MOTIVASI WANITA MEMILIH BEKERJA SEBAGAI TERAPIS PIJAT REFLEKSI...
Transcript of MOTIVASI WANITA MEMILIH BEKERJA SEBAGAI TERAPIS PIJAT REFLEKSI...
MOTIVASI WANITA MEMILIH BEKERJA SEBAGAI
TERAPIS PIJAT REFLEKSI
(Studi Pada Terapis Pijat Refleksi Wanita di Kelurahan Susunan Baru
Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung)
(Skripsi)
Oleh
BAGAS SANTOSO
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ABSTRAK
Motivasi Wanita Memilih Bekerja Sebagai Terapis Pijat Refleksi
(Studi Pada Terapis Pijat Refleksi Wanita di Kelurahan Susunan Baru,
Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota Bandar Lampung)
Oleh
Bagas Santoso
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal apa yang memotivasi wanita
memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi, apakah motivasi intrinsik atau
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan yang berasal dalam diri,
sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan suatu dorongan yang berasal dari luar
diri. Penelitian ini dilakukan pada wanita yang berprofesi sebagai terapis pijat
refleksi di Kelurahan Susunan Baru, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota
Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan melibatkan 6
informan. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara mendalam,
observasi serta dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan uji kredibilitas
dengan metode triangulasi
Hasil penelitian yang dilakukan pada 6 informan menunjukan bahwa motivasi
yang mendominasi seorang wanita untuk memilih bekerja sebagai terapis pijat
refleksi adalah motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
sedangkan motivasi wanita memutuskan untuk bekerja adalah motivasi intrinsik
yang dipengaruhi oleh kebutuhan dan harapan. Penelitian ini menunjukan bahwa
motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi faktor lingkungan berperan besar terhadap
pilihan seorang wanita untuk bekerja sebagai terapis pijat.
Kata kunci : Motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik dan terapis pijat refleksi
ABSTRACT
Women's Motivation Choose to Work as a Reflexology Therapist
(Study of Female Reflexology Massage Therapists in Susunan Baru Village,
Tanjung Karang Barat District, Bandar Lampung City)
By
Bagas Santoso
This study aims to find out what motivates women to choose to work as
reflexology therapists, whether intrinsic motivation or extrinsic motivation.
Intrinsic motivation is an impulse that originates in oneself, whereas extrinsic
motivation is an encouragement that originates from outside the self. This
research was conducted on women who work as reflexology therapists in Susunan
Baru Village, Tanjung Karang Barat District, Bandar Lampung City. This
research uses qualitative methods and involves 6 informants. Data in this study
were collected through in-depth interviews, observation and documentation. Test
the validity of the data using a credibility test with the triangulation method
The results of research conducted on 6 informants showed that the motivation that
dominates woman to choose to work as a reflexology therapist is extrinsic
motivation that is influenced by environmental factors, while the motivation of
women to decide to work is intrinsic motivation that is influenced by needs and
expectations. This research shows that extrinsic motivation which is influenced by
environmental factors has big role in a woman's choice to work as massage
therapist.
Keywords: intrinsic motivation, extrinsic motivation and reflexology therapists
MOTIVASI WANITA MEMILIH BEKERJA SEBAGAI
TERAPIS PIJAT REFLEKSI
(Studi Pada Terapis Pijat Refleksi Wanita di Kelurahan Susunan Baru
Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung)
Oleh
Bagas Santoso
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Bagas Santoso, lahir pada 11 September
1997 di Kota Bandar Lampung. Penulis merupakan anak
kedua dari 5 bersaudara oleh pasangan Bapak Kustanio dan
Ibu Nuripah. Penulis memiliki satu orang kakak laki-laki yang
bernama Obri Fergiantoro dan tiga orang adik laki-laki yang
bernama Alizar Muhammad Gatan, Revando Gilang Ramadhan dan Arjuna Keanu
Bramastya. Tempat tinggal penulis berada di Kelurahan Susunan Baru.
Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis antara lain :
1. SD Negeri 02 Susunan Baru, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota
Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2009
2. SMP Negeri 14 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2012
3. SMA Negeri 14 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2015
4. Universitas Lampung, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung melalui seleksi jalur Mandiri pada tahun 2015.
Pada Januari 2018 penulis melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama
40 hari di Desa Sinar Jawa, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus.
MOTO
“Kita hanya berpindah dari suatu proses
ke proses yang lain”
(Bagas Santoso)
“Hidup adalah pilihan, saat kau tak
memilih itu adalah pilihanmu”
(Monkey D. Luffy)
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung
pada niatnya”
(HR. Bukhari dan Muslim)
PERSEMBAHAN
Bismillahirahmanirrahim
Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Karya ini aku persembahkan kepada:
Kedua orangtuaku
Bapak Kustanio dan Ibu Nuripah
Dan kepada ke empat saudaraku,
Obri Fergiantoro, Alizar Muhammad Gatan, Revando
Gilang Ramadhan dan Arjuna Keanu Bramastya
Dosen Pembimbing dan Dosen Pembahas
Drs. Susetyo., M.Si dan Damar Wibisono, S.sos., M.A
Teman-teman Seperjuangan
Sosiologi angkatan 2015
Almamater tercinta
Keluarga Besar Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung
Dan semua orang yang telah membantu hingga saat ini, terima kasih
atas dukungan, doa, saran dan kritik kepadaku. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Skripsi dengan judul
“Motivasi Wanita Memilih Bekerja Sebagai Terapis Pijat Refleksi (Studi
kasus di Kelurahan Susunan Baru, Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kota
Bandar Lampung)” Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Lampung.
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis menyadari memiliki keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan. Sehingga dukungan, bimbingan, saran dan nasihat
dari berbagai pihak sangat membantu penulis, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan rasa hormat, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
2. Kedua orang tuaku Bapak Kustanio dan Ibu Nuripah yang telah menjadi
semangat terbesar saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk Ibu, terima
kasih atas segala kasih sayang, semangat, nasihat serta kerja keras untuk
anakmu ini. Untuk Bapak, terima kasih untuk semua bimbingan, arahan,
nasihat serta kerja keras untuk saya tetap bisa menjalani perkuliahan.
Sebagai anak saya hanya bisa berterima kasih serta minta maaf untuk
segala kekurangan dan kesalahanku, saya bangga memiliki kalian sebagai
orang tua. Doa yang tulus yang mengiringi selama proses menyelesaikan
skripsi ini, semoga Allah senantiasa menjaga dan memberikan kesehatan
dan panjang umur Bapak dan Ibu. Aamiin.
3. Bapak Dr. Syarief Makhya, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
4. Bapak Drs. Susetyo., M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Lampung dan selaku Pembimbing Utama, yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan
arahan, nasihat, bimbingan, saran dan motivasi yang sangat berarti selama
perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini serta penulis mohon maaf
atas segala kesalahan dan kekhilafan selama penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih tidak akan cukup untuk membalas semua kebaikan pak Sus,
terima kasih telah memberi banyak motivasi, memberi semangat, ilmu
yang tak sedikit, saya atas nama keluarga mengucapkan terima kasih
kepada bapak, doa saya dan keluarga semoga kebaikan pak Sus dapat
dibalas oleh Allah SWT dengan lebih besar Aamiin.
5. Bapak Drs. Ikram, M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
6. Bapak Damar Wibisono, S.sos., M.A, Sekretaris Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung dan dosen
Penguji Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing
dan memberikan arahan, nasihat, bimbingan, saran dan motivasi yang
sangat berarti selama perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini serta
penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan selama
penulisan skripsi ini. Semoga pak Damar selalu diberikan kesehatan dan
keberkahan oleh Allah SWT.
7. Bapak Drs. Abdul Syani, M.IP, selaku dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya selama proses perkuliahan
dan memberikan arahan, nasihat, bimbingan, saran dan motivasi yang
sangat berarti selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini serta penulis
mohon maaf atas segala kesalahan dan khilafan selama ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung terima kasih telah memberikan ilmu,
motivasi dan pembelajaran. Semoga Allah selalu melimpahkan
keberkahan kepada kita semua.
9. Seluruh Staf Administrasi serta karyawan Jurusan Sosiologi dan Staf
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu, melayani
urusan administrasi perkuliahan.
10. Untuk saudaraku Mas Obri, terima kasih telah menjadi kakak yang baik
dan bertanggung jawab terhadap keluarga.
11. Untuk adiku yang bandel Gatan, yang paling susah dibilangin Revando,
dan si kecil Keanu yang menjadi penyemangat dan memberikan warna
serta suasana hangat saat di rumah
12. Untuk Makmi dan papah Gobes terima kasih sudah memberikanku rumah
kedua dan menjadi orang tua kedua dalam hidup.
13. Untuk Bu lasmi dan Pak Imo terima kasih atas keramahan dan kehangatan
yang kalian berikan selama ini.
14. Untuk persahabatan sejak SMP hingga saat tulisan ini dibuat Alim, Ajis,
Ripal, Aditukong, Hendra, Yori, Riki, Opig, Fathriz, Aji, Olva, Jimmy,
Eja, Nanang, Opi, Tungbes, Galang, Arip onoy, AS, terima kasih telah ikut
menjadi bagian dari hidupku yang menakjubkan, terimakasih telah
membentuk kepribadianku, terima kasih atas pengalaman serta pelajaran
yang kalian berikan melalui persahabatan yang hangat.
15. Untuk teman seperjuangan, Yola makasih buat dukungan serta doanya
16. Untuk teman seperjuangan di kampus, teman yang selalu ada baik senang
dan susah Elle, Nuy, Rapi, Angga, Arif terima kasih telah banyak
menolong dan kebaikan kalian saat berada di kampus. Semoga pertemanan
kita dapat terus berlanjut hingga tua nanti.
17. Untuk BKK (Bukan Kantin Kite) Restu, Luthfi, Anthony, Richard, Kacak,
Suhar, Purwa, Adam terima kasih sudah memberikan warna dalam dunia
perkuliahan. Semoga kita tetap menjadi teman yang baik
18. Untuk 12 IPS III SMA Negeri 14 Bandar Lampung terima kasih sudah
banyak memberikan kenangan serta pengalaman selama aku berada di
sana.
19. Untuk semua teman di Susunan Baru Mas kiki, Kak Wahyu, Kak Kris,
Aldi, Ayu, Riski, Surya, Monice, Fajar, Riki dan yang lainnya terima kasih
telah berperan baik selama aku tinggal di lingkungan rumah
20. Kelompok KKN Sinar Jawa, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten
Tanggamus tahun 2018 terima kasih sudah memberikan pengalaman yang
banyak selama kita hidup bersama satu atap selama 40 hari.
21. Terima Kasih untuk Almamaterku tercinta Kampus Unila dan teman-
teman Jurusan Sosiologi 2015. Sukses untuk kita semua.
22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas bantuan dan
dukungannya
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
namun besar harapan penulis semoga skripsi penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis. Aamiin ya rabbal’ aalamiin.
