Movie Scenario - MENDUNG LANGIT

download Movie Scenario - MENDUNG LANGIT

of 51

description

Watch the full movie on: www.youtube,com/TuanNonaProductions

Transcript of Movie Scenario - MENDUNG LANGIT

  • MENDUNG LANGIT

    Watch the movie on www.youtube.com/TuanNonaProductions

    Movie scenario by :

    VINCA CALLISTA

    (draft 2)

  • 2

    01. EXT. ROOFTOP SIANG (Hari 1)

    Backsound: Musik mellow yang syahdu, menggambarkan situasi perasaan yang kecewa.

    LANGIT (sudah 20 tahun, penampilan sudah lebih dewasa, memakai long coat, rok di

    pinggang, tidak memakai alas kaki, headphone iPod kesayangannya dipasang telinga) masih

    memandang ke sebelah kirinya. Kedua tangan LANGIT memegangi kaleng kopi di atas lututnya.

    LANGIT menghela napas panjang, kemudian kepalanya tertunduk ke bawah. LANGIT

    merasa sedih karena yakin THYO tidak akan membalas cintanya.

    Close up: LANGIT berbisik, "Semoga kamu berhasil ngedapetin Mikha."

    Dengan gerakan cepat, LANGIT meneguk habis sisa kopi dalam kaleng, mengusap mulutnya

    dengan tangan kiri, kemudian mengangkat kaleng kosong dengan tangan kanannya.

    LANGIT:

    (Seketika telah berubah menjadi ceria dan berteriak sambil nyengir)

    "SEMANGAT, THYO AMINDAR!"

    Kamera bergerak menjauhi LANGIT, menuju ke langit biru yang membentang di atas.

    TEXT ON SCREEN:

    MENDUNG LANGIT

    -Semburat Senyum Sore-

    CUT TO

    02. INT. KAMAR KOS LANGIT - PAGI (Hari 2)

    Backsound: Musik up beat, menggambarkan perasaan yang gembira.

    LANGIT (masih 18 tahun, mahasiswa baru, memakai kemeja putih, rok hitam, rambutnya

  • 3

    dihiasi pita-pita) sedang menyiapkan barang-barang untuk ospek.

    NARASI:

    "Kepada tempat di mana aku berpijak...

    LANGIT bergerak mengambil map di atas tempat tidur.

    Close up: Tulisan di cover map; Buku Pedoman Mahasiswa Baru FIKOM UNPAG.

    LANGIT memandangi map di tangannya sambil nyengir lebar, merasa antusias menghadapi

    kehidupan barunya di kampus.

    NARASI:

    Kepada setiap orang yang berperan dalam hidupku... Aku menggantungkan langitku."

    Kemudian beranjak keluar dari kamar kosnya.

    NARASI:

    Cerah, dan mendungnya langit, dimulai dari sini

    LANGIT keluar kamar kos.

    CUT TO

    03. INT. DEPAN KAMAR KOS LANGIT PAGI (Hari 3)

    Backsound: Natural sound.

    MIKHA (cewek cantik 18 tahun, berkulit putih, rambut panjang, girly, memakai celana

    pendek, kaos, handuk merah) baru selesai mandi di kamar mandi umum di kostan. MIKHA tiba-tiba

    berhenti di depan pintu kamarnya karena tertarik dengan papan nama LANGIT yang dipasang di

    pintu kamar LANGIT di sebelah kamarnya.

  • 4

    Ketika itu LANGIT (cewek manis 18 tahun, tomboy, ceplas-ceplos, memakai jeans hitam,

    kaos/atasan bebas, tote bag, memakai headphone kesayangannya) keluar dari kamarnya, sudah

    siap berangkat kuliah. LANGIT melihat MIKHA sekilas, kemudian mengambil boots biru

    kesayangannya yang disimpan di rak sepatu di depan kamarnya untuk dipakai.

    NARASI:

    Kalau selera seluruh manusia sama, akan ada hanya satu orang yang dicintai.

    Kalau selera seluruh manusia disama-ratakan, setiap orang akan memotong rambut dengan model

    yang identik, memakai baju yang sama persis, semua produk perawatan tubuh hanya ada satu jenis

    dan dikontrol oleh satu pihak.

    (Ponsel LANGIT berdering menandakan ada SMS masuk, LANGIT mengambilnya dari tote bag)

    (LANGIT membaca SMS dari temannya yang memberi tahu ruangan kelas hari ini)

    Kesadaran gue udah terasah, bahwa penampilan gue mungkin nggak lazim buat mayoritas rakyat

    Indonesia. Penting bagi kedamaian, tuh. Biar nggak tersulut perkelahian cuma gara-gara orang lain

    nganggep kita aneh

    (LANGIT berdiri, melirik ke arah MIKHA, seraya mengunci pintu kamarnya)

    Biar nggak tersulut peperangan cuma gara-gara perbedaan mindset yang sebetulnya bisa bikin

    kita memperbaiki atau bahkan mengubah hasil doktrin tentang kebenaran yang sudah terlanjur

    melekat dan jadi pedoman hidup sejak dilahirkan.

    MIKHA masih berdiri di depan pintu kamarnya sendiri (belum dipasang papan nama

    MIKHA) sambil menggosok-gosok rambutnya yang basah dengan handuk pink.

    NARASI:

    (LANGIT memasukkan kunci kamarnya ke dalam tote bag)

    Lo berhak pake apapun yang lo mau?

    Orang lain juga berhak pake matanya buat merhatiin penampilan lo.

  • 5

    LANGIT tersenyum kepada MIKHA, memulai interaksi dengan baik supaya berkesan sopan.

    NARASI:

    Dia manusia atau manekin yang ditiupkan roh sama Tuhan, ya?

    Waktu Tuhan membagi wajah yang cantik, kenapa gue nggak antri bareng dia aja, sih?

    MIKHA:

    (Balas tersenyum ramah)

    Mau berangkat kuliah? Mahasiswa baru juga, ya?

    LANGIT dan MIKHA lalu tampak mengobrol ramah dan akrab (tanpa suara).

    NARASI:

    Ospek ternyata nggak bikin dia tertarik. Pindah ke kostan ini baru tadi malem, karena besok udah

    mulai ada kelas. Sekarang gue tahu sumber suara gesekan benda-benda berat dari kamar sebelah

    yang gue denger tengah malem tadi. Alhamdulillah, itu dia lagi mindahin barang-barang, bukan

    pembunuh gila yang suka bikin stres korbannya dengan menggesekkan pedang ke dinding.

    MIKHA:

    (Terkejut dan antusias begitu mendengar cerita LANGIT)

    Wah! Kamu masuk Fikom juga! Sama, dong! Jurusan apa?

    LANGIT:

    Broadcast. Omong-omong, kita belum kenalan, ya!

    (Mengulurkan tangan dengan semangat dan ramah)

  • 6

    Nama gue Langit.

    MIKHA:

    (Bersalaman dengan Langit sambil tersenyum manis)

    Mikha.

    CUT TO

    04. INT. JALAN DEPAN KOSTAN ke DEPAN KAMAR KOS LANGIT SIANG (Hari 4)

    Backsound: Natural sound.

    LANGIT dan SARI (cewek 18 tahun, teman kos LANGIT, pakai kacamata, judes, cerewet,

    suka makanan pedas, selalu memakai rompi) baru sampai di kostan, pulang bersama dari kampus

    dan sudah membeli makanan untuk makan siang di kamar LANGIT. Di leher LANGIT dan MIKHA

    menggantung caller tag untuk membawa kunci.

    NARASI:

    (LANGIT dan SARI berjalan menuju kostan)

    Good friends are precious.

    SARI ini temen pertama gue di kostan, mahasiswi Fakultas Perikanan dan Kelautan asal Cirebon.

    Terobsesi sama ayam karena bosen lihat seafood, apalagi udang. Bapaknya SARI tuh juragan

    tambak udang di kampungnya, jadi anak-anaknya yang kebetulan cewek semua dikasih pilihan;

    Masuk Fakultas Perikanan dan Kelautan, atau nggak kuliah dan dijodohin sama juragan tambak

    udang yang lain, demi memperluas bisnis keluarga. Setelah dua kakak ceweknya lulus jadi sarjana

    Kelautan, sekarang giliran SARI yang ngejalanin hasil keputusannya. Dan sebelum RERE, adik

    bungsu SARI, dapet giliran kuliah, dari sekarang SARI udah nyaranin RERE kabur aja dari rumah,

    daripada muak hidup sama udang selamanya. Ih, ngeri.

    (LANGIT dan SARI berjalan memasuki kostan)

    Sebenernya SARI benci banget sama kostan ini, katanya kuno dan bau setan.

  • 7

    Bau setan itu kayak gimana? Gue juga nggak pernah tahu, dan mudah-mudahan sih cuma SARI yang

    nyium. Tapi karena kakak-kakaknya dulu tinggal di kostan ini, BAPAKNYA pikir SARI juga mau

    ngekos di sini. Salah seorang korban penyama-rataan selera, SARI udah terbukti muak dan sebisa

    mungkin memberontak.

    LANGIT dan SARI sudah sampai di depan kamar LANGIT, lalu SARI mengacungkan keresek

    hitam berisi ayam penyet untuk makan siang mereka.

    SARI:

    (Mendayu-dayu romantis, seolah-olah menitipkan pacar)

    Titip cinta sejati saya ya, Laaang~

    Saya mau mandi dulu, nanti kita makan bareng di kamarmu.

    Sambil tertawa, LANGIT mengambil bungkusan dari tangan SARI dan menyahuti, IYA!.

    Lantas SARI beranjak pergi ke kamarnya sendiri. Tinggallah LANGIT sendirian di depan kamar.

    NARASI:

    (LANGIT geleng-geleng kepala sambil memeriksa isi keresek hitam di tangannya)

    Cinta sejati SARI sesimpel ayam penyet dari warung makan Ibu Haryanti, yang sambelnya lebih

    pedes dari caci-maki mantan pacar cowok lo yang masih ngarep balikan dan nganggep lo sebagai

    penghancur hubungan mereka.

    Saat berbalik hendak membuka pintu kamarnya, perhatian LANGIT tertuju kepada papan

    nama yang kini terpasang di pintu kamar MIKHA; Bentuk dan warnanya sama dengan miliknya,

    tetapi bertuliskan MIKHA. Kening LANGIT otomatis berkerut heran, ekspresi dari rasa

    penasarannya kenapa MIKHA sampai punya papan nama yang sama dengannya.

    Tatapan mata LANGIT bergantian melihat papan nama MIKHA dan papan nama LANGIT

    yang sudah dipasang di pintu kamarnya sejak pindah ke kostan ini.

  • 8

    NARASI:

    Papan nama gue punya sodara kembarnya yang terpisah sejak lahir gara-gara dipisahin sama

    bidan jahat, nih?

