WordPress.com · 2016. 1. 6. · gau YAH? - nz4UMu2 seazAÑ5 Huh'! ? ,vmwa . "V.\W7
Mpkk Gabung i II II Huh Hah Kami Sudah Selo
-
Upload
intan-kurnia-ramadhani -
Category
Documents
-
view
52 -
download
1
Transcript of Mpkk Gabung i II II Huh Hah Kami Sudah Selo
Pengaruh Terpaan Pemberitaan Timnas Indonesia Di Media Massa Terhadap Minat Mahasiswi
Komunikasi, FISIPOL, UGM Angkatan 2009 Dan 2010 Untuk Menyaksikan Timnas Indonesia Di Piala
AFF SUZUKI CUP 2010
Disusun Oleh:Intan Kurnia Ramadhani(09/281877/SP/23332)Nuansa Intifada Aryani (09/282336/SP/23432)Hawwin Barri Falachi (09/282500/SP/23485)
Siti Alifah Farhana Dinanta (09/288764/SP/23770)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
AFF (ASEAN Football Federation) merupakan organisasi bola yang didirikan pada tahun 1984
oleh negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan
Brunei Darusalam. Baru pada tahun 1996 Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam bergabung dalam
AFF. Turnamen sepak bola untuk negara-negara di Asia Tenggara ini pertama kali digelar di
Singapura pada 1996. Turnamen ini kemudian dikenal dengan nama Tiger Cup. Pada perhelatan
pertama, Thailand menjadi juara setelah mengalahkan Malaysia di final. Sementara, Indonesia harus
puas di urutan ke empat setelah kalah dari Vietnam.
Dalam turnamen Tiger Cup yang kini bernama Piala AFF ini, terjadi sebuah kontroversi pada
tahun 1998. Bek Indonesia, Mursyid Effendi, secara sengaja mencetak gol ke gawang sendiri saat
melawan Thailand. Indonesia, yang saat itu sudah dipastikan lolos ke semifinal, akhirnya 'kalah' 2-3
dari Thailand. Tim Gajah Putih itu pun harus berhadapan dengan tuan rumah Vietnam di babak
semifinal. Akibat peristiwa itu, FIFA akhirnya mendenda kedua tim sebesar US$40 ribu. Indonesia
dan Thailand terbukti merusak semangat fair play. Indonesia mendapat tambahan hukuman yaitu
Mursyid Effendi dilarang bemain di pentas internasional selama seumur hidup.
Singapura pun akhirnya menjadi juara setelah mengalahkan Vietnam. Sementara Indonesia
di posisi ketiga karena mengalahkan Thailand 5-4. Pada gelaran tahun 2000, 2002, dan 2004,
Indonesia berhasil meraih posisi kedua. Prestasi terburuk Indonesia dalam turnamen ini adalah pada
2007. Indonesia gagal lolos ke semifinal. Begitu pula tahun 2008.
Pada tahun 2010 ini AFF kembali menyelenggarakan Piala AFF dan Indonesia kembali
menjadi salah satu peserta dalam pertandingan bola bergengsi di wilayah Asia Tenggara ini. Dengan
disponsori oleh brand otomotif ternama SUZUKI, perhelatan sepak bola ini dinamakan Piala AFF
SUZUKI CUP 2010. Indonesia pun menyiapkan strategi untuk dapat memenangkan Piala AFF 2010,
salah satunya dengan menyiapkan pemain yang akan tergabung dalam tim nasional Indonesia
mewakili Indonesia. Wajah-wajah baru pun banyak menghiasi tim nasional Indonesia, selain diambil
dari klub lokal, Indonesia pun banyak memasang pemain naturalisasi sebagai pemain dalam Tim
Nasional (Timnas) Indonesia. Sebut saja Christian Gonzales, dan Irfan Bachdim. Indonesia tentu
harus banyak bersiap, karena selain menjadi peserta dalam Piala AFF SUZUKI CUP 2010, Indonesia
juga berkesempatan untuk menjadi tuan rumah.
Dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah menyita perhatian media. Terutama dengan
adanya pendapat bahwa persepakbolaan Indonesia yang dinilai belum baik. Publik pun dibuat
penasaran dengan Piala AFF SUZUKI CUP 2010 yang melibatkan Indonesia sebagai peserta. Hingar
bingar pemberitaan pun banyak bermunculan di sejumlah media massa di Indonesia. Opini,
dukungan, hingga rumor banyak terdengar mengiringi pertandingan sepak bola yang paling ditunggu
di Asia Tenggara. Media semakin gencar memberitakan mengenai Piala AFF SUZUKI CUP 2010,
terutama setelah Indonesia unggul dalam dua pertandingan awal saat babak penyisihan. Indonesia
mampu memenangkan pertandingan dengan skor mutlak saat mengalahkan Malaysia dengan skor 5-
1 dan saat melawan Laos dengan 6-0. Semenjak itu, Timnas Indonesia seakan menjadi pemberitaan
utama. Hampir setiap media massa baik elektronik maupun cetak memberitakan Timnas dalam Piala
AFF SUZUKI CUP 2010.
Kemenangan Timnas Indonesia dalam pertandingan pada babak penyisihan membuat media
enggan melewatkan pemberitaan mengenai Timnas. Sebut saja pemberitaan mengenai para tim
yang berkompetisi, komposisi pemain, prediksi pertandingan, hingga para pemain yang tergabung
dalam Timnas Indonesia. Dalam sehari saja, pemberitaan mengenai Timnas selalu ada dan
terpublikasikan dengan beragam pemberitaan. Media menjadi salah satu penyebab Piala AFF SUZUKI
CUP 2010 menjadi sangat populer di kalangan masyarakat, terlebih ketika acara-acara non-olahraga
di televisi seperti acara infotainment juga ikut memberitakan tentang kehidupan pribadi para
pemain Timnas.
Pemberitaan media yang nyaris tanpa henti itu berimbas pada dukungan bagi Timnas dari
masyarakat Indonesia. Siaran pertandingan Piala AFF SUZUKI CUP 2010 kemudian menjadi siaran
yang ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh penduduk Indonesia. Bahkan, demi mendukung Timnas,
tidak sedikit orang yang rela datang ke Stadion Gelora Bung Karno ketika pertandingan sedang
diselenggarakan di sana. Kini dengan adanya publikasi yang oleh media, Piala AFF SUZUKI CUP 2010
bukan lagi menjadi tontonan bagi para lelaki yang notabene menjadi penggemar bola. Hampir
seluruh masyarakat Indonesia menonton Piala AFF SUZUKI CUP termasuk perempuan.
Bagi perempuan, sepak bola mungkin bukan menjadi hal yang menarik untuk ditonton.
Namun dengan terpaan media yang hadir setiap saat mengenai pemberitaan Timnas, maka bukan
menjadi hal yang tidak mungkin jika wanita tertarik mononton Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
Perempuan menjadi khalayak yang tak kuasa untuk menahan lajunya pemberitaan yang disediakan
media terkait dengan Piala AFF 2010. Apakah kemudian media memilki andil menjadikan perempuan
menaruh minat pada pertandingan AFF 2010?
Inilah kemudian yang menjadi fokus dalam penelitian kami, yakni mengenai pengaruh
terpaan media terkait dengan pemberitaan Timnas dalam Piala AFF 2010 dengan minat menonton
pertandingan AFF SUZUKI CUP 2010.
1.2 Perumusan Masalah
“Apakah terpaan pemberitaan Timnas Indonesia di media massa mempengaruhi minat
mahasiswi Komunikasi, FISIPOL, UGM angkatan 2009 dan 2010 untuk menyaksikan Timnas Indonesia
di Piala AFF SUZUKI CUP 2010?”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara terpaan pemberitaan media massa
terhadap Timnas Indonesia dengan minat mahasiswi Komunikasi, FISIPOL, UGM angkatan
2009 dan 2010 menonton Timnas di Piala AFF SUZUKI CUP 2010;
2. Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan persuasi media massa dalam mempengaruhi
perilaku, yaitu minat mahasiswi Komunikasi, FISIPOL, UGM angkatan 2009 dan 2010
terhadap pertandingan Timnas di Piala AFF SUZUKI CUP 2010;
3. Untuk mengetahui minat dari mahasiswi Komunikasi, FISIPOL, UGM angkatan 2009 dan 2010
menonton piala AFF SUZUKI CUP 2010;
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini objek yang diteliti (unit of analysis) adalah kaum remaja perempuan.
Definisi kelompok remaja perempuan yang dijadikan objek penelitian dibatasi pada rentang usia 18
tahun – 23 tahun. Ini didasari oleh definisi mahasiswa berdasarkan sumber yang didapat dari Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Dalam hal ini, kelompok remaja perempuan yang dijadikan sebagai objek
penelitian berasal dari kalangan mahasiswa.
Mahasiswa dijadikan sebagai objek penelitian didasari pada pertimbangan bahwa
mahasiswa merupakan objek yang selalu bersentuhan dengan media, mengingat penelitian ini
merupakan penelitian yang berlandaskan pada peran media. Peneliti menggunakannya pada Jurusan
Komunikasi UGM angkatan 2009 dan 2010 yang diharuskan untuk mengerti pada pemberitaan
media. Kemudian mengenai pemilihan mahasiswi sebagai subjek penelitian. Hal ini dikarenakan
peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh terpaan media mengenai pemberitaan Tim
Nasional Indonesia dalam Piala AFF SUZUKI CUP 2010 pada mahasiswi yang notabene mungkin tidak
menyukai sepak bola. Ketertarikan pada sepak bola selama ini selalu ditunjukan oleh lelaki. Untuk itu
kami menjadikan mahasiswi sebagai objek penelitian kami. Penjelasan lebih lanjut akan dijelaskan di
dalam metodologi penelitian.
1.4.1 Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia Piala AFF SUZUKI CUP 2010
Pada bulan Desember 2010 ini, kembali diselenggarakan kompetisi sepakbola bergengsi dua
tahunan tingkat ASEAN. Indonesia juga turut andil dalam berpartisipasi pada kompetisi kali ini,
sebagai tuan rumah dan peserta tentunya dengan menampilkan tim Garuda kesayangan bangsa
Indonesia. Timnas Indonesia kali ini terdiri dari 23 pemain, dalam asuhan Alfred Riedl sebagai
pelatih. Berikut adalah daftar pemain Timnas Indonesia pada piala AFF 20101.
a. Kiper : Markus Horison (1), Ferry Rotinsulu (12), Kurnia Meiga Hermansyah (23) Made
Wirawan.
b. Bek : Zulkifli Syukur (3), Benny Wahyudi (7), Ricardo Salampessy, Nova Arianto (30), Maman
Abdulrahman (5), Hamka Hamzah (23), Yesaya Desnam (29), M Roby (26), Muhammad
Nasuha (2), Slamet Riyadi.
c. Gelandang : M Ridwan (22), Arif Suyono (14), Toni Sucipto (6), Firman Utina (15), Eka
Ramdani (8), Ahmad Bustomi (19), Hariono, Johan Juansyah (11), Oktovianus Maniani (10),
Octavianus.
d. Penyerang : Christian Gonzales (9), Irfan Bachdim (17), Bambang Pamungkas (20), Yongky
Aribowo (21), Dendi Santoso.
Ada yang menarik pada skuad Timnas tahun ini, yaitu adanya dua pemain naturalisasi.
Naturalisasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi penduduk asing atau hal menjadikan warga
negara dan pewarganegaraan yang diperoleh setelah memenuhi syarat sebagaimana yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.2 Kedua pemain tersebut adalah Christian “El-
Loco” Gonzalez dari Persib Bandung dan Irfan Bachdim dari Persema Malang. Kedua pemain ini
sontak mendapatkan respon yang sangat hangat dari bangsa Indonesia melihat kemampuannya
dalam berbagai laga di Liga Super Indonesia (LSI) saat membela tim lokalnya. Keberadaan pemain
naturalisasi ini diharapkan mampu mengubah peta sepak bola Indonesia.
1 http://sepakbola.showbiznotes.net/skuad-daftar-pemain-Timnas-indonesia-di-piala-aff-2010/ . Diakses pada 1 Januari 2011. Beberapa pemain yang belum memiliki nomor punggung adalah pemain yang tidak ikut didaftarkan pada piala AFF 2010, namun masuk Timnas Indonesia. 2 KBBI Online. Diakses pada 1 Januari 2011.
1.4.2 Piala AFF SUZUKI CUP 20103
Piala AFF merupakan kompetisi sepak bola ASEAN yang rutin dilaksanakan setiap dua tahun
sekali. Pada kompetisi tahun ini, Timnas tiap-tiap negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Laos,
Thailand, Vietnam, Myanmar, Filipina, dan Singapura memperebutkan tropi bergilir yang telah
dimenangkan Vietnam. Tim Vietnam mengalahkan Thailand pada final di kandang Thailand dan
bermain imbang di kandang Vietnam. Pada tahun 2008, Indonesia dan Vietnam tampil sebagai tuan
rumah. Indonesia untuk Grup A yang terdiri dari Indonesia, Laos, Malaysia, dan Thailand. Sedangkan
Vietnam sebagai tuan rumah Grup B yang terdiri dari Vietnam, Myanmar, Filipina, dan Singapura.
ASEAN Football Federation (AFF), berdiri pada 31 Januari 1984. Pada awalnya, hanya terdiri
dari lima anggota, yaitu Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Namun, kini
anggotanya sudah bertambah menjadi 11 dengan tambahan yaitu Kamboja, Indonesia, Laos,
Myanmar, Vietnam, dan Timor Leste.
Pada awalnya, kompetisi yang sekarang diselenggarakan AFF ini tidak mendapat sambutan
yang baik, walaupun dulu pada tahun 1996, diselenggarakan Tiger Cup di Singapura dengan enam
peserta diantaranya adalah Vietnam, Kamboja, Laos, Myanmar, Singapura, dan Thailand yang keluar
sebagai juaranya. Selanjutnya Tiger Cup 1998 yang berlangsung di Vietnam melahirkan sebuah
kejadian kontroversial pada babak penyisihan. Dalam upaya untuk menghindari pertemuan dengan
tuan rumah Vietnam di babak berikutnya, Indonesia dan Thailand memainkan sepak bola negatif
karena keduanya tidak mempunyai keinginan untuk menang. Ketika skor masih 2-2 menjelang
berakhirnya pertandingan, bek Indonesia Mursyid Effendi dengan sengaja mencetak gol bunuh diri
dengan menendang bola ke gawangnya sendiri sehingga skor menjadi 3-2 untuk kemenangan
Thailand. Kedua tim akhirnya didenda karena telah "merusak semangat sepak bola" dan Mursyid
sendiri dilarang bermain dalam sepak bola internasional seumur hidup. Juara pada tahun 1998
adalah Singapura yang mengalahkan Vietnam di babak final dengan skor 1-0. Pada Tiger Cup 2000
dan 2002 terjadi final "el clasico ASEAN" yang semuanya dimenangkan Thailand setelah berturut-
turut mengalahkan Indonesia di final. Sejak Tiger Cup 2002, Tiger Cup mulai diselenggarakan di dua
negara. Pada Tiger Cup 2004, babak semifinal dan final mulai diselenggarakan dengan sistem
tandang-kandang untuk lebih mempopulerkan kejuaraan ini. Tiger Cup kali ini juga mencatat keikut
sertaan Timor Leste dalam kejuaraan ini untuk pertama kalinya. Tiger Cup 2004 direbut Singapura
yang mengalahkan Indonesia di final kandang dan tandang. Kejuaraan Sepak Bola ASEAN 2007
diadakan di Singapura dan Thailand dan kembali dijuarai Singapura setelah mengalahkan Thailand
pada final di kandang Singapura dan bermain imbang di kandang Thailand. Piala Suzuki AFF 2008
3 http://www.affsuzukicup.com/aboutaff.html. Diakses pada 1 Januari 2011.
diadakan di Indonesia dan Thailand yang kali ini dijuarai Vietnam yang mengalahkan Thailand pada
final di kandang Thailand dan bermain imbang di kandang Vietnam.4
Hingga pada akhirnya nama Malaysia berhasil diusung bersama piala AFF pada tahun 2010
dengan Suzuki sebagai sponsor utamanya. Meskipun kalah dari Indonesia di final leg II di kandang
Indonesia, namun mereka berhasil memetik kemenangan awal di pertandingan final leg I di kandang
Malaysia.
1.5 Definisi Operasional
Terpaan media dapat diartikan bahwa media melakukan pemberitaan terhadap suatu tema
yang sama dengan intensitas tinggi selama jangka tertentu kepada masyarakat. Dalam proposal
penelitian ini, media massa melakukan terpaan kepada masyarakat Indonesia dengan memberitakan
mengenai Timnas Indonesia yang menjadi peserta pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010, juga
pemberitaan terhadap Piala AFF 2010 itu sendiri.
Media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan
berita dan pesan kepada masyarakat luas5. Dalam proposal ini, media massa yang kami maksud
adalah televisi, koran, majalah, koran, radio, tabloid.
Minat, menurut Hurlock (1993), adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu
akan bermanfaat, maka akan menjadi berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan
kepuasan. Ketika kepuasan menurun, minat bisa berubah-ubah sehingga minat tidak bersifat
permanen.
Menyaksikan adalah suatu tindakan yang dilakukan seseorang secara sadar pada suatu hal.
Dalam proposal ini maka menyaksikan adalah kegiatan menonoton Timnas dalam pertandingan Piala
AFF 2010
Tim nasional adalah adalah tim yang berisikan pemain dari suatu negara tertentu yang
dipersiapkan untuk bertanding dalam perlombaan olahraga. Dalam proposal ini, tim nasional
Indonesia adalah tim yang mewakili Indonesia dalam pertandingan Piala AFF 2010
Piala AFF SUZUKI CUP 2010 merupakan pertandingan bola se-Asia Tenggara. AFF (Asean
Football Federation) merupakan organisasi bola yang didirikan pada tahun 1984 oleh negara-negara
Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Brunei Darusalam. Baru
pada tahun 1996 Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam bergabung dalam AFF. Pada pada tahun
1996 pula, AFF Tiger Cup, yaitu pertandingan sepak bola yang diikuti oleh negara-negara anggota
4 http://alumnimaterdei.com/iptek-yang-perlu/piala-aff-1.html. Diakses pada 1 Januari 2011.5 KBBI Online. Diakses pada 1 Januari 2011.
dari AFF. Pada tahun 2007, Tiger Cup mengalami perubahan nama menjadi Kejuaraan Sepakbola
ASEAN, dan pada tahun 2008 Kejuaraan Sepak bola Asean kembali berubah nama menjadi Piala AFF.
1.6 Metodologi penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian
ini tergolong dalam jenis penelitian explanatory, atau penelitian penjelasan, yang artinya adalah
menyoroti hubungan antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya6. Jadi, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan kausal dan
mengadakan uji data.
Di lain pihak, rancangan yang dipergunakan adalah rancangan survei yang pada intinya
merupakan penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-
fenomena yang terdapat dalam masyarakat dan mencari keterangan yang lebih faktual dan
sistematis7.
1.6.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti8. Dalam penelitian ini,
populasi yang kami gunakan adakah kelompok remaja perempuan atau mahasiswi yang aktif pada
strata satu (S1) di Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIPOL, UGM. Aktif disini kami definisikan sebagai
mahasiswi yang masih terdaftar dalam program strata satu (S1) di Jurusan Ilmu Komunikasi ,
Universitas Gadjah Mada.
Kemudian yang akan dijadikan sampel adalah mahasiswi yang berasal dari angkatan 2009
dan angkatan 2010. Dengan target sampel yang harus didapatkan berjumlah 30 orang, dengan
pembagian 15 orang berasal dari angkatan 2009 dan 15 orang berasal dari angkatan 2010.
1.7 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan adalah teknik pengambilan cluster
sampling. Teknik ini merupakan cara pengambilan sampel yang membagi keseluruhan populasi
menjadi kelompok-kelompok atau cluster yang dipilih secara acak dalam jumlah yang
merepresentasikan populasi. Penggunaan teknik ini disebabkan tidak didapatkannya data yang
mendetail terhadap keseluruhan populasi dan juga pertimbangan atas waktu dan biaya terbatas9.
6 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (editor), Metode Penelitian Survai. (LP3ES: Jakarta) hlm. 5 7 Ibid. halaman 258 http://home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING. Diakses pada 30 Desember 20109 Singarimbun dan Effendi. Op. Cit., halaman 166
1.8 Teknik Pengumpulan Data
1.8.1 Data Primer
Untuk mendapatkan data primer, penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan
kepada sampel yang telah ditetapkan. Isi dari kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang
terformat dan berhubungan dengan penelitian yang diadakan.
1.8.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang menunjang penelitian berupa teori-teori yang berada
dalam kajian komunikasi, periklanan, dan psikologi yang diambil dari buku-buku teks. Selain itu, data
sekunder juga menyertakan pendapat para ahli dalam bidangnya yang diambil dari buku teks,
jurnal, artikel, maupun literatur yang ada dan tentu saja berhubungan dengan penelitian ini yang
diambil dari berbagai sumber, baik cetak ataupun digital.
1.9 Kerangka Konsep
Untuk mengetahui pengaruh pemberitaan Timnas di media massa terhadap minat
perempuan menonton pertandingan Piala AFF SUZUKI CUP Suzuki Cup 2010, penelitian ini
menggunakan dua pendekatan yang berbeda, yaitu pendekatan komunikasi dan pendekatan
psikologi. Pendekatan komunikasi mencoba untuk menjabarkan mengenai pemberitaan media
massa, keunggulan dari beragam pemberitaan Piala AFF oleh media massa, hingga terpaan yang
dilakukan media terhadap mahasiswi. Sedangkan pendekatan psikologi digunakan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh yang dapat ditimbulkan dari terpaan media massa dalam aktifitas
pemberitaannya mengenai Tim Nasional dalam piala AFF 2010 untuk mempengaruhi mahasiswi
hingga timbulnya minat untuk menyaksikan pertandingan Piala AFF 2010.
Pengertian kerangka konsep penelitian adalah kerangka berpikir dari peneliti yang
didasarkan atas teori atau konsep dari nama penemu sehingga menjadi acuan atau dasar yang kuat
dari setiap variabel dan indikator-indikatornya. Kerangka ini kemudian dinyatakan dalam bentuk
skema, diagram, atau paradigma.
Teori jarum suntik
Pemberitaan media terhadap peristiwa yang tengah ramai dibicarakan di masyarakat
memang kerap dilakukan. Tak tanggung-tanggung, media kerap menayangkan pemberitaan
terhadap peristiwa tersebut dengan intensitas yang tinggi sehingga terciptalah suatu terpaan media.
