modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini....

23

Click here to load reader

Transcript of modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini....

Page 1: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

MODUL PERKULIAHAN

KEWARGANEGARAAN

ETIKA BERWARGA NEGARA:Suatu Pengantar

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Psikologi 01 90003 Reddy Anggara, S.IKom., M.IKom

Abstract KompetensiModul pertama ini akan mengantarkan mahasiswa kepada pemahaman tentang pentingnya etika berwarganegara, terutama pada konteks bermasarakat, berbangsa dan bernegara.

Setelah membaca, mempelajari dan memahami modul 1 ini, mahasiswa diharapkan dapat:1. Memahami pentingnya etika

berwarganegara.2. Memahami Perspektif etika

berwarganegara.3. Memahami beberapa pokok

bahasan yang menjadi topic inti dalam kuliah kewarganegaraan.

Page 2: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

2017 2 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

MODUL 1

ETIKA BERWARGA NEGARA:

Suatu Pengantar

I. PENGANTAR

Ada yang mengatakan Indonesia negeri seribu satu masalah, masalah yang satu

belum selesai masalah lain datang. Silih berganti tanpa henti, bertumpuk dan kemudian

banyak yang terlupkan. Bank Century, skandal Mr. Gayus H Tambunan, korupsi di

kementrian Pemuda dan Olah Raga dan kementrian Transmigrasai. Belum lagi tentang

kongkalikong di SKK Migas, dan sederet kasus lainnya. Seperti paranormal, para pengamat

politik berlomba menyuarakan hasil “terawangannya”, dan silang pendapat pun tak

terhindarkan. Setiap hari berita besar pada media massa menampilkan hiruk pikuk politik

dan hukum yang amburadul. Pantas jika sebagian masyarakat merasa lelah, bahkan apatis

terhadap bangsa ini. Jika situasi ini terus berlarut-larut, maka sangat mungkin apatisme

masyarakat kian memuncak dan menyebabkab bom waktu yang destruktif bagi negeri ini.

Rating tayangan televise misalnya, lebih banyak dikuasai oleh tayangan hiburan ketimbang

debat yang mencerdaskan. Apatah dikata, masyarakat ini dalam keadaan tertekan,

terhimpit, dan terbelit masalah ekonomi, sehingga membutuhkan hiburan sebagai

penghilang lara.

Negara ini terlalu banyak dirundung malang, dikoyak oleh oknum-oknum yang hanya

mementingkan kepentingan pribadi dan kelompoknya. APBN seribu trilyun lebih nyaris tanpa

arti. Pertumbuhan ekonomi tanpa makna. Pengangguran terus meningkat, kesehatan rakyat

tak terperhatikan, kemiskinan meninggi, pendidikan tetap tertinggal, tata kota yang

semrawut, kemacetan di mana-mana, dan puluhan bahkan ribuan lagi problem bangsa ini.

Kita saat ini tak ubahnya diambang kehancuran, keterpurukan, dan mungkin saja

realitas yang lebih dari itu bisa terjadi. Apa yang salah dengan negeri ini ? Apa yang keliru

dengan sistem pemerintahan kita ? Apa yang terjadi dengan mental bangsa ini ?

Dimanakah para pejabat kita saat ini ? Dimanakah para wakil rakyat yang terhormat

berada, yang pada waktu kampanye mengobral sejuta janji gombal ? Pertanyaan-

pertanyaan itulah yang saat ini pantas dialamatkan kepada bangsa ini, terutama kepada hati

nurani setiap insan yang mengaku dirinya Pancasilais.

Diusia Republik ini yang telah berkepala enam, kita masih belum ”merdeka” secara

substansial. Jurang kemiskinan semakin menganga lebar dan pengangguran di mana-mana,

2017 3 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

sementara daya beli masyarakat kian melemah. Nilai uang ters mersot. Harga-harga barang

semakin tarterjangkau. Untung saja budaya bangsa ini senantiasa berfilsafat: ”ambil

hikmahnya, jadikan pelajaran. Sekeras apapun yang menghimpit bangsa ini kita senantiasa

menorehkan secercah harapan, semoga hari esok lebih baik dari hari ini”. Klise tetapi itulah

”obat hati” yang paling mujarab saat ini.

Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita

perbuat pada waktu yang lalu. Para pejabat kita suka sekali mencari ”kambing hitam”

apabila terjadi sesuatu yang menyangkut dirinya. Pola-pola itu telah berurat dan berakar dan

tak akan hilang dalam hitungan satu generasi. Bangsa ini terlalu banyak seremoni dan ritual,

tetapi kosong dari substansi. Para politisi selalu ada saja ada pamrihnya. Politik dan partai

politik tak ubahnya seperti ”kuda tunggang” yang dipacu sedemikian rupa untuk mengejar

harta dan bentuk ekonomi lainnya, sementarat rakyat terbelenggu oleh kemiskinan yang

tiada akhir.

