Modul Praktikum AFR

64
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR DISUSUN OLEH: RONI ALIDA, ST

description

praktikum teknik reservoir

Transcript of Modul Praktikum AFR

Page 1: Modul Praktikum AFR

BUKU PENUNTUN

PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR

DISUSUN OLEH:

RONI ALIDA, ST

LABORATORIUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR

PRODI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSI MIGAS

POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG

2013

Page 2: Modul Praktikum AFR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allas SWT atas tersusunnya Buku

Penuntun Praktikum Analisa Fluida Reservoir ini yang merupakan panduan untuk

memenuhi kebutuhan bahan ajar mata kuliah Praktikum Analisa Fluida Reservoir di

Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik Akamigas Palembang.

Buku penuntun ini pada dasarnya dibuat untuk memberikan pemahaman

sekaligus penerapan kepada mahasiswa pada saat di lapangan guna mendasari bekal

keilmuan yang berkaitan dengan fluida reservoir.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada

seluruh pihak yang telah memberikan sumbangsihnya sehingga Buku Penuntun

Praktikum ini dapat terselesaikan. Kami menyadari bahwa buku petunjuk praktikum ini

masih sangat sederhana sehingga masih banyak yang perlu diperbaharui lagi, kritik dan

saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan Buku ini

kedepannya.

Akhirnya kami berharap semoga Penuntun Praktikum ini dapat banyak

membantu dan bermanfaat bagi praktikan pada khususnya dan mahasiswa Prodi Teknik

Eksplorasi Produksi Migas pada .

Palembang, Maret 2013

Penyusun

Page 3: Modul Praktikum AFR

PETUNJUK DAN TATA TERTIB

PRAKTIKUM ANALISA FLUIDA RESERVOIR

PERATURAN DAN TATA TERTIB YANG HARUS DITAATI

Laboratorium berfungsi sebagai tempat untuk melakukan percobaan, oleh karena

itu mahasiswa atau praktikan harus mentaati ketentuan-ketentuan berikut :

1. Menjaga sopan santun di laboratorium

2. Praktikan diwajibkan memakai baju lab & pelindung diri.

3. Praktikan dilarang merokok, makan dan minum di dalam laboratorium.

4. Praktikan dilarang membawa barang-barang yang tidak diperlukan di dalam

laboratorium seperti barang-barang berharga, senjata tajam, senjata api dan

sebagainya.

5. Praktikan diwajibkan datang untuk melakukan percobaan sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan.

6. Jadwal praktikum dan percobaan yang akan dilakukan dapat dilihat pada papan

pengumuman, jadwal praktikum diatur dan disusun untuk satu semester.

7. Apabila praktikan tidak dapat hadir karena sesuatu dan lain hal, maka praktikum

harus memberitahu atau meminta izin kepada asisten pengawas atau petugas labor

atas sepengetahuan kepala laboratorium.

8. Praktikan yang tidak hadir pada saat praktikum yang dilaksanakan sebelumnya dan

telah memberitahu kepada asisten atau petugas labor, maka diharuskan membawa

keterangan yang benar untuk melaksanakan praktikum susulan, antara lain :

a. Keterangan dari ketua prodi yang menyatakan bahwa praktikan tersebut

berhalangan hadir pada saat itu

b. Keterangan dokter bagi praktikan yang sakit

9. Praktikan harus datang ke laboratorium paling lambat 15 menit sebelum percobaan

dimulai dan bagi yang terlambat 15 menit dengan keterangan yang tidak jelas maka

dianggap tidak hadir dan tidak boleh mengikuti praktikum, sehingga nilai praktikum

pada hari itu dianggap nol.

10. Pelajarilah penuntun praktikum, buatlah persiapan sebelum melakukan percobaan

sehingga benar – benar siap melaksanakan praktikum di laboratorium.

Page 4: Modul Praktikum AFR

11. Praktikan tidak diperkenankan berkeliaran pada saat percobaan dilaksanakan.

12. Praktikan dilarang membawa arsip laporan ke dalam laboratorium sewaktu

melakukan praktikum.

13. Dalam melakukan praktikum, praktikan akan dibimbing oleh asisten yang akan

memberikan petunjuk melaksanakan percobaan, merangkai peralatan, menggunakan

alat dan cara membuat laporan yang baik dan benar.

14. Praktikan harus membawa kartu praktikum dan diserahkan kepada asisten setiap

melakukan praktikum dan menyerahkan laporan.

15. Praktikan yang kehilangan kartu praktikum harus melaporkannya kepada asisten

pengawas sesegera mungkin.

16. Jagalah dengan hati-hati setiap alat yang dipinjam selama percobaan. Untuk

meminjam alat disediakan bon peminjaman dan peralatan tersebut nantinya setelah

selesai harus diserahkan kembali.

17. Laporkan kepada asisten apabla ada kerusakan atau kehilangan alat-alat dan setiap

kerusakan dan kehilangan alat yang disebabkan keteledoran praktikan harus diganti

oleh praktikan ybs.

18. Setelah melakukan percobaan, mintalah kembali kartu praktikum yang telah diparaf

atau ditanda tangani oleh asiten yang membimbing anda pd hari itu.

19. Setiap praktikan setelah selesai melakukan percobaan, masing-masing harus

membuat dan melaporkan hasil pengamatan yang diperoleh dengan meminta

pengesahan dan persetujuan dari asisten ybs.

20. Praktikan yang tidak mengikuti praktikum lebih dari dua kali dengan keterangan yang

tidak jelas, maka praktikan tersebut dianggap gagall melakukan praktikum (dengan

nilai D).

LAPORAN-LAPORAN

1. Setiap praktikan harus membuat laporan praktikum sesuai dengan judul percobaan

yang akan dilakukan, yang terdiri dari :

I. Laporan Pendahuluan, dibuat sebelum melakukan praktikum.

II. Laporan Akhir, setelah melakukan praktikum.

2. Laporan ditulis tangan dengan rapi, dengan menggunakan kertas A4 (min 70 gram)

dengan margin kertas : atas = 3, bawah = 3, kiri= 4 dan kanan= 3.

Page 5: Modul Praktikum AFR

3. Format Laporan Pendahuluan adalah sebagai berikut :

I. NOMOR PERCOBAAN

II. JUDUL PERCOBAAN

III. TUJUAN PERCOBAAN

IV. ALAT DAN BAHAN SERTA FUNGSI

V. DASAR TEORI (Minimal 5 lembar)

VI. DATA HASIL PENGAMATAN (tabel kosong)

VII. DAFTAR PUSTAKA

4. Format Laporan Akhir, sebagai berikut :

I. NOMOR PERCOBAAN

II. JUDUL PERCOBAAN

III. TUJUAN PERCOBAAN

IV. ALAT DAN BAHAN SERTA FUNGSI

V. DASAR TEORI (Minimal 5 lembar)

VI. DATA HASIL PENGAMATAN (yang telah terisi datanya)

VII. PENGOLAHAN DATA

VIII. PEMBAHASAN/ ANALISA HASIL PERCOBAAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

X. SUMBER KESALAHAN

XI. DAFTAR PUSTAKA

XII. GAMBAR ALAT & RANGKAIAN PERCOBAAN.

XIII. LAMPIRAN TUGAS (Jika Ada)

5. Laporan Akhir harus dikumpulkan sendiri oleh praktikan ybs, sewaktu pelaksanaan

percobaan selanjutnya.

