Modul Sosiologi Xi Konflik

20
SOSIOLOGI XI Page 1 SOSIOLOGI XI KONFLIK SOSIAL TAHUN PELAJARAN 2015 2016 (Dra. Melly Henartri) STANDAR KOMPETENSI Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan mobilitas social KOMPETENSI DASAR Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat : 1. Mendeskripsikan berbagai pengaruh diferensiasi sosial dan stratitikasi sosial 2. Mengidentifikasi berbagai konflik dalam masyarakat. 3. Membedakan konflik dengan kekerasan 4. Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya konflik dalam masyarakat. 5. Mendeskripsikan faktor pendorong terjadinya intergrasi sosial YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 – Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : [email protected] 043 URS is member of Registar of Standards (Holding) Ltd. ISO 9001 : 2008 Cert. No. 47484/A/0001/UK/En

description

Modul Sosiologi Xi Konflik

Transcript of Modul Sosiologi Xi Konflik

Page 1: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 1

SOSIOLOGI XI

KONFLIK SOSIAL TAHUN PELAJARAN 2015 – 2016

(Dra. Melly Henartri)

STANDAR KOMPETENSI

Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik dan

mobilitas social

KOMPETENSI DASAR

Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan siswa dapat :

1. Mendeskripsikan berbagai pengaruh diferensiasi sosial dan stratitikasi sosial

2. Mengidentifikasi berbagai konflik dalam masyarakat.

3. Membedakan konflik dengan kekerasan

4. Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya konflik dalam masyarakat.

5. Mendeskripsikan faktor pendorong terjadinya intergrasi sosial

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA

TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 – Fax.022. 4222587

http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : [email protected]

043 URS is member of Registar of Standards (Holding) Ltd.

ISO 9001 : 2008 Cert. No. 47484/A/0001/UK/En

Page 2: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 2

PETA KONSEP

Page 3: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 3

MATERI

KONFLIK SOSIAL

Adanya Diferensiasi dan Stratifikasi sosial mengakibatkan KONFLIK :

DIFERENSIASI SOSIAL : Ditandai dengan adanya perbedaan (ciri

jasmani)

STRATIFIKASI SOSIAL : Ditandai dengan adanya pelapisan sosial

(tinggi, menengah dan rendah)

AKIBAT YANG DITIMBULKAN DARI DIFERENSIASI DAN STRATIFIKASI SOSIAL :

1. Primordialisme (Konflik kelas sosial)

Ikatan utama seseorang dalam kehidupan sosial dengan hal yang

dibawa sejak lahir. misal : suku, ras, klan, agama, asal daerah

2. Etnosentrisme (Konflik SARA)

Sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan

ukuran kebudayaan sendiri

3. Sektarian/aliran politik (Konflik antar kelompok)

Keadaan sebuah kelompok organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah

ormas

4. Konsolidasi

Usaha untuk menata / membuat kembali suatu organisasi yang dinilai

terancam perpecahan

Page 4: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 4

Konflik berasal dari kata Configere yang artinya saling memukul

Definisi Konflik :

Secara Sosiologis :

Proses sosial ketika dua orang atau kelompok yang berusaha

menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurklan atau

membuatnyatidak berdaya

Menurut Soerjono Soekamto :

Proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia

berusaha utnuk memenuhi tujuan frngan jalan menentang pihak lawan

yang disertai dengan ancaman dan kekerasan

A. KONFLIK DALAM MASYARAKAT

Definisi Konflik Sosial Istilah konflik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti

percekcokan, perselisihan, pertentangan. Menurut asal katanya, istilah

‘konflik’ berasal dari bahasa Latin ‘confligo’, yang berarti bertabrakan,

bertubrukan, terbentur, bentrokan, bertanding, berjuang, berselisih, atau

berperang.

Dalam pustaka Sosiologi, ada banyak definisi mengenai konflik sosial.

Berikut adalah beberapa di antaranya:

a) Konflik sosial adalah perselisihan mengenai nilai-nilai atau tuntutan-

tuntutan berkenaan dengan status, kuasa, dan sumber-sumber kekayaan

yang persediaannya terbatas. Pihak-pihak yang sedang berselisih tidak

hanya bermaksud untuk memperoleh sumber-sumber yang diinginkan,

tetapi juga memojokkan, merugikan atau menghancurkan lawan mereka.

