MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN …griyahusada.id/files/modul/modul_kegawatdaruratan.pdf · letak...

134
2015 MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA SURABAYA

Transcript of MODUL PRAKTIKUM ASUHAN KEBIDANAN …griyahusada.id/files/modul/modul_kegawatdaruratan.pdf · letak...

  • 2015

    MODUL PRAKTIKUM

    ASUHAN KEBIDANAN

    KEGAWATDARURATAN

    MATERNAL NEONATAL

    A K A D E M I K E B I D A N A N G R I Y A H U S A D A S U R A B A Y A

  • MODUL PRAKTIKUM

    ASUHAN KEGAWATDARURATAN PERSALINAN

    AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA

    SURABAYA

    2015

    NAMA : ..

    NIM : ..

    PROGRAM STUDI : ..

  • HALAMAN PENGESAHAN

    Modul praktikum : Asuhan Kegawatdaruratan Persalinan

    Penanggung Jawab : Sugiarti, SKM. M.Kes

    Tim Penyusun : 1.

    2.

    Disahkan pada tanggal :

    Mengetahui,

    Ketua Prodi DIII Kebidanan

    AKBID Griya Husada Surabaya

    Henny Juaria, SKM., M.Kes

    NIP. 0468011016

  • KETRAMPILAN KLINIK PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG I. DISKRIPSI MODUL

    Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh peserta ketika melakukan pertolongan persalinan sungsang.

    Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk:

    Membantu peserta dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan

    Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai peserta memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)

    Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membehas terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan pertolongan persalinan sungsang dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan pertolongan persalinan sungsang dengan menggunakan model anatomik. Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus memungkinkan setiap peserta untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara mahsiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan segera setelah langkah klinik selesai, pembimbing akan membahasnya kembali dengan mahasiswa. Tujuan pembahasan ulang ini adalah untuk memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki (pengetahuan, sikap, ketrampilan) pada pertemuan berikutnya. Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut : 0 Tidak dilakukan

    :

    langkah klinik tidak dilakukan oleh mahasiswa

    1 Perlu perbaikan

    :

    langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang

  • 1

    dihilangkan 2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai

    dengan urutannya, tetapi kurang tepat dan atau pembimbing perlu mengingatkan peserta tentang hal-hal kecil yang tidak terlalu penting

    3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan

    Pengertian Presentasi sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri.

    Presentasi sungsang terjadi bila panggul atau ekstremitas bawah janin berada di

    pintu atas panggul. Dengan insidensi angka kejadian 3-4% (Cunningham, 2005).

    Klasifikasi Terdapat tiga jenis persalinan sungsang : 1. Frank breech atau bokong murni (50-70%) yaitu tampak ekstremitas bawah

    mengalami fleksi pada sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut sehingga

    kaki berdekatan dengan kepala.

    2. Complete breech atau bokong sempurna (5-10%) yaitu satu atau kedua lutut

    dalam keadaan fleksi.

    3. Foot ling atau incomplit atau presentasi kaki (10-30%) yaitu satu atau kedua

    kaki atau lutut terletak dibawah bokong sehingga kaki atau lutut bayi terletak

    paling bawah pada jalan lahir.

    Etiologi Etiologi persalinan sungsang : 1. Kehamilan premature

    2. Hidramnion, olihidramnion

    3. Kelainan uterus (uterus bikornus atau uterus septum)

    4. Tumor panggul

    5. Riwayat presentasi bokong

    6. Multiparitas

  • 2

    7. Panggul sempit

    8. Hidosephalus, anensephalus

    9. Kehamilan kembar

    Penyulit Pada presentasi bokong persisten terjadi peningkatan frekuensi penyulit, yaitu: 1. Morbiditas dan mortalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit

    2. Berat lahir rendah pada kelahiran preterm, pertumbuhan terhambat atau

    keduanya

    3. Prolaps tali pusat

    4. Plasenta previa

    5. Anomali janin, neonates dan bayi

    6. Anomali dan tumor uterus

    7. Janin multiple

    Diagnosis Diagnosis letak sungsang : 1. Palpasi dan balotement : Leopold I (teraba kepala/ balotement di fundus

    uteri

    2. Vaginal toucher : teraba bokong yang lunak dan ireguler

    3. X-ray : dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini

    penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah kehamilan

    serta adanya kelainan kongenital lain

    4. Ultrasonografi : dapat menentukan presentasi, ukuran, jumlah kehamilan,

    lokasi plasenta, jumlah cairan amnion, malformasi jaringan lunak atau tulang

    janin

    Persalinan pervaginam letak sungsang

    Mekanisme persalinan sungsang pervaginam berlangsung melalui seven cardinal

    movement yang terjadi pada masing-masing tahapan persalinan sungsang

    pervaginam :

    1. Persalinan bokong

    2. Persalinan bahu

    3. Persalinan kepala

    Persalinan sungsang pervaginam (sungsang Bracht) dapat dibagi menjadi 3

    tahap :

    1. Fase lambat pertama

    Tahapan persalinan dari bokong sampai umbilicus

    Disebut fase lambat karena pada fase ini umumnya tidak terdapat hal-hal

    yang membahayakan jalannya persalinan

    Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan

    2. Fase cepat

    Tahapan persalinan dari umbilicus sampai mulut

    Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1-2 kali kontraksi

  • 3

    uterus) fase ini harus sudah berakhir

    Pada fase ini, tali pusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga

    dapat menyebabkan asfiksia janin

    3. Fase lambat kedua

    Tahapan persalinan dari mulut sampai seluruh kepala

    Pertolongan persalinan pada tahap ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena

    persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat

    menyebabkan terjadinya dekompresi mendadak pada kepala janin yang

    menyebabkan perdarahan intracranial

    Tahapan persalinan sungsang pervaginam

    Mekanisme Presentasi sungsang dengan sacrum kanan depan

    1. bitrochanteric bokong masuk panggul pada transversal panggul ibu

    2. Pada saat dilatasi servik lengkap, bokong mengalami desensus lebih lanjut

    kedalam panggul.

    3. Pada saat bokong mencapai dasar panggul , saluran jalan lahir menyebabkan

    bokong mengalami PPD (putar paksi dalam) sehingga bitrochanterika

    berada pada anteroposterior PBP (pintu bawah panggul).

  • 4

    4. Bokong depan nampak di vulva

    5. Dengan his berikutnya, bokong akan meregang PBP (pintu bawah panggul)

    6. Terjadi laterofleksi tubuh janin dan bahu berputar sehingga akan melewati

    PAP (pintu atas panggul)

    7. Pada saat ini penolong persalinan mengenakan perlengkapan persalinan dan

    dan siap menolong persalinan

    8. Bokong sudah lahir dan bahu saat ini masuk pada transversa PAP

    9. Gerakan ini menyebabkan PPL (putar paksi luar) bokong sehingga punggung

    anak menghadap atas

  • 5

    10. Bahu anak melewati saluran jalan lahir dan mengalami PPD (putar paksi

    dalam) sehingga bis achromial menempati anteroposterior PBP.

    11. Secara serempak bokong berputar keanterior sejauh 900 (restitusi)

    12. Kepala janin sekarang memasuki (engagement) PAP dengan sutura sagitalis

    berada pada traversalis PAP

    13. Desensus kedalam pelvis terjadi dengan kepala dalam keadaan fleksi

    14. Bahu depan lahir dari belakang simfisis pubis melalui gerakan laterofleksi

  • 6

    15. Anak dibiarkan tergantung beberapa saat didepan vulva. Dilakukan tekanan

    pada daerah suprasimfisis untuk menambah fleksi kepala (bukan mendorong

    fundus uteri). Bila tengkuk anak sudah terlihat, penolong persalinan

    memegang kaki anak dan melakukan gerakan melingkar keatas.

    16. Maneuver ini menggunakan referensi tepi bawah sacrum, menarik kepala

    anak kebawah dan memutar melalui PBP sehingga dagu, hidung dan dahi

    Nampak dan lahir didepan vulva.

    Tehnik pertolongan sungsang spontan pervaginam (spontan BRACHT )

    1. Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang

    sekitar 5 cm.

    2. Suntikkan 5 unit oksitosin i.m dengan tujuan bahwa dengan 12 his

    berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan

    terselesaikan.

    3. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong

  • 7

    janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada

    pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada

    bokong janin

    Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

    4. Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke

    perut ibu ( gerak hiperlordosis )sampai kedua kaki anak lahir .

    5. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari

    sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari

    berada pada pinggang janin

    Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

    6. Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan (

    gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu ) sedikit kearah kiri atau

    kearah kanan sesuai dengan posisi punggung anak.

    7. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-

    hidung-dahi dan seluruh kepala anak.

    8. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah

    jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin

    http://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIgKIy1pI/AAAAAAAAAkU/PlycP0-xoLM/s1600-h/clip_image002[4][2].gifhttp://lh3.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIh9xuYDI/AAAAAAAAAkc/eONQNNh7Xow/s1600-h/clip_image002[6][2].gif

  • 8

    9. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti

    pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepal

    Prognosis

    Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang

    kepala.

    Prognosa lebih buruk oleh karena:

    o Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi

    terjadinya peristiwa after coming head.

    o Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi

    Sebab kematian anak:

    1. Talipusat terjepit saat fase cepat.

    2. Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan

    kepala anak pada fase lambat kedua.