    Perhatian LANGIT masih tertuju kepada papan nama di pintu MIKHA saat melepaskan

    gantungan kunci kamarnya yang digantung di lehernya, khas anak kost.

    NARASI:

    (LANGIT membuka kunci dan pintu kamarnya)

    Kan banyak model dan warna papan nama yang lain. Masa MIKHA ngikutin gue?

    (Ekspresi wajah LANGIT tidak peduli, tangannya memegang gagang pintu, siap membuka)

    Selera MIKHA sama kayak lo kali, Langit~ (Seolah orang lain yang bicara padanya)

    Yea, yea, selama apapun yang dilakuin orang lain nggak ganggu gue,

    I have so many important things to care about.

    (LANGIT sudah masuk dan menutup pintu kamarnya dari dalam)

    Close up: Papan nama yang dipasang di pintu kamar kos MIKHA.

    CUT TO

    05. INT. DEPAN KAMAR KOS LANGIT SIANG (Hari 5)

    Backsound: Natural sound.

    Close up: Tangan TEH NENI yang mengetuk pintu kamar kos LANGIT dua kali.

    LANGIT (memakai celana pendek, kaos, HEADPHONE tergantung di lehernya) membukakan

    pintu dari dalam kamarnya, spontan nyengir melihat TEH NENI (anak sulung BAPAK KOST,

    bertugas mencuci pakaian anak-anak kost, wanita bertubuh tambun, rambut panjangnya selalu

  • 9

    diikat supaya tidak mengganggu gerak-geriknya, memakai kaos dan rok panjang). Kedatangan TEH

    NENI ini berarti pakaian LANGIT sudah selesai dicuci dan TEH NENI akan mengambil cucian kotor.

    LANGIT:

    (Ceria dan bercanda)

    Eh! TEH NENI! Kirain sales yang jualan obat anti-nyamuk malaria!

    CUT TO

    FLASHBACK Montages LANGIT diganggu SALES obat anti-nyamuk malaria di kostan

    Merek : Obat Anti-Nyamuk Malaria MAMARINDU

    1 SALES (cowok botak, kumis tebal, lebay, pakai kemeja putih, dasi merah bercorak ramai,

    celana katun hitam, menjinjing koper) mengetuk pintu kostan LANGIT. Karena masih baru tinggal

    di situ dan tidak tahu modus operasional SALES, LANGIT membukakan pintu dan bertanya, Ya?

    SALES:

    (Kelewat ramah, nyengir lebar)

    Selamat siang!

    (Langsung berubah serius dengan ekspresi berlebihan, guna meyakinkan LANGIT)

    Tahu, nggak, air di bak kamar mandi Anda mengandung jentik nyamuk malaria! Hiii!

    (Bergidig ngeri)

    Close Up: LANGIT memandangi SALES sambil mengerenyit karena merasa keheranan.

    Kemudian TANGAN KANAN SALES menyodorkan DUA BUNGKUS MAMARINDU ke hadapan muka

    LANGIT. Sejenak LANGIT melirik ragu ke arah SALES, lalu meraih DUA BUNGKUS MAMARINDU

    tersebut. Dan secara sigap TANGAN KANAN SALES melakukan gerakan meminta uang. LANGIT

    menatapnya terkejut.

  • 10

    Close Up: SALES tetap nyengir lebar, mempertahankan keramahannya yang berlebihan,

    kemudian kelopak matanya melebar karena antusias begitu TANGAN KANAN LANGIT

    menyodorkan uang untuk membeli DUA BUNGKUS MAMARINDU. SALES mengambil uangnya, dan

    mengucapkan kalimat signature.

    SALES:

    Berantas jentiknya dengan obat anti-nyamuk malaria, MAMARINDU!

    Jangan sampai sakit malaria, karena nanti Mama jadi merindu!

    CUT TO

    2 LANGIT baru pulang kuliah, membuka kunci pintu kamarnya, dan masuk. Ketika LANGIT

    hendak menutup pintu dari dalam, tiba-tiba datang SALES (kemeja kotak-kotak warna cokelat,

    celana katun hitam, mengepit tas koper hitam) dan langsung berdiri di hadapannya, nyengir lebar

    di depan pintu kamar kos LANGIT.

    SALES:

    (Kelewat ramah, nyengir lebar)

    Selamat siang!

    (Langsung berubah serius dengan ekspresi berlebihan, guna meyakinkan LANGIT)

    Tahu, nggak, air di bak kamar mandi Anda mengandung jentik nyamuk malaria! Hiii!

    (Bergidig ngeri)

    LANGIT:

    (Terkejut melihat kemunculan SALES yang tiba-tiba. Kemudian bermaksud mengusir secara baik)

    Saya nggak akan beli, Mas. Kamar mandi di sini dipakai sama-sama.

    (Nyengir kaku, kening mengerenyit)

  • 11

    SALES:

    (Langsung menyela dengan gaya berlebihan, jari tangan kanannya digoyang-goyangkan tanda tidak

    setuju dengan ucapan LANGIT)

    Oooooooooooww! Ini nih pikiran yang salah. Justru karena kamar mandi di kostan ini dipakai

    bersama, Anda harus waspada! Teman-teman Anda pasti nggak peduli, jadi Anda-lah yang harus

    peduli pada kesehatan lingkungan tempat tinggal Anda ini!

    (Seketika SALES mengacungkan DUA BUNGKUS MAMARINDU ke hadapan wajah LANGIT)

    SALES:

    (Kelewat ramah dan nyengir berlebihan)

    Berantas jentiknya dengan obat anti-nyamuk malaria, MAMARINDU!

    Jangan sampai sakit malaria, karena nanti Mama jadi merindu!

    CUT TO

    3 SALES (kemeja kuning terang, dasi hijau bercorak ramai, celana katun hitam, lengan kiri

    mengepit tas koper). SALES menyemburkan udara ke kedua telapak tangannya, lalu menggosok-

    gosokkan telapak tangan demi kepercayaan diri. Barulah setelah itu SALES mengetuk pintu kamar

    kos LANGIT dua kali. Saat SALES akan mengetuk pintu untuk yang ketiga kalinya, pintu kamar kos

    LANGIT dibuka dari dalam dengan gerakan cepat.

    SALES:

    (Nyengir lebar dan ramah berlebihan)

    Selamat si

    LANGIT:

    (Tangan kanan mengacungkan BANYAK BUNGKUS MAMARINDU, tangan kiri menggenggam pintu)

  • 12

    Berantas SALES obat anti-nyamuk malaria MAMARINDU!

    Jangan sampai duit disikat, karena nanti dompet jadi merindu!

    (LANGIT langsung menutup lagi pintu kamar kosnya sebelum SALES sadar dari keterkejutan)

    CUT TO

    05. INT. DEPAN KAMAR KOST LANGIT SIANG (Hari 5)

    Backsound: Natural sound.

    TEH NENI tersenyum, menyerahkan sebundel besar KERESEK MERAH BAJU BERSIH.

    TEH NENI:

    Sales itu udah diusir sama Bapak. Pemilik kostan lain juga udah ngelaporin ke Pak Camat, soalnya

    mengganggu mahasiswa.

    LANGIT:

    (Antusias, sampai KERESEK MERAH BAJU BERSIH di genggamannya terguncang-guncang)

    O bagus! Emang ganggu, tampangnya juga ganggu.

    TEH NENI:

    Ada cucian kotor yang mau dilaundry, Neng?

    LANGIT:

    Oh, ada, ada. Tunggu bentar ya, Teh.

  • 13

    LANGIT menutup pintu kamar kosnya sedikit dan mengambil pakaian kotornya. Sementara

    itu, TEH NENI berdiri menunggu di luar kamar kos LANGIT, sejenak termenung karena canggung,

    namun kemudian mengalihkan perhatian dengan melihat-lihat barang di sekitar milik para

    mahasiswi penghuni kostan.

    NARASI:

    Kuliah semester pertama belum sibuk-sibuk amat, sih. Tapi tetep males kalo cuci baju. Di kostan

    ini ada fasilitas laundry, sebetulnya sih ya dicuciin gitu sama pemilik kostan. Pakai mesin cuci kayak

    di tempat laundry atau cuci manual pakai papan dan air dari sumur, nggak tau, deh. TEH NENI ini

    yang ngurus bagian laundry. Anak sulung BAPAK KOS. Orangnya baik, cuciannya juga bersih. Tapi

    ya buat pakai jasa cuci dia, anak-anak kos di sini tetep harus bayar lagi.

    Tatapan TEH NENI tertumbuk pada boots biru LANGIT di rak sepatu. Ketika itu LANGIT

    muncul lagi dari dalam kamar, lalu menyerahkan KERESEK PUTIH CUCIAN KOTOR ke TEH NENI.

    LANGIT:

    Ini baju kotor saya, Teh. Nggak sebanyak yang minggu kemarin, kok.

    TEH NENI:

    (Menerima cucian kotor dengan senang hati, terus TEH NENI menunjuk ke sepatu boots)

    Sepatunya mau sekalian dicuci juga, Neng?

    LANGIT:

    Bayar lagi, nggak, Teh? (Bernada khawatir)

    TEH NENI:

    (Celingak-celinguk guna memastikan tidak ada orang lain yang mendengarnya)

  • 14

    Buat NENG LANGIT mah, saya kasih gratiiiiss!

    LANGIT:

    Wah! Boleh juga, tuh! (Tertarik dan antusias)

    (Mengambil sepatu boots biru dari rak sepatu dan memberikan kepada TEH NENI)

    Kebetulan belum dicuci-cuci sejak beli! Hehehe... (Cengengesan)

    Oh iya! Teh, nanti lagi kalau mau ngasih cucian bersih, digantung aja di paku ini, ya? Takutnya saya

    lagi nggak ada.

    TEH NENI mengangguk dengan patuh (tangan kirinya menjinjing KERESEK PUTIH CUCIAN

    KOTOR, tangan kanan memeluk BOOTS BIRU). Saat itu MIKHA muncul dan menghampiri LANGIT.

    MIKHA:

    Lang, jadi mau beli makan?

    LANGIT:

    Jadi, dong. Tinggal nunggu SARI, nih. Dia mandinya lama banget!

    MIKHA:

    (Melihat TEH NENI, lalu tatapan matanya turun ke sepatu boots biru LANGIT)

    Sepatu kamu dikasihin ke TEH NENI? (Bernada sarkastik)

    LANGIT:

    Mau dicuci. Ternyata bisa nyuci sepatu juga.

  • 15

    MIKHA:

    Oooohh... (Tampak menutupi perasaan leganya. Matanya melirik ke sepatu boots milik LANGIT)

    CUT TO

    06. EXT. JALAN MENUJU KOSTAN LANGIT SIANG (Hari 5)

    Backsound: Natural sound.

