molusca.pdf

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Filum Mollusca Mollusca berasal dari bahasa Romawi milos yang berarti lunak. Jenis Mollusca yang umumnya dikenal siput, kerang dan cumi-cumi. Kebanyakan dijumpai di laut dangkal sampai kedalaman mencapai 7000 m, beberapa di air payau, air tawar, dan darat. Anggota dari Filum Mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat berbeda dan beranekaragam, dari bentuk silindris, seperti cacing dan tidak mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan tertutup kedua keping cangkang besar. Oleh karena itu berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat lainnya, filum Mollusca dibagi menjadi 8 kelas, yaitu: 1). Chaetodermomorpha; 2). Neomeniomorpha; 3). Monoplacophora; 4). Polyplacophora; 5). Gastropoda ; 6). Pelecypoda; 7). Scaphopoda; dan 8). Cephalopoda (Suwignyo, 2005). 2.2. Gastropoda Gastropoda berasal dari kata gastros : perut; podos : kaki. Jadi Gastropoda berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Hewan anggota kelas Gastropoda umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk dan warna yang beragam. Cangkang Gastropoda sudah terpilin sejak masa embrio (Harminto, 2003). Menurut Barnes (1980) dalam Handayani (2006) kelas Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies yang telah teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya. Fosil dari kelas tersebut secara terus-menerus tercatat mulai awal zaman Cambrian. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, seperti di darat dan di laut. Maka dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang paling sukses di antara kelas yang lain. 2.2.1. Morfologi Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya

Transcript of molusca.pdf

Page 1: molusca.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Filum Mollusca

Mollusca berasal dari bahasa Romawi milos yang berarti lunak. Jenis

Mollusca yang umumnya dikenal siput, kerang dan cumi-cumi. Kebanyakan

dijumpai di laut dangkal sampai kedalaman mencapai 7000 m, beberapa di air

payau, air tawar, dan darat. Anggota dari Filum Mollusca mempunyai bentuk

tubuh yang sangat berbeda dan beranekaragam, dari bentuk silindris, seperti

cacing dan tidak mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat

tanpa kepala dan tertutup kedua keping cangkang besar. Oleh karena itu

berdasarkan bentuk tubuh, bentuk dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat

lainnya, filum Mollusca dibagi menjadi 8 kelas, yaitu: 1). Chaetodermomorpha;

2). Neomeniomorpha; 3). Monoplacophora; 4). Polyplacophora; 5). Gastropoda;

6). Pelecypoda; 7). Scaphopoda; dan 8). Cephalopoda (Suwignyo, 2005).

2.2. Gastropoda

Gastropoda berasal dari kata gastros : perut; podos : kaki. Jadi Gastropoda

berarti hewan yang berjalan dengan perutnya. Hewan anggota kelas Gastropoda

umumnya bercangkang tunggal yang terpilin membentuk spiral dengan bentuk

dan warna yang beragam. Cangkang Gastropoda sudah terpilin sejak masa embrio

(Harminto, 2003). Menurut Barnes (1980) dalam Handayani (2006) kelas

Gastropoda merupakan kelas terbesar dari Mollusca lebih dari 75.000 spesies

yang telah teridentifikasi, dan 15.000 diantaranya dapat dilihat bentuk fosilnya.

Fosil dari kelas tersebut secara terus-menerus tercatat mulai awal zaman

Cambrian. Ditemukannya Gastropoda di berbagai macam habitat, seperti di darat

dan di laut. Maka dapat disimpulkan bahwa Gastropoda merupakan kelas yang

paling sukses di antara kelas yang lain.

2.2.1. Morfologi

Morfologi Gastropoda terwujud dalam morfologi cangkangnya. Sebagian

besar cangkangnya terbuat dari bahan kalsium karbonat yang di bagian luarnya

Page 2: molusca.pdf

dilapisi periostrakum dan zat tanduk. Cangkang Gastropoda yang berputar ke arah

belakang searah dengan jarum jam disebut dekstral, sebaliknya bila cangkangnya

berputar berlawanan arah dengan jarum jam disebut sinistral. Siput-siput

Gastropoda yang hidup di laut umumnya berbentuk dekstral dan sedikit sekali

ditemukan dalam bentuk sinistral (Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006).

Pertumbuhan cangkang yang melilin spiral disebabkan karena pengendapan bahan

cangkang di sebelah luar berlangsung lebih cepat dari yang sebelah dalam (Nontji,

1987 dalam Handayani, 2006).

Gastropoda mempunyai badan yang tidak simetri dengan mantelnya

terletak di bagian depan, cangkangnya berikut isi perutnya terguling spiral ke arah

belakang. Letak mantel di bagian belakang inilah yang mengakibatkan gerakan

torsi atau perputaran pada pertumbuhan siput Gastropoda. Proses torsi ini dimulai

sejak dari perkembangan larvanya (Dharma, 1988 dalam Handayani, 2006).