Bandar Lampung, 8 Januari 2020
Penulis,
Bagas Santoso
NPM. 1516011101
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Motivasi ......................................................... 10
1. Pengertian Motivasi ............................................................. 10
2. Jenis Motivasi ...................................................................... 11
3. Tujuan Motivasi................................................................... 12
4. Motivasi dan Kebutuhan ...................................................... 13
5. Proses Motivasi ................................................................... 15
B. Tinjauan Tentang Wanita Bekerja ............................................... 16
1. Peran Perempuan ................................................................. 16
2. Pengertian Wanita Yang Bekerja ......................................... 18
3. Perspektif Wanita Bekerja dan Gender ................................. 19
4. Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja ........................ 20
C. Tinjauan Tentang Pijat Refleksi .................................................. 21
1. Pengertian Pijat Refleksi ...................................................... 21
2. Perkembangan Pijat Refleksi ............................................... 23
D. Tinjauan Tentang Motivasi Wanita Bekerja Sebagai Terapis
Pijat Refleksi .............................................................................. 24
E. Tinjauan Motivasi Wanita Memilih Bekerja dengan Teori
Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik ................................................ 27
F. Kerangka Pikir ........................................................................... 29
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ........................................................................... 31
B. Fokus Penelitian ......................................................................... 32
C. Penentuan Informan.................................................................... 32
D. Lokasi Penelitian ........................................................................ 34
E. Jenis Data ................................................................................... 35
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 35
G. Teknik Analisis Data .................................................................. 37
H. Teknik Keabsahan Data .............................................................. 39
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum ....................................................................... 41
B. Keadaan Geografis ..................................................................... 42
C. Demografi .................................................................................. 43
1. Keadaan Penduduk .............................................................. 43
2. Keadaan Sosial Ekonomi ..................................................... 44
3. Keadaan Sosial dan Budaya ................................................. 44
4. Tingkat Pendidikan .............................................................. 45
D. Gambaran Umum Wanita yang Bekerja Sebagai Terapis Pijat
Refleksi di Kelurahan Susunan Baru ........................................... 46
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Informan................................................................ 48
B. Hasil Penelitian .......................................................................... 49
1. Motivasi Intrinsik Wanita Bekerja Sebagai Terapis Pijat
Refleksi ............................................................................... 50
2. Motivasi Ekstrinsik Wanita Bekerja Sebagai Terapis Pijat
Refleksi ............................................................................... 55
C. Analisis Mengenai Motivasi Wanita Bekerja Sebagai Terapis
Pijat Refleksi .............................................................................. 63
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 68
B. Saran .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Penyedia Jasa Pijat Refleksi di Bandar Lampung.................. 5
Tabel 2 : Struktur Pemerintahan Kelurahan Susunan Baru .................. 41
Tabel 3 : Data jumlah penduduk Berdasarkan Kelompok Umur .......... 42
Tabel 4 : Data jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian ......... 43
Tabel 5 : Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut .... 44
Tabel 6 : Data Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........... 44
Tabel 7 : Daftar Nama Informan ........................................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar : Kerangka Pikir .................................................................... 29
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang sehingga banyak sekali pembangunan
pada bidang ekonomi dan industri sebagai suatu akibat dari adanya pembangunan.
Dengan adanya pembangunan diharapkan meningkatkan potensi sumberdaya
nasional. Sumber daya manusia seperti wanita merupakan salah satu penggerak
pembangunan nasional dengan diiringi kreatifitas dan peranan aktifnya dalam
segala bentuk pembangunan nasional. Di era globalisasi sekarang ini dapat kita
lihat banyak bermunculan industri-industri baru, contohnya industri pariwisata
dalam kota. Dimana industri tersebut sebagai salah satu penyedia lapangan kerja
di negara maju maupun negara berkembang seperti indonesia. Dengan status
negara yang masih berkembang, negara kita memerlukan industri-industri besar
maupun industri kecil agar dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat kita, dengan harapan mampu mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Syuriani (dalam Simbolon 2013) mengungkapkan fenomena yang menarik dalam
keluarga miskin. Pada umumnya seluruh sumber daya manusia dalam keluarga
dikerahkan untuk memperoleh penghasilan, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Oleh karna itu, dalam keluarga miskin menganggur merupakan
sesuatu yang mahal karena anggota keluarga yang tidak bekerja akan menjadi
2
beban tanggungan anggota keluarga yang bekerja. Mereka tidak sempat untuk
menganggur dan bersedia melakukan pekerjaan apapun, terutama sektor informal
yang tidak membutuhkan keahlian tertentu, mudah untuk dimasuki, dan tidak
membutuhkan modal yang besar.
Berkaitan dengan pengerahan sumber daya ekonomi yang dimiliki keluarga
miskin, menurut Rohmaniar dan Krisnani (2018) telah menuntut wanita sebagai
istri untuk dapat menopang ketahanan ekonomi keluarga. Kondisi demikian
merupakan dorongan yang kuat bagi wanita untuk bekerja di luar rumah. Dalam
beberapa tahun terakhir ini keterlibatan wanita pada sektor publik menunjukkan
angka yang terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi wanita untuk
bekerja di sektor publik semakin tinggi. Terutama dalam keluarga miskin, wanita
pada rumah tangga miskin rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang relatif
rendah karena kondisi ekonomi yang melatarbelakanginya. Dalam sumber daya
ekonomi yang dimiliki rumah tangga miskin telah menuntut wanita sebagai istri
untuk dapat menopang ketahanan ekonomi keluarga. Kondisi seperti demikian
merupakan dorongan yang kuat bagi wanita untuk bekerja di luar rumah.
Menurut Ollenburger dan Hellen (1996:50) Wanita atau ibu rumah tangga yang
bekerja di zaman sekarang ini bukanlah merupakan masalah yang baru lagi.
Bekerja dalam rumah tangga lebih identik sebagai pembantu suami. Bekerja
sebagai pembantu suami dirasakan kurang optimal, oleh sebab itu tidak ada
masalah jika sebaiknya wanita juga ikut bekerja mencari nafkah, bersosialisasi
dengan dunia di luar rumah tangganya. Selain melaksanakan tugas rutinitas
sebagai seorang ibu rumah tangga maka andil atau peranan ibu yang bekerja
membantu suami diluar tugas rutinitasnya bisa diterima oleh masyarakat. Asumsi
3
ini didasarkan atas alasan bahwa ibu yang bekerja diluar rumah bisa menambah
pendapat ekonomi rumah tangga guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga
disamping pendapatan suami. Hal ini terbukti pada penghasilan ibu cenderung
memperbaiki kualitas maupun kuantitas kebutuhan bagi keluarganya
Menurut Holleman (dalam Notopuro 1979) Kedudukan wanita atau ibu dalam
rumah tangga dianggap sebagai belahan yang satu menentukan yang lainnya
sebagai komplemen, untuk bersama-sama mewujudkan suatu keseluruhan yang
organis dan harmonis yaitu keluarga. Wanita sebagai ibu dalam keluarga
mempunyai kedudukan yang sama (tinggi) nilainya. Wanita dan laki-laki
mempunyai kesamaan dalam arti menurut fungsi masing-masing. Adapun
perbedaan yang ada dalam keluarga hanyalah mengenai kodrat yang khusus
merupakan hidup seorang kewanitaan. Wanita sebagai ibu berhak untuk
menentukan dan berhak ikut dalam pengambilan keputusan bagi keselamatan dan
kebahagiaan baik dalam bidang imaterial maupun material seluruh anggota
keluarga. Fenomena wanita bekerja bukanlah hal yang tidak biasa, di Indonesia
kesempatan kerja bagi wanita sangat terbuka luas. Hal ini didorong oleh kemajuan
industri di berbagai bidang yang menuntut perusahaan merekrut tenaga kerja
wanita untuk dipekerjakan sesuai dengan kebutuhan. Selain kesempatan kerja, hal
lain yang mendorong wanita untuk bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya. Salah satunya adalah dengan bekerja sebagai terapis pijat refleksi.
Selama ini, kita sudah mengenal pijat refleksi, yang dalam bahasa Inggrisnya
disebut juga reflexology. Mahendra dan Ruhito (2009) menjelaskan bahwa pijat
refleksi adalah suatu cara pengobatan penyakit melalui titik pusat urat syaraf yang
bersangkutan (berhubungan) dengan organ-organ tubuh tertentu. Dengan kata lain
4
adalah penyembuhan penyakit melalui pijat urat syaraf untuk memperlancar
peredaran darah. Pijat refleksi saat ini menjadi sebuah pilihan masyarakat untuk
menjaga kebugaran dan pemeliharaan kesehatan tubuh.
Menurut BPS (2015) saat ini di Indonesia, jasa pijat refleksi masuk kedalam
kategori pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam
pengembangan perekonomian nasional maupun daerah. Pemerintah melakukan
berbagai upaya dalam mengembangkan sektor pariwisata karena sektor pariwisata
memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.
Sektor pariwisata sebagai suatu kegiatan ekonomi yang memiliki mata rantai yang
sangat panjang, sehingga banyak menampung kesempatan kerja bagi masyarakat
sekitarnya. Berkembangnya sektor pariwisata juga menyebabkan pendapatan
masyarakat meningkat, dari hasil penjualan barang dan jasa melalui usaha:
restoran, hotel, biro perjalanan, pramuwisata, penjualan barang-barang
cinderamata dan sebagainya.
Sebagaimana yang tertuang dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan usaha SPA adalah usaha
perawatan yang memberikan layanan dengan metode kombinasi terapi air, terapi
aroma, pijat, rempah-rempah, layanan makanan/minuman sehat, dan olah aktivitas
fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan raga dengan tetap memperhatikan
tradisi dan budaya bangsa Indonesia. SPA berasal dari bahasa latin dan diambil
dari istilah sante par aqua atau solus per aqua, yang artinya sehat melalui terapi
air. Seiring dengan perkembangan zaman, SPA berkembang menjadi suatu tempat
kecantikan, perawatan tubuh, kesehatan, kebugaran dan kenyamanan. Kehadiran
SPA menyediakan kebutuhan penunjang, khususnya bagi para wanita. Di era
5
globalisasi ini perkembangan dunia bisnis, properti, mode dan kuliner berimbas
pula pada semakin meningkatnya kesadaran untuk menjaga kesehatan dan
merawat tubuh. Di kota-kota besar, banyak profesional muda terutama para
wanita karier yang tinggal dan beraktifitas, ditunjang dengan perekonomian yang
mapan, mereka membutuhkan suatu tempat untuk bersosialisasi dan bersantai di
samping dari rutinitas padat mereka sehari-hari, bersantai dan melakukan
perawatan tubuh secara bersamaan menjadi prioritas utama mereka sekarang ini.
