Modul Prakt Akustik Vibrasi D3 2013

14
PETUNJUK PRAKTIKUM INSTRUMENTASI AKUSTIK DAN VIBRASI LABORATORIUM REKAYASA AKUSTIK DAN FISIKA BANGUNAN JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

description

sdsadsdsdssdsadsddssadsdsadadsadsad

Transcript of Modul Prakt Akustik Vibrasi D3 2013

PETUNJUK PRAKTIKUM

INSTRUMENTASI AKUSTIK DAN VIBRASI

LABORATORIUM REKAYASA AKUSTIK DAN FISIKA BANGUNAN

JURUSAN TEKNIK FISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2013

Sumber

bunyi

r

R

PERCOBAAN P-1 TINGKAT TEKANAN BUNYI (TTB) FUNGSI JARAK

LATAR BELAKANG

Dalam peristiwa sehari-hari telah diketahui bahwa semakin jauh seseorang dari orang lain

yang memanggilnya, maka semakin lemah suara yang didengarnya. Oleh karena itu bila

kita memanggil orang yang posisinya sangat jauh dari kita, maka kita harus memperkeras

suara kita (berteriak). Ini berarti bahwa tingkat tekanan bunyi semakin berkurang dengan

bertambahnya jarak dari sumbernya. Berapakah pengurangan tingkat tekanan bunyi

dengan bertambahnya jarak dari sumber bunyi ?. Prinsip pengurangan tingkat tekanan

bunyi terhadap jarak ini akan dimanfaatkan untuk merancang akustik suatu bangunan

misalnya masjid dan teater.

TUJUAN

1. Mahasiswa memahami cara menggunakan intrumentasi pengukur bunyi (tingkat

tekanan bunyi)

2. Membuktikan teori bahwa Tingkat Tekanan Bunyi (TTB) akan berkurang 6 dB

bila jarak dari sumber bunyi bertambah menjadi 2 x.

TEORI

Sumber bunyi titik mempunyai pola penyebaran gelombang berbentuk bola, sehingga

intensitas gelombang bunyi dapat dituliskan :

Intensitas,

dengan W = daya bunyi Watt, merupakan karakteristik sumber bunyi

d = jarak, dan 4 d2 adalah luas bola dengan jari-jari d

Untuk jarak r dan R dari sumber bunyi titik, maka titik-titik tersebut terletak pada

permukaan bola dengan jari-jari r dan R, seperti terlihat pada gambar di bawah. Luas

masing-masing bola konsentris tersebut adalah 4 r2 dan 4 R

2.

2d 4 I

W

Pada jarak d = r, Tingkat Tekanan Bunyinya = Lpr

Pada jarak d = R, Tingkat Tekanan Bunyinya = LpR

Karena dan maka

Ir dan IR = Intensitas pada jarak r dan R dari sumber.

Dari definisi Tingkat teknan bunyi dan intensitas bunyi pada Bab I, maka dapat ditulis :

dan

maka :

Kalau R = 2r, maka

sehingga

LpR = Lpr - 6 dB

Jadi setiap penambahan dua kali jarak, tingkat tekanan bunyi berkurang sebesar 6 dB,

untuk sumber bunyi yang pola penyebarannya berbentuk bola.

Pengurangan tersebut akan menjadi lebih dari 6 dB bila disekitar sumber bunyi terdapat

rumput-rumputan, semak-semak atau penghalang lainnya.

ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN

1. Sound Level Meter (alat ukur tingkat tekanan bunyi)

2. Roll meter

3. Laptop

4. Speaker aktif

5. sumber bunyi (berupa file untuk dimainkan di laptop/PC)

2

2

R

r

r

R

I

I

2rr 4

I

W

ref

r

rpI

I log 10 L

ref

R

RpI

I log 10 L

R

r

RprpI

I log 10 L - L

2

2

r

R log 10

r

R log 20 LP - LP Rr

63010,0202log20r

2r log 20 L - L pRpr x

2RR 4

I

W

CARA MELAKUKAN PERCOBAAN

1. Rangkai peralatan seperti pada gambar 1.

2. Copilah file ”sumber bunyi.mp3” pada laptop atau PC yang akan digunakan

sebagai percobaan.

