Moral Perkawinan

14
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas Teologi Moral yang telah diberikan. Makalah ini juga dimaksudkan sebagai refleksi dan pemikiran kritis kelompok kami dalam mengungkap dan menghadapi realita di masyarakat, terutama dalam lingkup Moral Perkawinan. Semoga melalui makalah ini, kita semua menjadi terbantu dalam membentuk persepsi yang benar akan pandangan Moral Perkawinan menurut dasar ajaran agama Katolik.

description

jangan pisah

Transcript of Moral Perkawinan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat sebagai bentuk pertanggungjawaban atas tugas Teologi Moral yang telah diberikan.Makalah ini juga dimaksudkan sebagai refleksi dan pemikiran kritis kelompok kami dalam mengungkap dan menghadapi realita di masyarakat, terutama dalam lingkup Moral Perkawinan.Semoga melalui makalah ini, kita semua menjadi terbantu dalam membentuk persepsi yang benar akan pandangan Moral Perkawinan menurut dasar ajaran agama Katolik.

MORAL PERKAWINAN

A. PEMAPARAN KASUSPersoalan mengenai perkawinan dewasa ini dalam masyarakat umum :

1. Poligami sosial2. Kawin kontrak3. Free sex 4. Kumpul kebo5. Cerai karena tidak cocok6. Cerai karena mandul7. Kekerasan dalam rumah tangga

Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas persoalan mengenai Moral Perkawinan, yaitu Kawin Kontrak dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Contoh kasus :Kasus 1Merdeka.com - Kawin kontrak marak terjadi di kawasan Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Mayoritas pelaku kawin kontrak adalah warga negara asing.

Namun parahnya, kebanyakan perempuan yang rela dinikahi secara kontrak itu telah bersuami. Sebelum dinikahi, pelaku harus terlebih dulu meminta izin kepada suami dari perempuan itu.

"Di sini laki-laki Arab kalau mau nikahin wanita itu harus izin suaminya dulu. Kalau suami oke nanti tanda tangan kontrak pakai materai. Kalau enggak setuju ya enggak bisa," kata Rudi, warga setempat, kepada merdeka.com, di Desa Batu Layang, Cianjur, Jawa Barat, Senin (19/2).

Namun Rudi menyanggah jika kawin kontrak ini dilakukan oleh warga Cisarua. Dia mengatakan kebanyakan tetangganya hanya menampung para tenaga kawin kontrak.

"Kebanyakan dari Cirebon, Cianjur. Mereka ditampung di vila-vila di sini," kata Rudi.

Rudi mengungkapkan tidak semua warga Arab yang datang dan kawin kontrak menelantarkan anaknya. "Kebanyakan mereka kawin selama tiga bulan. Nanti pergi kalau punya anak ya sudah, tapi ada juga yang enggak nelantarin anaknya," tutup dia.

Setidaknya ada 20 RT di sejumlah desa di Cisarua yang memiliki klien WNA kawin kontrak. Kebanyakan warga asing yang melakukan kawin kontrak di kawasan ini berasal dari Afghanistan dan Pakistan. Tarif yang ditawarkan mereka bisa sampai puluhan juta perbulan-nya untuk kawin kontrak.Kasus 2REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kepolisian Daerah Riau, sepanjang 2014, telah menerima dan memproses sebanyak 305 kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang rata-rata dilakukan oleh suami terhadap isteri dan keluarga terhadap pembantu serta lainnya."Untuk kasus KDRT dilakukan penanganan khusus dan beberapa berhasil dimediasikan hingga antara suami dan isteri kembali rujuk dan rukun," kata Kapolda Riau, Brigjen Pol Dolly Bambang Hermawan, kepada pers di Pekanbaru, Sabtu.Ia mengatakan sebagian kasus KDRT merupakan laporan yang diterima dari Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Riau, sebagian juga dilaporkan langsung oleh korbannya.Menurut catatan kepolisian dan BP3AKB Riau, dominan kasus kekerasan dalam rumah tangga dialami oleh keluarga miskin, namun sebagian juga dialami keluarga menengah ke atas dengan intensitas pertemuan yang rendah.Bahkan, menurut catatan, KDRT juga terjadi di keluarga anggota Polri. Terakhir ada empat orang personel Polresta Pekanbaru dipecat tidak dengan hormat (PTDH) setelah menjalani sidang Komisi Kode Etik (KKE).Keempat anggota polisi tersebut dinilai terlibat dalam kasus penyalahgunaan narkoba, desersi dan terlibat dalam kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