    3. Trauma collumna vertebralis.

    4. Prolapsus talipusat.

    3 teknik persalinan bahu pada letak sungsang :

    1) Persalinan bahu dengan cara Lovset

    Prinsip : memutar badan janin setengah lingkaran (1800) searah dan berlawanan

    arah jarum jam sambil melakukan traksi curam kebawah sehingga bahu yang

    semula dibelakang akan lahir didepan ( dibawah simfisis).

    Dilakukan pemutaran 1800 sambil melakukan traksi curam kebawah sehungga

    bahu belakang menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan.

  • 9

    Sambil dilakukan traksi curam bawah, tubuh janin diputar 1800 kearah yang

    berlawanan sehingga bahu depan menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan

    dapat dilahirkan

    Tubuh janin diputar kembali 1800 kearah yang berlawanan sehingga bahu

    belakang kembali menjadi bahu depan dibawah arcus pubis dan dapat dilahirkan

    Keuntungan persalinan bahu dengan cara Lovset :

    1. Teknik sederhana

    2. Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan janin

    3. Kemungkinan infeksi intrauterine minimal

    2) Persalinan bahu dengan cara Klasik (teknik Deventer):

    Prinsip : melahirkan lengan belakang lebih dulu ( oleh karena ruang panggul

    sebelah belakang/ sacrum relative lebih lebih luas) dan kemudian melahirkan

    lengan depan dibawah arcus pubis. Dipilih bila bahu tersangkut diatas PAP.

    Tehnik :

    http://lh6.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlInqkincI/AAAAAAAAAk0/CjDdMthxwzo/s1600-h/clip_image002[12][2].gifhttp://lh3.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIpctsrUI/AAAAAAAAAk8/FjtorNHSRwo/s1600-h/clip_image002[14][2].gif

  • 10

    Melahirkan lengan belakang pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

    Melahirkan lengan depan pada tehnik melahirkan bahu cara KLASIK

    Melahirkan lengan depan pada teknik melahirkan bahu cara Klasik :

    1. Kedua pergelangan kaki dipegang dengan ujung jari tangan kanan penolong

    berada diantara kedua pergelangan kaki anak, kemudian dielevasi sejauh

    mungkin dengan gerakan mendekatkan perut anak pada perut ibu.

    2. Tangan kiri penolong dimasukkan kedalam jalan lahir, jari tengah dan telunjuk

    tangan kiri menyelusuri bahu sampai menemukan fosa cubiti dan kemudian

    dengan gerakan mengusap muka janin lengan posterior bawah bagian anak

    dilahirkan.

    3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin

    diubah. Dengan tangan kanan penolong, pergelangan kaki janin dipegang dan

    sambil dilakukan traksi curam bawah melakukan gerakan seperti

    mendekatkan punggung janin pada punggung ibu dan kemudian lengan

    depan dilahirkan dengan cara yang sama.

    Bila dengan cara no.3 diatas lengan depan sulit untuk dilahirkan, maka lengan

    tersebut diubah menjadi lengan belakang dengan cara :

    1. Bahu dan lengan bayi yang sudah lahir di pegang dengan kedua tangan

    http://lh5.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIrGCLEUI/AAAAAAAAAlE/gLWofqZjnac/s1600-h/clip_image002[16][2].gifhttp://lh3.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIslO37oI/AAAAAAAAAlM/eHFFMukl1-s/s1600-h/clip_image002[18][2].gif

  • 11

    penolong sehingga kedua ibu jari penolong terletak dipunggung anak dan

    sejajar denagn sumbu badan janin, sedangkan jari-jari lain didepan dada.

    2. Dilakukan pemutaran tubuh anak kearah perut dan dada anak sehingga

    lengan depan menjadi terletak dibelakang dan dilahirkan dengan cara yang

    sudah dijelaskan pada no.2

    Keuntungan :

    Umumnya selalu dapat dikerjakan pada persalinan bahu

    Kerugian :

    Masuknya tangan kedalam jalan lahir menimbulkan faktor resiko infeksi

    3) Persalinan bahu dengan cara Mueller :

    Prinsip : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis

    melalui ekstraksi kemudian melahirkan lengan belakang di belakang (depan

    sacrum). Dipilih bila bahu tersangkut di Pinti Bawah Panggul.

    Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu

    dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan

    http://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIulJIY9I/AAAAAAAAAlU/_yxdk_CR1m8/s1600-h/clip_image002[5][2].jpghttp://lh6.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIxuu6suI/AAAAAAAAAlc/G_sSvFKeNJg/s1600-h/clip_image002[7][2].jpg

  • 12

    Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari

    tangan kiri penolong)

    Tekniknya :

    1. Bokong dipegang dengan pegangan femuropelvik

    2. Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh

    janin sampai bahu depan lahir dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan

    depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah.

    3. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan

    tangan kanan dan dilakukan elevasi dan traksi keatas. Traksi dan elevasi

    sesuai arah tanda panah sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila

    tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan

    lengan belakang anak.

    Keuntungan :

    Penggunaan teknik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu

    jauh kedalam jalan lahir, maka resiko infeksi berkurang.

    Melahirkan LENGAN MENUNJUK.

    Nuchal Arm

    Yang dimaksud dengan keadaan ini adalah bila pada persalinan sungsang, salah

    satu lengan anak berada dibelakang leher dan menunjuk kesatu arah tertentu.

    Pada situasi seperti ini, persalinan bahu tidak dapat terjadi sebelum lengan yang

    bersangkutan dirubah menjadi didepan dada.

    Lengan menunjuk ( nuchal arm)

    Bila lengan yang menunjuk adalah lengan posterior : (dekat dengan sakrum)

    1. Tubuh janin dicekap sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong

    berada dipunggung anak sejajar dengan sumbu tubuh anak dan jari-jari lain

    didepan dada.

    http://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlIzmTUjCI/AAAAAAAAAlk/c8ha-CWa-1g/s1600-h/clip_image002[20][2].gif

  • 13

    2. Badan anak diputar 1800 searah dengan menunjuknya lengan yang

    dibelakang leher sehingga lengan tersebut akan menjadi berada didepan

    dada (menjadi lengan depan).

    3. Selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan tehnik persalinan bahu cara

    KLASIK.

    Lengan kiri menunjuk kekanan

    Tubuh anak diputar searah dengan menunjuknya lengan (kekanan)

    http://lh6.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlI1FzQMgI/AAAAAAAAAls/NBDTsLjENyo/s1600-h/clip_image002[22][2].gifhttp://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlI3F2-w6I/AAAAAAAAAl0/HC7JBzZVJXA/s1600-h/clip_image002[24][2].gif

  • 14

    Menurunkan lengan anak

    Bila lengan yang menunjuk adalah lengan anterior : (dekat dengan sinfisis) maka:

    Penanganan dilakukan dengan cara yang sama, perbedaan terletak pada cara

    memegang tubuh anak dimana pada keadaan ini kedua ibu jari penolong berada

    didepan dada sementara jari-jari lain dipunggung janin.

    Melahirkan LENGAN MENJUNGKIT

    Yang dimaksud dengan lengan menjungkit adalah suatu keadaan dimana pada

    persalinan sungsang pervaginam lengan anak lurus disamping kepala.

    Keadaan ini menyulitkan terjadinya persalinan spontan pervaginam.

    Cara terbaik untuk mengatasi keadaan ini adalah melahirkan lengan anak dengan

    cara LOVSET.

    Melahirkan lengan menjungkit

    Bila terjadi kemacetan bahu dan lengan saat melakukan pertolongan

    persalinan sungsang secara spontan (Bracht), lakukan pemeriksaan lanjut

    untuk memastikan bahwa kemacetan tersebut tidak disebabkan oleh lengan

    yang menjungkit.

    PERSALINAN KEPALA

    http://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlI5j2s24I/AAAAAAAAAl8/3WLQ8xsbVuA/s1600-h/clip_image002[26][2].gifhttp://lh4.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlI7gx0MqI/AAAAAAAAAmE/HFKwzYZsXmY/s1600-h/clip_image002[9][2].jpg

  • 15

    ~ After Coming Head

    Pertolongan untuk melahirkan kepala pada presentasi sungsang dapat dilakukan dengan berbagai cara :

    1. Cara MOURICEAU 2. Cara PRAGUE TERBALIK

    1. Cara MOURICEAU ( Viet Smellie)

    Dengan tangan penolong yang sesuai dengan arah menghadapnya muka janin,

    jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin dan jari telunjuk serta jari manis

    diletakkan pada fosa canina.

  • 16

    1. Tubuh anak diletakkan diatas lengan anak, seolah anak menunggang

    kuda.

    2. Belakang leher anak dicekap diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan

    yang lain.

    3. Assisten membantu dengan melakukan tekanan pada daerah

    suprasimfisis untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin.

    4. Traksi curam bawah terutama dilakukan oleh tangan yang dileher.

    2. Cara PRAGUE TERBALIK

    1) Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan muka janin

    menghadap simfisis.

    2) Satu tangan mencekap leher dari sebelah belakang dan punggung anak

    diletakkan diatas telapak tangan tersebut.

    3) Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan kemudian di

    elevasi keatas sambil melakukan traksi pada bahu janin sedemikian rupa

    sehingga perut anak mendekati perut ibu.

    4) Dengan larynx sebagai hypomochlion kepala anak dilahirkan.