Perkembangan industri jasa pijat refleksi di Bandar Lampung telah berkembang
pesat. Beberapa penyedia jasa pijat refleksi yang diminati oleh masyarakat Bandar
Lampung, antara lain :
Tabel. 1 Penyedia Jasa Pijat Refleksi di Bandar Lampung Tahun 2015
No Penyedia Jasa Lokasi
1 Relax Spa & Refleksi Plaza
Lotus
Plaza Lotus Lt. 4. Bandar Lampung
2 Zen Reflexology Jl. Pangeran Diponegoro No. 45 Bandar
Lampung
3 Happy Feet Reflexology Jl. Pangeran Antasari No. 157 Bandar
Lampung
4 Esther House Of Beauty Jl. Pangeran Antasari No. 108 Bandar
Lampung
5 Rumah Lulur JL. KH Ahmad Dahlan No.156
Bandar Lampung
6 Blossom Female Salon Jl. Kartini No. 40 Bandar Lampung
Sumber : BPS 2015
Data tahun 2015 tersebut menunjukan bahwa industri pijat refleksi telah
berkembang di kota Bandar Lampung. Hingga saat ini sudah banyak bermunculan
tempat penyedia jasa pijat refleksi yang tersebar diseluruh kota Bandar Lampung,
imbas positif dari perkembangan industri ini adalah penyerapan tenaga kerja yang
semakin bertambah. Seiring minat masyarakat terutama kaum wanita di perkotaan
6
Bandar Lampung, membuat para penyedia jasa pijat refleksi harus merekrut
terapis wanita untuk dipekerjakan. Dengan adanya pekerjaan sebagai terapis pijat
refleksi, membuat wanita memiliki sebuah kesempatan untuk terjun ke dunia kerja
dan mendapatkan penghasilan.
Masalah ekonomi dan kebutuhan keluarga yang semakin kompleks adalah hal
utama yang membuat para wanita bersedia bekerja menjadi terapis pijat refleksi.
Kurangnya penghasilan dari suami membuat istri harus ikut andil dalam
membantu perekonomian keluarganya. Dengan adanya kesempatan kerja yang
ditawarkan oleh penyalur tenaga kerja terapis pijat, para wanita yang pada
umumnya ibu rumah tangga di Kelurahan Susunan Baru akhirnya berminat untuk
bekerja sebagai terapis pijat refleksi. Selain itu, dukungan dari suami menjadi
motivasi tersendiri bagi wanita yang berminat bekerja sebagai terapis pijat
refleksi. Sebelum bekerja menjadi terapis pijat refleksi, para terapis tersebut
diberikan pelatihan secara gratis selama beberapa waktu. Pelatihan gratis tersebut
diberikan oleh beberapa orang penyalur tenaga kerja terapis pijat yang refleksi
yang memang bertempat tinggal di Kelurahan susunan Baru. Selanjutnya, para
calon terapis yang telah menyelesaikan pelatihan akan didistribusikan langsung di
berbagai tempat penyedia jasa pijat refleksi yang sudah bekerja sama dengan para
penyalur tenaga kerja terapis di Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan uraian paragraf diatas, banyak sekali motif dari dorongan motivasi
seseorang memilih bekerja menjadi terapis pijat refleksi khususnya kaum wanita.
Motivasi seseorang bisa berbeda antara satu orang dengan orang yang lainnya.
Menurut Mc Donald (dalam Djamarah 2002:149) motivasi adalah perubahan
7
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” didahului
dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Berdasarkan pendapat tersebut terdapat tiga elemen penting, yaitu:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan diri setiap individu
manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling” afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirasakan karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan suatu respon dari aksi, yaitu tujuan.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa motivasi itu sesuatu yang
mempengaruhi manusia untuk melakukan perubahan dan tindakan seseorang.
Semua yang dilakukan karena adanya tujuan dan kebutuhan. Motivasi dikatakan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakan perasaan tidak suka tersebut.
Motivasi bermacam-macam bentuknya, tergantung dengan motif apa yang
dirasakan oleh seseorang. Motivasi menurut Mc Donald (dalam Djamarah
2002:149) terbagi menjadi dua hal, yaitu:
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirasakan dari luar, karena
setiap dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
8
2. Motivasi ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsi dari luar diri individu.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa motivasi intrinsik berasal
dari dalam diri yang dapat dipengaruhi oleh berbagai macam motif, sedangkan
motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri yang dapat dipengaruhi oleh orang lain
atau lingkungan.
Seorang wanita yang memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi tentu memiliki
alasan tertentu. Oleh karenanya dalam menjalankan pekerjaan ini, para wanita
perlu sebuah dorongan motivasi. Motivasi tersebut bisa dari diri sendiri maupun
lingkungan. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
guna mengetahui hal apa yang menjadi motivasi wanita memilih bekerja menjadi
terapis pijat refleksi berdasarkan yang dikemukakan diatas. Sehingga peneliti
mengangkat penelitian ini dengan judul “Motivasi Wanita Memilih Bekerja
sebagai Terapis Pijat Refleksi” dengan studi kasus di Kelurahan Susunan Baru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang di atas maka pokok permasalahan
yang akan dikaji oleh peneliti adalah: Apakah yang memotivasi seorang wanita
sehingga memilih menjadi terapis pijat refleksi di Kelurahan Susunan Baru?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini yang
hendak dicapai adalah: Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi motivasi
wanita memilih bekerja menjadi terapis pijat refleksi di Kelurahan Susunan Baru
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu
pengetahuan secara umum dan ilmu sosial khususnya Sosiologi yang berkaitan
dengan sumber daya masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk masyarakat umum diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan yang positif khususnya tentang pemberdayaan wanita melalui
manfaat-manfaat yang sudah dirasakan para pekerja terapis refleksi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bahan pertimbangan bagi
penelitian yang relevan dimasa yang akan datang.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Pendapat Hamzah (2011:3) menerangkan banyak teori motivasi yang didasarkan
dari asas kebutuhan (need). Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha
untuk dapat memenuhinya. Motivasi adalah proses psikologis yang dapat
menjelaskan perilaku seseorang. Perilaku hakikatnya merupakan orientasi pada
satu tujuan. Dengan kata lain, perilaku seseorang dirancang untuk mencapai
tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan proses interaksi dari beberapa
unsur. Dengan demikian, motivasi merupakan kekuatan yang mendorong
seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Kekuatan-kekuatan ini pada
dasarnya diransang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti:
a. Keinginan yang hendak dipenuhinya
b. Tingkah laku
c. Tujuan
d. Umpan balik.
Robbins (dalam Darpujiyanto 2010:66) Motivasi merupakan suatu proses yang
menyebabkan intensitas individu, dalam usaha mengarahkan terus menerus untuk
mencapai tujuan. Menurut pendapat lain, motivasi adalah perubahan energi pada
diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk
11
mencapai tujuan. Mc. Donald (dalam Hamalik 2004:158) motivasi mendorong
timbulnya kelakuan, dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi fungsi
motivasi meliputi:
a. mendorong timbulnya kelakuan
b. motivasi berfungsi sebagai pengarah
c. motivasi berfungsi sebagai penggerak.
Berdasarkan pertanyaan diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan atau keinginan seorang individu didalam melakukan sesuatu atau
kegiatan yang dilakukannya sehingga seseorang dapat mencapai tujuannya.
Motivasi menjadi kekuatan atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan
dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun
tak disadari.
2. Jenis Motivasi
Menurut Sardirman (2005:89) motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
motivasi intrinsik adalah motif-motif (daya penggerak) yang menjadi aktif
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena di dalam diri setiap
individu sudah terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang menggerakan seseorang untuk
melakukan sesuatu itu bersumber pada suatu kebutuhan-kebutuhan yang
harus dipenuhi.
Orang yang berkebutuhan tinggi cenderung suka bertanggung jawab untuk
memecahkan berbagai macam persoalan, mereka cenderung menetapkan sasaran
12
yang cukup sulit untuk mereka sendiri dan mengambil resiko yang telah
diperhitungkan sebelumnya untuk mencapai sasaran tersebut. Sedangkan menurut
Sukmadinata (2009:63) motivasi berdasarkan sifatnya dapat dibedakan atas tiga
macam, yaitu:
a. Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu karena
ada hal yang memaksanya
b. Motivasi intensif atau intensive motivation, individu melakukan sesuatu
untuk mendapat suatu insentif
c. Sikap atau self motivation, motivasi ini lebih bersifat intrinsik, muncul dari
dalam diri individu.
3. Tujuan Motivasi
Menurut pendapat Purwanto (2006:73) secara umum tujuan motivasi adalah untuk
menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu.
Motivasi bertujuan sebagai pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya
tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Jika ditinjau dari segi proses motivasi
menurut Ramayulis (2002) Motivasi berfungsi:
a. Memberi semangat dan mengaktifkan individu agar tetap berminat dan
siaga.
b. Memusatkan perhatian seseorang pada tugas-tugas tertentu yang
berhubungan dengan pencapaian tujuannya.
13
c. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil
jangka panjang.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka ada tiga fungsi motivasi yaitu
sebagai berikut:
a. Motivasi mendorong manusia untuk berbuat.
b. Motivasi menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai.
c. Motivasi sebagai penyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-
perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat.
Berdasarkan uraian dari hal di atas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa
tujuan motivasi adalah untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar
timbul keinginan dan kemauan untuk mencapai suatu hasil atau tujuan tertentu.
Perwujudan dari adanya motivasi adalah tindakan, semakin jelas motivasi
seseorang maka makin jelas pula tindakannya untuk mencapai suatu tujuan.
4. Motivasi dan Kebutuhan
Manusia mempunyai kebutuhan yang mendorong timbulnya perilaku. Motivasi,
sebagaimana terlihat adalah berasal dari dalam diri individu yang kemudian
diaplikasikan dalam bentuk perilaku. Perilaku terjadi karena suatu determinan
tertentu, baik biologis maupun psikologis atau berasal dari Iingkungan.
Menurut Lee (1996) mengemukakan empat kebutuhan manusia yaitu, kebutuhan
akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for
affiliation), kebutuhan akan otonomi (need for autonomy), kebutuhan akan
14
dominasi (need for dominance). Bila kebutuhan terpenuhi, ketegangan akan
melemah sampai timbul ketegangan lagi dengan munculnya kebutuhan baru.
Inilah yang disebut motivasi. Tidak semua perilaku mengikuti pola daur seperti
itu. Bila determinan yang menimbulkan kebutuhan itu tidak ada lagi, maka daur
tidak terjadi.
Berdasarkan dari paparan di atas dapat diketahui bahwa pemberian motivasi tidak
terlepas dari kebutuhan individu itu sendiri dan berbagai faktor internal yang
membut seseorang puas. Pada dasarnya, seseorang akan terus melakukan suatu
tindakan pemenuhan kebutuhan. Oleh sebab itu kehadiran motivasi sangat penting
sebagai hal yang mendorong seseorang untuk terus bertindak demi memenuhi
kebutuhan yang ada dalam dirinya.