Terpaan media massa
Audiens (mahasiswi)Minat
menyaksikan Piala AFF SUZUKI
CUP 2010??
Apa yang menjadikan media bertingkah seperti itu? Semata karena rating kah? Atau karena media
melakukan fungsinya dalam memberikan informasi kepada masyarakat?
Piala AFF SUZUKI CUP yang kembali diselenggarakan pada tahun 2010 ini sepertinya menjadi
peristiwa yang menarik di penghujung tahun 2010. Terlebih ketika Timnas Indonesia memberikan
penampilan bertanding yang baik sehingga menorehkan prestasi yang cukup membanggakan saat
babak penyisihan. Media massa seakan menjadikan Timnas sebagai pemberitaan paling ditunggu
masyarakat sehingga hampir seluruh media massa memberitakan mengenai Timnas Indonesia yang
tengah bertanding dalam Piala AFF SUZUKI CUP 2010 dengan berbagai macam pemberitaan.
Berita yang berkembangpun semakin beragam. Pada awalnya media hanya memberitakan
mengenai ulasan pertandingan namun semakin lama pemberitaan semakin meluas dengan
banyaknya pemberitaan yang mengarah pada ranah personal dari para pemain Timnas Indonesia.
Pemberitaan Timnas ini menyentuh seluruh perhatian dari masyarakat Indonesia tanpa terkecuali
perempuan. Pada umumnya perempuan bukanlah penggemar dari permainan bola. Walau pun iya,
tidak sebanyak lelaki yang menyukai bola dan selalu menyaksikan pertandingan bola. Mahasiswi
merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang terkena terpaan pemberitaan Timnas dalam Piala
AFF SUZUKI CUP 2010.
Dengan beragamnya pemberitaan media massa tentu menimbulkan tanggapan berbeda dari
masyarakat Indonesia terutama mahasiswi. Tanggapan dari adanya pemberitaan itu dapat berimbas
pada minat menonton Piala AFF SUZUKI CUP 2010 yang menjadi fokus dari pemberitaan media
tersebut.
Minat dalam menonton Piala AFF SUZUKI CUP 2010 dapat disebabkan oleh banyak hal.
Minat menonton ini dapat disebabkan oleh pengaruh media. Dalam Teori Jarum Hipodermik, media
massa merupakan variabel komunikator yang memiliki kredibilitas, daya tarik dan kekuasaan dalam
meliput dan menyiarkan pemberitaan Timnas Indonesia pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010. Berita
yang disiarkan merupakan variabel pesan yang diukur melalui struktur pesan (pola penyimpulan,
pola urutan argumentasi, dan pola objektivitas), gaya pesan (variasi linguistik dalam penyampaian
pesan seperti perulangan, kemudahan dalam pemaknaan pesan, dan perbendaharaan kata), appeals
pesan mengacu pada motif-motif psikologis yang di kandung pesan (rasional-emosional, fear
appeals, reward appeals). Kemudian variabel media yaitu televisi, radio, majalah, koran dan tabloid.
Minat ini merupakan variabel antara yang dijabarkan dengan tingkat perhatian, tingkat
pengertian, dan tingkat penerimaan pemberitaan Timnas Indonesia dalam Piala AFF SUZUKI CUP
2010. Pada akhirnya akan menimbulkan efek yang diukur pada segi kognitif (perubahan pendapat,
penambah pengetahuan, perubahan kepercayaan), segi afektif (sikap, perasaan, kesukaan), dan segi
behavioral (perilaku atau kecenderungan perilaku) yaitu menyaksikan pertandingan Timnas
Indonesia pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
Mahasiswi adalah khalayak yang juga mendapatkan terpaan dari adanya pemberitaan Tim
Nasional dalam Piala AFF SUZUKI CUP 2010. Mahasiswi sebagai khalayak yang akan terkena imbas
dan mungkin menjadikan berita sebagai alasan dalam menonton Piala AFF SUZUKI CUP 2010. Minat
dari mahasiswi ini yang akan dijadikan pertanyaan dalam penelitian ini, juga korelasinya dengan
ketersediaan media massa sebagai alat untuk menginformasikan berbagai hal mengenai tim
Nasional dalam Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
1.9.1 Media Massa Sebagai Sarana Pemberitaan Timnas Indonesia Pada Piala AFF SUZUKI CUP
2010
Istilah media massa merujuk pada alat atau cara terorganisir menyampaikan pesan secara
terbuka dengan jarak jauh kepada banyak orang (audiens yang luas dan heterogen) dalam jarak
waktu yang ringkas10. Media massa sendiri terdiri dari beberapa jenis, yaitu media cetak dan media
elektronik. Untuk media cetak, bentuk-bentuk media yang akan dibahas pada penelitian ini adalah
koran dan tabloid. Untuk media elektronik adalah pemberitaan di radio dan televisi.
Penyampaian pesan melalui media massa memiliki keuntungan, yaitu menimbulkan
keserempakan dan pesan dapat diterima oleh audiens dengan jumlah relatif banyak. Sehingga untuk
menyebarkan informasi, media massa sangat efektif untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku
komunikasi. Media massa memiliki empat fungsi ideal, yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi
menghibur, fungsi mendidik, dan fungsi mempengaruhi11. Keempat fungsi tersebut melekat secara
utuh dan dilaksanakan secara bersama-sama, berkesinambungan satu sama lain, dan berimbang.
Pada kasus ini, media massa menyampaikan pemberitaan mengenai Timnas Indonesia
dengan tingkat intensitas yang tinggi kepada masyarakat. Indonesia, sebagai negara yang ikut
berpartisipasi dalam Piala AFF SUZUKI CUP 2010, menjadi objek pemberitaan. Media massa terus
menyoroti perjuangan Timnas dalam meraih predikat juara di ajang sepak bola ASEAN ini.
Masyarakat kemudian menjadi penasaran dan tidak sabar untuk melihat Timnas beraksi di lapangan
hijau, mengalahkan lawan-lawannya.
Kembali lagi kepada fungsi media massa seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, yaitu
fungsi mempengaruhi, maka asumsi pertama yang timbul adalah masyarakat terpengaruh oleh
pemberitaan di media mengenai Timnas yang prestasinya semakin gemilang karena berhasil
mengalahkan lawan-lawannya dalam beberapa pertandingan. Kemenangan yang diraih oleh Timnas
membuat masyarakat semakin tertarik untuk menonton pertandingan selanjutnya karena mereka
10 I.G.N. Putra. Bahan Kuliah Komunikasi Massa, tatap muka ke-5. Jurusan Ilmu Komunikasi UGM. 2010 11 Ibid.
memiliki harapan untuk Indonesia supaya mampu meraih gelar ‘sang juara’. Harapan tersebut
seperti muncul kembali mengingat Timnas, seperti yang telah dikabarkan lewat media massa,
berhasil maju terus melanjutkan perjuangan sampai ke babak final.
Media massa juga sangat efektif dalam mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Asumsi
selanjutnya ialah bahwa dengan terpaan pemberitaan lewat media massa mengenai Timnas,
masyarakat yang tadinya tidak tertarik untuk menonton pertandingan kemudian menjadi tertarik
untuk menonton. Media hampir setiap waktu memberikan informasi mengenai seluk-beluk Timnas
Indonesia dari strategi permainan, prediksi pertandingan, keseharian pemain, hingga skandal-
skandal pemain Timnas yang biasanya disiarkan melalui infotainment. Begitu seringnya pemberitaan
mengenai Timnas muncul di media massa membuat masyarakat secara tidak sengaja menjadi sadar
akan keberadaan Timnas dan pertandingan Piala AFF SUZUKI CUP 2010 yang sedang berlangsung.
Masyarakat kemudian mulai memiliki ketertarikan untuk menonton pertandingan dan mengikuti
sepak terjang Timnas di Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
Secara psikologis, pemberitaan masif mengenai sepak terjang Timnas dalam Piala AFF
SUZUKI CUP 2010, mempengaruhi alam bawah sadar audiens. Sebuah pesan disampaikan sebagai
sebuah impuls ke otak manusia. Impuls-impuls yang didapat seorang manusia tidak dapat hilang
begitu saja, tapi tersimpan di dalam bagian bawah sadar otak manusia. Impuls itu selanjutnya akan
menjadi stimulus otak12. Stimulus pada akhirnya akan bekerja untuk mengingat segala informasi
mengenai Timnas Indonesia pada AFF SUZUKI CUP 2010, hingga menentukan minat seseorang untuk
menonton pertandingan Timnas dalam Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
1.9.2 Mahasiswi Sebagai Audiens
Mahasiswi merupakan mahasiswa wanita13, dengan pengertian mahasiswa adalah orang
yang belajar di perguruan tinggi14. Kategori mahasiswi pada penelitian ini adalah kelompok remaja
perempuan dengan umur berkisar antara 18 tahun hingga 22 tahun15. Mereka berada pada fase
remaja akhir hingga awal dewasa. Mahasiswi akan mengalami perubahan secara perlahan demi
sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang realistik16. Sehingga mahasiswi dinilai sudah mampu
memilih apa yang menjadi minat mereka.
Asumsi dari penelitian ini adalah, sejak kecil sebagian besar perempuan ditanamkan oleh
orang tua mereka untuk selalu bersifat sopan dan feminin. Sedangkan sepakbola merupakan 12 Erik Barnouw. Mass Communication. (Holt, Rinehart, and Winston: New York). Hlm. 53.13 KBBI Online. Diakses pada 1 Januari 2011.14 Ibid.15 Menurut Mappiare (1982), dalam website http://www.ayruzallein.co.cc/2010/07/pengertian-remaja.html. Diakses pada 1 Januari 2011.16 Muslim, 2009. ditulis dalam website http://wartawarga.gunadarma.ac.id/author/go_zalimuslim/. Diakses pada 2 Januari 2011.
olahraga pria yang kasar dan kotor. Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang mereka terima
sejak kecil, bahkan dibawa hingga saat ini. Dari sinilah diperoleh asumsi bahwa mahasiswi tidak
menyukai olahraga sepakbola. Bahkan, untuk sekedar menontonnya.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Pada
fase remaja akhir, perkembangan kognitif semakin matang. Perkembangan kognitif adalah
perubahan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir dan bahasa17. Untuk itu, asumsi
selanjutnya dari penelitian ini adalah remaja fase akhir cenderung selektif dalam menerima terpaan
media.