3. Mainkan file ”sumber bunyi.mp3” pada laptop/PC dengan software

Winamp/window media player/software lainnya, dengan mode looping, sehingga

akan berbunyi terus menerus tanpa henti.

4. Ukur tingkat tekanan bunyi pada jarak 1 meter dari sumber bunyi (speaker aktif),

dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM)

5. Ulangi langkah 3. untuk jarak 2 meter, 3 meter, 4 meter, 5 meter, 6 meter, 7

meter, 8 meter, 10 meter, 12 meter, dan16 meter.

Gambar 1. : Rangkaian peralatan

percobaan P-1

TUGAS LAPORAN RESMI

1. Buatlah grafik TTB fungsi jarak, mulai jarak 1 m, 2 m, 3 m, dst sampai 16 m.

Apakah grafiknya merupakan fungi linier (TTB berbanding lurus dengan jarak) ?.

2. Buatlah grafik TTB fungsi jarak, untuk jarak 1 m, 2 m, 4 m, 8 m, dan 16 m.

Apakah terbukti bahwa dengan bertambahnya jarak menjadi 2x, TTB nya

berkurang 6 dB, seperti yang tertulis dalam teori. Apakah penyebabnya ?.

PERCOBAAN P-2 VIBRASI dan JENIS KERUSAKAN POMPA AIR

2.1 Pengertian Getaran

Getaran merupakan gerakan bolak balik melewati titik setimbang. Model sederhana

dari getaran dapat digambarkan sebagai sebuah pegas yang bergerak naik turun melewati

titik setimbangnya (Gambar 2.1)[1]

Gambar 2.1 Model Getaran Sederhana

[1]

Gerak tersebut merupakan gerak periodik dan harmonik, dimana hubungan antara

simpangannya (X) dengan massa (m) dan waktu (t) dapat dilihat dalam persamaan sinus:

0 sinX X t (2.1)

Selain simpangan (displacement) ada dua besaran lainnya yang digunakan untuk

menganalisa vibrasi, yakni kecepatan (velocity) dan percepatan (acceleration).

0. .cosdX

V X tdt

(2.2)

2

0. .sindV

a X tdt

(2.3)

Bentuk gelombang dari ketiga komponen besaran vibrasi tersebut dapat ditunjukkan

gambar 2.1 dimana simpangan menunjukkan kurva sinus, kecepatan menunjukkan kurva

cosinus dan percepatan kembali menunjukkan kurva sinus.

Gambar 2.2 Waveform Simpangan, Kecepatan dan Percepatan

[1]

Tiga terminologi utama untuk menggambarkan sinyal vibrasi adalah amplitudo,

frekuensi dan phase. Amplitudo merupakan simpangan maksimum getaran, pada Gambar

2.2 disimbolkan dengan X0. Amplitudo diukur dengan tiga cara, displacement (mills,

micron), velocity (ips, mm/s) dan acceleration (g, mm/s2, inch/s

2). Frekuensi merupakan

banyaknya getaran yang terjadi dalam satu satuan waktu (sekon/detik). Satuan frekuensi

adalah Hz, cps, cpm dan RPM. Phase adalah perbedaan posisi dari vibrasi sebuah titik

relatif terhadap titik referensi yang diam atau relatif terhadap titik lain yang bergetar

(Raharjo Dwi,2006).

Gambar 2.3 Amplitudo, Frekuensi dan Phasa

[1]

Pada gambar 2.3 diatas ditunjukkan amplitudo, frekuensi (sumbu-x) dan phase (beda

antara kurva merah dan hitam). Ketiga terminologi tersebut dapat digunakan untuk

mencari karakteristik dari suatu getaran. Dengan melakukan analisa sinyal vibrasi dari

suatu getaran akan diperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menentukan kondisi

mesin.

2.2 Pengukuran Vibrasi

Secara umum sistem pengukuran dapat digambarkan dalam blok diagram sebagai

berikut:

Sensing

Element

Signal

Conditioning

Element

Signal

Processing

Element

Data

Presentation

Element

input output

True

valueMeasured

valueGambar 2.4 Diagram Blok

Sistem Pengukuran [1]

Pada pengukuran vibrasi sinyal input berupa getaran mekanik diubah oleh tranduser

menjadi sinyal tegangan kemudian ditransmisikan keelemen pengkondisi sinyal, diproses

oleh elemen pemroses sinyal dan akhirnya ditampilkan dalam bentuk data angka maupun

grafik (spektrum, waveform dan trend).