B. ANALISISDari kasus 1 diatas, kita dapat mengetahui bahwa faktor ekonomi diajdikan alasan untuk melakukan praktek illegal ini. Suatu perkawinan adalah sesuatu yang sakral yang disaksikan oleh kerabat, keluarga, dan bentuk pertanggungjawaban kepada Tuhan. Melalui perkwinan, cinta Tuhan dapat tumbuh dan menciptakan suasana harmonis di dalamnya. Pekawinan bukan suatu monopoli politi, ekonomi, sosial, ataupun budaya. Perkawinan hendaknya dimaknai sebagai suatu anugrah dan karunia dari Tuhan. Perkawinan yang dilandasi rasa cinta dapat menghasilkan suatu perkawinan yang berkualitas dan mendatangkan kebahagiaan di dalamnya. Hidup berkeluarga merupakan panggilan dan peristiwa iman, dimana ada cinta kasih di dalamnya. Cinta kasih muncul atas kehendak Allah yang mempertemukan dan mempersatukan pria dan wanita dalam sebuah ikatan suci karena Allah lewat sakramen perkawinan dan menguduskan mereka. Maka pernikahan bersifat monogam dan tak terceraikan. Hidup berkeluarga memenuhi panggilan Allah yang luhur untuk menjadi partner kerja Allah dalam menyempurnakan kehidupan melalui prokreasi, unisi dan rekreasi serta menjadi gereja mini untuk menguatkan iman Kristiani. Apabila perkawinan disalah gunakan satas nama duniawi, bahkan uang sekalipun, berarti manusia tersebut telah berdosa, baik dihadapan sesama maupun dihadapan Tuhan. Uang sebagai landasan hidup berkeluarga niscaya akan membawa penderitaan dalam hidup perkawinan. Bahkan, anak sebagai buah cinta suami dan istri dapat menjadi korban keegoisan dan sikap tidak bertanggungjawab dari kedua orang tuanya. Tak jarang mereka ditelantarkann dan bahkan dijadikan objek kemarahan akibat pertengkaran dalam rumah tangga.Dari kasus 2, kelompok kami berasumsi bahwa kekerasan memang sama sekali tidak dibenarkan menurut dasar Kitab Suci. Tuhan memberi manusia perasaan, dan hendaknya manusia saling mengasihi satu sama lain, seperti yang dikatakan oleh Yesus, hukum yang utama dan teruama adalah Kasih. Tantangan hidup berkeluarga rentan terjadi pada keluarga yang landasan cinta kasihnya kurang kuat, yaitu perbedaan cara mendidik anak, perlakuan tidak adil terhadap anak, kenakalan remaja akibat kurangnya perhatian, dan kasus KDRT dalam bentuk kekerasan fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Hal ini terjadi jika dalam keluarga posisi antara pria dan wanita yang tidak seimbang (dalam hal karir: ada yang memiliki gaji/jabatan paling tinggi, ada yang tidak bekerja; strata sosial), kecemburuan sesama saudara kandung dan pandangan yang keliru bahwa laki-laki (ayah) paling berkuasa dibanding perempuan (ibu) dan anak. Strategi untuk menghadapi tantangan tersebut kembali kepada pria dan wanita selama masa pranikah dalam mengenal pasangan, bagaimana mereka memupuk cinta kasih dalam menyepakati komitmen hidup berkeluarga, dan menghidupi komitmen tersebut setelah menikah. Kesadaran untuk saling menghargai, melengkapi dan menerima pasangan dalam sikap sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, adil, percaya dan penyerahan total kepada Allah yang memberkati dan menghadirkan kebahagiaan dalam keluarga akan menumbuhkan keharmonisan. Kesepakatan bersama dalam mendidik anak dan mengajarkan cinta kasih yang adil akan memupuk kerukunan antar anggota keluarga.