Struktur umum morfologi Gastropoda terdiri atas: posterior, sutures,

whorl, spiral sculptures, axial, longitudinal, sculpture, posterior canal, aperture,

operculum, plaits on columella, outer lip, columella, anterior canal.

Gambar 2.1. Struktur Umum Morfologi Gastropoda

(Sumber Gambar: Grandmall, 2010).

Page 3: molusca.pdf

2.2.2. Anatomi

Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada susunan tubuh gastropoda

yang terdiri atas: kepala, badan, dan alat gerak (Handayani, 2006). Kepala

berkembang dengan baik, dilengkapi dua pasang tentakel sebagai alat peraba.

Sepasang di antaranya bersifat retraktil dan dilengkapi sebuah mata. Mulut

dilengkapi dengan lidah perut dan gigi radula. Berdasarkan tipenya, gigi radula

pada Gastropoda dapat dibedakan menjadi 5 tipe yaitu: tipe rhipidoglossate,

docoglossate, taenioglossate, rachiglossate, dan toxoglossate (Harminto, 2003).

Gambar 2.2. Tipe gigi radula pada Gastropoda. a. rhipidoglossate; b.

taenioglossate; c. rachiglossate; d. toxoglossate; e. rachiglossate

(Sumber Gambar: Harminto, 2003).

Alat-alat yang penting di dalam badan hewan Gastropoda untuk hidupnya

diantaranya ialah alat pencernaan, alat pernafasan serta alat genitalis untuk

pembiakannnya. Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, pharynx yang berotot,

kerongkongan, lambung, usus, anus (Handayani, 2006).

Kaki pada hewan Gastropoda memiliki bentuk yang lebar dan pipih. Bagi

yang bercangkang, terputar 180° terhadap kepala dan kaki. Kaki dapat

mengeluarkan lendir untuk memudahkan pergerakan (Harminto, 2003).

Page 4: molusca.pdf

Struktur anatomi Gastropoda dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2.3. Struktur Anatomi Gastropoda

(Sumber Gambar: Poort & Carlson, 1998).

2.2.3. Cangkang

Cangkang siput digunakan untuk melindungi diri. Ada yang tanpa penutup

dan ada yang dengan penutup atau operculum (operculum). Operkulum ini terbuat

dari zat kapur atau zat tanduk yang lebih luas. Operkulum menunjukkan garis-

garis pertumbuhan dan kadang-kadang dapat digunakan untuk menentukan umur.

Bentuk cangkang setiap jenis berbeda dan mensifati jenis itu. Bentuk cangkang

juga dapat dikaitkan dengan pola habitatnya (Romimohtarto, 2001).

Cangkang gastropoda terdiri dari 4 lapisan. Paling luar adalah

periostrakum, yang merupakan lapisan tipis terdiri dari bahan protein seperti zat

tanduk, disebut conchiolin atau conchin. Pada lapisan ini terdapat endapan pigmen

beraneka warna, yang menjadikan banyak cangkang siput terutama spesies laut

sangat indah warnanya, kuning hijau cemerlang, dengan bercak-bercak merah

arau garis-garis cerah. Periostrakum berfungsi untuk melindungi lapisan

dibawahnya yang terdiri dari kalsium karbonat terhadap erosi (Suwignyo, 2005).

Warna cangkang gastropoda yang beraneka ragam berasal dari mantle.

Mantle siput gastropoda terletak di sebelah depan pada bagian dalam

Page 5: molusca.pdf

cangkangnya. Makanannya yang banyak mengandung calsium carbonat dan

pigmen masuk ke dalam plasma darah dan diedarkan ke seluruh tubuh, kemudian

calsium carbonat serta pigmen tersebut diserap oleh mantle, dan kemudian mantle

ini mengeluarkan sel-sel yang dapat membentuk struktur cangkang serta corak

warna pada cangkang. Tergantung dari pada faktor keturunan, struktur cangkang

dapat dibuat tonjolan-tonjolan ataupun duri-duri. Jadi mantel tersebut merupakan

arsitek dalam pembentukan struktur serta corak warna dari cangkang gastropoda

(Handayani, 2006).

Lapisan kalsium karbonat terdiri atas 3 lapisan atau lebih, yang terluar

adalah prismatic atau palisade, lapisan tengah adalah lamella dan paling dalam

adalah lapisan nacre atau hypostracum. Lapisan prismatic terdiri atas Kristal

calcite yang tersusun vertikal, masing-masing diselaputi matriks protein yang

tipis. Lapisan tengah dan lapisan nacre terdiri atas lembaran-lembaran aragonite

dalam matriks organik tipis (Suwignyo, 2005).

