Modul Sound Engineering

download Modul Sound Engineering

of 23

Transcript of Modul Sound Engineering

Sistem Tata SuaraLive Sound

1 Modul materi sound engineering ekstrakulikuler Multimedia-Jurnalistik SMK Negeri 1 Singosari Khusus untuk kalangan sendiri

Daftar Isi

Kata Pengantar Sistem Tata Suara Live Definisi Sistem Tata Suara Live Peranti Dasar dalam Sistem Tata Suara Sistem Audio yang Ideal Sistem Monitor Panggung Contoh Penerapan Sistem Tata Suara Live : Live Band Sound System Sekolah Kita Jenis-jenis Konektor dan Wiring Diagrams Jenis-jenis Konektor Wiring Diagrams Referensi dan Sumber Informasi

3 4 4 5 11 12 14 16 17 17 18 21

2

Kata PengantarBismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul Sistem Tata Suara untuk ekstrakulikuler multimedia di SMK Negeri 1 SIngosari ini. Tak lupa sholawat serta salam turut terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. Teknik tata suara merupakan salah satu teknik yang sangat dibutuhkan di bidang multimedia. Karena di dalam multimedia ada sistem broadcasting yang membutuhkan sound engineering, ada video editing dan sound editing yang mengandung unsur sound design dan arrangement yang membutuhkan kreativitas sound arranger, juga ada sistem tata suara live yang juga membutuhkan teknik engineering yang tepat supaya dapat menghasilkan suara yang baik. Modul ini menjelaskan tentang sistem tata suara live. Peralatannya, teknik pemasangannya, teknik miking dan mixing, sampai teknik mengatasi masalah yang sering timbul saat kita menjadi seorang sound engineer di sebuah venue. Sengaja modul ini kami isi dengan sistem live yang semi professional. Karena selain akan terasa lebih mudah dalam menangani sistem dibawahnya, juga diharapkan mampu menangani sistem professional. Tentunya modul ini masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun teknik penulisannya. Untuk itu demi kesempurnaan modul ini kami berharap kepada para pembaca untuk memberikan saran dan kritik sebagai bahan masukan guna penyempurnaan modul ini selanjutnya. Semoga modul ini bermanfaat bagi kita terutama para anggota ekstrakulikuler multimedia khususnya yang bergelut di bidang sound engineering. Get a better sound !

Singosari, 17 September 2008 Penyusun,

3

Sistem Tata Suara Live1. Definisi Sistem Tata Suara Live Sistem tata suara live adalah sebuah sistem tata suara pertunjukan langsung. Artinya kita take sound, mengedit dan menghasilkan sound output pada saat yang sama. Oleh karena itu peralatan pada sistem tata suara live lebih banyak daripada saat recording. Karena pada sistem recording kita dapat melakukan take sound dan editing secara terpisah. Pada dasarnya, sebuah sistem tata suara terdiri dari peranti input, processing dan output. Ketegori input adalah alat-alat audio yang dapat mengubah sebuah sumber suara menjadi sebuah sinyal audio. Contoh yang paling sering kita jumpai adalah microphone. Microphone adalah sebuah input transducer yang mengubah gelombang suara menjadi sebuah sinyal audio. Microphone-pun dibagi lagi menjadi beberapa tipe. Dua tipe yang banyak digunakan adalah dynamic microphone dan condenser microphone. Microphone juga mempunyai berbagai pattern yang mencakup omnidirectional, directional, cardioid, hyper-cardioid, dsb. Kategori processing mencakup semua peralatan yang dapat mengubah karakter sebuah sinyal audio. Mulai dari sebuah mixer, equalizer, compressor, gate, multi-effect, sampai power amplifier adalah contoh dari peralatan signal processing. Kategori output adalah kategori peralatan yang mengubah audio signal yang sudah diproses menjadi gelombang suara yang dapat dinikmati. Tentu saja loudspeaker-lah yang dimaksud. Kalau microphone disebut input transducer, loudspeaker disebut sebagai output transducer. Walaupun setiap loudspeaker kelihatannya sama, tetapi banyak aspek yang membedakan antara satu sama lain seperti sensitivitas, coverage (Directivity Index (DI) dan Directivity Factor (Q)), kemampuan output, dan sebagainya. Hal sangat penting yang harus kita pahami pada sistem ini adalah arah aliran sinyal atau signal flow. Berikut ini contoh signal flow dasar dari sebuah sistem :

4

2. Peranti Dasar dalam Sistem Tata Suara Ada beberapa peranti yang sering digunakan dalam sistem tata suara live. Berikut ini uraiannya satu per satu : Microphone Merupakan sebuah peranti input transducer yang berfungsi untuk mengubah gelombang suara menjadi sinyal suara arus listrik. Mic mempunya beberapa jenis tergantung dengan tanggapan frekuensinya dan polar pattern-nya.Misalnya, dynamic microphone mempunyai tanggapan frekuensi yang rendah, sekitar 30Hz 16 KHz dan lebih kuat terhadap tekanan SPL tinggi daripada mic condenser. Biasanya digunakan untuk take vokal, miking tom-tom, kick drum dan peranti akustik berfrekuensi rendah lainnya. Condenser microphone mempunyai tanggapan frekuensi yang lebih lebar. Sehingga dia mampu menjangkau frekuensi yang lebih tinggi. Sekitar 20Hz 20KHz. Tetapi tidak cocok digunakan pada instrumen yang ber- SPL terlalu tinggi. Biasanya digunakan untuk vokal, instrumen, dll. Tape / CD / Mp3 Player Peranti yang digunakan untuk playback musik melalui media kaset atau CD Audio. Contoh penggunaannya misalnya untuk playback musik di sela-sela acara. Atau digunakan untuk playback musik minus one bagi penyanyi yg menggunakan musik minus one. Mixing Console / Mixer Dalam dunia Audio profesional, sebuah mixing console, apakah itu analog maupun digital, atau juga disebut soundboard/mixing desk (papan suara) adalah sebuah peralatan elektronik yang berfungsi memadukan (lebih populer dengan istilah "mixing"), pengaturan jalur (routing) dan merubah level, serta harmonisasi dinamis dari sinyal audio. Sinyal - sinyal yang telah dirubah dan diatur kemudian dikuatkan oleh penguat akhir atau power amplifier. Audio mixer secara luas digunakan dalam berbagai keperluan, termasuk studio rekaman, sistem panggilan publik (public address), sistem penguatan bunyi, dunia penyiaran baik radio maupun televisi, dan juga pasca produksi pembuatan film. Suatu contoh yang penerapan sederhana, dalam suatu pertunjukan musik misalnya, sangatlah tidak efisien jika kita menggunakan masing-masing amplifier untuk menguatkan setiap bagian baik suara vokal penyanyi dan alat-alat musik yang dimainkan oleh band pengiringnya. Disini Audio mixer akan menjadi bagian penting sebagai titik pengumpul dari masing-masing mikrofon yang terpasang, mengatur besarnya level suara sehingga keseimbangan level bunyi baik dari vokal maupun musik akan dapat dicapai sebelum diperkuat oleh amplifier. Mixer adalah salah satu perangkat paling populer setelah microphone. Kita lebih mengenalnya dengan sebutan mixer, mungkin kebanyakan kita menyebutnya demikian karena fungsinya yang memang mencampur segala suara yang masuk, kemudian menyeimbangkannya, menjadikannya dua (L-R kalau stereo, dan satu kalau mono), kemudian mengirimkannya ke crossover baru ke power amplifier dan akhirnya ke speaker. Mixing console menerima berbagai sumber suara. Bisa dari microphone, alat musik, CD player, tape deck, atau DAT. Dari sini dengan mudah dapat dilakukan pengaturan level masukan dan keluaran mulai dari yang sangat lembut sampai keras. Kalau kita misalkan sebuah sistem audio diumpamakan sebagai tubuh manusia, snake cable bisa kita umpamakan sebagai system syaraf, dan mixing console sebagai jantungnya. Bila terjadi suatu masalah dengannya, berarti system tersebut sedang dalam masalah besar. Salah satu syarat terpenting dalam mixing console yang baik adalah mempunyai input gain yang baik, pengaturan EQ yang juga baik. Maka dengan demikian akan dapat dilakukan pengaturan yang lebih sempurna dan optimal terhadap setiap input