    LANGIT, SARI, dan MIKHA berjalan kembali ke kostan setelah membeli makanan. SARI

    dengan antusias menceritakan kecintaannya pada ayam penyet Ibu Haryanti sambil menunjukkan

    isi keresek hitam yang membungkus ayam penyet yang tadi sengaja dibelinya setelah makan siang

    untuk dibawa ke kostan. MIKHA memperhatikan SARI dengan seksama. Sementara itu, LANGIT

    hanya sesekali melirik mereka sambil cengar-cengir geli melihat tingkat SARI yang sangat

    ketergantungan sama ayam penyet Ibu Haryanti.

    NARASI:

    Gue udah jadi mahasiswa. Dewasa nggak boleh cuma dari makin banyaknya angka di umur doang.

    Sikap gue juga harus tumbuh-kembang jadi dewasa.

    (LANGIT yang berjalan paling kiri melirik SARI yang berdiri di sebelahnya sedang nyerocos tentang

    ayam penyet dalam keresek hitam yang diacungkannya dengan antusias)

    Sebenernya gue tahu SARI nggak suka MIKHA sering memarahinya nggak tahu situasi, seringnya

    kalau kita lagi ngumpul sama anak-anak kostan yang lain, cuma gara-gara SARI suka pakai sendal

    ke dalam kamar mandi. Dan MIKHA yang cinta mati sama kebersihan jijik lihat bekas jejak sendal di

    kamar mandi.

    Darah SARI gampang banget jadi panas, nggak mesti dimasak pakai api seratus derajat celcius juga

    cepet bergolak dan menyebabkan omelan SARI lebih bikin perih di hati daripada api seratus derajat

    celcius. Tapi gue nggak mau ngadu ke MIKHA. Nggak ada gunanya ngadu domba. Bukan berarti dua

    temen gue ini domba, sih. Yah, good friends are precious.

    (Pandangan LANGIT sudah tertuju ke depan lagi)

  • 16

    Nggak perlu maksain idealisme kita ke orang lain, tapi tetep perlu toleransi sama idealisme orang

    lain yang diterapin ke kita. Dan kita punya hak penuh atas idealisme kita, jangan mau diubah kalau

    campuran idealisme orang lain nggak bikin kita jadi lebih baik. Kalau gampang diatur-atur

    idealisme orang lain sih, sama aja prinsip hidup kita udah mati. Mati gue.

    LANGIT seketika terbelalak kaget begitu melihat FAJAR (cowok cakep, tubuh cungkring,

    pakai celana pendek, kaos, sendal, di lehernya menggantung caller tag kunci kostan). FAJAR sudah

    ada di jarak kurang dari tiga meter di hadapan LANGIT dan kawan-kawan, terus berjalan ke arah

    LANGIT. Setelah berada di dekat LANGIT, FAJAR tersenyum dan menyapanya duluan.

    FAJAR:

    Hey, Lang!

    LANGIT berhenti berjalan, menyebabkan MIKHA dan SARI yang sudah membuka gerbang

    kostan jadi sadar ada yang menahan langkah LANGIT. Sekarang MIKHA dan SARI pun

    memperhatikan percakapan singkat LANGIT dan FAJAR.

    LANGIT:

    (Nyengir grogi)

    Hey. Mau ke mana?

    FAJAR:

    Ke kostan temen. Kalau lo mau ke mana? (Menjawab selewat)

    LANGIT:

    (Makin salting)

    Balik ke kostan, abis beli makan. Sekarang lo mau ke mana lagi, nih?

  • 17

    FAJAR mengerenyit heran, sedangkan LANGIT sendiri langsung sadar dia mengulang

    pertanyaan yang sama. SARI cekikikan pelan, tetapi MIKHA yang berdiri di sebelahnya tidak

    berekspresi sama sekali, membuat SARI segera menahan tawa supaya LANGIT tidak makin drop.

    FAJAR:

    (Tersenyum menyungging, seolah malas begitu basa-basi LANGIT ketahuan)

    Ke kostan temen. Bye, Langit.

    LANGIT:

    (Mematung memperhatikan FAJAR dengan tatapan kosong)

    Bye...

    Matanya terus terpaku pada sosok FAJAR yang berjalan semakin menjauh, namun bibirnya

    bergerak mengekspresikan kesedihan akibat rasa malu. SARI lantas menggoda LANGIT sambil

    membuka-tutup pagar kostan yang berada tepat di hadapan LANGIT.

    SARI:

    (Cengiran lebar)

    Udaaah..., nggak usah sedih. Salting ketemu gebetan, wajar lagih! Dia cowok yang sering kamu

    ceritain itu, kan?! Yang sekelompok sama kamu pas ospek? Siapa sih namanya, tuh?!

    LANGIT:

    (Tangannya memegangi pagar dan kepalanya tertunduk lemas, bersikap lebay)

    Fajar.

  • 18

    MIKHA:

    (Nyeletuk, matanya tertuju ke arah FAJAR tadi pergi)

    Temen sekelas aku.

    Seketika LANGIT berpaling kepada MIKHA dengan sangat antusias, matanya terbelalak

    kaget begitu tahu FAJAR kecengannya sekelas sama MIKHA.

    LANGIT:

    SERIUS?! (Sambil mengguncang-guncangkan pagar kostan dengan semangat)

    LANGIT tidak menghiraukan SARI yang kaget begitu LANGIT mengguncangkan pagar

    kostan barusan. Sambil masih cengengesan norak, LANGIT lalu memandangi langit biru di atasnya

    dengan sorot mata menerawang.

    NARASI:

    Nggak nyangka, cerahnya langit Fikom gue nggak sampe ospek doang.

    Dia sekelas sama Mikha, makin gampang gue lebih akrab sama dia.

    Gue masih bisa menikmati Fajar yang muncul di setiap langit gue.

    CUT TO

    07. INT. DEPAN KAMAR KOS LANGIT SIANG ( Hari 6)

    Backsound: Natural sound.

    Close Up: Langkah kaki TEH NENI (rok panjang semata kaki bermotif bunga-bunga, sandal

    jepit lusuh) yang berjalan menuju kamar kos LANGIT.

    TEH NENI sudah sampai di hadapan pintu kamar kos LANGIT, membawa keranjang berisi 5

  • 19

    KERESEK MERAH BAJU BERSIH dan 1 KERESEK MERAH BOOTS BIRU. Mengingat pesan dari

    LANGIT tentang gantungkan saja cucian bersihnya pada paku yang dipasang di sebelah pintu

    kamarnya, TEH NENI pun tanpa ragu menyantelkan KERESEK MERAH BAJU BERSIH dan KERESEK

    MERAH BOOTS BIRU di paku yang telah disepakati, kemudian langsung pergi ke kamar lainnya.

    Close Up: KERESEK MERAH BAJU BERSIH dan KERESEK MERAH BOOTS BIRU yang

    menggantung di paku depan kamar kostan LANGIT. Posisi rak sepatu tepat berada di bawahnya.

    Tiba-tiba terdengar langkah kaki terburu-buru dan secepat kilat sepasang tangan MIKHA

    (wajah dan badan jangan sampai kelihatan) menyambar KERESEK MERAH BOOTS BIRU pergi.

    CUT TO

    08. INT. KAMAR KOS LANGIT MALAM (Hari 6)

    Backsound: Natural sound.

    LANGIT sedang melihat online shop di komputer kamarnya. Telinga LANGIT ditutupi oleh

    headphone kesayangannya, sedang mendengarkan musik dari komputer. Posisi duduk LANGIT

    memunggungi SARI dan MIKHA yang sedang menonton DVD. SARI menonton film sambil makan

    nasi ayam penyet yang sepenuhnya tertutup sambal cabe di piring. Dan MIKHA menonton dengan

    posisi menelungkup di atas kasur LANGIT.

    NARASI:

    SARI kalo makan sadis banget. Nggak punya belas kasihan sama perut. Bentar lagi jadi zombie cabe

    nih, dia. Pantes kalo ngomong suka nyolot, pohon cabe aja bakal minder sama SARI. Kalah pedes.

    SARI:

    (Begitu menyadari LANGIT sedang melihat online shop)

    Online shop sepatu, Lang?

  • 20

    Suara SARI tidak terdengar karena LANGIT mendengarkan lagu dari komputernya

    menggunakan HEADPHONE. Lantas tanpa mengubah posisi tangannya yang sudah siap

    mengangkat sejumput nasi dari piring, SARI mencolek pinggang LANGIT menggunakan kakinya.

    Seketika LANGIT terperanjat dan berpaling kepada SARI sambil melepaskan HEADPHONE.

    LANGIT:

    Apa?

    SARI:

    (Sengaja bicara dengan nada dipanjang-panjangkan, seakan LANGIT tidak mudah menangkap)

    Itu... yang... lagi kamu lihat... online shop sepatu, Laaang...?

    Jadi... mau beli boots baruuu...?

    NARASI:

    (Tidak langsung menjawab, LANGIT berbalik lagi menatap layar komputernya)

    Kurang tepat kalau manusia pesimis mereka punya kekuatan.

    Apa yang diharapkan dari jadi Cat Woman di Indonesia?

    Lenggak-lenggok di genteng dikit, didemo FPI.

    Keenakan makan keripik pedes, gendut. Kostum ketatnya jadi nggak muat.

    Bete, deh. Nggak mau ngelawan penjahat lagi. Paling jadi artis sinetron laga kolosal, atau main di

    film horor porno.

    NARASI:

    (Tiba-tiba LANGIT menghela napas dalam, teringat sepatunya yang hilang. LANGIT melirik KERESEK

    MERAH BAJU BERSIH yang teronggok di samping meja komputer)

  • 21

    Kalau mau memanfaatkannya, ras manusia sebetulnya punya kekuatan yang hakiki.

    Kekuatan super itu bibitnya di sugesti.

    Sugesti positif yang kuat bisa terkabul lho, maka nggak baik pesimis terhadap inovasi untuk

    kebaikan.

    (Mimik wajah LANGIT seketika berubah mengekspresikan perasaan kesal sekaligus gemas karena

    menyesal)

    Terus kenapa gue sempet berharap boots biru gue cepet rusak supaya gue bisa cepet beli yang

    baruuu?! Jadi malah lebih parah, kan. Lungo, alias lenyap.

    Kepala LANGIT menunduk lunglai sambil mengembus napas lewat mulut kencang-kencang,

    bibirnya bergetar, tangan kanannya menunjuk ke arah KERESEK MERAH BAJU BERSIH sambil

    memberi pengumuman.

    LANGIT:

    "Boots gue ilang."

    Seketika SARI berhenti melahap ayam penyet kesayangannya, dan perhatian MIKHA

    secepat kilat beralih dari layar TV ke LANGIT. Ekspresi wajah keduanya terkejut dan menunggu

    cerita LANGIT lebih lanjut. Lantas LANGIT menoleh ke belakang untuk melihat SARI dan MIKHA,

    lalu tangan kanannya menunjuk ke KERESEK MERAH BAJU BERSIH seraya menjelaskan dugaannya.