6. Praktikan yang terlambat mengumpulkan laporannya maka nilainya akan dikurangi

15% sehari maksimal 3 hari dan selebihnya tidak diterima.

7. Praktikan yang tidak membuat laporan akhir maka pecobaannya dianggap batal.

8. Laporan yang telah dikumpulkan akan dikoreksi oleh asisten yang membimbing anda

pada saat percobaan, apabila diperlukan perbaikan maka laporan tersebut akan

dikembalikan pada praktikan yang bersangkutan untuk diperbaiki dan dikumpulkan

kembali bersaman dengan pengumpulan laporan praktikum berikutnya.

Page 6: Modul Praktikum AFR

Demikian peraturan dan ketentuan ini dibuat untuk kelancaran dalam pelaksanaan

praktikum Geofisika Eksplorasi yang dilaksanakan di Lab. Geofisika Prodi. Teknik

Eksplorasi Produksi Migas Politeknik Akamigas Palembang. Apabila terjadi hal-hal yang

belum tercantum dalam peraturan dan ketentuan ini, maka keputusan akan diambil

berdasarkan kebijaksanaan asisten dengan sepengetahuan kepala laboratorium.

Palembang, Maret 2013

Kepala Laboratorium Analisa Fluida Reservoir

Prodi. Teknik Eksplorasi Produksi Migas

Politeknik Akamigas Palembang

Roni Alida, ST

Page 7: Modul Praktikum AFR

PERSENTASE PENILAIAN

Penilaian Akhir Praktikum didasarkan atas kehadiran (absensi), responsi, tugas laporan,

Ujian Praktikum & Ujian Akhir Semester dengan bobot penilaian adalah sbb :

Absensi kehadiran : 5 %

Responsi (Tes Berkala) : 5 %

Tugas Laporan : 20 %

Ujian Praktikum (UTS) : 30 %

Ujian Akhir Semester (UAS) : 40 %

Persentase ini didasarkan pada acuan yang telah disepakati di Institusi Politeknik

Akamigas Palembang.

Page 8: Modul Praktikum AFR

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................

Daftar Isi ...................................................................................................................

Petunjuk & Tata Tertib ................................................................. ...........................

Persentase Penilaian ................................................................................................

Pendahuluan ............................................................................................................

Penentuan Densitas, Specific Gravity dan 0API Gravity ..................................

Penentuan Kandungan Air Dan Endapan Sedimen ( Bs & W ) ....................

Analisa Kimiawi Air Formasi .......................................................................

Penentuan Viscositas .....................................................................................

Penyulingan Minyak Mentah .....................................................................

Penentuan Flash Pint dan Fire Point ..........................................................

Penentuan Cloud Point, Cold Point dan Pour Point ..................................

Page 9: Modul Praktikum AFR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada zaman sekarang ini, minyak merupakan bahan bakar yang sangat

penting. Kita ketahui, hampir semua alat transportasi di dunia, memakai bahan

bakar minyak. Pada saat minyak ditemukan tidak langsung berbentuk seperti

fraksi solar, kerosin, minyak rem dan lain – lainnya. Minyak mentah yang

ditemukan harus melalui berbagai proses hingga menghasilkan jenis – jenis

seperti solar, kerosin, bensin, dan lain – lain.

Praktikum Analisa Fluida Reservoir dilakukan untuk lebih memahami apa

saja sifat fisik fluida yang dapat kita analisa dari data – data yang telah kita dapati.

Sifat fisik fluida reservoir yang dianalisa pada praktikum kali ini adalah : densitas,

viskositas, kompresibilitas, faktor volume formasi minyak, dan kelarutan gas

dalam minyak. Selain itu, praktikum Analisa Fluida Reservoir juga dapat

mempermudah mahasiswa memahami mata kuliah yang berkaitan dengan

praktikum serta dapat dijadikan bekal setelah lulus kuliah nantinya.

Ilmu Analisa Fluida Reservoir sendiri sangatlah berkaitan dengan ilmu –

ilmu perminyakan lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa ilmu Analisa Fluida

Reservoir merupakan dasar dari ilmu – ilmu perminyakan lainnya. Di lain sisi,

data – data yang didapat dari informasi ilmu Analisa Fluida Reservoir sangat

berguna sebagai pembanding di dalam aplikasinya di dunia perminyakan. Tidak

hanya 5 sifat fisik fluida yang dapat kita pelajari di praktikum ini akan tetapi juga

memuat mengenai apa saja yang kita peroleh dari proses eksplorasi dan produksi

baik yang dapat dimanfaatkan, maupun yang dapat merugikan dalam proses

eksplorasi produksi itu sendiri. Selain itu dalam praktikum ini kita juga dapat

mengetahui bagaimana akibat dari banyaknya fluida selain minyak yang

diproduksi dan material lainnya seperti watercut, air formasi, endapan, dan lain –

lainnya.

Page 10: Modul Praktikum AFR

Praktikum Analisa Fluida Reservoir yang dilakukan ini adalah salah satu

mata kuliah wajib bagi mahasiswa Semester II Program Studi Teknik Eksplorasi

Produksi Migas – Politeknik Akamigas Palembang dan terdiri dari 7 macam

percobaan yaitu :

1. Penentuan Densitas, Specific Gravity dan 0API

2. Penentuan Kandungan Air dan Endapan (BS & W)

3. Analisa Kimiawi Air Formasi

4. Penentuan Viskositas

5. Penyulingan Minyak Mentah

6. Penentuan Flash Pint dan Fire Point

7. Penentuan Cloud Point, Cold Point dan Pour Point

Page 11: Modul Praktikum AFR

BAB II

PENENTUAN DENSITAS, SPECIFIC GRAVITY DAN 0API GRAVITY

1.1. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengukur Densitas fluida pada berbagai temperatur.

