan yang tepat;

sebaiknya dihindari menggunakan kombinasi dari beberapa kondisi yang dapat

membingungkan petugas kesehatan . Tiga prinsip adaptasi tersebut harus selalu

dipertimbangkan pada setiap proses adaptasi yang akan dilakukan oleh setiap negara.

Petugas kesehatan seharusnya dapat menguasai seluruh materi MTBS tersebut.

Sesuai dengan anjuran WHO, materi MTBS harus disampaikan dalam 11 hari efektif . di

Indonesia mengingat terstrukturnya jaringan kesehatan yang mampu menjaring tingkat

keluarga termasuk keluarga rawan kesehatan, yaitu melalui pemanfaatan tenaga bidan di

desa dan perawat kesehatan masyarakat dalam pendekatan tersebut. MTBS juga dapat

memantapkan aspek reformasi yang lain yaitu memperbaiki kualitas pelayanan dan

meningkatkan hasil guna pendanaan.

Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk

mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di

Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan

penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif

(pengobatan). Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS

Page 4: mtbs tinjauan pustaka

sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka

kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.

Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:

a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit

(selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani

pasien asalkan sudah dilatih).

b. Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program

kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).

c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya

pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat

dalam pelayanan kesehatan)

3. Penerapan MTBS

Disamping ketrampilan yang harus dijaga benar oleh petugas dan pola perawatan

di rumah yang benar oleh ibu balita bagi bayi dan balitanya, program MTBS ini juga

perlu persiapan untuk penerapannya di Puskesmas. Adapun penerapan kegiatan MTBS di

Puskesmas meliputi :

a. Diseminasi informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas puskesmas.

b. Persiapan penilaian dan penyiapan logistik, obat-obat dan alat yang diperlukan

dalam pemberian pelayanan.

c. Persiapan / pengadaan formulir.

Page 5: mtbs tinjauan pustaka

d. Persiapan dan penilaian serta pengamatan terhadap alur pelayanan sejak penderita

datang, mendapatkan pelayanan hingga konseling serta melaksanakan pengaturan

dan penyesuaian dalam pemberian pelayanan.

e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan dan penerapan pencatatan

dan pelaporan untuk pelayanan di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Pondok

Bersalin Desa/ PKD.

f. Penerapan MTBS di puskesmas dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan

keadaan rawat jalan di tiap puskesmas.

Pada beberapa Puskesmas diadakan pemisahan khusus untuk poli MTBS atau poli

anak. Khusus penerapan pada bayi muda, penatalaksanaan bayi muda lebih di titik

beratkan pada saat petugas kesehatan (pada umumnya bidan di desa) melakukan

kunjungan neonatal yaitu 2 kali selama periode neonatal. Kunjungan pertama

dilaksanakan pada 7 hari pertama dan kunjungan kedua pada hari 8 - 28 hari. Penerapan

MTBS pada semua unit pelayanan terdepan yang kontak dengan anak usia 0 - 5 tahun

dengan menggunakan MTBS dalam mengelola kesehatan anak , dapat secara preventif

mendeteksi adanya kesakitan yang diderita, yang mungkin diperlukan rujukan untuk

menyelamatkan jiwa. Juga upaya promotif untuk meningkatkan kesehatan melalui

pemberian konseling gizi pada ibunya. Hal ini secara ekonomi akan menghemat biaya

dibandingkan bila anak jatuh pada kondisi sakit yang berat.

Penerapan MTBS yang baik dapat membantu melaksanakan paling tidak 18 SPM

(Standar Pelayanan Minimal) Kabupaten Tahun 2010 yaitu :

a. KN2 90 % melalui penerapan MTBM

b. BBLR yang dilayani 100 % melalui penerapan MTBM

Page 6: mtbs tinjauan pustaka

c. UCI 100 %

d. N/D 85 % dengan konseling gizi

e. BGM <15 % dengan mengatasi masalah pemberian makan

f. Bayi mendapat vitamin A

g. Balita mendapat vitamin A

h. PMT bagi BGM

i. Gizi buruk dilayani

j. Neonatal Risti ditangani

k. Pneumonia yang ditangani

l. Penderita DBD ditangani 100 %

m. CFR DBD < 1 %

n. Penderita diare ditangani 100 % 15. CFR diare < 1/10.000

o. ASI Eksklusif 80 %

p. Keluarga sadar gizi 80 %

q. Malaria ditangani 100 %

Hal ini karena MTBS / IMCI ini bukan merupakan program yang terpisah namun

merupakan program terintegrasi yang secara efektif berkolaborasi dengan program lain

seperti safe-motherhood, program P2 Diare, ISPA, pneumonia, Malaria, Program Gizi,

ASI eksklusif, Program Imunisasi, Promosi Kesehatan, Perencanaan obat, Survailans dan

manajemen serta sistim informasi kesehatan sebagaimana digambarkan pada gambar 2.8,

mengenai area overlapping dari MTBS dengan aktivitas program lain.

Page 7: mtbs tinjauan pustaka

4. Identifikasi Tindakan MTBS

Identifikasi tindakan adalah Pengambilan suatu keputusan oleh perawat dalam

menangani diare.Identifikasi tindakan dalam MTBS terdapat tiga rencana terapi antara

lain.

Terapi A yaitu, terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi, anak

yang tanpa tanda gejala dehidrasi membutuhkan ekstra cairan dangaram untuk

menggantikan cairan air dan elektrolit yang hilang selama diare. Cairan yang biasa

diberikan dalam pengobatan ini adalah: Cairan rehidrasi oralgula-garam, sayuran dan sup

ayam yang mengandung garam. Cairan tersebutdiberikan kepada anak sebanyak dia mau

sampai diare berhenti. Anak <2 tahun: 50-100 ml, anak 2-10 tahun 100-200 ml, >10

tahun diberikan cairan sebanyak diamau minum.

Terapi B yaitu, terapi rehidrasi oral untuk anak dengan dehidrasi sedang adalah

dengan pemberian CRO. Jika CRO dikehendaki lebih maka dapat diberikan lebih dari

yang sudah ditentukan kecuali untuk ASI, makanan tidak diberikan selama 4 jam

pemberian rehidrasi awal, tetapi anak yang melanjutkan pengobatan B lebih lama dari 4

jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti pada pengobatan A. Setelah 4 jam

kemudian ditetapkan pengobatan yang akan diberikan selanjutnya sesuai dengan tingkat

dehidrasi. Anak yang masih mengalami dehidrasi setelah 4 jam, harus diberikan RL

secara intrvena (75ml/kg selama 4 jam).

Terapi C yaitu, pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan

pemberian cairan rehidrasi intravena secara cepat. Diberikan RL 100ml/kg atau larutan

garam yang pertama diberikan 30ml/kg dalam 30 menit kemudian diberikan 70ml/kg

diberikan dalam 2,5 jam. Pasien dimonitor setiap 1-2 jam, jika dehidrasinya tidak

Page 8: mtbs tinjauan pustaka

berkurang maka pemberian cairan intravena kecepatan tetesan dipercepat. Jika terapi

intravena tidak tersedia pasien diberikan CRO 20ml/kg/jam selama 6 jam (total

120mg/kg). Jika pasien mengalami bengkak atau muntah, maka CRO diberikan secara

perlahan (Buku Panduan MTBS Rumah Sakit Jati Padang)

5. Konseling Dalam MTBS

Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang konselor

kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar

ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang

dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya

(Yusuf&Juntika,2005:9).

Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena keduanya

merupakan sebuah keterkaitan. Muhamad Surya (1988:25) mengungkapkan bahwa

konseling merupakan bagian inti dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih

berkenaan dengan masalah individu secara Pribadi.Konseling dalam Alur MTBS.

Pemberian konseling menjadi unggulan dan sekaligus pembeda dari alur pelayanan

sebelum MTBS. Materi meliputi kepatuhan minum obat, cara minum obat, menasehati

cara pemberian makanan sesuai umur, memberi nasehat kapan melakukan kunjungan

ulang atau kapan harus kembali segera.Dengan pemberian konseling diharapkan

pengantar atau ibu pasien mengerti penyakit yang diderita, cara penanganan anak di

rumah, Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan memperhatikan

perkembangan penyakit anaknya sehingga mampu mengenali kapan harus segera

membawa anaknya ke petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh

Page 9: mtbs tinjauan pustaka

kembang anak dengan cara memberikan makanan sesuai umurnya. Semua pesan tersebut

tercermin dalam Kartu Nasihat Ibu (KNI) yang biasanya diberikan setelah ibu atau

pengantar balita sakit mendapatkan konseling. Ini untuk menjadi pengingat pesan-pesan

yang disampaikan serta menjadi pengingat cara perawatan di rumah

6. Proses Manajemen Kasus

Tujuan pelayanan kesehatan anak adalah untuk memfasilitasi kesehatan yang

optimal dan kesejahteraan bagi anak dan keluarganya. Hal ini berhubungan dengan

aktifitas yang saling berkaitan antara masalah survailans dan manajemen, masalah

pencegahan/preventif , promosi kesehatan dan koordinasi pelayanan pada anak dengan

kebutuhan khusus. Perhatian tradisional yang berfokus pada diagnosis dan manajemen

saat ini telah berkembang dengan skreening penyakit dan mendeteksi tanda tanda dini

yang asimtomatik di populasi. Para petugas kesehatan telah mengakui manfaat dari

program upaya preventif/ pencegahan. Contohnya adalah program imunisasi massal

yang dilanjutkan dengan program imunisasi pada kegiatan rutin , juga program deteksi

dini dan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan dasar. Penekanan yang

terbaru adalah berkaitan dengan konsep promosi kesehatan yang mengutamakan

kesehatan yang optimal dan kesejahteraan anak daripada hanya penanganan saat ada

masalah. Ilmu kedokteran modern yang semakin pesat telah meningkatkan pada populasi

munculnya penyakit -penyakit kronis,disabilitas, dan anak anak dengan kebutuhan

khusus. Para petugas di pelayanan primer berada pada posisi yang unik yang dihadapkan

pada kompleksnya perawatan anak dan perlunya fasilitasi komunikasi secara individual

yang melibatkan kasus mereka.Melayani anak bagi para petugas adalah merupakan

Page 10: mtbs tinjauan pustaka

anugerah sekaligus tantangan yang unik karena dihadapkan keterkaitan antara pengaruh

lingkungan dan faktor intrinsik pada diri anak untuk ditelaah faktanya dari aspek

kesehatan dan tumbuh-kembangannya. Salah satu metode yang dikembangkan untuk

perawatan anak yaitu Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) atau di

Indonesia dikenal dengan MTBS, adalah program intervensi dalam penanganan anak

terutama balita yang menggunakan suatu algoritme, sehingga dapat mengklasifikasikan

penyakit yang dialami oleh balita, melakukan rujukan secara cepat apabila diperlukan,

melakukan penilaian status gizi dan memberikan imunisasi kepada balita yang

membutuhkan . Selain itu ibu balita juga diberi konseling tatacara memberi obat di

rumah, pemberian nasihat mengenai makanan yang seharusnya diberikan dan

memberitahu kapan harus kembali (kunjungan ulang) atau segera kembali untuk

mendapatkan pelayanan tindak lanjut. Strategi intervensi MTBS ini didalamnya termasuk

konseling bagi ibu untuk memberitahu : kapan ibu harus kembali untuk kunjungan ulang

sesuai dengan klasifikasi. Balita di bawa kembali untuk kunjungan ulang merupakan

bentuk perawatan balita yang baik di rumah oleh keluarga dan menunjukkan keberhasilan

konseling yang dilakukan kepada ibu tentang bagaimana seharusnya perawatan balita di

lakukan. Hal ini karena anak sakit perlu datang lagi ke petugas kesehatan untuk

pelayanan tindak lanjut Pada waktu kunjungan ulang, Petugas kesehatan dapat menilai

apakah anak membaik setelah diberi obat atau diperlukan diberi tindakan lainnya.

Sebagai contoh, beberapa anak mungkin tidak bereaksi atas pemberian antibiotika

tertentu atau obat malaria, sehingga diperlukan obat pilihan kedua. Anak dengan diare

persisten membutuhkan tindak lanjut untuk memastikan bahwa diare telah berhenti sama

sekali. Anak dengan demam atau infeksi mata perlu dilihat jika keadaannya tidak

Page 11: mtbs tinjauan pustaka

membaik. Anak dengan masalah pemberian ASI dan makanan memerlukan tindak lanjut

untuk memastikan bahwa mereka telah mendapat cukup ASI/ makanan sehingga berat

badannya bertambah. Kedatangan anak untuk kunjungan kembali / ulang menunjukkan

bahwa konseling yang diberikan dipahami ibu dan ini akan menentukan keberhasilan

perawatan anak balita dirumah oleh keluarga dalam pelaksanaan perawatan anak yang

baik di rumah. Untuk menjaga kualitas pelayanan dan meningkatkan ketrampilan,

petugas kesehatan dilatih standarisasi MTBS dengan mempelajari materi dasar dan materi

inti yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan klinis dalam Manajemen Terpadu

Balita Sakit (MTBS) yang terdiri dari : penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan

sampai 5 tahun, menentukan tindakan, pengobatan, konseling bagi Ibu, tindaklanjut serta

tatalaksana bayi muda umur 1 hari sampai 2 bulan (Manajemen Terpadu Bayi Muda/

MTBM).Selanjutnya untuk menjaga tetap terpeliharanya ketrampilan petugas akan

manajemen pengelolaan paripurna pada balita, pelaksanaan di lapangan di terapkan pada

formulir MTBS/MTBM yang berupa ceklist pengamatan untuk membimbing petugas

dalam melakukan pelayanan kepada bayi dan balita.Pelatihan standarisasi MTBS tersebut

diatas dilaksanakan selama 6 hari efektif dengan sesi malam (minimal 60 jam pelajaran) ,

sebagaimana ketentuan dalam Keputusan Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Nomor :