5

microphone, atau apapun yang menjadi sumber suaranya. Ada banyak tipikal pengaturan yang terdapat dalam sebuah mixing console. Menu Umum Pada Mixer Gain Disebut juga input level atau trim, biasa terdapat pada urutan paling atas dari setiap channel mixing console. Fungsinya adalah untuk menentukan seberapa sensitive input yang kita inginkan diterima oleh console. Apakah berupa signal mic atau berupa signal line (keyboard, tape deck, dll). Tombol ini akan sangat membantu untuk mengatur signal yang akan masuk ke console. Bila signal lemah, maka dapat dilakukan penambahan, bila terlalu kuat dapat dikurangi. Contoh : untuk penyanyi yang suaranya lemah atau tidak memiliki power yang baik, diperlukan penambahan gain yang lebih. Sedangkan untuk gebukan kick drum, mungkin dilakukan dengan sedikit penambahan. Ini dilakukan agar menjaga setiap input yang masuk ke mixer tetap optimal. Input gain yang terlalu besar akan menyebabkan distorsi, sedangkan kalau terlalu lemah akan membutuhkan penambahan yang bila berlebihan akan menyebabkan noise. Jadi input gain stage adalah hal yang paling penting dan kritis, karena dari sinilah semua suara yang berkualitas dimulai. Makanya usahakanlah untuk menjaga agar setiap input tetap clean dan clear sebisa mungkin. Sebab noise dan distorsi yang diakibatkan dalam poin ini akan mengalir terus ke seluruh system dan membuat seluruhnya jadi terganggu. Bila ternyata input gain sangat besar atau bahkan terlalu besar sehigga setelah dikurangi juga masih saja terlalu kuat, maka untuk itu terdapat switch PAD pada console yang fungsinya adalah untuk menurunkan gain input signal mulai 20 sampai 30 db. EQ pada channel Pada setiap channel di mixing console selalu terdapat Equalizer Section. Fungsinya yaitu sebagai pengatur tone untuk me-modifikasi suara yang masuk pada channel tersebut. Umumnya sound engineer melakukan perubahan sound melalui EQ bertujuan dua : 1)untuk merubah sound instrument menjadi sound yang lebih disukai. 2)untuk mengatasi frekuensi dari input yang bermasalah, misalnya feedback, dengung, overtune, dll. Pengaturan yang sangat mendasar dari EQ adalah berupa Low dan Hi, kemudian penambahan dan pengurangan (boost/cut). Atau ada juga yang lebih kompleks dengan 4 jalur dengan fungsi yang full parametric. Namun tak perduli seperti apa tipe EQ yang terdapat dalam console, karena tetap dalam tujuan yang sama untuk membantu menemukan sound yang terbaik. EQ yang fix Yang dimaksud fix diatas adalah pada EQ tersebut tidak memiliki tombol untuk memilih frekuensi yang akan disetting. Karena frekuensi yang akan dikerjai telah ditetapkan dari pabrik. Pembagian frekuensi pada EQ jenis ini mirip dengan pembagian yang terdapat pada crossover, hanya terdiri atas : Low, dan hi-pada EQ 2way Low, Mid dan Hi-pada EQ 3way Low, Low Mid, Hi mid dan Hi-pada EQ 4 way. Memutar tombol boost/cut akan memberi pengaruh sampai 12 atau 15 db tergantung mixing console apa yang kita gunakan. Keuntungan EQ yang fix adalah : harga yang relatif ekonomis, terhindar dari kesalahan pmilihan frekuensi yang akan disetting. Kesalahan seperti ini bisa disebabkan oleh kurang berpengalamannya sound engineer (penata suara), dan keuntungan yang terakhir adalah hemat waktu dalam penyettingan. Namun ada juga kekurangannya seperti : kita tidak dapat memilih frekuensi khusus yang kita inginkan. Karena semua frekuensi telah ditetapkan dari pabriknya. Sweepable EQ Biasa disebut Quasi Parametric atau Semi Parametric (bukan full parametric-karena tanpa pengatur bandwidth). Pada EQ yang full parametric kita dapat melakukan pengaturan untuk setiap parameternya. Apakah itu parameter frekuensi, bandwidth, ataupun parameter level. EQ tipe ini mempunyai kemampuan set-up yang sangat fleksibel, dan biasanya menyediakan pengontrolan mid-range dengan system EQ-3 atau 4 jalur. Cara kerja : Lakukan pemutaran 6

