MODUL PRAKTIKUM BIOLOGI - core.ac.uk · Praktikan yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang...
Transcript of MODUL PRAKTIKUM BIOLOGI - core.ac.uk · Praktikan yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang...
MODUL PRAKTIKUM
BIOLOGI
Disusun Oleh: Dra. Laksmi Hartayanie, M.P.
Dr. Lindayani, MP
Dr. Rika Pratiwi, MSi
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG 2014
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................ ................................................................ .... 1
Tata Tertib Laboratorium....................................................................................... 2
Daftar Asisten ....................................................................................................... 3
Penilaian Praktikum................................................................................................ 4
Jadwal Praktikum Biologi ..................................................................................... 5
Daftar Kelompok Biologi ..................................................................................... 7
I. ANABOLISME ...................................... .................................................... ... 9
Penanggung jawab materi : Donna Larissa
II. KATABOLISME........................................................................................... 17
Penanggung jawab materi : Cindy Kusuma
III. OKSIDASI SIKLUS KREBS.................... ..................................................... 32
Penanggung jawab materi : Pamela Lukito
V. PENGARUH pH dan SUHU terhadap AKTIVITAS ENZIM................... .... 38
Penanggung jawab materi : Monica Andreina
VI. MIKROSKOP JAMUR dan YEAST............................................................ 44
Penanggung jawab materi : Tesyara Danesh
VII. MIKROSKOP BAKTERI......................................................................... 54
Penanggung jawab materi : Cynthia Christinne S
2
TATA TERTIB UMUM LABORATORIUM
1. Praktikan wajib datang 15 menit sebelum praktikum dimulai. 2. Praktikan wajib mengenakan jas laboratorium dan membawa segala
keperluan praktikum untuk / selama praktikum. 3. Praktikan wajib telah memahami benar prosedur kerja yang akan
dilaksanakan pada waktu praktikum. 4. Praktikan tidak makan, minum atau merokok selama praktikum di dalam
laboratorium. 5. Praktikan tidak dibenarkan keluar dari laboratorium tanpa sepengetahuan dan
seizin asisten. Dalam hal ini praktikan tidak boleh keluar laboratorium secara
rombongan (maksimal 2 orang). 6. Praktikan bertanggung jawab penuh atas kebersihan, keutuhan dan keamanan
barang-barang inventaris laboratorium. 7. Praktikan bertanggung jawab penuh atas keselamatan diri sendiri, dan orang lain
yang ada di dalam laboratorium. 8. Praktikan bertanggung jawab penuh atas keamanan barang-barang berharga
milik pribadi (handphone, uang , dll.). 9. Toleransi keterlambatan praktikum hanya 15 menit dengan konsekuensi
tidak diperbolehkan mengikuti kuis dengan materi pada hari itu. 10. Keterlambatan lebih dari 15 menit, tidak diperbolehkan membuat laporan
praktikum, dan mendapat nilai 0 untuk materi hari itu. 11. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang tidak jelas,
konsekuensinya sama dengan no. 10. 12. Jika praktikan tidak dapat mengikuti praktikum, dengan alasan yang benar-benar
mendesak, dapat diterima dan masuk akal, maka praktikan wajib memberitahu
asisten dosen, minimal 1 hari sebelumnya. 13. Peraturan-peraturan lain yang belum tercantum akan disampaikan secara lisan
oleh asisten pada saat pelaksanaan praktikum.
3
DAFTAR ASISTEN
1. Cindy Kusuma
2. Donna Larissa
3. Pamela Lukito
4. Monica Andreina
5. Tesyara Danesh
6. Cynthia Christinne S
4
PENILAIAN PRAKTIKUM
Penilaian Praktikum :
1. Laporan 40 %
♣ Individu
♣ Pengumpulan laporan resmi: 1 minggu setelah laporan sementara,
sebelum jam 12 di lab. Mikrobiologi Pangan
2. Responsi 40 %
3. Kuis 20%
Format & Penilaian Laporan Resmi :
1. Pendahuluan
1.1. Tinjauan Pustaka 10 poin maksimal 2 halaman
1.2. Tujuan Praktikum 5 poin
2. Materi dan Metode 10 poin
3. Hasil Pengamatan 15 poin
4. Pembahasan 40 poin maksimal 4 halaman
5. Kesimpulan 10 poin
6. Daftar Pustaka 5 poin
7. Lampiran 5 poin
7.1. Perhitungan
7.2. Foto / gambar
7.2. Laporan Sementara
Keterlambatan pengumpulan laporan:
- > jam 12 : -25
- > 1 hari : -50
- > 2 hari : -75
- > 3 hari : 0 (nol)
5
JADWAL PRAKTIKUM BIOLOGI OKTOBER - DESEMBER 2014
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU 20 OKTOBER
ANABOL A (Donna, Danesh)
21 KATABOL & ENZIM A (Cindy, Monic)
22 JAMUR & YEAST A PENG.KATABOL A (Danesh, Monic)
23 KREBS A PENG.KATABOL A (Pamela, Donna)
24 BAKTERI A (Cynthia, Cindy)
25 PENGAMATAN BAKTERI A (Cynthia)
27 ANABOL B (Donna, Cindy)
28 KATABOL & ENZIM B (Cindy, Monic)
29 JAMUR & YEAST B PENG.KATABOL B (Danesh, Cynthia)
30 KREBS B PENG.KATABOL B (Pamela, Danesh)
31 BAKTERI B (Cynthia, Pamela)
1 NOVEMBER PENGAMATAN BAKTERI B (Cindy)
3 ANABOL C
(Donna, Pamela)
4 KATABOL & ENZIM C
(Cindy, Monic)
5 JAMUR & YEAST C PENG.KATABOL C
(Danesh, Donna)
6 KREBS C PENG.KATABOL C (Pamela, Cynthia)
7 BAKTERI C
(Cynthia, Monic)
8 PENGAMATAN BAKTERI C (Danesh)
10 ANABOL D (Donna, Monic)
11 KATABOL & ENZIM D (Cindy, Monic)
12 JAMUR & YEAST D PENG.KATABOL D (Danesh, Donna)
13 KREBS D PENG.KATABOL D (Pamela, Cindy)
14 BAKTERI D (Cynthia, Danesh)
15 PENGAMATAN BAKTERI D (Cynthia)
17 ANABOL E (Donna, Pamela)
18 KATABOL & ENZIM E (Cindy, Monic)
19 JAMUR & YEAST E PENG.KATABOL E (Danesh, Cynthia)
20 KREBS E PENG.KATABOL E (Pamela, Cindy)
21 BAKTERI E (Cynthia, Danesh)
22 PENGAMATAN BAKTERI E (Pamela)
6
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU 24
ANABOL F (Donna, Cynthia)
25 KATABOL & ENZIM F (Cindy, Monic)
26 JAMUR & YEAST F PENG.KATABOL F (Danesh, Pamela)
27 KREBS F PENG.KATABOL F (Pamela, Donna)
28 BAKTERI F
(Cynthia, Monic)
29 PENGAMATAN BAKTERI F (Donna)
1 DESEMBER ANABOL G (Donna, Danesh)
2 KATABOL & ENZIM G
(Cindy, Monic)
3 JAMUR & YEAST G PENG.KATABOL G
(Danesh, Cindy)
4 KREBS G PENG.KATABOL G (Pamela, Monic)
5 BAKTERI G
(Cynthia, Donna)
6 PENGAMATAN BAKTERI G (Monic)
7
PEMBAGIAN KELOMPOK PRAKTIKUM BIOLOGI
Kloter → A B C D E F G Kelompok ↓
1 14.I1.0037 14.I1.0144
14.I1.0015 14.I1.0125 14.I2.0072
14.I1.0210 14.I1.0073
14.I1.0021 14.I2.0026
14.I1.0107 14.I1.0191
14.I1.0058 14.I1.0122 14.I1.0215
14.I1.0006 14.I1.0055
2 14.I1.0110 14.I1.0126 14.I1.0211
14.I1.0066 14.I1.0115
14.I1.0020 14.I1.0175
14.I1.0192 14.I1.0161
14.I1.0117 14.I1.0057
14.I1.0091 14.I1.0207
14.I1.0023 14.I1.0085 14.I2.0170
3 14.I1.0025 14.I1.0043
14.I1.0188 14.I1.0214 14.I1.0041