Maslow (dalam Darsono 2000:101) berpendapat bahwa manusia mempunyai
kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut:
a. Kebutuhan jasmaniah, seperti; makan, minum, istirahat, seksual dan
sebagainya
b. Kebutuhan keamanan (rasa aman), seperti; ingin sehat, ingin terhindar dari
bahaya, ingin menghilangkan kecemasan dan lain-lain
c. Kebutuhan untuk memiliki dan dicintai, seperti; ingin berteman, ingin
berkeluarga, ingin masuk dalam suatu kelompok dan lain-lain
d. Kebutuhan akan penghargaan diri (harga diri), seperti; ingin dihargai,
dipercaya dan dihormati orang lain.
15
e. Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu; keinginan untuk mengembangkan
potensi diri, bakat dan keterampilan, keinginan untuk berprestasi,
keinginan untuk mencapai cita-cita dan sebagainya.
f. Kebutuhan untuk tahu dan mengerti, seperti; mencari ilmu atau
menempuh pendidikan setinggi-tingginya yang didorong rasa ingin tahu
g. Kebutuhan estetis, seperti; kebutuhan untuk mengungkapkan rasa seni dan
keindahan.
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia mempunyai
keinginan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Kebutuhan itu berasal
dari diri sendiri yang menuntut untuk dipenuhi. Keinginan seseorang untuk dapat
memenuhi semua kebutuhannya tersebut dapat mendorong seseorang untuk
melakukan aktivitas tertentu yang mengarah pada pencapaian pemenuhan
kebutuhan. Hal ini dapat menimbulkan motivasi pada diri seseorang guna
membekali diri dengan hal hal yang diperlukan dalam mencapai tujuannya
tersebut.
5. Proses Motivasi
Pada dasarnya motivasi diarahkan pada suatu tujuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan individu. Menurut Sumantri (2001) Proses motivasi sebagai pengarah
perilaku dapat dikatakan sebagai suatu siklus dan merupakan suatu sistem yang
terdiri dari tiga elemen. Ketiga elemen tersebut bisa diuraikan sebagai berikut:
a. Kebutuhan (needs). Kebutuhan merupakan suatu ‘kekurangan’. Dalam
pengertian keseimbangan, kebutuhan tercipta apabila terjadi
ketidakseimbangan yang bersifat fisiologis atau psikologis.
16
b. Dorongan (drives). Suatu dorongan dapat dirumuskan secara sederhana
sebagai suatu kekurangan disertai dengan pengarahan. Dorongan tersebut
berorientasi pada tindakan untuk mencapai tujuan.
c. Tujuan (goals). Suatu tujuan dari siklus motivasi adalah segala sesuatu
yang akan meredakan suatu kebutuhan dan akan mengurangi dorongan.
Jadi, pencapaian suatu tujuan akan memulihkan ketidakseimbangan
menjadi keseimbangan yang bersifat fisiologis dan psikologis.
B. Tinjauan Tentang Wanita Bekerja
1. Peran Wanita
Menurut Murtiana dan Hidayah (2017) peran wanita di masa sekarang sudah tidak
lagi di kaitkan hanya dengan kodratnya sebagai wanita yaitu sebagai seorang istri
atau ibu hanya mengerjakan urusan rumah tangga saja, namun telah berkembang
sehingga wanita telah berperan serta dalam setiap segi kehidupan masyarakat.
Wanita yang telah memasuki lapangan pekerjaan, maka dengan sendirinya waktu
untuk mengurus rumah atau dapur, anak-anak bahkan suaminya sangat terbatas.
Wanita bekerja dilatarbelakangi bukan hanya dikarenakan alasan ekonomi, tetapi
juga adanya keterampilan pengetahuan dan pengaktualisasian diri maupun ingin
memperoleh kepuasaan batin, yang disebabkan adanya anggapan umum bahwa
dunia pekerjaan merupakaan dunia pria, sehingga dengan demikian wanita akan
merasa telah mampu duduk sejajar dengan kaum pria dengan cara
mengaktualisasikan diri melalui bekerja namun demikian wanita tidak lepas dari
kodratnya.
17
Murniati (2004: 189) menjabarkan peran wanita sebagai berikut:
a. Peran Produktif (Productive Role)
Peran produktif merupakan peran yang menghasilkan barang yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan manusia dan uang atau pendapatan yang
digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga.
b. Peran Reproduktif (Reproductive Role)
Peran reproduktif merupakan peran mengelola rumah tangga atau keluarga
beserta seluruh anggota keluarga. Peran reproduktif seorang wanita meliputi
melahirkan dan mengurus anak-anak, memasak atau menyediakan makanan
untuk keluaga, menyediakan air, berbelanja berbagai kebutuhan rumah tangga,
mencuci pakaian, mencuci piring, menjaga kebersihan dan kesehatan rumah,
menyiram tanaman, serta berbagai kegiatan lainnya.
c. Peran Sosial (Community Role)
Peran sosial di dalam komunitas merupakan berbagai peran yang harus
dijalankan oleh seorang wanita sebagai anggota masyarakat baik dalam bidang
sosial, ekonomi, maupun politik. Peran tersebut berwujud dalam upaya untuk
menyelenggarakan hubungan sosial yang baik dengan keluarga-keluarga lain
serta berbagai kegiatan di dalam organisasi seperti Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), Dharma Wanita, upacara adat atau agama, dan lain
sebagainya.
Wanita mempunyai fungsi yang sangat dominan dalam keluarga, karena pada diri
wanita terdapat suatu tugas sebagai makhluk sosial yang mempunyai tanggung
jawab membina keluarga sepenuhnya, seperti pertumbuhan pribadi anak serta
pendidikan dalam keluarga dimana keteladanan seorang ibu sangat berpengaruh
18
terhadap anak. Terlebih jika seorang wanita tersebut memiliki peran ganda, yang
tidak hanya mengurus kehidupan rumah tangga tetapi juga ikut andil dalam
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
2. Pengertian Wanita Yang Bekerja
Menurut Mathis (2001) dalam istilah gender, wanita diartikan sebagai manusia
yang lemah lembut, anggun, keibuan, emosional dan lain sebagainya. Baik di
dunia timur maupun barat, wanita digariskan untuk menjadi istri dan ibu. Sejalan
dengan kehidupan ini, sifat yang di kenakan pada perempuan adalah makhluk
yang emosional, pasif, lemah, dekoratif, tidak asertif dan tidak kompeten kecuali
untuk tugas rumah tangga. Tetapi dengan terus berkembang pesatnya jaman,
wanita juga dituntut untuk memiliki sikap mandiri dan dapat mengembangkan
dirinya sebagai manusia sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Dapat dilihat dari
profil wanita Indonesia saat ini, sangat banyak yang tidak hanya menjalani tugas
rumah tangga, tetapi juga berkecimpung di dunia kerja.
Wanita dapat dikategorikan kedalam dua peran, yaitu peran reproduktif dan peran
produktif. Peranan reproduktif mencakup peranan reproduksi biologis (pelahiran)
sedangkan peranan produktif adalah peranan dalam bekerja yang menghasilkan
sesuatu yang bernilai ekonomis. Sementara itu, menurut Anoraga (2006) wanita
karir adalah wanita yang memperoleh/mengalami perkembangan dan kemajuan
dalam bidang pekerjaan. Anoraga menyebutkan wanita yang bekerja untuk
menggantikan istilah wanita karir. Beliau juga menegaskan kembali bahwa yang
dimaksud dengan karir adalah bekerja apa saja asal mendatangkan suatu
kemajuan dalam kehidupannya.
19
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa wanita bekerja adalah
wanita yang menjalankan peran produktifnya dalam menghasilkan produk atau
jasa yang bernilai ekonomis dan bertujuan untuk mempertahankan hidup,
mendapatkan upah dan meningkatkan taraf kehidupan dengan mengalami
perkembangan dan kemajuan dalam bidang pekerjaan.
3. Perspektif Wanita Bekerja dan Gender
Menurut Harris (dalam Simbolon 2013) tenaga kerja wanita itu semakin dicari
oleh kaum kapitalis untuk mengisi jumlah pekerjaan pelayanan dan informasi
yang tumbuh semakin cepat dalam perekonomian. Harris percaya meningkatnya
partisipasi kaum wanita dalam angkatan kerja pada akhirnya memajukan
kesadaran feminis dalam diri mereka. Karena mereka semakin erat bekerja sejajar
dengan kaum pria, dan karena mereka melihat betapa kurangnya mereka dibayar
untuk pekerjaan yang pada dasarnya sama dengan kaum pria, maka kaum wanita
lebih menyadari tentang tenaga-tenaga diskriminasi ekonomi yang kuat yang
bekerja melawan mereka. Pemahaman ini ikut membantu untuk meningkatkan
kesadaran yang lebih luas mengenai posisi sosial kaum wanita secara menyeluruh.
Jadi, Harris percaya bahwa feminisme modern baik sebagai ideologi maupun
sebagai gerakan sosial yang terorganisasi pada akhirnya dapat dijejaki ke
perubahan-perubahan ekonomi yang besar di luar rumah. Dengan memandang
perubahan-perubahan selanjutnya, secepatnya garis-garis itu cenderung akan
terjadi dalam dekade-dekade yang akan datang, maka kekuasaan sosial dan
kesadaran feminis dari jumlah kaum wanita yang semakin meingkat akan terus
berumbuh. Jika demikian halnya, kaum wanita akan maju lebih jauh ke arah
persamaan sejati dengan kaum pria.
20
Pentingnya memisahkan unsur-unsur dalam rumah tangga ataupun keluarga
berdasarkan gender, karena laki-laki dan perempuan memainkan peranan yang
berbeda, sehingga mempunyai kebutuhan yang berbeda pula, yang pada akhirnya
masing-masing kebutuhan yang berbeda ini harus diidentifikasi.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Bekerja
Pada masa ini sudah sangat umum jika wanita selain mengurus rumah tangga
sekaligus bekerja. Bukan hanya semata-mata memenuhi kebutuhan keluarga,
wanita yang bekerja juga bisa jadi adalah tulang punggung dalam urusan
perekonomian di keluarganya. Ollennurger dan Helen (1996:18) mengemukakan
wanita lebih banyak tetap berada dalam pasar tenaga kerja karena pilihan ekonomi
mereka dikurangi, atau kebutuhan mereka untuk mempertahankan senioritas telah
meningkat. Dalam teori konflik, Marx beramsumsi bahwa posisi wanita dalam
masyarakat berasal dari distribusi kekayaan dan kekuasaan yang tidak merata,
karena terfokus pada suatu ekonomi kapitalis, kebanyakan pekerjaan dalam
kaitanya dengan ekonomi upahan, mengabaikan ekonomi non-upahan.
