Motor+Induksi
Transcript of Motor+Induksi
-
8/6/2019 Motor+Induksi
1/13
Mot
mekanik (
utama yaitu
bagian yang
dan teganga
DC dan mo
utama dari
II.1.1 Kons
Bagi
sama denga
dibuat dari
r listrik a
erak putar )
stator dan r
berputar. T
n bolak-bali
tor yang m
otor listrik
ruksi Stat
an yang dia
n stator dar
elat besi lu
dalah alat
. Secara u
otor. Stator
egangan ya
k. Motor y
nggunakan
:
ambar 2.1
r
m dari mot
i generator-
ak dan terp
Gambar
otor Indu
yang men
um konstru
adalah bagi
g digunaka
ng menggu
tegangan
: Konstruks
r listrik ad
generator (
asang kump
2.2 : Kump
si.
ubah ener
ksi motor l
an yang dia
n motor list
nakan tega
olak-balik
i Motor List
alah stator,
umber pem
aran/belitan
ran Stator
i listrik m
istrik terdiri
m sedangka
ik adalah te
gan searah
dalah mot
rik
mempunyai
bangkit list
di dalamny
enjadi ene
dari 2 bagi
n rotor adal
gangan sear
disebut mo
r AC. Bagi
susunan ya
ik). Stator
.
rgi
an
ah
ah
or
an
ng
itu
-
8/6/2019 Motor+Induksi
2/13
II.1.2 Kons
Bagi
dalam berm
Rotor sangk
Mot
digunakan
Khususnya j
Harga le Perawat Konstru Ukuran Ada beb
Wal
mempunyai
II.2 Prinsip
Bila
yang besarn
semula dia
rangkaian t
searah deng
stator karen
ruksi Roto
an yang ber
acam-maca
ar.
r Induksi
di dalam
enis motor i
bih murah d
n lebih mu
sinya kuat.
ebih kecil d
erapa piliha
upun demi
karakteristi
Kerja Mot
kumparan
ya konstan.
sehingga
rtutup sehi
an medan
a bila sama
r
putar pada
konstruksi
Gambar
Fasa ada
proses ind
nduksi sang
ibandingka
ah.
ibandingka
n untuk Sin
kian motor
putaran ke
or Induksi
fasa stato
Fluks yan
timbul teg
ngga arus
agnet puta
maka kec
motor listri
sebagai be
2.3:Konst
ah jenis m
ustri karen
kar bajing (
motor jeni
motor jeni
le Phase at
induksi m
cil dibawah
diberi teg
timbul ak
ngan induk
mengalir da
r tetapi kec
patan relati
adalah rot
ikut di baw
uksi Rotor
otor pengg
a mempun
squirrelcage
s lain denga
lain.
u Polyphas
mpunyai k
3000 rpm.
ngan 3 fas
an memoto
si pada ku
n timbul g
patan roto
f (nr) = 0
or, dan roto
ah ini : Rot
rak yang
yai banyak
) diantarany
n daya sama
.
kurangan
maka aka
ng permuka
paran roto
aya. Rotor
tidak akan
ehingga ro
r dapat dib
or belitan, d
aling bany
keunggul
a :
.
aitu biasan
timbul flu
an rotor ya
r (ggl) dal
akan berpu
sama deng
or tidak ak
at
an
ak
n.
ya
ks
ng
m
tar
an
an
-
8/6/2019 Motor+Induksi
3/13
terinduksi tegangan dan tidak ada arus yang mengalir lagi pada rotor akibatnya torsi
tidak akan timbul. Karena itu rotor selalu berputar pada nr < ns akibatnya selalu
timbul Slip.
II.2.1 Slip Motor Induksi
Slip adalah perbedaan antara kecepatan medan stator ( ns ) dengan kecepatan
rotor atau sebenarnya ( nr). Besarnya slip tergantung dari besar kecilnya beban motor.
Semakin besar beban maka slip makin besar. Bila slip bertambah maka torsi yang
dihasilkan juga bertambah.