pada tombol freq untuk memilih freq yang akan diatur. Kemudian putar tombol boost/cut untuk penambahan atau pengurangan pada frekuensi yang kita pilih tadi. Misalnya untuk mengatur frekuensi low mid pada drum. Biarkan frekuensi lain tetap pada sound flat, kemudian putar tombol boost/cut sampai habis ke kiri, atau pada posisi kira-kira jam 7. Kemudian putar tombol frekuensi sampai sound yang terdengar boomy tadi terdengar hilang. Setelah frekuensi yang dicari ketemu, lakukan pengaturan lagi pada tombol boost/cut. Karena melakukan pemotongan yang terlalu ekstrm pada frekuensi low mid bisa mengakibatkan sound yang terdengar kosong. Kita juga dapat melakukan pengaturan untuk vokal pada frekuensi 3,5KHz saja tanpa mempengaruhi keseluruhan frekuensi Hi Mid lainnya. Mixing console dengan pengaturan mid tunggal biasanya bisa dibeli dengan harga yang lebih ekonomis, sementara mixing console versi lain yang dilengkapi dengan pengaturan Low Mid dan Hi Mid agak lebih mahal. Ada juga model pengaturan Eq dengan tombol Mid yang sebenarnya sama saja dengan tipe sebelumnya. Hanya saja tombol pemilih frekuensi dan tombol cut/boost berada dalam satu tempat. Untuk frekuensi diatur oleh tombol yang sebelah luar, sedang untuk boost atau cut dilakukan oleh tombol sebelah dalam. Tipe ini juga sering terdapat pada mixing console yang full parametric Eq dengan system 4 way. Desain seperti ini dilakukan oleh pabrik pembuatnya karena alasan menghemat tempat. Desain sebuah mixing console juga merupakan suatu hal yang penting dan menentukan. 48v Phantom Power Ada beberapa tipe microphone yang salah satunya adalah merupakan mic condeser, mic jenis ini butuh tenaga tambahan untuk membuatnya bekerja. Untuk itulah tombol 48v phantom berfungsi yang bila diaktifkan akan mengirim 48v DC ke microphone sebagai penyuplai tenaga, atau juga ke DI Box aktif. Perhatikanlah baik-baik, karena pada beberapa mixing console tidak terdapat switch phantom secara individual, melainkan hanya terdapat satu tombol saja untuk mengaktifkan phantom bagi seluruh channel, maka periksalah terlebih dahulu, bila semua kabel yang terkonek ke konsole adalah merupakan input balance, ini tidak akan menimbulkan masalah. Tetapi bila salah satu atau beberapa diantaranya merupakan tidak balance, maka ini akan menimbulkan masalah. PAD Seperti yang telah diterangkan sebelumnya, tombol ini berfungsi untuk mengurangi gain input dari 20 sampai 30db. Tombol ini bukan merupakan tombol putar yang bisa diatur pengurangannya, melainkan tombol tekan. Bila tombol PAD ditekan gain input akan berkurang antara 20 sampai 30db tergantung mixer (baca manual booknya). Dan bila anda kurang teliti, ini akan menyebabkan mic jadi tidak terdengar karena pengurangan tersebut. Jadi tombol PAD diperlukan hanya untuk signal yang overload. Dan itupun bila setelah dikurangi pada tombol gain ternyata masih tetap terlalu kuat. Reverse Adalah untuk membalikan phase. Pada setiap masukan selalu terdiri minimal lebih dari satu sambungan. Misalnya microphone yang dengan konektor XLR pasti terdapat tiga pin (pin1ground, pin2-hot/positif, pin3 cold/negatif). Bila salah satu pin terbalik (pin2 dan pin3), maka suara yang dihasilkan akan berbeda. Ini sangat terasa bila terjadi pada channel kick drum. Yang kalau pin berada pada posisi benar, maka pada saat kick dihentak, konus speaker akan bergerak kedepan dan menghembuskan udara ke arah anda bukannya ke belakang. Sedang kalau pin terbalik, konus akan bergerak ke belakang dan menghisap udara dari arah anda. Untuk itulah tombol reverse berguna, yang bila diaktifkan akan membalik phase dari channel 7

(positif menjadi negatif). Ini juga berguna untuk kasus dua buah mic dengan posisi sangat berdekatan sehingga terjadi canceling phase, yang akan mengakibatkan sound terdengar hampa (dengan kehilangan suara rendahnya). Hal ini sering terjadi bila anda tidak teliti terhadap semua plus minusnya kabel. Dan jangan cepat panik bila saat anda setting disuatu tempat, anda mendengar nada rendah yang terlihat loyo, bisa terjadi dikarenakan keterbalikan phase tersebut. Contoh sederhana : hubungkan output dari cd player ke mixing console. Dan dengarkan suaranya dengan seksama. Kemudian tekanlah tombol reverse dari salah satu channel. Dngarkan lagi suaranya. Pasti salah satunya lebih baik. Mic / Line Switch tekan ini untuk merubah sirkit gain control. Tergantung apakah yang menjadi input adalah mic, effect return atau tape deck/CD. Pada banyak mixing console terdapat terminal input yang terpisah antara mic dan line input pada channel yang sama. Input mic biasanya menggunakan tipe konektor balans 3 pin XLR atau kadang biasa disebut jack Canon. Sedangkan line input menggunakan jack seperti yang biasa dipakai jack gitar. Hal ini memungkinkan untuk mencolokkan dua input yang berbeda dalam satu channel, dan switch ini untuk mengaktifkan salah satu input yang kita inginkan diantara keduanya. Sebagai contoh, anda dapat mencolokkan effect return dengan gain yang diset rendah pada mic input kemudian mencolokkan lagi tape deck pada line input channel yang sama. Pada saat band sedang show dan tape deck tidak dibutuhkan, anda tinggal men-switch tombol tersebut pada posisi mic. Kemudian pada saat band telah selesai dan butuh playback musik dari tape deck/CD, anda juga tinggal men-switchnya pada posisi line. Ini bisa dilakukan untuk menghemat channel, khususnya apabila console yang digunakan tidak terlalu besar. High Pass Filter Akan memotong frekuensi rendah dari input yaitu dari 80 Hz ke bawah. Ini dapat diaktifkan (IN) bila dari sumber suara tidak memproduksi suara dengan jangkauan frekuensi serendah itu. Misalnya Hi-Hat, vokal, gitar (khususnya akustik). Namun tidak perlu diaktifkan (OUT) terhadap channel drum (kick dan beberapa tom) dan bass gitar. Karena bila diaktifkan akan mengakibatkan channel tersebut kehilangan frekuensi rendahnya. EQ In/Out Merupakan switch sederhana untuk mengaktifkan dan menon-aktifkan section EQ pada channel. Juga berguna untuk membandingkan sound yang telah di-EQ hanya dengan menekan tombol tersebut bolak-balik. Group Assigns Disebut juga Subgroup Assigns, hanya terdapat pada mixing console yang memiliki group. Misalkan pada mixing console tersebut tertulis 16/2 berarti 16 channel 2 output (L/R). Ini menunjukkan bahwa mixing console tersebut tidak memiliki group. Namun bila tertulis 16/4/2, ini berarti mixing console tersebut memiliki 16 channel, 4 group dan 2 master L/R. Group assigns adalah yang menentukan kemana signal channel akan dikirim. Apakah ke group atau ke master L/R. Misalnya dalam sebuah mixing console yang memiliki 4 group, kita dapat mengirim semua channel drum ke group 1, gitar dan bas ke group 2, keyboard ke group 3 dan vokal ke group 4. Sedangkan bila tersedia 8 group, kita dapat melakukan hal yang sama namun semuanya dalam stereo. Yang kemudian seluruhnya dikirim ke master L/R. Mungkin akan timbul pertanyaan, sepertinya ini tidak begitu berarti, karena akhirnya seluruhnya dikirim juga ke master L/R. Bukankah lebih baik mengatur langsung dari master? Tapi dalam kenyataannya tidak begitu. Misalnya pada saat soundcheck kita telah membalans dan menyeimbangkan seluruh channel dan kemudian kita gabungkan dengan bass gitar dalam group 1-2. Pada saat pertunjukan sedang berlangsung, kita hanya perlu mengawasi group 1-2 saja untuk mengontrol level keseluruhan channel drum dan bass. Begitu juga dengan backing vokal atau instrument yang kita gabungkan dalam group yang sama. Sebagian besar group assigns juga dilengkapi dengan pan control individual. Menggunakan group akan sangat membantu kita mengoperasikan system pada penampilan live. Signal dari 8