C. PRINSIP MORAL PERKAWINAN MENURUT AGAMA KATOLIKArti Perkawinan Katolik

Arti perkawinan katolik menurut KHK 1983 kan.1055 1 adalah perjanjian (foedus) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan hidup. Latar belakang definisi ini adalah dokumen Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes 48).Tujuan PerkawinanPerkawinan mempunyai tiga tujuan yaitu: kesejahteraan suami-isteri, kelahiran anak, dan pendidikan anak. Tujuan utama ini bukan lagi pada prokreasi atau kelahiran anak. Sifat dasar perkawinan Katolik.Perkawinan Katolik itu pada dasarnya berciri satu untuk selamanya dan tak terceraikan. Kita menyebutnya sifat Monogam dan Indissolubile. Monogam berarti satu laki-laki dengan satu perempuan, sedang indissolubile berarti, setelah terjadi perkawinan antara orang-orang yang dibaptis (ratum)secara sah dan disempurnakan dengan persetubuhan, maka perkawinan menjadi tak terceraikan, kecuali oleh kematian. Ini dapat kita temukan dalam Hukum Gereja tahun 1983 (kan. 1141).Berdasarkan penjelasan di atas, perkawinan dalam agama Katolik dipandang sebagai salah satu aspek kehidupan yang sacral dimana melalui perkawinan, manusia ikut ambil bagian dalam perwujudan iman serta karya keselamatan Allah. Melalui perkawinan, manusia membentuk sebuah keluarga dimana melaui kelurga itulah iman dan pengajaran iman pertama kali diberikan kepada anak. Melaui keluarga, Tuhan bekerja dan berkarya. Suatu ikatan perkawinan dalam agama Katolik adalah kekal. Seperti yang telah tertulis dalam Matius 19:4-6, yang berbunyi :19:4 Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca, bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan perempuan?19:5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."Maka sudah sepantasnya suatu perceraian tidak diperbolehkan dalam ajaran agama Katolik. Cinta Kasih sebagai Dasar, Semangat dan Tujuan Perkawinan Fungsi cinta hendaknya ditempatkan sebagai dasar, semangat dan tujuan (Paus Yohanes Paulus II, 1994:art.18).1. DasarSyarat utama dan esensial yang perlu dipenuhi untuk membangun persekutuan hidup adalah cinta karena cinta adalah sebuah pengalaman yang personal dan penuh misteri. Dalam pengalaman tersebut terjadi komitmen yang dibentuk oleh pria dan wanita atas dasar perbedaan dan tanggungjawab. Konsekuensinya adalah bahwa orang tidak cukup layak hidup bersama tanpa saling mencintai. Maka pernikahan atas dasar paksaan, apapun alasannya, merupakan tindakan yang tidak manusiawi karena melanggar Hak Asasi Manusia.

2. SemangatBanyak faktor mengakibatkan tergesernya perhatian terhadap kepentingan keluarga sendiri yang mengakibatkan terjadinya konflik dalam keluarga. Apabila segala kepentingan yang diupayakan oleh keluarga, baik menyangkut kebutuhan interm atau ekstern ditempatkan dalam semangat dan sikap dasar demi dan atas nama cinta, tidak perlu terjadi konflik. Cinta dapat menjadi semangat yang dapat mendatangkan sukacita jika diekspresikan melalui sikap sikap seperti sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, adil dan penuh pengharapan (lih. 1Kor 13:4-7).

3. TujuanTujuan pernikahan diarahkan untuk mengembangkan dan memurnikan cinta kasih suami istri menuju kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bersama ( GS art.49). Tujuan lain hidup berkeluarga yang lebih bersifat sekunder, seperti : memperoleh keturunan, pemenuhan kebutuhan seksual, serta mencapai kesejahteraan hidup (sosial, ekonomi, material, dll). 4. Cinta dan SeksualitasBerkaitan dengan aspek jiwa, cinta manusia akan menunjuk dinamika dan pengalaman batinnya yakni : tertarik, suka, rindu, bahagia, semangat atau bergairah, nyaman, dsb. Ketertarikan antar pria dan wanita adalah suatu kenyataan kodrat. Seks dipahami sebagai jenis kelamin pria atau wanita dari sisi biologis dan merupakan ciri kepriaan atau kewanitaan yang kodrati. Seksualitas merupakan kualitas kepriaan dan kewanitaan yang mewarnai seluruh kepribadian seseorang. Penghayatan cinta dalam perspektif hidup berkeluarga harus berorientasi pada keluhuran martabat manusia menuju keutuhan pribadi dan pemenuhan peran diri sebagai rekan kerja Allah.

