Modul RIP versi 2

17
LAPORAN PRAKTIKUM JARINGAN KOMUNIKASI Routing Information Protocol (RIP) version 2 Dosen : Mahar Faiqurahman, S.Kom, MT OLEH: 201410470411127 Akhmad Zulfikar Al Ghivani Kelas C LABORATORIUM PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2016

description

Packet Tracer menggunakan konsep RIP version 2

Transcript of Modul RIP versi 2

LAPORAN PRAKTIKUM

JARINGAN KOMUNIKASI

Routing Information Protocol (RIP) version 2

Dosen :

Mahar Faiqurahman, S.Kom, MT

OLEH:

201410470411127 – Akhmad Zulfikar Al Ghivani

Kelas C

LABORATORIUM

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016

I. Deskripsi Praktikum

Melakukan pengkabelan pada jaringan sesuai dengan topologi

Menguji status dari jaringan

Melakukan konfigurasi RIP v2 pada semua router

Menguji automatic summarization pada suatu rute

Menguji update dari routing dengan perintah debug ip rip

Menonaktifkan automatic summarization

Menguji routing tables

Verifikasi koneksi jaringan

II. Teori Penunjang

RIP yang merupakan routing protokol dengan algoritma distance vector, yang menghitung

jumlah hop (count hop) sebagai routing metric. Jumlah maksimum dari hop yang

diperbolehkan adalah 15 hop. Tiap RIP router saling tukar informasi routing tiap 30 detik,

melalui UDP port 520. Untuk menghindari loop routing, digunakan teknik split horizon with

poison reverse. RIP merupakan routing protocol yang paling mudah untuk di konfigurasi.

RIP memiliki 3 versi yaitu :

RIPv1 merupakan bagian dari distance vektor yang mencari hop terpendek atau router

terbaik,rip versi 1 juga merupakan class pul routing.

RIPv2 merupakan bagian dari distance vektor yang mencari hop terpendek atau router

terbaik,rip versi2 juga merupakan class list routing.

Kelebihan Dari RIP sebagai berikut :

Menggunakan metode Triggered Update.

RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi

routing.

Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus

mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update).

Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat

diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan.

III. Prosedur Pelaksanaan

Skenario

Bedasarkan topolgi di atas, lakukan konfigurasi IP address pada masing-masing interface yang

terdapat di dalam router-oruter tersebut. Kemudian , lakukan hal berikut :

1. Konfigurasi RIP v1 pada masing-masing router tersebut, kemudian analisislah apa yang

terjadi :

a. Informasi network manakah yang dikirimkan dari outer branch 1 ke router HQ ,

tunjukkan SS nya

b. Informasi network manakah yang dikirim dari router branch2 ke router HQ

c. Informasi network manakah yang dikirimkan dari router HQ ke branch1 dan router HQ

ke branch2

d. Informasi network manakah yang diterima oleh router branch1, branch2, dan HQ ketika

update table routing pada masing -masing router berlangsung

e. Jalankan perintah ping dari PC1 ke PC 3, berapa persen tingkat keberhasilan perintah

ping tersebut

f. Jalankan perintah ping dari PC1 ke PC5, berapa persen tingkat keberhasilan perintah

ping tersebut

g. Jalankan perintah ping dari PC3 ke PC5, berapa persen tingkat keberhasilan perintah

ping tersebut

2. Konfigurasi RIP v2 pada masing-masing router tersebut, kemudian analisislah apa yang

terjadi :

a. Informasi network manakah yang dikirimkan dari outer branch 1 ke router HQ ,

tunjukkan SS nya

b. Informasi network manakah yang dikirim dari router branch2 ke router HQ

c. Informasi network manakah yang dikirimkan dari router HQ ke branch1 dan router

HQ ke branch2

d. Informasi network manakah yang diterima oleh router branch1, branch2, dan HQ

ketika update table routing pada masing -masing router berlangsung

e. Jalankan perintah ping dari PC1 ke PC 3, berapa persen tingkat keberhasilan perintah

ping tersebut

f. Jalankan perintah ping dari PC1 ke PC5, berapa persen tingkat keberhasilan perintah

ping tersebut

g. Jalankan perintah ping dari PC3 ke PC5, berapa persen tingkat keberhasilan perintah

ping tersebut

3. Apa yang dapat anda simpulkan dari perbandingan antara RIPv1 dengan RIPv2

4. Apa yang terjadi ketika branch1 dan branch2 menggunakan routing RIPv1 sedangkan HQ

menggunakan RIPv2

5. Pada topologi di atas , tambahkan satu buah router ISP yang terhubung dengan router HQ

pada alamat jaringan 10.10.1.14/30

a. Implementasikan konsep boundary router pada router HQ sehingga diharapkan semua

jaringan yang ada di bawahnya termasuk pada branch1 dan branch2 dapat terkoneksi

semua

b. Bisakah konsep boundary router diterapkan pada topologi yang baru

c. Konfigurasikan routing pada topolgi yang baru tersebut, sehingga semua jaringan dapat

terkoneksi dengan ISP.