channel dapat dikirim ke group mana yang kita mau atau juga dikirim ke master. Misalnya kita kirim channel penyanyi utama ke master L/R sedang channel dari backing vokal ke group yang kemudian di-insert gate hanya untuk group tersebut. Dan masih banyak kemungkinan lain. PFL dan SOLO Tombol PFL (Pre Fade Listening) akan membantu untuk mendengar (melalui headphone) channel yang tombol PFL / SOLOnya diaktifkan. Juga untuk mengecheck gain signal pada channel. Misalnya pada saat soundcheck, sebelum membuka fader dari channel, tekan tombol PFL, maka pada led indikator channel akan terlihat seberapa besar gain input yang masuk (apakah overload atau terlalu kecil) sebelum suara dikirim ke seluruh system. Pada beberapa tipe mixing console terdapat hanya tombol SOLO yang berguna pada saat soundcheck dan berfungsi untuk mengirim hanya channel yang ditekan tombol solonya ke master L/R. Ingat! Pastikan tombol ini dalam posisi out sebelum band mulai bermain. Atau ini akan menjadi hal yang sangat memalukan. Auxiliary Sends Dari tombol putar ini dapat dikirim signal dari channel tersebut keluar mixing console (melalui terminal aux out pada terminal keluaran di panel belakang mixer), kemudian dari tombol ini juga dapat dikontrol level signal yang dikirimnya tadi. Signal yang dikirim ini terpisah sama sekali dari keluaran master. Ini berguna untuk mengirim signal ke system monitor, atau juga ke berbagai macam unit effect, dan dari keluaran effect dikirim lagi ke channel yang berbeda pada mixing console. Mixer yang pling sederhana sekalipun sedikitnya memiliki satu atau dua AUX SEND. Satu untuk mengirim signal ke monitor dan satu untuk mengrim effect (echo, reverb). Sedang pada mixing console yang lebih besar memiliki 4-6 atau 8 aux send yang kemudian dibagi lagi atas Pre Fade atau Post Fade. Pre Fade Pada mixer besar umumnya terdapat auxiliary yang terbagi atas pre fade dan atau post fade. Signal yang dikirim dari Pre fade tidak mengalami pengaruh dari channel atau belum mengalami proses dari channel. Itulah makanya Pre fade yang Pre EQ baik dan ideal digunakan untuk mengirim signal ke monitor section. Post Fade Adalah kebalikan dari pre fade. Yang semua signal yang dikirim melalui post fade adalah telah melalui proses dari channel atau ikut pengaruh dari channel fader, baik EQ maupun levlnya. Post fade sering digunakan untuk mengirim signal ke effect, atau mengirim signal ke mixer yang tepisah untuk keperluan broadcast (Stasiun TV atau Radio), dll. Tidak ada keterikatan dalam pemilihan penggunaan Auxiliary Send. Bisa saja menggunakan Pre fade untuk mengirim signal ke effect karena akan mendapatkan level original dari input. Hanya saja tetap harus melakukan pengontrolan level dari effect pada saat yang bersamaan. Auxiliary Master Setiap auxiliary dari channel memiliki satu tombol lagi sebagai pengatur level untuk keseluruhannya. Misalnya aux 1 setiap channel memiliki master aux 1 untuk mengatur seluruh level dari aux 1 setiap channel. Begitu juga auxiliary lainnya. Yang berarti bila mixer meiliki 4 auxiliary out, maka akan terdapat 4 auxiliary master. Perhatikan beberapa tombol sejenis seperti Aux Master, Effect Master, Monitor Master, atau sesuatu yang kurang lebih adalah berfungsi sama. Untuk penyettingan awal putar tombol tersebut pada posisi jam 2, baru lakukan penyettingan pada channel. Bila ternyata masih kurang kuat, tambah lagi, atau 9

bila terlalu keras, kurangi. Semuanya tergantung situasi. Auxiliary Return Signal yang telah dikirim melalui auxiliary out ke unit effect apakah Delay, Reverb atau lainnya akan dikirim kembali ke mixing console untuk digabungkan dan diseimbangkan secara tepat dengan level dari signal orisinil source tadi. Walupun cukup banyak juga mixing console yang memiliki pengaturan effect return secara khusus. Yang biasanya bukan dalam bentuk slider (potensio geser). Bila memang masih terdapat channel yang dapat digunakan sebagai masukan effect, kita dapat melakukan pegaturan sengan slider yang lebih memudahkan seperti melakukan pengaturan pada channel standard. Namun pengaturan dengan aux return juga sama seperti yang kita lakukan pada channel, hanya dengan memutar ke arah kanan dan kiri untuk menambah dan mengurangi level effect. Perhatikan! Bila anda membuka sedikit saja Aux Send dari channel yang telah digunakan sebagai effect return, akan berakibat feedback dan noise. Atasi segera dengan menurunkan level dari channel, kemudian periksa Aux Send pada channel.

Tampak Belakang Adalah menjadi salah satu yang sangat-sangat penting untuk dipehatikan. Karena disinilah seluruh kabel (baik input maupun output) terhubung. Termasuk dari snake kabel, tape deck/CD, atau juga untuk mengirim atau mnerima effect (send/return), sampai ke main output (untuk mengirim ke seluruh system utama).Berbeda tipe dan merk mixing console akan berbeda pula posisi panel belakangnya (yang kalau anda teliti pasti tidak akan terlalu membingungkan). Untuk setiap channel terdapat terminal masukan mic yang biasanya terdiri dari konektor XLR. Namun ada lagi beberapa lainnya sebagai berikut : Line Input Masukan selain masukan mic, namun terpisah (biasanya dengan jack gitar balance/TRS). Insert Digunakan untuk mengolah signal melalui effect seperti Gate, Compressor atau EQ hanya untuk channel yang diinsert saja, berfungsi bila kita ingin menggunakan effect atau apapun untuk memproses hanya satu channel saja yang kita inginkan. Karena insert adalah jalur untuk mengalirkan dan menerima kembali signal yang telah diproses oleh effect atau perangkat apapun. Bila terdapat dua berarti satu untuk masukan (IN) dan satu untuk keluaran (OUT) yang selalu diberi tanda untuk tulisan Insert In dan Insert Out, bila terdapat hanya satu, ini pasti terdiri dari jack balance TRS (Tip Ring Slave). Tip adalah sebagai IN, Ring adalah sebagai OUT, dan Slave adalah sebagai GROUND. Selain itu juga terdapat line out atau direct out tersendiri, yang sering digunakan untuk aplikasi rekaman per-track, ini bisa saja Pre Fade atau Post Fade, tergantung consolenya. Pada section master terdapat beberapa terminal lagi seperti : Auxiliary Out yang biasa tertulis Aux snd 1, Aux send 2, dst. Atau juga dengan nama Effect Out, Monitor Out, tergantung apa yang tertulis pada tombol-tombol panel pengontrolnya. Setiap group mempunyai keluaran masing-masing dan selalu dilengkapi dengan insert group. Insert Group bisa digunakan bila kita hanya ingin memproses signal di goup tersebut. Misalnya semua channel vokal dikiim ke group 1, kemudian kita men-insert compressor hanya untuk group satu yang berisi vokal. Banyak console yang didalamnya terdapat power supply. Tapi banyak juga yang menggunakan power supply terpisah, menggunakan multi pin yang terkoneksi ke console. Perhatikan voltase yang dibutuhkan untuk menyalakannya sebelum 10