(Lewis A. Coser)

b) Konflik sosial adalah suatu proses sosial dimana orang perorangan atau

kelompok manusia berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi tujuannya

dengan jalan menentang pihak lain disertai dengan ancaman dan/atau

kekerasan. (Leopold von Wiese)

c) Konflik sosial adalah konfrontasi kekuasaan/kekuatan sosial. (R.J.

Rummel)

Page 5: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 5

d) Konflik sosial adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih

menganggap ada perbedaan ‘posisi’ yang tidak selaras, tidak cukup

sumber, dan/atau tindakan salah satu pihak menghalangi, mencampuri atau

dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. (Duane

Ruth-Heffelbower)

Pemahaman Teoretik Mengenai Konflik Sosial Ada dua sudut pandang yang umumnya digunakan untuk memahami kenyataan

konflik dalam masyarakat, yaitu pendekatan konsensus (teori fungsional-

struktural) dan pendekatan konflik (teori konflik).

Secara ringkas, perbandingan antara pendekatan konsensus dan pendekatan

konflik dapat dirangkum seperti yang tampak dalam tabel berikut.

Tabel Perbandingan Teori Fungsional-Struktural dan Teori Konflik

Dimensi Teori Fungsional-struktural Teori Konflik

Pandangan mengenai masyarakat Stabil, terintegrasi secara baik

Ditandai oleh adanya ketegangan dan konflik antarkelompok

Tingkat analisis yang ditekankan Makrososial, analisis pada skala besar

Makrososial, analisis pada skala besar

Page 6: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 6

Pandangan mengenai individu Individu anggota masyarakat disosialisasi untuk

menunjukkan fungsi sosialnya Individu anggota masyarakat diatur melalui

kekuasaan, paksaan, dan kewenangan

Pandangan mengenai tata sosial Tertib sosial terpelihara melalui kerjasama dan

konsensus Tertib sosial terpelihara melalui kekuasaan/kekuatan dan paksaan

Pandangan mengenai perubahan sosial Dapat diperkirakan Perubahan dapat

terjadi di setiap waktu dan mungkin memiliki dampak positif

Konflik dan Kekerasan 1. Kekerasan

Istilah ‘kekerasan’ (violence) berasal dari bahasa Latin vis (kekuatan,

kehebatan, kedahsyatan, kekerasan) dan latus (membawa).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah ‘kekerasan’ diartikan sebagai

perbuatan orang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau

matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang.

Ada dua macam pengertian mengenai kekerasan, yaitu:

a) Pengertian sempit, kekerasan menunjuk pada tindakan berupa serangan,

perusakan, penghancuran terhadap diri (fisik) seseorang maupun milik

atau sesuatu yang secara potensial menjadi milik seseorang. Dengan

demikian menunjuk pada kekerasan fisik yang sifatnya personal

(mengarah pada orang atau kelompok tertentu) yang dilakukan secara

sengaja, langsung, dan aktual.

b) Pengertian luas, kekerasan menunjuk pada kekerasan fisik maupun

kekerasan psikologis, baik dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja,

langsung atau tidak langsung, personal atau struktural. Yang dimaksud

kekerasan struktural adalah kekerasan yang disebabkan oleh struktur

sosial yang tidak adil.

Jadi, konflik sosial bernuansa kekerasan adalah konflik sosial yang di

dalamnya terdapat serangan, perusakan, penghancuran terhadap diri (fisik dan

psikis) seseorang maupun sesuatu yang secara potensial menjadi milik

seseorang, yang dilakukan sengaja, langsung, dan aktual.

Page 7: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 7

Dalam hal ini, Coser membedakan konflik dalam dua kategori sebagai berikut.

a) Konflik realistik, yaitu pertentangan yang bersumber pada rasa frustasi

mengenai hal-hal yang spesifik dalam sebuah hubungan, juga dari

dugaan mengenai keuntungan yang diperoleh pihak lain. Contoh,

konflik antarkelompok pendukung dan penentang kenaikan BBM. Bagi

para penentang kenaikan BBM, konflik tersebut merupakan alat untuk

membuat agar kebijakan kenaikan BBM dibatalkan.

b) Konflik nonrealistik, yaitu pertentangan yang timbul bukan karena

adanya persaingan untuk mencapai tujuan spesifik tertentu, melainkan

lebih disebabkan oleh keinginan untuk melepaskan ketegangan

terhadap kelompok lain dalam masyarakat.