KU.03.02/ BI.3/486/2007 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana APBN Yang

dilaksanakan di Propinsi, Kabupaten / Kota Tahun 2007 Program Upaya Kesehatan

Masyarakat dan Program Perbaikan Gizi Masyarakat. Kompetensi yang diharapkan dari

pelatihan MTBS adalah petugas kesehatan bisa melaksanakan proses manajemen kasus

penanganan balita sakit dan bayi muda di fasilitas pelayanan kesehatan dasar seperti

puskesmas, puskesmas pembantu, pondok bersalin , klinik, balai pengobatan maupun

Page 12: mtbs tinjauan pustaka

melalui kunjungan rumah. Dengan berpedoman pada buku bagan, petugas menangani

balita sakit dan bayi muda diantaranya dengan melakukan :

a. Menilai tanda tanda dan gejala penyakit, status imunisasi, status gizi dan pemberian

vitamin A

b. Membuat klasifikasi

c. Menentukan tindakan sesuai dengan klasifikasi anak dan memutuskan apakah

seorang anak perlu dirujuk

d. Memberi pengobatan pra rujukan yang penting, seperti dosis pertama antibiotik,

vitamin A, suntikan kinin dan perawatan anak untuk mencegah turunnya gula darah

serta merujuk anak.

e. Melakukan tindakan di fasilitas kesehatan (kuratif dan preventif) seperti pemberian

oralit, vitamin A dan imunisasi. f. Mengajari ibu cara memberi obat di rumah

(seperti antibiotik oral atau obat anti malaria) dan asuhan dasar bayi muda

f. Memberi konseling kepada ibu mengenai pemberian makan pada anak termasuk

pemberian ASI dan kapan harus kembali ke fasilitas kesehatan.

g. Melakukan penilaian ulang dan memberi perawatan yang tepat pada saat anak datang

kembali untuk pelayanan tindak lanjut

Dalam melakukan proses manajemen kasus ini,terdapat dua kelompok umur yaitu

apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun menggunakan bagan penilaian dan klasifikasi

anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun Sampai 5 tahun berarti anak belum mencapai

ulang tahunnya yang kelima. Kelompok ini termasuk balita umur 4 tahun 11 bulan, akan

tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Seorang anak yang berumur 3

bulan akan masuk dalam kelompok umur 2 bulan sampai 5 tahun, dan bukan dalam

Page 13: mtbs tinjauan pustaka

kelompok 1 hari sampai 2 bulan (Proses manajemen kasus dengan formulir MTBS).

Apabila anak belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Bagan yang

digunakan adalah ” Penilaian , klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari sampai

2 bulan ” Khusus mengenai bayi muda , bagan berlaku untuk bayi muda sakit maupun

sehat (Proses manajemen kasus menggunakan formulir MTBM). Dengan menggunakan

buku bagan penilaian & klasifikasi anak umur 2 bulan sampai 5 tahun , petugas

mempraktikkan ketrampilan sebagai berikut :

a. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi

b. Memeriksa tanda bahaya umum

c. Menanyakan kepada ibu mengenai empat keluhan utama :

1) Batuk atau sukar bernafas

2) Diare

3) Demam

4) Masalah telinga

Apabila ada keluhan utama tersebut diatas maka dilanjutkan dengan :

1) Melakukan penilaian lebih lanjut gejala lain yang berhubungan dengan gejala

utama

2) Membuat klasifikasi penyakit anak berdasarkan gejala yang ditemukan.

3) Memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi anak dan anemia.

4) Memeriksa status imunisasi dan pemberian vitamin A pada anak dan

menentukan apakah anak membutuhkan imunisasi dan / atau vitamin A pada saat

kunjungan tersebut.

5) Menilai masalah / keluhan lain yang dihadapi anak

Page 14: mtbs tinjauan pustaka

6) Ketrampilan selanjutnya adalah menentukan tindakan dan memberi pengobatan

yang dibutuhkan. Pengobatan pada anak sakit dapat dimulai di klinik dan

diteruskan dengan pengobatan lanjutan di rumah. Pada beberapa keadaan , anak

yang sakit berat perlu di rujuk ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Dalam

hal ini perlu dilakukan tindakan pra rujukan sebelum anak di rujuk.

Pada bagian ini petugas mempunyai ketrampilan untuk :

a. Menentukan perlunya dilakukan rujukan segera

b. Menentukan tindakan dan pengobatan pra rujukan

c. Merujuk anak, menjelaskan perlunya rujukan, menulis surat rujukan

d. Menentukan tindakan dan pengobatan untuk anak yang tidak

e. memerlukan rujukan segera

f. Memilih obat yang sesuai dan menentukan dosis dan jadwal pemberian

g. Memberi cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makan.

h. Memberi imunisasi setiap anak sakit sesuai kebutuhan.

i. Memberi suplemen vitamin A

j. Menentukan waktu untuk kunjungan ulang.

Petugas kesehatan dilatih menyediakan waktu untuk menasehati ibu dengan

cermat dan menyeluruh. Pada bagian ini adalah penting bagi petugas untuk memahami

bahwa praktik menasehati/ konseling bagi ibu adalah diharapkan ibu mampu menerapkan

perawatan dirumah dengan baik. Pola perawatan di rumah yang benar merupakan

indikator keberhasilan petugas dalam memberikan pemahaman / konseling mengenai

masalah kesehatan anak ibu. Sebagai alat komunikasi penggunaan kartu nasehat ibu

Page 15: mtbs tinjauan pustaka

(KNI) / Buku KIA, akan membantu petugas untuk mempraktikkan konseling pada ibu.

Petugas akan mempraktikkan tugas konseling ini antara lain :

a. Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik

1) Mengajari ibu cara memberikan obat oral dirumah

2) Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah

3) Mengajari ibu cara pemberian cairan di rumah

4) Melakukan penilaian pemberian ASI dan makanan anak

5) Menentukan masalah pemberian ASI dan makanan anak

6) Konseling bagi ibu tentang masalah pemberian ASI dan makanan

b. Menasehati ibu tentang :

1) Kapan kembali untuk kunjungan ulang

2) Kapan kembali segera untuk perawatan lebih lanjut

3) Kapan kembali untuk imunisasi dan pemberian vitamin A

4) Kesehatannya sendiri

Menentukan prioritas nasehat. Pada tiap akhir kunjungan, petugas akan

menjelaskan kapan harus kunjungan ulang. Kadang seorang anak membutuhkan tindak

lanjut untuk lebih dari satu masalah. Pada kasus seperti ini, ibu diberitahu kapan waktu

terpendek dan pasti ibu harus kembali. Dan dijelaskan juga kemungkinan anak harus

kembali lebih awal jika masalah seperti demam menetap. Tabel 2.1 menunjukkan jadwal

kunjungan ulang untuk anak 2 bulan sampai 5 tahun. Keterangan waktu yang pasti dan

terpendek adalah nasehat yang diberitahukan kepada ibu balita setelah menyelesaikan

klasifikasi.

Tabel 2. 1.