%100xn
nnSlips
rs = ..................................................................................... (2.1)
xpnn
fr rs
120
= ............................................................................................... (2.2)
120
. snpfs = ........................................................................................................ (2.3)
Dimana :
ns = putaran kumparan medan stator dalam rpm
nr = putaran kumparan rotor dalam rpm
p = jumlah pasangan pole
fs = frekuensi stator, Hz
fr = frekuensi rotor, Hz
II.2.2 Konsep Medan Putar
Gambar 2.4 menunjukkan belitan stator tiga fasa untuk dua kutub dan diasumsikandalam hubungan Y (menghubungkan A, B, dan C). Tegangan yang didistribusikan
ke stator sebagai fungsi waktu ditunjukkan pada Gambar 2.5. Medan magnet dalam
stator ditunjukkan dalam empat kejadian waktu yang berbeda (t1, t2, t3, dan t4), yang
sesuai dengan perbedaan tegangan yang ditunjukkan Gambar 2.5.
-
8/6/2019 Motor+Induksi
4/13
t1 t2 t3 t4
VA-A VB-B VC-C
Gambar 2.4 Medan Stator
Gambar 2.5 Tegangan 3 Fasa pada Stator, Urutan Fasa ABC
-
8/6/2019 Motor+Induksi
5/13
Pada saat t1, VA-A dan VC-C bernilai positif dan VB-B bernilai negatif
(maksimum). Dan arah arus yang dihasilkan terlihat pada Gambar 2.4a, arah arus ini
juga menunjukkan resultan dua kutub medan magnet.
Sesaat kemudian, pada t2, VA-A bernilai positif (maksimum) denga VB-B dan
VC-C kedua-duanya bernilai negatif. Waktu ini sesuai dengan pergeseran 60 derajat
listrik dari waktu t1 dari tegangan masuk. Arah arus bersama dengan resultan medan
stator ditunjukkan pada Gambar 2.4b, dengan catatan bahwa medan resultan telah
bergeser 60o searah jarum jam dari posisi saat t1.
Padat2, VA-A dan VB-B bernilai positif sedang VC-C sekarang bernilai negatif
(maksimum). Arus dan resultan medan ditunjukkan pada Gambar 2.4c. dengan
perputaran medan 60o lagi searah jarum jam.
Terakhir, pada t4, VB-B bernilai positif (maksimum) dengan VA-A dan VC-C
kedua-duanya positif. Ini ditunjukkan pada Gambar 2.4d.
Dari gambar dijelaskan bahwa medan yang dihasilkan dari arus yang mengalir
dari ketiga lilitan stator bergeser mengelilingi permukaan stator, bergerak melalui
jarak tertentu dalam setiap interval waktu tertentu. Prinsip medan magnetik berputar
ini digunakan baik dalam motor induksi maupun motor sinkron.
II.2.3 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
Untuk mempermudah penganalisaan dengan mengguankan rangkaian
rangkaian eqifalen, lebih dahulu ditinjau keadaan motor induksi dimana motor
induksi sebagai suatu transformator, pentrasferan energi dari stator kerotor dari suatu
motor induksi adalah besaran induksi elektromagnetik karenanya motor induksi
dapat dianggap sebagai transformator dengan stator merupakan primer dan rotor
sebagai rangkaian sekunder seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini :
-
8/6/2019 Motor+Induksi
6/13
Gambar 2.6 : Rangkaian motor induksi
Dalam diagram vector gambar V1 adalah tegangan fasa stator, R1 dan X1
adalah tahanan stator dan reaktasi bocor pada lilitan fasa stator. Tegangan ( V 1 )
mengahasilkan fluks magnet damana primer ( Stator ) dan dalam sekunder ( Rotor )
timbul tegangan induksi Er ( S . E2 ) tegangan terminal sekunder E2 tidak ada sebab
keseluruhannya tegangan indusi Er telah habis terpakai dalam rangkaian tertutup dari
rotor dengan demikian :
V1 = E1 + I1 ( R1 + X1 ) .................................................................................. (2.4)
Besarnya Er tergantung pada factor trasformasi tegangan atara stator danrotor, dan juga tergantung pada slip. Seakan akan selurunya tegangan Er diserap
dalam impedansi rotor.
Er = I2 . Z2
atau
Er = I2 . ( R2 + X2 ) ......................................................................................... (2.5)
Dalam diagram vector, Io adalah arus primer tanpa beban. Arus ini
mempunyai dua komponen yaitu komponen rugi besi ( Ic ), yang menghasilkan rugi
motor, arus magnetisasi ( Im ) yang menghasilkan fluks magnet.