2. Mengukur specific gravity fluida.

3. Menentukan busarnya OAPI gravity sample fluida.

1.2. TEORI DASAR

Densitas minyak adalah massa persatuan volume pada suhu tertentu, atau

dikenal juga dengan perbandingan massa minyak dengan volume pada kondisi

tekanan dan temperatur tertentu. Selain densitas, salah satu sifat minyak bumi

yang penting dan mempunyai nilai dalam perdagangan adalah specific gravity

(gravitasi jenis). Specific gravity minyak adalah perbandingan anatara berat jenis

minyak pada temperatur standar dengan berat jenis air dengan temperature yang

sama da di tulis :

SG = ρoρw

pada tekanan dan temperatur standar

Di Indonesi biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0.5 : 0,1

untuk minyak bumi suhu yang digunakan adalah 15O C atau 60O F. Dalam dunia

perdagangan terutama yang dikuasai oleh perusahaan Amerika, gravitasi jenis

atau lebih sering disingkat dengan SG ini dinyatakan dalam API grafity dan juga

API ( American Petroleum Institute ) yang sangat mirip dengan Baume gravity

adalah suatu besaran yang merupakan fungsi dari berat jenis yang dapat

dinyatakan dengan persamaan :

OAPI = 141.5SG

– 131.5 ρ = mv

SG = 141.5

131.5+° API SG = ρoρw

Page 12: Modul Praktikum AFR

API gravity minyak bumi sering menunjukan kualitas dari minyak bumi

tersebut. Makin kecil SG-nya atau makin tinggi OAPI-nya, maka minyak bumi itu

makin berharga karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya makin

rendah OAPI atau makin besar SG-nya, maka mutu minyak itu kurang baik karena

lebih banyak mengandung lilin. Perhatikan tabel dibawah ini:

Componen OAPI Specific Gravity

Minyak Ringan >20 < 0.934

Minyak Berat 10-20 0.934-1.000

Tar <10 >1.000

Tabel 2.1 Componen, API, dan SG

Namun dari minyak bumi berat pun dapat dibuat fraksi bensin lebih banyak

dengan sistem “Cracking” dalam penyulingan. Walaupun demikian tentu proses

ini memerlukan ongkos atau biaya yang lebih besar lagi.

Selain API juga dapat dipakai Baume yaitu :

oBaume = 140SG

– 130

Sistem Baume tidak banyak digunakan didalam industry perminyakan.

Perbandingan antara skala yang menggunakan specific gravity dengan OAPI dan OBaume dapat dilihat pada table. Perlu dicatat bahwa yang di maksud dengan

specific gravity adalah specific gravity keseluruhan minyak mentah tersebut, jadi

semua fraksi. Selain itu specific gravity minyak bumi juga tergantung pada

temperature, sehingga bila temperaturnya tinggi maka makin rendah specific

gravity-nya.

Page 13: Modul Praktikum AFR

Gelas Ukur Picnometer

1.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

Alat :

Gelas ukur 100 ml

Gelas ukur 500 ml

Gelas ukur 10 ml

Gelas ukur 25 ml

Picnometer 50 ml

Pipet tetes

Hydrometer

Labu volumetric 250 ml

Thermometer

Bahan :

Gliserin 25%

Gliserin 50%

Gliserin 75%

Air formasi

Crude oil 250 ml

Minyak rem ( heavy duty)

1.4. GAMBAR ALAT

Page 14: Modul Praktikum AFR

Labu volumetric Thermometer

Gambar 2.1 Peralatan percobaan I

1.5. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Picnometer

1. Timbang terlebih dahulu picnometer kosong, kemudian isi

picnometer dengan crude oil.

2. Timbang kembali picnometer yang telah berisi crude oil, pastikan

crude oil yang diuji telah keluar dari lid ( tutup yang memilki rongga

untuk mengalirkan fluida ).

3. Selisih berat picnometer ini adalah massa crude oil.

4. Volume picnometer dapat dilihat dari table yang ada pada alat atau

dengan menuangkan crude oil kedalam gelas ukur untuk mengetahui

volume crude oil yang diuji.

5. Densitas crude oil dapat diperoleh dari perbandingan massa crude oil

terhadap volumenya.

Page 15: Modul Praktikum AFR

6. Gunakan untuk fluda seperti Gliserin, Air formasi, Minyak rem

B. Penggunaan Hidrometer Jar

a. Mengambil air formasi 500 ml

b. Masukan kedalam gelas ukur 500 ml

c. Masukan hydrometer mulai dari harga yang terendah (200API –

350API )

d. Masukan thermometer kedalamnya

e. Baca harga berat jenis dan temperaturnya pada Hidrometer dibatas

Fluida.

f. Dari harga pembacaan, gunakan table untuk mendapatkan gravity

API sebenarnya.

g. Gunakan pada fluida lainnya seperti Gliserin, crude oil dan minyak

rem.

1.6. TUGAS

1. Diketahui suatu fluida ‘AK#1’ dengan = 0,880 gr/ml, konversikan ke :

a. PPG (Pound Per Galon)

b. lb/ft3 (Pound Per Cubic feet)

c. lb/bbl (Pound Per Barel)

2. Buatlah grafik perbandingan antara fluida gliserin 25%, 50%, 75% dengan

densitas yang diperoleh, kemudian jelaskan.

3. Gambarkan dan jelaskan 5 petroleum system !

4. Mana yang lebih cepat melarutkan crude oil, toluena atau bensin? jelaskan

dan buat rumus kimia bensin dan toluena !

5. Apa hubungan :

a. SG dengan temperatur

b. dengan

c. 0API dengan flash point

BAB III

PENENTUAN KANDUNGAN AIR DAN

Page 16: Modul Praktikum AFR

ENDAPAN SEDIMEN ( BS & W )

1.1. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan kadar air dan endapan dari crude oil dengan

menggunakan BS & W centrifuge.

1.2. TEORI DASAR

Dalam suatu proses produksi, air dan padatan – padatan yang terbawa atau

ikut terproduksi bersama minyak, harus dipisahkan. Air yang terproduksi dapat

menggunakan proses pretinary. Sedangkan padatan yang ikut terproduksi

biasanya adalah pasir dan serpihan, itu dapat mengganggu alat produksi. Hal ini

disebabkan oleh karena batuan yang unconsolidate dan porous. Butir – butir ini

sedemikian kecilnya sehingga dapat lolos dan saringan dan mengendap dibawah

sumur. Untuk pemisahan zat – zat padat dari minyak berat yang penguapannya

rendah atau kecil sehingga fraksi minyak yang hilang kecil atau sedikit digunakan

metode centrifuge.

Pemisahan minyak dari air dan padatan pada waktu produksi mempunyai

maksud tertentu :

1. Mencegah korosi

2. Mencegah erosi

3. Mencegah terbentuknya scale

Ada dua macam centrifuge yang digunakan dalam industri perminyakan

yaitu shaples supercentrifuge dan de laval separotor. Penggunaan alat ini terutama

untuk ekstrasi padatan – padatan dalam minyak, di kilang. Alat ini juga digunakan

untuk emulsi minyak.

Dengan metode centrifuge ini, air yang densitasnya lebih besar atau lebih

tinggi berada di atas sedangkan minyak yang densitasnya lebih rendah berada

dibawahnya, pasir dan padatan yang lebih besar akan tertinggal dalam centrifuge.

Centrifuge ini mempunyai kelebihan, antara lain :

Page 17: Modul Praktikum AFR

a. Waktu yang diperlukan untuk memisahkan air dan minyak serta endapan

lain lebih singkat dari pada Dean and Stark method

b. Pemindahan alat sangat mudah dilakuka

c. Penguapan yang terjadi sangat kecil karena yang dipakai adalah sistem

tertutup

d. Methode yang dipakai ini sangat fleksibel didalam penggunaan produksi

yang berubah hanya mengurangi dan menambahkan unitnya.

Pada metode centrifuge kita dapat melihat apa saja yang terkandung atau

tercampur dalam crude oil tersebut. Diantaranya yaitu air, sedimen dan endapan.