    NARASI:

    (Saat LANGIT tampak menjelaskan dugaannya)

    "Sempet kepikiran. Tapi nggak mungkin ah kalau..." (Narasi terputus)

    SARI:

    (Bicara dengan mulut penuh makanan)

  • 22

    "Jangan-jangan, TEH NENI sengaja ngambil sepatu kamu!"

    LANGIT:

    (Bernada sarkastik)

    "Buat dipake beli deterjen ke pasar?"

    MIKHA:

    "Boots itu kan signature style kamu, Lang."

    NARASI:

    "Yea, like I am Miley Cyrus. Banyak stalker yang ngincer barang-barang bekas gue. Lain kali gue

    harus panik kalo tisu bekas ingus gue ilang dari tempat sampah."

    Dengan sekali entakan, SARI meletakkan piring makanannya yang belum habis, demi

    meyakinkan LANGIT untuk tidak menyepelekan absennya boots LANGIT.

    SARI:

    "Lo harus tanya ke TEH NENI! Kita ke rumah Bapak Kost sekarang!"

    NARASI:

    (Ekspresi takjub terlihat jelas di wajah LANGIT)

    "Oke. Gue merasa terhormat SARI menyingkirkan ayam penyet cinta sejatinya demi boots gue yang

    udah buluk."

  • 23

    LANGIT:

    "Nggak usah, ah. Mungkin TEH NENI belum selesai nyuci sepatu gue..."

    SARI:

    "Mungkin, mungkin... Belum bisa dipastikan sebelum dibuktikan!"

    LANGIT terkesiap mendengar quote dari SARI yang baginya berkesan itu.

    NARASI:

    "Belum bisa dipastikan, sebelum dibuktikan...."

    (Salah satu quote di novel Semburat Senyum Sore. Boleh dimunculkan kalimatnya di layar)

    SARI:

    "Ayo gue anter ke rumah Bapak Kost!"

    (Meraih tangan LANGIT dan menariknya berdiri)

    LANGIT melepaskan HEADPHONE dari lehernya, kemudian masih digenggamnya,

    sementara SARI menoleh untuk mengajak MIKHA yang masih duduk di atas kasur LANGIT.

    SARI:

    "Ikut, nggak?"

    MIKHA menjawabnya dengan langsung beranjak dari kasur dan membuntut keluar dari

    kamar. Sebelum keluar, LANGIT asal-asalan melempar HEADPHONE kesayangannya ke karpet.

    CUT TO

  • 24

    09. INT. DI DEPAN KAMAR KOST LANGIT - MALAM (Hari 6)

    Backsound: Natural sound.

    Kelihatan kaki mereka saja sebatas betis, MIKHA dan SARI memakai celana pendek, hanya

    LANGIT yang pakai celana panjang untuk tidur.

    LANGIT:

    (Bernada protes)

    "Nggak enak ngetok rumah Bapak Kost malem-malem gini, Sar..."

    SARI:

    "Ngetok pintu doang. Kalo ngetok kepala Bapak Kost, baru nggak enak, langsung jadi tunawisma

    kita."

    MIKHA yang berjalan paling belakang menutup pintu kamar kost LANGIT tanpa

    menguncinya, sebab sudah biasa para mahasiswi yang tinggal di kostan ini tidak mengunci kamar

    kecuali saat ditinggal pergi, saat mandi atau tidur.

    Close up: Pintu kamar LANGIT yang sudah ditutup, tampak setengah ke bawah.

    NARASI:

    "Harusnya saat itu juga gue sadar, si penemu membuat kunci pintu bukan tanpa atas dasar

    keamanan nggak bisa digantungkan hanya pada kepercayaan.

    CUT TO

    10. INT. KAMAR KOST LANGIT - MALAM (Hari 6)

    Backsound: Natural sound.

    Close up: Pintu kamar LANGIT yang tidak dikunci tiba-tiba dibuka dari luar dan melangkah

  • 25

    masuklah KAKI MIKHA (balik lagi ke kamar LANGIT, wajah dan badan jangan sampai kelihatan).

    KAKI MIKHA berhenti di posisi HEADPHONE LANGIT tergeletak di karpet, lalu TANGAN MIKHA

    menyambar HEADPHONE LANGIT dan langsung keluar kamar lagi. (Sosok MIKHA dibuat misterius

    seperti waktu mengambil KERESEK MERAH BOOTS LANGIT untuk mengecoh).

    CUT TO

    11. INT. KAMAR KOST LANGIT - MALAM (Hari 6)

    Backsound: Musik instrumen down beat yang menggambarkan perasaan sedih.

    LANGIT sudah kembali dari rumah BAPAK KOST setelah menanyai TEH NENI perihal

    sepatu boots-nya yang tidak ada bersama cuciannya yang sudah dikembalikan. TEH NENI mengaku

    kalau tadi telah menggantungkan juga BOOTS LANGIT dalam keresek yang terpisah dengan baju di

    paku samping pintu.

    Posisi LANGIT sekarang berbaring terlentang di atas kasurnya, matanya menatap langit-

    langit kamar sambil memikirkan kemungkinan di mana sepatunya berada, atau siapa yang mungkin

    tega mengambilnya setelah ditaruh oleh TEH NENI.

    Backsound: Sayup-sayup suara TEH NENI yang tadi menjawab alibinya.

    NARASI - TEH NENI:

    "Sepatu NENG LANGIT sudah saya gantung di depan kamar, bareng sama cucian bersih tadi siang,

    kok. Silakan cari di rumah ini, di tempat saya nyuci juga udah nggak ada."

    NARASI:

    "Emang boots gue udah jelek, sih... Tapi kalo ilang juga sayang...

    Kan udah jadi ciri khas gue pake boots ke kampus."

    (Suara dibuat-buat menirukan orang lain)

    "Langit anak jurusan Broadcast? Ohh! Yang suka pake boots itu, ya!"

  • 26

    (Masih terlentang di atas kasur, LANGIT mengusap-usap wajahnya dan menjambak rambutnya

    dengan frustasi)

    "Mau beli boots baru, nggak punya uaaang!"

    LANGIT berhenti meninju-ninju udara dengan frustasi, sejenak mematung terlentang di atas

    kasur, sorot matanya sayu.

    Close up: Jam dinding di kamar kost LANGIT yang menunjukkan pukul 22.00.

    Lalu LANGIT menghela napas panjang.

    NARASI:

    "Dengerin lagu yang gue suka dengan volume kencang selalu jadi audiotheraphy.

    Saat sendirian. Saat merasa sendiri. Saat hati terasa sendiri dan sepi."

    Malas-malasan LANGIT menyondongkan badannya ke arah komputer, tangannya

    menggapai-gapai mencari HEADPHONE yang diyakininya terakhir kali dipakai mendengarkan lagu

    dari komputer saat melihat-lihat online shop tadi sebelum ke rumah BAPAK KOST.

    Tidak butuh waktu lama bagi LANGIT menyadari kalau HEADPHONE tidak ada di atas

    karpet. LANGIT spontan terduduk di kasur dan jadi panik mencari-cari HEADPHONE, di atas karpet,

    di balik bantal-bantal di kasur.

    NARASI:

    (Bernada panik, intonasi agak cepat)

    "HEADPHONE gue mana?! Delapan ratus ribu, beli pake duit minjem ke Ibu Ainun, bonus omelan

    akibat ngeliat anak semata wayangnya nggak bisa nabung. Padahal melihat masalah baiknya nggak

    semata-mata semata wayang, cuma dari satu sudut pandang. Mamah nggak tahu duit tabungan gue

    pake buat ngebantu sahabat gue, Kang Jibehcore."

    "Nggak apa-apa, gue ikhlas dimaki-maki Mamah sebelum dipinjemin duit. Nggak pernah tega gue

    lihat Kang Jibehcore setiap hari harus ngamen demi biaya hidupnya, ibunya, dan adik

  • 27

    perempuannya. Apalagi kemarin Kang Jibehcore cerita saya gue kalau adik perempuannya yang

    masih kecil sakit, harus berobat, sementara buat makan aja mereka enggak punya uang

    Untung aja waktu itu headphone idaman gue selamat. Thank to my mum, Ibu Ainun, muah! Tapi

    sekarang

    Headphone. Headphone. HEADPHONE GUE MANAAAA?!?!"

    (LANGIT duduk berlutut di atas kasurnya sambil berteriak frustasi ke arah langit-langit)

    CUT TO

    12. INT. KORIDOR KOSTAN MENUJU KAMAR MIKHA - SIANG (Hari 7)

    Backsound: Natural sound.

    MIKHA baru keluar dari kamar mandi dengan tampang bete akibat ketika mau mandi tadi

    melihat jejak-jejak sendal kotor di lantai kamar mandi kostan. (Kaos, celana pendek, handuk dililit

    di rambut, menjinjing keranjang berisi peralatan mandi).

    NARASI:

    (Mengiringi langkah MIKHA)

    "Emang cewek cantik mau ngapain juga tetep cantik, ya. Kalau jam enam pagi, jam dua siang, dan

    jam lima sore tiba-tiba denger teriakan cantik dari arah kamar mandi, berarti MIKHA ngelihat hal

    paling menjijikan baginya sejak tinggal di kostan ini. Bekas jejak sendal kotor."

    CUT TO

    13. INT. DEPAN KAMAR KOST LANGIT - SIANG (Hari 7)

    Backsound: Natural sound.

    LANGIT keluar dari kamarnya membawa keranjang peralatan mandi, masih memakai jeans

    hitam dan blus yang bagus karena baru pulang kuliah. Tampang LANGIT lesu, masih sedih akibat

    boots dan headphone kesayangannya hilang.

  • 28

    NARASI:

    "Rasanya migrain kalo nggak denger musik sehari doang. Stres. Siapa sih yang nyuri sepatu dan

    headphone gue? Stres hebat. Bisa sampe nggak ketahuan gitu. Hebat."

    Begitu LANGIT sudah mengunci kamar dan menggantungkan kuncinya di leher, MIKHA

    sampai di depan kamarnya, langsung melihat LANGIT.

    MIKHA:

    (Mimik wajahnya masih bete lantaran jejak sendal kotor di kamar mandi, agak ketus)

    "Udah pulang kuliah?"

    NARASI:

    (Sambil LANGIT mengangguk sekali dengan ekspresi wajah lesu)

    "Belum. LANGIT masih di kampus, ini rohnya duluan nyampe kostan."

    MIKHA:

    (Sudah melihat keranjang peralatan mandi di tangan LANGIT, jadi memberi peringatan)

    "Jangan pake sendal ke dalem kamar mandi."

    Sekali lagi, LANGIT hanya mengangguk lesu untuk menjawab MIKHA, lantas berjalan lunglai

    melewati MIKHA. MIKHA sadar sikap LANGIT berbeda.