Media massa on line misalnya menyebut paling tidak ada 10 permasalahan bangsa

yang saat ini tengah melilit bangsa Indonesia:

1. Korupsi sebagai penyakit bangsa yang belum teratasi

2. Ketidak Percayaan masyarakat terhadap Lembaga peradilan dan Penegak hukum

3. Krisis ketidakpercayaan dan demoralisasi pada politikus di DPR

4. Buruknya sistem birokrasi di pemerintahan mulai dari level paling bawah hingga ke

atas

5. Hancurnya Perekonomian Global yang sedikit berimbas pada perekonomian bangsa

6. Permasalahan Korupsi Nazarudin dan beberapa elit Partai demokrat

7. Masalah NARKOBA yang mengancam generasi produktif bangsa ini

8. Angka Kemiskinan dan pengangguran yang masih besar

9. Masalah kesejahteraan dan kesehatan yang masih mengancam khususnya HIV

AIDS, malnutrisi (kurang gizi) dan kesehatan ibu dan anak

10. Kekerasan dan pengabaian hak terhadap kaum lemah khususnya anak, perempuan

dan kaum miskin1

Kita ingin menemukan jawaban atas semua persoalan yang ”berat” menimpa bangsa

ini. Kita akan menggunakan perspektif Etika Berewarga Negara untuk mencari kebuntuan

dan lorong yang gelap gulita ini, sehingga pada gilirannya harapan dan masa depan dapat

kita raih dengan lebih baik. Kita tidak boleh menyerah terhadap kenyataan, sebab pada

1 http://demokrasiindonesia.wordpress.com/2012/07/20/10-permasalahan-utama-bangsa-indonesia-tahun-2012/

2017 4 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

dasarnya kenyataan itu amat tegantung kepada kita. Kitalah sebagai subjeknya untuk

merubah apapun, termasuk merubanh masa depan bangsa ini.

II. PERSPEKTIF ETIKA BERWARGA NEGARA

Dalam perspektif Etika Berwarga Negara, berbagai persoalan yang mendera bangsa

ini bisa ditelusuri dalam beberapa hal. Pertama, kita memiliki Pancasila tetapi hanya sebatas

memahaminya, tetapi tidak pernah menjadi bagian perilaku sehari-hari. Dalam kata lain,

Pancasila hanya sebatas dibibir dan tidak pernah dihayati apalagi diamalkan, sehingga krisis

identitas, moral dan etika merajalela, lahirlah koruptor-koruptor diberbagai tingkatan

birokrasi. Dan uniknya, korupsi di Indonesia seringkali dilakukan secara berjamaah.

Pancasila hanya dihafal sila-silanya, dilihat gambar burung garudanya, tetapi semua itu

menjadi tanpa makna karena tak berjejak dalam perilaku bangsa ini.

Kedua, kita sedang dilanda kritis budi pekerti atau krisis moral yang menyebabkan

perilaku anarkis, tawuran, pemerkosaan dan perilaku a-sosial lainnya. Kekerasan sepertinya

telah menjadi bagian pemandangan sehari-hari di negeri ini. Amarah massa mudah terbakar

karena hal-hal sepele, apalgi oleh hal-hal yang dianggap prinsipil. Para budayawan dalam

banyak kesempatan, diskusi, seminar, dan lokakarya menyerukan tentang pentingnya

pelajaran budi pekerti. Budi pekerti harus masuk kepada kurikulum pendidikan sehingga

anak didik sejak dini memiliki pondasi budi pekerti yang kokoh. Tetapi lagi-lagi semua itu

kerapkali hanya berakhir di atas meja. Teori, konsep, rumus dan lain-lain hanya indah pada

tataran kertas kerja tetapi tanpa bukti dalam alam kenyataan.

Ketiga, kita sedang dilanda krisis spiritualitas. Agama hanya dijalankan sebatas ritual

tanpa merefleksi ke dalam perilaku dan tindakan. Banyak para pelaku korupsi bergelar haji

dan sederet gelar akademis tetapi semua itu tidak menjadikan ia “soleh” dan “solehah”. Kita

tidak mempersoalkan agamanya apa, tetapi yang paling penting siapa pun mesti

menjalankan perintah agamanya. Kita percaya bahwa tidak ada satu agama pun yang

menyuruh pemeluknya untuk berlaku dan bertindak yang tidak terpuji. Dan kita pun percaya

bahwa seluruh agama menyeru kepada perdamaian, kemanusiaan, dan lain-lain yang

sifatnya positif. Agama hanya sebagai ritual, bahkan mungkin kamuflase untuk menutupi

berbagai keburukan. Keberagaan yang seperti itu, yang lebih mementingkan ritual dan tanpa

substansi jelas terjebak kepada praktek beragama yang simbolistik. Kesalehan individu yang

dibangun tidak lantas menjelma pada kresalehan sosial.