Siput-siput yang permukaan luar cangkangnya mengkilap seperti Cypraea

dan Oliva ini dikarenakan mantlenya keluar ke atas permukaan cangkang dan

menyelimutinya dari dua arah yaitu dari sisi kiri dan kanan. Pada umumnya

cangkang siput yang hidup di laut lebih tebal dibandingkan dengan siput darat, hal

ini dikarenakan banyak sekali kapur yang dihasilkan oleh binatang bunga karang

yang hidup di laut. Munculnya warna pada cangkang juga dipengaruhi oleh

intensitas cahaya. Pada perairan yang dangkal biasanya cangkang berwarna sangat

terang, sedangkan pada perairan yang dalam cangkangnya biasanya lebih gelap

(Handayani, 2005).

Tipe cangkang gastropoda terdiri dari 17 tipe yaitu: tipe conical, biconical,

obconical, turreted, fusiform, patelliform, spherical, ovoid, discoidal, involute,

globose, lenticular, obovatus, bulloid, turbinate, cylindrical dan trochoid. Hal

yang perlu diperhatikan dalam mengamati dan menggambar cangkang yaitu:

1. Ukuran cangkang

Panjang cangkang diukur dari ujung anterior sampai ujung posterior. Lebar

cangkang diukur dari sisi ke sisi pada bagian body world yang terlebar.

Page 6: molusca.pdf

2. Arah putaran cangkang

Dapat diketahui dengan cara merunut arah putaran cangkang dari apeks

cangkang. Jika arah putaran sesuai dengan putaran arah jarum jam maka

disebut dekstral, contohnya pada Babylonia canaliculata. Sebaliknya jika

arah putaran cangkang berlawanan dengan arah jarum jam disebut sinistral,

contohnya pada Amphidromus sp.

A B

Gambar 2.4. A. Cangkang destral, B. Cangkang Sinistral

(Sumber Gambar: Grandmall, 2010).

3. Jumlah putaran cangkang

Dihitung mulai dari apeks cangkang.

4. Ada tidaknya operculum

Cangkang yang mempunyai operkulum disebut operculale, yang tidak

mempunyai operkulum disebut non operculate. Kalau ada operculum

sebaiknya digambar terpisah dari cangkang dan diberi tipenya. Ada tiga tipe

operculum cangkang gastropoda yaitu paucispiral, multispiral, concentric

(Siahaan, 2008).

2.2.4. Pertumbuhan

Pertumbuhan dari siput dan kerang terjadi jauh lebih cepat diwaktu

umurnya masih muda dibandingkan dengan siput yang sudah dewasa. Ada siput

yang tumbuh terus sepanjang hidupnya, tetapi ada pula yang pertumbuhannya

terhenti setelah dewasa (Handayani, 2006). Karena proses pertumbuhan siput

muda cepat, maka jenis yang muda jauh lebih sedikit ditemukan dibandingkan

dengan yang dewasa.

Page 7: molusca.pdf

Umur siput sangat bervariasi, ada beberapa jenis siput darat yang dapat

berkembang biak secara singkat dan dapat mengeluarkan telur-telurnya dua

minggu setelah menetas, tetapi ada juga yang berumur sangat panjang sampai

puluhan tahun. Menurut para ahli, umur siput dapat diperkirakan dengan melihat

alur-alur pada bagian tepi luar cangkang (Handayani, 2006).

2.2.5. Nilai Ekonomis

Gastropoda mempunyai arti penting sebagai makanan berbagai ikan,

burung dan manusia. Larva gastropoda di laut merupakan makanan bagi anak ikan

yang karnivor. Gastropoda laut yang umum dimakan adalah Haliotos (Abalone)

dan Strombus (keong gonggong). Selain sebagai lauk, Abalone telah diekstrak dan

dibuat sebagai makanan tambahan (food suplement) yang berfungsi untuk

mencegah berbagai penyakit.

Gastropoda parasit dan predator mengganggu atau merusak peternakan

tiram dan kerang, misalnya Buccinum, Busycon, Murex, Polinices, dan

Urosalpinx. Sedangkan Glossodoris dan Eubranchus merupakan nudibranchia

yang indah dan diperdagangkan sebagai ikan hias (Suwignyo, 2005).

2.2.6. Klasifikasi

Gastropoda umumnya hidup di laut, pada perairan yang dangkal, dan

perairan yang dalam. Menurut Dharma (1988) dalam Handayani (2006) kelas

Gastropoda dibagi dalam tiga sub kelas yaitu : Prosobranchia, Ophistobranchia

dan Pulmonata.