Kenyataan diatas menjadikan mahasiswi sebagai audiens yang berbeda dibandingkan pria
(mahasiswa). Dalam kaitannya mahasiswi sebagai audiens, media massa telah melakukan
pemberitaan yang mempengaruhi tingkat pemikiran atau pola pikir mereka sehingga berminat untuk
menonton pertandingan Timnas Indonesia pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
1.9.3 Model Jarum Hipodermik
Dalam memahami pola sikap mahasiswa, dapat digunakan sebuah model teori yang
menjelaskan sebuah pola sikap. Model jarum hipodermik memiliki asumsi bahwa komponen-
komponen komunikasi (komunikator, pesan, media) sangat kuat dalam mempengaruhi komunikasi.18
Pesan dikesankan seolah-olah “disuntikan” langsung ke dalam diri komunikan. Sebagaimana obat
disimpan dan disebarkan dalam tubuh sehingga terjadi perubahan dalam sistem fisik, begitu pula
pesan-pesan persuasif mengubah sistem psikologis. Komunikan dianggap pasif dalam menerima
rentetan pesan. Model ini penelitian ini dapat dilukiskan dalam bagan berikut :
17 Anonim. 2007. dalam website http://www.rumahbelajarpsikologi.com/index.php/remaja.html. Diakses pada 2 Januari 2011.18 De Fleur, M.L. dan S. Ball Rokeach, Theories of Mass Communication, David, McKay, Company, New York, 1975
Bagan 119
Dalam penelitian ini, variabel komunikator adalah media massa. Media massa diasumsikan
memiliki kredibilitas, daya tarik dan kekuasaan atas informasi yang disebarkan. Kredibilitas ini
mengarah kepada kompetensi media massa dalam mengolah informasi. Daya tarik merujuk kepada
konten dan pengemasan informasi oleh media massa. Kekuasaan mengarah kepada wewenang
media massa dalam meliput dan menyiarkan informasi.
Variabel pesan dalam penelitian ini adalah berita mengenai Timnas Indonesia pada Piala AFF
SUZUKI CUP 2010. Struktur pesan ditunjukkan dengan pola penyimpulan (tersirat atau tersurat), pola
urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu, argumentasi yang disenangi atau yang tidak
disenangi), pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi). Gaya pesan menunjukkan variasi linguistik dalam
penyampaian pesan (perulangan, kemudahan dalam pemaknaan pesan, perbendaharaan kata).
Appeals pesan mengacu pada motif-motif psikologis yang di kandung pesan (rasional-emosional, fear
appeals, reward appeals). Variabel media dalam penelitian ini adalah televisi, radio, majalah, koran
dan tabloid.
Variabel antara dijabarkan dengan tingkat perhatian, tingkat pengertian, dan tingkat
penerimaan. Perhatian diukur dengan sejauh mana komunikan menyadari adanya pesan, pengertian
diukur dengan sejauh mana komunikan memahami pesan; penerimaan dibatasi pada sejauh mana
komunikan menyetujui gagasan yang dikemukakan komunikator.
Variabel efek diukur pada segi kognitif (perubahan pendapat, penambah pengetahuan,
perubahan kepercayaan), segi afektif (sikap, perasaan, kesukaan), dan segi behavioral (perilaku atau
kecenderungan perilaku).
1.9.4 Perilaku Mahasiswi dalam Teori Jarum Hipodermik
Untuk mengetahui pengaruh pemberitaan media, dapat digunakan teori Jarum Hipodermik.
Teori Jarum Hipodermik berasumsi bahwa media menyuntikkan stimulus berupa pemberitaan ke
dalam diri audiens yang pasif. Tetapi ini tidak selalu berhasil, terkadang audiens tidak terkena
stimulus tersebut. Audiens memiliki nalar untuk memilih dan memilah hal-hal yang akan dilakukan
dengan media tersebut. Hal itu dikarenakan pengaruh lingkungan, dan psikologis masing-masing
audiens.
Dua asumsi dasar pada teori ini adalah, yang pertama, pers dan media menayangkan
pemberitaan mengenai suatu isu secara massif. Peran editor atau pun pihak yang berkuasa pada
19 Ibid.
media tersebut sangat berpengaruh karena mereka adalah kunci apakah suatu isu akan diangkat ke
publik atau tidak, serta metode penayangan isu tersebut di muka umum.
Pemikiran seseorang itu sendiri dapat dipengaruhi karena dua hal, yaitu saat isu yang
diangkat oleh media sesuai dengan kebutuhannya saat itu dan isu tersebut berhubungan atau
menunjang kelangsungan kehidupannya pada saat itu. McCombs dan Shaw juga menganggap jika
seseorang dalam sebuah grup secara tidak langsung akan memerhatikan sebuah isu meskipun kedua
hal yang telah disebutkan tadi tidak terjadi pada diri mereka. Selain itu, semakin mudah sebuah isu
diakses, akan semakin berpengaruh juga pembingkaian isu tersebut terhadap pola pikir seseorang.
Dalam penelitian ini, teori Jarum Hipodermik digunakan karena media menyiarkan
pemberitaan Timnas pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010 secara massif disetiap waktu dan dengan
kemasan tertentu. Kemenangan beruntun Timnas Indonesia membuat media melihat berita ini ada
kecenderungan untuk meledak di publik, lalu media memberitakan hal ini secara masif,
menimbulkan collective unconscious seperti misalnya patriotisme di sebagian besar kalangan
mahasiswi, dan berujung pada timbulnya fenomena crowd psychology, di mana mahasiswi ikut
menyemarakkan, menyemangati Timnas Indonesia, ikut histeria lingkungan sekitarnya dan
melakukan tindakan yang di luar kebiasaan secara tidak sadar.
Saat event Piala AFF SUZUKI CUP 2010 sedang berlangsung, pemikiran audiens dapat
dipengaruhi oleh pemberitaan media karena berbagai isu yang diangkat, mulai dari euforia, latar
belakang anggota Timnas, hingga isu-isu pribadi yang ada di tubuh masing-masing anggota Timnas
maupun Timnas itu sendiri, sehingga menentukan minat audiens untuk menonton pertandingan
Piala AFF SUZUKI CUP 2010 ini.
1.10 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Perumusan Masalah
1.3Tujuan penelitian
1.4Ruang Lingkup Penelitian
1.4.1 Tim Nasional (Timnas) Sepak Bola Indonesia Piala AFF SUZUKI CUP 2010
1.4.2 Piala AFF SUZUKI CUP 2010
1.5Definisi Operasional
1.6Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
1.6.2 Populasi dan Sampel
1.7Teknik Pengambilan Sampel
1.8Teknik Pengumpulan Data
1.8.1 Data Primer
1.8.2 Data Sekunder
1.9Kerangka Konsep
1.9.1 Media Massa Sebagai Sarana Pemberitaan Timnas Indonesia Pada Piala AFF SUZUKI
CUP 2010
1.9.2 Mahasiswi Sebagai Audiens
1.9.3 Model Jarum Hipodermik
1.9.4 Perilaku Mahasiswi dalam Teori Jarum Hipodermik
1.10 Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
2.2 Efek Media
2.3 Teori Jarum Hipodermik
2.4 Minat
2.5 Remaja Fase Akhir
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel
3.3. Pengumpulan Data
3.4. Instrumen Penelitian
3.5. Kuesioner
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I
- Kuesioner Penelitian
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. 1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
Komunikasi merupakan unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Miller menyebutkan
bahwa konseptualisasi komunikasi terdapat 3 dimensi, yaitu komunikasi sebagai proses (linier dan
Transmiter Signal Receiver Destination
Noice
Sender
deterministik), komunikasi sebagai (proses) transaksional, dan komunikasi sebagai praktik simbolis.
Komunikasi sebagai proses menjelaskan bahwa komunikasi bersifat kompleks, terus menerus, dan
tidak dapat dipisahkan unsur-unsurnya secara sembarangan. Meski komunikasi terkesan sebagai
interaksi yang sederhana, sesungguhnya ia dipengaruhi pengalaman masa lalu yang memiliki
implikasi penting terhadap masa depan. Komunikasi sebagai proses satu arah yang bergerak dari kiri
ke kanan dan tidak memperhatikan umpan balik atau feedback. Untuk lebih jelas lihat gambar
berikut :
message
Model Komunikasi Linear 20
Komunikasi sebagai (proses) transaksional (empowering participants) memandang bahwa
komunikasi bersifat kompleks karena melibatkan interaksi antara pengirim dan penerima (tidak satu-
arah). Umpan balik menempati posisi yang penting. Model ini masih mengisolasi posisi pengirim dan
penerima. Komunikasi sebagai praktik simbolis (interpretive). Komunikasi mengandaikan adanya
tanda dan simbol (verbal maupun non-verbal) yg memiliki acuan tertentu dan bersifat arbitrer. Titik
awalnya adalah bagaimana pesan atau teks berinteraksi dengan orang dan memproduksi makna,
saat komunikasi menitikberatkan pola peran teks dalam budaya manusia.
Menurut Harold Lasswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Laswell mengemukakan bahwa
proses komunikasi terdiri dari beberapa komponen yang saling berhubungan, yaitu:
- Who : Orang yang menyampaikan pesan (komunikator)
- Says What : pesan yang disampaikan (message)
- To Whom : penerima pesan (Komunikan)
- In which channel : saluran yang digunakan (channel)
- with what effect : efek yang timbul akibat proses komunikasi tersebut
20 Griffin, E.M. 2003. A First Look At Communication Theory. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Model Laswell ini sering diterapkan dalam komunikasi massa karena model ini menyangkut
pembahasan terhadap media (analisis media) yang akan memberikan suatu referensi suatu
penelitian terhadap media massa. Dalam konteks pembahasannya, model ini sering dikritik karena
model ini tampaknya mengisyaratkan kehadiran komunikator dan pesan yang bertujuan21.
Melvin De Fleur mengungkap bahwa massa melalui presentasi selektif dan penekanan pada
tema-tema tertentu dan penekanan tertentu menciptakan kesan diantara para khalayaknya. Perilaku
individual dibimbing oleh norma-norma yang berkaitan dengan topik tertentu, maka media massa
akan memberikan pengaruh tidak langsung22. Dalam penelitian ini, perilaku audiens yaitu mahasiswi,
telah dibimbing media massa untuk menyaksikan pertandingan Timnas Indonesia pada Piala AFF
SUZUKI CUP 2010 melalui pemberitaan-pemberitaan di media massa.
Seiring perkembangan ilmu komunikasi, banyak definisi mengenai komunikasi massa yang
pada intinya sama, yaitu proses penyampaian ide atau pesan dari komunikator kepada komunikan
melalui media massa. Definisi klasik dapat kita ambil dari Wilbur Schramm sebagai berikut:
message
Sender receiver
channel
feedback
Bagan23
Komunikasi massa dapat diartikan dalam dua persepsi. Pertama, komunikasi oleh media, dan
kedua, komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti komunikasi massa adalah komunikasi untuk
setiap orang. Media tetap cenderung memilih audiens, demikian pula sebaliknya, audiens memilih-
memilih media.24 Dalam hal in, audiens memilih segala bentuk media massa untuk mendapatkan
informasi mengenai Timnas Indonesia dalam Piala AFF 2010. Kemudian untuk media, ia akan
melakukan penempatan terhadap konten beritanya dan dikemas sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan target audiensnya. Sebagai contoh, media memberitakan mengenai Timnas Indonesia pada
Piala AFF SUZUKI CUP 2010 pada acara infotainment yang lebih banyak dilihat oleh mahasisiwi.
21 Ibid. Hal 13722 Severin, Werner. Dan James W. Tankard R. 1979. Communication Theories : Origin – Method –Uses. Hasting House, Publishers, New York. Hal. 7323 Sari, S. Endang. 1993. Audience Research edisi pertama. Yogjakarta: Andi Offset. Hal.2324 De Fleur, Melvin Lawrence. 1982. Theories of Mass.Ccommunication. New York : Fairfield Graphics. Hal. 18
Short Term Long Term
Planned Effect
Unplanned Effect
Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi
perlu mengetahui bahwa terdapat empat karakteristik komunikasi massa25, yaitu :
a. Komunikasi massa bersifat umum.
Pesan yang di sampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.
b. Komunikasi bersifat heterogen.
Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi
penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan
yang sangat berbeda.
c. Media massa menimbulkan keserempakan.
Keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar orang dalam jarak jauh
dari komunikator, satu sama lainnya berbeda dalam keadaan terpisah.
d. Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi.
2.2 Efek Media
Sebagian besar studi komunikasi massa berdasar pada premis bahwa pesan media massa
memiliki efek bagi audiens. Efek ini timbul setiap hari disadari ataupun tidak oleh audiens. Sebagai
gambaran, kita memperhatikan cuaca sekitar setelah mendengar ramalan cuaca, membeli barang
setelah menyaksikan iklan, dan menonton film yang diulas dalam surat kabar. Bahkan, konstruksi
kehidupan politik dan pemerintahan berasal pemberitaan media. Dalam kajian sejarah efek media,
terus bergulir antara besarnya efek media bagi audiens. Efek media besar, terbatas, tidak ada efek
sama sekali. Kajian besarnya efek media dilakukan oleh Wilbur Scramm (Teori Jarum Hipodermik)
tahun 1950 yang dicabut tahun 1970. Kajian efek media berlanjut pada Limited Efect Model (Hovlan)
pada tahun 1960 yang menganggap pesan komunikasi efektif dalam menyebar info, bukan
mengubah perilaku.
News Learning, Framming Diffusion Development, News Diffusion
Propaganda, Individu Respon, Diffusion of Innovation
Agenda Setting Distribution of Knowledge
25 I.G.N. Putra. Bahan Kuliah Komunikasi Massa, tatap muka ke-5. Jurusan Ilmu Komunikasi UGM. 2010
Social change, Individu reaction Socialization, Reality Defining
Colective reaction, Media Violence Institutional change, Cultural change
Bagan26
2.3 Teori Jarum Hipodermik
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Teori Jarum Hipodermik. Teori ini mengasumsikan
bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu
apa-apa27. Dalam hal ini, media massa yaitu televisi, radio, majalah, koran, dan tabloid merupakan
sebuah alat (jarum) yang menyuntikkan atau menembakkan rangsangan, yaitu berita mengenai
Timnas Indonesia pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010 kepada audiens yang merupakan mahasiswi
komunikasi angkatan 2009 dan 2010 Universitas Gadjah Mada.
Kajian awal efek media dimulai pada tahun 1950, yaitu saat Wilbur Scrhamm
mengemukakan the bullet theory (teori peluru). Pada umumnya khalayak dianggap hanya
sekumpulan orang yang homogen dan mudah dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan
pada mereka akan selalu diterima. Teori peluru ini merupakan konsep awal efek komunikasi massa
yang oleh pakar komunikasi dinamakan pula hypodermic needle theory (teori jarum hipodermik).
Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang.
Pada dasarnya pandangan ini naif dan simplistik, yang menganggap efek-efek pesan komunikasi
massa demikian kuat dan kurang lebih bersifat universal pada seluruh audiens yang mendapat
terpaan media. Seorang komunikator(media massa), dapat menembakkan peluru komunikasi yang
begitu ajaib kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif). Kemudian menimbulkan efek yang kuat,
terarah, segera dan langsung. Pengaruh teori ini didukung kekuatan propaganda Perang Dunia I
(1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945).
Namun, pada tahun 1970-an, teori ini kemudian dicabut. Beberapa ahli, seperti Lazarsfeld
mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab, karena
kadang-kadang peluru tersebut tidak menembus28. Adakalanya pula efek yang timbul berlainan
dengan tujuan si penembak. Seringkali pula khalayak yang dijadikan sasaran tidak pasif. Alih-alih
sebagai “agent of conversion”(media untuk merubah perilaku), media massa lebih berfungsi untuk
26 Mc Quail, Dennis. 2005. Teori Komunikasi Massa, Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.27 Ardianto, E,. Erdinaya, L. 2005. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media. Hal : 59.28 Schramm, W. dan D.F. Robert. 1998. The Process and Effect of Mass Communication. Urbana : University of Illionis Press.
memperteguh keyakinan yang ada. Mereka secara aktif mencari apa yang diinginkannya dari media
massa. Jika menemukannya, mereka akan melakukan interpretasi sesuai dengan predisposisi dan
kebutuhan mereka.
Sementara itu, Raymond Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif29. Mereka
bandel (stubborn). Secara aktif mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika
menemukannya, lalu mereka langsung melakukan penafsiran sesuai dengan kecenderungan dan
kebutuhannya.
Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah pesan komunikasi massa tidak
memiliki efek yang sama pada masing-masing orang. Dampaknya pada seseorang tergantung pada
beberapa hal, termasuk karakteristik kepribadian seseorang dan beragam aspek situasi dan konteks.
2.4 Minat
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu30. Hal ini merupakan
kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat (desire) untuk melakukan
suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Minat terbentuk melalui empat tahapan, yaitu melalui
proses memperhatikan, ketertarikan, memahami, dan mengingat. Minat dapat di katakan sebagai
sikap yang menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri
seseorang akibat adanya objek tertentu.
2.5 Remaja Fase Akhir
Remaja fase akhir adalah remaja dengan usia antara 18-23 tahun ketika mereka sudah
mampu melakukan penalaran serta mampu menyadari aktivitas kognitifnya dan mekanisme yang
membuat proses kognitif tersebut menjadi lebih efisien. Perkembangan kognitif adalah perubahan
kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan
bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah
sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja
untuk berpikir abstrak31.
Menurut Piaget seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku
adaptasi secara biologis mereka32. Pandangan ini mengemukakan bahwa remaja secara aktif
membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima
begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Mereka sudah mampu membedakan ide-ide yang lebih
penting dibandingkan ide lainnya, yang kemudian mereka hubungkan sesuai dengan nalar mereka.
29 Ibid.30 KBBI Online. Diakses pada 30 Januari 201031 Dalam Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill32 Dalam Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Pergolakan
emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga,
sekolah, teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-
hari. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk
menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya33.
Sampel dalam penelitian ini merupakan mahasiswi aktif pada strata satu (S1) di Jurusan Ilmu
Komunikasi, FISIPOL, UGM angkatan 2009 dan 2010. Pada angkatan ini, ditemukan bahwa sebagian
besar mahasiswinya berusia antara 18 hingga 23 tahun, dimana mereka mulai dan sedang memasuki
fase remaja akhir. Asumsi penelitian ini adalah, mahasiswi telah mampu memilih dan menalar
mengenai pemberitaan Timnas Indonesia pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010. Dengan begitu,
mahasiswi juga telah mengerti dan merealisasikan ide-ide yang ada di pikirannya mengenai apa yang
akan ia lakukan setelah mendapat berita mengenai Timnas Indonesia pada Piala AFF SUZUKI CUP
2010 ini.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan strategi mengatur latar penelitian agar penelitian
memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel dan tujuan penelitian. Di sini akan
dijelaskan mengenai rancangan atau desain yang digunakan dalam penelitian ini. Rancangan
penelitian diperlukan agar dalam melaksanakan proses penelitian, peneliti memiliki acuan sehingga
penelitian dapat berjalan dengan sistematis. Rancangan penelitian ini digunakan untuk membantu
peneliti dalam menemukan jawaban atas pertanyaan pada fokus penelitian ini.
33 Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang kami gunakan adalah untuk mengetahui
bagaimana pengaruh terpaan media terkait dengan pemberitaan Tim Nasional Indonesia dalam Piala
AFF SUZUKI CUP 2010 kepada mahasiswi untuk kemudian berminat menonton pertandingan Piala
AFF SUZUKI CUP 2010, secara lebih spesifik menonton Tim Nasional Indonesia dalam pertandingan
Piala AFF SUZUKI CUP 2010. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberitaan media massa
terhadap minat menyaksikan piala AFF SUZUKI CUP 2010, maka kami menyebarkan kuesioner yang
berisikan pertanyaan yang menjadi rumusan penelitian ini kepada sampel penelitian yaitu
mahasiswi.
Penelitian ini mengguunkana dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung.
Variabel bebas adalah peubah bebas. Peubah bebas ini merupakan peubah yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan terhadap peubah tak bebas (variabel tergantung).
Sedangkan variabel tergantung adalah peubah tak bebas, atau variabel terikat. Variable terikat atau
peubah tak bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel sebab atau peubah bebas. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah minat yang akan
ditunjukan oleh sampel penelitian terkait dengan terpaan media massa, sementara variabel
bebasnya adalah pengaruh media massa tersebut dengan adanya peristiwa Piala AFF SUZUKI CUP
2010. Hubungan antara kedua variabel ini saling ketergantungan. Nantinya variabel bebas yang
terdapat dalam penelitian ini akan mempengaruhi variabel tergantungnya. Untuk itu hubungan
antara kedua variabel ini berkaitan dan tidak bisa dipisahkan.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi didefinisikan sebagai sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber
pengambilan sampel; sekumpulan yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian34. Dalam penelitian ini, populasi yang kami gunakan adakah kelompok remaja
perempuan atau mahasiswi yang aktif pada strata satu (S1) di Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIPOL,
UGM. Aktif disini kami definisikan sebagai mahasiswi yang masih terdaftar dalam program strata
satu (S1) di Jurusan Ilmu Komunikasi , Universitas Gadjah Mada.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan subjek dalam penelitian. Dengan
demikian sampel merupakan suatu bagian yang dapat mewakili populasi yang akan diteliti. Untuk
itu, sampel penelitian kami adalah mahasisiwi Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang
berasal dari angkatan 2009 dan 2010.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini akan mengambil sample sebanyak 30 orang
dengan menggunakan teknik pengambilan sample cluster sampling, yaitu tenik pengambilan sampel
yang membagi keseluruhan populasi menjadi kelompok-kelompok atau cluster yang dipilih secara 34KBBI Op. Cit. halaman 782
acak dalam jumlah yang merepresentasikan populasi. Penggunaan teknik ini disebabkan tidak
didapatkannya data yang mendetail terhadap keseluruhan populasi dan juga pertimbangan atas
waktu dan biaya yang terbatas35.
Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti sebanyak 15 responden yang nantinya akan
dibagikan kuesioner. Namun, pada saat dilapangan kami menyebarkan sebanyak sekitar 35
kuesioner. Hal tersebut peneliti lakukan untuk mengurangi adanya human error pada kuesioner.
Oleh karena itu peneliti membagikan kuesionernya melebihi kuota dari responden yang telah
ditetapan diawal. Agar nantinya 30 responden terpilih bisa menghasilkan jawaban yang valid dan
tidak adanya human error pada kuesioner.
3.3. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan apa yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini, serta mendapatkan tujuan yang sesuai maka peneliti menggunakan metode
pengumpulan data berupa kuesioner dan observasi. Dimana nantinya responden akan kami beri
kuesioner dan kami akan melakukan observasi terkait dengan minat menyaksikan Piala AFF SUZUKI
CUP 2010.
Metode kuesioner merupakan suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
suatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Metode ini merupakan cara pengumpulan data dengan
penyampaian sejumlah pertanyaan yang tertulis dalam angket untuk mendapatkan informasi dari
diri responden. Pertanyan yang diberikan telah terstruktur dan tersusun secara ringkas sehingga
responden hanya mengisinya dengan memberi kode pada pilihan jawaban yang diberikan. Hasil
kuisioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik, uraian serta
kesimpulan hasil penelitian36. Untuk memperoleh data tersebut maka dari itu angket yang berisikan
pertanyaan terkait dengan rumusan masalah yang disebarkan kepada responden untuk diisi. Setelah
itu, kuesioner tersebut akan dikembalikan lagi kepada peneliti.
