M.osteoporosis

download M.osteoporosis

of 16

Transcript of M.osteoporosis

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    1/16

    MAKALAH

    MEDICAL SURGICAL NURSING

    ENDOCRINE

    OSTEOPOROSIS

    Disusun Oleh :

    KELOMPOK 4

    1. FARIZ ADITYA .P. ( 0901.14201.003)2. INDAH KURNIA .S.N.( 0901.14201.004)3. MIRAWAN ADI .S. ( 0901.14201.013)4. RISTI AYU SAPUTRI ( 0901.14201.011)

    PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

    WIDYAGAMA HUSADA MALANG

    2011

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    2/16

    KATA PENGANTAR

    Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, karena dengan

    segala keagungan-Nya yang telah melimpahkan begitu banyak kenikmatan

    sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

    Osteoporosis .

    Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada:

    1. Dra. Laily Amie, MMRS, selaku Direktur STIKES Widyagama HusadaMalang.

    2. Hevi Mulia Putri, S.Kep, Ners selaku pembimbing.3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril.4. Teman teman kelompok 4 yang telah membantu dalam proses pembuatanmakalah ini sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini

    masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang sangat

    bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

    Malang, 14 Mei 2011

    Penulis

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    3/16

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

    DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 11.3 Tujuan ................................................................................................................. 2BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Osteoporosis .......................................................................................... 32.2 Etiologi Osteoporosis .......................................................................................... 42.3 Patofisiologi Osteoporosis................................................................................... 52.4 Manifestasi klinis ................................................................................................ 52.5 Pemeriksaan diagnostik dan penunjang .............................................................. 72.6 Penatalaksanaan .................................................................................................. 8BAB III : TINJAUAN KASUS

    Asuhan keperawatan pada klien dengan GERD ......................................................... 13

    BAB IV : PENUTUP

    4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 17

    4.2 Saran ..................................................................................................................... 17

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    4/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar BelakangSecara harfiah, kata osteo berarti berlubang. Istilah populernya adalah

    tulang keropos. Zat kapur, kalk atau kalsium adalah mineral terbanyak dalam

    tubuh, kurang lebih 98% kalsium dalam tubuh terdapat dalam tullang.

    Penempatan kalsium ke dalam jaringan tulang disebut demineralisasi. Proses

    mineralisasi dan demineralisasi berlangsung seumur hidup. Osteoporosis terjadi

    jika proses demineralisasi melebihi mineralisasi. Pencegahan dan pengobatan

    osteoporosis ditujukan untuk menyaimbangkan proses demineralisasi.

    Kelompok kerja World Health Organisation (WHO) dan consensus ahli

    mendefinisikan osteoporosis menjadi penyakit yang ditandai dengan rendahnya

    massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, yang

    menyebabakan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur.

    Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah

    terjadi fraktur (tief in the night).

    Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik, dan fraktur osteoporosis

    dapat terjadi pada setiap tempat. Meskipun fraktur yang berhubungan dengan

    kelainan ini meliputi torak dan tulang belakang (lumbal), radius distal dan femur

    proksimal, definisi tersebut tidak berarti bahwa semua fraktur pada tempat yang

    berhubungan dengan osteoporosis disebabkan oleh kelainan ini.interaksi antara

    geometri tulang dan dinamika terjatuh atau kacelakaan (trauma), keadaan

    lingkungan sekitar, juga merupakan factor penting yang menyebabkan fraktue. Ini

    semua dpat berdiri sendiri atau berhubungan dengan rendahnya densitas tulang.

    Dengan demikian, penyakit osteoporosis adalah berkuramgnya kepadatan

    tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah, tulang

    terdiri dari aklsium kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan

    padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, mak

    tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis.

    Meskipun kalsium diluar tulang ahnya kurang lebih 2%dari kalsium

    dalam tubuh, perannya sangat vital, terutama untuk kegiatan enzim, hormone,

    saraf, otot, dan pembekuan darah. Kalsium yang beredar dalam darah menjadi

    patokan keseimbangan kalsium diseluruh tubuh. Keseimbangan dan kestabilan

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    5/16

    kadar kalsium darah terutama ditentukan oleh hormone paratiroid. Kalau kadar

    kalsium dalam darah normal, maka proses mineralisasi berlangsung seimbang.

    Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai

    dengan rendahnya massa tulang yang disertai mikro arsitektur tulang dan

    penurunan kwalitas jaringan tulang yang dapat menimbulakn kerapuhan tulang.

    Keadaan ini berisiko tinggi, karena tulang menjadi rapuh dan mudah ratak,

    bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari jika osteoporosis merupakan

    pembunuh tersembunyi. Penyakit ini hamper tidak menimbulkan gejala yang

    jelas. Sering kali, osteoporosis justru diketahui ketika sudah parah.

