MORBILI

20
MORBILI I. PENDAHULUAN Morbili, campak, measles atau rubeola merupakan penyakit virus akut yang sangat menular disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3 stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1) stadium masa tunas (prodromal) berlangsung kira- kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enamtem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga mulai menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas. 1-6 Morbili/Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Di dunia secara global 10% dari semua penyebab kematian balita disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000 kematian setiap tahun). Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah penyakit morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, campak menduduki urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada anak-anak umur 1-4 tahun (0,77%).Umur 1

Transcript of MORBILI

MORBILI

I. PENDAHULUAN

Morbili, campak, measles atau rubeola merupakan penyakit virus akut yang sangat

menular disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Penyebaran infeksi

terjadi dengan perantara droplet. Campak memiliki gejala klinis khas yaitu terdiri dari 3

stadium yang masing-masing mempunyai ciri khusus : (1) stadium masa tunas (prodromal)

berlangsung kira-kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal dengan gejala pilek dan batuk yang

meningkat dan ditemukan enamtem pada mukosa pipi (bercak Koplik), faring dan

peradangan mukosa konjungtiva, dan (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari

belakang telinga mulai menyebar ke muka, badan, lengan dan kaki. Ruam timbul didahului

dengan suhu badan yang meningkat, selanjutnya ruam menjadi menghitam dan mengelupas. 1-6

Morbili/Campak adalah endemik pada sebagian besar dunia. Di dunia secara global

10% dari semua penyebab kematian balita disebabkan oleh campak (kira-kira 800.000

kematian setiap tahun). Telah diketahui bahwa akhir-akhir ini penyakit morbili merupakan

masalah kesehatan masyarakat di negara kita, yakni dengan dilaporkannya kejadian wabah

penyakit morbili di beberapa daerah dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi.

Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 2001, campak menduduki urutan

ke-5 dari 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan urutan ke-5 dari 10 macam

penyakit utama pada anak-anak umur 1-4 tahun (0,77%).Umur terbanyak menderita campak

adalah <12 bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.1,2

Untuk mencegah dan memberantas penyakit morbili, satu-satunya cara yang paling

efektif adalah dengan jalan vaksinasi. Dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian, Depkes telah melaksanakan program pengembangan imunisasi sebagaimana yang

telah dikampanyekan WHO.2

Penyebab kematian pada morbili terutama akibat komplikasi yang dialami penderita

seperti Bronkopneumonia, Gastroenteritis, Ensefalitis, dan lain-lain.2

II. ETIOLOGI

Penyebab morbili adalah suatu virus single stranded RNA dari Famili

Paramixoviridae, genus Morbilivirus. Di dalam virus terdapat nukleokapsid yang bulat

1

lonjong terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA). Selubung luar

merupakan suatu protein yang bersifat hemagglutinin.2,3

Virion campak tersusun atas inti asam ribonukleat di bagian tengah dengan lapisan

protein yang tersusun seperti gulungan dikelilingi oleh selubung lipoprotein dengan struktur

kecil menyerupai paku. Virion ini berdiameter 120-200 nm. Paling sedikit terdapat enam

protein structural virion, tiga diantaranya di dalam selubung. Ketiga protein yang berada

dalam selubung ini adalah protein (M) yang penting untuk penggabungan virus dan proyeksi

dua glikoprotein (peplomer); hemaglutinin (H) memperantarai perlekatan virus ke sel

penjamu dan protein yang lain (F) memperantarai peleburan sel dan jalan masuk virus ke

dalam sel.7

Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa

prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang

tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur

kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal

34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu

dalam temperatur 35˚C, beberapa hari pada suhu 0˚C, dan tidak aktif pada pH rendah. 4

III. EPIDEMIOLOGI DAN INSIDENS

Sebelum vaksinasi campak disediakan secara menyeluruh pada negara-negara

berkembang, penyebaran campak terjadi setiap 2 atau 3 tahun khususnya pada usia pra

sekolah dan usia sekolah.3

Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih tinggi

sekitar 3000-4000 per tahun, demikian pula frekuensi terjadinya kejadian luar biasa (wabah)

tampak meningkat dari 23 kali per tahun menjadi 174. Namun case fatality rate telah dapat

diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita campak adalah 12 tahun

Transmisi campak terjadi melalui udara, kontak langsung maupun melalui droplet dari

penderita dengan gejala yang minimal bahkan tidak bergejala. Penderita masih dapat

menularkan penyakitnya mulai hari ke-7 setelah terpajan hingga 5 hari setelah ruam muncul.