TAHAPAN KONFLIK (proses disosiatif / proses oposisi) :

1. PERSAINGAN/COMPETITION

Proses sosial baik individu/kelompok yang bersaing dalam memperoleh

sesuatu secara kompetitif

Tipe Persaingan :

a. Ekonomi (kebutuhan manusia)

b. Kebudayaan (agama, pendidikan, politik, militer)

c. Kedudukan dan peranan (pengakuan)

d. Ras (ciri badaniah)

Page 8: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 8

Fungsi Persaingan :

a. Meningkatkan daya kreativitas yang dinamis

b. Menimbulkan iklim kompetitif

c. Sebagai alat seleksi

Dampak Persaingan :

a. Sebagai pengenalan pribadi (ingin mengetahui sifat lawan)

b. Sebagai alat untuk kemajuan (mendorong bekerja lebih keras)

c. Sebagai alat solidaritas kelompok(saling meyesuaikan)

d. Disorganisasi (tidak memiliki kesempatan untuk meyesuaikan diri)

2. KONTRAVENSI

Proses sosial yang ditandai dengan adanya ketidakpastian mengenai diri

seseorang dan perasaan tidak suka terhadap seseorang (misal : curiga)

Page 9: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 9

Bentuk Kontravensi :

a. Umum (penolakan, perlawanan, memprotes)

b. Sederhana (penyangkalan,memaki, memfitnah)

c. Intensif (menghasut, menyebarkan desas-desus)

d. Rahasia (pengkhianatan)

e. Taktis (mengejutkan, membingungkan)

Tipe Kontravensi :

a. Generasi : Perbedaan budaya

b. Jenis kelamin : Kedudukan/status

c. Parlementer : Hubungan mayoritas & minoritas

3. PERTENTANGAN/KONFLIK

Adanya perbedaan antar individu dalam masyarakat (hal apapun)

Pertentangan muncul karena adanya perbedaan kepentingan

yang menimbulkan kesenjangan, upaya untuk menghilangkan

kesenjangan itu dilakukan dengan cara tidak

wajar,inskonstitusional sehingga mengarah pada benturan fisik

yang saling menjatuhkan. Konflik ini berasal dari persaingan

yang tidak harmonis sehingga menimbulkan kontravensi (tak

terselesaikan) hingga muncul pertentangan

Page 10: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 10

Perbedaan Persaingan dan Pertentangan :

Persaingan Pertentangan

1. Aktivitas tidak

menimbulkan reaksi

2. Tidak berniat menjatuhkan

pihak lain

3. Dapat digunakan sebagai

motivasi

4. Dilaksanakan dengan

langkah nyata untuk

mencapai tujuan

1. Aktivitas menimbulkan

reaksi keras

2. Adaa rencana untuk

menjatuhkan pihak lain

3. Muncul karena kesalah

pahaman

4. Dilaksanakan dengan

penuh prasang-ka

sehingga merugikan

pihak lain

B. FAKTOR PENYEBAB, FUNGSI, AKIBAT, DAN CARA MENGATASI

KONFLIK

1. Faktor Penyebab

Menurut Loepold von Wiese dan Howard Becker, secara umum ada empat

faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya konflik, yaitu:

a. Perbedaan individual

b. Perbedaan kebudayaan

c. Perbedaan kepentingan

d. Perubahan sosial

Sementara itu, menurut teori konflik,

penyebab utama terjadinya konflik sosial adalah adanya perbedaan atau

ketimpangan hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakat yang

memunculkan diferensiasi kepentingan. Secara lebih rinci,

faktor-faktor penyebab konflik menurut teori ini adalah sebagai berikut:

• Ketidakmerataan distribusi sumber-sumber daya yang terbatas dalam

masyarakat.

• Ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah.

• Adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan

Page 11: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 11

kepentingan.

• Sedikitnya saluran untuk menampung keluhan-keluhan masyarakat kelas

bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas.

• Melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat

bawah dan/atau elit.

• Kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideologi radikal.