Adapun sedimen dan endapan yang teramati dapat berbentuk seperti pasir atau

lumpur. Dalam percobaan, memungkinkan kita untuk mendapati water cut.

Adapun % water cut dalam setiap volume dapat kita cari manggunakan rumus :

% water cut = vol . Air centrifugal

vol total x 100%

Setelah mendapati % water cut, kita juga bisa mencari % oil cut, berikut

adalah rumus % oil cut :

% vol. Oil cut = % vol. Total - % water cut

Untuk % water cut sendiri memiliki batas, yaitu % max dari water cut yaitu

0,2 %. Setiap dibawah 0,2 % maka crude oil layak dimasukkan / dikirim ke tanki

dg terlebih dahulu melalui beberapa tes untuk memisahkan air dengan pasir

(apabila water cut terdapat pasir). Sedangkan untuk water cut yang lebih besar

dari 0,2 % maka perlu dilakukan pemisahan ulang lagi.

Adapun ketetapan lain yaitu, semakin tinggi viskositas, maka endapan akan

semakin banyak.

Selain demulsifier yang berguna untuk memisahkan minyak dari air, kita

juga bisa reverse yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak.

Page 18: Modul Praktikum AFR

Gelas Ukur Gelas sentrifugal

Gelas Kimia

Pipet Tetes

1.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

Alat :

Gelas sentrifugal

Gelas ukur 250 ml

Gelas ukur 50 ml

Gelas ukur 25 ml

Gelas kimia 100 ml

Corong

Pipet tetes

Bahan :

Crude oil 500 ml

Air formasi

Demulsifier

1.4. GAMBAR ALAT

Page 19: Modul Praktikum AFR

Corong Mesin BS & W

Gambar 3.1 Peralatan percobaan II

1.5. PROSEDUR PERCOBAAN

A.1. Pengaruh agitasi terhadap kestabilan emulsi

Siapkan 60 ml minyak mentah yang belum dipisahkan dengan air,

masukkan kedalam gelas kimia. Siapkan 40 ml air formasi.

Aduk minyak mentah dengan mixer perlahan – lahan, masukkan air

formasi perlahan – lahan juga dan kocok dengan mixer pada 250

RPM selama 3 menit. Pengocok harus konstan.

Kemudian masukkan kedalam gelas ukur. Amati pemisahan air dari

minyak setiap selang waktu 2 menit. Selama 40 – 60 menit.

Volume air komulatif Vs waktu dicatat.

A.2. Prosedur diatas diulangi untuk putaran 500 RPM

A.3. Prosedur diatas diulangi untuk putaran 750 RPM. Bandingkan

hasilnya !

B. Pengaruh ion – ion terdapat dalam air formasi terhadap kestabilan

emulsi :

Prosedur A.2 ( 500 RPM ) diulangi, tetapi air yang digunakan

adalah air murni

Bandingkan hasilnya dengan hasil A.3

Page 20: Modul Praktikum AFR

C. Pemecahan emulsi dengan cara kimia

Emulsi dibuat dengan prosedur A.3 ( 750 RPM )

Diamkan selama kira – kira 1 menit, 30 tetes demulsifer

ditambahkan kemudian.

Aduk kembali pada 750 RPM selama 3 menit

Masukkan kedalam gelas ukur. Amati tiap selang waktu 0,5 menit

selama 40 – 60 menit.

D. Pemecahan emulsi dengan cara centrifugal

Ulangi percobaan A.3 ( 750 RPM )

Masukkan kedalam gelas centrifugal, putar pada 1500 RPM selama

3 menit

Bandingkan hasilnya untuk waktu yang sama dengan metode

sebelumnya.

1.6. TUGAS

1. Apakah yang dimaksud dengan demulsifier ?

2. Apa yang dimaksud dengan reverse demulsifier ?

3. Jelaskan metode – metode untuk mencegah terjadinya emulsi !

4. Apa pengaruh viskositas terhadap terjadinya emulsi ?

Page 21: Modul Praktikum AFR

BAB IV

ANALISA KIMIAWI AIR FORMASI

1.7. TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan besarnya harga indeks stabilitas guna mengetahui

tingkat pengendapan perkaratan yang disebabkan oleh air formasi.

1.8. TEORI DASAR

Dalam mengeksploitasi minyak dari dalam reservoir, kita tidak hanya

mendapati minyak tetapi juga mengandung fluida lainnya. Diantaranya yaitu

minyak itu sendiri, gas dan air. Air disini merupakan air formasi. Air formasi

disebut pula dengan oil field water atau connate water atau intertitial water yaitu

air yang terproduksi bersama – sama dengan minyak dan gas, karena adanya gaya

dorong dari air ( water drive ) yang mengisi pori – pori yang ditinggalkan minyak.

Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon. Air formasi

diperkirakan berasal dari laut yang ikut terendapkan bersama dengan endapan

sekelilingnya. Karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak terjadi pada

lingkungan pengendapan laut.

Air formasi memiliki 2 sifat yaitu asam dan basa. Sifat asam mengakibatkan

korosi. Korosi adalah pengkaratan. Hal ini dapat menyebabkan pemproduksian

minyak terganggu. Bila air formasi yang bersifat asam tetap dialirkan maka dapat

merusak pipa. Hal ini dikarenakan air yang melengket di pipa – pipa yang

semakin lama semakin megeras dan mengakibatkan pengkaratan. Pengkaratan

yang dibiarkan terus menerus lama kelamaan pipa akan bocor dan minyak akan

meluber kemana – mana. Sehingga mengurangi hasil produksi minyak.

Sedangkan sifat air formasi yang basa, mengakibatkan terjadinya endapan.

Endapan dapat berbentuk pasir dan sedimen. Endapan dapat dihancurkan

menggunakan demulsifier. Endapan sendiri dapat mengakibatkan merusak

produksi minyak yang dihasilkan. Dalam artian, minyak yang mengandung

endapan akan memperburuk minyak yang dihasilkan. Adapun kandungan utama

Page 22: Modul Praktikum AFR

dalam air formasi ini adalah unsur K (kalium), Na (Natrium) dan Cl (Chlor)

dijumpai dalam jumlah yang sangat banyak

Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses

produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga

mempunyai kegunaan cukup penting, antara lain :

1. Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu

sumur.

2. Untuk mengetahui adanya scale formation.

3. Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan

yodium dan barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk

mengetahui adanya reservoir minyak yang cukup besar.

Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah :

1. Adanya korosi

2. Adanya solid deposit

3. Adanya scale formation

4. Adanya emulsi

5. Adanya kerusakan formasi

1.9. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

Alat :

Gelas ukur 10 ml, 25 ml, 100 ml dan 500 ml

Gelas kimia 100 ml, 250 ml dan 500 ml

Labu buret

Corong

Erlenmeyer

Statif

Ph meter

Pipet tetes

Page 23: Modul Praktikum AFR

Bahan :

NaOH

Air formasi

Metyl Orange

Phenolptaline

K2CrO4

AgNO3

H2SO4

Larutan buffer pH 10 + indikator

Larutan buffer calver + tepung indikator calser II

1.10. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Penentuan pH

1. Dengan menggunakan pH meter dapat langsung menentukan harga

pH dari sample.