    1.2.Rumusan MasalahBagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan osteoporosis yang meliputi:

    1. Apakah yang dimaksud dengan osteoporosis?2. Apakah etiologi yang dapat menimbulkan osteoporosis?3. Bagaimana klasifikasi osteoporosis?4. Bagaimanakan manifestasi klinis dari osteoporosis?5. Bagaimanakah patofisiologi osteoporosis?6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostik osteoporosis?

    1.3.Tujuan Penulisan

    1.3.1. Tujuan umumAgar mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan asuhan

    keperawatan pada klien dengan diagnosa carsynoma of oral cavity secara

    tepat.

    1.3.2. Tujuan KhususMahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang:

    a. Definisi osteoporosis.b. Etiologi osteoporosis.c. Klasifikasi osteoporosis.d. Manifestasi klinis osteoporosis.e. Patofisiologi osteoporosis.f. Pemeriksaan diagnostik osteoporosis.

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    6/16

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 DefinisiOsteoporosis adalah suatu keadaan dimana terdapat pengurangan

    jaringan tulang per unit volume,sehingga tidak mampu melindungi atau

    mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal.pengurangan massa

    tulang tersebut tidak disertai dengan adanya perubahan perbandingan antara

    substansi mineral dan organic tulang. Secara histopatologis osteoporosis

    ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya

    jumlah maupun ukuran trabekula tulang ( Noer, Prof.dr. H.M Sjafoellah,1996,

    Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM Jilid I, Jakarta : Balai Penerbit FKUI ).

    Osteoporosis adalah kondisi dimana terjadi peningkatan porositas dari

    tulang. Atau dengan kata lain adalah sugresif dari masa tulang, sehingga

    memudahkan terjadinya patah tulang (Albright JA, 1979).

    2.2 EtiologiAda 2 penyebab utama osteoporosis yaitu:

    A. Pembentukan massa tulang yang kurang baik:selama masa pertumbuhan dan meningkatnya pengurangan masaa tulang

    setelah menopuse. Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai

    puncak sampai usia 40 tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun.

    Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah beristirahat dan akan

    selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan mineralnya

    sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang

    dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang

    dan disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi

    tulang sebanding dengan aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12

    minggu pada orang muda dan 16-20 minggu pada usia menengah atau lanjut.

    Remodelling rate adalah 2-10% masa skelet per tahun. Proses remodelling

    ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang menyebabkan

    terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation-Resorption-

    Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang

    berasal dari tulang yang merangsang preosteoblas supaya membelah menjadi

    osteoblas akibat adanya aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    7/16

    mempengaruhi proses remodelling adalah faktor hormonal. Proses

    remodelling akan ditingkatkan oleh hormon akan ditingkatkan oleh hormon

    paratiroid, hormon pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang

    menghambat proses remodelling adalah kalsitonin, estrogen dan

    glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling tulang inilah

    yang menyebabkan osteoporosis.

    B. Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat :Gangguan metabolisme dan fosfat dapat terjadi karena kurangnya asupan

    kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja dewasa

    muda 1200 mg, dewasa 800 mg, wanita pasca menopause 1000-1500 mg,

    sedangkan pada lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia

    dibutuhkan 300-500 mg. Oleh karena pada lansia asupan kalsium kurang dan

    ekspresi kalsium lebih yang lebih cepat dari ginjal ke urin, menyebabkan

    lemahnya penyerapan kalsium.

    C. Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktorgenetik dan faktor lingkungan.

    1. Faktor genetik meliputi :a) Usiab) Jenis kelaminc) Ras keluargad) Bentuk tubuhe) Tidak pernah melahirkan.

    2. Faktor Lingkungana) Merokokb) Alkoholc) Kopid) Defisiensi vitamin dan gizie) Gaya hidupf) Mobilitasg) Anoreksia nervosah) Pemakaian obat-obatan

    2.3 KlasifikasiA. Osteoporosis Primer

    1) Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause.

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    8/16

    2) Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupunwanita.

    B. Osteoporosis SekunderOsteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit

    tulang erosif misalnya : mieloma multiple, hipertiroidisme,

    hiperparatiroidisme dan akibat obat-obatan yang toksik untuk tulang

    (misalnya: glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3

    juta klien.