Sesuai dengan tiga besaran pada vibrasi maka tranduser yang digunakan untuk tugas

akhir dalam pengukuran vibrasi adalah :

Accelerometer

Accelerometer merupakan tranduser yang paling sering dipakai karena

fleksibilitasnya dan range frekuensinya tinggi. Biasanya berupa piezolelectric yang

terdiri dari kristal dan massa penekan kristal. Ketika terjadi vibrasi maka terjadi

penekanan dan kristal akan membangkitkan muatan listrik yang kemudian di-amplifikasi

sehingga sinyal vibrasi terbaca.

Gambar 2.5 Accelerometer[1]

Elemen pengkondisi sinyal (signal conditioning) pada sistem pengukuran vibrasi

berupa amplifier yang menguatkan sinyal agar dapat diproses oleh signal processing.

Sepuluh tahun yang lalu, accelerometer masih menggunakan external amplifier, namun

saat ini kebanyakan amplifier sudah tersedia dalam tranduser itu sendiri, disebut

internally amplified Accelerometer atau integrated circuit piezoelectric (ICP).[1]

2.3 Pengambilan Data Menggunakan Accelerometer

Tranduser getaran dipasang pada bagian-bagian mesin yang cukup kaku untuk

menghindari efek resonansi lokal bagian tersebut. Pengambilan data-data dengan alat

tranduser tersebut harus terlebih dahulu mengetahui bagian mana dari mesin tersebut

yang paling tepat untuk pengukuran vibrasi. Tempat yang paling tepat tersebut adalah

pada tempat yang dekat dengan sumber vibrasi, misalnya pada kerusakan bearing maka

penempatan tranduser diletakkan pada bearing caps (rumah bearing ). Pengambilan

data vibrasi dilakukan dengan dua posisi yaitu dengan posisi axial dan posisi radial.

Pengambilan data secara axial adalah menempatkan alat tranduser pada arah axial atau

searah dengan poros. Cara radial sendiri terbagi menjadi 2 cara, yaitu:

Horizontal pengukuran secara horizontal dengan cara meletakkan alat tranduser secara horizontal

misalnya pada bagian atas pompa. Dari pengukuran ini dapat diketahui amplitudo yang

paling tinggi.

Vertikal Pengambilan data secara vertikal adalah dengan menempatkan alat tranduser pada posisi

vertikal atau berbanding 90o dengan arah horizontal pada pompa.

Pengambilan data pada tiga sumbu berfungsi untuk melihat kondisi vibrasi pada

masing-masing sumbu, karena disetiap sumbu mempunyai vibrasi yang berbeda. Pada

setiap kondisi mesin dapat ditentukan karakteistik kerusakan dengan melihat sinyal

vibrasi dari masing-masing sumbu pengukuran.

Gambar 2.6 Keterangan Tata Cara Pengambilan Data Menggunakan Tranduser Getaran [1]

Keterangan dari gambar 2.6 di atas yaitu gambar A adalah posisi axial, B adalah

posisi vertikal, C adalah posisi horizontal dan D adalah posisi shaft.

Gambar 2.7 Keterangan Lokasi Cara Penempatan Tranduser Getaran

[1]

Menurut Evaluasi Berdasarkan ISO 10816 dalam melakukan monitoring, saat

pengoperasian dan tes pengujian pada mesin diusahakan tidak ada getaran torsional dan

tidak ada getaran lingkungan.[2]

Nilai hasil pengukuran dapat dilihat dalam bentuk spektrum maupun nilai berupa

angka, tergantung sistem akuisisi data yang dipakai saat pengambilan data. Dibawah ini

adalah contoh hasil pengukuran yang berupa spectrum.

Gambar 2.8 Spektrum Hasil Pengukuran menggunakan Labview Signal Express

2.4 Analisa Vibrasi dengan FFT

Analisa fourier terbagi atas dua yakni deret fourier untuk sinyal periodik dan

trasformasi fourier untuk sinyal aperiodik.