2. Dengan alat ukur elektrolit, kalibrasi sebelum digunakan dengan cara

mengisi botol dengan larutan buffer yang telah diketahui harga pH

nya, memasukkan elektroda pada botol yang berisi larutan buffer.

Memutar tombol kalibrasi sampai digit menunjukkan harga pH

larutan buffer

3. Mencuci botol elektrodanya sebelum digunakan untuk menguji

sample dengan air destilasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi.

A. Penentuan alkalinitas

Alkali dari suatu cairan bisa dilaporkan sebagai ion CO3−2, HCO3

−¿ ¿, dan

OH−¿¿, dengan mentitrasi sample dengan larutan asam lemah dan

larutan indicator. Larutan penunjuk (indicator) yang digunakan dalam

penentuan kebasahan CO3−2 dan OH−¿¿, adalah phenolptalein (PP),

sedangkan metyl orange (MO) digunakan sebagai indicator dalam

penentuan HCO3−¿ ¿

.

Prosedur percobaan

Page 24: Modul Praktikum AFR

1. Mengambil contoh air pada gelas titrasi sebanyak 1 cc dan

menambahkan larutan phenolptalein (PP) sebanyak 2 tetes.

2. Mentitrasi dengan larutan H2SO4 0,02 N sambil digoyang. Warna

akan berubah dari pink menjadi jernih. Mencatat jumlah larutan

asam tersebut sebagai Vp

3. Menetesi lagi dengan 2 tetes metil orange, warna akan berubah

menjadi orange.

4. Mentitrasi lagi dengan H2SO4 0,02 N sampai warna menjadi

merah / merah muda. Mencatat banyaknya larutan asam total

yaitu : jumlah asam (2) + asam 4 sebagai Vm.

Perhitungan

Kebasahan P = Vp / banyaknya cc contoh air

Kebasahan M = Vm / banyaknya cc contoh air

Penentuan untuk setiap ion dalam mili eqivalen (me/ L) dapat

ditentukan dari table berikut :

HCO3−¿ ¿ CO3

−¿¿OH−¿¿

P = 0 M x 20 0 0

P = M 0 0 20 x P

2P = M 0 40 x P 0

2P < M 20 x ( M – 2P ) 40 x P 0

2P > M 0 40 x ( M – P ) 20 x ( 2P – M )

Tabel 4.1 Klasifikasi konsentrasi ion

B. Penentuan kalsium dan magnesium

Penentuan kesadahn total

1. Mengambil 20 ml air suling dan menambahkan 2 tetes larutan

buffer kesadahan total dan 1 tetes indicator, warna harus biru asli

(jernih).

2. Menambah 5 ml contoh air, warna akan berubah merah.

Page 25: Modul Praktikum AFR

3. Mentitrasi dengan larutan kesadahan total hingga warna kembali

jernih, mencatat volume pentitrasi.

4. Perhitungan :

Bila menggunakan larutan 1 ml = 2 epm

Kalsium, me / L = ml titer x2

mlcontoh air

Bila menggunakan larutan 1 ml = 20 epm

Kalsium, me / L = ml titer x20mlcontoh air

Konversi kadar Ca dalam mg / L = Ca, mg / L x 20

Penentuan kasium (Ca)

1. Mengambil 20 ml air suling, menambahkan 2 tetes larutan buffer

calver dan 1 tepung indicator calcer II, warna akan berubah

menjadi cerah.

2. Menambahkan 5 cc air yang dianalisa. Bila ada Ca larutan yang

berubah menjadi kemerahan

3. Mentitrasi dengan larutan kesadahan total 20 epm, warna akan

berubah jernih, mencatat volume titrasi.

Penentuan magnesium (Mg)

Magnesium, me / L = ( kesadahan total, me / L) – ( kalsium, me / L)

= magnesium, me / L x 12,2

C. Penentuan klorida

1. Mengambil 20 ml air sample, menambahkan 5 tetes K2CrO4, warna

akan menjadi bening.

2. Mentitrasi dengan larutan AgNO3 1 ml = 0,001 g Cl sampai warna

coklat kemerahan, mencatat volume pentitrasi.

3. Jika menggunakan AgNO3 0,001 N :

Kadar Cl, mg / L = ml titer x1000mlcontoh air

Page 26: Modul Praktikum AFR

D. Penentuan sodium

1. Mengkonversikan mg / L anion dengan me / L dan menjumlahkan

harganya.

2. Mengkonversikan mg / L kation menjadi me / L dan menjumlahkan

harganya

3. Kadar sodium (Na), mg / L = (anion – kation) x 23

E. Grafik hasil analisa air

Hasil analisa air sering dinyatakan dengan bentuk grafik. Kita dapat

menandai perbedaan dari contoh air dengan membandingkan dua macam

contoh air (atau lebih) dari grafik tersebut

F. Perhitungan indeks stabilitas CaCO3

Indeks stabilitas ini didapat dengan memplotkan jumlah harga tenaga

ion dengan Ca dan CO3 pada grafik yang telah disediakan, bila indeks

berharga positif berarti air sample memiliki gejala membentuk endapan dan

apabila bernilai negatif bersifat korosif.

1.11. TUGAS

1. a. Apa yang dimaksud dengan reaksi penetralan / penggaraman ?

b. Apakah yang dimaksud dengan reaksi pengenceran ?

c. Apakah yang dimaksud dengan titrasi ?

2. a. Apa yang dimaksud dengan scale formation ?

b. Apakah yang dimaksud dengan skin formation ?

Page 27: Modul Praktikum AFR

BAB V

PENENTUAN VISCOSITAS

4.1. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan konstanta alat viscometer ostwald.

2. Menentukan viscositas fluida dengan Ostwald dan Redwood Viskometer

4.2. TEORI DASAR

Viskositas adalah keengganan suatu minyak untuk mengalir. Viskositas

terbagi menjadi Viskositas kinematik, merupakan viskositas yang dipengaruhi

oleh gaya gravitasi dan Viskositas dinamik, merupakan viskositas yang tidak

dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi.

Viskositas dapat diukur dengan alat yang disebut Viskosimeter. Contoh

peralatan viskosimeter yang sering digunakan adalah Rolling Ball Viscosimeter,

Redwood Viscosimeter dan Ostwald Viscosimeter.