Keempat, di samping kita dilanda berbagai macam krisis, bangsa ini pun tengah

berada dalam cengkraman kapitalisme yang menggurita. Kapitalisme pada gilirannya

2017 5 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

melahirkan gaya hidup hedonis, konsumeris, narcis, dan pemujaan terhadap kesenangan

lainnya. Oleh karena itu, untuk mengejar kesenangan orang pun cenderung menghalalkan

segala cara, termasuk korupsi, merampok, pat-gulipat, dan lain-lain. Banyak peneliti

menengarai bahwa perilaku korupsi lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup mewah, hura-

hura, dan lain-lain. Menjadi pejabat Negara tidak dijadikan sebagai ajang untuk berbakti

pada negeri, tetapi lebih kepada mengeruk kekayaan untuk diri dan kelompoknya. Banyak

politisi yang tanpa hati, kegemarannya hanya berburu rente, bermewah-mewahan dengan

sedikit retorika atas nama rakyat.

Secara lebih rinci, kegagalan Pancasila pada ranah kehidupan bangsa ini dapat

dilihat sebagai berikut:

1. Ketuhanan yang maha esa

Pada sila ini diharapkan warga indonesia agar percaya pada kekuatan yang mengatur

segalnya yaitu tuhan, namun karena keberagaman agama yang ada di negeri kita maka

disebutlah tuhan yang maha esa, bukan Allah SWT yang merupakan tuhan umat islam

(founding fathers adalah orang islam) dan pada piagam jakarta pun disebutkan menjalankan

sesuai syariat islam. Hal ini pun didukung oleh Undang-undang dasar 1945 sebagai

konstitusi negara yaitu “setiap warga negara berhak memeluk agama dan kepercayaan

masing-masing.”

Namun apalah yang terjadi pada saat ini,jangankan bertuhan, warga indonesia beradab pun

tidak. Bila ditinjau dari segi agama maka kesalahannya adalah masih banyak rakyatkita

yang percaya akan tahayul, dukun, ilmu gaib, kekuatan gaib dan lain sebagainya. Padahal

jelaslah bahwa kekuatan terkuat adalah Allah SWT.

Bila ditinjau dari segi hukum, maka warga indonesia tidak mengindahkan apa yang telah

diriwatkan pada konstitusi negara, dan ideologi bangsa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pada sila ini para pendiri negara menginginkan bahwa dikemudian hari rakyat indonesia

menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia, padahal seperti kita tahu,tak ada

manusia yang sempurna, pasti tak ada manusia yang luput dari keasalahan. Hal ini

menunujukan cita-cita muluk bangsa indonesia.

Bila kita bicara adil, maka adil kah kehidupan di negeri kita ? ya jawabannya tentu saja tidak.

Perbedaan dan ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya serta perbedaan antara

rakyat biasadan pejabat, bahkan rakyat negeri kita ini masih membedakan antara orang

2017 6 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

cacat dan normal,Nauzubilahimin dzalik. Apakah keadilan ada di negeri kita ? orang yang

jelas-jelas salah divonis bebas oleh pengadilan, justru orang yang hanya melakukan

kesalahan kecil yang masih dapat ditoleransi diberi hukuman. Bahkan kita lihat perbedaan

pelayana di penjara para koruptor dengan Narapidana kasus-kasus non korupsi, jelas jauh

berbeda.

Beradab ? Para koruptor telah memakan mentah–menath kata beradab,meraka telah

mengingkari janji mereka pada negara, bangsa, dan keluarga mereka, terkutuklah wahai

kalian para koruptor.

3. Persatuan Indonesia

Pada sila ini tentu saja para pendiri negara menginginkan seluruh wilayah yang berhasil

mereka merdekakan tahun 1945 dan diproklmirkan sebagai wilayah NKRI tetap bersatu.

Mulai dari sabang samapi merauke, dan dari miangas sampai pulau rote tetap milik NKRI.

Namun apakah kita bersatu ? tentu saja jawabannya tidak, bila kita melihat fakta. Di

berbagai daerah masih terjadi usaha-usaha untuk memerdekakan diri dari NKRI, sebut saja

Provinsi Nangro Aceh Darussalam yang ingin merdeka dengan GAM-nya, Provinsi Maluku

dengan RMS-nya, atau Provinsi Papua dengan OPM-nya. Bahkan Timor Leste berhasil

lepas tahun 2000. yah beginilah negeri kita yang terus terpecah belah. Apakah

penyebabnya ?

Penyebab utama adalah ketidakpuasaan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,

karena pemerintah pusat selalu memprioritaskan pembangunan di pulau Jawa dibandingkan

daerah lain.