14.I1.0189 14.I1.0116
14.I1.0076 14.I1.0206
14.I1.0162 14.I2.0146 14.I1.0036
14.I1.0097 14.I1.0045
14.I1.0208 14.I1.0109
4 14.I1.0075 14.I1.0156
13.70.0172 14.I1.0065
14.I1.0147 14.I1.0187 14.I1.0038
14.I1.0096 14.I2.0132
14.I1.0016 14.I1.0089
14.I1.0124 14.I1.0022
14.I1.0143 14.I1.0053 14.I1.0216
5 14.I1.0002 14.I1.0019
14.I1.0094 14.I1.0029
14.I1.0128 14.I1.0180
14.I1.0030 14.I2.0138 14.I1.0149
14.I1.0173 14.I1.0212 14.I1.0127
14.I1.0084 14.I1.0205
14.I1.0174 14.I1.0123
6 14.I1.0118 14.I1.0087
14.I1.0071 14.I1.0078
13.70.0081 14.I1.0028 14.I1.0213
14.I1.0204 14.I1.0150
14.I1.0060 14.I1.0186
14.I1.0017 14.I1.0130
14.I1.0164 14.I1.0034
8
Kloter → A B C D E F G Kelompok ↓
7 14.I1.0059 14.I1.0024
14.I1.0007 14.I1.0111
14.I1.0114 14.I1.0172
14.I1.0061 14.I1.0001 14.I1.0217
14.I1.0129 14.I1.0077
14.I2.0190 14.I1.0163 14.I1.0048
14.I1.0209 14.I1.0086
8 14.I1.0120 14.I1.0131
14.I1.0103 14.I1.0079
14.I1.0098 14.I1.0185
14.I1.0121 14.I1.0178
14.I1.0176 14.I1.0092 14.I1.0074
14.I1.0093 14.I1.0142
14.I1.0193 14.I1.0141
9 14.I1.0013 14.I1.0133 14.I1.0218
14.I1.0151 14.I1.0105
14.I1.0049 14.I1.0179
14.I1.0157 14.I1.0201
14.I1.0005 14.I1.0032
14.I1.0197 14.I2.0039 14.I1.0158
14.I1.0171 14.I1.0033
10 14.I1.0181 14.I1.0069
14.I1.0062 14.I1.0031
14.I1.0195 14.I1.0104
14.I2.0011 14.I1.0080 14.I1.0203
14.I1.0196 14.I1.0137
14.I1.0004 14.I1.0182
14.I1.0183 14.I1.0102
11 14.I1.0064 14.I1.0167
14.I1.0099 14.I2.0009 14.I1.0200
14.I1.0012 14.I1.0168
14.I1.0063 14.I1.0184
14.I1.0160 14.I1.0050
14.I1.0165 14.I1.0139
14.I1.0068 14.I1.0199
12 14.I1.0014 14.I2.0056 14.I1.0194
14.I1.0177 14.I1.0082
14.I1.0153 14.I1.0202 14.I2.0010
14.I1.0159 14.I1.0051
14.I1.0198 14.I1.0081
14.I1.0140 14.I1.0166
14.I2.0046 14.I1.0152 14.I1.0100
9
ANABOLISME
1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Anabolik atau reaksi pembentukan merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi
sintesis molekul yang lebih kompleks dari molekul yang lebih sederhana (Green et al.,
1988). Salah satu contoh proses anabolik adalah proses fotosintesis. Fotosintesis atau
asimilasi zat karbon merupakan suatu proses dimana zat-zat organic H2O dan CO2 oleh
klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar matahari.
Reaksi fotosintesis:
6 H2O + 6 CO2 + energi cahaya + klorofil C6H12O6 + 6 O2
(Dwidjoseputro, 1978).
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari batang, umumnya
berwarna hijau dan terutama fungsinya adalah sebagai penangkap energi cahaya
matahari melalui fotosintesis. Daun merupakan organ terpenting bagi tumbuhan dalam
melangsungkan hidupnya karena tumbuhan adalah organisme autotrof obligat.
Tumbuhan harus memasok kebutuhan energinya sendiri melalui konversi energi cahaya
menjadi energi kimia (Audesirk & Audesirk, 1989).
Pada epidermis atas dan bawah dijumpai pori-pori kecil yang disebut dengan stomata
(tunggal stoma). Pada tumbuhan darat, jumlah stomata pada epidermis bawah daun
lebih banyak dari epidermis atas yang merupakan adaptasi tumbuhan untuk
meminimalisasi hilangnya air dari daun. Stomata berperan dalam pertukaran gas (O2
dan CO2). Selain itu juga berperan dalam pengaturan penghilangan air dari tumbuhan
(Audesirk & Audesirk, 1989).
Stomata berada pada jaringan epidermal. Setiap lubang stomata dikelilingi oleh 2 sel
penjaga. Sel penjaga ini mengatur terbuka dan tertutupnya stomata berdasarkan
perubahan konsentrasi glukosa sebagai akibat dari aktivitas fotosintesis. Sel penjaga
bersifat fleksibel. Ketika tekanan osmotik meningkat, konsentrasi air menurun dan air
10
berpindah ke sel penjaga secara osmosis. Hal ini akan menyebabkan sel penjaga
menggembung dan celah stomata terbuka. Perubahan ukuran stomata dapat dipengaruhi
oleh cahaya, konsentrasi karbondioksida dan air. Sebagian besar transpirasi dan
evaporasi tumbuhan terjadi melalui stomata. Jika stomata membuka lebih lebar maka
akan lebih banyak pula kehilangan air. Membuka dan menutupnya stomata harus
seimbang antara kebutuhan karbondioksida dan kehilangan air. Pada umumnya stomata
membuka pada siang hari dan menutup pada malam hari. Selain itu stomata juga akan
menutup saat tanaman mengalami dehidrasi (Audesirk & Audesirk, 1989).
Tahun 1939 Robert Hill menemukan bahwa kloroplas yang diisolasi dapat
membebaskan oksigen dengan kehadiran agen pengoksidasi (electron acceptor). Hal ini
dinamakan reaksi Hill. Laju dari reaksi Hill dapat diukur dengan melihat perubahan
warna dari DCPIP (2,6-Dicholophenolindophenol). Reaksi Hill:
cahaya
H2O + NADP ----------> NADPH + ½ O2 + H+
kloroplas
cahaya
DCPIP (blue) + H2O ------------> DCPIP-H2 (colorless) + ½ O2
kloroplas
(oksidasi) (reduksi)
(Green et al., 1988).
2. MATERI METODE
2.1. Pengamatan Fotosintesis
2.1.1. Materi
2.1.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 toples besar beserta tutupnya.
11
2.1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 3 lilin menyala, 2 jangkrik,
tumbuhan hijau kecil :
Kloter A : krokot
Kloter B : apu-apu
Kloter C : lidah mertua
Kloter D : lidah buaya
Kloter E : melati
Kloter F : rhoeo discolor
Kloter G : soka kecil
2.1.1.3. Metode
Toples 1 diisi lilin menyala dan ditutup. Toples 2 diisi lilin menyala dan jangkrik
kemudian ditutup. Toples 3 diisi tumbuhan, lilin menyala, jangkrik, kemudian ditutup.
Tunggu beberapa menit dan amati perubahan yang terjadi.
2.2. Perhitungan Jumlah Stomata
2.2.1. Materi
2.2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, kaca preparat, hand counter,
dan mikroskop.
2.2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kuteks bening, selotip, dan beberapa
daun tanaman yakni:
Kelompok 1-2 : daun puring
Kelompok 3-4 : daun jarak
Kelompok 5-6 : daun pandan
Kelompok 7-8 : daun jeruk
Kelompok 9-10 : daun mangga
Kelompok 11-12 : daun pepaya
12
2.2.1.3. Metode
Mula-mula dipilih salah satu daun, lalu pada bagian bawah daun dicat dengan kuteks
bewarna bening ± 1 cm2. Kuteks dibiarkan mengering beberapa menit. Sepotong selotip
bening ditempelkan pada kuteks tersebut kemudian dikelupas secara hati-hati mulai dari
bagian pojok. Setelah itu potongan selotip tersebut diamati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 10x40. Dicari daerah yang bersih dan banyak mengandung stomata.
Stomata dihitung pada 2 tempat yang berbeda. Percobaan diulangi dengan
menggunakan jenis daun yang berbeda.
2.3. Reaksi Hill
2.3.1. Materi
2.3.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gunting, mortar, funnel (corong),
nilon, sentrifuge, dan glass rod (batang pengaduk).
2.3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah beberapa daun, es, medium isolasi
dingin, dan larutan DCPIP dingin.