mencolokkan ke listrik. Terminal keluaran untuk Master kanan dan kiri terdiri dari konektor XLR atau jack. Namun juga tidak jarang terdiri dari keduanya. Selain itu juga terdapat keluaran mono yang terpisah adalah penggabungan dari keluaran (kiri/kanan) yang juga dilengkapi dengan pengontrolan sendiri. Mungkin akan terdapat banyak sekali terminal pada panel belakangnya. Effect Processor Peranti untuk memberi efek suara tertentu pada salah satu channel atau keseluruhan. Alat ini mempunyai banyak pilihan efek. Diantaranya reverb, chorus/flange, doublereverb, distort, delay, dll. Equalizer Equalizer ada dalam sistem tata suara dalam dua bentuk : Equalizer grafik dan Equalizer parametrik. Keduanya dipakai dengan filter-filter End-cut. Equalizer parametrik mempunyai pemutar paling tidak tiga parameter yakni : frekuensi, perbesar-perkecil (boost/cut) dan Q(lebar jalur). Equalizer tersebut lumrah ditemukan berada dalam setiap kanal dalam konsol mixing, namun ada juga yang dibuat terpisah. Equalizer grafik mempunyai penggeserpenggeser yang mengacu pada sebuah kurva dari response terplot pada sebuah frekuensi. Pada sistem tata suara biasanya didesain pada tengah-tengah 1/3 oktaf. Filter-filter suara End-cut akan membatasi lebar jalur melewati batasnya, dimana akan mencegah gangguan-gangguan subsonik dan pengaruh RF atau gangguan-gangguan dari pengatur lighting yang dapat mengganggu sistem suara. Bagian-bagian dari filter-filter End-cut seringkali termasuk dengan equalizer grafik untuk memberikan pengaturan penuh. Sebuah penekan umpan balik (Feedback suppresor) adalah jenis filter yang akan secara otomatis mendeteksi dan menekan umpan balik suara dengan memotong frekunsi suara mana yang menyebabkannya. Crossover / XOver Alat yang berfungsi untuk membagi frekuensi yang menuju ke speaker. Karena setiap transducer speaker mempunyai tanggapan frekuensi yang berbeda. Fungsi crossover adalah membagi frekuensi untuk masing-masing transducer tersebut supaya mereka dapat bekerja sesuai dengan tanggapan frekuensi optimalnya. Sehingga dapat menghasilkan suara yang jauh lebih baik dan membuat transducer semakin tahan lama. Loudspeaker Management System (LMS) Peranti untuk me-manage loudspeaker. Di dalamnya ada pengaturan delay time, juga mempunyai fungsi crossover. Power Amplifier (PA) Alat yang berfungsi untuk penguat akhir dari semua sinyal yang telah dipadukan oleh audio mixer. Besarnya penguatan diukur dalam hitungan watt (rms). Tergantung dari keperluan, besarnya kemampuan amplifier dari ratusan watt untuk pemakaian kecil untuk pesta atau acara-acara pertemuan dan ratusan ribu watt untuk pertunjukan besar seperti acara pertunjukan langsung musik band-band terkenal.

11

Speaker Alat yang berfungsi untuk mengubah sinyal listrik dari PA menjadi suara hasil olahan sistem. Speaker terdiri dari beberapa macam tergantung jenis transducernya. Woofer mempunyai tanggapan frekuensi yang sangat rendah, sekitar 20 80 Hz. Fungsinya untuk menghasilkan suara bass. Mid / Full range mempunyai tanggapan frekuensi yang lebih luas tapi cenderung mid. Fungsinya untuk menghasilkan frekuensi menengah seperti snare drum dan vokal. Tweeter mempunyai tanggapan frekuensi yang tinggi sampai 20Khz. Berfungsi untuk menghasilkan suara berfrekuensi tinggi seperti suara Hi-Hat dan cymbal. Karena memiliki tanggapan frekuensi yang berbeda-beda, maka harus diatur oleh crossover atau LMS supaya masing-masing transducer dapat bekerja optimal sesuai dengan frekuensi yang di-handle. Serta dapat membuat transducer menjadi tahan lama.

3. Sistem Audio yang Ideal Tak perlu berpikir yang muluk-muluk bahwa sistem yang ideal itu haruslah sistem yang terdiri dari perangkat yang bermerek dan mahal. Sistem yang ideal adalah bagaimana kita menghubungkan perangkat dengan baik dan benar. Sistem live mungkin sistem audio yang paling rumit diantara sistem-sistem audio yang lain. Dengan tanpa mengesampingkan sistem audio yang lain, memang sistem live jauh lebih menantang. Misalnya, karena keseluruhan sistem harus dibangun mulai awal. Loudspeaker dipilih, disiapkan, dikirim ke venue, loading, pasang, setup, dan seterusnya. Jadi tanpa sistem yang baik dan benar, live sound tidak akan berjalan sempurna. Membangun sebuah sistem jelas ditentukan oleh untuk apa dia ditujukan. Katakanlah untuk live band dengan sistem loudspeaker 4-way. Maka kita harus menyiapkan mixer yang sesuai, bagaimana menghubungkannya ke panggung, lalu bagaimana seabrek prosesor lainnya terhubung ke mixer ini. Pilih dan gunakan kabel-kabel dengan konektor yang baik dan terawat. Hal berikutnya adalah memilih dan menyiapkan loudspeaker. Sistem 4-way berarti ada bagian loudspeaker yang merepro frekuensi low, mid-lo, mid-hi dan hi. Gunakan loudspeaker dan power amp yang sama untuk masing-masing master out L dan R. Artinya, kalau kita menggunakan subwoofer ElectroVoice untuk L, maka gunakan subwoofer yang sama merek dan tipenya untuk R. Kalau kita menggunakan power amp Lab.Gruppen untuk L, maka gunakan juga yang sama persis untuk R. Kalau kita menggunakan speaker Meyer Sound untuk L, maka gunakan yang identik untuk yang R. Maka speaker kiri dan kana akan menghasilkan performa sound yang sama. Maka akan lebih mudah men-setting LMS-nya. Namun kita tak harus menggunakan subwoofer yang semerek dengan speakernya. Yang penting sama L dan R-nya. Itu baru loudspeaker dan power amp-nya. Dan perangkat-perangkat itu akan menjadi sebuah sistem yang utuh bila terhubung satu sama lain. Dan untuk menghubungkannya kita butuh kabel. Jangan pernah menganggap bahwa perkabelan bukanlah hal yang penting. Gunakan hanya kabel dan konektor terbaik untuk membangun sistem kita. Tak banyak yang bisa dipaparkan tentang bagaimana mempersiapkan sistem perkabelan. Akan tetapi ada banyak cerita kegagalan yang bisa diceritakan bermula dari masalah perkabelan. Bukan hanya gagal menghadirkan kualitas suara yang

12

baik. Perkabelan yang buruk bisa saja merusak peralatan bahkan menelan korban nyawa manusia. Seperti yang terjadi pada kabel listrik yang terkelupas dan tersentuh salah seorang kru. Jadi, sebuah sistem yang baik tak hanya bisa terwujud dengan hanya satu atau dua item saja yang berkualitas baik. Namun keseluruhannya harus baik dan benar. Dengan sistem yang ideal, kualitas suara terbaikpun pasti bisa kita hadirkan meskipun dengan menggunakan peralatan kelas menengah.