Dengan merdeka mereka berpikir mungkin akan lebih mudah mengatur tatanan

pemerintahan dan pembangunan tanpa hru menunggu instruksi pusat.Penyebab lain adalah

mereka para pemimpin daerah yang semakin pintartak mau lagi daerahnya diperalat oleh

pusat.Contoh adalah papua dan kalimantan, sumber daya alam papua dan kalimantan

sangatlah berlimpah, namun mana yang lebih makmur orang kalimantan atau jawa ? nah

itulah penyebabnya, daerah tak mau lagi digunakan sebagai pemasok keuntungan ke pusat

padahal daerahnya sendiri tidak mendapat keuntungan tersebut, mekipun dapat pasti hanya

sekitar 35%, dan sisanya diambil oleh pusat.

Penyebab lainnya adalah rasa fanatisme terhadap daerah masing-masing sangatlah

tinggi.Cobalah lihat pertandingan sepakbola, kala persija menjamu persib atau sebaliknya,

maka peluang terjadinya keributan adalah 95%.Sungguh ironis, padahal kita satu bangsa,

namun ternyata kulit daerah masih menyeubungi kita.

2017 7 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Nah, sila ini boleh dibilang sebagai sila yang paling “sukses” bahkan pada saat baru lima

tahun baru merdeka sila ini telah terwujud (1950). Sila jelas bisa terwujud karena adanya

sistem pmungutan suara atau PEMILU untuik memilih wakil-wakil rakya di parlemen,

sekaligus pemimpin negara. Namun, seolah tak mau ketinggalan dari sila lain, sila ini pun

punya sisi gagalnya. apakah itu ?.

Meskipun prosesnya sukses, namun mari kita toleh pada outputnya, hampir setiap hari

mungkin kita dengar berita tentang mereka di media masa.Yang terhangat adalah

pengajuan dana aspirasi total 8.4 triliyun rupiah, jumlah yang waw, fantastis. Atau kasus

penggelapan dana pajak, aksi saling pukul antar angota dewan, adu mulut, atau lainnya.Ya

tak salah lagi kegagalannya adalah moral para wakil rakyat yang mewakili 3 sila sebelumnya

plus korupsi, skandal seks, dan kejahatan terselubung.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Sila ini adalah yang paling gagal, mungkin haya sekedar mengulang dari sila kedua

“Perbedaan dan ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya serta perbedaan antara

rakyat biasadan pejabat, bahkan rakyat negeri kita ini masih membedakan antara orang

cacat dan normal,Nauzubilahimin dzalik. Apakah keadilan ada di negeri kita ? orang yang

jelas-jelas salah divonis bebas oleh pengadilan, justru orang yang hanya melakukan

kesalahan kecil yang masih dapat ditoleransi diberi hukuman. Bahkan kita lihat perbedaan

pelayana di penjara para koruptor dengan Narapidana kasus-kasus non korupsi, jelas jauh

berbeda.”

Dalam kesimpulan dari apa yang telah terbahas adalah bahwa negara kita bukannya tidak

memiliki norma dalam penerapan pancasila.Akan tetapi Negara kita kurang dalam hal

pelaksanaan fungsi dari pancasila itu sendiri2.

Etika Berwarga Negara idealnya memberi kesadaran terhadap kita, terutama para

mahasiswa tentang berbagai anomali pada tataran kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara. Pemahaman dan penghayatan terhadap Etika Berwarga Negara harus

mampu melahirkan manusia yang Pancasilais, religious, beretika, dan menjunjung tinggi

nilai-nilai kemanusiaan. Muara dari semua itu, kita ingin menciptakan suatu bangsa yang

beradab yang pada gilirannya bisa bersaing dengan bangsa-bangsa lain, dan secara

internal menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran.

2 http://psikologiunity.wordpress.com/2010/12/26/pancasila-kegagalan-dalam-pelaksanaan/

2017 8 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

Kata adil dan makmur begitu mudah diucapkan, mengalir dari mulut para pejabat dan

elit politik (partai), apalagi jika datang musim kampanye. Tawaran janji, iming-iming, politik

uang dan sebagainya mengalir deras untuk meninabobokan masyarakat sehingga memilih

dirinya. Tetapi ketika yang bersangkutan telah duduk di kuri “empuk”, maka seketika itu pula

mereka melupakan janjinya. Jangankan mereka menepati janjinya, hanya sekedar

mendatangi pemilihnya pun menjadi barang langka. Ritual lima tahunan itu tanpa bekas,

terutama bagi wong cilik.

Apabila diibaratkan syair lagu dangdut, kira-kira begini:

“seperti gincu merah menghiasi bibirmu,

pagi kau ucapkan, sore hilang cintamu…

seperti tajamnya kuku yang ada di jarimu

Engkau tinggalkan luka dalam hatiku…..