Page 16: mtbs tinjauan pustaka

Jadwal kunjungan ulang balita 2 bulan sampai 5 tahun

Anak dengan Kunjungan ulang

neumonia

Disentri

Malaria, jika tetap demam

Campak dengan komplikasi pada mata

atau mulut

Mungkin DBD, jika tetap demam

Demam: mungkin bukan DBD, jika

tetap demam

2 hari

Diare Persisten

Infeksi telinga akut

Infeksi telinga menahun

Masalah pemberian makan

Penyakit lain, jika tidak ada perbaikan

5 hari

Anemia 4 4 minggu (1 bulan)

Berat badan menurut umur sangat

rendah (BGM) 4

4 minggu (1 bulan)

Ada beberapa kunjungan ulang yang berbeda untuk masalah gizi yaitu :

Page 17: mtbs tinjauan pustaka

a. Anak yang mempunyai masalah pemberian makan, dan ibu balita telah dianjurkan

untuk melakukan perubahan dalam hal pemberian makan, kunjungan ulang dalam

waktu 5 hari adalah untuk melihat apakah ibu telah melakukan perubahan itu.

b. Anak yang tampak pucat (anemia),kunjungan ulang dalam 4 minggu untuk memberi

tambahan zat besi (yang penting anak dengan anemia akan mendapat zat besi dengan

total pemberian untuk 1 bulan dan mendapat tindak lanjut setelah 1 bulan tersebut )

c. Anak yang menderita BGM, kunjungan ulang dalam waktu 4 minggu / 1 bulan untuk

menimbang anak, menilai ulang pemberian makan dan memberi nasehat lebih lanjut

sesuai kartu Nasehat Ibu/ KIA.

Jadwal kunjungan ulang ini terdapat dalam kartu nasehat ibu , bersama nasehat

kapan harus kembali segera (tabel 2.2). Bagian terpenting dari kapan harus kembali ini,

petugas dilatih untuk selalu mengecek pemahaman ibu sebelum ibu meninggalkan klinik.

Dalam memberikan nasehat itu petugas dapat menggunakan istilah istilah lokal yang

mudah dimengerti ibu . Kartu nasehat ibu menampilkan tanda tanda tersebut dalam

bentuk kalimat maupun dalam gambar. Petugas akan melingkari tanda-tanda yang harus

diingat ibu. Petugas harus selalu menyadari bahwa kata kata dan nasehat tersebut

dimengerti oleh ibu. Jika ibu tidak mengerti, mungkin ibu tidak akan kembali. Jika ibu

tidak kembali pada saat anak menderita pneumonia anak mungkin dapat meninggal.

Page 18: mtbs tinjauan pustaka

Tabel 2.2.

Kapan harus segera kembali pada balita 2 bulan sampai 5 tahun

Kunjungan ulang Tanda-tanda

Setiap anak sakit 1. Tidak bisa minum atau menyusu

2. Bertambah parah

3. Timbul demam

Anak dengan batuk : bukan

Pneumonia, juga kembali jika :

1. Nafas cepat

2. Sukar bernafas

Jika anak Diare, juga kembali jika: 1. Berak bercampur darah

2. Malas minum

Jika anak, mungkin DBD atau

Demam :

Mungkin bukan DBD, juga

kembali jika :

1. Ada tanda tanda perdarahan

2. Ujung ekstremitas dingin

3. Nyeri ulu hati atau gelisah

4. Sering muntah

Dengan demikian, Konseling yang baik diharapkan akan memberikan

pemahaman kepada ibu balita akan perawatan balita yang benar dirumah, yang pada

akhirnya meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu akan perawatan yang benar

bagi balitanya.

Page 19: mtbs tinjauan pustaka

Tabel. 2.3.

Jadwal kunjungan ulang bayi 1 hari sampai dengan 2 bulan

Bayi dengan klasifikasiWaktu kunjungan

ulangnfeksi bakteri

Gangguan pemberian ASI

Luka atau bercak putih dimulut (thrust)

Hipotermia sedang

Diare dehidrasi ringan/ sedang

2 Hari

Ikterus fisiologis

Berat badan rendah7 Hari

Petugas harus memastikan bahwa setiap ibu yang bayinya sakit perlu diberitahu

kapan harus membawa bayinya untuk kunjungan ulang (tabel 2.3) dan kapan harus segera

dibawa ke petugas kesehatan (tabel 2.4):

a. Segera membawa bayinya kepetugas kesehatan jika timbul tanda

b. Penyakitnya bertambah parah

c. Membawa bayinya untuk kunjungan ulang pada kurun waktu tertentu

d. Untuk mngecek kemajuan pengobatan dengan antibiotik atau untuk

e. Pemberian imunisasi berikutnya (kunjungan bayi sehat).

Page 20: mtbs tinjauan pustaka

Tabel. 2.4.

Menasehati Ibu Kapan Harus Segera Dibawa Ke Petugas Kesehatan

Segera dibawa ke petugas kesehatan jika bayi menunjukkan

salah satu gejala berikut :

a) Gerakan bayi berkurang

b) Nafas cepat

c) Sesak nafas

d) Perubahan warna kulit ( kebiruan, kuning )

e) Malas / tidak bisa menetek atau minum

f) Badan teraba dingin atau panas

g) Beraknya campur darah ( ada darah dalam tinja )

h) Jika kulit kuning bertambah

i) Bertambah parah

Seperti halnya pada balita umur 2 bulan sampai 5 tahun, petugas kesehatan dilatih

untuk mempraktekkan ketrampilannya pada bayi 1 hari sampai 2 bulan sebagai berikut :

a. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah yang dihadapi bayi muda

b. Memeriksa dan mengklasifikasi bayi muda untuk masalah :

1) Kejang

2) Gangguan nafas

3) Kemungkinan infeksi bakteri

4) Ikterus

5) Gangguan saluran cerna

Page 21: mtbs tinjauan pustaka

6) Diare

7) Kemungkinan berat badan rendah

8) Masalah pemberian ASI

9) Menentukan status imunisasi pada bayi muda

10) Menilai masalah/ keluhan lain pada bayi muda maupun ibu

11) Menentukan tindakan (termasuk rujukan) dan memberi pengobatan pada bayi

muda

12) Memberikan konseling bagi ibu

13) Memberikan pelayanan tindak lanjut pada bayi muda.

Pada waktu kunjungan ulang , petugas kesehatan dapat menilai apakah anak

membaik setelah diberi obat atau diperlukan diberi tindakan lainnya. Sebagai contoh,

beberapa anak mungkin tidak bereaksi atas pemberian antibiotika tertentu atau obat

malaria, sehingga diperlukan obat pilihan kedua. Anak dengan diare persisten

membutuhkan tindak lanjut untuk memastikan bahwa diare telah berhenti sama sekali.