    Persalinan kepala dengan tehnik Prague terbalik

    Prognosis Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala, morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan sungsang

    pervaginam lebih besar.

    Morbiditas maternal : lebih tingginya frekuensi persalinan operatif pada

    presentasi sungsang termasuk Sectio Caesar menyebabkan morbiditas ibu antara

    lain :

    a. Morbiditas infeksi

    b. Rupture uteri

    c. Laserasi serviks

    d. Luka episiotomy yang meluas

    e. Atonia uteri akibat penggunaan analgesic

    Morbiditas dan mortalitas perinatal : lebih tinggi dibandingkan pada presentasi

    belakang kepala (vertex)

    Trauma persalinan :

    http://lh3.ggpht.com/_ezSsIEHCzdA/SrlJFFIFHnI/AAAAAAAAAmY/PjcND92l_BA/s1600-h/clip_image002[15][2].jpg

  • 17

    a. Fraktur humerus dan klavikula

    b. Cedera pada muskulus sternocleiodomastoideus

    c. Paralisis tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan bahu

    Mortalitas perinatal terutama akibat :

    a. Persalinan preterm

    b. Asfiksia intrapartum

    c. Kelainan kongenital

    Komplikasi Komplikasi ibu : 1. Perdarahan

    2. Trauma jalan lahir

    3. Infeksi

    Komplikasi anak :

    Sufokasi / aspirasi :

    Bila sebagian besar tubuh janin sudah lahir, terjadi pengecilan rongga uterus

    yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan menimbulkan anoksia. Keadaan ini

    merangsang janin untuk bernafas dalam jalan lahir sehingga menyebabkan

    terjadinya aspirasi.

    Asfiksia :

    Selain hal diatas, anoksia juga disebabkan oleh terjepitnya talipusat pada fase

    cepat

    Trauma intrakranial:

    Terjadi sebagai akibat :

    Panggul sempit

    Dilatasi servik belum maksimal (after coming head)

    Persalinan kepala terlalu cepat (fase lambat kedua terlalu cepat)

    Fraktura / dislokasi:

    Terjadi akibat persalinan sungsang secara operatif

    Fraktura tulang kepala

    Fraktura humerus

    Fraktura klavikula

    Fraktura femur

    Dislokasi bahu

    Paralisa nervus brachialis yang menyebabkan paralisa lengan terjadi akibat

    tekanan pada pleksus brachialis oleh jari-jari penolong saat melakukan traksi

    dan juga akibat regangan pada leher saat membebaskan lengan.

    Referensi

  • 18

    CEK LIST

    PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG NAMA :

    : : :

    NIM

    KELOMPOK

    TANGGAL

    Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut: 1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika harus berurutan) 2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti 3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan) T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan

    KEGIATAN Penilaian

    1 2 3

    PERSIAPAN

    1. Memperkenalkan diri dan memberi salam pada pasien

    2. Mempersiapkan persetujuan tindakan medik pada keluarga pasien

    3. Menenangkan pasien

    4. Mempersiapkan pasien untuk tindakan

    5. Mempersiapkan alat alat dan obat obat yang diperlukan

    6. Memakai perlengkapan pertolongan persalinan lengkap

    7. Cuci tangan hingga siku dengan sabun di bawah air mengalir lalu

    keringkan.

    8. Pakai sarung tangan DTT/ steril.

    TINDAKAN PERTOLONGAN SUNGSANG 1. Memasang duk 2. Melakukan pemeriksaan dalam ulang untuk penilaian terakhir 3. Memimpin pasien meneran yang benar 4. Ibu diatur dalam posisi lithotomi 5. Penolong berdiri di depan vulva Melahirkan bayi: Cara bracht (memakai tenaga mengejan ibu)

    1. Menunggu bokong lahir sambil membantu membuka vulva 2. Saat bokong membuka vulva, berikan injeksi oksitosin 2 - 5 unit /IM 3. Lakukan episiotomi saat bokong membuka vulva 4. Memegang bokong secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar

    sumbu panjang paha, sedangkan jari jari lain memegang panggul 5. Pada saat his, ibu dipimpin mengejan 6. Saat tali pusat terlihat, longgarkan 7. Ketika skapula lahir, melakukan hiperlordosis ke arah ibu, asisten

  • 19

    memulai Kristeller. Nilai apakah kedua bahu dapat lahir spontan. Bila kedua bahu lahir spontan, Bracht dilanjutkan

    8. Dengan gerakan hiperlordosis berturut turut lahirlah pusar, perut, bahu, lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.

    9. Letakkan bayi di perut ibu. 10. Memotong tali pusat bayi 11. Melakukan resusitasi bayi baru lahir Cara Klasik/ Deventer (melahirkan bahu belakang lalu bahu depan)

    1. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.

    2. Tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fosa kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.

    3. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.

    4. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan 5. Bila lengan depan susah dilahirkan, lengan depan harus diputar menjadi

    lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkam dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin, sehingga lengan depan terletak di belakang. Kemudian lengan belakang dilahirkan dengan cara yang sama.

    Cara Muller (melahirkan bahu depan dulu baru bahu belakang)

    1. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain mencengkam paha bagian depan.

    2. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis, dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya.

    3. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelvik ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir.

    4. Bila bahu belakang tidak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.

    Cara Lovset

    1. Setelah bokong dan kaki bayi lahir, badan bayi dipegang secara femuro-pelvik dengan kedua tangan.

    2. Memutar bayi 1800 sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. 3. Memutar kembali 1800 ke arah yang berlawanan ke kiri/ kanan

    beberapa kali hingga bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

    4. Bila lengan tidak dapat lahir dengan sendirinya, maka lengan janin

  • 20

    dapat dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan jari penolong. Teknik Ekstraksi Kaki

    1. Tangan kanan masuk secara obstetrik mencari kaki depan dengan menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi, tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.

    2. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha lahir.

    3. Pegangan dipindah ke pangkal paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.

    4. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir. Bila kedua trokhanter telah lahir berarti bokong lahir.

    5. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dahilu maka yang

    lahir lebih dahulu adalah trokhanter belakang dan untuk melahirkan

    trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam ke bawah.

    Bila terjadi kemacetan kepala

    Cara Mauriceau

    1. Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari keempat mencengkam fosa kanina. Jari telunjuk dan jari ketiga tangan yang lain mencengkam leher janin dari arah punggung.

    2. Menugaskan seorang asisten menekan fundus uteri secara Kristeler. 3. Bersamaan dengan his dan asisten menekan fundus uteri, penolong

    melakukan tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk menekan dagu/ mulut. Bila sub oksiput tampak di bawah simpisis kepala janin dielevasi ke atas dengan sub oksiput sebagai hipomoklion sehingga lahir dagu, mulut, dan keseluruhan kepala.

    4. Pengeluaran kepala bayi dengan forsep Piper dikerjakan bila pengeluaran kepala bayi gagal. Caranya tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke atas, atau minta asisten untuk memegang kaki bayi. Forsep Piper dipasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik.

    Menolong kelahiran bayi

    Memotong dan mengikat tali pusat

    Melakukan asuhan penanganan Bayi Baru Lahir.

    Menyuntikkan sisa oksitosin 5 unit

  • 21

    Menjahit luka jalan lahir jika ada

    Mengajari ibu untuk melakukan masase fundus uteri sendiri

    Merapikan pasien

    Membereskan alat alat

    Mencuci tangan

    DOKUMENTASI

    1. Mencatat seluruh hasil pengkajian dalam partograf

    2. Mencatat seluruh tindakan dan hasil evaluasi dalam catatan

    perkembangan (SOAP)

  • 23

    KETRAMPILAN KLINIK PENATALAKSANAAN PADA DISTOSIA BAHU II. DISKRIPSI MODUL

    Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penatalaksanaan pada Distosia Bahu

    Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk:

    Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan

    Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)

    Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penatalaksanaan pada distosia bahu, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan tindakan penataksanaan pada distosia bahu dengan menggunakan model anatomik. Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus memungkinkan setiap mahasiswa untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara mahsiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan segera setelah langkah klinik selesai, pembimbing akan membahasnya kembali dengan mahasiswa. Tujuan pembahasan ulang ini adalah untuk memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki (pengetahuan, sikap, ketrampilan) pada pertemuan berikutnya. Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk

  • 24

    meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut : 0 Tidak dilakukan :

    langkah klinik tidak dilakukan oleh mahasiswa

    1 Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan

    2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi kurang tepat dan atau pembimbing perlu mengingatkan peserta tentang hal-hal kecil yang tidak terlalu penting

    3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan

    Pengertian Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam

    panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat

    halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Jadi distosia bahu adalah

    peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan

    setelah kepala janin dilahirkan.

    Etiologi Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat ke dalam panggul (misal : pada makrosomia)

    ,disebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada

    multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan

    bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah

    melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II

    sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

    Penilaian Klinik 1. Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva 2. Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar

    3. Dagu tertarik dan menekan perineum

  • 25

    4. Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap

    perineum sehingga tampakmasuk kembali ke dalam vagina.