Vektor diagram dapat dilihat dibawah ini :
Dengan demikian :
Io2 = ( Ic )2 + ( Im )2 ........................................................................................ (2.6)
-
8/6/2019 Motor+Induksi
7/13
V 1 I1 X 1
I1 R 1
E 1
I1
I2 '
Io
I2
I2S X 2
E r = S . I2
1
2
IC
Im
Rangkaian penguat mengandung
Rc =CI
E1 dan Xm =mI
E1
.
Gambar 2.7 : Diagram vektor tegangan
Umumnya pada transformator, Io adalah kecil. Hal ini disebabkan reaktansi
pada transformator rendah, karena Im adalah kecil dan menghasilkan Io yang kecil
tetapi pada motor induksi adanyanya celah udara ( celah udara adalah reluktansi
tinggi ) memerlukan Im yang besar karenanya Io sangat besar.
Dalam vector diagram, I2 adalah arus beban ekifalen dalam primer dan sama dengan
I2 / a, arus total primer adalah jumalah vektor Io dan I2.
Seperti halnya pada trasformator, harga sekunder dapat ditransfer ke primer
dan sebaliknya. Peralihan impedansi atau resistansi dari sekunder ke primer, harus
dikali dengan a2
sedangkan arus dibagi dengan a. rangkaian ekifalen motor induksi
dimana semua harga stator ditransfer ke primer adalah seperti gambar dibawah ini :
-
8/6/2019 Motor+Induksi
8/13
Gambar 2.8 : Rangkaian Motor Induksi.
Sedangkan rangkaian ekivalen motor induksi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.9 :Rangkaian Ekivalen Motor Induksi
II.2.4 Kopel Motor Induksi.
Dari rangkaian ekivalen Gambar. arusI2 adalah :
2
2
22
2
2
12
'
)()/( XasRa
EI
+= ........................................................................ (2.7)
dan
cos =2
222
22
2
2
)()/(
/
impedansi
tahanan
XasRa
SRa
+= ............................................... (2.8)
Daya input rotor adalah :
P = T............................................................................................................. (2.9)
Dimana :
-
8/6/2019 Motor+Induksi
9/13
P = Daya
T = Kopel
= Kecepatan sudut
Dimana besarnya daya input rotor 3 fasa adalah :
P = 3E1I2 cos ............................................................................................ (2.10)
Bila persamaan 2.6 disubsitusikan ke 2.7 persamaan maka didapat kopel motor
induksi 3 fasa :
cos3
2'
1IEP
T == .................................................................................... (2.11)
Bila Z1 = R1 + jX1 dianggap kecil sehingga E1 dianggap sama dengan V1 dan
persamaan 2.4 dan 2.5 di subtitusikan ke persamaan 2.8, maka :
2
2
222
2
2
2
22
1)()(
3
XasRa
RsaVT
+=
.................................................................... (2.12)
II.2.5 Daya Motor Induksi
Jika tegangan antara fasa fasa adalah V1 dan aliran arus yang diambil oleh
stator adalah I1 maka daya yang dimasukkan pada stator pada pergeseran fasa sebesar
1 adalah :
Pin = 3 . V1 . I1 . cos .................................................................................. (2.13)
Dari gambar 2.5 dapat kita ambil persamaan daya masuk pada rotor ( P2 )
yaitu sebagai berikut :
P2 = 3 . I22 . [ R2 + R2 (
s
1- 1 )]
Dimana :
R2 / s = R2 + R2 (
s
1- 1 )
Maka persamaan menjadi :
P2 = 3 . I22
. ( R2 / s ) =s
RI'
2
2'
2 ..3
-
8/6/2019 Motor+Induksi
10/13
Atau P2 =Slip
TembagaRugiRugi
Daya keluaran rotor ( Output Rotor ) :
Pm = P2 3 . ( I2 )2 . R2 ................................................................................. (2.14)
atau :
Pm = 3 . ( I2 )2
. R2. (s
1- 1 )
Pm = ( 1 s ) P2
Output rotor dapat dikonversikan menjadi energi mekanik dan menghasilkan
torsi gross ( Tg ). Selain dari torsi gross sebahagian hilang berupa rugi rugi angin
dan rugi rugi gesekan pada rotor dan sisanya adalah torsi poros ( Tsh ). Jika
kecepatan rotor adalah nr ( rpm ) dan Tg ( n.m ) maka :
60
.2. rg nT = Rotor Gross Output ( Watt )
atau :
Tg =
60.2 rn
OutputGrossRotor
.............................................................................. (2.15)
Jika misalnya tidak terdapat rugi rugi Cu pada rotor maka :
Output Rotor = Input Rotor
Dalam hal ini motor akan dikatakan berputar dalam kecepatan sinkron,
sehingga persamaan menjadi :
Tg =rn
InputRotor
.2
II.3. Prinsip Motor Induksi Satu-Fasa
Jika tegangan satu-fasa dikenakan pada lilitan stator motor induksi satu-fasa,
arus bolak-balik akan mengalir dalam lilitan tersebut. Arus stator ini membangkitkan
medan yang serupa dengan yang ditunjukkan Gambar 2.10. Selama setengah siklus di
mana arus stator sedang mengalir seperti arah yang ditunjukkan, kutub selatan
-
8/6/2019 Motor+Induksi
11/13
terbentuk pada permukaan stator di A dan kutub utara C. Selama setengah siklus
berikutnya, kutub stator dibalik. Walaupun kuat medan stator berubah dan
polaritasnya dibalik secara periodik, aksinya selalu di sepanjang garis AC. Jadi
medan ini tidak berputar tetapi merupakan medan stasioner yang berdenyut.