    C. Osteoporosis Idiopatik1) Osteoporosis yang tidak diketahui2) Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan

    pada :

    Usia kanak-kanak (juvenile)

    - Usia remaja (adolesen)

    - Wanita pra-menopause

    - Pria usia pertengahan

    2.4 Manifestasi Klinisa) Nyeri tulang akutb) Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau tanpa

    fraktur yang nyata dan nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata

    dan nyeri timbul mendadak.

    c) Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur.d) Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan

    aktivitas.

    e) Deformitas tulang.f) Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis

    angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi

    paraparesis.

    g) Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanyadatang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause

    sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya

    datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung

    akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak

    h) pada pergelangan tangan setelah jatuh

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    9/16

    i) Kecenderungan penurunan tinggi badanj) Postur tubuh kelihatan memendek.

    2.5 Pemeriksaan Diagnostika) Pemeriksaan laboratorium.

    Misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali, ekskresi

    kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, LED)

    b) Pemeriksaan x-rayc) Pemeriksaan absorpsiometrid) Pemeriksaan Computer Tomografi (CT).

    Dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang

    mempunyai nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi.

    Vertebral mineral di atas 110 mg/cm3 biasanya tidak menimbulkan

    fraktur vertebrae atau penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3

    hampir semua penderita mengalami fraktur.

    e) Pemeriksaan biopsi.

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    10/16

    2.6 Patofisiologi

    Penurunan masa total tulang atau

    Osteoporosis

    Penyerapan tulang lebih banyak dari

    pada pembentukan tulang baru

    Tidak tercapainya masa tulang yang

    maksimal dengan resobsi tulang menjadi

    lebih cepat.

    Peningkatan pengeluaran Ca

    bersama Urin

    Melemahnya daya serap terhadap Ca

    dari darah ke tulang

    Interaksi yang menahun

    Faktor genetik:

    1. Usia2. Jenis kelamin3. Ras tubuh4. Bentuk tubuh5. Tidakpernah melahirkan

    Faktor lingkungan:

    1. Merokok2. Alkohol3. Kopi4. Defisiensi vitamin dan gizi5. Gaya hidup6. Mobilitas7. Anorexia nervosa8. Pemakaian obat-obatan

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    11/16

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN pada PASIEN dengan DIAGNOSA

    OSTEOPOROSIS

    3.1. Pengkajian

    a. Biodata klien meliputi nama klien,jenis kelamin,umur,ras,status,alamat.b. keluhan utama mengarahkan ke diagnosis, misalnya fraktur kolum femoris

    pada osteoporosis.

    c. Riwayat Kesehatan Lalustatus haid,fraktur pada trauma minimal. Penyakit lain yang harus ditanyakan

    juga berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna,

    hati, endokrine, dan isufisiensi pankreas.

    Riwayat haid, umur menarche dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi

    juga diperhatikan.

    d. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan karena adabeberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.

    e. Riwayat pengobatan saat sakitObat-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan, seperti

    kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasida yang mengandung

    alumunium, sodium florida, dan bifosfonat etidronat.

    f. Mobilitas : imobilitas lamag. Nutrisi

    Penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari,

    asupan kalsium, fosfor, dan vitamin D, latihan teratur dan bersifat weight

    bearing.

    alkohol dan merokok juga merupakan faktor resiko terjadinya osteoporosis.

    h. Pengkajian PsikososialGambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita post menopause

    dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya

    multiple fraktur karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri penderita

    terutama body image khususnya kepada penderita kiposis berat. Klien

    mungkin membatasi interaksi sosial sebab adanya perubahan tampak atau

    keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain. Perubahan

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    12/16

    seksual bisa terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi

    intercoitus. Osteoporosis bisa menyebabkanfraktur berulang maka perlu dikaji

    perasaan cemas dan takut bagi penderita.

    i. Pola Aktivitas Sehari-hari.Pola aktivitas dan latihan biasanya behubungan dengan olahraga. Pengisian

    waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toliet. Olah raga

    dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik.

    Selain itu mempertahankan tonus otot dan gerakn sendi. Untuk usia lanjut

    perlu aktivitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas

    tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskuloskeletal.

    Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak

    persendian adalah agifity (kemampuan gerak cepat dan lancar menurun),

    stamina menurun, koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan

    memanipulasi keterampilan motorik halus menurun).

    j. Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan.

    Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan

    pada fungsional paru.

    Sistem Kardiovaskuler. Sistem persyarafan.

    Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari

    dan halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur

    kompresi vertebral.

    Sistem Perkemihan Sistem Pencernaan

    Pembatasan pegerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan

    konstipasi, abdominal disatance.

    Sistem Muskuloskeletal.Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan

    osteoporosis sering menunjukkan kiposis atau gibbus (dowagers hump)

    dan penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan gaya

    berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal. Lokasi

    fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis.

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    13/16

    3.2. Diagnosa Keperawatan

    1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan

    2. Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan prosos osteoklas

    3. Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan

    skletal dan ketidakseimbangan intake nutrisi.