    5. Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang

    terperangkap di belakang symphisis

    Faktor Resiko 1. Ibu dengan diabetes, 7 % insiden distosia bahu terjadi pada ibu dengan diabetes gestasional (Keller, dkk). Pada ibu diabetes yang

    pelahiran sebelumnya dipersulit dengan distosia bahu akan

    terdapat peningkatan resiko berulangnya hal tersebut sampai 9,8%,

    pada populasi umum, resiko berulangnya distosia bahu adalah

    0,58% (Smih et al 1994 dalam Myles, 2011).

    2. Janin besar (macrossomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada

    bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir

    separuh dari kelahiran distosia bahu memiliki berat kurang dari

    4000 g.

    3. Riwayat obstetri/persalinan dengan bayi besar

    4. Ibu dengan obesitas (BB lebih dari 90 kg saat pelahiran) :

    perempuan yang memiliki 125 kg diperkirakan berisiko mengalami

    distosia bahu delapan kali lipat lebih besar.

    5. Multiparitas

    6. Kehamilan posterm, dapat menyebabkan distosia bahu karena

    janin terus tumbuh setelah usia 42 mingu.

    7. Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau

    riwayat distosia bahu, akan terdapat peningkatan risiko

    berulangnya hal tersebut sampai 9,8%. Terdapat kasus distosia

    bahu rekuren pada 5 (12%) di antara 42 wanita (Smith dkk., 1994)

    8. Cephalopelvic disproportion

    Komplikasi Komplikasi maternal : Perdarahan pasca persalinan Fistula Rectovaginal

    Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa transient femoral

    neuropathy

    Robekan perineum derajat III atau IV

    Rupture Uteri

    Komplikasi janin :

    Brachial plexus palsy

    Fraktura Clavicle

  • 26

    Kematian janin

    Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis

    permanen

    Fraktura humerus

    Tatalaksana

    Tatalaksana Umum

    Minta bantuan tenaga kesehatan lain (Help), untuk menolong

    persalinan dan resusitasi neonatus bila diperlukan. Bersiaplah juga

    untuk kemungkinan perdarahan pascasalin atau robekan perineum

    setelah tatalaksana.

    Lakukan Episiotomi

    Harus diingat bahwa masalah yang dihadapi bidan adalah obstruksi

    pintu atas pelvis dan distosia tulang, bukan obstruksi akibat jaringan

    lunak, walaupun episiotomy tidak akan membantu melepaskan

    bahu, bidan harus tetap melakukannya untuk memberikan akses

    pada janin (Myles, 2011). Pertimbangkan episiotomy mediolateral

  • 27

    atau episioproktotomi, dapat memberikan ruang di posterior

    (Cunningham, 2013).

    Lakukan manuver McRobert (Leg). Dalam posisi ibu berbaring

    terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan

    mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah

    bantuan 2 orang asisten untuk menekan fleksi kedua lutut ibu ke

    arah dada.

    Gonok (1983) dalam Manuaba (2007) menyatakan pada perasat

    McRobert, paha ibu ditarik sekuatnya mendekati badan ibu hal ini

    menyebabkan :

    Sakrum bertambah luas

    Memutar simfisis pubis ke arah kepala ibu

    Mengurangi sudut inklinasi tulang pelvis

    Membebaskan bahu depan dari cengkraman simfisis pubis

    Penarikan paha ke arah badan dapat mengurangi kekuatan

    tarikan pada kepala bayi untuk menurunkan morbiditas dan

    mortalitas

    Mintalah salah seorang asisten untuk melakukan tekanan

    secara simultan ke arah lateral bawah pada daerah suprasimfisis

    (External Pressure Suprapubic/ Massanti maneuver) untuk

    membantu persalinan bahu.

  • 28

    Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah

    bawah (kearah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior di

    bawah symphisis pubis. Hindari tekanan yang berlebihan pada

    bagian kepala bayi karena mungkin akan melukainya.

    Secara bersamaan minta salah satu asisten untuk memberikan

    sedikit tekanan supra pubis ke arah bawah dengan lembut. Jangan

    lakukan dorongan pada pubis, karena akan mempengaruhi bahu

    lebih jauh dan bisa menyebabkan ruptur uteri.

    Tekanan harus dilakukan pada sisi punggung bayi, ke arah dada

    bayi. Perasat ini membantu adupsi bahu dan mendorong bahu

    anterior menjauh dari simfisis pubis (Myles, 2011).

    Perhatian! Langkah tatalaksana distosia bahu selanjutnya harus

    dilakukan oleh penolong yang terlatih

    Tatalaksana Khusus

    Jika bahu masih belum dapat dilahirkan, gunakan teknik (Enter: Rotation Manuver) :

    Rubin Maneuver (1964)

    Prinsipnya : mengecilkan diameter bahu (12 cm) menjadi lebih kecil

    sehingga dapat lahir atau keluar dari terperangkap di simfisis. 2

    tahan perasat Rubin :

    1) Kecilkan diameter bahu dengan jalan menekannya vertical

    melalui dinding abdomen. Sementara itu kepala bayi ditarik

    seperti biasa dalam proses persalinan.

    2) Jika tindakan diatas tidak berhasil, lakukan dengan jalan

    memasukkan tangan yang paling dekat dengan bahu,

    menelusurinya, dan dada bayi ditekan. Dengan demikian

  • 29

    diharapkan diameter bahu akan menjadi lebih kecil dan

    persalinan dapat berlangsung.

    Rubin Manuver

    Wood Corkscrew

    1) Bahu belakang sudah diharapkan berada di daerah sacrum

    dengan ruang yang lebih luas dan posisi yang lebih rendah.

    2) Tangan dimasukkan di belakang bahu belakang. Selanjutnya

    diputar sebesar 1800 (menjadi bahu depan searah jarum jam),

    diharapkan kedua bahu akn lahir dengan sendirinya.

    3) Setelah kedua bahu lahir badan bayi dilahirkan seperti biasa.

    Teknik Woods

    Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan

    di atas lakukan perasat :

  • 30

    1) Remove The Posterior Arm (pelahiran lengan posterior :r)

    o Untuk melahirkan lengan posterior, bidan harus memasukkan

    tanggannya ke dalam vagina dengan menggunakan ruang yang

    diciptakan oleh lubang sacrum. Kemudian dua jari membelat

    humerus lengan posterior, memfleksikan siku, dan menggeser

    lengan bawah melewati dada untuk melahirkan tangan. Jika proses

    pelahiran kemudian tidak selesai, lengan kedua dapat dilahirkan

    setelah rotasi bahu menggunakan perasat Woods atau Rubin

    (Myles,2011).

    2) Roll The Patient To Her Hand and Knees

    Gaskin Manuver, dengan melakukan perubahan posisi yaitu saat ibu

    dalam posisi berbaring, si ibu langsung diminta untuk berputar dan

    mengubah menjadi posisi merangkak.

  • 31

    Langkah dari Gaskin maneuver ini sering di sebut FlipFLOP

    Flip = memutar ibu dari posisi berbaring menjadi merangkak

    FLOP =

    F Flips Mom Over (memutar ibu dari posisi berbaring menjadi

    merangkak). Setelah ibu posisi terbalik menggunakan Gaskin's

    Manuver kebanyakan bayi akan lahir spontan. Namun, jika bayi

    tidak lahir segera, bidan atau asistennya mengarahkan langkah

    berikutnya dilakukan ketika kontraksi berikutnya terjadi atau

    sebelum ada kontraksi.

    L Lift Legs, Dengan di bantu bidan, mintalah ibu mengangkat satu

    kaki, arahkan ke depan posisi ini persis seperti posisi ketika atlet

    lari hendak bersiap-siap untuk mulai balapan lari. Jadi posisinya

    seperti gambar berikut ini:

    Perhatikan posisi kaki, sehingga lutut tidak terlalu jauh dari tubuhnya.

  • 32

    Sekarang mulailah melakukan lekukan atau menggulung bahu anterior

    bayi dari tulang kemaluan hingga bergerak disamping simfisis pubis.

    pergeseran Pubis dari gerakan menempatkan kaki ke dalam posisi

    "Running Start" seperti diatas seolah-olah ini adalah seperti maneuver

    setengah McRoberts yang dilakukan dengan ibu di dalam posisi

    terlentang. Setengah dari tulang kemaluan yang terguling atau bergeser

    ketika kaki diangkat. Jika lengan tidak dapat diputar, pindah ke manuver

    berikutnya lebih cepat.

    O Oblique (Rotete Shoulder To Oblique) memutar bahu

    kearah oblique. jika bayi tidak langsung lahir ketika kontraksi setelah

    dilakukan perubahan posisi menjadi posisi "Running Start, selipkan

    tangan bidan ke ibu sampai ia menemukan bagian belakang bahu

    posterior bayi. memutar bahu posterior ke arah dada bayi ke diameter

    miring dari panggul ibu. Ada ruangan yang paling dalam dari diameter

    miring (diameter oblique) panggul. Dengan demikian bayi akan mudah

    dari memutar bahu posterior ke diameter miring. Jika tetap gagal

    Lanjutkan upaya.