Gambar 2.10 Medan Stator Berdenyut Sepanjang Garis AC
Seperti halnya dalam transformator, tegangan diinduksikan dalam rangkaian
sekunder yang dalam hal ini rotor. Karena rotor motor induksi satu-fasa adalah tipe
sangkar tupai yang serupa dengan motor fasa-banyak, arus rotornya mengalir seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar 2.10. Arus rotor ini membentuk kutub pada
permukaan rotor, tetapi karena kutub ini selalu dalam garis lurus (sepanjang garis
AC) dengan kutub stator, tidak ada kopel yang dibangkitkan dalam kedua arah
tersebut. Oleh sebab itu, motor induksi satu-fasa tidak start sendiri (self-starting)
tetapi memerlukan beberapa penstart-an khusus. Salah satu cara adalah dengan
menambah kumparan bantu yang dipasang pada motor satu-fasa. Bila motor sudah
berputar pada kecepatan sebenarnya, kumparan bantu tidak berfungsi lagi.
-
8/6/2019 Motor+Induksi
12/13
II.4 Pengaturan Putaran Motor Induksi.
Motor pada umumnya berputar dengan kecepatan konstan, mendekati
kecepatan sinkronnya. Meskipun demikian pada penggunaan tertentu dikehendaki
juga adanya pengaturan putaran. Pengaturan motor induksi memerlukan biaya yang
agak tinggi.
Pengaturan kecepatan putaran motor induksi tiga fasa dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
a. Pengaturan dengan mengubah jumlah kutub motor.
Karena ns =p
f120, maka perubahan jumlah kutub (p) atau frekwensi (f )
akan mempengaruhi putaran. Jumlah kutub dapat diubah dengan merencanakan
kumparan stator sedemikian rupa sehingga dapat menerima tegangan masuk pada
posisi kumparan yang berbeda-beda. Biasanya diperoleh kecepatan sinkron dengan
mengubah jumlah kutub dari 2 menjadi 4.
b. Mengubah frekwensi jala-jala.
Pengaturan putaran motor dapat dilakukan dengan mengubah-ngubah harga
frekwensi jala. Hanya saja untuk menjaga kesimbangan kerapatan fluks, pengubahan
tegangan harus dilakukan bersamaan dengan pengubahan frekwensi.
c. Mengatur tegangan jala-jala.
2
2
222
2
2
22
2
1)(as)(
)(V
3
XRa
ssT aa
+=
Dari persamaan kopel motor induksi di atas diketahui bahwa kopel sebanding
dengan pangkat dua tegangan yang diberikan. Untuk karakteristik beban seperti
terlihat pada Gambar di bawah ini, kecepatan akan berubah dari n1 ke n2 untuk
tegangan masuk setengah tegangan semula. Cara ini hanya menghasilkan pengaturan
putaran yang terbatas (daerah pengaturan sempit).
-
8/6/2019 Motor+Induksi
13/13
Gambar 2.11 :Karakteristik Beban
d. Pengaturan Tahanan Luar.
Tahanan luar motor rotor belitan dapat diatur, dengan demikian dihasilkan
karakteristik kopel kecepatan yang berbeda-beda. Putaran akan berubah dari n1 ke n2
ke n3 dengan bertambahnya tahanan luar yang dihubungkan ke rotor.
Gambar 2.12 : Karakteristik Kopel Kecepatan yang Berbeda