Viscositas fluida newtonian yang mengalir melalui pipa diukur berdasarkan

persamaan pouseulle :

= π . r2 .t .∆P

8.V . L

Dimana :

= Viskositas (poise)

r = Jari – jari pipa kapiler (cm)

t = Waktu pengaliran (detik)

P = Tekanan (dyne / cm)

V = Volume cairan (cc)

L = Panjang pipa kapiler (cm)

Ada bermacam – macam viskometer tipe pipet yang dapat digunakan untuk

menentukan viskositas kinematis, baik untuk produk minyak yang tembus

pandang (transparan) maupun tidak. Adapun rumus yang digunakan untuk

menghitung viskositas kinematis adalah :

Page 28: Modul Praktikum AFR

kin = C . t

Dimana :

kin = Viskositas kinematik (poise)

C = Konstanta alat oswald (centi stroke / detik)

t = Waktu pengaliran (detik)

Untuk menjamin agar aliran cairan dalam pipa kapiler viskometer laminer,

harus digunakan viskometer yang mempunyai ukuran pipa kapiler sedemikian

sehingga waktu alir lebih dari 200 detik. Pada dasarnya pengukuran viskometer

kinematis produk minyak bumi adalah mengukur waktu alir produk minyak bumi

yang mempunyai volume tertentu melalui pipa kapiler viskometer pada suhu

tertentu. Selain viskositas kinematik ada lagi yang dikenal dengan viskositas

dinamis. Untuk menghitung viskositas dinamis digunakan rumus di bawah ini :

din = d . kin

Dimana :

d = Specific gravity

Disamping viskometer tipe pipet diatas, viskositas minyak bumi dan

produknya pernah ditentukan dengan menggunakan viskosimeter saybolt, namun

uji ini sekarang sudah tidak digunakan. Kekentalan saybolt adalah waktu alir

dalam detik, yang diperlukan untuk mengalir contoh sebanyak 60 cc dari suatu

tabung viskosimeter pada suhu tetap melalui lubang (orifice) yang telah

dikalibrasi yang terdapat pada dasar tabung viskosimeter.

Tetapi penentuan viskositas absolute secara langsung adalah hal yang sulit,

karena beberapa faktor yang sulit dipenuhi.

Prinsip pengukuran viskositas adalah mengukur waktu yang diperlukan

cairan untuk mengalir dalam jumlah tertentu melewati pipa kapiler dengan

panjang tertentu yang disebabkan dorongan gravitasi. Dengan menggunakan alat

Page 29: Modul Praktikum AFR

Gelas Kimia Picnometer

yang sama ditentukan waktu yang diperlukan fluida – fluida lainnya untuk

mengalir melewati pipa kapilernya.

4.3. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

Alat :

Gelas Kimia 250 ml

Gelas Kimia 100 ml

Picnometer 25 ml

Redwood Viskosimeter

Viskosimeter Oswald

Thermometer

Table ASTM

Stopwatch

Bola Karet

Pemanas Listrik

Corong

Gelas Ukur 25 ml

Bahan :

Crude Oil 250 ml

Gliserin 25 %

Gliserin 50 %

Gliserin 75 %

Minyak Rem

Bensin

4.4. GAMBAR ALAT

Page 30: Modul Praktikum AFR

Corong

Stopwatch

Gelas Ukur

Pemanas Listrik

Gambar 5.1 Peralatan percobaan IV

4.5. PROSEDUR PERCOBAAN

Page 31: Modul Praktikum AFR

4.5.1. Menentukan Viskositas dengan Viscisimeter Oswald

A. Menentukan Viskositas Cairan

1. Sebagai larutan standart dipakai air.

2. Siapkan Viskosimeter Oswald yang bersih dan kering.

Masukkan 10 cc air yang telah diukur suhunya ke dalam

Viskosimeter. Tunggu sampai temperature air dan alat benar-

benar sama.

3. Hisap cairan dalam Viskosimeter dengan bola karet sampai

cairan berada kira-kira 1 mm diatas batas semula.

4. Ukur waktu pengaliran air untuk melewati batas-batas yang

tertera pada batas Oswald. Jika waktu pengaliran lebih kecil dari

200 detik, pilih viskosimeter yang lebih kecil dan ulangi

prosedurnya.

Catatan : Densitas larutan diukur pada temperature yang sama

dengan yang digunakan untuk mengukur waktu

pengaliran.

B. Menentukan Densitas Gliserin

1. Buat 40 ml larutan = 25%, 50% dan 75% gliserin dalam air.

2. Timabng picnometer kosong.

3. Isi picnometer dengan larutan dan timbang.

4. Selisih berat picnometer yang berisi larutan dan picnometer

kosong adalah berat larutan.

5. Karena volume picnometer diketahui, maka densitas larutan

dapat dicari.

6. Densitas masing-masing larutan kemudian dapat diketahui.

4.5.2. Menentukan Viscositas dengan Redwood Viscosimeter

Page 32: Modul Praktikum AFR

1. Panaskan crude oil 250 ml selama 1 jam denga temperature 110 ᵒF

lalu dinginkan hingga temperature 90 ᵒF.

2. Bersihkan Oil Cup dengan bensin, heater lalu dinginkan. Kemudian

masukkan sample kedalam Oil Cupsampai batas.

3. Sample dipanaskan beberapa derajat diatas suhu percobaan, begitu

pula water bath.

4. Tempatkan flash dibawah orifice.

5. Bila temperature sample telah konstan pada suhu percobaan, catat

waktu pengaliran 50 cc sample dengan cara membuka valvedan

menjalankan stopwatch.

6. Matikan stopwatch jika sample mencapai 50 cc.

7. Ulangi percobaan diatas pada temperature 100, 110, 130, 150, 180

dan 210 ᵒF.

4.1. TUGAS

1. Selain viscometer oswald, dan viskometer redwood adakah alat yang dapat

mengukur viskometer ?

2. Apa yang dimaksud dengan viskositas index dan viskositas absolut ?

3. Dik : d = 4 inc

P1 = 10 atm

P2 = 25 atm

V = 100 ml

L = 3 feet

t = 2 menit

Dit : ?

BAB VI

Page 33: Modul Praktikum AFR

PENYULINGAN MINYAK MENTAH

6.1 TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan titik didih serta hasil destilasi minyak mentah.

6.2 TEORI DASAR

Destilasi berfraksi adalah penyulingan serta pengembunan kembali berbagai

macam cairan yang yang mempunyai titik didih berbeda-beda. Yang memiliki

titik didih berlebihan antara alin : gas, bensin (benzene), kerosin. Minyak diesel

(solar), pelumas ringan, pelumas berat dan crude oil ini terdiri dari bermacam-

macam fraksi dengan titik didih yang berlainan ditentukan oleh banyak dan

homolognya.

Dengan penyulingan minyak juga dapat diketahui jenis minyak dengan

mencari API dari crude oil yang dihasilkan. Adapun rumus °API adalah :

Adapun 3 jenis minyak yang terbagi berdasarkan besar °API, antara lain :

Low shrinkage oil, memiliki oil gravity <15 °API

Black oil, memilki gravity = 15 s/d 40 °API

High shrinkage oil, memiliki oil gravity 14-55 °API

Initial boiling point juga berfungsi menentukan jenis minyak yang

diproduksi. Misalnya, apabila initial boiling point terjadi pada suhu 290 °C, maka

minyak yang dihasilkan tergolong minyak solar. Pada suhu °200 C, maka minyak

yang dihasilkan tergolong pada minyak bensin, begitu juga selanjutnya.Berikut

adalah pembagian jenis minyak berdasarkan carbon yang terkandung :

C1 – C4 = Gas

C5 – C10 = Bensin

C11 – C13 = Kerosin

C14 – C17 = Solar

C18 – C25 = Destilasi Minyak Ringan

C26 – C35 = Destilasi Minyak Berat

C36 – C60 = Residu

Page 34: Modul Praktikum AFR

Flash Destilation + KondensorThermometer

Setelah kotoran,air dan gas dipisahkan dari crude oil maka selanjutnya crude

oil akan ses untuk mendapatkan apa yang disebut “PETROLEUM PRODUCT”.