2. Fungsi dan Akibat Konflik

George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak hanya

membutuhkan hubungan sosial yang sifatnya integratif dan harmonis, tetapi

juga membutuhkan adanya konflik (Veeger, 1990). Berdasarkan pandangan

Simmel tersebut, Lewis Coser dan Joseph Himes melakukan studi lebih lanjut

mengenai fungsi positif konflik bagi kelangsungan masyarakat.

Menurut Coser (1956), konflik memiliki fungsi positif, yaitu:

a. Konflik akan meningkatkan solidaritas sebuah kelompok yang kurang

kompak.

b. Konflik dengan kelompok tertentu akan melahirkan kohesi dengan

kelompok lainnya dalam bentuk aliansi. Misalnya, konflik antara Perancis

dengan Amerika Serikat tentang serangan ke Irak memunculkan kohesi yang

lebih solid antara Perancis dan Jerman.

c. Konflik di dalam masyarakat biasanya akan menggugah warga yang semula

pasif untuk kemudian memainkan peran tertentu secara lebih aktif.

d. Konflik juga memiliki fungsi komunikasi.

Sementara itu, menurut Himes (Schaefer & Lamm, 1998),

konflik memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Secara struktural, konflik dapat mengubah keseimbangan kekuasaan antara

kelompok dominan dan kelompok minoritas.

b. Dari sisi komunikasi, konflik meningkatkan perhatian masyarakat terhadap

hal yang dipersengketakan dalam konflik, meningkatkan kesediaan media

massa untuk memberitakannya, memungkinkan masyarakat memperoleh

informasi baru, dan mengubah pola komunikasi berkenaan dengan hal tersebut.

c. Dari sisi solidaritas, konflik akan meningkatkan dan memantapkan

solidaritas di antara kelompok minoritas.

d. Dari sisi identitas, konflik akan menumbuhkan kesadaran mengenai siapa

mereka dan mempertegas batas-batas kelompok.

Meskipun memberikan fungsi positif, namun dalam kenyataannya konflik

sering kali menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Adanya konflik

Page 12: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 12

sosial mengakibatkan terhentinya kerja sama yang sebelumnya terjalin di

antara para pihak yang terlibat konflik. Lebih buruk lagi, konflik yang disertai

dengan kekerasan sering kali mengakibatkan hancurnya harta benda dan

jatuhnya korban manusia.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada dua macam

konflik, yaitu konflik fungsional dan konflik destruktif. Konflik fungsional

adalah konflik yang berdampak positif bagi perkembangan masyarakat.

Konflik ini biasanya terjadi tanpa diwarnai kekerasan. Sedangkan konflik

destruktif adalah konflik yang merusak kehidupan sosial. Konflik ini umumnya

disertai dengan kekerasan sehingga sering disebut sebagai kekerasan sosial.

AKIBAT KONFLIK (menurut Soerjono Soekamto) :

1. Bertambah kuatnya rasa solidaritas antar anggota kelompok

2. Hancur/retaknya kesatuan kelompok

3. Adanya perubahan kepribadian seorang individu

4. Hancurnya harta benda/jatuhnya korban manusia

5. Penaklukan salah satu pihak/dominasi

Selain akibat di atas ternyata Konflik tidak selamanya mengakibatkan

kerugian (destruktif) tetapi justru menguntungkan (konstruksi).

Destruktif :

1. Perasaan cemas/stress

2. Adanya poerubahan kepribadian

3. Hancurnya harta benda

4. Komunikasi yang berkurang

5. Munculnya persaingah yang tidak sehat

6. Ledakan konflik yang hebat (muncul ancaman dan kekerasan)

7. Hancurnya kesatuan kelompok

Konstruktif :

1. Bertambah kuatnya solidaritas kelompok

2. Meningkatnya inisiatif dan kreativitas terhadap hal yang baru

3. Intensitas usaha semakin meningkat, bekerja lebih keras

4. Surutnya ketegangan pribadi (jika tidak terjadi bisa stress)

Page 13: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 13

RESPON DARI KONFLIK MENGHASILKAN HIPOTESA :

1. Percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik

2. Percobaan untuk memenangkan konflik

3. Memberikan kemenangan bagi pihak yang konflik

4. Cara untuk menghindari konflik

3. Cara Mengatasi Konflik

Mengikuti alur pemikiran pendekatan konsensus maupun pendekatan konflik,

ada empat cara pokok yang umumnya dipakai untuk mengelola/mengatasi

konflik, yaitu:

a. Paksaan/Koersi

Cara ini dilakukan dengan memaksa para pihak yang bersengketa untuk

mengadakan perdamaian. Paksaan dilakukan secara psikologis maupun fisik.