2.3.1.3. Metode
2.3.1.2.1. Pembuatan Larutan
• 0,05M larutan buffer fosfat pH 7
4,48 gram (0,025M) Na2HPO4.12H2O + 1,7 gram (0,025M) KH2PO4 dilarutkan
dengan air destilasi sampai 500 ml. Simpan pada suhu 0-4oC.
• Medium isolasi
34,23 gram (0,4M) sukrosa + 0,19 gram (0,01M) KCl dilarutkan dengan larutan
buffer fosfat pada suhu ruang sampai 250 ml. Simpan pada suhu 0-4oC.
• Larutan DCPIP
0,01 gram (10-4) DCPIP + 0,93 gram (0,05M) KCl dilarutkan dengan larutan buffer
fosfat sampai 250 ml pada suhu ruang. Lalu disimpan pada suhu 0-4oC. Gunakan
pada suhu ruang.
13
2.3.1.2.2. Isolasi Kloroplas
• Potong kecil-kecil 3 daun tanpa tangkai.
• Blender potongan daun tersebut bersama dengan 20 ml medium isolasi dingin
dengan kecepatan tinggi selama 10 s.
• Tumpuk 4 nilon pada funnel dan basahi dengan medium isolasi dingin.
• Saring larutan dengan funnel tersebut dan tuang pada tabung sentrifuge yang dingin.
Nilon diperas ke dalam tabung sentrifuge tersebut.
• Sentrifuge dengan kecepatan 100 rpm selama 1-2 menit.
• Supernatant (bagian jernih) di sentrifuge lagi dengan kecepatan 1000 rpm selama 5
menit.
• Buang supernatant kemudian tambahkan 2 ml larutan medium isolasi ke dalam tiap
tabung sentrifuge dan bulir-bulir kloroplas dengan menggunakan batang pengaduk.
• Letakkan tabung yang berisi larutan ini pada wadah berisi air es sebelum digunakan.
2.3.1.2.3. Reaksi Hill
1. i. 0,5 ml larutankloroplas + 5 ml air destilasi (blanko) (Kel. 1, 2, dan 3)
ii. 0,5 ml larutankloroplas + 5 ml larutan DCPIP (Kel. 4, 5, dan 6)
iii. 0,5 ml larutan kloroplas + 5 ml larutan DCPIP. Letakkan di ruang terang (Kel. 7,
8, dan 9)
iv. 0,5 ml larutan kloroplas + 5 ml larutan DCPIP. Letakkan di ruang gelap (Kel.
10, 11, dan 12)
2. Diamkan selama 15 menit.
3. Ukur absorbansi dengan menggunakan spektrofotometer 600 nm.
14
3. HASIL PENGAMATAN
3.1. Pengamatan Fotosintesis
Perlakuan Gambar Keterangan
15
3.2. Penghitungan Jumlah Stomata
Daun I Daun II Nama Tanaman
Gambar Bagian atas daun
Jumlah Stomata Bagian atas
Gambar Bagian bawah daun
Jumlah Stomata Bagian bawah
16
3.3. Reaksi Hill
Nilai Absorbansi Menit 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Blanko 0 - - - - - - - - -
15 - - - - - - - - -
kloroplas + DCPIP 0 - - - - - - - - -
15 - - - - - - - - -
R. terang 0 - - - - - - - - -
15 - - - - - - - - -
R. gelap 0 - - - - - - - - -
15 - - - - - - - - -
Semarang,
Praktikan Asisten dosen
Nama : Nama :
NIM :
17
KATABOLISME
1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Katabolisme adalah proses pemecahan molekul organik kompleks menjadi yang lebih
sederhana secara biokimia berkat proses pencernaan fauna dan mikroflora tanah.
Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, katabolisme dibedakan menjadi dua reaksi yaitu
reaksi aerob (membutuhkan oksigen) dan reaksi anaerob (tidak membutuhkan oksigen).
Yang termasuk dalam reaksi katabolisme aerob sel mikroorganisme adalah glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron. Sedangkan yang termasuk
dalam reaksi katabolisme anaerob adalah fermentasi (Prawirohartono, 1991).
Berdasarkan prosesnya, katabolisme dapat dibedakan menjadi tiga yaitu dekomposisi,
respirasi, dan fermentasi. Dekomposisi adalah peristiwa pemecahan senyawa organik
menjadi anorganik yang dilakukan oleh dekomposer dalam proses makan mereka.
Senyawa organik tersebut digunakan kembali oleh produsen untuk proses menghasilkan
makanan melalui proses fotosentesis. Dekomposer adalah jenis organisme yang
memecah kembali menjadi unsur atau zat organik dalam rangka daur ekologi dengan
hidup dan atau merusak protoplasma yang lain. Terdapat 3 faktor utama yang
mempengaruhi laju dekomposisi yaitu kualitas material yang diuraikan, lingkungan
abiotik yang beroperasi melalui efeknya terhadap organisme pengurai, dan organisme-
organisme pengurai itu sendiri (Gaman & Sherrington, 1994).
Fermentasi merupakan proses perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan
oleh aktivitas enzim dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob), yang dapat
dirumuskan:
C6H12O6 → 2 C2H5OH (etanol) + 2 CO2 + energi
Faktor-faktor yang mempengaruhi berlangsungnya proses fermentasi diantaranya
adanya mikroorganisme yang sesuai di dalam suatu kultur murni, kondisi anaerob,
lingkungan yang berpengaruh pada mikroorganisme, suhu, pH, kadar garam dan enzim
yang berpengaruh (Fardiaz, 1992).
18
Serealia adalah bagian buah yang berasal dari rumput yang dibudidayakan. Serealia
termasuk ke dalam anggota dari famili Gramineae. Komponen kimia utama pada
serealia adalah karbohidrat (terutama pati, kira-kira 80 % dari bahan kering), protein
(kira-kira 15 % dari bahan kering), lemak (kira-kira 5 % dari bahan kering), air, mineral
(kira-kira 2 %), dan vitamin. Sebagian besar kandungan pati yang menyusun
karbohidrat dapat ditemukan pada beberapa bahan pangan seperti beras, gandum,
singkong, kentang, barley, oats, jagung, rongge, dan sorgum Gaman & Sherrington,
1994).
Sterilisasi adalah suatu proses yang digunakan untuk mematikan semua organisme yang
terdapat pada suatu benda. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi tergantung dari
besarnya wadah dan kecepatan perambatan panas tersebut. Setelah sterilisasi selesai
harus segera didinginkan untuk mencegah pertumbuhan kembali bakteri. Tiga cara
sterilisasi yang digunakan yaitu dengan menggunakan panas, secara kimiawi, dan
penyaringan (filtrasi). Apabila panas digunakan bersama dengan uap air maka disebut
sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Sterilisasi basah biasanya dilakukan
didalam otoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air
jenuh bertekanan pada suhu 121°C selama 15 menit.
1.2. Tujuan Praktikum
- Mengetahui apa yang dimaksud dengan proses katabolisme.
- Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses katabolisme.
- Dapat membandingkan proses katabolisme dengan sterilisasi & tanpa sterilisasi.
2. MATERI METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, neraca analitik, erlenmeyer,
balon, otoklaf, karet, dan plastik bening.
19
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah yeast dan bahan-bahan berikut:
Kelompok 1 & 7 : Jus Apel Merah
Kelompok 2 & 8 : Jus Pisang
Kelompok 3 & 9 : Jus Nanas
Kelompok 4 & 10 : Jus Mangga
Kelompok 5 & 11 : Jus Pepaya
Kelompok 6 & 12 : Jus Jambu Bji
Perhatian:
Masing-masing kelompok membawa:
- Bahan (jus) sebanyak 400 ml , perbandingan Jus : Air = 2 : 1 (tanpa gula)
- Balon (±5 buah), karet gelang, plastik bening, pensil warna
2.2. Metode
Siapkan 3 buah erlenmeyer.
Timbang masing-masing bahan sebanyak 100 ml di dalam erlenmeyer. Lakukan
sebanyak 3 kali untuk 3 erlenmeyer.
Tutup erlenmeyer dengan plastik bening dan ikat dengan karet gelang.
Untuk kelompok 1 – 6 : lakukan sterilisasi dengan menggunakan otoklaf selama
15 menit. Setelah 15 menit, dinginkan erlenmeyer.
Untuk kelompok 7 – 12 : diamkan pada suhu ruang selama 15 menit.
Diberi perlakuan berikut pada setiap kelompok:
Erlenmeyer 1 : kontrol
Erlenmeyer 2 : tambahkan 1 gram yeast
Erlenmeyer 3 : tambahkan 3 gram yeast
Tutup erlenmeyer dengan balon secara bersama-sama dan ikat dengan karet.