Dalam pelaksaan penyebaran kuesioner, peneliti melakukan penyebaran pada tanggal 29
Desember hingga 31 Desember 2010. Kami menyebar 30 kuesioner kepada sampel penelitian,
dengan pembagian 15 sampel pada mahasiswi angkatan 2009 dan 15 sampel untuk mahasiswi
angkatan 2010. Kuesioner kami bagikan pada mahasiswi yang berada pada lingkungan kampus
Fisipol UGM.
Untuk meminimalisir adanya sampling eror dalam penelitian ini maka kami menyebarkan
35 kuesioner. Agar nantinya terdapat 30 kuesioner yang dijadikan data valid untuk menganalisis
penelitian ini.
35 Singarimbun dan Effendi. Op. Cit., halaman 16636 Ibid. Halaman 175.
3.4. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian begitu penting untuk mengukur variabel yang diteliti. Selain
instrumen dalam penelitian, penting pula mengenai instrumen dalam pengambilan data. Dengan
prosedur ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan variabel yang diukur,
terutama dari segi aspeknya. Sebuah instrumen penelitian yang benar juga harus memenuhi
persyaratan reliabilitas.
Di dalam instrumen penelitian, setelah data terkumpul, selanjutnya adalah analisis data.
Analisis penelitian kuantitatif menggunakan instrumen penelitian dengan tahap-tahap:
- Pengkodean data (koding), yaitu mengubah data berupa jawaban kuesioner menjadi angka untuk
mempermudah menganalisis data;
- Skoring, yaitu pemberian nilai terhadap data hasil jawaban kuesioner yang telah diberikan kode,
terutama pada data skala Likert;
- Entri data, yaitu memasukkan data ke dalam program SPSS.19;
- Tabulasi data, yaitu mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini, analisa data akan menggunakan statistik frekuensi dan deskriptif.
Alasan pemilihan kedua metode ini karena pengolahan statistik dengan cara demikian dapat
memudahkan pengumpulan dan penyajian data.
3.5. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab37. Kuesioner digunakan untuk
mengetahui seberapa besar bagian dalam suatu kelompok tertentu yang tidak atau pun menyetujui
suatu fitur khusus dari sebuah sistem yang diajukan. Selain itu, kuesioner juga bertujuan untuk
mengetahui data responden yang digunakan dalam penelitian.
Kuesioner terbagi dalam dua bentuk, yaitu kuesioner terbuka dan tertutup. Bentuk
kuesioner terbuka, yaitu seperangkat pertanyaan tertulis dengan kebebasan kepada responden
untuk mengisinya. Namun, responden harus menjawab sesuai dengan pertanyaan yang tertera.
Sedangkan, kuesioner tertutup adalah seperangkat pertanyaan dengan sejumlah pilihan jawaban
yang ditetapkan sebelumnya. Selain itu, ada juga jenis kuesioner gabungan. Bentuk kuesioner lain
dengan yang menyajikan pilihan jawaban terbuka dan tertutup.
Selain itu, untuk memudahkan analisis data kuesioner juga menggunakan bentuk data skala
Likert untuk beberapa pertanyaan. Data skala Likert merupakan sebuah cara untuk mendapatkan
data dengan skala urutan angka yang kemudian digunakan dalam pencarian jawaban responden. 37 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D (Alfabeta: Bandung) Hal. 142
Cara menjawabnya yaitu dengan mencontreng kolom-kolom yang disediakan. Di dalam data skala
Likert dikenal istilah NOIR (nominal, ordinal, interval dan rasio).
Data skala ordinal digunakan untuk analisis berupa skala: sangat setuju (SS) – setuju (S)-
biasa saja (BS)- tidak setuju (TS)- sangat tidak setuju (STS). Nilai antara Sangat Setuju hingga Sangat
Tidak Setuju tentunya tidak sama, oleh karena itu data yang dihasilkan adalah data ordinal.
Sedangkan cara skoring bahwa sangat setuju (5), setuju (4), biasa saja (3), tidak setuju (2) dan sangat
tidak setuju (1) berguna sebagai kode untuk mengetahui mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih
rendah.
Dalam penelitian ini disebarkan kuesioner kepada 30 mahasiswa FISIPOL, Jurusan Ilmu
Komunikasi, Universitas Gadjah Mada. Dari 30 mahasiswa tersebut terdiri atas angkatan 2009 dan
2010. Kuesioner ini menggunakan bentuk gabungan. Pemilihan ini dikarenakan dalam kuesioner
dibuat dengan menyajikan pertanyaan dan pernyataan yang terbuka dan tertutup. Pertanyaan dan
pernyataan yang diberikan merupakan hasil turunan pertanyaan yang disesuaikan dengan rumusan
masalah dengan menggunakan teori jarum suntik
Pada penelitian ini, pertanyaan kuesioner ini kami sesuaikan dengan rumusan masalah yaitu
bagaimana pengaruh terpaan media terhadap minat menyaksikan Piala AFF SUZUKI CUP 2010 dan
teori yang kami gunakan yaitu Teori Jarum Suntik. Dalam menyusun pertanyaan kuesioner, peneliti
mengklasifikasikan menjadi tiga hal yaitu terpaan media massa kepada mahasiswi sebagai khalayak,
perisitiwa Piala AFF SUZUKI CUP 2010 yang diberitakan dalam media massa, dan yang terakhir
adalah pengaruh terpaan media massa tersebut kepada minat dalam menyaksikan Piala AFF SUZUKI
CUP 2010.
Dalam kuesioner ini, peneliti mempunyai 42 pertanyaan yang terbagi atas 15 pertanyaan
dengan metode tertutup dan 27 pertanyaan dengan metode Likert. Untuk mengetahui bagaimana
terpaan media massa terhadap Piala AFF SUZUKI CUP 2010, peneliti menjabarkannya dalam
kuesioner dengan metode tertutup. Pertanyaan yang menjadi representasi terpaan media massa
terhadap pemberitaan Tim Nasional pada Piala AFF SUZUKI CUP 2010, yakni :
Pengetahuan responden mengenai adanya pertandingan Piala AFF 2010 yang
diselenggarakan pada awal bulan Desember 2010. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan
tertutup dengan dua pilihan jawaban yaitu ya atau tidak.
Pengetahuan responden mengenai keikutsertaan Indonesia dalam piala AFF 2010.
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan tertutup dengan dua pilihan jawaban yakni ya atau
tidak.
Jenis media yang digunakan responden untuk mendapatkan seluruh informasi mengenai
Piala AFF 2010. Pada pertanyaan ini responden diperbolehkan untuk memilih jawaban lebih
dari satu.
Jenis informasi apa yang dicari oleh responden terkait dengan pemberitaan media terhadap
Piala AFF 2010.
Frekuensi responden menonton Piala AFF 2010, baik dari segi waktu saat pertandingan
berlangsung maupun dari segi kuantitas menyaksikan pertandingan AFF 2010 secara
keseluruhan.
Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, bahwa peneliti pun mempunyai pertanyaan
dalam bentuk skala likert dengan skal 1-5 dengan 5 sebagai sangat setuju (SS), 4 sebagai setuju (S), 3
sebagai biasa saja (BS), 2 sebagai tidak setuju (TS), dan yang terkahir 1 sangat tidak setuju (STS).
Pertanyaan yang peneliti letakkan dalam model skala Likert ini lebih mengarah pada minat
menyaksikan Piala AFF SUZUKI CUP 2010 dan pengaruh media massa tersebut terhadap keinginan
responden untuk menonton. Pertanyaan tersebut seperti :
Hal apa yang menjadikan responden berminat untuk menyaksikan Piala AFF SUZUKI CUP
2010.
Frekuesi dalam mencari informasi mengenai Timnas Indonesia dalam pemberitaan di media
massa.
Tentang ketertarikan responden terhadap sepak bola.
Tentang keinginan responden untuk menyaksikan Piala AFF SUZUKI CUP 2010 dikarenakan
karena faktor media.
Ketertarikan respoden dalam menonton dikarenakan karena faktor pemain Tim nasional
Indonesia
Ketertarikan responden menyaksikan Piala AFF SUZUKI CUP 2010 karena pengaruh
lingkungan sekitar.
Seberapa besar pengaruh media terhadap minat menyaksikan pertandingan Piala AFF
SUZUKI CUP 2010.
Tentang hal yang diinginkan responden ketika menyaksikan Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
Tentang yang menjadi daya tarik Piala AFF SUZUKI CUP 2010 yang diberikan media massa,
apakah cukup membuat responden ingin menyaksikan Piala AFF SUZUKI CUP 2010.
Pada akhir penelitian ini, peneliti menanyakan kepada responden mengenai perilaku
responden dengan adanya terpaan media massa, yaitu:
Ketertarikan responden terhadap persepakbolaan Indonesia dengan berakhirnya Piala AFF
SUZUKI CUP 2010.
Ketertarikan responden terhadap Timnas dan pemain Timnas setelah Piala AFF SUZUKI CUP
2010 berakhir.
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada mahasiswi jurusan Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada Angkatan 2009 dan 2010, sebanyak 30
kuesioner yang terdiri dari 42 pertanyaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data crosstabs, maka hasil analisisnya sebagai berikut:.
Tahu dari teman
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 18 60.0 60.0 60.0
Tidak 12 40.0 40.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tahu dari Koran
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 6 20.0 20.0 20.0
Tidak 24 80.0 80.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tahu dari televisi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 24 80.0 80.0 80.0
Tidak 6 20.0 20.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tahu dari radio
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 1 3.3 3.3 3.3
Tidak 29 96.7 96.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tahu dari tabloid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 1 3.3 3.3 3.3
Tidak 29 96.7 96.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tahu dari majalah dengan rubrik sepak bola
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 3 10.0 10.0 10.0
Tidak 27 90.0 90.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Dari tabel di atas, yang merupakan jawaban dari pertanyaan dimana responden dapat
memilih jawaban lebih dari satu. Data yang kami dapat yaitu sebanyak 18 orang mengetahui info
piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari teman, enam orang responden tahu dari koran, 24 responden
mengetahui info dari televisi dan untuk media radio dan tabloid masing-masing diperoleh satu
responden, dan tiga orang responden tahu info dari majalah dengan rubrik sepak bola. Dari hasil ini
dapat ditarik kesimpulan bahwa mayoritas mahasiswi komunikasi UGM mengetahui info mengenai
piala AFF SUZUKI CUP 2010 hanya dari media televisi sebanyak 80%, selanjutnya kebanyakan
mahasiswi mengetahui piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari koran, dimana kedua media ini adalah media
yang sangat praktis dan hampir dimiliki seluruh responden dan dapat diperoleh dengan mudah.
Televisi menyajikan informasi mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 dengan intensitas yang sangat
tinggi, durasi yang cukup lama, dan tayang pada prime time, sehingga mau tidak mau mahasiswi
menerima informasi piala AFF SUZUKI CUP ini. Kelebihan televisi sebagai media audio visual dapat
menyampaikan pesan dengan kemasan yang lebih menarik dan dinamis dalam melakukan
pemberitaan. Kemudahan akses informasi melalui televisi ini, membuat mahasiswi terlalu banyak
memperoleh informasi mengenai seluk beluk timnas Indonesia. Hal ini membuat para mahasiswi ini
menjadi penasaran. Selain itu, acara-acara yang membahas AFF SUZUKI CUP 2010 mendatangkan
pakar-pakar olahraga seperti Rahmad Darmawan.
