Morbus Hansen
-
Upload
ikbalnur03 -
Category
Documents
-
view
63 -
download
0
description
Transcript of Morbus Hansen
LEPRA/ KUSTA/MORBUS HANSEN
LEPRA / KUSTA
• Penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya
ialah Mycobacterium leprae yang bersifat
intraselular obligat
• Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan
mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian
dapat ke organ lain kecuali susunan saraf pusat
Etiologi
• Mycobacterium leprae• M.leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8 μm
x 0,5 μm, tahan asam dan alkohol serta Gram (+)
Klasifikasi
Keterangan :TT Tuberkuloid polar ( stabil )BT Borderline tuberkuloidBB Mid BorderlineBL Borderline lepromatousLL Lepromatosa polar ( stabil )PB TT & BT MB BB, BL, LL
Kontak
Infeksi
SembuhSubklinis
BB
Determinate
Indeterminate (I)
LLLiBLI BTTiTT
95%
70%
Non-infeksi
30%
Klasifikasi
Klasifikasi ZONA SPEKTRUM KUSTA
Ridley & Jopling
TT BT BB BL LL
Madrid Tuberkuloid Borderline Lepromatosa
WHO Pausibasiler(PB)
Multibasiler(MB)
Puskesmas PB MB
Keterangan :TT Tuberkuloid polar ( stabil )BT Borderline tuberkuloidBB Mid BorderlineBL Borderline lepromatousLL Lepromatosa polar ( stabil )PB TT & BT MB BB, BL, LL
Sifat LEPROMATOSA (Lll)
BORDERLINE LEPROMATOSA (BL)
MID BORDERLINE (BB)
Lesi
Bentuk MakulaInfiltrat difus
PapulNodus
MakulaPlakatPapul
PlakatDome-shaped (kubah)
Punched-out
Jumlah Tidak terhitung, praktis tidak ada
kulit sehat
Sukar dihitung, masih ada kulit sehat
Dapat dihitung, kulit sehat jelas ada*
Distribusi Simetris * Hampir simetris Asimetris *
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar ,agak berkilat*
Batas Tidak jelas* Agak jelas Agak jelas
anestesia Biasanya tidak jelas
Tak jelas Lebih jelas
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus)
Banyak Agak banyak
Sekret hidung
Banyak (ada globus)
Biasanya negatif Negatif
Tes lepromin Negatif Negatif Biasanya negatif
GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA MULTIBASILAR (MB)
Sifat TUBERKULOID(TT)
BORDERLINE TUBERKULOID
(BT)
INDETERMINATE(I)
Lesi
Bentuk Makula sajaDibatasi infiltrat
Makula dibatasi infiltratInfiltrat saja
Hanya infiltrat*
Jumlah Satu, dapat beberapa
Beberapa atau satu dengan satelit*
Satu atau beberapa
Distribusi Asimetris Masih simetris Variasi*
Permukaan Kering bersisik Kering bersisik Halus,agak berkilat*
Batas Jelas Jelas Dapat jelas atau tidak jelas*
anestesia Jelas Jelas Tak ada sampai tidak jelas*
BTA
Lesi kulit Hampir selalu negatif
Negatif atau hanya 1+ Biasanya negatif
Tes lepromin Positif kuat (3+) Positif lemah Dapat positif lemah atau negatif
GAMBARAN KLINIS, BAKTERIOLOGIK DAN IMUNOLOGIK KUSTA PAUSIBASILAR (PB)
Diagnosis
BAGAN DIAGNOSIS KLINIS MENURUT WHO (1995)
PB MB
Lesi kulit(makula datar, papul yang meninggi. Nodus )
1-5 lesiHipopigmentasi/eritemaDistribusi tidak simetrisHilangnya sensasi yang jelas
>5 lesiDistribusi lebih simetrisHilangnya sensasi kurang jelas
Kerusakan saraf(menyebabkan hilangnya sensasi/kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang terkena
Hanya satu cabang saraf Banyak cabang saraf
Adapula yang disebut kusta tipe neural
murni, dengan tanda :
- Tidak ada dan tidak pernah ada lesi kulit
- Ada satu atau lebih pembesaran saraf
- Ada anestesia dan atau paralisis, serta atrofi otot
pada daerah yang dipersarafinya
- Bakterioskopik (-)
- Tes Mitsuda umumnya (+)
– Untuk tipe biasa Tuberkuloid, Borderline atau
nonspesifik histopatologik
GEJALA – GEJALA KERUSAKAN SARAF
N. ulnaris -Anestesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis-Clawing kelingking dan jari manis-Atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial
N. medianus -anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk & jari tengah-Tidak mampu aduksi ibu jari-Clawing ibu jari, telunjuk & jari tengah-Ibu jari kontraktur-Atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
N. radialis -anestesia dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk-Tangan gantung (wrist drop)-tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
N.Poplitea lateralis
-anestesia tungkai bawah, bagian lateral dan dorsum pedis-kaki gantung (foot drop)-kelemahan otot peroneus
N. Tibialis posterior
-anestesia telapak kaki-claw toes-paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
N. Fasialis -cabang temporal dan zigomatik menyebabkan lagoftalmus-cabang bukal, mandibular dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi wajah dan kegagalan mengatupkan bibir
N. trigeminus
-anestesia kulit wajah, kornea dan konjungtiva mata
Penunjang diagnosis
1. Pemeriksaan bakterioskopik
- Sediaan dibuat dari kerokan jaringan kulit atau usapan dan
kerokan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan
terhadap BTA (ZIEHL-NEELSEN)
- Bakterioskopik (-) pada seorang penderita bukan berarti
orang tersebut tidak mengandung basil M.leprae
Penunjang diagnosis
2. Pemeriksaan histopatologik
- Makrofrag dalam jaringan yang berasal monosit didalam
darah ada yang mempunyai nama khusus, antara lain sel
Kupffer (hati), sel alveolar (paru), sel glia (otak), dan
histiosit (kulit)
- Makrofag fagositosis
- SIS(sistem imunitas seluler) tinggi makrofag mampu
memfagositosis Kuman (M.Leprae) yg masuk
- SIS rendah histiosit ≠ menghancurkan M.leprae
dijadikan tempat berkembang biak sel virchow / sel
lepra / sel busa alat pengangkut penyebar luasan
Penunjang diagnosis
3. Pemeriksaan serologik- didasarkan atas terbentuknya antibodi pada tubuh seseorang yang
terinfeksi oleh M.leprae
- Antibodi spesifik terhadap M.leprae, antibodi antiphenolic
glycolipid-1 (PGL-1) dan antibodi antiprotein 16 kD serta 35 kD,
- antibodi yang non spesifik antibodi anti-lipoarabinomanan (LAM)
yang juga dihasilkan oleh M. tuberculosis
- Kegunaan tes serologik membantu diagnosis kusta yang
meragukan, karena tanda klinis dan bakteriologik tidak jelas
- Contoh :
- Uji MLPA ( Mycobacterium Leprae Particle Aglutination )
- Uji ELISA ( Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay )
- ML dipstick ( Mycobacterium Leprae dipstick )
Reaksi kusta
• Reaksi kusta adalah interupsi dengan episode akut
pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat
kronik
• Reaksi imun dapat menguntungkan, tetapi dapat
pula merugikan yang disebut reaksi imunologik, dan
reaksi kusta ini tergolong didalamnya. Dalam
klasifikasi yang bermacam-macam itu, tampaknya
yang paling banyak dianut adalah
– E.N.L (eritma nodusum leprosum) dan
– Reaksi reversal atau reaksi upgrading
E.N.L timbul pada tipe lepromatosa polar dan dapat juga pada
BL semakin tinggi tingkat multibasilarnya makin besar
kemungkinan timbulnya E.N.L
E.N.L respon imun humoral fenomena kompleks imun akibat
reaksi antara antigen M.leprae + antibodi (IgM, IgG) +
komplemen kompleks imun
Kadar Ig penderita kusta lepromatosa > tinggi daripada kusta
tuberkuloid karena tipe lepromatosa jumlah basil > tipe
tuberkuloid
Karena pada pengobatan banyak basil lepra yang mati dan
hancur >>antigen yang dilepaskan + antibodi + aktifkan
sistem komplemen kompleks imun beredar dalam sirkulasi
darah yang dapat melibatkan berbagai organ
Pada E.N.L ≠ terjadi perubahan tipe yang berbeda dengan reaksi
reversal yang hanya dapat terjadi pada tipe Borderline reaksi