Anak dengan demam atau infeksi mata perlu dilihat jika keadaanya tidak membaik. Anak

dengan masalah pemberian ASI dan makanan memerlukan tindak lanjut untuk

memastikan bahwa mereka telah mendapat cukup ASI/ makanan sehingga berat

badannya bertambah. Tindak lanjut merupakan hal yang penting. Petugas dianjurkan

membuat alur pelayanan khusus untuk kunjungan ulang. Karena petugas telah dilatih

untuk menangani apabila bayi atau balita berkunjung ulang ,maka apabila bayi atau balita

berkunjung ulang akan dilakukan sebagai berikut, Petugas akan :

a. Menentukan apakah kunjungan anak adalah kunjungan ulang

Page 22: mtbs tinjauan pustaka

b. Jika merupakan kunjungan ulang, menilai tanda tanda yang sesuai dengan petunjuk

dalam kotak tindak lanjut (dalam buku bagan) untuk klasifikasi anak sebelumnya.

c. Memilih tindakan dan pengobatan berdasarkan tanda-tanda yang ada pada anak saat

kunjungan ulang.

d. Jika anak mempunyai masalah baru, menilai dan mengklasifikasikan anak seperti

anak pada kunjungan pertama

e. Pada penanganan balita umur 2 bulan sampai 5 tahun , tindakan yang dilakukan

sesuai kotak tindak lanjut pada buku bagan dan ini hampir sama dengan pada bayi

muda. Beberapa klasifikasi untuk dilakukan tindak lanjut pada tabel 2.5 adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.5.

Klasifikasi untuk dilakukan tindak lanjut

Anak umur 2 bulan sampai 5 tahun A Anak umur 1hari sampai 2 bulanKunjungan ulang pneumonia

Kunjungan ulang diare persisten

Kunjungan ulang desentri

Kunjungan ulang malaria

Kunjungan ulang demam mungkin bukan

malaria

Kunjungan ulang campak dengan

komplikasi mata atau mulut

Kunjungan ulang untuk mungkin demam

berdarah dengue dan demem: mungkin

Kunjungan ulang hipotermia

sedang

Kunjungan ulang infeksi bakteri

lokal

Kunjungan ulang ikterus fisiologik

Kunjungan ulang Diare dehidrasi

ringan/ sedang

Kunjungan ulang berat badan

rendah

Page 23: mtbs tinjauan pustaka

bukan demam berdarah dengue

Kunjungan ulang infeksi telinga

Kunjungan ulang masalah pemberian

Makan

Kunjungan ulang anemia

Kunjungan ulang BGM (bawah garis

merah)

Kunjungan ulang maslah

pemberian ASI

Kunjungan ulang luka atau bercak

putih(trusth) di mulut

B. Konsep Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh berbagai

enteropatogen, termasuk bakteria, virus, dan parasit (Larry K, 1999, hlm 889).

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekwensi defekasi yang abnormal (lebih

dari 3 kali / hari), serta perubahan dalam isi (lebih dari 200g/hari) dan konsistensi (feses

cair).(Brunner & Suddarth, 2001, hlm 1093).

Diare merupakan keadaan di mana seseorang menderita air berkali-kali, tinjanya

encer dan kadang-kadang muntah. Diare disebut juga muntaber (muntah berak), muntah

mencret atau muntah bocor. Kadang-kadang tinjanya juga mengandung darah atau lendir.

(http://dranak. blogspot.com).

Diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan

konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak

lebih dari biasanya 3 kali atau lebih dalam 1 hari. (http://www.infeksi.com).

Page 24: mtbs tinjauan pustaka

2. Etiologi

a. Enteropatogen bakteri

Enteropatogen bakteri dapat menyebabkan diare radang dan non radang., dan

enteropatogen spesifik dapat disertai dengan salah satu manifestasi klinis. Umumnya

diare radang akibat Aeromonas spp, Campylobacter jejuni, Clostridium difficile, E.

Coli enteroinvasif, E. Coli enterohemoragik, Plesiomonas shigelloides, Salmonella

spp, Shigella spp, Vibrio parahaemolyticus, dan Yersinia enterocolitica. Diare non

radang dapat disebabakan oleh E. coli enteropatogen, E coli enterotoksik, dan Vibrio

Cholerae. Infeksi Yarsinea dan Salmonella paling sering dijumpai pada anak berusia

1 bulan hingga 3 tahun. Sementara infeksi Shigella dan Campylobacter paling sering

dijumpai pada anak usia 1-5 tahun.

b. Enteropatogen parasit

Giardia lamblia adalah penyebab penyakit diare yang paling sering di

Amerika Serikat. Pathogen lain adalah Cryptosporidium, Entamoeba histolytica,

Strongyloides stercoralis, Isospora belli, dan Enterocytozoon bieneusi.

c. Enteropatogen virus

Empat penyebab gastroenteritis virus adalah rotavirus, adenovirus enteric,

astovirus dan kalsivirus. Rotavirus terutama dijumpai pada anak usia 4 bulan hingga 3

tahun.

d. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika. Bila diare terjadi saat anak sedang

dalam pengobatan antibiotika.

Page 25: mtbs tinjauan pustaka

e. Alergi susu diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu

tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu

sapi.

f. Keracunan makanan/minuman yang disebabkan oleh bakteri maupun bahan kimia.

g. Immunodefisiensi.

h. Kekurangan gizi seperti kelaparan, kekurangan zat putih telur.

i. Sensitivitas terhadap protein susu dan kedelai

Sensitivitas terhadap protein susu dan kedelai merupakan alergi gastrointestinal

terhadap makanan yang menyebabkan cedera mukosa. Mekanisme sensitivitas ini masih

belum dimengerti. Banyak orang tua dan dokter salah menginterpretasikan derajat

iritabilitas normal dan gas sebagai intoleransi terhadap susu formula. Sebelum bayi

dinyatakan alergi dengan protein susu, sebaiknya terlebih dahulu diperoleh data yang

objektif. Gambaran klinis dapat bervariasi dari anak yang sehat dengan darah samar di

tinja hingga bayi yang tampak toksik dan disertai muntah, penurunan berat badan dan

darah yang terlihat di tinja. Data objektif yang memberi kesan diagnosis ini adalah samar

tinja yang positif., temuan eusinofil dan neutrofil (atau keduanya) pada pewarnaan

Wright tinja, dan eosinofilia perifer. Hasil kultur tinja seharusnya negatif. 20-30 % pasien

yang alergi terhadap protein susu sapi juga akan sensitif terhadap susu kedelai. Oleh

karena itu diindikasikan untuk mengganti dengan susu formula protein hidrolisat,

bergantung pada beratnya gejala. Pemberian kembali pada susu formula pada bayi yang

menyebabkan alergi 4-6 minggu kemudian akan memastikan diagnosis ini. Bayi yang

diberi ASI yang mengalami gejala ini dapat berespon terhadap penghentian semua

Page 26: mtbs tinjauan pustaka

produk susu dari diet ibu. Sebagian besar pasien yang mengalami sensitivitas terhadap

protein susu atau kedelai akan dapat mentoleransi susu pada usia 2 tahun.