2.2.6.1. Sub Kelas Prosobranchia

Memiliki dua buah insang yang terletak di anterior. Bukaan mantel

anterior brisi insang dan jantung, rongga visceral terpilin 180° (Harminto, 2003).

Sistem syaraf terpilin membentuk angka delapan, tentakel berjumlah dua buah.

Cangkang umumnya tertutup oleh operkulum. Kebanyakan hidup di laut tetapi

ada beberapa pengecualian, misalnya yang hidup di daratan antara lain dari family

Cyclophoridae dan Pupinidae bernafas dengan paru-paru dan yang hidup di air

tawar antara lain dari family Thiaridae. Sub kelas ini dibagi lagi ke dalam tiga

ordo yaitu : Archaeogastropoda, Mesogastropoda, dan Neogastropoda.

Page 8: molusca.pdf

2.2.6.1.1. Ordo Archaeogastropoda

Insang primitif berjumlah satu atau dua buah yang tersusun dalam dua

baris filamen, jantung beruang dua, nefrida berjumlah dua buah. Mereka dapat

ditemukan di laut dangkal yang bertemperatur hangat, menempel dipermukaan

karang di daerah pasang surut serta di muara sungai. Contoh ordo

Achaeogastropoda adalah Haliotis, Trochus, Acmaea.

A B C

Gambar 2.5. Contoh ordo Archaeogastropoda. (A) Acmaea (B) Haliotis

(C) Trochus. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968).

2.2.6.1.2. Ordo Mesogastropoda

Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu,

nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah

tujuh buah dalam satu baris. Hewan ini hidup di daerah hutan bakau atau pohon-

pohon, laut surut sampai laut lepas pantai dan karang-karang di tepi pantai, laut

dangkal bertemperatur hangat, laut dalam, di balik koral, parasit pada binatang

laut serta di atas hamparan pasir. Contoh ordo Mesogastropoda adalah Crepidula,

Littorina, Campeloma, Pleurocera, Strombus, Charonia, Vermicularia.

Page 9: molusca.pdf

Gambar 2.6. Contoh ordo Mesogastropoda. (A) Crepidula (B) Littorina

(C) Campeloma (D) Pleurocera (E) Strombus (F) Charonia

(G) Vermicularia. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968).

2.2.6.1.3. Ordo Neogastropoda

Insang sebuah dan tersusun dalam satu baris filamen, jantung beruang satu

nefridium berjumlah satu buah, mulut dilengkapi dengan radula yang berjumlah

tiga buah atau kurang dalam satu baris. Hewan ini hidup di daerah pasang surut

beriklim tropis, pada batu karang yang bertemperatur panas, laut lepas pantai, laut

dangkal dan laut yang berlumpur. Contoh ordo Neogastropoda adalah Murex,

Conus. Colubraria, Hemifusus.

(B)

(A) (D) (C)

Gambar 2.7. Contoh ordo Neogastropoda. (A) Murex (B) Urosalpinx (C)

Busycon (D) Conus. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman,

1968)

Page 10: molusca.pdf

2.2.6.2. Sub Kelas Ophistobranchia

Kelompok gastropoda ini memiliki dua buah insang yang terletak di

posterior, cangkang umumnya tereduksi dan terletak didalam mantel, nefridia

berjumlah satu buah, jantung satu ruang dan organ reproduksi berumah satu.

Kebanyakan hidup di laut. Subkelas ini dibagi kedalam delapan ordo yaitu:

2.2.6.2.1. Ordo Cephalaspidea

Cangkang terletak eksternal, besar dan tipis, beberapa jenis mempunyai

cangkang internal, kepala besar dilengkapi dengan Cephalic Shield, parapodia

biasanya ada dan lebar. Contoh ordo Cephalaspidea adalah Bulla.

Gambar 2.8. Bulla , contoh ordo Cephalaspidea

(Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

2.2.6.2.2. Ordo Anaspidea

Cangkang tereduksi jika ada terletak internal, kepala tanpa Cephalic

Shield, rongga mantel pada sisi kanan menyempit dan tertutup oleh parapodia

yang lebar. Contoh ordo Anaspidea adalah Aplysia.

Gambar 2.9. Aplysia, contoh ordo Anaspidea

(Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

Page 11: molusca.pdf

2.2.6.2.3. Ordo Thecosomata

Cangkang berbentuk kerucut, rongga mantel besar, parapodia lebar dan

merupakan modifikasi dari kaki yang berfungsi sebagai alat renang, hewan

berukuran mikroskopik dan bersifat planktonik. Contoh ordo Thecosomata adalah

Cavolinia, Limacina, Creseis.

Gambar 2.10. Cavolinia, contoh ordo Thecosomata

(Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

2.2.6.2.4. Ordo Gymnosomata

Tanpa cangkang dan mantel, parapodia sempit, hewan berukuran

mikroskopik dan bersifat planktonik. Contoh ordo Gymnosomata adalah Clione,

Cliopsis, Pneumoderma.