Biasanya seseorang akan mendapat kekebalan seumur hidup bila telah sekali terinfeksi oleh

campak.4

2

Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapatkan

kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut

kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila si ibu pernah

menderita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan

mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka

ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan

berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1

tahun. 2,3,5

IV. PATOFISIOLOGI

Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular yang masuk melalui orofaring

dengan replikasi virus, viremia, dan selanjutnya mengenai kelenjar dan jaringan lain.Lokasi

utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada

saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus

campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah

viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan

limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak juga

terjadi di lokasi pertama infeksi.3,7

Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul

gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus

sangat minimal dan jarang dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik lokal,

bebas maupun berhubungan dengan sel mononuclear, kemudian mencapai kelenjar getah

bening regional. Disini virus memperbanyak diri dengan sel mononuclear, kemudian

mencapai kelenjar getah bening regional. Disini virus memperbanyak diri dengan sangat

perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Sel

mononuclear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel

Warthin), sedangkan limfosit-T (termasuk T-supressor dan T-helper) yang rentan terhadap

infeksi, turut aktif membelah. 4,8

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap,

tetapi 5-6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu ketika virus masuk ke

dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva, saluran

nafas, kulit, kandung kemih, dan usus. 4,8

3

Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva,

akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis sel. Pada saat itu virus

dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi klinis

dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva

yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses perandangan pada sistem saluran

pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat

dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang dapat

tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.4,8

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respons delayed

hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah

awal infeksi dan pada saat itu antibody humoral dapat dideteksi pada kulit. Kejadian ini tidak

tampak pada kasus yang mengalami deficit sel-T. 4,8

Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara

mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh dikulit. Penelitian dengan

imunoflouresens dan histologik menunjukkan adanya antigen campak dan diduga terjadi

suatu reaksi Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan

memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan

lain-lain. Dalam keadaan tertentu pneumonia juga dapat terjadi, selain itu campak dapat

menyebabkan gizi kurang. 4,8

Tabel 1. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit

Hari Manifestasi

0 Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring

atau kemungkinan konjungtiva

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus

1-2 Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional

2-3 Viremia primer

3-5 Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi

pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh

5-7 Viremia sekunder

7-11 Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran

4

nafas

11-14 Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain

15-17 Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang

Sumber :Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition

Sumber : Morbili 2011. http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/morbili.pdf

5

V. MANIFESTASI KLINIS

Biasanya didahului oleh gejala prodormal, seperti demam, konjungtivitis, koriza,

batuk, dan bercak Koplik (bercak putih seperti beras pada mukosa bukal yang berhadapan

dengan molar bawah). Ruam muncul 3-4 hari kemudian biasanya dibelakang telinga dan

menyebar ke seluruh tubuh. Ruam pada mulanya makulopapular, tetapi selanjutnya menjadi

seperti jerawat dan menyatu dan dapat berdeskuamasi pada minggu kedua.1,5,9

Berikut adalah gambaran klinis yang dapat ditemukan pada morbilli/campak

berdasarkan stadium-stadiumnya. Antara lain :

Stadium Inkubasi3

Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa

ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala

sakit.Kenaikan ringan pada suhu dapat terjadi 9-10 hari dari hari infeksi dan kemudian

menurun selama sekitar 24 jam.

Stadium Prodormal1,5,9

Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang

berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk,

pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi

petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada

konjungtiva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan

menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang.

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-10±1

infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola

tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada

mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari

rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis.

Muncul 1 – 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18

jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi

hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

6

Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit

menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang

besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan penderita

morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.