Meskipun terdapat beberapa responden yang mengetahui informasi dari media lain seperti
radio, koran, tabloid, serta majalah dengan rubrik sepak bola, namun tetap mayoritas mahasiswi
komunikasi tahu info mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari media televisi. Teman juga menjadi
faktor penting lainnya karena teman dari responden, ketika bertemu dan mengobrol bersama
responden di lingkungan FISIPOL UGM, mereka membicarakan piala AFF SUZUKI CUP 2010. Hal ini
bisa juga menjadi sumber mengapa responden tahu info mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010
tersebut, dimana 18 responden mendapat informasi dari temannya. Sebanyak enam mahasiswi juga
menemukan info mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari koran, karena koran adalah salah satu
media yang mudah diakses dan diperoleh dari berbagai tempat, seperti kampus, warung, bahkan
tempat tinggalnya sendiri. Tiga responden mendapat info piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari majalah
karena sejak timnas Indonesia memenangkan pertandingan secara beruntun, media, tidak terkecuali
majalah, baik itu majalah perempuan, wanita ataupun majalah lainnya juga menjadikan informasi
mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 sebagai berita utama, dan hal ini juga berlaku untuk media
radio dan tabloid, meskipun masing-masing hanya terdapat satu responden yang mengetahui info
piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari media tersebut.
Sering akses dari Koran
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 9 30.0 30.0 30.0
Tidak 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sering akses dari tabloid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 1 3.3 3.3 3.3
Tidak 29 96.7 96.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sering akses dari televisi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 26 86.7 86.7 86.7
Tidak 4 13.3 13.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sering akses dari radio
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 30 100.0 100.0 100.0
Sering akses dari majalah dengan rubrik sepakbola
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 30 100.0 100.0 100.0
Setelah mengetahui info mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari media, mahasiswi
komunikasi mulai mengakses berita mengenai timnas Indonesia melalui melalui media. Mayoritas
media yang digunakan mahasiswi komunikasi sama seperti media yang mereka gunakan untuk
mengetahui informasi piala AFF SUZUKI CUP 2010, yaitu televisi dan koran. Kedua media ini tetap
menjadi media yang digunakan mayoritas mahasiswi komunikasi UGM karena faktor kepemilikan
masing-masing mahasiswi dan kemudahan akses informasi meskipun televisi tetap membombardir
pemirsanya dengan informasi mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010. Infotainment, salah satu konten
televisi yang sering diakses mahasiswi, menyajikan opini serta dukungan para artis dalam negeri
kepada timnas Indonesia. Tabloid hanya memperoleh satu respon karena sedikit mahasiswi yang
mengakses informasi dari tabloid, terutama tabloid khusus sepakbola. Mahasiswi cenderung tidak
ingin membeli tabloid olahraga karena mereka malas membaca dan kurang mengerti konten-konten
yang diberitakan didalamnya. Radio, meskipun termasuk salah satu media yang mudah diakses
mahasiwi, namun tidak ada responden yang mengakses berita mengenai timnas Indonesia di piala
AFF SUZUKI CUP 2010 karena televisi dan koran sebagai media utama telah cukup bahkan berlebih
dalam menayangkan berita mengenai timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010, dan radio hanya
memberitakan jadwal pertandingan atau skor, berbeda dengan televisi dan koran yang mengulas
pemberitaan tersebut lebih dalam.
Sering menyaksikan informasi mengenai skandal negatif pemain timnas di
media massa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 2 6.7 6.7 6.7
tidak 28 93.3 93.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sering menyaksikan informasi mengenai strategi permainan timnas di media
massa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 5 16.7 16.7 16.7
tidak 25 83.3 83.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sering menyaksikan informasi mengenai kehidupan keseharian timnas di
media massa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 11 36.7 36.7 36.7
tidak 19 63.3 63.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Sering menyaksikan informasi mengenai prediksi pertandingan timnas di
media massa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 16 53.3 53.3 53.3
tidak 14 46.7 46.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tabel diatas merupakan jawaban dari pertanyaan kuesioner mengenai konten berita yang
sering disaksikan oleh responden. Pada pertanyaan ini, responden diperbolehkan untuk memilih
lebih dari satu pilihan jawaban. Dari penelitian ini didapat bahwa dua responden sering menyaksikan
konten berita mengenai skandal negatif pemain timnas, lima responden mengenai strategi
permainan, 11 responden menjawab bahwa kehidupan keseharian timnas merupakan konten berita
yang sering disaksikan dari media massa, dan 16 responden menyatakan bahwa prediksi mengenai
pertandingan timnas merupakan konten berita yang sering mereka lihat. Hal ini menunjukkan bahwa
dari tayangan prediksi yang frekuensinya masif di berbagai media cukup mempengaruhi minat
mahasiswi dalam menyaksikan pertandingan timnas Indonesia. Selain itu, karena susunan timnas
sepakbola terdiri dari laki-laki, yang merupakan lawan jenis dari perempuan, hal ini sesuai dengan
karakteristik remaja perempuan yang lebih suka membicarakan segala sesuatu mengenai lawan
jenisnya, daripada seluk beluk teknis peristiwa, dalam hal ini adalah piala AFF SUZUKI CUP 2010.
Kemudian keadaan lingkungan mahasiswi yang mayoritas adalah perempuan, yang sama-sama suka
membicarakan lawan jenis, dalam hal ini pemain timnas cukup berpengaruh untuk memicu
mahasiswi mengakses informasi melalui media massa. Sesuai hasil penelitian kami, informasi yang
paling banyak diterima mahasiswi adalah prediksi pertandingan timnas Indonesia.
Sedangkan pilihan responden lain tidak terlalu signifikan, sebanyak sebelas responden
menyaksikan pemberitaan mengenai kehidupan keseharian timnas, sisanya hanya menyaksikan
skandal dan strategi dari timnas Indonesia. Salah satu pemberitaan mengenai skandal negatif yang
melanda timnas Indonesia adalah keberadaan WAG disekeliling para pemainnya. WAG adalah
kependekan dari Wife And Girlfriends pemain sepak bola38. Istilah ini muncul di liga Inggris dan
menyebar menjadi istilah umum di dunia persepakbolaan. Selain hot dan sexy, para WAG ini
memiliki gaya hidup yang mewah, berfoya-foya, dan suka keluyuran malam. Hal ini sungguh sangat
bertentangan dengan kebudayaan Indonesia. Salah satunya adalah Jennifer Kurniawan yang
merupakan WAG dari Irfan Bachdim.38 http://www.lintasberita.com/Dunia/Berita-Dunia/10-wag-terpopuler-di-liga-inggris. Diakses pada 29 Desember 2010
Karena pemain timnas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 6 20.0 20.0 20.0
Tidak 24 80.0 80.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Karena hobi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 9 30.0 30.0 30.0
tidak 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Karena euforia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 14 46.7 46.7 46.7
tidak 16 53.3 53.3 100.0
Total 30 100.0 100.0
Karena nasionalisme
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 9 30.0 30.0 30.0
tidak 21 70.0 70.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Karena ikut-ikutan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Ya 4 13.3 13.3 13.3
tidak 26 86.7 86.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Karena alasan lainnya
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak 30 100.0 100.0 100.0
Tabel diatas merupakan jawaban atas pertanyaan kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor
yang membuat responden tertarik untuk melihat pertandingan timnas Indonesia pada piala AFF
SUZUKI CUP 2010. Pada pertanyaan tersebut, responden diperbolehkan untuk memilih jawaban
lebih dari satu. Dari hasil penelitian ini, didapat enam responden memilih pemain timnas sebagai
faktor ketertarikan responden untuk menyaksikan pertandingan timnas Indonesia pada piala AFF
SUZUKI CUP 2010, 9 responden karena faktor hobi, 14 responden karena faktor euforia, 9 responden
karena faktor nasionalisme, empat responden karena faktor ikut-ikutan, dalam hal ini karena adanya
ajakan untuk menyaksikan pertandingan tersebut. Sesuai dengan asumsi awal penelitian bahwa
mahasiswi kurang menyukai olahraga sepakbola. Untuk itu dibutuhkan stimulus untuk memantik
minat mahasiswi untuk menyukai olahraga sepakbola. Media merupakan salah satu pemantiknya.
Melalui pemberitaan-pemberitaan yang disiarkannya, media telah menyuntikkan stimulus-stimulus
minat dalam diri mahasiswi.
Berita dikemas sedemikian rupa mulai dari skandal negatif pemain timnas, strategi
permainan, kehidupan keseharian, dan prediksi pertandingan melalui struktur pesan ditunjukkan
dengan pola penyimpulan (tersirat atau tersurat), pola urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu,
argumentasi yang disenangi atau yang tidak disenangi), pola objektivitas (satu sisi atau dua sisi).
Gaya pesan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan (perulangan,
kemudahdimengertian, perbendaharaan kata). Appeals pesan mengacu pada motif-motif psikologis
yang di kandung pesan (rasional-emosional, fear appeals, reward appeals). Pengambilan angle
gambar pemain di berbagai media yang menonjolkan daya tarik pemain timnas Indonesia baik dari
segi wajah, postur tubuh, dan kesehariannya membuat mahasiswi semakin tertarik untuk
menyaksikan pertandingan timnas Indonesia pada piala AFF SUZUKI CUP 2010.
Faktor euforia menjadi faktor pertama karena lingkungan dan teman-teman dari responden
yakni mahasiswi selalu membicarakan topik mengenai timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010, dan
mengajak responden menyaksikan pertandingan timnas Indonesia piala AFF SUZUKI CUP 2010, dan
menimbulkan rasa penasaran dalam diri responden sehingga responden merasa tergerak untuk
menyaksikannya, meskipun hal ini bertentangan dengan asumsi penelitian bahwa mahasiswi tidak
menyukai sepakbola.
Jumlah menyaksikan pertandingan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-3 17 56.7 56.7 56.7
4-6 5 16.7 16.7 73.3
lebih dari 6 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tahu informasi mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari media massa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak setuju 1 3.3 3.3 3.3
biasa saja 5 16.7 16.7 20.0
Setuju 16 53.3 53.3 73.3
sangat setuju 8 26.7 26.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Tertarik menyaksikan timnas Indonesia karena keingintahuan dari media massa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 6 20.0 20.0 20.0
tidak setuju 4 13.3 13.3 33.3
biasa saja 10 33.3 33.3 66.7
setuju 8 26.7 26.7 93.3
sangat setuju 2 6.7 6.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Dari hasil penelitian kami menunjukkan bahwa terdapat mayoritas mahasiswi sebanyak 17
orang yang menyaksikan pertandingan sebanyak satu hingga tiga kali, dan menyetujui bahwa
mereka tahu informasi mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari media massa. Lima orang
responden menonton pertandingan sebanyak empat sampai enam kali, dan delapan orang
menonton pertandingan timnas Indonesia dari awal sampai akhir. Dari hasil ini terlihat bahwa
pengetahuan mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 yang responden dapatkan dari media massa
berpengaruh pada frekuensi menonton pertandingan. Media massa mulai memberitakan secara
masif mengenai timnas Indonesia sejak timnas Indonesia memenangkan babak penyisihan terakhir
melawan Laos dengan skor 6-0 tanpa balas, dan hal ini menjadi kemenangan sempurna bagi timnas
Indonesia, yaitu menang dua kali berturut-turut dan dipastikan menjadi juara grup A. Pertandingan
selanjutnya juga dihiasi dengan kemenangan, dari Thailand 2-1 dan dari tim Filipina 1-0. Dari poin ini
masyarakat Indonesia, tidak terkecuali lingkungan FISIPOL UGM mulai membicarakan kemenangan
beruntun ini, sehingga mahasiswi responden mulai tertarik untuk menyaksikan pertandingan dan
ikut menjadi saksi sejarah kemenangan timnas Indonesia di ajang sepakbola tingkat ASEAN.