    MIKHA:

    (Sudah kembali biasa dan sungguh-sungguh perhatian)

    "Kamu kenapa, Lang?"

  • 29

    LANGIT:

    (Malas-malasan memalingkan kepalanya kepada MIKHA)

    "Headphone gue ilang. Fix ada maling di kostan kita."

    Ekspresi wajah MIKHA spontan berubah terkejut, (pura-pura) tidak mengira headphone

    LANGIT hilang. Lalu MIKHA melihat ke kanan-kirinya, memastikan tidak ada yang melihat atau

    menguping pembicaraan mereka. Setelah yakin, MIKHA kemudian melangkah sangat mendekat

    kepada LANGIT, dan membisiki rahasia yang diketahuinya.

    MIKHA:

    (Berbisik di telinga LANGIT)

    "Maaf baru ngasih tau kamu sekarang, Lang.

    Sebenernya aku tahu siapa maling di kostan ini..."

    Backsound: Musik intrumental up beat yang mendukung adegan mencengangkan.

    Close up: MIKHA membisiki LANGIT bahwa SARI yang mengambil barangnya (MIKHA

    memfitnah SARI). Kelopak mata LANGIT otomatis melebar bersamaan dengan mimik wajahnya

    yang berubah jadi sangat terkejut, tidak mengira.

    CUT TO

    14. INT. KAMAR SARI - SIANG (Hari 7)

    Backsound: Natural sound.

    Close up: TANGAN SARI menemukan KERESEK MERAH BOOTS BIRU di bawah tempat

    tidurnya.

  • 30

    Dari posisi jongkok di sebelah tempat tidurnya, SARI berdiri ragu-ragu sambil memegangi

    dan memperhatikan KERESEK MERAH BOOTS BIRU. Setelah SARI berdiri tegak, pintu kamar yang

    berada di belakangnya dibuka dari luar oleh LANGIT yang beranjak masuk ke kamar bersama

    MIKHA. LANGIT memanggil nama SARI.

    LANGIT dan MIKHA memandangi SARI pelan-pelan berbalik menghadap mereka. Begitu

    melihat KERESEK MERAH BOOTS BIRU yang digenggam kedua tangan SARI, LANGIT spontan kaget

    karena tidak menyangka SARI mencuri sepatunya.

    SARI:

    (Tersenyum kepada LANGIT, sebab tidak merasa mencuri)

    "Saya nemuin boots kamu nih, Lang."

    LANGIT segera menyambar KERESEK MERAH BOOTS BIRU dengan kening berkerut curiga

    kepada SARI. LANGIT melihat isi keresek di tangannya, ternyata memang betul itu sepatu boots

    miliknya. LANGIT memandang MIKHA dengan mimik wajah tidak percaya, seolah-olah memastikan

    bahwa ucapan MIKHA benar. MIKHA menyahutinya hanya dengan sekali anggukan yang

    meyakinkan.

    Sementara itu, SARI langsung sadar kalau dirinya tertuduh sebagai pencuri.

    SARI:

    (Membela diri tanpa diminta. Karena kesal ekspresi wajah LANGIT dan MIKHA tampak menuduhnya,

    SARI jadi naik darah dan ketus)

    "Saya nggak mencuri boots kamu!

    LANGIT:

    (Bernada sarkastik)

    "Oh yaa~ Dan gue nggak nemuin sepatu ini di kamar lo."

  • 31

    SARI:

    "Ada yang menyimpannya di kamar saya!"

    LANGIT:

    (Cerita dengan tegas karena merasa kesal, dan sekarang menuduh SARI)

    "Headphone gue juga ilang tadi malem."

    SARI:

    (Menatap LANGIT dengan senyum kesal dan tidak percaya telah dituduh)

    "Dan saya juga yang nyuri headphone kesayangan kamu?!"

    LANGIT sudah membuka mulut untuk mendebat SARI, tetapi SARI keburu langsung

    menyambar handuk dan keranjang peralatan mandi dari atas kasurnya.

    SARI:

    "Silakan geledah kamar ini!"

    (Marah sambil berjalan cepat keluar kamarnya)

    MIKHA:

    (Nyeletuk dengan nada sinis saat SARI berjalan melewatinya)

    "Jangan pake sendal ke dalem kamar mandi!"

    SARI menjawab dengan membanting pintu kamarnya sampai menutup di belakang

    punggung kedua temannya. MIKHA spontan terlonjak kaget, tetapi tidak sampai teriak. Sedangkan

  • 32

    LANGIT tetap berdiri mematung sambil memandang lurus ke depan, tampak termenung

    memikirkan dengan ekspresi wajah ditekuk karena kesal sekaligus bingung.

    MIKHA melirik LANGIT di sebelah kanannya dengan tatapan prihatin (pura-pura).

    Sementara itu, kepala LANGIT bergerak menatap boots biru yang diambil tangannya dari dalam

    keresek merah.

    NARASI:

    "Gue nggak pernah tahu alasan SARI.

    Tapi lebih baik gue kehilangan sepatu, daripada kehilangan sahabat.

    Sejak kasus itu, SARI nggak pernah ngomong sama gue,

    nggak pernah lagi ngajak gue dan MIKHA makan ayam penyet Ibu Haryanti,

    bahkan dia nggak mau ngelihat gue sedikitpun.

    Sikapnya bikin perasaan gue tercabik-cabik. Langit gue atas SARI, runtuh."

    CUT TO

    15. INT. DI DEPAN KAMAR MIKHA MALAM (Hari 8)

    Backsound: Natural sound.

    SARI (celana pendek, kaos, kacamata) berjalan menuju kamar MIKHA, lalu mengetuk

    pintunya. Dua kali ketukan, baru MIKHA membukakan pintu dari dalam.

    MIKHA:

    (Sudah diberi tahu SARI lewat SMS perihal kedatangannya)

    Emang harus diambil sekarang banget?

    SARI:

    (Ekspresi dingin)

  • 33

    Nanti subuh saya udah berangkat.

    Lagian udah satu semester kamu belum balikin baju saya. Emang mau banget baju itu?

    MIKHA menaikkan sebelah alisnya dengan mimik sarkastik. Kemudian sambil membuka

    pintu kamarnya lebih lebar, MIKHA bergerak keluar kamar, memberi jalan bagi SARI dan FAJAR.

    MIKHA:

    Ya udah, kamu cari sendiri, deh. Aku lupa nyimpen baju kamu di mana.

    SARI mengomentari dulu model rambut MIKHA yang tiba-tiba sudah dipotong pendek sama

    persis seperti model rambut LANGIT.

    SARI:

    Saya nggak pernah tau kamu akhirnya suka rambut pendek.

    MIKHA:

    (Tersenyum senang sambil menjawab sekenanya)

    Abis ternyata keren, sih!

    SARI memalingkan wajahnya dari MIKHA untuk masuk ke kamar MIKHA, bertepatan

    dengan FAJAR hendak keluar. Jadi SARI dan FAJAR tidak sengaja saling memandang di ambang

    pintu. SARI berseru, EH?! begitu terkejut melihat FAJAR ada di kamar MIKHA.

    Backsound: Musik up beat yang mendukung adegan mencengangkan dan mendebarkan.

    SARI:

    (Tetep kalem, bicara kepada MIKHA)

    Dan saya nggak pernah tau kalo Bapak Kost udah ngilangin peraturan nggak boleh bawa cowok

  • 34

    masuk kamar.

    FAJAR keluar melewati SARI sambil bilang, Sori, permisi.

    MIKHA:

    (Menyahuti SARI dengan nada dan senyum sarkastik)

    Dan aku akan sangat menghargai kalau kamu nggak bocor, ngadu ke Bapak Kost.

    (SARI hanya menyahuti dengan sebelah alis terangkat, pertanda tidak mengira MIKHA begitu)

    Aku mau makan di luar dulu. Nanti kalo kamu balik ke kamar, pintu kamar aku tutup aja.

    Sejenak SARI hanya memandangi MIKHA dengan tatapan menganalisa. Lalu SARI

    mengambil HP kamera dari saku celana pendeknya.

    Backsound: Natural sound.

    SARI:

    (Tersenyum saat mengacungkan HP kameranya pertanda minta foto bersama MIKHA)

    Kita foto bareng dulu?

    Backsound: Musik instrumen yang mendukung adegan mengharukan.

    Akhirnya MIKHA melayangkan senyuman tulusnya, sekaligus sedih karena SARI akan

    pindah dari kostan mereka. MIKHA bergerak memeluk SARI yang diam berdiri di depan kamarnya.

    Setelah MIKHA melepaskan pelukannya, dan berganti posisi jadi merangkul SARI dari samping

    kanannya, SARI pun menyerahkan HP kameranya kepada FAJAR yang berdiri di hadapan mereka.

    Kemudian FAJAR memotret SARI dan MIKHA di depan kamar MIKHA.

    Gaya SARI: Tersenyum simpul, tangan kanannya memeluk pinggang MIKHA.

    Gaya MIKHA: Ekspresinya ceria, mulutnya nyengir lebar. Awalnya tangan kiri MIKHA merangkul

  • 35

    bahu SARI, tetapi setelah FAJAR berucap, Satu... dua... tiga!, MIKHA segera menarik tangan kirinya

    dari bahu SARI guna membentuk setengah huruf A yang ditekan ke kepala, bersamaan dengan

    tangan kanan membentuk huruf L yang ditekan ke kepala, dan lidahnya menjulur menekan bibir

    bawah. Gaya khas LANGIT.

    Setelah difoto, MIKHA dengan antusias mengambil alih HP kamera SARI dari tangan FAJAR

    dan melihat fotonya dengan sumringah karena dirinya terlihat cantik, sambil mengoceh sendiri,

    Cantik!. Baru kemudian MIKHA mengembalikan HP kamera SARI, lalu pergi sambil memeluk

    lengan kanan FAJAR.

    SARI memandangi arah mereka pergi dengan tatapan bertanya-tanya apa LANGIT tahu

    kalau malah MIKHA yang pedekate sama FAJAR. Lantas SARI melihat foto di HP kameranya dan

    seketika keningnya berkerut, menandakan perasaan heran SARI yang menyadari gaya MIKHA

    sekarang menyerupai LANGIT.

    Close Up: FOTO SARI & MIKHA yang muncul pada layar HP kamera SARI, sampai lampu LCD-

    nya mati dan layar HP kamera SARI menjadi gelap.

    CUT TO

    16. INT. KAMAR MIKHA MALAM (Hari 8)

    Backsound: Natural sound.

    Perhatian SARI yang sudah masuk ke kamar MIKHA masih menganalisa FOTO SARI &

    MIKHA pada layar HP kamera yang dipegang tangan kirinya, sementara itu tangan kanannya

    menutup pintu kamar MIKHA di belakangnya.