Cara paksaan ini dilakukan oleh pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah.

Pihak yang kuat biasanya mengajukan syarat-syarat untuk mengakhiri konflik

atau syarat-syarat perdamaian yang harus diterima oleh pihak yang lemah.

b. Arbitrasi

Kata arbitrasi berasal dari bahasa Latin arbitrium, yang berarti keputusan wasit

(K. Prent, 1969: 61). Arbitrasi merupakan proses untuk mengatasi konflik

dengan melalui pihak tertentu yaitu arbitrator. Pihak ini dipilih secara bebas

oleh pihak yang bersengketa. Arbitrator itulah yang memutuskan penyelesaian

konflik tanpa terlalu terikat pada hukum-hukum.

c. Mediasi

Mediasi adalah cara penyelesaian konflik dengan menggunakan pihak ketiga

yang memilki hubungan baik dengan para pihak yang berkonflik. Pihak ketiga

ini secara aktif terlibat dalam negosiasi dengan para pihak yang berkonflik,

serta mengarahkan para pihak yang berkonflik sedemikian rupa sehingga

penyelesaian dapat tercapai, meskipun usulan-usulan yang diajukannya tidak

terlalu mengikat terhadap para pihak yang berkonflik. Jadi pihak ketiga

tersebut melakukan fungsi-fungsi konsultatif secara aktif. Selanjutnya, pihak-

pihak yang berkonflik itu sendiri yang mengambil keputusan untuk

menghentikan konflik.

d. Negosiasi

Negosiasi merupakan cara penyelesaian konflik atas inisiatif pihak-pihak yang

berkonflik. Dalam proses ini, kedua pihak yang berkonflik melakukan

Page 14: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 14

pembicaraan dalam bentuk tawar-menawar mengenai syarat-syarat mengakhiri

konflik.

CARA PEMECAHAN KONFLIK /PENGENDALIAN KONFLIK

(AKOMODASI KONFLIK) :

1. Gencatan senjata :

Penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu sambil

mengupayakan penyelesaian konflik

2. Arbitrase :

Perselisihan dihentikan oleh pihak ke-3, keputusan yang diambil ditaati

oleh kedua belah pihak.

3. Konsiliasi :

Mempertemukan pihak yang bertikai untuk persetujuan bersama.

4. Stalemate :

Pihak yang bertentangan memiliki kekuatan seimbang dan terhenti

karena kedua belah pihak tidak mungkin maju/mundur.

5. Adjudikasi :

Penyelesaian konflik melalui pengadilan

6. Segregasi :

upaya untuk aling memisahkan dirimenghindar diantara pihak yang

bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan

konflik

7. Mediasi :

Konflik dihentikan oleh pihak ke-3, keputusan ditaati dan sifatnya

mengikat.

8. Coecion/koersif :

penyelesaian konflik melalui proses yang dipaksakan

9. Tokeransi :

sikap saling mengharhai dan menghormati pendirian masing-masing

pihak

10. Kompromi :

Pihak yang berkonflik mencari jalan tengah/jalan damai.

11. Elimination :

Pengunduran diri dari pihak yang berkonflik (mengalah/mundur).

12. Subjugation/domination :

Pihak yang berkekuatan besar memaksa pihak lain untuk menaati.

13. Majority rule :

Page 15: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 15

Suara terbanyak melalui voting/penyelesaian melalui suara terbanyak.

14. Minority consent :

Kelompok minoritas menerima keputusan.

15. Integrasi :

Pendapat yang bertentangan didiskusikan untuk mencapai keputusan

yang memuaskan semua pihak.

C. MENCEGAH KONFLIK DENGAN MEMPERKUAT INTEGRASI SOSIAL

1. Pengertian dan Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

1.1 Pengertian

Secara etimologi, istilah integrasi berasal dari bahasa Latin integer,

integra, integrum yang berarti utuh, seluruhnya, lengkap, genap,

komplit, bulat, tidak kena luka, tidak dirusakkan (K. Prent, 1969: 450).