Proses yang digunakan meliputi :

Physical processing

Chemical processing

Refining processing

Dalam percobaan inin hanya dipakai metoda Physical processing yaitu

destilasi berfraksi. Jika tekanan barometer tidak menunujukan 760 mmHg, maka

setiap pengukuran destilat perlu dilakukan koreksi temperature begitu juga

pressure loss untuk pembacaan celcius.

6.3 ALAT & BAHAN PERCOBAAN

Alat :

Flash Destilation

Kondensor

Thermometer

Alat pemanas listrik

Gelas ukur 20 mL

Picnometer

Neraca digital

Bahan :

Crude Oil 250 mL

6.4 GAMBAR ALAT

Page 35: Modul Praktikum AFR

Pemanas Listrik Neraca Digital

Gambar 6.1 Peralatan percobaan V

6.5 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Ambil sample sebanyak 75 cc

2. Tentukan SG sample dan harga API pada kondisi lab, dengan

picnometer 25 cc.

3. Timbang flash kosong + thermometer.

4. Timbang flash berisi sample + thermometer.

5. Bersihkan dan keringkan gelas ukur, letakkan gelas ukur tersebut

sedemikian rupa sehingga ujung outlet masuk sedikit ke dalam gelar

ukur penampung destilat. Tutup gelas ukur untuk mencegah agar uap

tidak keluar dari tabung.

6. Sirkulasikan cairan pendingin melalui kondensor.

7. Jalankan pemanasan dan atur kuat panasnya perlahan-lahan, supaya

cairan destilasi menetes dengan speed (kecepatan) + tetes/detik.

8. Amati temperatture sampai mencapai “Initial Boiling Point”.

Page 36: Modul Praktikum AFR

9. Setelah initial boiling point tercapai, amati volume destilat untuk setiap

kenaikan temperature 25˚ C, sampai tercapai final atau “End Boiling

Point”.

10. Hentikan pemanasan pada end boiling point dan biarkan cairan destilat

menetes pada gelas ukur.

11. Setalah pendinginan, catat volume total destilat.

12. Timbang flash + residu + thermometer.

13. Ukur SG residu dengan picnometer (10 mL) pada kondisi laboratorium.

14. Ukur temperature dan tekanan udara laboratorium selama percobaan

6.6 TUGAS

1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan cracking ?

2. Apakah yang dimaksud dengan refinery ?

3. Jelaskan proses yang terjadi pada Gathering System dan Refinery Unit, buat

komponen-komponennya dan serta flow prosesnya secara sederhana!

4. Jelaskan pengaplikasian percobaan crude oil destilation di dunia Migas

5. Apakah yang dimaksud dengan gas condensate ?

Page 37: Modul Praktikum AFR

BAB VII

PENENTUAN FLASH POINT DAN FIRE POINT

7.1 TUJUAN PERCOBAAN

Untuk menentukan titik nyala (flash point) dengan menggunakan Tag Close

Tester dari cairan-cairan yang mempunyaiviskositas kurang dari 5,5 cst (pada

25°C) dan titik nyala dibawah 200 °F, kecuali cairan – cairan yang cenderung

membentuk surface film dibawah kondisi percobaan dan material-material yang

mengandung suspended solid. Untuk keadaan-keadaan terakhir ini digunakan alat

Pneskey martens.

7.2 TEORI DASAR

Flash point atau titik nyala adalah suhu terendah dimana minyak (uap

minyak) dan produknya dalam campuran dengan udara akan menyala apabila

terkena percikan api kemudian mati kembali.

Minyak bumi yang mempunyai flash point terendah akan membahayakan,

karena minyak tersebut mudah terbakar. Apabila minyak tersebut mempunyai titik

nyala tinggi juga kurang baik, karena akan susah mengalami pembakaran. Tetapi

kalau ditinjau dari segi keselamatan maka minyak yang baik mempunyai flash

point yang tinggi karena tidak mudah terbakar.

Fire point adalah suhu terendah dimana uap minyak bumi dan produknya

akan menyala dan terbakar secara terus- menerus kalau terkena nyala api pada

kondisi tertentu.

Flash point ditentukan dengan jalan memanaskan sample dengan pemanasan

yang tetap, setelah tercapai suhu tertentu nyala penguji (test flame) diarahkan

pada permukaan sample. Test flame ini terus diarahkan pada permukaan sample

dengan berganti-ganti sehingga mencapai atau terjadi semacam ledakan karena

adanya tekanan dan api yang terdapat pada test flame akan mati. Inilah yang

disebut dengan flash point.

Penetuan fire point ini sebagai kelanjutan dari flash point dimana apabila

contoh akan terbakar / menyala kurang lebih lima detik maka lihat suhunya

Page 38: Modul Praktikum AFR

sebagai fire point. Penentuan titik nyala tidak dapat dilakukan pada produk-

produkyang volatile seperti gasolin dan solven-solven ringan, karena mempunyai

flash point dibawah temperatur normal.

Semula penentuan flash point dan fire point ini dimaksudkan untuk keamanan

dimana orang yang bekerja tanpa kuatir akan terjadinya kebakaran, tetapi

perkembangannya yaitu dapat mengetahui mudah tidaknya minyak tersebut

menguap.

Koreksi untuk tekanan Barometer :

Tekanan Barometer dicatata pada saat akhir percobaan, bila tekanan tidak sama

dengan 760 mmHg (101,3 kPa), titik nyala dapat dikoreksi sebagai berikut :

a. Cc = C + 0,25 ( 101,3 – P )

b. Cc = F + 0,06 ( 760 – P )

c. Cc = C + 0,0033 ( 760 – P )

Dimana : F = titik nyala yang diamati ( °F )

C = titik nyala yang diamati ( °C )

P = tekanan Barometer ( mmHg , kPa )

7.3 ALAT & BAHAN

Alat :

Tag Close Tester

Gelas Kimia 100 ml

Gelas Ukur 10 ml

Gelas Ukur 50 ml

Alumunium Foil

Termometer

Bahan :

Crude Oil 100 ml

Page 39: Modul Praktikum AFR

Gelas Kimia Tag Close Tester

Gelas Ukur

Thermometer

Aluminium foil

7.4 GAMBAR ALAT

Gambar 7.1 Peralatan percobaan VI

Page 40: Modul Praktikum AFR

7.5 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Isi bath dengan air sampai batas maksimum

2. Tuangkan dengan hati-hati 50 ml sample kedalam cup yang sebelumnya

telah dibersihkan. Kemudian pasang penutup (lid) bersama termometer

pada tempatnya.

3. Hidupkan penyala, atur hingga nyala baik dan konstan.

4. Atur pemanas sample sedapat mungkin sampai diperoleh lagi kenaikan

temperature 1 °C

5. Untuk mendapatkan titik nyala, arahkan lidah api kedalam cup dengan

cepat (tidak lebih dari 1 detik)

6. Ulangi langkah 5 pada setiap kenaika 1 ° hingga diperoleh titik nyala

7. Bila titik nyala telah diperoleh ( uap sample cup menyala ) hentikan

pemanasan. Catat titik nyala yang diperoleh.