Dalam konteks akademis (Perguruan Tinggi), Pendidikan Kewarganegaraan

diharapkan memberikan beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:

a. agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan

komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM.

b. agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan menghentikan

berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai.

c. agar mahasiswa memilik kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya

menyelesaikan konflik di masyarakat dengan dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan

nilai-nilai universal.

d. agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan objektif terhadap persoalan kenegaraan,

HAM, dan demokrasi.

e. agar mahasiswa mampu memebrikan kontribusi dan solusi terhadap berbagai

persoalan kebijakan publik.

f. agar mahasiswa mampu meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).

Menurut Kaelan3, misi dan visi pendidikan kewarganegaraan meliputi:

1. Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah sumber nilai dan

pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna

3 Lihat Kaelan, 2010, hal. 2.

2017 9 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

menantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.

2. Misi Pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untukmembantu

mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu

menwujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam

menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.

III. FENOMENA MEMUDARNYA NASIONALISME

Di sisi lain, ada fenomena yang patut diwaspadai dalam kaitannya dengan

nasionalisme saat ini. Di mana sebagian generasi muda (salah satunya kelompok

mahasiswa) yang cenderung kehilangan rasa nasionalisme, bersikap cuek terhadap apa

yang terjadi pada bangsa ini, masa bodoh, dan lain-lain. Tetapi menurut pengamatan saya,

gejala memudarnya rasa nasionalisme ini bukan saja terjadi dikalangan generasi muda

tetapi telah mewabah kepada para pejabat negara (mungkin tidak semua). Mereka (kedua

kelompok) tersebut umumnbya bersikap atau berpendirian “EGP” (emang gue pikirin), yang

penting gue happy…..

Pandangan tersebut misalnya dapat dicermati dari uraian berikut ini:

Akhir-akhir ini ditengarai bahwa semangat nasionalisme dan patriotisme, khususnya di kalangan generasi muda indonesia telah memudar. beberapa indikasi antara lain adalah munculnya semangat kedaerahan seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, ketidakpedulian terhadap bendera dan lagu kebangsaan, kurangnya apresiasi terhadap kebudayaan dan kesenian daerah, konflik antar etnis yang mengakibatkan pertumpahan darah.

Ketidakmampuan pemerintah pasca orde baru dan era reformasi untuk mengatasi krisis multidimensional sering dijadikan "kambing hitam" penyebab memudarnya nasionalisme. banyak orang yang tidak merasa bangga menjadi orang indonesia akibat citra buruk di dunia internasional sebgai "sarang koruptor" dan "sarang teroris". banyak orang yang enggan membela negara dengan alasan "Apa yang saya dapat dari negara? " Presiden John F. Kennedy dari Amerika Serikat pernah mengatakan "DON'T ASK WHAT YOUR COUNTRY CAN DO FOR YOU, ASK WHAT CAN YOU DO FOR YOUR COUNTRY!". semangat seperti itu seharusnya juga berlaku bagi semua warga negara Indonesia. ada semacam kekeliruan pandangan bahwa negara identik dengan pemerintah. Setiap warga negara boleh saja tidak setuju dengan kebijakan pemerintah, tapi dia tetap berhak dan wajib membela negaranya4.

Sebagian mahasiswa umumnya kehilangan idelaisme dan cenderung bersikap

pragmatik. Mereka hanya disibukan dengan urusan belajar, main, hura-hura, dan sejumlah

4 http://hanyabasa-basi.blogspot.com/2010/11/memudarnya-nasionalisme-dan-kecintaan.html

2017 10 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

kegiatan lain yang jauh dari mempertebal nasonalisme. Bagi mereka, masa bodoh Indonesia

menjadi negara yang tanpa arah, yang penting dirinya bisa hidup layak bahkan mewah.

Sebagaian para pejabat pun bersikap pragmatis dengan cara memperkaya diri

sendiri melalui cara-cara yang tidak terpuji, misalnya korupsi. Hanya untuk mengejar gaya

hidup mewah dan hedonis ia kehilangan nasionalismenya. Masa bodoh dengan keadaan

negara, cuek terhadap aset-aset negara (misalnya klaim Malaysia terhadap beberapa pulau

di blok Ambalat, dan lain-lain). Bagi mereka yang penting bagaimana bisa mengumpulkan

kekayaan sebanyak mungkin untuk menjamin hidup anak cucu, dan bila perlu untuk

menjamin kelangsungan tujuh turunan.

Dalam konteks globalisasi, musuh yang harus diwaspadai lebih banyak diakibatkan

oleh serangan budaya asing. Menurut pengamat sosial Kuntowijoyo, serangan budaya asing

dapat berpotensi melemahkan generasi muda akan kesadaran tentang budaya tinggi

bangsa Indonesia. Jika demikian, pendidikan kewarganegaraan ini menemukan

relevansinya sebagai “benteng” untuk memperkuat nasionalisme.