Disamping itu menurut teori Neo Klasik adanya kecenderungan wanita yang
bekerja disebabkan karena ekonomi, walaupun dalam tingkat pendapatan wanita
yang bekerja selalu saja lebih rendah dari pendapatan laki-laki, kalau dilihat dari
dalam jenis pekerjaan yang sama. Dalam hal ini perbedaannya terutama
disebabkan karena pendidikan dan latihan serta pengalaman kerja yang dipunyai
oleh pekerja laki-laki dan wanita tersebut. Sebetulnya teori in sudah mengalami
pergeseran antara lain karena pendidikan wanita sudah meningkat. Sedangkan
teori gender menjelaskan bahwa norma-norma dan nilai-nilai soial yang ada
dalam masyarakat merupakan penyebab lain mengapa wanita tidak dapat
21
memasuki pasar kerja, kesempatan wanita pada pasar kerja relatif terbatas dari
pada kaum laki-laki.
Nugroho (2011:16) menyebutkan bahwa bagi kalangan keluarga miskin, beban
yang harus ditanggung oleh wanita sangat berat apalagi jika wanita harus bekerja
di luar sehingga harus memikul beban kerja ganda. Sehingga di samping mencari
nafkah, seorang wanita tetap harus mencurahkan sebagian besar waktu mereka
untuk kegiatan di dalam rumah tangga, seperti melayani suami, mengurus anak,
dan berbagai kegiatan kerumahtanggaan lainnya. Dengan demikian, terbukanya
pintu pasar kerja bagi tenaga kerja wanita tidak hanya menimbulkan implikasi
sosial berupa munculnya keluarga dengan pola karir ganda, tetapi juga turut serta
mengubah tatanan pembagian peran di dalam keluarga dan menyebabkan
terjadinya suatu kompleksitas peran.
C. Tinjauan Tentang Pijat Refleksi
1. Pengertian Pijat Refleksi
Mahendra dan Ruhito (2009) mengemukakan bahwa pijat refleksi adalah suatu
cara pengobatan penyakit melalui titik pusat urat syaraf yang bersangkutan
(berhubungan) dengan organ-organ tubuh tertentu. Dengan kata lain adalah
penyembuhan penyakit melalui pijat urat syaraf untuk memperlancar peredaran
darah. Saat ini banyak sekali metode menjaga kebugaran dan terapi penyembuhan
penyakit salah satunya adalah pijat refleksi. pijat refleksi sendiri termasuk dalam
terapi alternatif dalam menjaga kesehatan ataupun penyembuhan penyakit.
Pada praktisnya, kegiatan pijat refleksi merupakan serangkaian teknik pijat untuk
merangsang area-area tertentu pada tangan dan kaki dengan tujuan menimbulkan
22
respons yang bermanfaat bagi bagian tubuh yang paling berperan adalah tangan
dan kaki. Kaki telah dipercaya sebagai pusat refleksi oleh masyarakat tradisional
jauh-jauh hari sebelum zaman modern. Masyarakat tradisional diseluruh bagian
dunia percaya bahwa kaki memiliki peran khusus dalam dunia kesehatan dan
spiritualitas. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan mereka untuk bertelanjang kaki
dalam berjalan. Mereka menganggap bahwa alas kaki memutus hubungan mereka
dengan bumi.
Sebuah terapi yang oleh para praktisi pijat refleksi disebut terapi zona, yakni
menguraikan pembagian tubuh ke dalam sepuluh zona memanjang mulai dari
ujung kepala hingga ujung kaki, yang seluruh bagian dalam suatu zona tersebut
saling terhubungkan satu sama lain. Ketegangan pada salah satu zona tentunya
akan mempengaruhi semua bagian. Dengan melakukan pijatan pada suatu titik di
zona tangan dan kaki maka ketegangan tersebut dapat terlepaskan. Selain itu, pijat
refleksi ini dapat juga memulihkan keseimbangan keseluruh zona dan ke seluruh
tubuh.
Kehadiran terapi pijat refleksi dapat menjadi suatu pilihan kesehatan masyarakat
kita. Selain sebagai cara untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, pijat
refleksi juga dapat menjadi alternatif terapi penyembuhan penyakit. Metode terapi
pijat refleksi yang mengutamakan relaksasi selain berdampak terhadap tubuh juga
berdampak pada pikiran dan psikologis seseorang. Oleh sebab itu, seseorang yang
sedang melakukan terapi pijat refleksi akan mendapat manfaat ganda untuk
dirinya.
23
2. Perkembangan Pijat Refleksi
Menurut Wahyuni (2014) menyatakan pada tahun 1800-an, para peneliti medis
telah mempelajari konsep refleks dan memastikan refleks sebagai “respons tidak
sadar terhadap rangsangan”. Mereka mulai meneliti lebih dalam mengenai
berbagai konsep refleks beserta pengaruhnya untuk kesehatan. Itu sebabnya pada
saat itu, kompres, plaster, dan penempelan ramuan pada area yang sakit, cukup
berkembang. Misalnya, kompres pada permukaan dada banyak digunakan untuk
menyembuhkan sakit yang berhubungan dengan paru-paru, seperti batuk. Saat itu
dunia medis mempercayai bahwa suatu tindakan yang dilakkan pada suatu bagian
tubuh dapat menyebabkan reaksi dibagian tubuh lainnya.
Sementara itu, konsep pijat refleksi sebagian dari terapi medis mulai berkembang
kembali di abad ke-19, tepatnya setelah para ilmuan barat melakukan riset tentang
sistem saraf. Salah satu hasil riset tersebut menyebutkan bahwa gerakan refleks
dapat mempengaruhi keehatan dan kebugaran seseorang. Sistem saraf mampu
mendeteksi dan menafsirkan informasi dari dunia luar dan menyiapkan respons
tubuh untuk menanggapi informasi tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar praktik
pijat refleks saat ini.
Ivan Pavlov, salah seorang ilmuan peraih hadiah Nobel, mengemukakan hipotesis
bahwa kesehatan dapat dipengaruhi oleh respons terhadap rangsangan luar.
Konsep ini dikenal dengan nama “terapi reflek”. Temuannya ini menggiring para
dokter melakukan penelitian lebih lanjut sehingga muncul teori bahwa suatu organ
mengalami gangguan karena menerima intruksi keliru dari otak. Menurat teori ini,
dengan menggunakan intruksi yang “keliru” itu, maka teknik pijat refleksi dapat
mendesak tubuh untuk kembali sehat.
24
Wahyuni mengungkapkan (2014) pijat refleksi semakin berkembang dengan
ditemukannya teori-teori oleh para dokter dan peneliti, diantaranya:
a. William Fitzgerald
Dia menyebutkan bahwa penerapan pijatan pada jari tangan atau jari kaki yang
mewakili satu dari sepuluh zona dapat mengurangi rasa sakit di bagian tubuh yang
berkaitan. Dr. Fitzgerald menamakannya sebagai terapi zona. Teori ini digunakan
oleh banyak dokter untuk mengobati penyakit dan menjadikannya anestesi dalam
pembedahan ringan.
b. Dr. Joseph Riley
Dia merupakan asisten Dr. Fitzgerald dan menggunakan prinsip-prinsip dasar
terapi zona pada area kaki. Dia menambahakan tiga garis melintang dan detail-
detail sehingga membentuk peta ditelapak kaki dan tangan. Peta tersebut
menunjukkan titik-titik pijat yang berhubungan dengan berbagai bagian tubuh.
c. Eunice Ingham
Dia adalah seorang fisioterapis sekaligus penulis buku Stories the Feet can Tell.
Dalam bukunya, dia menguraikan berbagai respons refleks saat dilakukan
pemijatan pada area kaki. Oleh karenya, dia diangap sebagai pengembang dan
penerus ide terapi zona dan pijat refleksi. Dia juga yang mengenal pijat reifleksi
kepada ribuan orang di Amerika, Kanada, dan Eropa.
D. Tinjauan Tentang Motivasi Wanita Memilih Bekerja sebagai Terapis
Pijat Refleksi
Manusia dalam menjalankan hidup pasti memiliki tujuan yang didorong oleh
motivasi yang berasal dari dari dalam dirinya sendiri. Seorang wanita yang
berkerja sebagai terapis pijat refleksi sudah tentu memiliki motivasi yang
25
melatarbelakangi pekerjaan yang dipilihnya. Banyak faktor yang melatarbelakangi
mengapa mereka memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi diantarnya ialah,
faktor kebutuhan dan kesempatan kerja.
Kebutuhan keluarga yang kompleks membuat para ibu rumah tangga mau tidak
mau harus mencari jalan keluar agar mampu membantu memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya salah satunya dengan bekerja. Mengandalkan penghasilan
suami untuk memenuhi kebutuhan merupakan hal yang sulit dilakukan, oleh
karena itu banyak para wanita bekerja untuk mencari tambahan penghasilan demi
menunjang kehidupan keluarga. Melalui bekerja wanita banyak menghasilkan
sumber penghasilan yang baru, namun resiko yang dikorbankan ialah tidak kecil.
Dampak yang diakibatkan dari wanita bekerja adalah anak-anak yang kurang
mendapat perhatian dari ibunya. Kesibukan membuat wanita kadang kerepotan
mengurus keluarga, ini adalah resiko yang harus ditanggung setiap wanita yang
bekerja. Oleh karena itu, wanita yang memilih untuk bekerja dibanding hanya
mengurus rumah tangga memiliki motivasi serta pertimbangan tersendiri atas
pilihannya dalam memutuskan untuk bekerja.
Pada masa ini mencari suatu pekerjaan adalah sesuatu yang tidak mudah
dilakukan. Lapangan kerja yang tidak sebanding dengan angkatan kerja yang
tinggi membuat orang-orang harus berkompetisi untuk mendapat pekerjaan yang
diinginkan. Persaingan antar angkatan kerja membuat orang-orang harus memiliki
suatu modal untuk bekerja, contohnya seperti ijazah pendidikan dan skill
(keterampilan). Skill sangat penting untuk seorang individu yang memiliki latar
belakang pendidikan yang kurang baik, dimana keterampilan kerja ini dapat
membantu untuk mendapat pekerjaan. Khusus untuk para terapis yang bekerja
26
sebagai terapis pijat di Kelurahan Susunan Baru, mereka dilatih keterampilan pijat
refleksi secara gratis oleh pihak penyalur kerja, tujuannya adalah untuk
menumbuhkan minat kerja. Untuk para wanita yang mengikuti pelatihan
diantaranya ialah ibu rumah tangga serta wanita belum menikah yang memiliki
latarbelakang pendidikan rendah. Pelatihan kerja semacam ini sangat membantu
seseorang untuk mendapat pekerjaan di tengah-tengah keadaan sulitnya mendapat
pekerjaan yang sesuai. Para wanita yang mengikuti pelatihan untuk menjadi
terapis pijat refleksi menganggap ini sebagai suatu kesempatan untuk bekerja dan
menghasilkan uang.
Motivasi menurut Mc Donald (dalam Djamarah 2002:149) yang menjadi dasar
wanita memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi terbagi menjadi dua hal,
yaitu:
1. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirasakan dari luar, karena
setiap dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Motivasi pada diri wanita yang memilih bekerja sebagai terapis pijat
refleksi adalah keinginan dari diri sendiri, keterpaksaan karena dituntut
untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, keinginan untuk memdapat
penghasilan sendiri dan lainnya yang berasal dari diri dalam individu.