    P Posterior Arm To Get it. ini dilakukan dengan mencari lengan

    bayi dan mengeluarkannya menyapu tangan ke arah dada bayi . Sehingga

    lengan ini akan flexi, yang berarti itu akan membuat sebuah

    tikungan. Sekarang bidan dapat menangkap pergelangan tangan bayi,

    Kemudian seluruh lengan lalu goyangkan dengan hati-hati. Hal ini akan

    mengurangi diameter tubuh bayi sekitar 2 cm. Jika itu tidak cukup, bayi

    diputar 180 derajat sehingga lengan sebelumnya anterior sekarang

    posterior dan lengan dibawa keluar. Sekarang ibu bisa mendorong dan

    bayi akan keluar. Manuver Gaskin ini angka keberhasilannya cukup

    tinggi yaitu 80-90%

    Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu,

    terdapat manuver-manuver lain yang dapat dilakukan, misalnya

    kleidotomi, simfisiotomi, metode sling atau manuver Zavanelli. Namun

    manuvermanuver ini hanya boleh dikerjakan oleh tenaga terlatih.

    Manuver Zavanelli (Sandberg, 1985)

    Prinsipnya : mendorong kepala janin kembali menuju kavum

    abdominalis dan selanjutnya dilakukan seksio sesarea (Manuaba, 2007).

    Tekniknya :

    1) Kembalikan posisi kepala janin sehingga oksiput berada di anterior

    atau posterior.

    2) Berikan relaksan otot uterus sehingga mudah melakukan tindakan

  • 33

    (terbutaline 250 mg).

    3) Lakukan fleksi kepala janin dan dorong perlahan-lahan ke arah

    kavum abdominalis.

    4) Sementara itu, rencana seksio sesarea sudah mulai dilakukan untuk

    menghemat waktu sehingga mortalitas dan morbiditas dapat

    diturunkan.

    Komplikasi yang mungkin terjadi :

    a) Perdarahan

    b) Infeksi puerperium

    c) Ruptur uteri

    Perinatal morbiditas dan mortalitas :

    a) Keterbatasan waktu

    b) Teknik yang agak sulit terutama saat mendorong kepala kembali ke

    arah kavum abdominalis.

    Keterangan Lain :

    Upaya Pencegahan

    Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan persalinan elektif

    dengan induksi maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes

    yang usia kehamilannya mencapai 38 minggu dan bayinya tumbuh

    normal.

    Selalu bersiap bila sewaktu-waktu terjadi distosia bahu.

  • 34

    Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan

    suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan risiko

    cedera pada janin

  • 35

    CEK LIST

    PENUNTUN BELAJAR PENATALAKSANAAN PADA DISTOSIA BAHU

    NAMA : : : :

    NIM

    KELOMPOK

    TANGGAL

    Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut: 1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika harus berurutan) 2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti 3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan) T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan

    KEGIATAN Penilaian

    1 2 3 SEBELUM TINDAKAN PERHATIKAN

    1. Kandung kemih harus kosong 2. Kemungkinan tindakan episiotomy lebar/ luas

    3. Baringkan ibu terlentang pada punggung 4. Minta ibu untuk melipat kedua pahanya sehingga lututnya berada

    sedekat mungkin dengan dada. Gunakan kedua tangan untuk membantu flexi maksimal paha.

    5. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala bayi ke arah bawah sesuai dengan APN.

  • 36

    MANUVER MASSANTI/ EXTERNAL PRESSURE SUPRAPUBIC/

    RUBIN I

    6. Asisten menekan suprapubik (menekan ke bawah bahu janin) menggunakan telapak tangan bagian bawah. Oleh karena distosia bahu disebabkan karena bahu janin memasuki panggul pada posisi antero-posterior, maka penekanan bahu depan ke satu sisi akan mengubah posisi bahu menjadi oblique, sehingga bahu dapat dilahirkan.

    7. Melahirkan bahu sesuai APN.

    MANUVER RUBIN

    8. Menyusuri bahu depan menggunakan 2 jari. 9. Mendekatkan bahu depan ke arah dada (300) dengan menekan dinding

    belakang bahu depan. 10. Melahirkan bahu sesuai APN.

  • 37

    MANUVER CORKCREW (WOODS)

    11. Memutar bahu belakang menjadi bahu depan untuk melepaskan bahu depan yang berada di bawah simfisis, sehingga menyebabkan fleksi bahu ke arah dada dan pemendeken jarak antara kedua bahu.

    12. Melahirkan bahu sesuai APN

  • 38

  • 39

    MANUVER SCHWARTZ & DIXON/ DELIVERY OF THE

    POSTERIOR ARM

    13. Memasukkan jari tengah dan jari telunjuk mengikuti lengkung sacrum hingga mencapai fosa antecubiti.

    14. Dengan tekanan jari tengah, lipat lengan bawah ke arah dada. 15. Setelah terjadi fleksi tangan, keluarkan lengan dari bayi dari vagina

    (menggunakan jari telunjuk untuk melewati dada dan kepala bayi atau seperti mengusap muka), kemudian tarik hingga bahu belakang dan seluruh lengan belakang dapat dilahirkan.

    16. Bahu depan dapat lahir dengan mudah setelah bahu dan lengn belakang dilahirkan.

    17. Bila bahu depan sulit dilahirkan, putar bahu belakang ke depan (jangan menarik lengan bayi tetapi dorong bahu posterior) dan putar bahu depan ke belakang (mendorong anterior bahu depan dengan telunjuk dan jari tengah operator) mengikuti arah panggung bayi sehingga bahu depan dapat dilahirkan.

    18. Melanjutkan tindakan sesuai dengan APN.

  • 40

  • 41

    MANUVER ZAVANELLI

    Jarang sekali dilakukan pada distosia bahu. Hanya dilakukan apabila persalinan dilakukan di meja operasi dan kondisi siap SC. Bayi dapat diselamatkan apabila tidak terjadi kompresi tali pusat

    19. Mengembalikan kepala ke dalam jalan lahir 20. Memutar kepala anak menjadi occiput anterior/posterior, sesuai

    dengan arah putaran paksi luar yang sudah terjadi 21. Membuat kepala anak menjadi fleksi secara perlahan, mendorong

    kepala ke arah vagina

  • 42

    DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN

    PERAWATAN PASCA TINDAKAN

  • 43

    KETRAMPILAN KLINIK PENATALAKSANAAN PADA RETENSIO PLASENTA III. DISKRIPSI MODUL

    Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penatalaksanaan pada Retensio Plasenta

    Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk:

    Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan

    Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)

    Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penatalaksanaan pada Retensio Plasenta, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan tindakan penataksanaan pada Retensio Plasenta dengan menggunakan model anatomik. Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus memungkinkan setiap mahasiswa untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara mahasiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan segera setelah langkah klinik selesai, pembimbing akan membahasnya kembali dengan mahasiswa. Tujuan pembahasan ulang ini adalah untuk memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki (pengetahuan, sikap, ketrampilan) pada pertemuan berikutnya. Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut : 0 Tidak dilakukan : langkah klinik tidak dilakukan oleh mahasiswa 1 Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar

  • 44

    dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan

    2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi kurang tepat dan atau pembimbing perlu mengingatkan peserta tentang hal-hal kecil yang tidak terlalu penting

    3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan

    Pengertian Retensio plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit (Manuaba, 2007).

    Manual plasenta adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual yaitu dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukkan langsung kedalam kavum uteri. Retensio plasenta merupakan diagnosis klinik yang dapat disebabkan

    oleh:

    1. Plasenta adhesive :

    o Tipis sampai hilangnya lapisan jaringan Nitabush, sebagian atau

    seluruhnya sehingga menyulitkan lepasnya plasenta saat terjadi

    kontraksi dan retraksi otot uterus

    2. Plasenta akreta :

    o Hilangnya lapisan jaringan ikat longgar Nitabush sehingga plasenta

    sebagian atau seluruhnya mencapai lapisan desidua basalis

    o Dengan demikian agak sulit melepaskan diri saat kontraksi atau

    retraksi otot uterus

    o Dapat terjadi tidak diikuti perdarahan karena sulitnya plasenta lepas

    o Plasenta manual sering tidak lengkap sehingga perlu diikuti dengan

    kuretase

    3. Plasenta inkreta :

    o Implantasi jonjot plasenta sampai mencapai otot uterus sehingga

    tidak mungkin lepas sendiri

    o Perlu dilakukan plasenta manual, tetapi tidak akan lengkap dan

    harus diikuti kuretase tajam dan dalam juga histrektomi

    4. Plasenta perkreta :

    o Jonjot plasenta menembus lapisan otot dan sampai lapisan

    peritoneum kavum abdominalis.

    o Retensio plasenta tidak diikuti perdarahan

    o Plasenta manual sangat sukar, bila dipaksa akan terjadi perdarahan

  • 45

    dan sulit dihentikan, atau pervorasi

    o Tindakan definitive : hanya histrektomi

    5. Plasenta inkaserata :

    o Plasenta telah lepas dari implantasinya, tetapi tertahan oleh karena

    kontraksi SBR

    Indikasi Indikasi melakukan manual plasenta : 1. Perdarahan mendadak sekitar 400-500 cc

    2. Riwayat HPP habitualis

    3. Post operasi : transvaginal, transabdominal

    4. Penderita dalam keadaan narkosa atau anesthesia umum

    Predisposisi Predisposisi terjadinya retensio plasenta : 1. Grandemultipara

    2. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak

    luas

    3. Kasus infertiitas, karena lapisan endometriumnya tipis

    4. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluh darah

    sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam

    5. Bekas operasi pada uterus

    Komplikasi Komplikasi plasenta manual diantaranya : 1. Perforasi, karena tipisnya tempat implantasi plasenta

    2. Meningkatnya kejadian infeksi asenden

    3. Tidak berhasil karena perlekatan plasenta dapat menimbulkan

    perdarahan yang sulit dihentikan.