    3.3. Rencana Intervensi

    1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari

    fraktur vertebrae.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan nyeri

    klien berkurang.

    Kriteria Hasil :

    Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya. Klien dapt tenang dan istirahat yang cukup. Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganan secara sederhana.

    Rencana Intervensi :

    a. Pantau tingkat nyeri pada punggung, terlokalisisr atau nyeri menyebar padaabdomen atau pingang.

    Rasional : Tulang dalam peningkatan jumlah trabekuler, pembatasan gerak

    spinal.

    b. Ajarkan pada klien tentang alternatif lain untuk mengatasi dan mengurangirasa nyerinya.

    Rasional : Alternatif lain mengatasi nyeri yaitu pengaturan posisi, kompres

    hangat dan sebagainya.

    c. Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri.Rasional : Keyakinan klien tidak dapat mentolelir akan obat yang adekuat

    atau tidak adekuat untuk mengatasi nyerinya.

    d. Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adekuat dengan berbaringdengan posisi terlentang selama kurang lebih 15 menit.

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    14/16

    Rasional : Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas

    sehari-hari.

    1. Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadapperubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frakatur baru.

    Tujuan :

    Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jamdiharapkan klien

    mampu melakukan mobilitas fisik secara mandiri.

    Kriteria Hasil :

    Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik. Klien mampu melakukan ADL secara independent.

    Rencana Intervensi :

    a. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.Rasional : Dasar untuk memberikan alternatif dan latihan gerak yang

    sesuai dengan kemampuannya.

    b. Rencanakan tentang pemberian program latihan : Bantu klien jikadiperlukan latihan.

    Rasional : Latihan akan meningkatkan pergrakan otot dan stimulasi

    sirkulasi darah.

    c. Ajarkan klien ADL yang bisa dikerjakan dan ajarkan pentingnya latihan.ADL secara independent.

    Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan ADL, rencanaokupasi

    Peningkatan latihan fisik secara adequat :Dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalan

    Instruksikan klien latihan selama kurang lebi 30 menit dan selingi

    dengan isitirahat dengan berbaring selam 15 menit

    Rasional : Program latihan merangsang pembentukan tulang

    d. Hindari latihan fleksi, membungkuk dengan tiba-tiba danmengangkatbeban berat.

    Rasional : Gerakan menibulkan kompresi vertikal dan risiko fraktur

    vertebrae.

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    15/16

    2. Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahanskletal dan ketidakseimbangan tubuh.

    Tujuan : Mengurangi resiko injuri

    Kriteria Hasil :

    Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi. Klien tidak menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur.

    Rencana Intervensi :

    a. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya : Tempatkan klien pada tempat tidur rendah. Amati lantai yang membahayakan klien. Berikan penerangan yang cukup. Tempatkan klien pada ruangan yang tertutup dan mudah untuk di

    observasi.

    Ajarkan klien tentang pentingnya menggunakan alat pengaman diruangan.

    Rasioal : Menciptkan lingkungan yang aman danmengurangi resiko

    terjadinya kecelakaan.

    b. Berikan support ambulansi sesuai dengan kebutuhan : Kaji kebutuhan untuk berjalan. Konsultasi dengan ahli terapis. Ajarkan klien untuk meminta bantuan bila diperlukan. Ajarkan klien waktu berjalan.Rasional : Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan

    mudah jatuh.

    c. Bantu klien untuk melakukan ADL secara hati-hati.Rasional : Penarikan yang terlaluk keras akanmenyebakan terjadinya

    fraktur.

    d. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara pelan-pelan, tidak naik tanggadan mengangkat beban berat.

    Rasional : Pergerakan yang cepat akan lebih mudah terjadinya fraktur

    kompresi vertebrae pada klien dengan osteoporosis.

    e. Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis :

  • 8/2/2019 M.osteoporosis

    16/16

    Rujuk klien pada ahli gizi. Ajarkan klien diet yang mengandung banyak kalsium.Rasional : Diet kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kalsium

    dalam serum, mencegah bertambahnya kehilangan kalsium dalam tulang.f. Ajarkan klien untuk mengurangi atau berhenti menggunakan rokok atau

    kopi.

    Rasional : Kelebihan kafein akan meningkatkan kehilangan kalsium

    dalam urine. Alkohol akan meningkatkan asioddosis yang meningkatkan

    resorpsi tulang. Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis.

    g. Observfasi efek samping dari obat-obatan yang digunakan.Rasional : Obat-obatan seperti deuritik, phenotiazin dapat menyebabkan

    dizzines, drowsiness dan weaknes yang merupakan predisposisi klien

    untuk jatuh.