D. HUKUM GEREJA MENGENAI PERKAWINAN KATOLIKPenataan hukumSetiap perkawinan orang Katolik, meski hanya satu yang Katolik, diatur oleh ketiga hukum ini, yaitu 1 hukum ilahi, 2 hukum kanonik, dan 3hukum sipil sejauh menyangkut akibat-akibat sipil. Hukum ilahi adalah hukum yang dipahami atau ditangkap atas dasar pewahyuan, atas dasar akal sehat manusia sebagai berasal dari Allah sendiri.Contohnya, sifat monogam, indissolubile, kesepakatan nikah sebagai pembuat perkawinan, dan halangan-halangan nikah. Hukum ini mengikat semua orang, tanpa kecuali (termasuk non-katolik). Hukum kanonik atau hukum Gereja adalah norma yang tertulis yang disusun dan disahkan oleh Gereja, bersifat Gerejawi dan dengan demikian hanya mengikat orang-orang yang dibaptis Katolik saja (kan. 11). Sedangkan hukum sipil adalah hukum yang berhubungan dengan efek sipil yang berlaku di daerah ybs., misalnya di Indonesia ini, ada hal-hal yang ditetapkan oleh pemerintah, seperti usia calon, pencatatan sipil, dsb.Karena perkawinan menyangkut kedua belah pihak bersama-sama, maka orang non-Katolik yang menikah dengan orang Katolik selalu terikat juga oleh hukum Gereja. Gereja mempunyai kuasa untuk mengatur perkawinan warganya, meski hanya salah satu dari pasangan yang beriman Katolik. Artinya, perkawinan mereka baru sah kalau dilangsungkan sesuai dengan norma-norma hukum kanonik (dan tentu ilahi).Karena bersifat Gerejani, maka negara tidak mempunyai hak apapun untuk menyatakan sah/tidaknya perkawinan Katolik maupun perkara di antara pasangan yang menikah. Kantor Catatan Sipil di Indonesia mempunyai tugas hanya mencatat perkawinan yang telah diresmikan agama, dan tidak bertugas melaksanakan perkawinan, dalam arti mengesahkan suatu perkawinan.Penyelidikan kanonikPenyelidikan sebelum perkawinan, dalam prakteknya disebut sebagai penyelidikan kanonik. Penyelidikan ini dimaksud agar imam atau gembala umat mempunyai kepastian moral bahwa perkawinan yang akan dilaksanakan nanti sah (valid) dan layak (licit) karena yakin bahwa tidak ada halangan yang bisa membatalkan dan tidak ada larangan yang membuat perkawinan tidak layak. Kepastian ini harus dimiliki demi menjaga kesucian perkawinan.Hal-hal yang diselidiki adalah soal status bebas calon, tidakadanya halangan dan larangan, serta pemahaman calon akan perkawinan Kristiani. Secara khusus di bawah ini akan dipaparkan halangan-halangan nikah yang mesti diketahui baik oleh calon, maupun oleh mereka yang menjadi saksi, bahkan oleh seluruh umat yang mengenal calon. (Rm. Erwin Santoso MSF)

KATA PENUTUP

Demikianlah tugas ini dapat kami buat. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan pembuatan tugas makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat memperkuat mental kita sebagai warga Kristiani, yang berlandaskan hukum Kasih.

DAFTAR PUSTAKAL, Mustiana, 2013, Para suami di Puncak rela istri kawin kontrak dengan orang Arab ,http://www.merdeka.com/peristiwa/para-suami-di-puncak-rela-istri-kawin-kontrak-dengan-orang-arab.html, diakses pada 21 Februari 2015, pukul 14.54 WIB.Anonim, 2015, Kasus KDRT di Riau Capai 305 Kasus, http://www.republika.co.id/berita/ nasional/daerah/15/01/03/nhl3z1-kasus-kdrt-di-riau-capai-305-kasus, diakses pada 21 Februari 2015, pukul 15.14 WIB.