8. Ulangi langkah 2 sampai dengan 7 untuk sample-sample yang lain.

9. Catat tekanan barometernya

7.6 TUGAS

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya flash point ?

2. Apa hubungan flash point dengan kualitas minyak ?

3. Apakah faktor sehingga seringkali tidak ditemukannya fire point ?

Page 41: Modul Praktikum AFR

BAB VIII

PENENTUAN COULD POINT, COLD POINT DAN POUR POINT

8.1 TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan titik kabut (cloud point) untuk minyak mentah.

2. Menentukan titik tuang (pour point)untuk minyak mentah.

3. Menentukan titik beku untuk minyak mentah.

8.2 TEORI DASAR

Pada perjalanan dari formasi menuju permukaan, minyak bumi mengalami

penurunan temperatur. Apabila hal ini tidak diwaspadai, maka akan terjadi

pembekuan minyak di dalam pipa, sehingga tidak bisa lagi untuk mengalir.

Penurunan temperatur ini akan memyebabkan suatu masalah yang akan menjadi

besar akibatnya apabila tidak segera diatasi.

Harus diketahui dimana minyak mengalami perubahan temperatur, agar

dapat mengetahui atau mengantisipasi dan mengambil tindakan yang terbaik agar

minyak dapat ditranspotasikan secara lancar dari formasi ke permukaan sesuai

dengan kebutuhan. Untuk mengatasi hal tersebut di atas, kita dapat mengambil

sample minyak formasi dan mengadakan uji coba untuk mengetahui titik kabut,

titik beku, dan titik tuang minyak tersebut.

Salah satu sifat hampir semua minyak adalah membeku menjadi semi fluid

atau massa solid yang sukar bergerak jika padanya terjadi penurunan temperature.

Test titik kabut umumnya dilakukan pada minyak yang dihasilkan dengan

destilasi. Test ini menentukan temperatur dimana Wax (lilin paraffin) mulai

mengkristal dan terpisah dari minyak membentuk semacam kabut tipis.

Test ini dilakukan untuk menentukan temperature dimana minyak tidak

dapat mengalir lagi. Besarnya pour point berbeda – beda untuk setiap tipe minyak

tergantung pada komposisi zat yang dikandungnya. Untuk melaksanakan test ini,

sample minyak ditempatkan pada botol yang dilengkapi termometer. Kemudian

sample dan yar diletakkan pada mesin pendingin untuk diamati temperature dan

fluidanya. Untuk menentukan titik kabut, sample diamati pada tiap penurunan

Page 42: Modul Praktikum AFR

temperature 2 ˚F (-16.6667 ˚C) hingga terbentuk endapan (kabut). Sedangkan

untuk titik tuang, sample diamati pada tiap penurunan suhu 5 ˚F (-15 ˚C) hingga

minyak tidak mengalir lagi jika dituangkan.

Cloud point, cold point dan pour point sendiri dilakukan untuk

memperkirakan jumlah lilin yang terdapat dalam minyak. Hal ini dikarenakan

semakin rendah suatu suhu, maka minyak akan cepat membeku. Seperti yang

dijelaskan sebelumnya, dapat kita simpulkan semakin rendah titik kabut maka

makin banyak kandungannya dan sebaliknya. Untuk pour point dalam

pengaplikasiannya digunakan untuk mengetahui titik tuang dari crude oil tersebut,

sehingga lilin yang terkandung dapat dipisahkan dari minyak.

Cloud point dapat diketahui dari pengamatan yang dilakukan . dalam

pengaplikasiannya cloud point digunakan untuk mengetahui pada temperature

berapa minyak akan membeku. Temperatur tersebut digunakan untuk diterapkan

pada pipa minyak. Temperature pipa diatur sehingga minyak yang terdapat dipipa

tidak membeku dan menyumbat minyak untuk mengalir.

Untuk titik tuang (pour point) akan dipengaruhi oleh rantai karbon. Semakin

panjang rantai karbon, titik tuangnya akan semakin tinggi, titik tuang akan terjadi

apabila suhu diatas suhu cloud point dan cold point.

Cloud point timbul karena adanya Kristal - kristal ( padatan ) didalam bahan

bakar. Walaupun bahan bakar masih bisa mengalir. Pada titik ini keberadaan

kristal didalam bahan bakar dapat mempengauhi kelancaran aliran bahan bakar

didalam filter, pompa, dan injector.

Hubungan cloud point, cold point serta pour point sendiri terhadap

viscositas adalah semakin rendah viscositas maka semakin tinggi temperaturnya.

Hal ini disebabkan karena komposisi di minyak berupa fraksi ringan, maka

minyak akan semakin ringan dan mudah mengalir. Dari hasil tersebut dapat

disimpulkan kalau minyak tersebut tergolong minyak yang bagus atau minyak

ringan.

Page 43: Modul Praktikum AFR

Thermometer Water Bath

Tabung Reaksi Corong

8.3 ALAT & BAHAN

Alat :

Water Bath

Termometer

Tabung Reaksi

Corong

Stopwatch

Pemanas

Aluminium Foil

Bahan :

Crude Oil 100 ml

Es Batu

Garam

8.4 GAMBAR ALAT

Page 44: Modul Praktikum AFR

Stopwatch Pemanas Listrik

Gambar 8.1 Peralat percobaan VI

8.5 PROSEDUR PERCOBAAN

Penentuan Titik Kabut ( Cloud Point ) dan Titik Beku ( Cold Point )

a. Mengambil sample dan memasukkannya ke dalam tube sampai garis

batas.

b. Menyiapkan es batu kemudian menambahkan garam secukupnya untuk

agar es batu tidak cepat mencair.

c. Memasukkan thermometer ke dalam bath.

d. Mengamati temperatur dan kondisi sample yang diteliti setiap 3 menit.

e. Mencatat pembacaan temperatur ( dalam celcius atau Fahrenheit ) pada

saat terjadinya kabut atau disebut juga Cloud Point.

f. Kemudian melanjutkannya sampai sample diyakini telah membeku atau

Cold Point.

Penentuan Titik Tuang ( Pour Point )

a. Setelah mendapatkan titik beku, mengeluarkan tube yang berisi sample

dari dalam bath pada kondisi sample masih beku.

b. Mendiamkan pada temperatur kamar.

c. Mengamati perubahan temperatur pada saat seluruh sample dapat

dituangkan. Melaporkan temperatur tersebut sebagai Pour Point.

Page 45: Modul Praktikum AFR

8.6 TUGAS

1. Jelaskan definisi cloud point, cold point dan pour point !

2. Apakah hubungan cloud point, cold point dan pour point dengan kualitas

hidrokarbon?

3. Jelaskan faktor - faktor yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya uji

penentuan percobaan ini ?

4. Buatlah contoh aplikasi dari uji lab ini di lapangan !

5. Berikanlah pendapat anda mengenai hasil uji lab yang telah dilakukan !