Setiap sinyal periodik dapat dinyatakan oleh jumlahan atas komponen-komponen

sinyal sinusoidal dengan frekuensi berbeda (distinct). Jika ada sebuah fungsi f(t) yang

kontinyu periodik dengan periode T, bernilai tunggal terbatas dalam suatu interval

terbatas, memiliki diskontinyuitas yang terbatas jumlahnya dalam interval tersebut dan

dapat diintegralkan secara mutlak, maka f(t) dapat dinyatakan dengan deret fourier.

Dengan menggunakan software komputer, komputasi FFT menjadi lebih mudah dan

cepat. Contoh sederhana FFT pada ` matlab sebuah fungsi f(t) dari time domain menjadi

frequency domain diperlihatkan pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Hasil FFT dari Data Vibrasi (Simulasi Matlab)

FFT merupakan elemen pemrosesan sinyal pada pengukuran vibrasi. Pada

pengukuran vibrasi ada empat tahapan untuk merubah sinyal vibrasi menjadi

spektrumnya. Algoritma FFT untuk analisa vibrasi tersebut adalah sebagai berikut:

Pengambilan data vibrasi dari tranduser yang dihubungkan dengan sistem akuisisi

Sistem akuisisi menghasilkan spektrum yang menunjukkan perbandingan waktu dengan percepatan

Hasil spektrum diolah menggunakan software lain dengan menggunakan Fast Furrier Transform

Hasil pengolahan menggunakan FFT akan berupa grafik perbandingan frekuensi

dengan amplitudo yang menunjukkan jenis kerusakan dan tingkat kerusakan mesin.

Ada beberapa parameter pemrosesan sinyal pada FFT yang perlu diketahui untuk

menjamin kesuksesan analisa vibrasi. Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut

pengambilan data bisa lebih cepat dan akurat. Parameter-parameter FFT tersebut adalah

sebagai berikut:

Fmax Frekuensi maksimum atau frequency range menunjukkan bandwith frekuensi yang

akan ditampilkan pada spektrum.

Number & Tipe of Averages Karena vibrasi tidak bisa lepas dari gangguan/random noise, maka diperlukan

beberapa kali pengambilan data dan kemudian merata-ratakannya. Number of

averages menyatakan berapa kali data diambil.

Number of Lines

Parameter ini mendefinisikan jumlah resolusi garis untuk perhitungan FFT.Resolusi

frekuensi menentukan seberapa dekat dua puncak frekuensi dibedakan sebagai

puncak yang terpisah. Ketika frekuensi maksimum semakin tinggi, jumlah resolusi

garis juga harus bertambah supaya menjaga resolusi tetap sama

2.5 Diagnosa Kerusakan Mesin Melalui Spektrum Analysis

Setiap bagian dari pompa atau mesin berputar mempunyai tingkat vibrasi yang

berbeda tergantung pada letaknya dan gaya yang diterima. Tingkat vibrasi inilah yang

bisa dijadikan sebagai pendeteksi keadaan dari suatu kondisi mesin apakah ada kerusakan

atau tidak. Kerusakan umum yang biasa terjadi pada pompa dan mesin-mesin berputar

adalah ketidak-seimbangan atau unbalance, misalingment, kerusakan bearing dan

mechanical loosenes. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat dideteksi dari spektrum

vibrasi.

Kerusakan – kerusakan yang sering terjadi pada mesin berputar yaitu :

2.5.1 Unbalance

Unbalance adalah kondisi dimana pusat massa tidak sesumbu dengan sumbu rotasi

sehingga rotor mengalami gaya vibrasi terhadap bearing yang menghasilkan gaya

sentrifugal. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya unbalance yakni:

kesalahan saat proses pemesinan dan assembly, eksentrisitas komponen, adanya kotoran

saat pengecoran, korosi dan keausan, distorsi geometri karena beban termal dan beban

mekanik serta penumpukan material. Karakteristik dari unbalance ini dapat diketehui

dengan adanya amplitudo yang tinggi pada 1 x RPM, seperti yang ditunjukkan gambar

2.9. Tetapi adanya amplitudo pada 1x RPM tidak selalu Unbalance, tanda lainnya adalah

rasio amplitudo antara pengukuran arah horizontal dan vertikal kecil (H/V < 3). Ketika

pada kondisi dominan unbalance, maka getaran radial (Horizontal dan Vertikal) akan

secara normal jauh lebih tinggi dibandingkan axial. Pada pompa normal, getaran

horizontal lebih tinggi dari vertical. Amplitudo di 1x RPM secara normal ≥ 80% dari

amplitudo keseluruhan ketika masalah dipastikan unbalance.