Amati perubahan yang terjadi terhadap warna, bau, dan pengembangan balon
pada hari ke 0, 1, dan 2.
20
3. HASIL PENGAMATAN
3.1. Dengan Sterilisasi
Kel Bahan Perlakuan Hari ke- Gambar Keterangan
Warna Bau Balon 1 Steril 0
1
2
Yeast 1 gr 0
1
2
Yeast 3 gr 0
1 2
21
2 0
1
2
0
1
2
0
1
2
3 0
22
1
2
0
1
2
0
1
2
4 0
23
1
2
0
1
2
0
1
2
5 0
1
24
2
0
1
2
0
1
2
6 0
1
2
25
0
1
2
0
1
2
*Keterangan:
26
3.2. Tanpa Sterilisasi
Kel Bahan Perlakuan Hari ke- Gambar Keterangan
Warna Bau Balon 7 Steril 0
1
2
Yeast 1 gr 0
1
2
Yeast 3 gr 0
1
2
27
8 0
1
2
0
1 2
0
1
2
9 0
28
1
2
0
1
2
0
1
2
10 0
1
29
2
0
1
2
0
1
2
11 0
1
2
30
0
1
2
0
1
2
12 0
1
2
0
31
1
2
0
1
2
*Keterangan:
Semarang,
Praktikan Asisten dosen
Nama : Nama :
NIM :
4. DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi Dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Prawirohartono, S.; Suradi & Kuncorowati. (1991). IPA Biologi. Erlangga. Jakarta.
32
OKSIDASI SIKLUS KREBS
1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Di dalam sel, molekul mengalami 2 pilihan metabolisme, yaitu katabolisme dan
anabolisme (Fardiaz, 1992). Katabolisme merupakan pemecahan zat yang kompleks
menjadi zat yang lebih sederhana Anabolisme adalah penyusunan zat-zat sederhana
menjadi zat yang lebih kompleks. Dalam katabolisme, dihasilkan sejumlah energi
sehingga dinamakan reaksi eksergonik. Sedangkan dalam anabolisme dibutuhkan
sejumlah energi sehingga dinamakan reaksi endergonik (Luria, et al., 1981).
Bahan makanan yang padat biasanya dipecah menjadi molekul yang relatif kecil dan
mudah larut sebelum dimanfaatkan oleh sel. Proses pemecahan tersebut dinamakan
digesti. Contohnya, polisakarida dipecah menjadi gula, protein menjadi asam amino,
dan lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Setelah molekul-molekul tersebut dipecah
menjadi lebih sederhana, molekul-molekul ini masuk ke dalam sel. Di dalam sel,
molekul mengalami 2 pilihan metabolisme, yaitu katabolisme dan anabolisme (Fardiaz,
1992).
Proses katabolisme meliputi proses respirasi dan fermentasi. Respirasi didefinisikan
sebagai proses yang menghasilkan energi kimia ketika molekul organik dioksidasi. Jika
dalam proses respirasi dibutuhkan oksigen maka dinamakan respirasi aerobik atau
respirasi saja. Namun bila dalam proses respirasi tidak dibutuhkan oksigen maka disebut
respirasi anaerobik yang meliputi fermentasi (Green, et al., 1988).
Respirasi aerobik dalam sel meliputi glikolisis, siklus krebs, dan transport elektron.
Glikolisis merupakan proses perombakan glukosa menjadi 2 senyawa asam piruvat, 2
molekul NADH, dan energi sebesar 2 ATP (Adenosin triphosfat). Proses glikolisis
terjadi di sitoplasma dengan melibatkan sejumlah enzim. Walaupun glikolisis
merupakan respirasi aerobik, namun pada kenyataannya tidak membutuhkan oksigen
(Luria, et al., 1981).
33
Tahap selanjutnya adalah siklus Krebs. Siklus Krebs, disebut siklus asam sitrat atau
siklus asam trikarboksilat. Siklus Krebs mempunyai delapan langkah yang berlangsung
di bagian dalam mitokondria (krista) (Green, et al., 1988).
Bagan skematik daur asam sitrat:
Molekul Enzim Tipe reaksi Reaktans/
Koenzim
Hasil/
Koenzim
I Sitrat 1. Akonitase Dehidrasi H2O
II. cis-Akonitat 2. Akonitase Hidrasi H2O
III Isositrat 3. Isositrat dehidrogenase Oksidasi NAD+ NADH + H+
IV Oksalosuksinat 4. Isositrat dehidrogenase Dekarboksilasi
V α -Ketoglutarat 5.α-Ketoglutarat
dehidrogenase
Oksidatif
dekarboksilasi
NAD+ +
KoA-HS
NADH + H+
+ CO2
VI Suksinil-KoA 6. Suksinil-KoA sintetase Hidrolisis GDP+ PI GTP +
KoA-HS
VII Suksinat 7.Suksinat dehidrogenase Oksidasi FAD FADH2
VIII. Fumarat 8. Fumarase Adisi (H2O) H2O
IX. L-Malat 9. Malat dehidrogenase Oksidasi NAD+ NADH + H+
X. Oksaloasetat 10 Sitrat sintase Kondensasi
XI. Asetil-KoA
(Anonim, 2007)
Mitokondria merupakan organel sel tempat dihasilkannya energi. Dalam mitokondria
terdapat enzim-enzim yang melakukan oksidasi, mensintesis ATP, dan mengatur
peredaran energi di dalam sel. Mitokondria bermanfaat untuk mengubah energi
potensila berbagai bahan makanan menjadi energi potensial yang disimpan dalam
bentuk ATP. Dimana ATP ini akan dipergunakan untuk berbagai kegiatan tubuh.
Seperti pada sel saraf, sel otot, san sel sekresi yang kesemuanya mengandung banyak
34
mitokondria yang aktif dalam tansmisi impuls listrik kontraski dan sekresi (Kimball,
1983).
1.1. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memahami oksidasi pada proses Siklus
Krebs, serta mengetahui kadar gula dalam bahan yang berupa buah-buahan.
2. MATERI METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung sentrifuge, sentrifuge, batang
kaca, gelas ukur, pipet volum, pompa pilleus, beaker glass, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, refraktometer, dan stopwatch.
2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah es batu, larutan buffer
sukrosa, larutan buffer sukrosa + asam suksinat 0,1 %, DCPIP, dan aquades.
Bahan utama:
Kloter A : kecambah kacang hijau + biji kacang hijau
KELOMPOK 1-6
Kloter B : kecambah kacang kedelai + biji kacang kedelai
Kloter C : kecambah kacang tanah + biji kacang tanah
Kloter D : kecambah jagung + biji jagung
Kloter E : kecambah kacang merah + biji kacang merah
Kloter F : kecambah kacang tolo + biji kacang tolo
Kloter G : kecambah millet + biji millet
Kloter A : pepaya mentah + pepaya matang
KELOMPOK 7-12
Kloter B : pisang mentah + pisang matang
Kloter C : apel mentah + apel matang
35
Kloter D : sawo mentah + sawo matang
Kloter E : nanas mentah + nanas matang
Kloter F : belimbing mentah + belimbing matang
Kloter G : mangga mentah + mangga matang
2.2. Metode
• Letakkan es batu yang telah dipotong dalam beaker glass secukupnya (ice bath).
• Isi 2 buah tabung reaksi dengan larutan sukrosa masing-masing 1 ml dan 10 ml dan
letakkan dalam ice bath.
• Bersihkan kecambah yang telah berumur sekitar 3-4 hari dari testas (kuncup) dan
radiclenya (akar) lalu letakkan dalam tabung sentrifuge.
• Lalu masukkan 1 ml larutan buffer dalam tabung sentifuge yang berisi kecambah
tadi. Hancurkan kecambah dengan menggunakan batang kaca.
• Setelah hancur, tambahkan lagi 10 ml larutan sukrosa.
• Timbang berat tabung yang berisi kecanbah dan larutan sukrosa.
• Letakkan tabung sentifuge pada alat sentrifuge dan di-sentrifuge sekitar 15 menit.
Sambil menunggu sentifuge, siapkan 15 ml air destilata dalam tabung reaksi dan
tandai meniskus cairan tabung tersebut dengan stiker lalu tuang air destilata ke
tabung lain. Setelah 15 menit disentrifuge, buang airnya dan pindahkan supernatan
ke dalam tabung reaksi yang telah ditandai.
• Lalu tambahkan aquades ke dalamnya hingga tanda batas yang telah dibuat.