IV. TOPIK BAHASAN

Sumber rujukan bagi mahasiswa pada mata kuliah ini bisa didapatkan dari berbagai

sumber. Namun untuk kepentingan pengajaran di Universitas Mercu Buana, seluruh topik

bahasannya telah tersedia pada buku “Etika Berwarga Negara” karangan Srijanti dkk.

Secara umum, buku tersebut terdiri dari tiga belas bab dari mulai pemahaman dasar

mengenai negara dan eksistensinya hingga persoalan globalisasi (negara dan pergaulan

dunia). Untuk memberikan gambaran umum tentang buku tersebut, ada baiknya saya

rangkumkan setiap topic bahasannya.

Bab 1 Negara dan Sistem Pemerintahan

Bab ini akan membicarakan tentang perlunya negara, definisi negara, unsur-unsur

negara, klasifikasi negara, hubungan warga negara dengan negara, dan lain-lain. Titik tekan

pada bab ini adalah bagaimana pentingnya negara dalam upaya mengayomi warga negara.

Negara didirikan bukan untuk tujuan kekuasaan, tetapi lebih kepada pengayoman warga

negara sehingga warga negara terjamin hak-haknya. Namun substansi dari semua itu

adalah pentingnya kehadirann pada ranah yang lebih nyata. Kekacauan-kekacauan yang

selama ini terjadi seakan mempertanyakan kembali tentang kehadiran Negara, bahkan ada

2017 11 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

sebagian berpendapat bahwa negara saat ini tengah absen dalam kehidupan masyarakat

yang nyata.

Bab 2 Pancasila dan Implementasinya

Pembahasan pada bab ini lebih difokuskan kepada implementasi Pancasila dalam

berbagai bidang kehidupan. Bab ini ingin menyoroti tentang beragam kehidupan sosial yang

destruktif, misalnya dalam penegakkan hukum, korupsi yang merajalela, tawuran warga dan

pelajar, dan sebagainya yang merupakan imbas dari dangkalnya pemahaman terhadap

Pancasila. Lebih dari itu, berbagai perilaku destruktif warga negara diakibatkan lemahnya

implementasi Pancasila pada tataran kehidupan bermasayarakt, berbangsa dan bernega.

Pancasila akan tetap lestari apabila dipahami, dihayati, dan diterapkan dalam setiap

denyut kehidupan. Fenomena saat ini lebih kepada lemahnya penerapan Pancasila pada

setiap sisi kehidupan, baik oleh rakyat atau aparatur negara. Kesaktian Pancasila bukan

terletak pada sila-silanya, tetapi lebih kepada penerapannya dalam setiap jengkal kehidupan

oleh seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

Pada taratan praksis, Pancasila harus sakti dalam mengentaskan kemiskinan,

memberangus korupsi dan koruptor, pandai menyediakan lapangan kerja, serta mampu

menjamin tentang kepastian hokum, terutama bagi rakyat kecil.

Bab 3 Identitas Nasional

Identitas nasional kerapkali dipahami secara sempit dan dangkal, yakni hanya

sebatas yang terkait dengan lambang-lambang negara (bendera merah putih, burung

garuda, dan lain-lain). Padahal dalam konteks yang lebih makro, identitas nasional begitu

amat luas, yaitu mencakup beragam budaya yang dimiliki bangsa Indonesia dan menjadi ciri

khas yang membedakan dengan bangsa lainnya. Kasus yang mencuat dalam bab ini

misalnya, klaim Malaysia terhadap batik, reog ponorogo dan angklung.

Dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk menjaga khazanah kekayaan alam dan

budaya Indonsia yang demikian banyak. Sehingga dikemudian hari berbagai klaim negara

lain atas kekayaan alam dan budaya Indnsia tidak terlang lagi.

2017 12 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

Bab 4 Demokrasi: Antara Teori dan Pelaksanaannya di Indonesia

Demokrasi menjadi kata kunci saat ini. Dapatdipastikan negara yang mengabaikan

demokrasi akan “dikucilkan” dalam pergaulan dunia. Namun demikian, memahami

demokrasi yang sejati bukanlah persoalan mudah, karena demokrasi tampil dalam banyak

wajah.

Persoalan yang mengemuka dalam konteks ini yaitu terjadinya kesenjangan antara

teori demokrasi yang agung dengan praktek demokrasi di lapangan. Banyak pula kasus

yang mengemuka tetang penerapan demokrasi yang “kebablasan” sehingga demokrasi

yang agung malah menjelma menjadi tirani yang membahayakan. Atas nama demokrasi

orang per orang atau kelompok bisa berbuat seenaknya dan melanggar hak-hak orang lain.