2. Motivasi ekstrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif
dan berfungsi dari luar diri individu. Dalam hal ini, sebelum menjadi
terapis pijat refleksi, wanita yang berstatus ibu rumah tangga tinggal di
27
lingkungan tempat tinggal dan berkumpul dengan wanita-wanita ibu
rumah tangga yang lainnya. Untuk itu, para wanita aktif dalam melakukan
proses interaksi satu sama lain. Motivasi ekstrinsik yang mendasari para
wanita bekerja sebagai terapis pijat refleksi adalah lingkungan tempat
tinggal, interaksi antar wanita serta adanya kesempatan kerja dan lainnya
yang berada diluar diri individu.
Berdasarkan pernyataan tersebut maka, dapat ditarik kesimpulan tentang motivasi
wanita yang memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi dipengaruhi oleh
kesadaran akan kebutuhan (intrinsik) dan didorong oleh lingkungan sosial
(ekstrinsik) tempat mereka beraktifitas, berinteraksi serta melihat realitas satu
sama lain memicu mereka untuk termotivasi bekerja sebagai terapis pijat refleksi.
E. Tinjauan Motivasi Wanita Bekerja sebagai Terapis Pijat Refleksi dengan
Teori Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Fenomena wanita yang bekerja sebagai terapis pijat refleksi dan juga menyandang
status sebagai istri di Kelurahan Susunan Baru merupakan suatu fakta sosial. Jauh
sebelum menjadi terapis para istri tersebut hanyalah sorang ibu rumah tangga
ataupun buruh harian lepas, hingga di suatu ketika mereka beralih profesi sebagai
terapis pijat refleksi. Peralihan profesi tersebut yang membuat peneliti ingin
mengetahui apa yang memotivasi mereka memilih bekerja sebagai terapis pijat
refleksi. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik) ataupun
dapat berasal dari luar (ekstrinsik). Motivasi menurut Mc Donald (dalam
Djamarah 2002:14) yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirasakan dari luar, karena setiap
dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
28
,motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi dari luar diri
individu.
Dari penjabaran teori motivasi intrinsik dan ekstrinsik oleh ahli diatas, Taufik
(2007) memberi tiga faktor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya
motivasi intrinsik, faktor-faktor intrinsik motivasi dipengaruhi oleh :
a. Kebutuhan (need)
Seseorang melakukan aktivitas (kegiatan) karena adanya faktor-faktor
kebutuhan baik biologis maupun psikologis.
b. Harapan (Expectancy)
Seseorang dimotivasi oleh karena keberhasilan dan adanya harapan
keberhasilan bersifat pemuasan diri seseorang, keberhasilan dan harga diri
meningkat dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan.
c. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada suatu hal tanpa ada
yang menyuruh. Minat adalah dorongan yang berasal dari dalam diri sendiri
tanpa ada dorongan pihak dari luar dirinya.
Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik
adalah :
a. Dorongan keluarga
Dorongan keluarga khususnya suami merupakan salah satu faktor pendorong
(reinforcing factors) yang dapat mempengaruhi perilaku istri dalam
berperilaku. Dukungan suami dalam keinginan seorang istri untuk bekerja,
merupakan bentuk dukungan nyata dari kepedulian dan tanggung jawab para
anggota keluarga.
29
b. Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat
mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu.
Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam
memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah
lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan
yang tinggi.
c. Imbalan
Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang
tersebut ingin melakukan sesuatu, yang menjadi sebuah dorongan hasil yang
dicapai dari apa yang dilakukannya sering kali mendorong seseorang untuk
berbuat.
F. Kerangka Pikir
Wanita dalam bekerja sebagai terapis pijat refleksi dipengaruhi oleh motivasi,
karena motivasi yang akan memacu semangat kerja seorang wanita untuk bekerja
dan mencapai tujuannya. Pada dasarnya motivasi mengarah pada suatu tujuan
dalam rangka memenuhi tujuan individu. Menurut Sumantri (2001) motivasi
dapat dikatakan sebagai sebuah proses yang dimulai dari kebutuhan, dorongan
lalu tujuan. Motivasi yang mendorong seorang wanita bekerja sebagai terapis pijat
refleksi terbagi menjadi dua hal yaitu motivasi yang ada dalam diri sendiri
(intrinsik) dan motivasi dari lingkungan sekitar (ekstrinsik).
Taufik (2007) memberi tiga faktor yang mendorong dan mempengaruhi terjadinya
motivasi intrinsik yaitu, kebutuhan, harapan dan minat. Sedangkan faktor yang
mendorong terjadinya motivasi ekstrinsik adalah dorongan keluarga, lingkungan
30
dan imbalan. Kedua jenis motivasi tersebut akan menjadi fokus peneliti untuk
mencari data-data dan informasi mengenai apa yang memotivasi wanita memilih
bekerja sebagai terapis pijat refleksi, apakah dipengaruhi motivasi intrinsik atau
ekstrinsik.
Berdasarkan hal tersebut, secara sistematis dapat digambarkan alur kerangka
pemikiran tentang motivasi wanita memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi
sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Motivasi Intrinsik
Wanita
Motivasi Ekstrinsik
Bekerja Menjadi Terapis Pijat
Refleksi
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Proses penelitian dalam penulisan ini berkaitan dengan hal apa saja yang
memotivasi wanita bekerja sebagai terapis pijat refleksi, oleh karena itu untuk
mendapatkan jawaban mendalam mengenai permasalahan yang ada maka metode
penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif.
Creswell berpendapat (dalam Noor 2011:34) bahwa penelitian kualitatif sebagai
suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Tujuan dari penelitian
kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan sedalam-dalamnya
dengan cara mengumpulkan data yang sedalam-dalamnya pula, yang menunjukan
pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif karena sesuai dengan sifat
dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji sebuah hipotesis,
tetapi berusaha untuk mendapatkan sebuah gambaran tentang motivasi wanita
memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi. Menurut Sukmadinata (2009:73)
penelitian kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia,
yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar
32
kegiatan. Selain itu, Penelitian kualitatif tidak memberikan perlakuan, manipulasi
atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan
suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah
penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Untuk itulah peneliti memilih metode penelitian kualitatif karna sangat cocok
digunakan untuk menggali informasi-informasi mendalam yang sesuai dengan
judul penelitian Motivasi Wanita Memilih Bekerja Sebagai Terapis Pijat Refleksi.
B. Fokus Penelitian
Menurut Moleong (2010) Fokus penelitian ini dimaksudkan untuk membatasi
studi kualitatif sekaligus membantu penelitian guna memilih mana data yang
relevan dan mana yang tidak relevan. Fokus penelitian dapat membantu peneliti
untuk mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan. Fokus pada penelitian ini
adalah untuk menggali informasi tentang motivasi intrinsik dan esktrinsik yang
memotivasi wanita memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi, latar belakang
mengapa wanita tersebut memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi dan alasan
mereka memilih pekerjaan tersebut. Fokus penelitian tersebut diharapkan akan
mengarahkan peneliti untuk mendapatkan data-data relevan yang dibutuhkan
untuk kepentingan penelitian ini.
C. Penentuan Informan
Peneliti menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling dalam
menentukan informan pada penelitian ini. Menurut Sugiyono (2014:85) adapun
teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
33
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel didasarkan atas tujuan tertentu (orang
yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai sampel) sedangkan snowball
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya
jumlahnya sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka
harus mencari orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan
menggunakan kedua metode tersebut, peneliti berharap mendapatkan informan
yang sesuai dengan penelitian. Informan ini dibutuhkan untuk mengumpulkan
informasi tentang Motivasi Wanita Memilih Bekerja Sebagai Terapis Pijat
Refleksi Di Kelurahan Susunan Baru.
Penggabungan kedua teknik tersebut bertujuan untuk mendapatkan informan yang
ideal. Maka dari itu, teknik yang digunakan dalam pemilihan informan
menggunakan purposive sampling dan artinya teknik penentuan sumber data
mempertimbangkan terlebih dahulu kriteria informannya. Lalu dari penentuan
kriteria ini akan menjadi acuan peneliti menggunakan teknik snowball sampling
dalam kelanjutan memilih informan selanjutnya yang dibutuhkan. Adapun kriteria
informan dengan menggunakan teknik purposive sampling sebagai berikut:
1. Wanita
2. sudah menikah
3. Bertempat tinggal di Kelurahan Susunan Baru
4. Bekerja sebagai terapis pijat refleksi di salah satu tempat penyedia jasa
pijat/SPA di Kota Bandar Lampung.
Setelah menggunakan teknik purposive sampling, peneliti akhirnya memilih ibu
Aprilia sebagai informan pertama sekaligus informan kunci dalam penelitian ini.
Melalui rekomendasi nama dari beliau, peneliti dapat menerapakan teknik
34
penentuan informan selanjutnya, yaitu teknik snowball sampling. Rekomendasi
informan dari ibu Aprilia menjadi dasar peneliti untuk menentukan informan-
informan selanjutnya.
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian menurut Iskandar (2008:219) adalah situasi dan kondisi
lingkungan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian. Moeloeng
(2010:86) menyatakan bahwa dalam penentuan lokasi penelitian cara terbaik yang
ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki
lapangan untuk mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan,
sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga
perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Jadi, lokasi
penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan, penentuan lokasi penelitian
harus sesuai dengan masalah dan kebutuhan dalam penelitian.
Guna memperoleh data, penelitian ini dilakukan di Kelurahan Susunan Baru
Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. Alasan peneliti
memilih lokasi tersebut ialah karena di lokasi tersebut peneliti mengamati adanya
fenomena wanita ibu rumah tangga atau wanita yang bekerja sebagai buruh harian
lepas bertransisi menjadi terapis pijat refleksi.
Untuk kepentingan observasi peneliti akan mengunjungi tempat penyedia jasa
pijat refleksi dimana para terapis tersebut bekerja, seperti Relax SPA and
Reflexology yang berada di Plaza Lotus serta Ratoe Spa and Reflexology di
Bandar Lampung.