    Prosedur Plasenta Manual

    Persiapan : 1. Pasang cairan infuse

    2. Jelaskan pada ibu prosedur dan tujuan tindakan

    3. Lakukan anesthesia verbal atau analgesia per rectal

    4. Siapkan dan jalankan prosedur pencegahan infeksi

    Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri : 1. Pastikan kandung kemih dalam keadaan kosong

    2. Jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-20 cm dari vulva, tegangkan

    dengan satu tangan sejajar lantai

    3. Secara obstetrik, masukkan tangan lainnya (punggung tangan

    menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah

    tali pusat

  • 46

    4. Setelah mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten/ penolong lain

    untuk memegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar

    untuk menahan fundus uteri

    5. Sambil menahan fundus uteri, masukkan tangan dalam hingga ke

    kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta

    6. Bentangkan tangan obstetrik menjadi datar seperti memberi salam (ibu

    jari merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat)

    Melepas plasenta dari dinding uterus : 7. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah

    Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, tali pusat tetap

    disebelah atas dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta

    dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap ke bawah

    posterior ibu)

    Bila di korpus depan pindahkan tangan ke sebelah atas tali pusat

    dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding

    uterus dimana punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)

    8. Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus

  • 47

    maka perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke

    kanan dan ke kiri sambil digeserkan ke atas (kranial ibu) hingga semua

    perlekatan plasenta terlepas dari dinding uterus

    Mengeluarkan plasenta : 9. Sementara satu tangan masih di dalam kavum uteri, lakukan ekslorasi

    untuk menilai tidak ada plasenta yang tertinggal

    10. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simfisis (tahan segme

    bawah uterus) kemudian instruksikan asisten/ penolong untuk menarik

    tali pusat sambil tangan dalam membawa plasenta keluar (hindari

    terjadinya percikan darah)

    11. Lakukan penekanan (dengan tangan yang menahan suprasimfisis)

    uterus keraha dorsokranial setelah plasenta dilahirkan dan tempatkan

    plasenta di dalam wadah yang telah disediakan.

    Rangsangan taktil (masase) fundus uteri : 1. Letakkan telapak tangan pada fundus uteri

    2. Jelaskan tindakan kepada ibu. Anjurka ibu untk menarik napas dalam

    dan perlahan serta rileks

  • 48

    3. Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar

    fundus uteri supaya uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi

    dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri

    4. Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap

    dan utuh :

    o Periksa plasenta sisi maternal untuk memastikan bahwa semuanya

    lengkap dan utuh

    o Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk

    memastikan tidak ada bagian yang hilang

    o Periksa plasenta sisi foetal, untuk memastikan tidak adanya

    kemungkinan lobus tambahan (suksenturiata)

    o Evauasi selaput untuk memastikan kelengkapannya

    5. Periksa uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus

    berkontraksi

    6. Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri.

    Ajarkan ibu dan keluarganya cara melakukan masase uterus sehingga

    mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik

    7. Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama

    pascapersalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua

    pascapersalinan.

  • 49

    CEK LIST

    PENUNTUN BELAJAR PENATALAKSANAAN PADA PLASENTA MANUAL

    NAMA : : : :

    NIM

    KELOMPOK

    TANGGAL

    Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut: 1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika harus berurutan) 2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti 3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan) T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan

    KEGIATAN Penilaian

    1 2 3

    PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN

    1. PASIEN

    Infus dan cairan

    Oksitosin

    Verbal-anestesia atau analgesia per rektal

    Kateter nelaton steril dan penampung urin

    Klem penjepit atau kocker

    Kain alas bokong

    Tensimeter dan stetoskop

    2. PENOLONG

    Sarung tangan panjang DTT (untuk tangan dalam)

    Sarung tangan DTT (untuk tangan luar)

    Topi, masker, kacamata pelindung, celemek

    PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN

    Kenakan pelindung diri (barrier protektif)

    Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

    Keringkan tangan dan pakai sarung tangan DTT

    Bersihkan vulva dan perineum dengan air DTT atau sabun antiseptic

    Pasang alas bokong yang bersih dan kering

    TINDAKAN PENETRASI KE KAVUM UTERI

    1. Lakukan anesthesia-verbal atau analgesia per rektal sehingga perhatian ibu teralihkan dari rasa nyeri atau sakit

  • 50

    2. Lakukan kateterisasi kandung kemih

    Pastikan kateter masuk dengan benar

    Cabut kateter setelah kandung kemih dikosongkan

    3. Jepit klem tali pusat dg klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, regangkan dg tangan sejajar lantai (tangan kiri)

    4. Secara obstetrik masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dg menelusuri sisi bawah tali pusat

    5. Setelah tangan mencapai bukaan serviks, minta seorang asisten untuk memegang klem dan menegangkan tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan fundus uteri

    6. Sambil menahan fundus uteri, teruskan memasukkan tangan kanan sampai pada kavum uteri sehingga mencapai tempat implantasi plasenta.

    7. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam (ibu jari merapat ke pangkal jari telunjuk)

    MELEPAS PLACENTA DARI DINDING UTERUS

    8. Tentukan daerah implantasi placenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.

    Bila placenta berimplantasi di korpus belakang, tangan dalam tetap pada sisi bawah tali pusat. Bila implantasi di korpus depan, pindahkan tangan dalam ke sisi atas tali pusat dengan punggung tangan menghadap keatas.

    Implantasi di korpus belakang lepaskan plasenta dari tempat implantasinya dengan jalan menyelipkan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus, dengan punggung tangan pada dinding dalam uterus bagian belakang (menghadap sisi bawah tali pusat).

    Implantasi di korpus depan lakukan penyisipan ujung jari diantara plasenta dan dinding uterus dalam punggung tangan pada dinding dalam uterus bagian depan (mengahadap sisi atas tali pusat).

    9. Kemudian gerakkan tangan ke kanan dan ke kiri sambil bergeser ke cranial sehingga semua permukaan maternal placenta terpisah dari dinding maternal placenta dapat terlepas Catatan : sambil melakukan, perhatikan keadaan ibu, lakukan penanganan yang sesuai bila terjadi penyulit

    MENGELUARKAN PLACENTA

    10. Sementara tangan kanan masih berada di dalam kavum uteri, lakukan eksplorasi ulangan untuk memastikan tidak ada bagian placenta yang

    11. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra symfisis (dorsokranial) untuk menahan uterus pada saat placenta dikeluarkan

    12. Saat placenta terlepas seluruhnya dan yakin seluruh jaringan placenta terambil, keluarkan placenta secara perlahan

  • 51

    13. Instruksikan pada asisten untuk menarik tali pusat dg menggunakan klem

    14. Setelah placenta keluar, letakkan placenta ke dalam wadah yg sudah disediakan

    15. Lakukan sedikit pendorongan uterus (tangan kiri) ke dorsokranial setelah placenta keluar seluruhnya

    16. Lakukan masase agar uterus tetap berkontraksi

    17. Perikasa placenta untuk meyakinkan bahwa placenta lengkap dan perikasa robekan dan jumlah perdarahan

    18. Lakukan penjahitan jalan lahir, jika ada robekan

    LANGKAH SETELAH PROSEDUR

    15. Celup dan rendam sarung tangan dan peralatan lainnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

    16. Cuci tangan dg sabun dan air mengalir kemudian keringkan

    17. Periksa kembali tanda vital pasien, dan observasi 2 jam PP (sesuai APN) dan segera lakukan tindakan apabila diperlukan

    18. Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan di dalam kolom yg tersedia

    19. Buat instruksi pengobatan lanjutan dan hal penting untuk dipantau

    20. Beritahukan pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai, tetapi masih perlu perawatan

    21. Jelaskan pada petugas, tentang perawatan apa yg masih diperlukan, lama perawatan dan apa yang dilaporka

    Tutor,

    (.)

  • 52

    KETRAMPILAN KLINIK PENATALAKSANAAN PADA ATONIA UTERI IV. DISKRIPSI MODUL

    Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penatalaksanaan pada Atonia Uteri

    Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk:

    Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan

    Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)

    Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penatalaksanaan pada Atonia Uteri, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan tindakan penataksanaan pada Atonia Uteri dengan menggunakan model anatomik. Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus memungkinkan setiap mahasiswa untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara mahsiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah klinik yang akan dilakukan dan membahas hasil yang diharapkan. Sebagai tambahan segera setelah langkah klinik selesai, pembimbing akan membahasnya kembali dengan mahasiswa. Tujuan pembahasan ulang ini adalah untuk memberi umpan balik positif mengenai kemajuan belajar yang telah dicapai dan menentukan hal-hal yang perlu diperbaiki (pengetahuan, sikap, ketrampilan) pada pertemuan berikutnya. Kedua penuntun belajar ini digunakan dalam usaha untuk meningkatkan ketrampilan klinik, oleh karena itu penilaian harus dilakukan secara hati-hati dan seobjektif mungkin. Kinerja mahasiswa

  • 53

    pada setiap langkah klinik akan dinilai oleh pembimbing berdasarkan 4 kriteria sebagai berikut : 0 Tidak dilakukan :

    langkah klinik tidak dilakukan oleh mahasiswa

    1 Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan

    2 Mampu : langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya, tetapi kurang tepat dan atau pembimbing perlu mengingatkan peserta tentang hal-hal kecil yang tidak terlalu penting

    3 Mahir : Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutannya dan tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan

    Pengertian Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang akan keluar dari

    bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (APN,

    2008).