• Ambil larutan DCPIP 0,1 % sebanyak 5 ml dan tuangkan dalam tabung reaksi yang
berisi supernatan tadi.
• Campur isi tabung dengan cara menutup tabung dengan ibu jari kemudian
dibalikkan.
• Saat tabung dibalikkan, stopwatch dijalankan.
• Amati warna yang terbentuk saat menit ke 0.
• Setelah 20 menit, amati dan catat perubahan warna larutan dalam tabel pengamatan.
• Ulangi percobaan di atas dengan menggunakan bahan yang berbeda.
36
3. HASIL PENGAMATAN
Kel. Perlakuan Sampel Warna menit ke 0 Warna menit ke 20
1. Buffer sukrosa + DCPIP
2. Buffer sukrosa + DCPIP
3. Buffer sukrosa + asam
suksinat + DCPIP
4. Buffer sukrosa + asam
suksinat + DCPIP
5. Buffer sukrosa + DCPIP
6. Buffer sukrosa + DCPIP
7. Buffer sukrosa + asam
suksinat + DCPIP
8. Buffer sukrosa + asam
suksinat + DCPIP
37
9 Buffer sukrosa + DCPIP
10 Buffer sukrosa + DCPIP
11 Buffer sukrosa + asam
suksinat + DCPIP
12 Buffer sukrosa + asam
suksinat + DCPIP
Semarang,
Praktikan Asisten dosen
Nama : Nama :
NIM :
38
PENGARUH pH dan SUHU terhadap AKTIVITAS ENZIM
1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Enzim merupakan protein yang khusus disintesis oleh sel hidup untuk mengkatalis
reaksi yang berlangsung di dalamnya. Fungsi khusus dari enzim adalah untuk
menurunkan energi aktivasi, mempercepat reaksi pada suhu dan tekanan yang tetap
tanpa mengubah besarnya tetapan keseimbangan dan sebagai pengendali reaksinya
(Martoharsono, 1994). Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup fan
berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organism.
Katalisator adalah substansi yang mempercepat reaksi tetapi pada hasil reaksi substansi
tersebut tidak berubah. Enzim mempunyai cirri dimana kerjanya dipengaruhi oleh pH.
pH optimal enzim adalah sekitar pH 7 (netral) dan jika medium menjadi sangat asam
atau sangat alkalis enzim akan mengalami inaktivasi (Gaman & Sherrington, 1994).
Suasana yang terlalu asam atau alkalis menyebabkan denaturasi protein dan hilangnya
secara total aktivitas enzim. Pada sel hidup, perubahan pH sangat kecil. Enzim hanya
aktif pada kisaran pH yang sempit. Oleh karena itu media harus benar-benar dipelihara
dengan menggunakan buffer (larutan penyangga). Jika enzim memiliki lebih dari satu
substrat, maka pH optimumnya akan berbeda pada suatu substrat (Tranggono & Sutardi,
1990). Larutan buffer adalah larutan yang tahan terhadap perubahan pH dengan
penambahan asam atau basa (Fardiaz, 1992).
Aktivitas enzim juga dipengaruhi oleh suhu. Untuk enzim, suhu optimalnya 35oC dan
40 oC yaitu suhu tubuh. Pada suhu di atas atau di bawah optimalnya, aktivitas enzim
akan berkurang. Di atas suhu 50oC enzim akan secara bertahap menjadi inaktif karena
protein terdenaturasi. Pada suhu 100oC semua enzim akan rusak. Pada suhu yang sangat
rendah, enzim tidak benar-benar rusak tetapi aktivitasnya sangat banyak berkurang
(Gaman & Sherrington, 1994).
39
Salah satu enzim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan adalah enzim amilase. Amilase
dapat diartikan sebagai segolongan enzim yang merombak pati, glikogen, dan
polisakarida yang lain. Tumbuhan mengandung α dan β amilase, sedangkan hewan
hanya mengandung α amilase, dijumpai pada cairan pankreas dan juga (pada manusia
dan beberapa spesies lain) dalam ludah. Amilase memotong rantai polisakarida yang
panjang, menghasilkan campuran glukosa dan maltosa. Amilosa merupakan
polisakarida yang terdiri dari 100-1000 molekul glukosa yang saling berikatan
membentuk rantai lurus. Dalam air, amilosa bereaksi dengan iodine memberikan warna
biru yang khas (Fox, 1991).
Sumber enzim amilase terdapat dalam tanaman, hewan, dan mikroorganisme. Sumber
enzim amilase yang terbanyak terdapat dalam biji-bijian atau serealia. Enzim amilase
pada serealia berfungsi untuk mengubah pati menjadi dekstrin, gula, dan meningkatkan
penyerapan air.
Aktivitas enzim dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif yaitu
dengan memakai substrat tertentu bisa dikatalis oleh enzim yang bersangkutan dan
kemudian diamati reaksi yang terjadi. Sedangkan pengukuran secara kuantitatif bisa
dilakukan dengan mengukur laju reaksi antara enzim dengan substrat tertentu.
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui efek dari nilai pH yang berbeda dan
pemanasan terhadap aktivitas enzim, terutama enzim amilase.
40
2. MATERI METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain waterbath, spektrofotometer,
tabung reaksi, penjepit, stopwatch, beaker glass, pipet volume, pompa Pilleus,
timbangan analitik, vortex, cawan, kain saring (kain mori), dan batang porselin.
2.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain reagen Benedict, larutan
buffer pada pH 3, 5, 7, dan 9; larutan pati 1%, dan aquades.
Bahan utama:
Kelompok 1-2 : pisang mentah + pisang matang
Kelompok 3-4 : nanas mentah + nanas matang
Kelompok 5-6 : belimbing mentah + belimbing matang
Kelompok 7-8 : tomat hijau + tomat merah
Kelompok 9-10 : pepaya mentah + papaya matang
Kelompok 11-12 : apel mentah + apel matang
2.2. Metode
Tumbuk bahan yang digunakan pada masing-masing kelompok
Timbang bahan sebanyak 15 gram, masukkan ke beaker glass dan tambahkan
dengan 30 ml larutan buffer.
Saring campuran yang terbentuk dan tampung filtrat yang dihasilkan.
Uji amilase buah beserta larutan pati dan larutan buffer untuk mengetahui adanya
gula reduksi dengan menggunakan reagen Benedict.
Labeli sebuah tabung reaksi dan masukkan 2 ml larutan pati.
Tambahkan 2 ml aquades pada tabung reaksi yang sama dan campurkan kedua
larutan (dengan divortex).
Inkubasi 2 menit pada suhu 28oC.
Masukkan 4 ml larutan enzim yang tidak dididihkan ke tabung reaksi tadi dan
inkubasi selama 10 menit.
41
Setelah itu tambahkan 0,5 ml reagen Benedict ke dalam tabung reaksi dan diukur
besarnya OD (Optical Density) pada λ 620 nm.
Ulangi percobaan dengan menggunakan setiap larutan buffer yang berbeda.
Ulangi semua percobaan dengan menggunakan larutan enzim yang dididihkan.
Gambar grafik hubungan antara nilai pH terhadap OD.
Tabel perlakuan
1 2 3 4 5
Larutan pati 2 2 2 2 2
Aquades 2 - - - -
Buffer 3 - 2 - - -
Buffer 5 - - 2 - -
Buffer 7 - - - 2 -
Buffer 9 - - - - 2
Enzim dididihkan 4 4 4 4 4
42
3. HASIL PENGAMATAN
Tabung
Kelompok
Bahan 1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Semarang,
Praktikan Asisten dosen
Nama: Nama:
NIM:
43
4. DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. Gramedia Pustaka. Jakarta.
Fox, P. F. (1991). Food Enzymology. Elsevier Applied Science. London.
Gaman, P. M. & K. B. Sherrington. (1994). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Martoharsono, S. (1994). Biokimia Jilid 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Tranggono & Sutardi. (1990). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
44
MIKROSKOP DAN MIKROORGANISME DI ALAM :
JAMUR DAN YEAST
1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Mikroskop adalah alat yang berfungsi untuk mengamati benda–benda yang berukuran
sangat kecil yang berasal dari makhluk hidup maupun benda mati seperti preparat
awetan. Ada dua jenis mikroskop, mikroskop elektron dan mikroskop cahaya.