Bab 5 Hak dan Kewajiban Warga Negara

Bab 5 berisi tentang hak dan kewajiban yang di antaranya mengelaborasi tentang

status kewarganegaraan, hak dan kewaiban pemerintah serta hak dan kewajiban warga

negara. Banyak yang mempersoalkan tentang hak tetapi justeru pada waktu yang

bersamaan melupakan kewajiban, termasuk kewajiban pemerintah bagi rakyatnya.

Kemiskinan, peganggurang, dan kerawanan social lainnya masih menjadi

pekerjaanrumah pemerintah yang perlu mendapat perhatian serius. Adalah kewajiban

pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan, menaikan taraf hidup masyarakat dan

mewujudkan kesejahteraan. Meskipun masyarakat tidak boleh melupakan kewaiban seperti

membayar pajak, turut serta menciptakan keamanan lingkungan dan lainlain.

Bab 6 Konsti dan Rule of Law

Sebagai negara hukum, Indonesia mendasarkan penyelengaraan negara,

berbangsa dan bermasyarakat berdasarkan hokum dan perundang-undangan yang berlaku.

Hukum harus menjadi panglima yang akan menjamin setiap warga negara akan hak-

haknya. Tetapi acapkali justeru politiklah yang menjadi panglima, sehingga rakyat mejadi

korban. Kasus yang paling hangat tentang skandal bank Century yang “raib” sampa saat ini

adalah cermin lemanya penegakkan hukum di negeri ini.

Pada bab ini pun dielaborasi beberapa lembaga penegak hukum beserta tugas dan

wewenangnya.

2017 13 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

Bab 7 Hak Asasi Manusia (HAM)

Ham menjadi persoalan yang kruial di Indonesia. Hal ini ditandai oleh begitu

banyaknya kasus-kasus yang melanggar HAM yang sampai detik ini belum bisa dituntaskan.

Kasus Semanggi I dan II, pembunuhan Munir, penghilangan nyawa aktivis adalah sejumlah

pekerjaan rumah yang belum terurai ke permukaan.

Pada bab ini mahasiswa akan disuguhi tentang sejarah HAM, tujuan HAM,

perkembangan HAM di Indonesia, perkembangan HAM pada tataran global, dan

penegakkan HAM.

Bab 8 Geopolitik

Geopolitik sebuah kajian tentang strategi dan cara pandang bedasarkan

kewilayahan. Oleh karena itu, geopolitik pada saat ini lebih dititikberatkan kepada persoalan

perbatasan dengan negara tetangga. Lemahnya geopolitik akan berakibat krusial

sebagaimana “kekalahan” kita pada kasus pulau Sipadan dan Ligitan oleh Malaysia.

Sebagai negara kepulauan sudah sepantasnya geopolitik Indonesia mempertimbangkan

dan didasarkan atas faktor laut yang lebih dominan.

Banyak pakar yang berpendapat, orientasi Indonesia harus mulai dirubah dari darat

ke laut. Laut merupakan masa depan Indonesia, mengingat potensi dan kekayaan laut kita

yang sangat besar. Namun sangat disayangkan, arah kebijakan pembanguna kita dari

berbagai aspek lebih berorienasi darat ketimbang laut.

Bab 9 Geostrategi

Geostrategi berisi tentang kajian ketahanan nasional dalam berbagai aspek

(ekonomi, politik, sosial, budaya, dan lain-lain). Pada bab ini akan membahas mengenai

pengertian, tujuan, sifat, konsep dasar dan komponen-komponen geostrategis. Untuk lebih

memudahkan pemahaman, pada bab ini pun dilengkapi implementasi konsep geostrategis

ada berbagai bidang.

Baba 10 Otonomi Daerah

2017 14 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

Pada bab 10 ini membicarakan tentang Otonomi Daerah (OTDA) beserta aspek-

aspeknya, dari mulai pengetian, latar belakang, tujuan dan prinsip otda, dan

implementasinya . Persoalan yang mengemuka dalam konteks otda sangatlah beragam,

tetapi umumnya terdapat banyak peraturan yang bertentangan antara daerah dengan pusat.

Di sisi lain, pilkada langsung sebagai kelanjutan logis dari otda meskipun banyak pihak yang

menuding biaya tinggi dan munculnya konflik horizontal.

Bab 11 Masyarakat Madani

Di awal reformasi 1998, diskursus Masyarakat Madani (MM) sangat ramai

dibicarakan, namun perlahan-lahan mulai layu dan hilang dari diskusi publik. Namun

demikian, esensi masayarakt madani sesungguhnya ada pada tataran masyarakat yang

berdaulat (civil society), demokrasi, persamaan dalam hukum dan lain-lain. Meskipun secara

telanjang mata persamaan hukum masih jauh dari harapan. Pisau hukum masih sangat

tajam ke bawah (masyarakat) tetapi tumpul ke atas (pejabat, poiltisi, dan pemegang

kekuasaan lainnya).