    Tujuan KBI dan KBE Kompresi bimanual adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk

    menghentikan perdarahan secara mekanik.

    Tujuan : Aplikasi tekanan pada korpus uteri sebagai upaya pengganti

    kontraksi miometrium (yang sementara waktu tidak berkontraksi)

    yang dibutuhkan untuk menjepit anyaman cabang-cabang pembuluh

    darah yang besar.

    Tanda dan gejala 1. Perdarahan pervaginam

    Perdarahan yang terjadi pada kasus Atonia Uteri angat banyak dan

    darah tidak merembes. Peristiwa yang terjadi pada kondisi ini

    adalah darah keluar disertai gumpalan. Hal ini terjadi karena

    tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku

    darah.

    2. Konsistensi rahim lunak

    Mrupakan gejala terpenting/ khas Atonia Uteri dan yang

    membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya

    3. Fundus uteri naik

    4. Terdapat tanda-tanda syok : nadi cepat dan lemak, tekanan darah

    rendah, pucat, keringat dingin, pernafasan cepat, gelisah,

    binggung, atau kehilangan kesadaran, urin sedikit.

    Etiologi 1. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan difungsi intrinsic

  • 54

    uterus

    2. Penatalaksanaan yang salah pada kala III. Mencoba mempercepat

    kala III dengan dorongan dan pemijatan uterus sehingga

    mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta dan dapat

    menyebabkan pemisahan sebagian plasenta yang mengakibatkan

    perdarahan.

    3. Anetesi yang dalam dan lama menyebabkan terjadinya relaksas

    miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi

    menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.

    4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang

    kemungkinan besar akan diikuti oleh kontraindikasi serta retraksi

    miometrium jika dalam kala III.

    5. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara

    berlebihan akibat keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar,

    polihidramnion, cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek.

    6. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah,

    cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu

    yang keletihan kurang bertahan terhadap kehilangan darah.

    7. Grande-multipara : uterus yang lemah banyak melahirkan anak

    cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan.

    8. Mioma iteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan

    mengganggu kontraksi dan retraksi miometrium uteri.

    9. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur

    operatif seperti forsep dan versi ekstraksi.

    Faktor predisposisi 1. Uterus yang teregang/distensi berlebihan : Kehamilan kembar,

    anak sangat besar (BB > 4000 gram) dan polihidramnion;

    2. Kehamilan lewat waktu;

    3. Partus lama;

    4. Grande multipara;

    5. Penggunaan uterus relaxants (Magnesium sulfat);

    6. Infeksi uterus ( chorioamnionitis, endomyometritis, septicemia );

    7. Perdarahan antepartum (Plasenta previa atau Solutio plasenta);

    8. Riwayat perdarahan postpartum;

    9. Obesitas;

    10. Umur > 35 tahun;

    11. Tindakan operasi dengan anestesi terlalu dalam.

    12. Persalinan cepat (partus presipitatus).

    13. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin

    (augmentasi).

  • 55

    Pencegahan Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen Aktif Kala III, yaitu:

    1. Memberikan obat oksitosin 10 IU segera setelah bahu bayi lahir;

    2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali;

    3. Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap

    berkontraksi.

    Penatalaksanaan 1. Pakai sarung tangan DTT atau steril, dengan lembut masukkan

    secara obstetric (menyatukan kelima jari) melalui introitus dan ke

    dalam vagina ibu.

    2. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban/ bekuan

    darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tak

    dapat berkontraksi secara penuh.

    3. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior,

    tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan

    dan mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga

    uterus ditekan dari arah depan dan belakang.

    4. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini

    memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang

    terbuka (bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga

    merangsang miometrium berkontraksi.

    5. Evaluasi keberhasilan :

    a) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan

    melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan

    keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala

    4.

    b) Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan masih berlangsung,

  • 56

    periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi

    laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk

    menghentikan perdarahan.

    c) Jika uterus tiak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan

    keluarga untuk melakukan KBE kemudian lakukan langkah-

    langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta

    keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan

    6. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprotrol 600-1000 mcg per

    rectal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi

    karena dapat menaikkan tekanan darah.

    7. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang

    infuse dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung

    20 unit oksitosin.

    8. Pakai sarung tangan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan ulangi

    KBI. Alasan : KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan

    membantu uterus berkontraksi.

    9. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit.

    10. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI

    dan infuse cairan hingga ditempat rujukan.

    a) Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit

    b) Berikan tambahan 500 ml.jam hingga tiba di tempat rujukan

    atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mancapai 1,5 L dan

    kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam.

    c) Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 mm (botol kedua)

    cairan infuse dengan tetesan sedang dan ditambah dengan

    pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi

  • 57

    KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS

    Kompresi manual pada aorta harus dilakukan hanya pada kasus

    hemoragi yang berat, jika kompresi internal dan eksternal pada uterus

    tidak efektif. Kompresi aorta dilakukan hanya pada kondisi

    kedaruratan saat penyebab perdarahan sedang ditentukan.

    Langkah tindakan

    a) Baringkan ibu diatas ranjang, penolong menghadap sisi kanan

    pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien berada pada

    ketinggian yang sama dengan pinggul penolong.

    b) Tungkai diletakkan pada dasar yang rata (tidak memakai penopang

    kaki) dengan sedikit fleksi pada artikulasio koksae.

    c) Raba pulsasi arteri femoralis dengan jalan meletakkan ujung jari

    telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipat paha, yaitu pada

    perpotongan garis lipat paha dengan garis horisontal yang melalui

    titik 1 sentimeter diatas dan sejajar dengan tepi atas simfisis

    ossium pubis. Pastikan pulsasi arteri teraba dengan baik.

  • 58

    d) Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua ujung jari dari

    titik pulsasi tersebut.

    e) Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk,

    tengah, manis dan kelingking pada umbilikus ke arah kolumna

    vertebralis dengan arah tegak lurus.

    f) Dorongan kepalan tangan kanan akan mengenai bagian yang keras

    di bagian tengah/ sumbu badan ibu dan apabila tekanan kepalan

    tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri

    femoralis (yang dipantau dengan ujung jari telunjuk dan tengah

    tangan kanan) akan berkurang/ terhenti (tergantung dari derajat

    tekanan pada aorta).

    g) Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan dengan

    perubahan pulsasi arteri femoralis).

    Perhatikan:

    Tekanlah aorta abdominalis di atas uterus dengan kuat dan

    dapat dibantu dengan tangan kiri, selama 5 sampai 7 menit.

    Lepaskan tekanan sekitar 30 sampai 60 detik, sehingga bagian

    lainnya tidak terlalu banyak kekurangan darah.

    Bila perdarahan berhenti sedangkan uterus tidak berkontraksi

    dengan baik, usahakan pemberian preparat prostatglandin. Bila

    bahan tersebut tidak tersedia atau uterus tetap tidak dapat

  • 59

    berkontraksi setelah pemberian prostatglandin, pertahankan

    posisi demikian hingga pasien dapat mencapai fasilitas rujukan.

    Bila kontraksi membaik tetapi perdarahan masih berlangsung

    maka lakukan kompresi eksternal dan pertahankan posisi

    demikian hingga pasien mencapai fasilitas rujukan.

    Bila kompresi sulit untuk dilakukan secara terus menerus maka

    lakukan pemasangan tampon padat uterovaginal, pasang gurita

    ibu dengan kencang dan lakukan rujukan.

    Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus

    berkontraksi dengan baik. Teruskan pemberian uterotonika

    h) Bila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi

    tersebut dan lakukan pemijatan uterus (oleh asisten) hingga uterus

    berkontraksi dengan baik.

  • 60

    CEK LIST

    PENUNTUN BELAJAR PENATALAKSANAAN PADA ATONIA UTERI NAMA :

    : : :

    NIM

    KELOMPOK

    TANGGAL

    Nilailah setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut: 1 Perlu perbaikan : Langkah tidak dikerjakan dengan benar atau tidak sesuai urutan (jika harus berurutan) 2 Mampu : Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan (jika harus berurutan), tetapi kurang tepat dan/atau pembimbing/pengamat perlu membantu/mengingatkan hal-hal kecil yang tidak terlalu berarti 3 Mahir : Langkah dikerjakan dengna benar, tepat tanpa ragu-ragu atau tanpa perlu bantuan dan sesuai dengan urutan (jika harus berurutan) T/S Langkah tidak sesuai dengan keadaan

    KEGIATAN Penilaian

    1 2 3

    1. PERSIAPAN a. Persiapan tempat : Ruangan tertutup, aman, nyaman, dan tenang b. Persiapan alat : O2 dan regulator Cairan infuse (kristaloid) Infuse set/blodd set Spuit 5ml dan jarum suntik no. 23 Abocath ukuran 16 atau 18 Kateter nelaton Povidon iodine 10% Kapas DTT Bengkok Korentang dan tempatnya Sarung tangan panjang DTT/steril 2 pasang Sarung tangan pendek DTT/steril 2 pasang Tensimeter Stetoskop Lampu sorot Uterotonika (oksitosin 10 IU/ml dan ergometrin 0,20 mg/ml) Antibiotic

    b. Persiapan pasien : Inform consent

    c. Persiapan petugas Mengunakan APD : apron, kacamata, masker, sepatu boaat, penutup