Jadi suka timnas Indonesia setelah piala AFF SUZUKI CUP 2010
berakhir
N Valid 30
Missing 0
Jadi suka timnas Indonesia setelah piala AFF SUZUKI CUP 2010 berakhir
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak setuju 3 10.0 10.0 10.0
tidak setuju 2 6.7 6.7 16.7
biasa saja 16 53.3 53.3 70.0
Setuju 6 20.0 20.0 90.0
sangat setuju 3 10.0 10.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Hasil yang kami dapat menunjukkan bahwa sembilan orang menjadi suka timnas Indonesia
setelah melihat performanya dalam piala AFF SUZUKI CUP 2010, meskipun pertandingan tersebut
telah berakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa media telah menyuntikkan stimulus-stimulus yang
membuat mahasiswi tersebut menjadi suka terhadap timnas Indonesia. Namun, 16 responden
merasa biasa saja terhadap timnas Indonesia setelah kompetisi piala AFF SUZUKI CUP 2010 berakhir.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mahasiswi berminat menyaksikan pertandingan timnas
Indonesia, namun tidak merubah asumsi dasar bahwa mahasiswi memang kurang menyukai
sepakbola, walaupun itu adalah skuad timnas negeri sendiri. Dari paparan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa sebuah pesan komunikasi massa tidak memiliki efek yang sama pada masing-
masing orang. Dampaknya pada seseorang tergantung pada beberapa hal, termasuk karakteristik
kepribadian seseorang dan beragam aspek situasi dan konteks, sesuai dengan teori limited effect.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kemampuan media massa dalam mempengaruhi minat mahasiswi untuk menyaksikan
timnas Indonesia pada piala AFF SUZUKI CUP 2010 cukup besar. Meskipun asumsi dasar menyatakan
bahwa mahasiswi tidak menyukai sepakbola dan hal-hal yang berhubungan dengannya, tetapi
dengan faktor intensitas serta frekuensi pemberitaan timnas di media yang dilakukan secara masif
telah membuat mahasiswi mau tidak mau menyaksikan keberadaan timnas di piala AFF SUZUKI CUP
2010 dan secara tidak langsung, mau ataupun tidak mau, memunculkan minat dalam dirinya.
Meskipun mahasiswi tidak begitu mengerti mengenai detail maupun peraturan yang berlaku dalam
pertandingan sepakbola, namun hal ini tidak menyurutkan minat mahasiswi untuk menyaksikannya
karena banyak faktor yang membuat mereka menyaksikannya, seperti pemain timnas, baik dari segi
fisik maupun segi eksternal seperti kehidupan keseharian mereka. Beberapa mahasiswi juga menjadi
berminat karena media massa, secara masif, memberitakan prediksi, serta strategi, keseharian
maupun skandal-skandal negatif dari pemain timnas.
Berbagai pemberitaan yang ditayangkan setiap saat mengenai kemenangan beruntun timnas
Indonesia di ajang piala AFF SUZUKI CUP 2010 menimbulkan euforia bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia, tidak terkecuali lingkungan FISIPOL UGM, yang menjadi lingkungan pergaulan utama
mahasiswi Komunikasi angkatan 2009 dan 2010. Euforia ini menimbulkan event nonton bareng di
beberapa tempat di Yogyakarta dan ajakan-ajakan kepada mahasiswi sebagai simbol dukungan
kepada timnas Indonesia. Hal ini kemudian memicu minat mahasiswi untuk menyaksikan
pertandingan-pertandingan timnas dalam ajang piala AFF SUZUKI CUP 2010.
5.2 Saran
Dalam berbagai ajang kompetisi sepak bola baik dalam maupun luar negeri, diharapkan
mahasiswi sebagai salah satu bagian dari masyarakat Indonesia untuk selalu mendukung pemain-
pemain nasional Indonesia dengan semangat sportivitas dan fair play, tidak harus menunggu euforia
ataupun pemberitaan secara masif dari media.
DAFTAR PUSTAKA
Miller, Katherine. 2002. Communication Theories: Perspective, Process, and Context. Boston: McGraw Hill.
Wiryanto. 2000. Teori Komunikasi Massa. Surakarta: Granada.
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Hadi, S. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi Ofset
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung: Alfabeta
http://www.affsuzukicup.com/. Diakses pada 29 Desember 2010.
http://www.squidoo.com/pialaaffsuzukicup. Diakses pada 30 Desember 2010.
LAMPIRAN
Kuesioner
Silahkan contreng (√) jawaban yang Anda pilih! (untuk beberapa pertanyaan, ikuti petunjuk yang ada!)
Anda adalah mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi UGM angkatan ….
1. Apakah Anda mengetahui tentang pertandingan AFF SUZUKI CUP 2010?a) Yab) Tidak
2. Apakah Anda pernah menyaksikan timnas Indonesia berlaga dalam pertandingan AFF SUZUKI CUP 2010?
a) Yab) Tidak
3. Dari mana Anda mengetahui info piala AFF SUZUKI CUP 2010 (boleh pilih lebih dari satu jawaban)
a) Temanb) Koranc) Televisid) Radioe) Tabloid f) Majalah dengan rubrik sepak bola
4. Darimana Anda tahu jadwal piala AFF SUZUKI CUP 2010? a) Temanb) Koranc) Televisid) Radioe) Tabloid f) Majalah dengan rubrik sepak bola
5. Media massa apa yang sering Anda gunakan untuk mengakses berita mengenai timnas In-donesia di piala AFF SUZUKI CUP 2010?
a) Koranb) Tabloidc) Televisid) Radio e) Majalah dengan rubrik sepak bola
6. Informasi apa dari pemberitaan timnas yang sering Anda lihat di media massa?a) Skandal negatif pemain timnasb) Strategi permainan timnasc) Kehidupan keseharian timnasd) Prediksi pertandingan timnas
7. Hal apa yang membuat Anda tertarik menyaksikan pertandingan timnas Indonesia pada piala AFF SUZUKI CUP 2010?
a) Pemain timnasb) Hobic) Euforiad) Nasionalismee) Ikut-ikutanf) Lainnya ….
8. Dari tujuh kali pertandingan, berapa pertandingan yang Anda saksikan?a) 1-3b) 4-6c) Lebih dari 6
9. Apakah Anda menyaksikan jalannya pertandingan timnas Indonesia pada piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari awal sampai akhir?
a) Yab) Tidak
10. Apakah Anda menyaksikan pertandingan timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010 bersama te-man-teman Anda?
a. Ya
b. Tidak 11. Apakah Anda menyaksikan pertandingan timnas Indonesia pada piala AFF SUZUKI CUP 2010
secara runtun ?a) Yab) Tidak
12. Apakah Anda menyaksikan pertandingan final piala AFF SUZUKI CUP 2010 leg 1 ?a) Yab) Tidak
13. Apakah Anda menyaksikan pertandingan final piala AFF SUZUKI CUP 2010 leg 2?c) Yad) Tidak
14. Dalam sehari, berapa lama Anda menyaksikan pemberitaan timnas dalam televisi ?a) Kurang dari 10 menitb) 10 – 30 menitc) Lebih dari 30 menit
15. Dalam sehari, berapa lama Anda mendengarkan pemberitaan timnas dalam radio?a) Kurang dari 10 menitb) 10 – 30 menitc) Lebih dari 30 menit
Berikan tanda centang (√) di kolom nilai yang mewakili persetujuan Anda pada pernyataan-pernyataan berikut ini.
Sangat setuju (SS) : 5Setuju (S) : 4Biasa Saja (BS) : 3Tidak Setuju (TS) : 2Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
No Pernyataan SS S BS TS STS
1. Saya suka sepakbola
2. Saya mengerti mengenai seluk beluk permainan sepakbola
3. Saya suka menyaksikan sepakbola
4. Saya pernah menyaksikan pertandingan piala AFF SUZUKI CUP 2010
5. Saya mengetahui sepakbola dari media massa
6. Saya mengetahui perhelatan AFF SUZUKI CUP 2010 adalah sebuah pertandingan sepakbola
7. Setiap harinya saya selalu mencari informasi terbaru mengenai perkembangan timnas Indonesia pada piala AFF SUZUKI CUP 2010
8. Saya mengetahui informasi mengenai piala AFF SUZUKI CUP 2010 dari media massa
9. Saya tertarik menyaksikan pertandingan timnas Indonesia AFF SUZUKI CUP 2010
10. Saya tahu mengenai Indonesia menjadi peserta pada piala AFF SUZUKI CUP 2010 namun tidak tertarik untuk menyaksikan pertandingan timnas pada piala AFF SUZUKI CUP 2010
11. Saya menjadi tertarik menyaksikan timnas dalam pertandingan piala AFF SUZUKI CUP 2010 karena faktor keingintahuan dari media massa
12. Saya lebih tertarik menyaksikan berita timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010 di media massa daripada menyaksikan pertandingan
13. Semenjak pemberitaan mengenai timnas masuk dalam media infotainment, saya jadi tertarik untuk menyaksikan piala AFF SUZUKI CUP 2010
14. Saya menyaksikan pertandingan timnas Indonesia pada piala AFF SUZUKI CUP 2010
15. Saya menyaksikan pertandingan timnas Indonesia di piala AFF SUZUKI CUP 2010 bersama teman-teman saya
16. Saya menyaksikan pertandingan timnas Indonesia di piala AFF SUZUKI CUP 2010 bersama keluarga
17. Saya menyaksikan pertandingan timnas Indonesia di piala AFF SUZUKI CUP 2010 bersama pacar
18. Saya selalu menyempatkan diri untuk menyaksikan berita mengenai timnas selama masa pertandingan piala AFF SUZUKI CUP 2010
19. Saya menyaksikan pertandingan timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010 karena faktor hobi
20. Saya menyaksikan pertandingan timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010 karena faktor ikut-ikutan
21. Saya menyaksikan pertandingan timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010 karena faktor euforia
22. Saya menyaksikan pertandingan timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010 karena faktor nasionalisme
23. Saya terpaksa menyaksikan pertandingan timnas karena kondisi sekitar saya yang memaksa saya
24. Saya menyaksikan piala AFF SUZUKI CUP 2010 hanya karena ada pemain bola yang saya sukai
25. Saya menyaksikan piala AFF SUZUKI CUP karena saya adalah penggemar sepakbola
26. Dengan adanya pemberitaan media massa mengenai timnas, saya semakin antusias untuk menyaksikan pertandingan timnas di piala AFF SUZUKI CUP 2010
27. Saya menjadi suka timnas Indonesia setelah piala AFF SUZUKI CUP 2010 berakhir