Gambar 2.11. Pneumoderma, contoh ordo Gymnosomata

(Sumber Gambar: Anonim, 2012)

Page 12: molusca.pdf

2.2.6.2.5. Ordo Nataspidea

Cangkang terletak internal, eksternal atau tanpa cangkang, rongga mantel

tidak ada plicate gill satu buah, terletak disisi kanan. Contoh ordo Notaspidea

adalah Umbraculum, Pleurobrancus.

Gambar 2.12. Umbraculum, contoh ordo Nataspidea

(Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

2.2.6.2.6. Ordo Acochilidiacea

Tubuh kecil diliputi spikula, tanpa cangkang, insang ataupun gigi, Visceral

mass besar dan memipih pada batas kaki. Misalnya Hedylopsis, Microhedyle.

Gambar 2.13. Microhedyle, contoh ordo Acochilidiacea

(Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

2.2.6.2.7. Ordo Sacoglossa

Dengan atau tanpa cangkang, radula dan buccal area, mengalami

modifikasi menjadi alat penusuk dan pengisap alga. Contoh ordo Sacoglossa

adalah Berthelinia.

Page 13: molusca.pdf

Gambar 2.14. Berthelinia, Contoh ordo Sacoglossa

(Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

2.2.6.2.8. Ordo Nudibranchia

Cangkang tereduksi, tanpa insang sejati, bernafas dengan insang sekunder

yang terdapat di sekeliling anus, rongga mantel tidak ada, permukaan dorsal tubuh

dilengkapi cerata berupa tonjolan dari kelenjar pencernaan. Contoh ordo

Nudibranchia adalah Glossodoris.

Gambar 2.15. Glosodoris, contoh ordo Nudibranchia

(Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

2.2.6.3. Sub Kelas Pulmonata

Bernapas dengan paru-paru, cangkang berbentuk spiral, kepala dilengkapi

dengan satu atau dua pasang tentakel, sepasang diantaranya mempunyai mata,

rongga mentel terletak di interior, organ reproduksi hermaprodit atau berumah

satu. Sub kelas ini dibagi menjadi dua ordo yaitu :

2.2.6.3.1. Ordo Stylomatophora

Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata di

ujungnya, kebanyakan anggotanya teresterial. Misalnya Achatina, Triodopsin,

Limax.

Page 14: molusca.pdf

A C

B

Gambar 2.16. Contoh ordo Stylomatophora. (A) Triodopsis (B) Limax (C)

Achatina. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman, 1968)

2.2.6.3.2. Ordo Basomatophora

Tentakel berjumlah dua pasang, sepasang diantaranya mempunyai mata

didepannya, kebanyakan anggotanya hidup di air tawar, kosmopolitan. Contoh

ordo Basomatophora adalah Physa.

Gambar 2.17. Contoh ordo Basomatophora. (A) Lymnaea (B) Physa (C)

Helisoma (D) Ferrissia. (Sumber Gambar: Hegner & Engeman,

1968)

Page 15: molusca.pdf

2.3. Keanekaragaman, Kepadatan dan Dominansi

Keanekaragaman (diversitas) adalah istilah untuk menunjukkan variasi

atau variabilitas makhluk hidup. Ada dua konsep keanekaragaman (keragaman)

spesies yang terdapat dalam komunitas, yakni :

1. Kekayaan spesies (spesies richness), yakni jumlah atau cacahan spesies yang

ada di komunitas tersebut.

2. Heterogenitas, yakni penggabungan dari konsep kelimpahan relative (nisbi).

Artinya dalam menganalisa keanekaragaman spesies yang terdapat pada suatu

komunitas, disamping faktor jumlah (cacah) spesies yang ada di komunitas

tersebut, faktor kelimpahan relative dari masing-masing spesies yang terdapat

pada komunitas itu turut diperhitungkan (Ginting, 2010).

Menurut primack dkk (1998) dalam Handayani (2006) keanekaragaman

jenis menunjuk seluruh jenis pada ekosistem, sementara Desmukh (1992) dalam

Handayani (2006) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis sebagai jumlah jenis

dan jumlah individu dalam satu komunitas. Jadi keanekaragaman jenis adalah

menunjuk pada jumlah jenis dan jumlah individu setiap jenis.

Kepadatan adalah kerapatan atau kepadatan populasi dalam area yang

ditempatinya. Dalam memperbandingkan dua atau lebih komunitas dengan indeks

keanekaragaman yang berbeda, jumlah spesies yang ada dan jumlah individu

dalam tiap-tiap spesies biasanya tampak akan tetapi derajat kesamaan dalam

distribusi individu atas spesies tidak tampak (Ginting, 2010).