35
E. Jenis Data
Data adalah suatu instrumen penting dalam penelitian. Data yang dikumpulkan
ada dua macam yaitu :
1. Data Primer
Data ini bersumber dari hasil turun lapangan secara langsung. Dalam prakteknya
diperoleh dari wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap informan
dan observasi lapangan di lokasi penelitian. Data primer pada penelitian ini
diperoleh dari hasil wawancara dengan 5 informan utama dan 1 informan
pendukung, serta dari hasil observasi peneliti ke tempat penyedia jasa refleksi
dimana informan tersebut bekerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan peneliti tanpa harus turun lapangan,
dapat berupa literatur-literatur yang ada kaitannya dengan objek penelitian. Data
sekunder pada penelitian ini adalah buku, jurnal dan dokumen resmi pemerintah
dan Peta Monografi Kelurahan Susunan Baru.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dan informasi pada penelitian ini digunakan beberapa
teknik, antara lain :
1. Wawancara Mendalam
Arikunto berpendapat (2010:270) bahwa wawancara digunakan sebagai salah satu
teknik pengumpulan data. Metode ini merupakan proses tanya jawab lisan di
mana dua orang atau lebih dapat berhadap-hadapan secara fisik. Metode
wawancara mendalam ini digunakan untuk mendapat keterangan-keterangan
secara mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Wawancara mendalam
36
ini dilakukan dengan percakapan secara langsung, bertatap muka dengan informan
yang diwawancarai. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam ini
diharapkan akan memperoleh data primer yang berkaitan dengan penelitian ini
dan mendapat gambaran yang lebih jelas guna mempermudah dan menganalisis
data selanjutnya. Wawancara mendalam akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Hal ini dimaksudkan agar pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti dapat terarah, tanpa mengurangi kebebasan dalam mengembangkan
pertanyaan, serta suasana tetap terjaga.
Pada penelitian ini, pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam
melibatkan 5 informan utama yang kesemuanya adalah wanita terapis pijat
refleksi dan 1 informan pendukung seorang laki-laki yang berprofesi sebagai
supervisor di Relax SPA and Reflexology. Proses wawancara berlangsung lancar,
karena peneliti dan para informan sudah saling mengenal satu sama lain, sehingga
memudahkan peneliti mencari data-data yang diperlukan dalam penelitian.
2. Observasi
Observasi adalah aktivitas pengamatan secara langsung seorang peneliti ke lokasi
dan objek penelitian. Obsevasi peneliti dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara, peneliti terjun langsung kelapangan dan melakukan pendekatan kepada
terapis wanita yang ada di Kelurahan Susunan Baru. Selain melakukan
pendekatan kepada terapis wanita, peneliti juga akan terjun langsung ke tempat-
tempat kerja para wanita yang bekerja sebagai terapis pijat refleksi guna
melakukan pengamatan langsung dan mengumpulkan data-data yang diperlukan,
tempat kerja tersebut diantaranya adalah Relax SPA and Reflexology yang berada
di Plaza Lotus serta Ratoe Spa and Reflexology di Bandar Lampung.
37
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data-data pendukung seperti
foto saat melakukan wawancara dan gambaran tentang kondisi lapangan yang
diperlukan oleh peneliti untuk melengkapi data yang di butuhkan.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Iskandar (2008:221) analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara, catatan
lapangan, dan studi dokumentasi dengan cara mengotanisasikan data ke sintesis,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dalam tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan data, pengabstraksikan dan transformasi data kasar yang muncul
dari wawancara. Menurut Miles dan Huberman (1992:14) reduksi data merupakan
suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
rupa sehingga kesimpulan dapat ditarik dan diverifkasi. Reduksi data penting
dilakukan untuk mengurangi data yang tidak perlu dalam penelitian..
Data yang telah terkumpul selama proses pengumpulan data akan direduksi sesuai
dengan kebutuhan untuk menjawab rumusan masalah. Selanjutnya, peneliti akan
mengelompokan data sesuai dengan fokus penelitian yaitu data mengenai
38
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik para wanita yang bekerja sebagai terapis
pijat refleksi. Setelah reduksi data dirasa cukup, maka peneliti akan melanjutkan
ke tahap pengolahan data berikutnya yaitu tahap penyajian data (display).
2. Tahap Penyajian (display).
Menurut Iskandar (2008:223) dalam penyajian data, peneliti harus mampu
menyusun secara sistematis atau simultan sehingga data yang diperoleh dapat
menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti, untuk itu peneliti harus tidak
gegabah dalam mengambil kesimpulan.
Penyajian data merupakan hasil wawancara mendalam dengan 6 informan,
observasi ke lokasi penelitian serta dokumentasi yang sudah direduksi
sebelumnya. Dari keseluruhan data yang telah melewati tahap reduksi kemudian
disatukan, disusun dan diinterpretasikan untuk menjawab rumusan masalah.
3. Tahap Penarikan Kesimpulan
Iskandar (2008:223) mengemukakan pengambilan kesimpulan juga merupakan
analisis lanjutan dari reduksi data dan display data, sehingga data dapat
disimpulkan dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Pada tahap
ini data yang telah dihubungkan satu dengan yang lain sesuai dengan konfigurasi-
konfigurasi lalu ditarik kesimpulan.
Pada tahap ini, peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul
dari data. Setiap data yang menunjang komponen uraian diklarifikasi kembali
dengan informan. Apabila hasil klarifikasi memperkuat simpulan atas data yang
tidak valid, maka pengumpulan data siap dihentikan.
39
H. Teknik Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas
dan realibilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi
pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian menurut Sugiyono (2014) data yang valid adalah data yang tidak
berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya
terjadi pada objek penelitian.
Maka untuk membuktikan validitas data, uji keabsahan data pada penelitian ini
menggunakan metode triangulasi. Triangulasi menurut Sugiyono (2014) dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi
sumber, triangulasi teknik dan triangulasi waktu.
1. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber dapat dilakukan dengan cara mengecek data yang telah
diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji
kredibilitas data tentang motivasi intrinsik salah satu informan, maka
pengumpulan dan pengujian data yang diperoleh dilakukan dengan rekan
sesama terapis dan atasan terapis yaitu supervisor. Data dari sumber
tersebut lalu dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama,
yang berbeda dan mana spesifik dari sumber-sumber tersebut.
2. Triangulasi teknik
Cara ini dapat dilakukan dengan mengecek kepada sumber yang sama tapi
dengan teknik berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu
dicek dengan observasi, dokumentasi atau observasi partisipatif. Bila
40
dengan tiga teknik tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap
benar. peneliti menerapkan teknik ini melalui informan pendukung,
dengan cara informan pendukung akan melakukan wawancara atau
observasi partisipatif terhadap para informan utama
3. Triangulasi waktu
Waktu juga mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar,
belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel. Teknik ini peneliti lakukan saat mewawancarai Ibu Aprilia
di rumah dan tempat kerjanya.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Kelurahan Susunan Baru terletak di pinggiran kota Bandar Lampung dengan
kondisi geografis perbukitan. Susunan Baru masuk ke dalam Kecamatan Tanjung
Karang Barat Kota Bandar Lampung. Karena kondisi geografis yang dibelah oleh
suatu bukit, Kelurahan Susunan Baru terbagi menjadi dua wilayah lingkungan.
Lingkungan I terdiri dari 13 RT dan Lingkungan II terdiri dari lebih sedikit, yaitu
3 RT. Setiap Lingkungan dipimpin oleh Kepala Lingkungan yang bertanggung
jawab langsung terhadap Lurah. Selain itu, di Kelurahan Susunan Baru terdapat
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang juga aktif dalam pelaksanaan
pembangunan, lembaga lain yang sedang diberdayakan yaitu Karang Taruna,
diharapkan lembaga ini dapat menjalankan proyek strategis di bidang
kepemudaan. Setiap peran yang ada dijalankan penuh oleh masing-masing pihak
dengan tujuan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat setempat.
Dalam pelaksanaan pemerintahan di Kelurahan, Susunan Baru didukung oleh
pegawai dengan tugas masing-masing dan sesuai dengan kebutuhan. Struktur
kepengurusan sebagai berikut:
42
Tabel 2. Struktur pemerintahan Kelurahan Susunan Baru
No Nama Jabatan
1 Suherman Kepala kelurahan
2 Amat Buhori Sekertaris kelurahan
3 Sunarti Kasi pemerintahan dan pelayanan
4 Idenawati Kasi pembangunan dan pemberdayaan
Sumber: Monografi Kelurahan Susunan Baru
B. Keadaan Geografis
Secara geografis Kelurahan Susunan Baru terletak pada 178 meter diatas
permukaan laut, dengan topografi dataran tinggi dan suhu rata-rata 33 derajat
celcius, serta curah hujan 115 mm/tahun. Kelurahan Susunan Baru memiliki luas
pemukiman sekitar 89 ha dan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Gunung Agung
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Sukadanaham
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Gedong Air
4. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bilabong Jaya
Mayoritas lahan di Kelurahan Susunan Baru adalah pemukiman warga dan lahan
kosong bekas pertanian, karena masyarakat sendiri sudah banyak beralih
matapencahariannya. Ada beberapa wilayah yang dihibahkan oleh masyarakat
untuk kepentingan pembangunan fasilitas dan infrastruktur publik seperti Masjid
Ar-rahmah yang berornamen Adat Lampung dan SMK 9 Bandar Lampung
Beberapa Sarana dibangun untuk menunjang kegiatan dan perkembangan
masyarakat, seperti sarana peribadatan berupa empat masjid dan enam mushola.
Sarana pendidikan seperti PAUD terdapat empat, Taman Kanak-Kanak (TK) satu
buah, Sekolah Dasar (SD) negeri sebanyak dua buah, Sekolah Menengah pertama
(SMP) terdapat satu buah dan terdapat satu buah SMK dan satu SMA. Sarana
43
lainnya berupa sarana kesehatan seperti Puskemas serta Posyandu dan sarana
olahraga seperti GOR, lapangan Voli dan Bulu Tangkis.
C. Demografi
1. Keadaan Penduduk
Penduduk di Kelurahan Susunan Baru sampai tahun 2017, jumlah penduduk yang
tercatat adalah 3.890 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 1.966 jiwa
(50,5%) dan penduduk perempuan sebanyak 1.924 jiwa (49.5%), dengan jumlah
kepala keluarga sebanyak 1.040. Berikut data penduduk berdasarkan kelompok
usia:
Tabel 3. Data jumlah penduduk Kelurahan Susunan Baru berdasarkan kelompok
usia tahun 2017
No Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)
1 0 – 4 720 18,5
2 5 – 6 243 6.24
3 7 – 13 245 6,29
4 14 – 16 246 6,32
5 17 – 24 864 22,21
6 25 – 54 932 23,95
7 55 tahun keatas 670 17,22
Jumlah total 3.890 100
Sumber: Monografi Kelurahan Susunan Baru
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa komposisi jumlah penduduk
terbanyak menurut kelompok usia adalah usia 25 sampai 54 tahun yaitu 23,95%.
Sedangkan komposisi jumlah penduduk terendah menurut kelompok usia adalah
usia 5 sampai 6 tahun yaitu 6,24%. Pada tabel diatas juga dapat disimpulkan
bahwa banyak dari penduduk di Kelurahan Susunan Baru ialah usia produktif.
Secara keseluruhan penduduk Kelurahan Susunan Baru merupakan Warga Negara
Indonesia (WNI) .