    Kemudian, seolah-olah baru sadar dirinya telah berada di dalam kamar MIKHA, SARI pun

    memperhatikan sekitarnya untuk mencari-cari bajunya yang telah dipinjam MIKHA sejak awal

    semester satu. SARI menggeledah lemari baju MIKHA sambil bergumam sendiri, Baju, baju, baju,

    baju, baju.... Tidak lama kemudian, SARI yang terus bergerak mencari bajunya pun mencapai meja

    belajar MIKHA (di mana tergeletak SURAT PRU), lalu SARI melihat FOTO LANGIT, SARI, MIKHA

    (dalam bingkai foto warna pink).

    SARI berhenti sejenak untuk meraih FOTO LANGIT, SARI, MIKHA dari meja belajar dan

  • 36

    memandanginya. Begitu melihat gaya LANGIT yang dalam foto tersebut berdiri di tengah, SARI

    seketika tercengang karena memang gayanya sama dengan yang ditiru MIKHA ketika berfoto

    bersamanya barusan. (Detil FOTO LANGIT, SARI MIKHA, belum diperlihatkan).

    Dan begitu SARI menaruh kembali FOTO LANGIT, SARI, MIKHA, tiba-tiba matanya tidak

    sengaja menangkap benda yang membuatnya sangat terkejut sampai-sampai matanya melotot.

    (Benda itu HEADPHONE, tapi belum diperlihatkan).

    Maka buru-buru SARI memindahkan FOTO LANGIT, SARI, MIKHA ke dekat HEADPHONE

    (tidak diperlihatkan), dan memotret barang bukti itu menggunakan HP kameranya.

    CUT TO

    17. INT. KAMAR KOS LANGIT SIANG (Hari 9)

    Backsound: Lagu up beat yang menggambarkan sosok cewek jomblo yang mandiri.

    LANGIT menguap sambil ngulet di kasurnya (pakai celana pendek dan kaos, selimut melilit

    di kakinya), kemudian malas-malasan turun dari kasurnya, langsung berjalan menuju air minum.

    Ketika sedang meneguk air putih dari botol/gelas, tatapan mata LANGIT yang masih mengantuk

    tidak sengaja tertuju kepada bawah pintu kamarnya.

    Mata LANGIT otomatis memicing begitu melihat amplop surat warna cokelat tergeletak di

    bawah pintunya, belum tahu bahwa SARI yang memasukkannya lewat celah bawah pintu. LANGIT

    mengambil amplop itu dan membaca surat dari dalamnya.

    Close Up: Surat berisi tulisan tangan SARI.

    NARASI SUARA SARI:

    Bangun, dasar kebluk! Udah jam sebelas nih, woy!

    Kelopak mata LANGIT melebar saking kaget begitu menyadari itu surat dari SARI dan

    kalimat pertama adalah kalimat yang biasa dikirimkan SARI lewat SMS kepada LANGIT yang setiap

    hari Rabu masuk kuliah jam 12 dan selalu terbangun akibat SMS dari SARI. Secara otomatis,

    LANGIT memalingkan kepala melihat jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 11.05.

  • 37

    Close Up: Jam dinding yang menunjukkan pukul 11.05.

    Buru-buru LANGIT kembali membaca surat SARI, saking antusias sampai lupa duduk.

    Close Up: Isi surat dari SARI, yang dibacakan NARASI SUARA SARI.

    Backsound: NARASI SUARA SARI dan musik instrumen mellow yang sangat menyedihkan.

    Sambil sesekali diselingi oleh flashback scenes keseruan hari-hari LANGIT dan SARI.

    Bangun, dasar kebluk! Udah jam sebelas nih, woy! Hehehe... Maaf saya selalu SMS kamu gitu

    tiap hari Rabu, karena kamu masuk kuliah jam 12, dan saya nggak akan bisa tenang di kelas kalau

    belum yakin kamu diizinkan dosen masuk ke kelas walaupun telat. Maaf juga saya nggak pamitan

    dulu, saya nggak tega bangunin kamu. Saat kamu baca surat ini, kamar saya pasti udah kosong. Sejak

    subuh saya udah berangkat ke Bogor.

    Close Up: Mimik wajah LANGIT yang makin tersentak kaget baru tahu SARI ke Bogor. Mulut

    LANGIT bergerak mengucap kata, Bogor...??

    Langit, kamu teman terbaik saya. Kamu orang asing pertama yang saya betul-betul percayai

    sepenuhnya. Bahkan bapak saya terasa lebih seperti orang asing dibandingkan kamu. Saya nggak

    pernah percaya sama orang-orang yang saya kenal. Keluarga saya cuma butuh saya buat

    memperluas kekuasaan bisnis bapak saya. Teman-teman sekolah saya cuma butuh saya kalau nggak

    punya uang. Tapi kamu berbeda, kamu orang paling tulus yang pernah saya kenal. Kamu sahabat

    pertama saya, Lang...

    Close Up: Airmata LANGIT mulai menetes, LANGIT menyesal tidak bertemu SARI sebelum

    SARI pergi.

    Sumpah demi nyawa saya, bukan saya yang ambil sepatu kamu. Saya nggak akan pernah

    mau mencuri, apalagi dari kamu. Waktu kamu mergokin saya pegang sepatu kamu, itu juga pertama

    kalinya saya nemuin sepatu kamu di bawah tempat tidur saya. Saya kaget. Saya takut. Saya takut

    kamu mengira saya yang mencuri sepatu kamu, padahal saya betul-betul nggak tau kenapa sepatu

    kamu ada di kamar saya. Saya takut kamu jadi benci sama saya. Saya takut sekali, Lang.... Saya

    bahkan nggak berani lihat kamu, saya takut lihat mata kamu menatap benci saya.

    Close Up: LANGIT menggeleng-gelengkan kepala, tidak setuju atas salah paham SARI yang

    mengira LANGIT membencinya. Dengan airmata yang masih mengalir deras, LANGIT bergumam,

    Nggak..., nggak...

  • 38

    Kalau sekarang betul jam 11, berarti saya udah nyampe Bogor. Saya udah mutusin buat

    keluar dari aturan keluarga saya yang selalu mendikte saya. Saya mau bebas memilih jalan hidup

    dari pilihan saya sendiri. Saya udah mutusin buat keluar dari Unpag, dan kuliah pertanian di Bogor.

    Kamu tau saya muak sama udang. Saya mau mempelajari cabe. Kamu tau saya cinta mati sama cabe,

    Lang. Saya mau jadi petani cabe.

    Close Up: LANGIT yang masih menangis pun tertawa geli sekaligus terharu membaca bagian

    SARI ingin jadi petani cabe.

    Belum bisa dipastikan sebelum dibuktikan. Kalau saya nyuruh RERE membebaskan diri dari

    Bapak yang diktator, saya nggak mau adik saya itu patuh sama saya tanpa tahu kebenaran itu pasti

    benar buat dia. Nggak ada nasihat yang lebih baik daripada menasihati lewat aksi. Saya lakukan dulu

    apa yang bagi saya benar, lalu saya pengen RERE belajar dari pengalaman saya, dan semoga RERE

    memang jadi sadar kalau nggak semua anggota keluarga kami lahir cuma demi ngurusin udang.

    Keputusan saya udah bulat, dan saya nggak mau ada campur tangan dari keluarga saya. Jadi saya

    ganti nomor HP, dan kartu nomor lama saya tolong kamu simpan, ya. Siapa tau kita ketemu lagi.

    Close Up: LANGIT otomatis terperanjat kaget mengetahui SARI udah ganti nomor HP tanpa

    LANGIT tahu nomor barunya. Maka dengan panik LANGIT mengeluarkan isi amplop cokelat guna

    membuktikan kalau kartu SIM nomor lama SARI memang disimpan padanya.

    Ternyata LANGIT memang menemukan kartu SIM nomor lama SARI, bersamaan dengan

    ditemukannya tiga buah foto yang sengaja dicetak oleh SARI untuk diberikan kepada LANGIT. Foto

    yang paling atas adalah foto HEADPHONE bersebelahan dengan figura pink yang memuat FOTO

    LANGIT, SARI, MIKHA yang ditemukan SARI tadi malam.

    Foto-foto itu baru saya analisa tadi malam. Saya nemuin fakta, Lang. Tapi kamu pasti nggak

    mau percaya sebelum ngebuktiin sendiri. Belum bisa dipastikan sebelum dibuktikan! Jadi kamu

    sendiri yang harus menguak, siapa orang yang pengen nyuri semua yang berharga buat kamu.

    Artinya, apa yang ada di diri kamu itu berharga banget di mata orang lain, sama kayak sangat

    berharga sangat berharga buat saya. Sebarkan kemuliaan hati kamu, Lang. Jadikan lebih banyak

    orang yang tau seberharga apa pentingnya si Langit Astreila Kawiswaran.

    Saya harus pergi sekarang. Langit udah mulai terang. Titip cinta sejati saya si ayam penyet

    superhot ya, Lang. Bilangin ke Ibu Haryanti, suatu saat saya bakal beli semua saham warung

    makannya. Saya akan jemput cinta sejati saya!

  • 39

    Walaupun kamu mungkin nggak mengakui, saya tetep menganggap kamu sahabat pertama

    saya. Yang saya pertama saya dapatkan adalah yang terbaik buat saya.

    Salam sayang,

    -SARI POETRI ARLANDA-

    N.B: Oh ya satu lagi, menurut saya, lebih baik kamu cari kecengan lain. Masih banyak, kan, cowok

    keren di Fikom? Cari cowok yang lebih baik, jangan Fajar.

    N.B. lagi: Oh ya, satu lagi aja. Mulai sekarang, kamu masuk ke kamar mandi harus pake sendal,

    ya! Please banget sendal yang paling kotor. HARUS!

    Backsound: Lagu mellow yang menggambarkan perasaan sedih atas persahabatan.

    Tangisan LANGIT semakin pecah begitu selesai membaca surat dari SARI. Dengan tangan

    gemetaran, LANGIT melihat 3 foto yang disertakan dalam surat SARI.

    Close Up: Foto (1) : HEADPHONE LANGIT yang sengaja difoto di sebelah figura pink berisi

    FOTO LANGIT, SARI, MIKHA yang LANGIT ketahui hanya ada di kamar MIKHA.

    Backsound: Musik instrumen low beat yang menggambarkan situasi mendebarkan.

    Close Up: Ekspresi wajah LANGIT yang saking terperanjat sampai berhenti tersedu-sedu.

    LANGIT sudah mulai curiga HEADPHONE itu ada di kamar MIKHA.

    Close Up: Foto (2) : SARI dan MIKHA yang berfoto di depan kamar MIKHA tadi malam, karena

    SARI sengaja ingin menunjukkan kepada LANGIT bahwa MIKHA ternyata berusaha mengikuti gaya

    LANGIT.

    Close Up: Mimik wajah LANGIT berubah menjadi keheranan dan curiga, ditandai dengan

    keningnya yang berkerut saat memandangi foto (2). LANGIT segera memindahkan foto (2) ke

    urutan paling bawah untuk melihat foto berikutnya, yaitu foto (3).