Mikroskop elektron memiliki perbesaran yang lebih besar dari mikroskop biasanya dan
dilengkapi dengan teknologi digital, sehingga mampu mendapatkan hasil yang lebih
akurat dalam eksperimen. Mikroskop cahaya (optik) pada umumnya digunakan dalam
laboratorium–laboratorium. Mikroskop cahaya dilengkapi dengan perlengkapan optik
dan non-optik. Mikroskop cahaya tidak memiliki perbesaran sebesar mikroskop elektron
sehingga hasil yang didapat tidak seakurat mikroskop elektron (Schlegel, 1994).
Mikroskop sering digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Bagian-bagian
mikroskop adalah :
a. Perlengkapan optik, terdiri dari :
1. Lensa okuler
Lensa ini terdapat di bagian ujung atas tubus mikroskop yang menghadap ke
mata kita pada waktu pengamatan. Mikroskop sederhana biasanya hanya
memiliki 1 lensa okuler disebut lensa monokuler, sedangkan yang memiliki 2
lensa disebut mikroskop binokuler.
2. Lensa objektif
Lensa ini terletak di bagian bawah tubus menghadap pada letak kaca preparat
sediaan. Biasanya ada 2, 3, 4 buah lensa yang terpasang pada bagian yang
disebut revolver. Lensa objektif dan lensa okuler merupakan lensa majemuk
yang dapat memberi gambar bayangan yang perbesarannya kelipata kedua lensa.
3. Kondensor
45
Dilengkapi dengan diagframa, alat pengatur diagframa dan penyaring cahaya.
Fungsinya untuk menangkap cahaya yang akan diteruskan pada objek dan terus
ke lensa. Banyaknya cahaya diatur oleh diagframa.
4. Sumbu cahaya
Cahaya yang diperlukan dapat berasal dari matahari atau lampu. Kemudian
cahaya ini diteruskan ke kondensor.
5. Bagian penyambung listrik.
b. Perlengkapan non-optik, terdiri dari :
1. Alas mikroskop untuk mendudukkan mikroskop.
2. Meja mikroskop untuk meletakkan objek yang akan diamati. Agar objek
tidak bergerak, maka dilengkapi dengan penjepit.
3. Penggeser objek untuk menggerakkan objek ke kiri/kanan, ke
depan/belakang.
4. Pengatur focus untuk menggerakkan meja benda / tubus lensa dengan
gerakan cepat disebut makrometer. Pemutar focus halus (micrometer)
untuk menggerakkan meja benda dengan gerakan halus.
5. Lengan mikroskop digunakan untuk membawa mikroskop.
(Nasir et al., 1993)
Ada 2 macam preparat:
1. Preparat yang bersifat basah (wet mount preparation)
Ada 2 macam preparat basah, yaitu lekapan basah (wet mount) dan tetes gantung.
Pada kedua preparat ini menggunakan setetes cairan yang mengandung mikroba
hidup. Preparat semacam ini digunakan dalam mikrobiologi karena memungkinkan
dilakukannya pengamatan bentuk dan ukuran organisme secara individu,
pengelompokan khas sel-sel bakteri, serta mengetahui apakah organisme tersebut
begerak atau tidak.
2. Olesan yang diwarnai
Preparat ini lebih umum digunakan untuk mengamati mikroba secara mikroskopis,
namun pada olesan, mikroorganisme yang diwarnai hanya mikroorganisme yang
sudah mati (Schlegel & Schmidt, 1994).
46
Makhluk hidup dibagi menjadi hewan dan tumbuhan yang nyata perbedaannya. Ada
makhluk hidup yang sangat sulit dibedakan apakah termasuk kelompok hewan maupun
kelompok tumbuhan, yakni mikroorganisme. Makhluk hidup berdasarkan struktur
selnya dibagi menjadi dua kelompok besar yakni Prokariot dan Eukariot. Prokariot
adalah sel uniseluler (yang kadang berkoloni) yang mempunyai ciri-ciri : (1) Tidak
bernukleus, (2) Tidak bermitokondria, (3) Tidak mempunyai plastida, (4) Tidak
mempunyai apparatus golgi dan (5) Tidak mempunyai mikrotubula. Sedang Eukariot
adalah organisme yang sudah mempunyai bagian-bagian sel yang lebih lengkap
dibandingkan dengan prokariot (Kimball, 1992).
Karena air susu mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral dan
memiliki pH sekitar 6,8 tidaklah mengherankan bahwa di samping merupakan makanan
yang sangat baik bagi manusia juga merupakan medium pertumbuhan yang sangat baik
bagi mikroorganisme (Volk & Wheeler, 1999). Untuk mengetahui pertumbuhan
mikroorganisme dapat dilihat melalui berbagai substrat yang tersedia di alam tanpa
menggunakan mikroskop. Mikroorganisme selain dapat tumbuh di tempat atau substrat
yang cocok sebagai medium tumbuhnya juga sangat dipengaruhi oleh factor internal
dan eksternal. Faktor eksternal yang berpengaruh antara lain pH, intensitas cahaya,
kelembapan, nutrient, kadar air, dan bahan/substrat (Kimball, 1992).
Pasteurisasi panas pada susu perlu dilakukan untuk mencegah penularan penyakit dan
mencegah kerusakan karena mikroorganisme dan enzim. Kondisi pasteurisasi
dimaksudkan untuk memberikan perlindungan maksimum terhadap penyakit yang
LIVING
ORGANISM
Prokariot Eukariot
Bacteria
Fungi
Blue green
Virus
Plant Animal
Bagan Klasifikasi Makhluk Hidup Modern (Audesirk & Audesirk,
Myxomyecetes
47
dibawa oleh susu, dengan mengurangi seminimum mungkin kehilangan zat gizinya, dan
sementara itu mempertahankan semaksimal mun gkin rupa dan citarasa susu mentah
segar. Bila dilaksanakan dengan tepat, pasteurisasi dapat menghancurkan semua
mikroorganisme patogen. Beberapa cara pasteurisasi dengan panas telah dikembangkan,
dimana 2 cara yang umum dikenal adalah holding method dan high temperature short
time (HTST) (Buckle et al, 1987)
Selama pembuatan tempe terjadi kenaikan suhu sampai 40˚C karena adanya
pertumbuhan kapang, dan hifa kapang yang akan melakukan penetrasi ke dalam keping
biji kedelai. Kondisi pemeraman dalam pembuatan tempe tidak mutlak, asalkan seluruh
kebutuhan yang pokok untuk pertumbuhan kapang terpenuhi. Kondisi uap air, oksigen,
dan panas harus cukup dan tidak boleh berlebihan. Begitu juga zat gizi yang tersedia
untuk menjamin pertumbuhan kapang. Apabila kondisi pemeraman sesuai maka
miselium kapang akan tumbuh dan mengeluarkan enzim protease, lipase, dan amilase
ke lingkungan sekitarnya. Enzim-enzim tersebut akan menguaraikan protein, lemak, dan
karbohidrat yang terdapat pada kepingan biji kedelai menjadi senyawa yang lebih
sederhana seperti asam amino, asam lemak, dan glukosa (Iqbal, 2008).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengenal mikroskop serta aplikasinya dalam
mengamati objek mikroskopik, mengetahui bagian-bagian kapang pada bahan pangan
berjamur, mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan tertentu,
mengetahui faktor yang dapat menghamba pertumbuhan mikroorganisme pada bahan
pangan.
48
2. MATERI METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Mikroskop cahaya, pinset, bunsen, kaca preparat datar dan cekung serta penutupnya,
pipet tetes dan label.
2.1.2. Bahan
yeast instant, larutan gula 2%, alkohol
A : tempe E : belimbing berjamur
B : oncom F : kacang hijau mentah berjamur
C : apel berjamur G: kacang tanah mentah berjamur
D : tomat berjamur
2.2. Metode
2.2.1. Mengamati bagian-bagian mikroskop
Pertama-tama mikroskop diamati bagian-bagiannya, kemudian bagian-bagian
mikroskop digambar, dan diberi keterangan nama masing-masing bagian pada gambar
tersebut.
2.2.2. Pengamatan Miselia Kapang pada Bahan Pangan Berjamur
Petama-tama miselia kapang pada bahan pangan berjamur, diambil dengan hati-hati
menggunakan pinset supaya strukturnya tidak rusak. Sementara itu kaca preparat datar
beserta penutupnya dibersihkan dengan menggunakan alkohol. Miselia yang telah
diperoleh diletakkan diatas preparat dan ditutup. Objek diamati dengan mikroskop.
Hasil pengamatan digambar dan diberi keterangan.