Stadium Erupsi1,5,9

Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat

stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu

berkisar 39,5˚C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di

lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi

makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada

24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha

dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki,

ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan

munculnya.

Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga, di

bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadang-kadang

terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota

bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat

pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat

pula sedikit splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang

biasa ini adalah “black measles”, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut,

hidung dan traktus digestivus.2

Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan tampak memutih

dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak berwarna kecokelatan yang

tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa penyembuhan maka muncullah deskuamasi

kecokelatan pada area konfluensi. Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran

ruam yang muncul. Pada infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi

seluruh bagian kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi

bengkak sehingga sulit dikenali.

7

Adapun sumber lainnya, yang menyatakan bahwa terdapat stadium lainnya setelah stadium

erupsi, yaitu stadium konvalesensi.

Stadium Konvalesensi1,5,9

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-

kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan

pula kulit yang bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili.

Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang tanpa

hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. Pada

akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumnya,

dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :

Anamnesis 1,10

1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak) disertai dengan;

2. Malaise dan keluhan 3C (Coryza, Conjuntivitis, and Coughing).

3. Dapat disertai diare dan muntah.

4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie,

ekimosis.

5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu

sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.

Pemeriksaan fisik1,5,10

1. Pada stadium kataral/prodormal, manifestasi yang tampak mungkin hanya demam

(biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.

2. Pada umunya anak tampak lemah.

3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium prodormal).

Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya

mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian

seluruh tubuh. Dan dapat pula ditemukan lidah kotor,seperti pada lidah tifoid.

8

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menegakkan diagnosis, biasanya bisa didapatkan melalui diagnosis klinis.

Namun, dapat pula ditegakkan dengan melakukan kultur serologi dan atau kultur virus.1

Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan

mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan

Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune

precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA).

Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa

prodromal dan serum sekunder pada 7 – 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut.

Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004).

Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan

menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya

seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun.

Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan

protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.1

Pemeriksaan untuk komplikasi dapat dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis

gas darah untuk komplikasi bronkopneumonia, feses lengkap untuk enteritis dan pemeriksaan

cairan serebrospinal, kadar elektrolit darah, dan analisis gas darah untuk komplikasi

ensefalopati.1

VIII.DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding morbili diantaranya 3,5 :

1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.

2. Rubella (German measles). Pada penyakit ini tidak ada bercak Koplik, tetapi ada

pembesaran kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, belakang telinga.

Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak. Gejala yang timbul

tidak seberat campak.

3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan

biasanya tidak disertai gejala prodromal.

9

4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen. Tanda

patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau

membranosa

5. Eksantema subitum. Ruam akan timbul bila suhu badan menjadi normal.

IX. KOMPLIKASI

Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur lebih kecil. 1

Kebanyakan komplikasi atau penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh bakteri.

Beberapa penyulit campak adalah :5,6

a) Bronkopneumonia

Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan oleh

invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri (Pneumococcus,

Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza). Ditandai dengan

adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu

menurun, gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang

masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang, perlu

dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi mukosa saluran nafas

yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan antibiotik diperlukan agar

tidak muncul akibat yang fatal.

b) Encephalitis

Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak. Gejala encephalitis

biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari setelah onset penyakit.

Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi campak akan timbul pada stadium

prodromal. Tanda dari encephalitis yang dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma,

nyeri kepala, kelainan frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab

timbulnya komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat

virus campak tersebut.

c) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)

Merupakan suatu proses degenerasi susunan syaraf pusat dengan karakteristik gejala

terjadinya deteriorisasi tingkah laku dan intelektual yang diikuti kejang. Merupakan

10

penyulit campak onset lambat yang rata-rata baru muncul 7 tahun setelah infeksi

campak pertama kali. Insidensi pada anak laki-laki 3x lebih sering dibandingkan

dengan anak perempuan. Terjadi pada 1/25.000 kasus dan menyebabkan kerusakan

otak progresif dan fatal. Anak yang belum mendapat vaksinansi memiliki risiko 10x

lebih tinggi untuk terkena SSPE dibandingkan dengan anak yang telah mendapat

vaksinasi.