Dominansi adalah jenis individu yang paling banyak jumlahnya.

Dominansi merupakan pengendalian nisbi yang diterapkan makhluk atas

komposisi spesies dalam komunitas. Derajat dominansi terpusat di dalam satu,

beberapa atau banyak spesies dapat dinyatakan dengan indeks dominansi, yaitu

jumlah kepentingan tiap-tiap spesies dalam hubungan dengan komunitas secara

keseluruhan (Ginting, 2010).

Page 16: molusca.pdf

2.4. Ekosistem Pantai

Ekosistem atau sistem ekologis terdiri atas berbagai macam komunitas

dalam suatu daerah geografis besar. Istilah ekosistem telah diperkenalkan oleh

Tansley pada tahun 1935, dan ide ekosistem digunakan untuk menjelaskan

hubungan antara komunitas biotik dengan berbagai faktor fisika dan kimia

lingkungan. Konsep ekosistem memberikan suatu model lingkungan untuk

mengevaluasi kerja dari berbagai sistem biologis pada suatu skala besar

(Brahmana, 2001).

Pantai merupakan daerah yang mempunyai kedalaman kurang dari 200

meter. Pada pantai terdapat daerah litoral yaitu daerah yang berada diantara

pasang tertinggi dan air surut terendah atau disebut daerah intertidal (Nybaken,

1992). Adanya nutrien di dalam air dan arus serta didukung oleh faktor kimia dan

fisika menjadikan pantai sebagai perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Suhu

dan salinitas merupakan parameter-parameter fisik yang penting untuk kehidupan

organisme di perairan pantai. Kisaran suhu untuk hidup aktif organisme pantai

adalah 0 sampai 35°C (Nontji, 1987 dalam Handayani, 2006).

Dasar lautan dapat di bedakan menjadi tiga daerah atau Zona yaitu :

a. Zona litoral yaitu daerah yang masih dapat ditembus oleh cahaya sampai

dasar perairan 0 – 200 meter.

b. Zona neritik yaitu daerah perairan yang masih ada cahaya, tetapi remang-

remang 200 – 2000 m.

c. Zona abisal yaitu daerah perairan yang tidak lagi dapat ditembus oleh cahaya,

daerah ini mencapai kedalaman lebih dari 2000 meter (Romimohtarto &

Juwana, 2001).

Page 17: molusca.pdf

Gambar 2.18. Diagram bagian-bagian lingkungan laut

(Sumber Gambar: Romimohtarto & Juwana, 2001)

Menurut Nyabakken (1992) di lihat dari struktur tanah dan bahan

penyusunnya pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

a. Pantai Berbatu

Daerah ini tersusun dari bahan kertas dan merupakan dasar paling padat

makro organismenya dan mempunyai keanekaragaman besar, baik spesies hewan

maupun spesies tumbuhan. Hamparan tumbuhan vertikal pada zona intertidal

berbatu amat beragam, tergantung pada kemiringan permukaan berbatu, kisaran

pasang surut, dan keterbukaannya terhadap gerakan ombak. Keterangan yang

paling jelas mengenai terjadinya zona ini adalah bahwa zona-zona tersebut

terbentuk dari hasil kegiatan pasang surut di pantai dan oleh karena itu

mencerminkan perbedaan toleransi organisme terhadap peningkatan keterbukaan

terhadap udara dan hasilnya adalah kekeringan dan suhu yang ekstrim. Faktor

biologis yang utama adalah persaingan, pemangsa, dan grazing (herbivora).

Page 18: molusca.pdf

b. Pantai Berpasir

Pantai pasir intertidal umum terdapat di seluruh dunia dan lebih terkenal

dari pada pantai berbatu, karena pantai pasir ini merupakan tempat yang dipilih

untuk melakukan berbagai aktivitas rekreasi.

c. Pantai Berlumpur

Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan

gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal

yang benar-benar terlindung dari aktivitas gelombang laut terbuka. Kelompok

makro fauna yang dominan di daerah pantai berlumpur ini sama dengan yang

terdapat di pantai pasir yaitu berbagai cacing Polikaeta, Moluska Bivalvia, dan

Krustacea besar dan kecil, tetapi dengan jenis yang berbeda tipe cara makan yang

dominan di dataran lumpur adalah pemakan deposit dan pemakan bahan yang

melayang (suspemi) sama halnya seperti pantai pasir, contohnya Tiram telinida

yang kecil dari genus Macoma atau Scrobicularia.