2.2.3. Pengamatan Yeast
Sampel diambil dari yeast instant yang dilarutkan pada larutan gula 2%. Sementara itu
kaca preparat cekung beserta penutupnya dibersihkan dengan alkohol. Sampel
diteteskan pada kaca preparat dan diamati dengan mikroskop. Hasil pengamatan
49
mikroskop digambar dan diberi keterangan. Selain itu juga diamati pH menggunakan
kertas lakmus/pH meter dan aroma.
3. HASIL PENGAMATAN
3.1. Tabel Hasil Pengamatan Mikroskop
Gambar Keterangan
Gambar :
Keterangan :
50
3.2. Tabel Hasil Pengamatan Kapang
Kelompok Gambar Keterangan
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
51
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
3.3. Tabel Hasil Pengamatan Yeast
Kelompok Gambar Keterangan
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
52
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Gambar : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Semarang,
Praktikan Asisten dosen
Nama: Nama:
NIM:
53
4. DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K. A.; R. A. Edward; G. H. Fleet & M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Iqbal. 2008. Buat Tempe Yuuuuk!. Mochammad Iqbal’s Weblog. Diakses tanggal 7 September 2008. Kimball, J.W. (1992). Biologi Edisi kelima jilid 1. Erlangga. Jakarta. Nasir, M.; Sugiyanto; Johanes; Situmorang; Jesmandt. (1993). Penuntun Praktikum Biologi Umum. Debdikbud. Yogyakarta. Schlegel, H. G. & K. Schmidt. (1994). Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Volk, W. A. & M. F. Wheeler. (1999). Mikrobiologi Dasar Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
54
MIKROSKOP DAN MIKROORGANISME DI ALAM : BAKTERI
1. PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Pustaka
Bakteri merupakan salah satu kelompok mikroorganisme bersel tunggal yang tidak
memiliki selubung inti, atau disebut sebagai sel yang bersifat prokariotik. Bakteri
merupakan uniseluler yang pada umumnya tidak memiliki klorofil, ada beberapa yang
bersifat fotosintetik, dan bereproduksi secara aseksual dengan cara pembelahan. Bakteri
merupakan makhluk hidup dengan sel berukuran kecil (mikro-organisme), dimana
setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pengamatan melalui mikroskop. Pada
umumnya, bakteri memiliki ukuran sel 0,5 – 1,0 µm kali 2,0 – 5,0 µm dan terdiri dari
tiga bentuk dasar yaitu: bulat (coccus), batang (bacillus), dan spiral (Dwidjoseputro,
1985).
Identifikasi terhadap jenis bakteri dapat ditentukan berdasarkan sifat morfologi,
biokimia, fisiologi, dan serologi-nya. Beberapa klasifikasi bakteri adalah:
55
1. Bakteri Gram Positif
a. Bulat (coccus)
1) Katalase positif : Staphylococcus
2) Katalase negatif : Streptococcus, Leuconoctoc, Pediococcus
b. Batang (bacillus)
1) Anaerobik atau Anaerobik Fakultatif : Clostridium botulinum,
Lactobacillus, Propionic bacterium
2) Aerobik : Bacillus
2. Bakteri Gram Negatif
a. Fermentatif (batang) : Proteus, Eschericia coli, Enterobacter
b. Non Fermentatif (batang / spiral) : Pseudomonas, Alcaligenes
(Syarif & Halid, 1993)
Makanan pada umumnya mengandung sebagian besar protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral.Keberadaan komponen makanan tersebut menjadi karakteristik
makanan yang baik bagi manusia.Namun, selain itu, makanan yang mengandung
banyak komponen nutrisi juga merupakan medium pertumbuhan yang sangat baik bagi
mikroorganisme (Volk & Wheeler, 1999).Selain dapat tumbuh di tempat atau substrat
yang cocok sebagai medium tumbuhnya, pertumbuhan mikroorganismejuga sangat
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik.
1. Faktor Intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari sifat-sifat bahan makanan atau
substrat itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah:
a) Waktu penggandaanmikroorganisme (waktu generasi)
b) Makanan / nutrient bagi pertumbuhan mikroorganisme
c) Kelembaban bahan pangan
Banyaknya air dalam bahan pangan yang tersedia untuk digunakan bagi
pertumbuhan mikroorganisme disebut dengan aktivitas air / water activity
(AW)
d) Suhu pertumbuhan mikroorganusme
- Psikrofil : tumbuh baik pada suhu < 20°C, optimal pada suhu 10 - 20°C
- Mesofil : tumbuh baik / optimal pada suhu 20 – 45°C
- Termofil : tumbuh baik pada suhu > 45°C, optimal pada suhu 50 - 60°C
56
e) Oksigen
- Aerob Obligat: hanya dapat tumbuh jika ada O2 dalam jumlah banyak
- Aerob Fakultatif: tumbuh baik dengan O2 cukup, tapi juga dapat tumbuh
tanpa O2 (anaerob)
- Anaerob Fakultatif: tumbuh baik jika tidak ada O2, tapi juga dapat
tumbuh secara aerob
f) pH bahan pangan
2. Faktor Ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan dari penanganan dan penyimpanan
bahan pangan.
(Gaman & Sherrington, 1994)
Dalam pertumbuhannya, bakteri mengalami 4 fase penting yang berpengaruh terhadap
kemampuannya sebagai bakteri perusak makanan (bakteri patogen), maupun sebagai
bakteri yang mendukung proses pengolahan makanan.
a. Lag Phase (Fase Adaptasi)
Merupakan fase adaptasi bakteri untuk menyesuaikan dengan substrat dan
kondisi lingkungan pertumbuhannya.
b. Log Phase/ Exponential Phase (Fase Pertumbuhan Awal)
Merupakan fase dimana sel bakteri mulai membelah atau melakukan
penggandaan dengan kecepatan tertentu.
c. Stationary Phase (Fase Stasioner)
Merupakan fase dimana jumlah populasi sel bakteri tetap karena jumlah sel
yang hidup tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati.
d. Death Phase (Fase Kematian)
Merupakan fase dimana sebagian populasi bakteri mulai mengalami kematian
karena beberapa sebab seperti nutrient dalam medium/substrat telah habis dan
energi cadangan dalam sel habis.
(Fardiaz, 1992)
Bakteri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Salah satu klasifikasi yang paling
sering digunakan adalah dengan menggunakan pewarnaan gram.Pewarnaan gram adalah
prosedur mikrobiologi dasar untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bakteri.Prosedur
57
pewarnaan gram dimulai dengan pemberian pewarna basa yaitu kristal violet. Larutan
iodine kemudian ditambahkan dengan tujuan untuk mewarnai bakteri menjadi warna
ungu, lalu diberi alkohol.Langkah terakhir, dalam pemberian safranin (counterstrain)
yang berwarna merah. Sel bakteri Gram Positif akan tetap mengikat senyawa kristal
violet-iodine sehingga sel bakteri menunjukkan warna ungu violet. Sebaliknya, bakteri
Gram Negatif akan menunjukkan warna merah karena bakteri gram negatif tidak
berwarna sehingga akan menunjukkan warna kontras dari safranin. Perbedaan ini terjadi
karena perbedaan penyusun peptodoglikan pada struktur dinding sel bakteri.
Metode pewarnaan negatif bukanlah metode untuk mewarnai bakteri, tetapi mewarnai
latar belakangnya menjadi hitam gelap. Metode ini meliputi pencampuran
mikroorganisme di dalam setetes tinta india atau nigrosin lalu menyebarkannya di
sebuah kaca objek yang bersih. Pada pewarnaan ini, mikroorganisme terlihat transparan
dan tampak jelas diantara medan yang gelap. Teknik ini berguna untuk menentukan
morfologi dan ukuran sel, termasuk mengetahui apakah bakteri mampu membentuk
kapsul atau tidak.
Spesies bakteri yang termasuk dalam genera Clostridium dan Bacillus memproduksi
suatu struktur di dalam selnya yang disebut endospora. Jika sel semakin tua, maka sel
vegetatif akan pecah sehingga endospora akan terlepas menjadi spora bebas. Berbeda
dengan sel vegetatif, maka spora akan lebih tahan lama dalam keadaan lingkungan yang
ekstrim, misalnya dalam keadaan kering, panas, atau adanya bahan kimia yang beracun.
Spora juga lebih tahan terhadap pewarnaan, dan sekali berhasil diwarnai, spora akan
sukar untuk melepaskan zat warna, sehingga tidak dapat mengikat zat warna lainnya
yang diberikan kemudian (counterstain). Prinsip pewarnaan ini digunakan untuk
membedakan spora dari sel vegetatif. Zat warna yang paling sering digunakan utnuk
mewarnai spora adalah malachite green (Schaeffer dan Fulton) yang akan tetap diikat
oleh spora setelah pencucian dengan air, dan sebagai counterstain digunakan safranin.