Borderline
reaksi reversal yang memegang peranan utama SIS, faktor
pencetusnya belum diketahui pasti, diperkirakan ada hubungannya
dengan hipersensitivitas tipe lambat
Gejala klinis reaksi reversal umumnya sebagian atau seluruh lesi
yang telah ada bertambah aktif dan atau dapat timbul lesi baru
dalam waktu yang relatif singkat lesi hipopigmentasi eritema, lesi
makula infiltrat lesi lama menjadi bertambah luas
Kalau diperhatikan kembali reaksi E.N.L dan reversal secara klinis,
E.N.L dengan lesi eritema nodosum, sedangkan reversal tanpa nodus
reaksi lepra nodular ( E.N.L) , reaksi lepra non nodular ( reversal)
Pengobatan
• Obat antikusta yang paling banyak digunakan saat ini DDS (diaminodifenil sulfon), kemudian klofazimin dan rifampisin
• DDS– Resistensi terhadap DDS dapat primer/sekunder, sekunder karena :
• Monoterapi DDS• Dosis terlalu rendah• Minum obat tidak teratur• Pengobatan terlalu lama, setelah 4-24 thn
– Sedangkan primer karena orang ditulari M.leprae yang telah resisten dan manifestasinya dapat dalam berbagai tipe yang tergantung pada SIS penderita
– Efek samping :• Nyeri kepala• Erupsi obat• Anemia hemolitik• Leukopenia• Insomnia• Neuropatia perifer• dll
Pengobatan Rifampisin
Obat yang menjadi salah satu kombinasi DDS dengan dosis 10mg/KgBB
Rifampisin tidak boleh diberikan sebagai monoterapi memperbesar kemungkinan terjadi resistensi
Efek samping : Hepatotoksik Nefrotoksik Gejalah GI Flu-like syndrome Erupsi kulit
Klofazimin Juga bersifat antiinflamasi sehingga dapat dipakai pada
penanggulangan E.N.L dengan dosis tinggi Efek samping :
Warna kecoklatan pada kulit Warna kekuningan pada sklera Gangguan GI nyeri abdomen, nausea, diare, anoreksia dan vomitus
(pada dosis tinggi)
Pengobatan
• Juga dapat diberikan :
– Protionamid (di indonesia obat ini jarang dipakai karena
sukar ditemukan)
– Ofloksasin (turunan fluorokuinolon yang paling aktif pada
M.leprae in vitro )
– Minosiklin (efek bakterisidal > daripada klaritromisin, <
daripada rifampisin)
– Klaritromisin (merupakan kelompok antibiotik makrolid dan
mempunyai aktifitas bakterisidal terhadap M.leprae)
Diagnosis Banding
• Dermatofitosis• Tinea versicolor• Pitiriasis rosea• Pitiriasis alba• Dermatitis seboroika• Psoriasis
• Neurofibromatosis• Granuloma anulare• Xantomatosis• Skleroderma• Leukimia kutis• Tuberkulosis kutis
verukosa• Birth mark
Rehabilitasi
• Usaha rehabilitasi medis yang dapat dilakukan untuk cacat tubuh antara lain :– Jalan operasi– Fisioterapi
Meskipun hasilnya tidak sempurna kembali ke asal, tetapi fungsinya dan secara kosmetik dapat diperbaiki
• Cara lain ialah secara kekaryaan, yaitu memberi lapangan pekerjaan yang sesuai cacat tubuhnya, sehingga dapat berprestasi dan dapat meningkatkan rasa percaya dirinya, selain itu dapat dilakukan terapi psikologik (kejiwaan)
TABEL KLASIFIKASI CACAT
Cacat pada tangan dan kaki
Tingkat o
≠ gangguan sensibilitas, ≠ kerusakan atau deformitas yang terlihat
Tingkat 1
Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang terlihat
Tingkat 2
Terdapat kerusakan dan deformitas
Cacat pada mata
Tingkat 0
≠ gangguan pada mata akibat kusta, ≠ gangguan penglihatan
Tingkat 1
Ada gangguan pada mata akibat kusta, ≠ gangguan yang berat pada penglihatan, visus 6/60 atau lebih baik (dapat menghitung jari pada jarak 6 meter)
Tingkat 2
Gangguan penglihatan berat, visus kurang dari 6/60 (tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 meter)
Catatan Kerusakan atau deformitas pada tangan dan kaki termasuk ulserasi, absorbsi, mutilasi, kontraktur, sedangkan pada mata termasuk anestesi kornea, iridosiklitis dan lagoftalmus