IV. Implementasi dan Hasil Praktikum

1. RIP version 1

a.

b.

c.

d.

BRANCH 1 HQ BRANCH2

172.16.0.0

192.168.1.0

209.165.200.0

172.16.2.0

172.16.0.0

209.165.200.0

192.168.1.0

209.165.200.224

209.165.200.228

172.16.4.128

192.168.1.0

209.165.200.0

172.16.0.0

209.165.200.224

e. PING PC1 ke PC3

Tingkat keberhasilan 50 %. Ketika paket data dikirimkan ke lan HQ, paket akan diterima

dengan baik kepada salah satu LAN saja, karena di HQ ada 2 LAN dan jika disumarisasi

hasil subnetnya sama, paket data akan bingung harus di kirim ke subnet LAN yang mana.

f. PING PC1 ke PC5

100% gagal, karena subnet branch1 dan branch2 jika di summarization hasilnya sama,

paket data yang dikirimkan akan bingung harus dikirimkan ke mana sehingga tidak dapat

dijangkau.

g. PING PC3 ke PC5

*sama dengan PC1 ke PC3*

2. RIP version 2

a.

b.

c.

d. Gambar sudah tertera di atas :

BRANCH 1 BRANCH2 HQ

172.16.0.0 /23

172.16.2.0 /23

172.16.4.0 /25

172.16.4.128 /25

192.168.1.0 /25

192.168.1.128 /26

172.16.0.0 /23

172.16.2.0 /23

192.168.1.0 /25

192.168.1.128 /26

209.165.200.224 /30

172.16.4.0 /25

172.16.4.0 /25

172.16.4.128 /25

192.168.1.0 /25

192.168.1.128 /26

209.165.200.228 /30

172.16.0.0 /23

209.165.200.228 /30

172.16.4.128 /25

172.16.2.0 /23

209.165.200.224 /30

e. PING PC1 ke PC3

f. PING PC1 ke PC5

g. PING PC3 ke PC5

3. RIP v1 mendukung routing classfull, routing berdasarkan dengan pengalamatan IP

berdasarkan kelas. Jadi jika di dalam satu topologi terdapat sebuah subnet mask yang sama,

RIP v1 tidak mempunyai ruang untuk menyimpan informasi subnet.

RIP v2, selain mendukung classfull, juga mendukung classless. Dengan metode ini,

pengalokasian IP address bisa ditetapkan dalam notasi CIDR, atau network prefix.

4.

Terlihat bahwa rip menunjukkan ingnored v1 packet … illegal version, menunjukkan

bahwa RIP v2 dan v1 tidak bisa terkoneksi karena berbeda versi / versinya illegal.

5.

Konsep Boundary Router bisa diterapkan dalam topologi di atas. Router yang menjadi

boundary router adalah router HQ, dimana konfigurasi Router HQ menggunakan

Ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 serial 0/1/0.

Konfigurasi default static route pada HQ akan mengirimkan semua default traffic packet

dengan IP address tujuan tidak cocok sama sekali dengan rute table routing. Kemudian

dengan perintah :

Router rip

Default-information originate

Ini digunakan untuk mengkonfigurasi HQ agar masuk dalam default statuc route dengan

update RIP yang dimiliki.

Pada router ISP harus menggunakan static routing biasa untuk memastikan jaringan yang

terhubung, dengan konfigurasi ke masing-masing LAN router :

Example : Static routing kepada network 172.16.2.0/23 BRANCH1

Ip route 172.16.2.0 255.255.254.0 se0/0/0

V. Kesimpulan

Dari percobaan di atas dapat diketahui bahwa RIP v1 hanya support dengan classfull,

sedangkat RIP v2 support dua jenis routing, classfull dan classless. Dan jika dilihat dari

topologi di atas, ketika diterapkan menggunakan routing RIPv1, pengiriman paket data sering

terganggu ketika menggunakan sebuah subnet yang sama, karena RIPv1 tidak mempunyai

“ruang” untuk menyimpan informasi subnet sehingga informasi subnet tidak dikirimkan.

Berbeda dengan RIPv2 yang mendukung classless, dengan metode classless, network prefix

pada sebuah subnet akan dibaca, dan dari situ dapat dibedakan ketika ada subnet yang sama

dalam satu topologi.