4.

Sistem Monitor Panggung

Feedback mungkin adalah masalah yang paling akrab dengan sistem monitor panggung. Walaupun di panggung besar dan event internasional, masalah ini sudah bisa diatasi, tapi dia tetap saja problem dasar bagi para sound engineer pemula. Mendapatkan sound yang baik di sistem monitor panggung, rasanya bukanlah hal yang terlalu sulit. Atau melakukan setting hingga sistem itu bebas feedback, juga bukan hal yang mustahil. Hanya saja untuk mendapatkan sistem monitor panggung yang ber-SPL tinggi, dengan kualitas sound yang baik sekaligus bebas feedback, pastilah bukan pekerjaan gampang. Karena ketiga point yang kita cari di sistem monitor itu ternyata saling berlawanan. Mudah saja untuk mendapatkan sistem monitor yang ber-SPL tinggi. Yang penting daya speakernya besar dan powernya mencukupi. Maka bisalah dia digeber sampai hampir mencapai 100 dB. Tapi yang ber-SPL sangat besar akan sangat beresiko terhadap feedback. Maka dimainkanlah ekualiser untuk menangkal feedback itu. Sudah beres? Belum! Karena akibat dari banyaknya frekuensi yang di-cut akan membuat kualitas audionya jadi menurun. Inilah dilema pada sistem monitor panggung! SUMBER FEEDBACK Pasti semua sudah tahu persis, dari mana datangnya feedback, yaitu karena bunyi yang dikeluarkan speaker ditangkap kembali oleh mikrofon. Lalu dikirimkan lagi ke speaker yang sama. Itulah feedback! Bagaimana menghindarinya juga sepertinya sudah banyak yang mengetahuinya. Tempatkan speaker sejauh mungkin dari mikrofon. Dan tempatkan mikrofon sedekat mungkin ke sumber bunyi. Sudah beres? Masih belum! Karena kenyataan di lapangan ternyata tidak semudah di atas kertas. Ada cukup banyak faktor yang sering menghalangi teori itu bisa terlaksana dengan mulus. Misalnya ukuran panggung yang terlalu kecil, level instrumen yang beredar di panggung sangat besar, atau gain mikrofon yang terpaksa terlalu besar, karena lemahnya power suara penyanyi, dan sebagainya. Tapi bagaimanapun juga, inilah live show! Dan disitulah seninya. Karena dia adalah teka-teki yang harus ditemukan jawabannya. Untuk itulah, maka kita butuh sound engineer yang layak dibayar mahal. PROSEDUR STANDAR Untuk mengatasi permasalahan feedback, sebaiknya kita meminimalkan resiko terjadinya feedback itu sendiri. Ini memang prosedur standar. Tapi memang cara seperti inilah yang paling mudah ditempuh, daripada memaksa meredam feedback melalui ekualiser grafik 1/3 oktaf yang akhirnya di-setting tidak karuan. Pertama yang mesti dilakukan adalah dengan mendapatkan posisi paling ideal bagi semua wedges yang terdapat di panggung. Carilah tempat yang cukup jauh dari mikrofonnya, tapi juga cukup jauh dari speaker atau sumber bunyi lainnya. Karena bila speaker monitor ditempatkan di dekat kabinet gitar atau bass, maka bunyi dari wedges itu akan saling berseteru dengan bunyi dari kabinet gitar atau bass tadi. Sehingga bunyi dari wedges tidak akan terdengar cukup clear. Akan lebih mudah menempatkan speaker monitor, bila panggungnya cukup 13

luas. Tapi kalau memang sudah tidak memungkinkan, cobalah menempatkannya di posisi paling ideal menurut situasinya. MIXER MONITOR Hal lain yang paling atau sangat membantu dalam mendapatkan kualitas monitor yang baik adalah dengan menggunakan mixer monitor yang terpisah sama sekali dari mixer FOH. Karena melalui mixer yang sama sekali terpisah, kita bisa mendapatkan struktur gain yang paling sesuai untuk kebutuhan sistem monitor panggung. Karena seperti yang kita ketahui, kebutuhan mixing bagi sistem speaker FOH kerap berbeda dengan kebutuhan mixing sistem monitor. Untuk sistem utama (FOH), yang dibutuhkan adalah sound yang paling baik dengan struktur gain yang paling sempurna. Dan hal itu sangat mungkin untuk didapatkan, karena sistem speaker utama sama sekali tidak bermasalah dengan feedback. Dengan catatan bila penempatan speakernya memang sudah tepat. Sedangkan untuk sistem monitor, feedback kerap menjadi masalah utama. Apalagi bila sistem monitor itu diminta untuk ber-SPL besar. Kemudian mixing sistem monitor bagi tiap musisi di panggung juga seringkali berbeda satu sama lain. Maka dari itu fleksibelitas pangaturan struktur gain jadi begitu penting. STRUKTUR GAIN Struktur gain adalah upaya untuk mendapatkan impedansi yang paling matching antara sinyal dengan perangkat yang akan memprosesnya. Atau singkatnya, struktur gain adalah gain yang paling baik untuk sebuah sinyal dapat diproses oleh sebuah sistem. Pada mixing sistem monitor, fleksibelitas struktur gain pulalah yang membuat kebanyakan sound engineer lebih mengutamakan fader daripada knob gain. Karena knob gain bisa juga berarti knob pengatur kepekaan atau tingkat sensitivitas mikrofon terhadap bunyi. Disini kita membicarakan mikrofon, karena feedback hampir selalu berawal dari sini. Sehingga makin sensitif mikrofon itu, makin besar kemungkinan terjadinya feedback. Sebab dia akan dengan mudah menangkap bunyi yang ada di sekitarnya, termasuk dari speaker monitor itu sendiri. Untuk menentukan seberapa besar kita harus menaikkan fader, sebenarnya masih terserah kita. Yang penting tetaplah menyisakan headroom yang cukup, bila nanti dibutuhkan SPL. Umumnya pada beberapa desain mixer, terdapat angka 0 dB pada fadernya. Dan masih menyisakan beberapa dB lagi sampai puncak fader. Sehingga bolehlah kita menempatkan seluruh fader pada posisi 0 dB itu. SETTING Ada berbagai cara yang biasa diterapkan sound engineer bagi setting sistem monitornya. Kalau memang panggungnya cukup besar, musisi yang tampil juga adalah yang sudah cukup profesional dengan penyanyi yang memiliki teknik miking sempurna, maka lakukanlah setting seperti pada umumnya, yaitu mendapatkan hot level bagi chanel tersebut, kemudian menyesuaikan level keluarannya melalui fader masing-masing chanel. Karena penyanyi yang memiliki jam terbang tinggi dan berbekal teknik miking yang baik, dia akan menggenggam mikrofon dengan cara yang tepat. Dia juga berupaya berdiri sambil bernyanyi di posisi dimana tidak mudah terserang feedback. Dan penyanyi seperti ini akan lebih mengutamakan struktur gain yang tepat demi mendapatkan tone yang lebih baik. Tapi di dalam situasi yang sama sekali berbeda, bukan tidak mungkin kita menomorduakan struktur gain pada sistem monitor. Hal itu boleh-boleh saja terjadi demi mendapatkan level yang cenderung tepat dengan meminimalkan resiko feedback. Ingatlah, ini pro audio! Dan belum ada standar baku bagaimana seharusnya sebuah setting dilakukan. Jadi walaupun tone yang didapat memang tidak sebaik ketika sinyal berada pada struktur gain yang benar, namun selalu ada prioritas bagi masing-masing situasi. Dan setting yang dilakukan adalah dengan menaikkan fader terlebih dahulu pada Unity Gain (0 dB), kemudian memutar knob gain untuk menyesuaikan level dengan kepekaan mikrofon. Jangan lupa sisakan juga sedikit headroom untuk menjaga bila saja di tengah pertunjukan ternyata dibutuhkan level yang lebih besar. BILA MASIH FEEDBACK Cobalah untuk mengatasinya dengan melakukan pemotongan (cut) pada frekuensi yang feedback saja. Untuk mengetahui frekuensi berapa yang feedback, maka kita membutuhkan sebuah RTA (Real Time Analyzer). Melalui alat ini, kita akan diberitahu frekuensi feedback yang terjadi. 14