Integrasi sosial berarti kondisi kemasyarakatan yang ditandai oleh

adanya keutuhan antaranggota masyarakat. Istilah lain yang sering

digunakan untuk menunjuk pada kondisi semacam itu adalah kohesi

sosial, keseimbangan sosial, atau harmoni sosial.

Ada banyak definisi mengenai integrasi sosial pada tingkat masyarakat

makro

Page 16: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 16

Beberapa dari antara definisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi

suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau memadukan masyarakat-

masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi satu bangsa (Howard

Wrigins).

b. Proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan kelompok sosial ke

dalam satu kesatuan wilayah dan dalam pembentukan suatu identitas

nasional. Jadi integrasi bangsa khususnya menunjuk pada masalah

membangun rasa kebangsaan dalam suatu wilayah dengan menghapuskan

kesetiaan-kesetiaan picik pada ikatan-ikatan yang lebih sempit (Myron

Weyner).

c. Suatu kondisi kesatuan hidup bersama dari aneka satuan sistem sosial

budaya, kelompok-kelompok etnis dan kemasyarakatan, untuk berinteraksi

dan bekerja sama, berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma dasar bersama

guna mewujudkan fungsi sosial-budaya yang lebih maju, tanpa

mengorbankan ciri-ciri kebhinekaan yang ada (Hendro Puspito).

1.2 Bentuk-bentuk Integrasi Sosial

Masalah integrasi sosial muncul berkenaan dengan adanya kenyataan

kemajemukan masyarakat.

Menurut Piere L. Van den Berghe (Ritzer, 1992; Nasikun, 1992),

masyarakat majemuk senantiasa memiliki ciri-ciri berikut:

• Adanya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok kebudayaan yang berbeda-

beda.

• Memilki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang

bersifat nonkomplementer.

• Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat

mengenai nilai-nilai sosial fundamental.

• Relatif sering terjadi konflik antarkelompok.

• Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling

ketergantungan ekonomi.

• Adanya dominasi satu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Page 17: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 17

Integrasi sosial terdiri dari dua bentuk :

a. Integrasi Sosial Vertikal

Integrasi sosial vertikal merupakan upaya penciptaan kesatuan hidup bersama

dalam masyarakat majemuk, yang terkait dengan kemajemukan vertikal.

Adapun yang dimaksud kemajemukan vertikal adalah kondisi struktural sosial

masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan kepemilikan kekuasaan,

pengetahuan dan kekayaan. Dengan demikian kemajemukan vertikal berkenaan

dengan adanya polarisasi antara kelompok penguasa dan yang dikuasai,

kelompok berpendidikan dan kurang berpendidikan, kelompok kaya dan

miskin

b. Integrasi Sosial Horizontal

Integrasi sosial horizontal merupakan upaya penciptaan kesatuan hidup

bersama dalam masyarakat majemuk, yang terkait dengan kemajemukan

horizontal. Adapun yang dimaksud kemajemukan horizontal adalah kondisi

struktur sosial masyarakat yang terpolarisasi berdasarkan keragaman budaya

(suku bangsa, daerah, agama, dan ras), keragaman sosial (perbedaan profesi

dan pekerjaan) dan keragaman tempat tinggal (desa dan kota). Dengan kata

lain. Kemajemukan horizontal adalah keragaman identitas dan karakteristik

budaya kelompok masyarakat.

2. Cara Mewujudkan Integrasi Sosial

Integrasi sosial bertujuan untuk mewujudkan hal-hal berikut:

• Fungsionalisasi dan prestasi yang lebih tinggi.

Artinya, melalui integrasi sosial dapat meningkatkan fungsi-fungsi dari

berbagai kelompok sosial yang ada untuk mewujudkan kemakmuran dan

kesejahteraan bersama.

• Mewujudkan interdependensi atau saling ketergantungan antara berbagai

kelompok sosial yang ada.

• Mencegah dan mengelola konflik sehingga tidak merusakkan masyarakat.