2.5. Faktor Fisika Kimia Lingkungan Perairan

2.5.1. Suhu

Suhu merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam

pengkajian kelautan. Suhu merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan

distribusi makhluk hidup (Odum, 1993). Suhu mempengaruhi proses metabolisme

dan biokimia seperti aktivitaas enzim dan konsumsi oksigen, pertumbuhan dan

reproduksi serta morfologi seperti bentuk cangkang Mytilus edulis (Levinton,

1982 dalam Sitorus, 2008). Suhu air pada kisaran 27-310 C juga dianggap cukup

layak untuk kehidupan mollusca seperti tiram mutiara.

Menurut Brahmana (2001) Seluruh spesies yang hidup dalam lingkungan

laut, terbatas pada satu kisaran sempit dari suhu. Beberapa spesies dapat bertahan

hidup dalam waktu tertentu dengan temperatur rendah, biasanya pada satu tingkat

tidak aktif, tetapi beberapa spesies alga hijau biru dan bakteri dapat beradaptasi

pada temperatur lingkungan ekstrim ±90°C. Umumnya sebagian besar spesies

lautan adalah stenothermal, yaitu organisme yang hanya mampu untuk

mentoleransi pada satu kisaran temperature sempit. Adanya variasi temperature

Page 19: molusca.pdf

dalam harian atau variasi musimaan sangat mempengaruhi metabolisme dan

aktivitas spesies. Tenyata kebanyakan spesies dapat betahan hidup dalam

temperatur turun daripada temperatur naik, dengan perubahan temperature yang

sama (misal temperature turun 10°C, lebih tahan daripada temperatur naik 10°C).

2.5.2. pH

pH sangat penting sebagai parameter kualitas air karena mengotrol tipe

dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan air. Selain itu ikan dan makhluk-

makhluk akuatik lainnya hidup pada selang pH antar 7-8, 5, dengan diketahuinya

nilai pH maka kita akan tahu apakah air tersebut sesuai atau tidak untuk

menunjang kehidupan mereka. Besar pH berkisar dari 0 (sangat asam) sampai

dengan 14 (sangat basa/alkalis) nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan

yang asam, diatas 7 menunjukkan basa dan pH sama dengan tujuh disebut sebagi

netral (Sitorus, 2008).

Menurut Romimohtarto (1985) dalam Sitorus (2008) pH air laut

permukaan Indonesia pada umumnya bervariasi dari lokasi ke lokasi 6, 0-8, 5

perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut.

Khususnya pada filum mollusca contohnya tiram mutiara berkisar 7, 8-8, 6.

2.5.3. Salinitas

Salinitas (S) merupakan jumlah gram dari garam terlarut dalam 1000 gram

air laut (setelah seluruh bromide telah diganti khlorine, seluruh karbon telah

diubah ke oksidasi dan seluruh materi organik telah diuraikan). Salinitas biasanya

dinyatakan dalam bagian per 1000 (simbol: ‰). Walaupun persen (%) dan garam

per kilogram dapat digunakan. Salinitas pada perairan laut lepas berkisar 33‰

sampai 38‰, dengan rata-rata pada 35‰ dan di perairan pantai biasanya lebih

rendah dari laut karena adanya pengenceran dari aliran sungai ke laut (Brahmana,

2001).

Pada gradien salinitas bergantung pada musim, topografis, pasang surut

dan jumlah air tawar yang masuk. Menurut Romimohtarto (1985) dalam Sitorus

(2008) Variasi salinitas mengalami estuari di Indonesia berkisar antara 15-32‰.

Hasil penelitian kerang hijau (Perna viridis) memberikan petunjuk bahwa salinitas

yang 15‰ dapat menyebabkan kematian kerang tersebut. Pada salinitas 18‰

Page 20: molusca.pdf

keberhasilan menempel kerang darah (Anadara granosa) lebih tinggi. Tiram

hidup dalam perairan dengan salinitas yang lebih rendah daripada salinitas untuk

kerang hijau (Perna viridis) dan kerang darah, (Anadara granosa).

2.5.4. Oksigen Terlarut (DO/Dissolved Oxygen)

Oksigen terlarut adalah satu faktor penting dalam sistem perairan. Oksigen

terlarut merupakan kebutuhan dasar bagi organisme akuatik termasuk bentos,

karena digunakan untuk respirasi . Kehidupan di air dapat bertahan jika ada

oksigen terlarut minimum sebanyak 4 mg/l, selebihnya tergantung kepada

ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan

sebagainya. Jumlah okxigen terlarut meningkat sejalan dengan menurunnya suhu

dan menurun dengan naiknya salinitas, (Levinton, 1982 dalam Sitorus, 2008).

