Morfografi

6
Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk (morfometri) dan material penyusun. 3.1 Morfografi Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng. 3.1.1 Bentuklahan dataran Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato. Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari : - Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms) - Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms) - Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms) - Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms) - Bentuklahan dataran pantai (beach) Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari : - Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms) - Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms) - Bentuklahan undak sungai (teracce landforms) Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari : - Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta) - Bentuklahan delta membulat (lobate delta0 - Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta) - Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0 Bentuklahan plato. Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin dan fluvial adalah : a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang

description

k,yhfmhf mbf dncm

Transcript of Morfografi

Page 1: Morfografi

Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu kepada sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk (morfografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk (morfometri) dan material penyusun. 3.1 Morfografi Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng. 3.1.1 Bentuklahan dataran Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato. Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms) - Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial coastal plain landforms) - Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms) - Bentuklahan lembah gisik (beach swale landforms) - Bentuklahan dataran pantai (beach) Bentuklahan asal fluvial (fluvial landforms origin) terdiri dari :

- Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms) - Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms) - Bentuklahan undak sungai (teracce landforms) Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari :

- Bentuklahan delta kaki burung (birdfoot delta) - Bentuklahan delta membulat (lobate delta0 - Bentuklahan delta memanjang (cuspate delta) - Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0 Bentuklahan plato.

Aspek - aspek geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin dan fluvial adalah : a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang

Page 2: Morfografi

yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka karena lebih banyak dipengaruhi oleh hempasan ombak, bercampur dengan lempung dan lanau. b. Dataran fluvial : disusun oleh material berbutir halus seperti lem - pung dan lanau sampai bongkah - bongkah. Mate- rial penyusun dataran fluvial biasa disebut endap - an aluvium dan jika telah termampatkan disebut konglomerat. c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de - ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara. d. Dataran plato : disusun oleh material - material gunungapi, sepert breksi dan tuf. 3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural. Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %, biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi atau akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya (di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Selatan (di Jawa Barat). Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan perbukitan dan pegunungan tersebut antara lain : a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan. b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material - material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan erupsi gunungapai. c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk perbukitan yang berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba menghilang), terdapat gua - gua dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan karst mencerminkan jejak lingkungan laut dangkal (25 meter sampai 50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan perbukitan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan (tektonik). d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas bentuklahan perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak

Page 3: Morfografi

sebagai batas pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari sesar geser. e. Bentuklahan pegunungan terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan Tampomas terdapat rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di Utara Tanjungsari, kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian pegunungan yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegunungan yang diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Barat yang membentang dari Barat di Teluk Palabuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran (Ciamis). 3.1.3 Bentuklahan gunungapi (vulkanik) Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %), dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra). Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan magma yang mendorong dari perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus) dalam kurun waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta. 3.1.4 Lembah Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu membawa muatan sedimen hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk di endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi : - Jenis lembah U tumpul - Jenis lembah U tajam - Jenis lembah V tumpul - Jenis lembah V tajam. Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah yang relatif datar, erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi sungai. Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan lereng landai, erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan (akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng lembah.

Page 4: Morfografi

Jenis lembah V tumpul terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) berlangsung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan dan / atau struktur pada salah satu sisi lembah. Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki lereng curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat kuat karena dipe - ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat berpengaruh terhadap pembentukkan jenis lembah V tajam. BENTUK SIMETRIS

BENTUK TAK SIMETRIS

ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA LEKUKAN DALAM

TERBUKA/ LEBAR MENYEMPIT / CURAM

MENYEMPIT / CURAM TERBUKA / LEBAR