3. Patofisiologi

Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang

terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi

bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan. Diare dapat ditularkan

melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh

orang sakit atau pembawa kuman yang berak di sembarang tempat. Tinja tadi mencemari

lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur. Orang sehat yang menggunakan air sumur

atau air sungai yang sudah tercemari dan kemudian menderita diare. Penularan dapat

terjadi melalui : makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah

dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermain dengan mainan

yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun

kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa

hari. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan

benar. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih. Tidak mencuci tangan

dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang

terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyakit diare disesuaikan dengan

penyebabnya. Berikut merupakan tanda dan gejala terjadi :

Page 27: mtbs tinjauan pustaka

Tabel 2.1

Penyebab Diare

Penyebab Karakteristik

Agen viral

Rotavirus (periode inkubasi 1-3

hari)

Organisme Norwalklike (periode

inkubasi 1-3 hari)

Awitan tiba-tiba, demam 38o C atau

lebih,mual / muntah, nyeri abomen,

berhubungan dengan infeksi saluran

nafas atas, diare dapat menetap selama

lebih dari 1 minggu.

Demam, kehilangan nafsu,

mual/muntah, nyeri abdomen, diare,

malaise.

Agen bacterial

Eschericia coli patogenik (periode

inkubasi sangat bervariasi,

bergantung pada strain)

Kelompok Salmonella (nontifoid) –

garam negatif tanpa kapsul, tanpa

spora (periode inkubasi 6-72 jam

Awal bertahap atau tiba-tiba,

manifestasi klinis bervariasi,

kebanyakan - diare hijau, cair dengan

darah dan mukus, menjadi eksplosif,

muntah dapat terjadi pada awitan,

distensi abdomen, diare, demam,

tampak toksik.

Awitan cepat, gejala bervariasi (ringan

sampai berat), mual, muntah dan nyeri

abdomen kolik diikuti diare, kadang-

Page 28: mtbs tinjauan pustaka

untuk gastroenteritis biasanya

kurang dari 24; 3-60 hari untuk

demam enteric biasanya 7-14)

S. typhi

Kelompol Shigella – gram negative,

basil anaerob non motil. (periode

inkubasi 1-7 hari, biasanya 2-4

hari)

kadang disertai darah dan mucus,

demam, peristaltic hiperaktif dan nyeri

tekan yang ringan pada abdomen,

gejala biasanya berkurang dalam 5 hari,

dapat mengalami sakit kepala dan

manifestasi serebral (mis : mengantuk,

konfusi, meningismus, atau kejang),

bayi mungkin afebris dan non toksik,

dapat mengakibatkan septikimia dan

meningitis yang mengancam

kehidupan.

Bervariasi pada bayi, pada anak yang

lebih besar demam tidak teratur, sakit

kepala, malaise, letargi, diare terjadi

pada 50 % tahap awal, umumnya

terjadi batuk, dalam beberapa hari

demam meningkat dan menetap, terjadi

keletihan batuk, nyeri abdomen,

anoreksia, dan penurunan berat badan.

Awitan bervariasi tetapi biasanya tiba-

tiba, demam dan nyeri kram abdomen

terjadi di awal, demam dapat mencapai

40,50 C, konvulsi pada kira-kira 10 %

Page 29: mtbs tinjauan pustaka

Yarsinia enterocolitica (periode

inkubasi tergantung dosis 1-3

minggu)

Campylobacter jejuni (periode

inkubasi 1-7 hari atau lebih lama)

Kelompok Vibrio cholera (periode

inkubasi biasanya 2-3 hari rentang

dari beberapa jam sampai 5 jam)

biasanya dikaitkan dengan demam,

pasien tampak sakit, sakit kepala, kaku

kuduk, delirium, diare cair dengan

mucus dan pus mulai kira-kira 12-48

jam setelah awitan, defikasi didahului

kram abdomen, tenesmus dan aliran

mengejan, gejala biasanya berkurang

dalam 5-10 hari.

Diare mungkin berdarah, demam lebih

dari 38◦C, nyeri abdomen pada kuadran

kanan bawah, muntah.

Demam, nyeri abdomen sering hebat,

kram, pereumbilikasi, diare cair,

banyak, bau menyengat disertai darah,

muntah.

Awitan tiba-tiba dari diare encer yang

banyak, tanpa disertai kram, tenesmus

atau iritasi anal, meskipun anak

mengeluh kram ; pada awalnya terjadi

defikasi intermiten, kemudian hampir

kontinu; defikasi berdarah dengan

mucus; diare dengan darah dalam feses

Page 30: mtbs tinjauan pustaka

Keracunan makanan

Staphilococcus (periode inkubasi 4-

6 jam)

Clostridium perfungens (periode

inkubasi 8-24 jam, biasanya 8-12

jam)

Clostridium botulinum (periode

inkubasi 12-26 jam, rentang 6-

sampai 8 hari)

Mual, muntah; kram abdomen hebat;

diare hebat; syok dapat terjadi pada

kasus-kasus berat; mungkin demam

ringan.

Kram sedang sampai berat, nyeri

midepigastrik.

Mual, muntah; diare; gejala system

saraf pusat dengan efek seperti curare;

mulut kering, disfagia.

5. Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu terutama pada jenis tinja. Awitan diare

mendadak dengan buang air besar lebih dari 4 kali / hari dan tidak ada muntah sebelum

diare meningkatkan kemungkinan adanya enteris bacterial. Diare berdarah dan demam

paling sering dijumpai pada enteritis bacterial, walaupun infeksi Cryptosporidium juga

sebaiknya dipertimbangkan pada anak- anak yang berada ditempat penitipan anak. Tinja

pada infeksi rotavirus biasanya berwarna hijau , berair, dan tidak berdarah. Tinja pada

infeksi Salmonella biasanya berwarna hijau, berlendir dan berbau telur busuk. Tinja pada

infeksi Shigella khas berair, berdarah, dan tidak berbau.

Page 31: mtbs tinjauan pustaka

6. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu : teruskan pemberian Air Susu Ibu (ASI),

perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping

ASI setelah bayi berusia 4 bulan, karena penularan kontak langsung dari tinja melalui

tangan / serangga , maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci

tangan untuk seluruh anggota keluarga, cucilah tangan sebelum makan atau menyediakan

makanan untuk sikecil, ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman

yang kita makan, juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.

7. Pengobatan

Yang perlu diingat pengobatan bukan memberi obat untuk menghentikan diare,

karena diare sendiri adalah suatu mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan

kontaminasi makanan dari usus. Mencoba menghentikan diare dengan obat seperti

menyumbat saluran pipa yang akan keluar dan menyebabkan aliran balik dan akan

memperburuk saluran tersebut.

Oleh karena proses diare ini adalah mekanisme pertahanan dari tubuh, akan

sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari (1 -14 hari) dimana diare makin berisi

dari air (watery) mulai berampas, berkurang frekwensinya dan sembuh. Yang terpenting

pada diare adalah mencegah dan mengatasi gejala dehidrasi. Kebanyakan pasien dengan

rehidrasi ringan sampai sedang dapat direhidrasi dengan larutan rehidrasi oral yang

mengandung elektrolit dan glukosa. Larutan-larutan ini mengandung natrium sebanyak

75-90mEq/l., sedangkan larutan rumatan mengandug natrium 40-60mEq/l. Rehidrasi

dengan larutan rehidrasi oral sebaiknya dilakukan lebih dari 4-6 jam. Cairan rumatan

Page 32: mtbs tinjauan pustaka

peroral dapat diberikan setelah rehidrasi, tetapi makanan sebaiknya diberikan kembali

dalam waktu 24 jam. Makanan awal sebaiknya berupa ASI, susu formula atau susu

murni, nasi, pisang, kentang, biskuit, roti panggang, dan serial kering. Karena sel-sel usus

yang dirusak oleh virus memerlukan nutrisi untuk pembentukan kembali. Pemberian

makanan seperti biasanya akan memperpendek masa waktu gejala dari diare.