  • 61

    kepala, baju kamar tindakan

    2. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)

    3. Bersihkan bekuan darah dan atauselaput ketuban dari vagina dan saluran serviks

    4. Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh atau dapat dipalpasi lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptic

    5. Lakukan kompresi bimanual interna (KBI) selama 5 menit

    6. KOMPRESI BIMANUAL INTERNA (KBI)

    1) Penolong berdiri di depan vulva, pakai sarung tangan panjang DTT atau steril, basahi tangan kanan dg antiseptic, kemudian dg lembut masukkan secara obstetric (menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu

    2) Perikasa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah dalam kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh

    3) Kepalkan tangan dalam dan tempatkan dataran punggung jari telunjuk hingga jari kelingking pada forniks anterior dan tekan dinding anterior uterus (segmen bawah rahim) ke kranio anterior

    4) Letakkan telapak tangan luar pada dinding perut (dinding posterior uterus), upayakan untuk mencakup bagian belakang korpus uteri seluas/sebanyak mungkin

    5) Tekan uterus diantara kedua tangan (uterus ditekan dari arah depan dan belakang) dengan cara mendekatkan telapak tangan luar dg kepalan tangan dalam (kompresi selama 5 menit)

    6) Evaluasi Keberhasilan : a. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan KBI

    selama 2 menit, kemudian keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau ibu secara ketat selama kala IV

    b. Jika uterus berkontraksi, tetapi perdarahan terus berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan

    c. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk kompresi bimanual eksterna (KBE) kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri selanjutnya. Mintalah keluarga menyiapkan rujukan

    Catatan : Atonia uteri seringkali bisa diatasi dg KBI, jika KBI tidak berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain

    7. KOMPRESI BIMANUAL EKSTERNA (KBE)

    1) Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu. Tekan ujung jari telunjuk, tengah dan manis tangan kanan di antara simfisi dan umbilicus pada korpus depan bawah sehingga fundus uteri naik ke arah dinding abdomen

  • 62

    2) Letakkan sejauh mungkin telapak tangan lain di korpus uteri bagian belakang dan dorong uterus ke arah dinding abdomen

    3) Geser perlahan-lahan ujung ketiga jari tangan pertama ke arah fundus dan ubah tangan kanan menjadi kepalan. Lalu dorong kepalan ke arah korpus uteri bagian depan

    4) Lakukan kompresi korpus uteri dg jalan menekan dinding belakang dan dan dinding depan uterus dg telapak kiri dan kanan (saling mendekatkan tangan depan dan belakang), agar pembuluh darah di dalam anyaman miometrium dapat dijepit secara manual

    5) Sementara keluarga melakukan KBE, keluarkan tangan penolong dari vagina dg hati-hati

    6) Celupkan sarung tangan panjang ke dalam larutan klorin 0,5% dan ganti sarung tangan pendek

    8. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (kontra indikasi hipertensi) atau misoprostol 600-1000 mcg per rectal

    9. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc larutan ringer laktat + 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin (habiskan dalam waktu 10 menit)

    Jika Uterus Tetap Atonia Dan Atau Perdarahan Terus Berlangsung

    10. Pakai sarung tangan panjang steril/DTT dan ulangi KBI Alasan : KBI dg ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi

    11. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu

    12. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infuse cairan

    13. Lanjutkan infuse RL 500 cc + 20 unit oksitosin dg laju 500 cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yg diinfuskan mencapai 1,5 L dan kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam. Jika cairan infuse tidak cukup, infuskan 500 ml (botol kedua) cairan infuse dg tetesan sedang dan ditambah dg pemberian cairan secara oral untuk rehidrasi

    14. Evaluasi Keberhasilan : a. Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan perlahan-lahan,

    masukkan kedua tangan ke dalam wadah yg berisi larutan klorin 0,5% dan lepaskan. Cuci tangan lalu keringkan dg handuk bersih kering. Pantau kala IV persalinan dg cermat

    b. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta Catatan : Kompresi manual pada aorta adalah alternative untuk kompresi bimanual. Kompresi hanya boleh dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari.

    15. KOMPRESI AORTA ABDOMINALIS

    1) Pakai sarung tangan steril/DTT

  • 63

    2) Baringkan ibu di atas ranjang, penolong menghadap sisi kanan pasien. Atur posisi penolong sehingga pasien berada pada ketinggian yg sama dg pinggul penolong

    3) Tungkai diletakkan pada dasar yg rata dg sedikit fleksi pada artikulasio koksae

    4) Raba pulsasi arteri femoralis dg jalan meletakkan ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan pada lipatan paha, yaitu pada perpotongan garis lipat paha dg garis horizontal yg melalui titik 1 cm di atas dan sejajar d tepi atas simfisis pubis. Pastikan pulsasi arteri tersebut teraba dg baik

    5) Setelah pulsasi dikenali, jangan pindahkan kedua jari dari titik pulsasi tersebut

    6) Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk, tengah, manis, dan kelingking melalui dinding perut ke atas aorta abdominalis yaitu pada umbilicus dan sedikit ke arah kiri dg arah tegak lurus

    7) Dorongan kepalan tangan akan mengenai bagian tengah/sumbu badan ibu apabila tekanan tekanan kepalan tangan kiri mencapai aorta abdominalis maka pulsasi arteri femoralis (yg dipantau dg ujung jari telunjuk dan tengah tangan kanan) akan berkurang/berhenti (tergantung dari derajat tekanan pada aorta)

    8) Lakukan kompresi selama 5 sampai 7 menit, kemudian lepaskan atau kurangi kompresi selama 1 menit agar bagian lain tidak kekurangan darah

    9) Perhatikan perubahan perdarahan pervaginam (kaitkan d perubahan pulsasi arteri femoralis)

    Perhatikan : a. Bila perdarahan berhenti sedangka uterus tidak berkontraksi dg

    baik, usahakan pemberian preparat prostaglandin. Bila bahan tersebut tidak tersedia atau uterus tetap tidak berkontraksi setelah pemberian bahan tersebut, pertahankan posisi tersebut sehingga pasien dapat mencapai fasilitas rujukan.

    b. Apabila kontraksi membaik tetapi perdarahan tetap berlangsung, maka lakukan kompresi eksternal dan pertahankan posisi demikian hingga pasien mencapai tempat rujukan

    c. Bila kompresi sulit dilakukan secara terus menerus maka lakukan pemasangan kondom kateter

    d. Kompresi baru dilepaskan bila perdarahan berhenti dan uterus berkontraksi dg baik. Teruskan pemberian uterotonika

    16. Apabila perdarahan berkurang atau berhenti, pertahankan posisi tersebut dan lakukan masase hingga uterus berkontraksi dg baik

    17. Masukkan kedua tangan ke dalam wadah yg berisi larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam dalam wadah tersebut

    18. Cuci tangan dg air mengalir dan sabun, keringkan tangan dg handuk

  • 64

    bersih dan kering

    19. Perhatikan tanda vital, perdarahan dan kontraksi uterus setiap 10-15 menit atau pantau kala IV dg ketat

    20. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi (gunakan antibiotika berspektrum luas, misalnya ampisilin 1 gr IM, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam ditambah metronidazol 400-500 gr per oral setiap 8 jam selama 5 hari)

    Tutor,

    (..)

  • 65

    KETRAMPILAN KLINIK PENANGANAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR V. DISKRIPSI MODUL

    Pendahuluan Penuntun ini berisi langkah-langkah klinik secara berurutan yang akan dilakukan oleh mahasiswa ketika melakukan penanganan asfiksia bayi baru lahir.

    Tujuan Peserta tidak diharapkan untuk dapat melakukan semua langkah klinik dengan benar pada pertama kali latihan. Namun penuntun belajar ini ditujukan untuk:

    Membantu mahasiswa dalam mempelajari langkah-langkah dan urutan yang benar dari apa yang kelak harus dilakukannya (skill acquisition) dan

    Mengukur kemajuan belajar secara bertahap sampai mahasiswa memperoleh kepercayaan diri dan ketrampilan ( skill competency)

    Metode Sebelum menggunakan penuntun ini, pembimbing akan membahas terlebih dahulu seluruh langkah klinik melakukan penanganan asfiksia bayi baru lahir, dengan menggunakan video, slide dan penuntun belajar. Selain itu mahasiswa akan mendapatkan kesempatan menyaksikan tindakan penanganan asfiksia bayi baru lahir penanganan asfiksia bayi baru lahir dengan menggunakan model anatomik. Penggunaan penuntun belajar secara terus menerus memungkinkan setiap mahasiswa untuk memantau kemajuan belajar yang telah dicapai dan mengetahui apa yang perlu diperbaiki. Selain itu, penuntun ini dirancang untuk mempermudah dan membantu dalam berkomunikasi antara mahsiswa dan pembimbing (memberikan umpan balik). Dalam menggunakan penuntun belajar ini, adalah penting bagi mahasiswa dan pembimbing untuk bersama-sama bekerja dalam satu kelompok. Sebagai contoh, sebelum mahasiswa melakukan langkah klinik pertama-tama pembimbing atau salah satu mahasiswa harus mengulangi kembali secara ringkas langkah-langkah