Jangan lupa juga bahwa feedback selalu terjadi hanya pada satu frekuensi saja. Sehingga kita hanya perlu menurunkan sebuah slider saja pada ekualiser grafik. Tidak perlu memaksa ekualiser grafik kita jadi berbentuk smile! Jangan terlalu banyak memotong frekuensi feedback. Karena ini akan berakibat frekuensi lain di sisi kanan-kiri slider grafik ekualiser itu akan turut berpengaruh. Bila setting struktur gain, setting mixer ekualisernya sudah benar, maka harusnya tidak akan terlalu banyak terjadi feedback. Kalau ternyata feedback masih terjadi dimana-mana, cobalah untuk menurunkan level sistem monitor itu. Kalau masih feedback juga, sepertinya kita harus memulai proses setting dari prosedur awal. Bagaimana bila kita tidak memiliki alat yang namanya RTA untuk mendeteksi frekuensi feedback itu? Kita masih bisa memperkirakannya dengan feeling. Walaupun ini tidak mudah, tapi bukan tidak mungkin dilakukan. MENENTUKAN FEEDBACK TANPA RTA Simaklah feedback yang terjadi. Lalu perkirakan di bilangan mana dia berada. Apakah Low, Low Mid, Hi Mid atau Hi? Perhatikanlah ekualiser grafik. Tatap sejenak semua slider-nya. Bayangkan keseluruhan slider itu terbagi atas 4 bagian, yaitu Low, Low Mid, Hi Mid, dan Hi. Bila ekualiser grafiknya terdiri dari 31 slider, ini berarti untuk masing-masing area (Low, Low Mid, Hi Mid, dan Hi) hanya akan terdapat sekitar 8 slider saja. Berarti sekarang, perkiraan area dimana feedback sudah semakin kecil. Untuk awalnya, mungkin kita masih akan meraba-raba dengan menurunkan satu per satu slider di area feedback itu. Dan latihan akan membuat sempurna! Jam terbang kita nantinya akan membuat kita lebih mudah memperkirakan frekuensi feedback itu. Dan kemungkinan salah perkiraan juga makin kecil. Feedback bukanlah satu-satunya masalah dalam sistem monitor panggung. Masih ada masalah lainnya, seperti kurang kerasnya SPL di sitem monitor. Tapi marilah kita bahas di lain waktu saja.

5.

Contoh Penerapan Sistem Tata Suara Live : Live Band

Instalasi sistem tata suara untuk live band merupakan salah satu instalasi sistem tata suara yang paling rumit. Karena di dalam suatu band, mengandung dinamika frekuensi yang sangat lebar. Mulai dari frekuensi yang sangat rendah yaitu kick drum, sampai yang sangat tinggi yaitu hi-hat dan cymbal. Karena itulah, instalasi ini membutuhkan skill seorang engineer yang matang, ketelitian, dan penggunaan peranti-peranti yang sesuai. Selain itu aja juga yang lebih rumit, yaitu sistem tata suara orkestrasi. Tetapi yang paling marak saat ini yaitu live band. Hal terpenting pertama setelah semua sistem terpasang adalah pastikan bahwa sistem tata suara sudah berada pada setting yang paling baik. Artinya, jumlah speaker dan power untuk mendrive keseluruhan loudspeaker sudah baik. Bagaimana untuk mengetahuinya? Mudah! Mainkan saja sebuah lagu yang sudah sangat kita kenal melalui CD player. Matikan fungsi EQ pada channel input CD tersebut. Bypass juga EQ utama sistem audio tersebut. Dengarkan secara sangat seksama. Apakah musik dari CD itu sudah persis seperti yang ada dalam benak kita? Perhatikan juga tingkat distorsi-nya ketika dimainkan pada level SPL (Sound Pressure Level) tinggi. Apabila sound sudah mulai terdistorsi, berarti sistem tersebut tidak menyisakan headroom yang cukup. Apabila dengan CD player saja sudah mulai terdistorsi, apalagi dengan musik live. Karena musik live memiliki dinamika yang lebih lebar. Setelah yakin dengan seluruh kinerja sistem, pastikan semua sumber suara yang diterima oleh mixing console berada pada gain structure yang tepat dan dalam kondisi yang sangat baik. Sebab mixing yang baik hanya bisa terlaksana apabila sumber suaranya memang benar-benar sempurna.