Manfaat penggunaan susu formula yang bebas laktosa masih belum jelas. Obat

anti diare tidak efektif dan dapat berbahaya. Obat ini dapat meningkatkan proliferasi

bakteri dan absorpsi toksin dengan menurunnya motilitas usus dan juga menyamarkan

kehilangan cairan luminal. Minumlah garam oralit untuk mencegah terjadinya

kekurangan cairan tubuh sebagai akibat diare. Minumkanlah cairan oralit sebanyak

mungkin penderita mau. 1 bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak

(200 cc) Kalau oralit tidak ada buatlah : larutan garam gula. Ambillah air teh (masak) 1

gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Diaduk

rata dan diberikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum. Bila diare tak

terhenti dalam sehari atau penderita lemas sekali bawalah segera ke Puskesmas.

C. Konsep Balita

1. Pengertian

Bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai balita adalah merujuk kepada

bayi yang berumur di bawah 5 tahun termasuk 5 tahun.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Balita).

Page 33: mtbs tinjauan pustaka

2. Tumbuh Kembang Anak Usia Todler (1-3 tahun)

Pada usia todler anak mulai berjalan, mulai mengeksplorasi secara giat tentang

lingkunganya seperti berusaha mengetahui bagaimana sesuatu bekerja, apa kata-kata, dan

bagaimana mengontrolnya dengan tuntutan, negativisme, dan berkeras kepala. Masa ini

merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan

intelektual.

a. Teori Tumbuh Kembang menurut Freud

Kesenangan berubah dari suatu yang erogenous tubuh ke tempat lain, tingkat

maturasi anak menentukan saat perubahan ini terjadi. Jika pemuasan kesukaan

berlebihan atau dihambat, anak mungkin menjadi tersangkut secara emosional

(terikat) pada tahapan yang khusus. Sesuai dengan tahapan teori psikoseksual Freud,

anak todler berada pada fase anal-muskular (1-3 tahun). Pada fase ini, pemuasan

kenikmatan sensual berasal dari retensi dan pengeluaran feses, dengan tubuh memberi

kepuasan berkisar sekitar anus. Mengotori adalah aktivitas yang umum.

Pada tahap ini anak sangat cocok diajarkan toilet training. Konflik eksternal

mungkin ditemui pada saat latihan ke toilet dan terlibat dalam perilaku seperti

kontipasi, kelembaban, dan kesakitan. Sikap positif yang dapat diperoleh dalam tahap

ini adalah jika BAB atau BAK senang melakukannya sendiri, sedangkan negatifnya

anak akan menahan dan mempermainkannya.

b. Teori Tumbuh Kembang menurut Piaget (1952)

Page 34: mtbs tinjauan pustaka

Melihat perkembangan pikiran sebagai kejadian melalui adaptasi terhadap

lingkungan. Anak menyesuaikan (mengisi) informasi yang baru ke dalam struktur

pemikiran yang sudah ada (skema) dan mengakomodasi (mengubah) skema tersebut

untuk menerima informasi yang baru. Usaha untuk keseimbangan (ekuilibrasi) terjadi

melalui dua proses ini. Piaget yang menyatukan prinsip epigenetic kedalam teorinya.

Prinsip ini menyebutkan bahwa perkembangan bergantung pada program genetic

seseorang dan bahwa setiap aspek atau bagian memiliki waktunya sendiri untuk

berpengaruh. Pengaruh genetic yang konstan, maturasi, pengalaman dan interaksi

memberi hasil dalam perkembangan kognitif. Teori ini menempatkan manusia dalam

peran belajar yang aktif dan adalah hal yang penting bagaimana anak belajar.

Pada tahap sensorimotor (lahir-2 tahun), anak belajar mengenal dunia melalui

aktivitas sensori dan motorik. Anak secara lambat mengembangkan konsep bahwa

orang dan benda merupakan hal yang permanen, walaupun mereka tidak terlihat lagi.

Pada tahap ini anak todler berada pada fase peralihan antara trial and error dan

representasi. Pada fase trial and error (12-18 bulan), anak secara aktif

mengeksplorasi dunia dan berbagai kegiatan untuk melihat sesuatu yang baru dari

sebuah obyek, kejadian atau situasi. Trial and error digunakan untuk memecahkan

masalah. Anak mungkin mencoba mendapatkan mainan keluar dari kotak kecil yang

terbuka pertama dengan tangan dan kemudian membalik kotak tersebut dan

menumpahkan isinya keluar. Anak memahami bagian benda yang tidak pada

tempatnya jika terlihat.

Pada fase representasi (18-24 bulan), toddler mulai menciptakan gambaran

mental dan dengan demikian dapat menciptakan cara yang baru untuk berurusan

Page 35: mtbs tinjauan pustaka

dengan lingkungan. Anak mulai memikirkan tentang kejadian–kejadian tanpa

melakukan tindakan. Anak mendapatkan benda sungguhan yang permanen dan

mencari benda yang tidak terlihat (tersembunyi). Misalnya: todler akan mencari

tempat untuk menyimpan botol, pemahaman ini didemonstrasikan dengan mencari

botol di dalam kulkas.

c. Teori Tumbuh Kembang menurut Kohlberg (1968)

Mengemukakan bahwa perkembangan kognitif mendasari kemajuan moral

seseorang dari tingkat ke tingkat. Tahapan ini terjadi dalam urutan yang sama

berdasarkan kultur. Individu berada dalam seberapa tepat dan seberapa jauh mereka

maju melalui tahapan ini. Pada teori perkembangan moral Kohlberg, anak todler

berada pada tingkat premoral (lahir-9 tahun), pada fase orientasi hukuman dan

kepatuhan (lahir-6 tahun). Pada tingkat premoral terdapat sedikit kewaspadaan

mengenai apa yang dimaksud dengan perilaku moral yang bisa diterima secara sosial.

Kontrol didapatkan dari luar. Anak menyerah pada kekuatan dan kepemilikan. Pada

fase orientasi dan hukuman, peraturan dari orang lain diikuti untuk menghindari

hukuman. Anak menggabungkan label dari baik buruk dalam perilaku dalam bentuk

konsekuensi dari tindakan.

d. Teori Tumbuh Kembang menurut Erickson (1963)

Setiap tahap memiliki krisis personal yang melibatkan konflik utama yang

krisis pada saat itu. Perkembangan ego sangat dipengaruhi oleh pengaruh sosial dan

Page 36: mtbs tinjauan pustaka

kultural dan kesuksesan dari setiap krisis yang melibatkan perkembangan dari

kebaikan yang khusus. Kesuksesan penguasaan pada setiap konflik dibangun pada

keberhasilan, penyelesaian pusat konflik sebelumnya. Teori ini menunjukkan

pentingnya hereditas dan lingkungan yang memiliki dasar epigenetic. Perkembangan

ditentukan oleh prinsip genetik dan berlangsung terus-menerus sepenjang tahapan

usia.