    Close Up: Foto (3) : FOTO LANGIT, SARI, MIKHA yang diambil pada awal mereka pindah ke

    kostan dan berteman. Lokasi foto di depan kostan.

  • 40

    Close Up: Sejenak LANGIT hanya memandangi foto (3) sampai akhirnya berseru, OH!, begitu

    berhasil menemukan kesamaan antara foto (2) dan foto (3).

    Backsound: Musik instrumen up beat yang menggambarkan situasi yang mengagetkan.

    LANGIT mengambil lagi foto (2) dari urutan paling bawah, kemudian menjajarkannya

    dengan foto (3). Maka tampaklah persamaan dari kedua foto tersebut: Gaya MIKHA di foto (2)

    sangat mirip dengan gaya LANGIT di foto (3), yang berarti jelas MIKHA ingin menyerupai LANGIT.

    Dengan begitu, LANGIT sudah bisa menarik simpulan kalau MIKHA yang paling mungkin berada di

    balik kasus hilangnya barang-barang kesayangan LANGIT.

    Backsound: Suara MIKHA dan FAJAR yang ngobrol di luar, baru datang.

    Tiba-tiba LANGIT mendengar suara MIKHA dan FAJAR yang baru datang dan terdengar

    menuju kamar MIKHA. LANGIT memasukkan foto (2) & foto (3) ke saku celana pendeknya, lalu

    menaruh surat dari SARI di dekat komputernya (wallpaper: Foto (4) LANGIT dan SARI yang akrab

    dan ceria). Kemudian LANGIT berdiri di balik pintu kamarnya dan menempelkan telinga kirinya

    pada daun pintu, bermaksud menguping pembicaraan MIKHA dan FAJAR dulu sebelum keluar.

    LANGIT lalu meraih gagang pintu kamarnya, menghela napas dalam-dalam guna

    menguatkan diri. Sebagai ekspresi dirinya sudah kuat dan yakin, LANGIT menganggukkan

    kepalanya, lantas membuka pintu kamarnya, dan langsung berhadapan dengan MIKHA dan FAJAR.

    CUT TO

    18. INT. DEPAN KAMAR MIKHA SIANG (Hari 9)

    Backsound: Natural sound.

    MIKHA lagi ngobrol sama FAJAR sambil membuka kunci pintu kamarnya, ketika LANGIT

    keluar dari kamarnya dan langsung bicara kepada MIKHA.

    LANGIT:

    (Berdiri menyandar pada dinding dengan tangan dilipat di dada)

    Mi, gue pinjem headphone, dong.

  • 41

    FAJAR:

    (Otomatis menyapa dengan ramah begitu melihat LANGIT) Hai, Lang!

    LANGIT cuma menjawab, Hey, sambil tersenyum kecut dan mengangguk ke FAJAR.

    Sementara itu, MIKHA sudah membuka pintu dan melangkah masuk ke kamarnya. Belum sadar

    kalau LANGIT sedang menjebaknya.

    MIKHA:

    (Dengan cengiran manis)

    Oke, tunggu bentar, ya!

    FAJAR yang menyusul MIKHA sudah duluan sampai di kasurnya untuk berbaring santai.

    MIKHA baru melewati ambang pintu kamarnya, ketika LANGIT yang masih di posisi yang sama

    sudah menghentikan langkahnya dengan kalimat sindiran.

    LANGIT:

    Gue nggak pernah tau lo punya headphone buat denger musik.

    Posisi MIKHA sudah di dalam kamarnya, tidak terlihat dari posisi berdiri LANGIT. Jadi

    LANGIT tidak bisa melihat ekspresi MIKHA, yang tangan kirinya masih memegangi gagang pintu,

    seketika mematung ngeri. Sejenak mimik wajahnya berubah jadi menyesal dan gugup tadi

    keceplosan bersikap menunjukkan dirinya punya headphone. Namun MIKHA pura-pura bersikap

    biasa dan ceria ketika kembali ke hadapan LANGIT.

    MIKHA:

    Ooohh... Kamu mau minjem headphone buat dengerin musik...

    Tadi aku dengernya handphone! Aahahahahaaa... (Ketawa dibuat-buat)

  • 42

    Yah, kamu tau, Lang... Kalau headphone sih aku nggak punya

    Tiba-tiba FAJAR muncul dari dalam kamar MIKHA dan menjulurkan badannya melewati

    pintu guna mengacungkan HEADPHONE milik LANGIT yang diakui MIKHA adalah miliknya dan

    kebetulan dipakai FAJAR tadi malam, jadi FAJAR tahu kalau di kamar MIKHA ada HEADPHONE.

    FAJAR:

    (Ceria dan ramah)

    Kan ada HEADPHONE kamu yang ini, Mi. Pinjemin aja dulu ke LANGIT.

    (Menyodorkan HEADPHONE kepada LANGIT sambil nyengir lebar)

    LANGIT meraih HEADPHONE itu dan memperhatikannya dengan seksama, lalu pura-pura

    belum tahu kalau MIKHA yang mencuri dari kamarnya tempo hari.

    LANGIT:

    (Ekspresi wajah dan nada bicara sama-sama datar dan dingin)

    Sama banget kayak headphone gue yang ilang, ya?

    Perasaan MIKHA sudah tidak enak. MIKHA berdiri di hadapan LANGIT dengan sikap tidak

    nyaman, matanya tidak berani balik menatap LANGIT. Karena MIKHA tidak kunjung menyahut,

    perhatian LANGIT tertuju kepada sepatu boots biru yang sedang dipakai MIKHA.

    LANGIT:

    (Menunjuk BOOTS BIRU MIKHA dengan dagunya, lalu kembali menyindir)

    Boots baru? Sama juga mirip banget sama boots gue.

    (LANGIT sekilas berpaling menunjuk BOOTS BIRU LANGIT di rak sepatu depan kamarnya)

  • 43

    MIKHA jadi tidak bisa mengontrol emosinya. Dengan sekali gerakan, MIKHA berusaha

    menyambar HEADPHONE dari tangan LANGIT. Tetapi LANGIT lebih gesit mengelak dan

    menjauhkan HEADPHONE di tangannya dari jangkauan MIKHA.

    FAJAR memperhatikan kedua cewek ini dengan tampang bloon yang keheranan, sejak

    percekcokan antara LANGIT dan MIKHA dimulai barusan. FAJAR tidak mengerti inti masalahnya,

    dan sedikitnya merasa bersalah karena telah menyerahkan HEADPHONE kepada LANGIT.

    LANGIT:

    (Masih dengan gaya menyindir)

    Itu rambut baru ngikutin gaya gue juga?

    MIKHA tampak semakin kesal kepada LANGIT, sekaligus menimbun rasa malu karena

    niatnya mengikuti gaya LANGIT sudah terkuak. Napasnya naik-turun dengan berat dan melambat

    seiring MIKHA berusaha menangkis tuduhan LANGIT.

    MIKHA:

    (Sudah bernada ketus)

    Bukan cuma kamu yang bisa beli headphone dan sepatu boots kayak gini. Dan, dan..., emangnya

    cuma kamu, cewek yang rambutnya boleh pendek?!

    Dengan sikap masih santai dan ekspresi yang datar tanpa antusiasme, LANGIT

    menunjukkan bagian dalam HEADPHONE, tepat pada posisi tulisan L A K yang dulu diukir oleh

    LANGIT setelah membelinya.

    LANGIT:

    (Menyindir lagi secara halus dengan nada bicara sarkastik)

    Dan bukan cuma headphone KAMU yang ada tulisan inisial L. A. K.?

  • 44

    L. A. K., bukan M. I. K. H. A.

    Jadi ini headphone milik L. A. K.; Langit. Astreila. Kawiswaran. Bukan milik Mikha!

    Kedua tangan MIKHA mengepal kuat, sudah kelihatan sangat marah sekaligus malu karena

    merasa dipermainkan oleh LANGIT di depan FAJAR gebetannya. Tetapi sebelum MIKHA sempat

    mengelak dengan alibi palsu lagi, LANGIT buru-buru merogoh saku celana pendeknya, dan

    mengambil foto (2) dan foto (3) yang tadi sempat dimasukkannya ke dalam saku. Kemudian

    LANGIT menunjukkan kedua foto tersebut ke ujung hidung MIKHA, dengan posisi foto saling

    bertumpukkan di bagian yang tepat, sehingga fokus dari foto itu adalah gabungan gambar LANGIT

    dan MIKHA yang sama-sama berambut pendek, memakai sepatu boots, dan memperagakan gaya

    tangan yang sama, yaitu gaya tangan membentuk huruf L dan A, yang lagi-lagi adalah ciri khas

    LANGIT yang terang-terangan dijiplak oleh LANGIT.

    LANGIT:

    (Tangan kanannya masih mengacungkan foto (2) dan foto (3) ke depan mata MIKHA, sementara

    tangan kirinya pun masih memegangi HEADPHONE-nya yang sudah kembali)

    Dan bukan cuma kebetulan, kalo ternyata makin lama penampilan lo makin sama kayak gue?

    FAJAR yang berdiri di belakang MIKHA tambah grogi dan bingung apa yang mesti

    dilakukannya di situasi percekcokan kedua cewek ini. LANGIT tampak jelas sudah terlatih

    menghadapi situasi yang sebetulnya menyakinkan seperti ini. Sedangkan MIKHA sekarang mulai

    mencak-mencak, mulutnya menggerutu dan matanya memelototi LANGIT, namun MIKHA tidak

    berani menyerang LANGIT atau membalas sindirian LANGIT, sebab MIKHA sudah mulai sadar kalau

    tindakannya lama kelamaan akan diketahui teman-temannya juga.

    LANGIT menurunkan kedua tangannya yang masing-masing menggenggam HEADPHONE

    dan foto (2) & foto (3), lantas menatap mata MIKHA lekat-lekat dengan senyum terpaksa.

    LANGIT:

    (Bertanya pelan dengan suara memelas yang mewakili perasaan LANGIT yang kecewa)

  • 45

    Dan sekarangFAJAR?

    (LANGIT menggeleng-gelengkan kepala disertai raut muka yang tidak percaya MIKHA yang manis

    bisa sebegitu jahat. Sementara itu FAJAR jadi menunjuk-nunjuk dirinya dan bertanya-tanya kenapa

    namanya disebut)

    Gue pernah protes ke Tuhan, kenapa gue nggak diciptakan secantik elo. Tapi sekarang, gue

    berterima kasih sama Tuhan, karena ternyata lo yang kelihatan sempurna ini malah pengin jadi diri

    gue. Dan yang paling penting sih, gue ngerasa beruntung banget bisa ngerti sedalem apa makna

    persahabatan, sehingga gue nggak akan pernah mau ngancurin persahabatan dengan cara ngadu-

    domba temen-temen gue, kayak yang lo lakuin ke gue sama SARI.