Pada bab ini, akan dibicarakan tentang pengertian dan latar belakang masyarakat

madani, sejarah, karakteristik, institusi penegak masarakat madani, serta tantangan

masyarakat madani dalam konteks keindonesiaan. Lebih penting dari itu, pemahaman yang

komprehensif akan masyarakat madani dapat diwujudkan pada kehidupann yang nyata.

Bab 12 Good Governance

Tantangan terberat bagi bangsa Indonesia adalah mewujudkan good governance

(GG) dalam segala bidang. Sejauh ini penyelenggaraan negara yang bebas Kolusi Korupsi

Nepotisme (KKN) masih menjadi impian mengingat banyaknya kasus korupsi yang terkuak

ke permukaan (makelar pajak Gayus H. Tambunan, dan lain-lain). Bahkan banyak kalangan

yang berpendapat bahwa fenomena atau kasus KKN di Indonesia seperti “gunung es” (lebih

banyak yang tidak terungkap ketimbang yang terungkap). Pada bab ini, akan dibahas

tentang pengertian dan latar belakang, prinsip-prinsip Good Governance, karakteristik dasar

Good Governance, dan implementasinya pada sektor publik.

Bab 13 Globalisasi

2017 15 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

Dalam konteks kewarganegaraan, globalisasi dipahami sebagai masuknya suatu

negara kepada tatanan pergaulan internasional. Hal demikian tidak bisa dipungkiri, oleh

karena suatu negara tidak bisa hidup tanpa bantuan negara lain. Jelas bahwa situasi

tersebut membawa dampak yang luar biasa bagi pemerintah, sebab globalisasi pada

dasanya menghadirkan tantangan dan harapan. Bila kita tidak mempersiapkan diri secara

baik dalam menghadapi globalisasi, ada kemungkinan kita hanya akan menjadi negara

marginal, dan tergilas bangsa-bangsa lain.

Pada bab ini akan dibahas mengenai pengertian dan latar belakang globalisasi,

tantangan dan harapan globalisasi bagi bangsa Indonesia, serta bagaimana memerkuat

daya saing bangsa di tengah-tengah globalisasi yang semakin tak terbendung.

V. PENUTUP

Buku Etika Berwarga Negara ini pada dasarnya ingin memetakan sejumlah

persoalan yang saat ini dihadapi bangsa Indonesia, dan sekaligus memberikan solusinya

baik yang bersifat kritis-teoretik-akademik maupun yang bersifat nyata-praksis-

implementatif.

Sejatinya, beragam persoalan yang menghimpit bangsa ini adalah tanggung jawab

bersama, pemerintah dan masyarakat. Selanjutnya, pandangan-pandangan yang cerdas,

jernih, serta solutif harus menjadi fokus perhatian kita untuk mewujudkan masa depan

Indnesia yang lebih baik.

Untuk memperkaya wawasan kita tentang topik-topik yang disajikan dalam buku

Etika Berwarga Negara, karangan Srijanti, dkk, ada baiknya kita juga menambah dari

referensi-referensi lain baik dalam bentuk pustaka (buku) maupun sumber on line.

Sedangkan untuk mempertajam diskusi, kita bisa menambahkan kasus-kasus yang sedang

aktual yang terjadi pada masyarakat dan dunia internasional. Dalam konteks globalisasi

seperti hubungan Indonesia dengan Belanda, hubungan Indonesia dengan Malaysia, dan

negara-negara lain. Untuk kasus Hak Asasi Manusia dapat menganalisa kasus

penembakkan para demonstran yang terjadi 20 Oktober 2010 yang lalu, konflik Israel –

Palestina, dan lain-lain. Sedangkan untuk kasus Good Governance bias membahas tentang

skandal Bank Century, kriminalisasi KPK, maklear pajak Gayus H. Tambunan, skandal

pemilihan Gubernur Senior Bank Indonesia, korupsi di tubuh wakil rakyat, dan penggunaan

anggaran leh eksekutif.

2017 16 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: modul. · Web viewKlise tetapi itulah ”obat hati” yang paling mujarab saat ini. Kita lupa, bahwa apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari apa yang kita perbuat pada waktu

Daftar Pustaka:

Kaelan, 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

http://demokrasiindonesia.wordpress.com/2012/07/20/10-permasalahan-utama-bangsa-indonesia-tahun-2012/

http://psikologiunity.wordpress.com/2010/12/26/pancasila-kegagalan-dalam-pelaksanaan/

http://hanyabasa-basi.blogspot.com/2010/11/memudarnya-nasionalisme-dan-kecintaan.html

2017 17 KEWARGANEGARAAN

Pusat Bahan Ajar dan eLearningReddy Anggara, S.IKom., M.IKom http://www.mercubuana.ac.id