d). Laringitis akut

Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas, yang

bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya. Ditandai dengan distress

pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik

dan gejala akan menghilang.

e). Kejang Demam

Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak demam saat ruam

keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.

f) Konjungtivitis

Konjungtivitis terjadi pada hampir semua kasus campak. Dapat terjadi infeksi

sekunder oleh bakteri yang dapat menimbulkan hipopion, pan oftalmitis dan pada

akhirnya dapat menyebabkan kebutaan.

g) Otitis Media

Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan stadium erupsi.

h) Diare

Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran cerna sehingga

mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat menurunnya daya tahan

penderita campak .

i) Laringotrakheitis

Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga dibutuhkan

tindakan trakeotomi.

j) Jantung

11

Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak. Walaupun jantung

seringkali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang terlihat gejala kliniknya.

k) Black measles

Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi campak yang ditandai

dengan ruam kulit konfluen yang bersifat hemoragik. Penderita menunjukkan gejala

encephalitis atau encephalopati dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari

mulut, hidung dan usus. Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata .

X. PENATALAKSANAAN

Pengobatan yang diberikan dapat dimulai dari pengobatan simtomatik, yaitu berupa

antipiretika bila suhu tubuh tinggi. Parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam.

Kemudian, dapat diberikan sedativum, obat batuk, dan yang paling penting adalah istirahat

untuk memperbaiki keadaan umumnya. Oleh karena itu, dapat diberikan Ekspektoran :

gliseril guaiakolat untuk anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600

mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive

(codein) tidak boleh digunakan. Jika perlu diberikan mukolitik.1,5

Selain itu, pemberian vitamin A berguna untuk membantu pertumbuhan epitel saluran

nafas yang rusak, menurunkan morbiditas 100.000 Unit untuk anak usia 6 bulan hingga 1

tahun dan 200.000 Unit untuk anak usia >1 tahun. Selain itu,vitamin A juga berguna untuk

meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total. 1,5,10

Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu >39,5˚C), dehidrasi, kejang, asupan oral

sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan penyulit yang

timbul.1

XI.PENCEGAHAN DAN PROGNOSIS

Pencegahan terutama dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di

Indonesia termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan

ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan imunisasi

(PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela (MMR) pada usia

12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat imunisasi campak

12

ulangan pada usia 6 tahun. Pencegahan dengan cara isolasi penderita kurang bermakna

karena transmisi telah terjadi sebelum penyakit disadari dan didiagnosis sebagai campak.1

Campak merupakan penyakit self limiting sehingga bila tanpa disertai dengan penyulit

maka prognosisnya baik. Dikatakan baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi

prognosis buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau

bila ada komplikasi.1,5

XII. KESIMPULAN

Campak/Morbili merupakan penyakit akut menular pada anak yang disebabkan oleh

infeksi virus paraxoviridae. Puncak insiden dari penyakit ini adalah kelompok umur 5-10

tahun. Penyakit ini memiliki 4 stadium, antara lain stadium inkubasi, prodormal, erupsi, dan

konvalesensi, biasanya diawali dengan gejala demam (38,5oC), malaise, batuk, konjungtivitis,

koriza, fotofobia, kemudian timbul bercak koplik atau koplik’ spot pada mukosa bukalis yang

merupakan patognomonis pada morbili. Beberapa hari kemudian, timbul bercak-bercak

eritema berupa makulopapular disertai naiknya suhu tubuh yang bermula di belakang telinga,

tengkuk, badan, dan akhirnya diseluruh tubuh. Akhirnya, erupsi kelak akan berkurang dan

meninggalkan bekas yang berwarna gelap pada kulit yang lama-kelamaan akan menghilang.

Pengobatan yang paling penting adalah istirahat, karena penyakit ini bersifat self limiting

disease namun perlu diobati dengan tepat dan cermat untuk mencegah komplikasi dan

imunisasi campak sesuai dengan jadwalnya juga harus dilakukan.

13