Sesuai dengan tahapan teori psikososial Erickson, anak todler berada pada

tahap autonomi vs ragu-ragu dan malu (1-3 tahun). Pada usia ini anak mendapatkan

perasaan terhadap koreksi diri sendiri seraya mengatasi perasaan terhadap keraguan

dan perasaan malu. Mereka mereaksi kehendaknya dan memberikan kontrol yang

mandiri, ketergantungan dan mengatur dirinya sendiri. Mereka mengkonfrontasikan

dengan konflik terhadap usaha mengurusi dirinya sendiri (otonominya), dan

melepaskan banyak kesenangan secara mandiri.

Anak mulai mengembangkan kemandirian pada saat peningkatan kontrol

fungsi-fungsi tubuh terhadap kegiatan membuka dan memakai baju, berjalan,

mengambil makan sendiri, dan ke toilet. Mulai terbentuk kontrol diri. Jika

perkembangan kemandirian todler tidak didukung oleh orang tua, anak mungkin

memiliki kepribadian yang ragu-ragu. Jika anak dibuat merasa buruk pada saat

melakukan kegagalan, anak akan menjadi pemalu.

Beberapa tugas yang spesifik pada usia todler, yaitu:

1) Membedakan diri dari yang lain, terutama ibunya

2) Membiarkan terhadap pemisahan dengan orang tua

3) Mengontrol fungsi tubuh secara keseluruhan

Page 37: mtbs tinjauan pustaka

4) Mendapatkan tingkah laku sosial yang dapat diterima

5) Pengertian verbal dalam komunikasi

6) Kemampuan berhubungan dengan semuanya dalam mengurangi cara egosentris.

Untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut perlu adanya dukungan dari

orang tua sepenuhnya dan lingkungan yang positif untuk terbentuknya rasa percaya

diri dan harga diri, serta memberikan keyakinan yang jelas. Tugas perkembangan

yang dilalui oleh usia todler adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan motorik, dimana anak mulai belajar dan mematuhi suatu periode

mengeksploitasi benda-benda dalam lingkungan.

2) Mengembangkan kemampuan bicara dan meningkatkan perbendaharaan kata

kearah yang lebih dimengerti.

3) Mengembangkan konseptual dan tingkah laku inisiatif.

4) Meningkatkan aktivitas imaginative dan belajar berespon terhadap orang lain.

5) Belajar mengendalikan tubuh dan mengikuti pola-pola sosial untuk dapat diterima

dalam memenuhi kebutuhan mereka.

Penyimpangan yang dapat terjadi pada usia todler adalah sebagai berikut:

1) Negativisme

Suatu perilaku yang dimunculkan oleh anak dimana tidak semua menerima

kehendak atau perintah, dan akan mengerjakan hal-hal yang bertentangan, tidak

berespon terhadap sapaan. Usaha pencegahannya:

a) Melatih kontrol anak dengan membuat pilihan dihadapkan dengan dua pilihan

yang positif, sehingga mereka lebih suka memilih salah satunya, daripada

menjawab tidak.

Page 38: mtbs tinjauan pustaka

b) Mengurangi kesempatan untuk menjawab “tidak”

c) Membuat suatu permainan dimana todler merasa tertantang untuk menang.

d) Menggunakan humor yang akan membuat tugas dapat dipertahankan dan

dapat mengurangi marah dan frustasi.

2) Tempertantrum

Ketidakmampuan fisik untuk menyelesaikan tugas atau banyaknya aturan-aturan

yang mengganggu aktivitasnya. Hal tersebut dapat menimbukan frustasi pada

anak. Rasa frustasi yang bertumpuk-tumpuk tersebut dilepaskannya dengan

aktivitas untuk membebaskan ketegangannya seperti: berguling-guling diatas

lantai, menendang-nendangkan kakinya, membentur kepala, memutar kepala dan

menahan napasnya.

Usaha mencegahnya:

a) Mengabaikan anak jika berperilaku mancari perhatian.

b) Hindari tanggapan secara verbal pada saat mencari perhatian.

c) Orang tua mendekat setelah tantrum selesai atau berkurang.

d) Tawarkan anak pada aktivitas yang disukai.

e) Memberi hadiah setelah post tantrum.

3) Sibling rivalry (persaingan antar saudara)

Kecemburuan dan kemarahan yang alamiah dari anak terhadap seseorang (anak

baru) dalam keluarga. Terjadi pada kedatangan bayi baru atau terhadap seseorang

yang baru bergabung pada keluarga. Perilaku yang sering diperlihatkan anak

adalah: marah pada perubahan yang dibawa sibling, khususnya perpisahan dari

ibu selama persalinan, orang tua memberi cinta dan perhatian pada orang lain,

Page 39: mtbs tinjauan pustaka

kebiasaan rutin terganggu, memukul adiknya, mendorong adiknya jauh dari orang

tuanya, menarik botol atau payudara dari mulut bayi.

Cara mencegahnya:

a) Membicarakan adik barunya ketika todler menyadari tentang kehamilan dan

perubahan serta mengantisipasi keluarga yang baru.

b) Menjelaskan dengan ide-ide yang realistis tentang seperti apa kehamilan dan

kelahiran.

c) Melindungi bayi dan supervisi dan interaksi dari sibling.

d) Adanya perlindungan bayi di rumah.

4) Toilet training

Perilaku yang sering diperlihatkan anak usia toddler adalah ketidakmampuan anak

untuk menahan BAB dan BAK, ketidakmampuan anak mengkomunikasikan pada

orang tuanya saat ingin BAB atau BAK.

Cara mencegahnya:

a) Membantu anak memilih pot duduk atau menggunakan toilet.

b) Membantu anak dalam melakukan BAB atau BAK

c) Melatih anak untuk mengenal tanda-tanda BAB atau BAK.

d) Ajarkan anak untuk mengkomunikasikan pada orang tua jika ada tanda-tanda

BAB atau BAK.

e) Ajarkan anak untuk langsung ke toilet pada saat ingin BAB atau BAK

Page 40: mtbs tinjauan pustaka

D. Keramgka Teori

Faktor Predisposisi-Pelaksanaan MTBS diare akut

-Klasifikasi penyakit-Identifikasi tindakan-Pengobatan -Konseling -Sikap/ persepsi-Kapan kembali ke puskesmas

-Pendidikan Ibu-Usia balita-Jenis kelamin balita

Faktor Pendukung-Penyakit infeksi-Lingkungan -Status gizi balita-Status immunisasi-Perilaku Masyarakat-Keadaan Sosial Ekonomi

Faktor Pendorong-Kebijakan pemerintah-Jangkauan terhadap Yankes

Kesembuhan Diare Pada Balita