44
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduk di Kelurahan Susunan Baru mempunyai matapencaharian yang
beragam seperti petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), industri rumah tangga,
pedagang, karyawan swasta, buruh dan lain sebagainya. Data penduduk
berdasarkan matapencaharian adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Matapencaharian tahun 2017
No Jenis Matapencaharian Jumlah Persentase (%)
1 Pegawai Negeri Sipil 180 7,34
2 TNI/POLRI 5 0,2
3 Wiraswasta 588 24
4 Buruh 998 40,75
5 Pertanian 259 10,57
6 Pensiunan 130 5,30
7 Lain-lain 289 11,80
Jumlah Total 2449 100
Sumber: Monografi Kelurahan Susunan Baru
Berdasarkan Tabel 4, datap diketahui bahwa penduduk di Kelurahan Susunan
Baru memiliki matapencaharian yang sangat beragam. Mata pencaharian
terbanyak penduduknya yaitu sebagai buruh dengan jumlah yang tercatat 998 jiwa
(40,75%) yang didalamnya termasuk para terapis pijat refleksi, dan yang terkecil
adalah TNI/POLRI sebanyak 0,2%. Sebagai daerah yang penduduknya
bermatapencaharian terbanyak adalah buruh, membuat Kelurahan Susunan Baru
memiliki bermacam-macam jenis buruh, seperti buruh bangunan dan buruh cuci,
buruh tani, terapis pijat dan lain sebagainya.
3. Keadaan Sosial dan Budaya
Penduduk di Kelurahan Susunan Baru sangat beragam jenis, mulai dari agama,
suku, budaya dan tingkat pendidikan. Mayoritas penduduknya adalah pemeluk
Agama Islam dan bersuku jawa. Sedangkan pemeluk agama minoritas di
45
Kelurahan Susunan Baru adalah Kristen, Khatolik, Budha dan Hindu. Budaya
jawa masih sangat dipertahankan di sini, contohnya seperti kegiatan menyambut
bulan Suro’ pada kalender jawa dan kesenian kuda kepang yang terus dijaga dan
dirawat kelestariannya oleh masyarakat setempat. Komposisi jumlah penduduk
berdasarkan agama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Jumlah Penduduk Kelurahan Susunan Baru Berdasarkan Agama yang
Dianut Tahun 2017
No Jenis Agama Jumlah Persentase (%)
1 Islam 3185 81,87
2 Kristen 149 3,83
3 Khatolik 293 7,53
4 Hindu 136 3,49
5 Budha 127 3,26
Jumlah Total 3890 100
Sumber: Monografi Kelurahan Susunan Baru
Pada Tabel 5, dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk adalah pemeluk Agama
Islam dengan persentase 81,87% sedangkan sisanya adalah pemeluk agama lain.
Di Kelurahan Susunan Baru, masyarakat hidup bersama diatas keanekaragaman
budaya dan agama serta terus menjunjung tinggi nilai toleransi antar sesama.
4. Tingkat Pendidikan
Data jumlah penduduk di Kelurahan Susunan Baru menurut tingkat pendidikan di
tahun 2017 adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2017
No Jenis Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 TK 247 6,87
2 SD 264 7,34
3 SMP/Sederajat 347 9,66
4 SMA/Sederajat 2154 59,96
5 Diploma/Sarjana dan diatasnya 580 16,14
Jumlah Total 3592 100
Sumber: Monografi Kelurahan Susunan Baru
46
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa penduduk di Kelurahan
Susunan Baru mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi, hal ini dapat
dilihat dari persentase penduduk yang memiliki tingkat pendidikan
SMA/Sederajat dan diploma/sarjana yaitu 59,96% dan 16,14%.
D. Gambaran Umum Wanita yang Bekerja sebagai Terapis Pijat Refleksi di
Kelurahan Susunan Baru
Di Kelurahan Susunan Baru, wanita yang saat ini bekerja menjadi terapis pijat
refleksi sebelumnya hanyalah buruh harian lepas dan juga ibu rumah tangga.
Umumnya pekerjaan para wanita yang sebelum menjadi terapis pijat refleksi ialah
ibu rumah tangga, asisten rumah tangga, buruh cuci, pedagang kaki lima dan lain-
lain. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan rumah tangga dan dorongan oleh
motif lain para wanita tersebut mulai memilih bekerja menjadi terapis pijat
refleksi. Selain karna faktor kesempatan kerja, para wanita yang memilih menjadi
terapis pijat refleksi adalah karna faktor pengaruh informasi-informasi dari para
wanita yang lebih dahulu bekerja menjadi terapis. Oleh sebab itu, fenomena
wanita yang beralih bekerja menjadi terapis pijat refleksi merupakan perubahan
sosial yang nyata pada masyarakat
Gambaran lain tentang wanita yang bekerja menjadi terapis pijat di Kelurahan
Susunan Baru adalah relasi sosialnya. Relasi sosial yang tinggi antara para terapis
menjadi sebuah modal sosial yang bermanfaat. Sebagian besar terapis yang
berasal dari Kelurahan Susunan Baru bekerja di tempat yang sama. Hal itu
menyebabkan proses sosialisasi antar individu tidak hanya terjadi di lingkungan
tempat tinggal saja tetapi berlanjut saat di tempat kerja. Sebagai contoh, peneliti
mengamati pola para terapis saat tersebut berangkat dan pulang bekerja. Terapis
47
yang mempunyai shift pagi akan berangkat ke tempat kerja secara bersamaan,
begitu juga saat pulang kerja. Contoh lain yaitu adanya tradisi makan bersama
saat istirahat kerja. Para terapis tersebut biasanya membuat sebuah kesepakatan
sebelumnya terkait menu makanan yang akan dimakan. Jika salah seorang terapis
ditugasi membawa nasi, maka yang lain akan membawa lauk pauk dan sayurnya.
Hal itu dilakukan agar variasi makanan bermacam-macam dan tradisi makan
bersama tersebut dapat meningkatkan rasa kekeluargaan diantara mereka.
Faktor relasi antara para terapis dan transisi dari ibu rumah tangga atau sekadar
buruh harian lepas menjadi terapis pijat refleksi merupakan hal yang diamati oleh
peneliti. Adanya fenomena tersebut membuat peneliti merasa perlu mengetahui
apa-apa saja yang memotivasi para wanita tersebut memilih menjadi terapis pijat
refleksi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan identifikasi dari hasil pembahasan yang telah dilakukan untuk
mencari informasi mengenai motivasi intinsik dan ekstrinsik wanita memilih
bekerja sebagai terapis pijat refleksi di Kelurahan Susunan Baru. Peneliti
menyajikan hasil penelitian sebagai suatu proses motivasi yang bermula dari
motivasi wanita untuk bekerja dan motivasi wanita memilih menjadi terapis pijat
refleksi. Beranjak dari rumusan masalah peneliti memfokusan penelitian ke dua
aspek yaitu, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik berasal
dari dalam diri seorang individu itu sendiri yang dipengaruhi oleh kebutuhan,
harapan dan minat, sedangkan motivasi ekstrinsik berasal dari luar diri individu
tersebut dan dipengaruhi oleh dorongan orang lain atau lingkungan, keluarga dan
imbalan.
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik wanita
adalah saat mereka memutuskan untuk bekerja, hal itu dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu kebutuhan dan harapan. Faktor kebutuhan terdiri dari kebutuhan ekonomi,
kebutuhan otonomi dan kebutuhan untuk berafiliasi. Sedangkan, motivasi wanita
memilih bekerja sebagai terapis pijat refleksi adalah motivasi ekstrinsik yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari pengaruh orang
69
lain, tetangga, teman serta keluarga. Pengaruh lingkungan menjadi faktor yang
paling menentukan wanita memilih pekerjaan ini.
Dari hasil analisis peneliti, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Motivasi
Wanita Memilih Bekerja Sebagai Terapis Pijat Refleksi di Kelurahan Susunan
Baru didominasi oleh motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi faktor lingkungan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dan kesimpulan yang telah
dikemukakan, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain:
1. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang
pentingnya motivasi dalam mendorong langkah khususnya bagi wanita
yang hanya menjadi ibu rumah tangga dan mempunyai keingan untuk
bekerja. Motivasi dan usaha yang keras diharapkan mampu memberikan
hasil atas perubahan yang diinginkan.
2. Saran bagi pemerintah dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap
bahwa sektor ini khususnya terapi pijat refleksi mendapat perhatian khusus
dan dapat menjadi prioritas pengelolaan dan pemahaman yang baik agar
nantinya sektor usaha yang dipandang sebelah mata ini dapat terangkat
dan menjadikan masyarakat lebih termotivasi dalam ikut andil dalam
kemajuan sektor ini.
3. Bagi para wanita yang bekerja sebagai terapis pijat refleksi diharapkan
dengan adanya penelitian ini dapat lebih termotivasi untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas dalam hal pelayanan demi kemajuan sektor ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Press.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamzah, B Uno. 2011. Teori motivasi dan pengukurannya. Jakarta: PT Bumi
aksara.
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan
Kualitatif). Jakarta: GP Press.
Mahendra, B. dan Ruhito, F. 2009. Pijat Kaki untuk Kesehatan. Depok: Penebar
Plus.
Mathis, L Robert. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Buku
Kedua.
Miles, B Mathew dan Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Moelong, L. J. 2010. Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Murniati, A Nunuk P. 2004. Getar Gender. Magelang: Indonesia Tera.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media Group.
Notopuro, Hardjito. 1979. Peranan Wanita Dalam Masa Pembangunan
Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugroho, Riant. 2011. Gender dan Strategi Pengarus-Utamaannya di Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ollenburger, Jane C. dan Helen, A Moore. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta:
Rineka Cipta.
Purwanto, Ngalim. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sardiman. 2005. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sumantri, Numan. 2001. Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Taufik, M. 2007. Prinsip-prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan
Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Infomedika.
Wahyuni, Shanty. 2014. Pijat Refleksi Untuk Kesehatan. Jakarta: Dunia Sehat.
Jurnal:
Darpujiyanto. 2010. Pembelajaran Yang Menumbuhkan Minat Mahasiswa
Berwirausaha. Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi Asia. Di unduh pada
tanggal 18 Mei 2019.
Lee, J. 1996. The motivation of women entrepreneurs in Singapore. Women in
Management Review. 11. pp 18 – 29.
Murtiana dan Hidayah. 2017. Kompleksitas Peran Wanita Pada Keluarga Dengan
Pola Karir Ganda. Jurnal Online. Diunduh pada tanggal 06 Maret 2019.
Rohmaniar dan Krisnani. 2018. Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Mobilitas Sosial Yang Dilakukan Petugas K3L Universitas
Padjajaran. Jurnal Pekerjaan Sosial. 1(2): hlm44-53.
Simbolon, Hermanto. 2013. Motivasi Wanita Menjadi Pekerja Satuan
Pengamanan (Satpam) di Rumah Sakit Santa Maria Kota Pekanbaru.
Jurnal Online. Diunduh pada tanggal 04 Oktober 2018.
Dokumen Resmi:
Badan Pusat Statistik. 2015. Direktori Perusahaan/Usaha SPA. Jakarta: Dharma
Putra.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
Peta Monografi Kelurahan Susunan Baru. 2017. Bandar Lampung.