Menurut teori fungsionalis-struktural, integrasi sosial diwujudkan dengan dua

cara, yaitu:

• Menumbuhkan konsensus mengenai nilai-nilai sosial fundamental di antara

anggota masyarakat, dan

• Menumbuhkan keanggotaan ganda (cross-cutting affiliations) dan kesetiaan

ganda (cross-cutting loyalties) di antara anggota masyarakat.

Sedangkan menurut pandangan para penganut teori konflik, integrasi sosial

Page 18: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 18

perlu diwujudkan melalui dua cara, yaitu:

• Melalui penggunaan paksaan (koersi), terutama paksaan yang dilakukan oleh

kelompok sosial dominan atas kelompok-kelompok sosial yang lain, dan

• Menciptakan saling ketergantungan (ekonomi) di antara berbagai kesatuan

sosial yang ada.

CONTOH SOAL

Perhatikan contoh berikut!

1. Pertandingan sepakbola antarklub di Jakarta.

2. Pabrik itu dirikan secara patungan.

3. Di antara pihak-pihak yang bertikai timbul rasa benci.

4. Terjadi perang urat saraf antara A dan B.

Dari contoh di atas yang termasuk kontravensi adalah:

A. 1 dan 2

B. 1 dan 3

C. 1 dan 4

D. 2 dan 3

E. 3 dan 4

Pembahasan: Kontravensi adalah proses disosiatif yang mengarah pada

penghancuran lawan secara tidak langsung (Sri dan Yusniati, 2007:131).

Jawaban: E. 3 dan 4

Dua pengendara sepeda motor jatuh karena bertabrakan. Salah satunya

meminta diselesaikan melalui aparat penegak hukum, sedang yang lain

mengusulkan tidak perlu. akhirnya disepakati damai dan pihak yang bersalah

mengganti kerusakan yang terjadi. Teknik penyelesaian konflik tersebut

merupakan akomodasi dalam bentuk ……..

a. mediasi

b. arbitrasi

c. kompromi d. advokasi

e. toleransi

Konflik yang terjadi antara pembantu rumah tangga wanita Indonesia dan

majikannya di Malaysia adalah contoh bentuk konflik …..

a. antarkelas sosial

Page 19: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 19

b. antaragama

c. individu

d. antargenerasi

e. politik

SOAL PENGAYAAN

1. Berikan analisis anda melalui pengamatan yang dilakukan terhadap

konflik sosial yang ada di masyarakat sekitar !

2. deskripsikan dalam bentuk narasi konflik sosial yang terjadi di

masyarakat sekitarmu !

3. Berikan contoh bentuk konflik sosial yang terjadi di keluarga anda !

GLOSSARY

Etnosentrisme (Konflik SARA) : Sikap menilai kebudayaan masyarakat

lain dengan menggunakan ukuran kebudayaan sendiri

Integrasi sosial berarti kondisi kemasyarakatan yang ditandai oleh adanya

keutuhan antaranggota masyarakat.

Konflik : Proses sosial ketika dua orang atau kelompok yang berusaha

menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurklan atau

membuatnyatidak berdaya

Konsolidasi : Usaha untuk menata / membuat kembali suatu organisasi

yang dinilai terancam perpecahan

Kontravensi : Proses sosial yang ditandai dengan adanya ketidakpastian

mengenai diri seseorang dan perasaan tidak suka terhadap seseorang

(misal : curiga)

Persaingan/Kompetisi : Proses sosial baik individu/kelompok yang

bersaing dalam memperoleh sesuatu secara kompetitif

Page 20: Modul Sosiologi Xi Konflik

SOSIOLOGI XI Page 20

Primordialisme (Konflik kelas sosial) : Ikatan utama seseorang dalam

kehidupan sosial dengan hal yang dibawa sejak lahir. misal : suku, ras,

klan, agama, asal daerah

Sektarian/aliran politik (Konflik antar kelompok) : Keadaan sebuah

kelompok organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah ormas

DAFTAR PUSTAKA

Andreas, MS, Drs.(2008). Sosiologi SMA kelas XI, Jakarta, Quadra

Kun Maryati & Juju Suryawati.(2007). Sosiologi SMA kelas XI. Jakarta:

Esis

Ujianto, Budi (2007), Sosiologi Kelas XI, Bogor, Arya Duta

--- 000 ---