2.5.5. Biological Oxygen Demand (BOD)

Pengukuran BOD kepada kemampuan mikroorganisme untuk

menguraikan senyawa organik. Pengukuran yang umumnya dilakukan oleh

mikroorganisme dalam air untuk memecah bahan organik yang ada di dalam air

lingkungan tersebut (Wadhana, 1995 dalam Sitorus, 2008). Angka BOD yang

tinggi menunjukkan terjadinya pencemaran organik di perairan. Nilai konsetrasi

BOD5 menunjukkan kualitas suatu perairan masih tergolong baik apabila

konsumsi O2 selama periode 5 hari berkisar 5 mg/l (Brower,et all, 1990 dalam

Sitorus, 2008).

2.6. Kerangka Konseptual

Kawasan pesisir pantai merupakan daerah terjadinya interaksi di antara

tiga unsur alam utama yaitu, daratan, perairan, dan udara. Proses interaksi tersebut

berlangsung sejak ketiga unsur ini terbentuk. Pantai mempunyai bagian yang

berupa daerah air pasang dan air surut, yang disebut daerah Intertidal. Daerah ini

pada waktu air surut akan terbuka, sedangkan pada saat air pasang akan terendam

air laut. Keadaan yang spesifik ini dan tekanan yang disebabkan oleh terbuka dan

terendamnya daerah ini menimbulkan perkembangan komunitas hewan yang

spesifik pula. Air laut merupakan wahana bagi organisme hidup di laut yang

merupakan salah satu komponen di ekosistem. Sebagai komponen dan ekosistem,

Page 21: molusca.pdf

maka air laut harus dijaga kelestariannya selama masih dapat diperbaharui, karena

apabila air laut sudah tercemar atau kelestariannya hilang maka semua organisme

yang ada di laut akan mati.

Pantai Timur Serdang Bedagai memiliki garis pantai yang cukup panjang.

Di sepanjang garis Pantai Timur Serdang Bedagai memiliki banyak nama pantai,

diantaranya Pantai Mutiara 88, Pantai Gudang Garam, Pantai Pondok Permai,

Pantai Cermin, Pantai Kuala Putri, Pantai Klang, dan Pantai Sialang Buah. Di

pantai-pantai tersebut cukup banyak terdapat hewan Gastropoda yang

beranekaragam. Untuk mengetahui keanekaragaman jenis-jenis hewan Gastropoda

tersebut perlu dilakukan Inventarisasi terhadap hewan Gastopoda.

Gastropoda merupakan hewan yang berjalan dengan perutnya. Gastropoda

umumnya memiliki cangkang tunggal atau bercangkang tunggal yang terpilin

membentuk spiral dengan bentuk dan warna yang beranekaragam. Gastropoda

umumnya hidup di laut tetapi ada sebagian yang hidup di darat. Gastropoda

mempunyai peranan yang penting, baik dari segi ekologi maupun ekonomi.

Beberapa Gastropoda mempunyai nilai penting secara ekonomi karena

cangkangnya dapat digunakan untuk berbagai hiasan yang mahal, seperti

Cypraea, Murex, dan Trochus. Selain itu beberapa Gastropoda juga dapat

berperan sebagai sumber bahan makanan seperti Cymbiola yang diambil

dagingnya untuk dikonsumsi, sedangkan dari segi ekologi yang berperan sebagai

konsumen, contohnya adalah Cellana radiate.

Keberadaan Gastropoda juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisika

perairan yaitu suhu, pH, salinitas, DO, dan BOD dimana semua faktor tersebut

berpengaruh terhadap kelimpahan, keanekaragaman, dominansi dan pola

sebarannya Gastropoda itu sendiri. Dalam ekosistem untuk mengetahui komunitas

hewan yang terdapat di dalamnya perlu dilakukan pengambilan sampel dan

melakukan analisis data. Keanekaragaman hayati ditunjukkan antara lain, oleh

variasi bentuk, ukuran, jumlah (frekuensi), warna, dan sifat-sifat lain makhluk

hidup. Keanekaragaman jenis seringkali disebut heterogenitas jenis, yaitu

karakteristik unik dari komunitas suatu organisasi biologi dan merupakan

gambaran struktur dari komunitas. Setiap sistem lingkungan memiliki

Page 22: molusca.pdf

keanekaragaman yang berbeda. Komunitas yang mempunyai keanekaragaman

tinggi lebih stabil dibandingkan dengan komunitas yang memiliki

keanekaaragaman jenis rendah.

Dominasi merupakan spesies yang mendominasi pada suatu komunitas

pada tiap habitat. Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan

penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu

jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis

mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah.

Untuk dapat melakukan analisis data dari sampel yang ada, sebelumnya pada

penelitian ini akan menggunakan metode adalah teknik surve dan purposive

sampling dengan melakukan cuplikan sengaja pada garis garis transek di dalam

plot pengamatan pada setiap pantai tempat penelitian yang akan dilaksanakan

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya berdasarkan rona

lingkungan perairan pantai.