Dengan cara ini endospora yang masih terdapat di dalam sel vegetatif maupun spora
bebas akan berwarna hijau-biru, sedangkan sel vegetatif akan berwarna merah sampai
merah muda.
58
1.2. Tujuan Praktikum
- Untuk mengetahui cara mengidentifikasi bakteri dari air rendalam sayur asin.
- Untuk mengetahui morfologi bakteri dengan metode pewarnaan gram, pewarnaan
negatif, dan pewarnaan spora.
- Untuk mengetahui karakteristik bakteri yang diperoleh dari air rendaman sayur asin
dan beberapa biakan bakteri seperti Eschericia coli, Acetobacter aceti, danBacillus
subtilis.
2. MATERI METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, bunsen, kaca
preparat datar serta penutupnya, tabung reaksi, rak tabung reaksi,kaki tiga, penyangga
preparat, pipet tetes, mikropipet, bluetip, penangas (hotplate), jarum ose, cawan petri,
otoklaf, colony counter,inkubator, kertas buram, dan label.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air rendaman sayur asin, biakan
bakteri Eschericia coli, biakan bakteri Acetobacter aceti, biakan bakteri Bacillus subtilis
alkohol, aquades, nigrosin, violet kristal, pewarna safranin, pewarna hijau malachite,
media NA (Nutrient Agar), dan tissue.
2.2. Metode
Instruksi Umum:
1. Pewarnaan Gram (dilakukan kelompok 1 – 4)
Kelompok 1 – 2 : air rendaman sayur asin
Kelompok 3 – 4 : biakan bakteri Eschericia coli
2. Pewarnaan Negatif (dilakukan kelompok 5 – 8) Acetobacter aceti
3. Pewarnaan Spora (dilakukan kelompok 9 – 12) Bacillus subtilis
4. Perhitungan Jumlah Bakteri pada Air Rendaman Sayur Asin
(dilakukan kelompok 1 -12)
59
2.2.1. Pewarnaan Gram
- Kaca preparat dibersihkan dengan alkohol, lalu dikeringkan dengan tissue.
- Kaca preparat diberi 1 tetes aquades
- Satu ose hasil biakan bakteri dari air rendaman sayur asin (kelompok 1 – 2)
dan Eschericia coli (kelompok 3 – 4) dipanen dengan menggunakan jarum
oseyang telah dipijarkan secara aseptis
- Setelah itu, kaca preparat yang sudah diberi biakan bakteri, dikeringkan dengan
kipas angin lalu difiksasi secara singkat diatas nyala api bunsen.
, lalu letakkan di kaca preparat.
- Kaca preparat ditambah dengan1 tetes violet kristal. Didiamkan selama 1 menit lalu
dibilas dengan air mengalir.
- Kaca preparat ditetesi 1 tetes lugol dan didiamkan lagi selama 1 menit.
- Setelah 1 menit, warna dihilangkan dengan 1-2 tetes alkohol kemudian ditambahkan
pewarna safranin sebanyak 1 tetes dan didiamkan selama 20 detik.
- Lalu, kaca preparat dicuci dengan hati-hati dengan air mengalir yang tidak deras
- Amatipreparat dengan menggunakan mikroskop. Hasil yang diperoleh digambar,
difoto, dan diberi keterangan.
lalu
dikeringkan dengan kipas angin.
2.2.2. Pewarnaan Negatif
- Kaca preparat dibersihkan dengan alkohol, lalu dikeringkan dengan tissue.
- Letakkan satu ose biakan bakteri Acetobacter aceti pada ujung kaca preparat
(dengan menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan, lakukan secara
aseptis
- Letakkan 1 tetes nigrosin di samping suspensi bakteri yang sudah diletakkan di atas
kaca preparat.
).
- Dengan salah satu sudut kaca preparat, ratakan nigrosin dan suspensi bakteri dengan
cara diseret.
- Kaca preparat dibiarkan sampai kering. Setelah itu, amati preparat dengan
mikroskop. Hasil yang diperoleh digambar, difoto, dan diberi keterangan.
2.2.3. Pewarnaan Spora
- Kaca preparat dibersihkan dengan alkohol lalu dikeringkan dengan tissue.
60
- Kaca preparat diberi 1 tetes aquades
- Satu ose hasil biakan bakteri Bacillus subtilis dipanen dengan menggunakan
jarum oseyang telah dipijarkan secara aseptis
- Kaca preparat yang sudah terdapat suspense bakteri difiksasi dengan dilewatkan
diatas nyala api sebanyak ±15 kali.
, lalu letakkan di kaca preparat.
- Teteskan pewarna hijau malachite (1 tetes) di atas suspensi bakteri pada kaca
preparat.
- Panaskan kaca preparat selama 5 menit di atas api bunsen dan penyangga
preparat.
- Setelah 5 menit, cuci kaca preparat dengan hati-hati
Setiap kali pewarna menjadi kering, teteskan lagi pewarna yang baru.
dengan air mengalir yang tidak
deras
- Warnai dengan larutan safranin dan didiamkan selama 30 detik.
dan diamkan selama 20-30 detik.
- Setelah itu, bilas dengan air mengalir yang tidak deras, kemudian dikeringkan
dengan kipas angin.
- Amati preparat dengan menggunakan mikroskop. Hasil yang diperoleh digambar,
difoto, dan diberi keterangan.
2.2.4. Perhitungan Jumlah Bakteri pada Air Rendaman Sayur Asin
- Semua perlakuan dilakukan secara aseptis:
Pertama, gunakan masker, nyalakan api bunsen, lalu semprot tangan dan meja kerja
dengan alkohol. Dalam hal ini, semua pekerjaan yang dilakukan (pemanenan,
pengenceran, penuangan media, penuangan secara spread plate (platting)) harus
selalu dilakukan di dekat nyala api bunsen. Perlakuan aseptis ini harus selalu
diterapkan pada pekerjaan mikrobiologi yang melibatkan mikroorganisme tunggal
(murni) untuk menghindari resiko kontaminasi.
- Preparasi media NA di cawan petri (aseptis):
Sebanyak 8 ml media NA steril (agar padat) pada tabung reaksi dituang ke dalam
cawan petri steril. Sebelum dan setelah pemberian media, panaskan pinggiran cawan
petri pada api bunsen. Diamkan cawan petri hingga media agar NA memadat. Media
NA yang telah memadat siap digunakan untuk platting.
- Sampel air rendaman sayur asin diambil sebanyak 1ml dengan menggunakan
mikropipet.
61
- Sampel tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml aquades steril,
sehingga diperoleh pengenceran 10-1.
- Dari pengenceran 10-1 diambil 1ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9
ml aquades steril, sehingga diperoleh pengenceran 10-2.
- Demikian seterusnya hingga diperoleh pengenceran 10-3.
- Dari pengenceran 10-2 dan 10-3, lakukan platting metode spread plate dengan cara:
Dari masing-masing pengenceran diambil 0,1ml dengan mikropipet, lalu
dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi agar NA (panaskan pinggiran cawan
petri pada api bunsen sebelum dan setelah memasukkan sampel).
- Cawan dibungkus kertas buram dengan posisi terbalik
- Inkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
- Koloni bakteri yang terbentuk dihitung dengan colony counter, lalu dihitung lagi
dengan rumus:
62
3. HASIL PENGAMATAN
3.1. Pewarnaan Gram
Kelompok Gambar Keterangan
Bakteri: … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Bakteri: … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Bakteri: … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
3.2. Pewarnaan Negatif
Kelompok Gambar Keterangan
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
63
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
3.3. Pewarnaan Spora
Kelompok Gambar Keterangan
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
64
Bakteri : … Perbesaran : …x… Warna : Ket :
3.4. Perhitungan Jumlah Bakteri pada Air Rendaman Sayur Asin
Kel Sampel Jumlah koloni
Total koloni (CFU/ml) Pengenceran
10-2 Pengenceran
10-3 Rata-rata
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Air Rendaman Sayur Asin
Semarang,
Praktikan Asisten dosen
Nama: Nama:
NIM:
65
4. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. (1985). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gaman, P.M, dan K.B. Sherington.(1994). Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi.Edisi Kedua. Gajah Mada University Press. Jogjakarta.
Syarief, R. dan H. Halid.(1993). Teknologi Penyimpanan Pangan, Arcan, Jakarta.
Volk, W. A. & M. F. Wheeler. (1999). Mikrobiologi Dasar Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.