DRUM Pertimbangkan untuk memunculkan kesan perkusif dari seluruh komponen drum. Sebaiknya tidak membuat sound kick dan floor terlalu boomy. Karena sound kick yang boomy itu nantinya bisa saja bertabrakan dengan sound bass. Usahakan untuk membuat sound kick yang terdengan punch, 15

namun tetap dalam level dan frekuensi yang aman. Pertimbangkan untuk memoles sound drum dengan efek reverb yang tepat. Karena dengan efek reverb yang tepat akan membuat sound drum terdengar lebar dan wah. Seperti kita ketahui bahwa sebuah set drum selalu saja terdiri dari beberapa unsur. Mulai dari kick, snare, hi-hat, tom, dan simbal. Posisi masing-masing unsur atau komponen set drum tadi juga selalu ditempatkan berdekatan, agar memudahkan pemain drum memainkkanya. Apabila kita hanya melakukan miking dengan menggunakan sebuah mikrofon saja, maka kita belum membutuhkan gate. Karena kita mengharapkan sebuah mikrofon tadi bisa menangkap keseluruhan bunyi dari set drum tadi. Namun ketika kita sudah melakukan miking untuk masing-masing komponen drum itu, barulah kita membutuhkan gate. Karena akan sangat besar kemungkinan mikrofon untuk snare, untuk menangkap juga bunyi dari hi-hat. Akibatnya ketika kita hanya ingin menambah level snare, akan ada juga unsur hi-hat yang levelnya ikut bertambah. Dan hal itu tidak kita inginkan atau belum tentu kita harapkan. Disinilah fungsi gate yang akan menentukan bunyi apa saja yang boleh memasuki masing-masing mikrofon. Atau bisa juga kita sebut bahwa gate bekerja dengan cara BUKA/TUTUP untuk sinyal yang dianggapnya sesuai dengan perintah setting kita. Cara kerja unit ini sendiri adalah dengan mendeteksi sebuah sinyal yang diterimanya dengan cara mendeteksi levelnya. Begitulah awalnya. Sebab dewasa ini, selain mendeteksi level sebuah sinyal, gate juga sudah bisa membaca frekuensi. Sehingga semakin spesifiklah cara kerjanya. Jelasnya ketika kita menempatkan mikrofon pada hi-hat, maka kita mengharapkan hanya bunyi hi-hat saja yang ditangkap oleh mikrofon tersebut. Bukan bunyi dari snare drum ataupun kick. Kalaupun masih ada bunyi lain yang tertangkap, hal itu bisa diminimalkan. BASS Harusnya sound bass menjadi pembentuk tone untuk kick drum. Meskipun hal itu juga tergantung pada genre musiknya. Sehingga ketika menentukan sound bass, cobalah untuk memainkannya bersama drum. Upayakan agar frekuensi sound keduanya tidak saling tumpang tindih. Sehingga keduanya dapat dimunculkan secara bersamaan. Kesan mixing live yang bersuara big sound hanya dapat terjadi apabila sound drum dan bassnya benar-benar sempurna. GITAR Gitar selalu berada pada area midrange. Jadi, jangan meng-cut frekuensi mid pada channel gitar secara berlebihan. Kemudian ada sangat varian dari sound gitar. Mulai dari sound creal, crunch, hingga distortion. Pastikan kita mengetahui dengan pasti bagaimana sound gitar itu dengan mendengarkan langsung dari ampli-nya. Selanjutnya, upayakan agar sound yang terdengar di sistem utama tidak jauh berbeda dari aslinya. KEYBOARD DAN PIANO Usahakan untuk selalu meneruskan sound keyboard dan piano secara stereo. Baik langsung dari keyboard ataupun dari ampli-nya. Jangan pernah me-miking amplifier keyboard. Itu hanya akan memperburuk sound-nya. Apabila kita berhadapan dengan grand piano, maka ada baiknya kita menggunakan sebuah submixer. Gunakan teknik miking yang tepat dan jangan hanya menggunakan satu microphone saja. Itu tidak akan mampu meng-capture suara grand piano secara sempurna. Jangan menambahkan efek apapun bila si pemain tidak menginginkannya. VOKAL Tanpa mengesampingkan unsur musik lainnya, vokal adalah komponen terpenting. Jangan membuat suara vokal menjadi metalik atau terlalu tajam karena tidak ada suara manusia seperti itu. Selain itu, suara vokal yang terlalu banyak ekualisasi akan membuat penonton cepat lelah 16

mendengarnya. Kalaupun harus memoles suara vokal denga frekuensi tinggi, pastikan itu dilakukan dengan sangat proporsional. Jangan pernah tidak mengompres channel vokal. Karena apabila tanpa kompressor, perhatian FOH (Front Of House) engineer akan sangat tersita untuk menjaga channel vokal supaya tetap terdengar wajar. Sehingga bukan tidak mungkin sang engineer malah mengabaikan channel lainnya.

6.

Sound Sistem SMK Negeri 1 Singosari

Setelah kita membicarakan sistem-sistem yang lebih professional, sekarang kita membicarakan yang levelnya lebih rendah. Mengapa demikian? Karena jika kita telah memahami yang lebih professional, maka kita akan lebih mudah untuk memahami yang lebih rendah levelnya. Kita perlu tahu bahwa sekolah kita punya seperangkat peralatan sound sistem. Perangkat itu terdiri dari : Mixing Console / Mixer Ada dua buah mixer yang dimiliki oleh sekolah kita. Yaitu Behringer XENYX 1832FX dan sebuah powered mixer yang terintegrasi dengan power amplifier sekitar 700w stereo. Mixer Behringer memiliki fitur XENYX mic preamp, semi-parametric British EQ, 24bit digital effect processor dan XPQ 3D surround effect. Pada mixer ini juga terdapat 2 buah subgroups dan 2 buah main output LR. Sedangkan pada powered mixer, kurang lebih fiturnya sama. Hanya saja effect processornya analog. Speaker Selain memiliki dua buah mixer, sekolah kita juga memiliki dua pasang speaker utama. Yaitu sepasang speaker aktif dB Technologies Opera Live 405 dan sepasang speaker buatan pabrikan Peavey yang merupakan 2way passive speaker. Di dalamnya tiap kabinet speaker, baik aktif maupun pasif, ada sebuah 15 low transducer dan sebuah high transducer. Speaker yang aktif memiliki power bi-amp sendiri di dalam kabinetnya dan yang pasif di-drive oleh power amplifier yang ada pada powered mixer. Selain dua pasang speaker di atas, ada juga dua buah ampli keyboard. Sepasang Shure SM-58 wireless microphone Sepasang wireless tie-clip condenser microphone Beberapa buah dynamic microphone

17

Jenis-jenis Konektor dan Wiring Diagrams

1. Jenis-jenis Konektor Dibawah ini akan dijelaskan mengenai jenis dan macam konektor serta fungsi dari masingmasing konektor tersebut. Konektor XLR biasanya digunakan untuk mic dan prosesor lainnya.

XLR Female

XLR Male

Konektor TRS ada yang balanced dan unbalanced. Perbadaannya adalah untuk instalasi single channel atau dual channel (mono atau stereo). Biasanya digunakan untuk insert, line, headphone, dll.

TRS Unbalanced

TRS Balanced

Konektor RCA biasanya digunakan untuk output pada CD atau Cassette Player maupun input untuk Casette Recorder.

Konektor Speakon adalah konektor speaker professional. Konektor ini ada yang memiliki 2 pin, 4 pin hingga 8 pin. Juga ada yang khusus untuk 1000w.

Speakon 4 pin