    Tanpa menghiraukan MIKHA yang berdiri menunduk dengan airmatanya menetes-netes ke

    lantai, LANGIT beranjak masuk ke kamarnya untuk menaruh HEADPHONE dan foto (2) & foto (3)

    sekalian mengambil jaket yang dibutuhkannya karena akan keluar kostan.

    Saat LANGIT (sudah memakai jaket) kembali keluar dari kamar dan mengunci pintunya,

    posisi MIKHA masih menangis tersedu-sedu dengan posisi berdiri mematung dan kepala

    menunduk malu. Hanya saja kini FAJAR sudah berada di sebelahnya, merangkul MIKHA dan

    membujuknya dengan bisikan-bisikan manis untuk segera berhenti menangis.

    Setelah mengunci pintu kamarnya, LANGIT memakai caller tag yang menggantungkan kunci

    pintu di lehernya sambil mendelik ke arah MIKHA dan FAJAR dengan sinis.

    LANGIT:

    (Berhenti sejenak di hadapan MIKHA cuma untuk mengucapkan ini)

    Lo utang maaf banyak banget sama SARI.

    Dan, makasih, Mi. Akhirnya gue punya copy cat.

    Kemudian LANGIT berjalan meninggalkan MIKHA dan FAJAR menuju keluar kostan dengan

    pandangan mata lurus menerawang, terus teringat SARI dan kesalahannya percaya begitu saja

    kepada MIKHA sehingga LANGIT tidak bersama SARI ketika sahabatnya itu memilih keputusan

  • 46

    penting di hidupnya dengan pergi dari keluarga yang mengekang seumur hidupnya.

    Sementara LANGIT berjalan menjauh, MIKHA berteriak frustasi seraya melepaskan diri dari

    FAJAR yang kebingungan. Lalu MIKHA melepaskan PAPAN NAMA MIKHA dari pintu kamarnya, dan

    MIKHA menghancurkan PAPAN NAMA MIKHA itu dengan frustasi dan menjerit-jerit histeris.

    CUT TO

    19. EXT. RUTE LANGIT BERLARI MENGEJAR SARI SIANG TERIK (Hari 9)

    Backsound: Musik instrumen down beat yang menggambarkan penyesalan.

    LANGIT berjalan lunglai dengan kepala menunduk, ekspresi wajahnya menunjukkan

    penyesalan yang mendalam atas sikapnya pada SARI, airmatanya menetes-netes pelan.

    NARASI:

    Pada awalnya, keikhlasan memang selalu bertentangan dengan kehilangan.

    (Salah satu quote di novel Semburat Senyum Sore)

    Satu-satunya hal yang gue inginkan sekarang adalah ketemu SARI...

    Tangisan LANGIT semakin mendalam. LANGIT tampak mencari-cari SARI sambil

    memanggil-manggil namanya dengan frustasi. LANGIT mulai berlari pelan, menuju ke jalan raya.

    NARASI:

    Sahabat terbaik gue, orang pertama yang nolongin gue kalau gue kesulitan,

    selalu jadi orang pertama yang merawat gue saat gue sakit sendirian di perantauan ini...

    Selalu akan jadi sahabat gue, kita bersama atau berpisah.

    SARI, penyesalan gue selalu datang di akhir, tapi akan jadi awal dari perbaikan.

    LANGIT sampai di tengah sebuah perempatan yang ramai, berhenti sejenak untuk celingak-

  • 47

    celinguk dengan panik, mencari-cari SARI seolah-olah sahabatnya itu masih ada di kota ini.

    MAHASISWI (3) & MAHASISWA (2) yang berlalu-lalang di sekitarnya menatap LANGIT keheranan,

    ada juga yang menertawakan penampilan LANGIT yang kacau.

    NARASI:

    (LANGIT berputar-putar di tempatnya berdiri, mencari-cari sosok SARI sambil menangis)

    Gue yakin lo masih ada di sini, Sar! Gue tau lo nggak akan ninggalin Bandung sebelum kita lulus

    kuliah bareng, inget janji kita, Sar? Gue yakin lo nggak akan ninggalin gue sendirian.

    Gue udah berhasil menguak siapa orang yang terobsesi sama gue, Sar. Gue udah ngikutin petunjuk

    lo. Gue udah tau, MIKHA yang selama ini jahat sama kita. MIKHA yang ngambil boots gue dan

    masukin ke kamar lo, biar kita musuhan. MIKHA yang nyuri headphone gue, MIKHA yang ngerebut

    FAJAR dari gue, MIKHA yang mau jadi duplikat gue. Akhirnya gue punya copy cat, Sar!

    Aahahahahaa...

    (LANGIT berdiri mematung dengan tatapan kosong lurus ke depannya)

    (Suara LANGIT merintih sedih)

    Maafin gue...

    LANGIT:

    (Betul-betul menyerukan nama SARI, bukan dengan NARASI)

    (Berteriak memanggil nama SARI sekali sekencang-kencangnya)

    SAAAARRRRIIII......!!!!

    Backsound: Lagu up beat tentang penyesalan atau kesedihan karena ditinggal oleh sahabat.

    Setelah berteriak, LANGIT langsung berlari lagi sekencang-kencangnya, tanpa memedulikan

    MAHASISWI (3) & MAHASISWA (2) di sekitarnya yang memandangi LANGIT dengan prasangka

    aneh. LANGIT berlari sekuat tenaga menuju jalan raya, menerobos MAHASISWA (5) & MAHASISWI

    (5) yang berjalan berlawanan arah dengannya, tanpa memedulikan MAHASISWA (3) yang berseru

  • 48

    protes karena ditabraknya.

    Saking sedih, LANGIT menangis histeris sambil berlari, dan tidak memperhatikan jalanan di

    depannya. LANGIT terus saja berlari kencang sambil sesekali menghapus airmata yang membasahi

    wajahnya, hingga LANGIT pun tidak sadar nyaris menerobos jalan raya di mana banyak kendaraan

    melaju dengan kecepatan tinggi.

    TANGAN KANAN THYO (wajahnya belum diperlihatkan) dengan sigap muncul meraih

    lengan kiri LANGIT dan secepat kilat menarik LANGIT kuat-kuat ke pinggir jalan.

    Close Up: Mobil yang nyaris menabrak LANGIT. Berisi COWOK-COWOK yang berseru-seru

    protes kepada LANGIT yang hampir saja tertabrak oleh mobil mereka.

    Tampak LANGIT yang masih tersedu-sedu, dadanya naik-turun dengan cepat, berdiri di

    pinggir jalan raya. Di hadapan LANGIT, berdiri sosok THYO (wajahnya belum diperlihatkan).

    THYO:

    (Nada suara datar, tetapi berkesan perhatian)

    Kalau cuma gara-gara nilai IP lo kecil, nggak usah sampe mau bunuh diri.

    LANGIT:

    (Matanya yang bengkak akibat terus-menerus menangis pun berpaling menatap THYO)

    Siapa yang mau bunuh diri?! (Bernada protes)

    Close Up: BIBIR THYO yang tersenyum menyungging, lalu berkata kepada LANGIT.

    THYO:

    Terus sekarang mau lo apa?

  • 49

    LANGIT:

    Mau minum.

    CUT TO

    20. EXT. TERAS MINIMARKET SIANG (Hari 9)

    Backsound: Natural sound.

    LANGIT duduk di depan sebuah minimarket, telah menceritakan tentang perselisihannya

    dengan dua teman kost, hingga LANGIT menyesal SARI sampai pergi tanpa sepengetahuannya.

    THYO baru saja membeli dua kaleng kopi dingin, dan memberikannya satu kepada LANGIT seraya

    kembali duduk di samping kanan LANGIT. (WAJAH THYO belum diperlihatkan).

    LANGIT:

    (Sambil menerima kopi kaleng dari THYO, kemudian langsung membuka dan meminum isinya)

    Thanks.

    THYO:

    (Sudah duduk lagi di samping LANGIT)

    (THYO meneguk kopinya sendiri, lalu melanjutkan pembicaraan dengan LANGIT)

    Jadi, tadi tuh lo mau nyari sobat lo yang katanya udah pergi ke Bogor?

    (LANGIT menyahutinya hanya dengan sekali anggukan yang mengiyakan)

    Nanti juga bakal ketemu lagi.

    LANGIT:

    (Berpaling menatap THYO dengan kening mengerut heran)

  • 50

    Kok lo bisa yakin?

    THYO meremas kaleng kopi yang sudah habis diminumnya, kemudian melemparkan kaleng

    itu ke dalam tong sampah (memberi pesan kepada penonton, kalau buang sampah harus di

    tempatnya). Baru kemudian THYO menjawab pertanyaan LANGIT.

    THYO:

    (Dengan sikap kalem yang menjadi ciri khasnya)

    Sering denger kan, kalau jodoh pasti bakal balik lagi ke kita? Itu juga berlaku buat sahabat.

    (Badan THYO bergerak menghadap ke LANGIT, tetapi WAJAH THYO belum diperlihatkan)

    Yang penting buat lo lakuin ke depannya, adalah nikmati dan syukuri setiap hal yang lo punya.

    LANGIT menundukkan kepalanya dengan mimik wajah murung. Sementara itu, posisi

    duduk THYO kembali menghadap ke depan. Lalu THYO pun mengucapkan kalimat yang akan

    selamanya diingat LANGIT.

    THYO:

    (Smiling voice)

    Kalau kita enggak bisa dapet apa yang kita suka, lebih baik kita suka apa yang udah kita dapet.

    (Kemudian THYO langsung berdiri dan berjalan meninggalkan LANGIT)

    Begitu mendengar kalimat kojo dari THYO itu, LANGIT spontan terperangah, merasa quote

    itu mengena di hatinya. Maka buru-buru LANGIT memalingkan kepala untuk memanggil THYO.

    LANGIT:

    (Masih dalam posisi duduk di teras minimarket, kedua tangannya menggenggam kaleng kopi dingin

    di atas pahanya)

  • 51

    TUNGGU! Nama lo siapa?

    Tampak belakang, THYO otomatis berhenti berjalan, kemudian menoleh ke belakangnya

    untuk melihat LANGIT. (Pertama kalinya WAJAH THYO kelihatan). Lantas THYO tersenyum seraya

    membalikkan badannya, jadi tampak depan.

    THYO:

    (Smiling voice)

    Thyo Amindar.

    CUT TO

    BLACK SCREEN WITH TEXT:

    This film is dedicated to you, Best friends.

    CUT TO

    CREDIT TITLE

    (Skenario draft 1 // 02 Oktober 2012)

    (Skenario draft 2 // 09 Oktober 2012)

    Penulis skenario,

    -VINCA CALLISTA-

    www.youtube.com/TuanNonaProductions

    @TuanNona_Prod