Gambar 2.10 Spektrum Vibrasi Unbalance

[1]

Resonansi kadang – kadang dapat memperbesar efek dari unbalance. Unbalance

juga dapat memberi kontribusi terbesar pada loosness (Aus). Ketika unbalance lebih

domiman daripada masalah yang lain, beda fase antara horizontal dan vertikal sekitar 90˚

(±30˚) pada bearing yang sama. Unbalance pada motor biasanya tetap dan fase yang

berulang di arah radial.

2.5.2 Misalingment

Ketidaklurusan ( misalignment) terjadi ketika frekuensi shaft yang berputar satu kali

putaran atau dapat juga terjadi dua dan tiga kali putaran. Normalnya disebabkan adanya

getaran yang tinggi pada axial dan radial, tetapi tidak selalu tinggi pada axial saja,

khususnya saat kondisi parallel offset lebih mendominasi dibandingkan Angular

misalignment. Menghasilkan getaran lebih besar dari keadaan normal di 2x RPM dimana

dapat terjadi bukan hanya di arah axial tapi juga di radial.

Jika misalignment menjadi semakin buruk hal ini dapat disebabkan besarnya nilai

harmonik dimana akan menghasilkan spektrum nampak seperti masalah looseness. Untuk

misalignment parah, pengukuran Radial (horizontal dan vertikal) perbedaan fase terdapat

pada 0˚ atau 180˚ (±30˚) antara sisi dalam dan sisi luar bearing. Kebanyakan dari waktu,

perbedaan fase horizontal mendekati 180˚ pergeseran fase dibandingkan dengan

perbedaan fase vertikal.

Gambar 2.11 Spektrum Vibrasi Misalignment

[1]

Misalignment yang terjadi pada mesin berputar yaitu :

Angular Misaligment

Gambar 2.12 Angular Misalignment[2]

Getaran axial tinggi, terutama pada 1x, 2x, dan 3x RPM, satu dari puncak ini (peak) kadang –

kadang lebih dominan dari pada yang lain. Umumnya amplitudo antara 2x atau 3x RPM

mencapai kira – kira 30 – 50% dari 1x RPM di arah axial. Indikasi terbaik adalah perbedaan

fase 180˚ bersebrangan kopling di arah axial. Dari kerusakan ini kemungkinan juga

mengindikasikan adanya masalah kopling. Angular misaligment kemungkinan terdapat pada 1x

RPM harmonik, seperti juga mechanical looseness (kelonggaran mekanik) gerakan harmonik

ganda ini tidak selalu mengeluarkan suara gaduh pada spektra.

Parallel Misaligment

Gambar 2.13 Parallel Misaligment[2]

Shaft pada paralel misalignment terlihat Offset. Misaligment ini mempunyai

kesamaan gejala pada getaran Angular, tetapi menunjukan tingginya getaran radial

dimana mencapai fase 180˚ bersebrangan dengan kopling, amplitudo di 2x RPM lebih

besar daripada di 1x. Amplitudo tidak selalu berada pada 1x, 2x, atau 3x yang lebih

dominan, tetapi ketinggian relative di 1x dimana selalu diindikasi pada tipe kopling dan

konstruksi.

Ketika kedua arah Angular dan arah radial menjadi semakin tinggi, keduanya dapat

menciptakan tingginya peak amplitudo jauh lebih tinggi dari harmoninya (4x - 8x) atau

ketika rangkaian frekuensi harmonik tinggi serupa dengan mechanical looseness.

Tipe kopling dan material akan membawa pengaruh yang besar pada spektrum ketika

gejala misaligment ada, hal ini tidak ada pengaruh pada peningkatan suara gaduh.

Bearing Misalignment

Untuk kerusakan ini getaran axial terjadi pada 1x dan 2x RPM, fase axial terjadi di empat

bagian dengan sudut 90˚ satu sama lain juga akan terjadi pergeseran sudut 90 dari point ke point

selanjutnya.

Untuk meluruskan kopling atau membalance rotor tidak akan memecahkan masalah, cara

yang paling efektif adalah bearing harus diganti dan pasang bearing yang tepat (diameter inner

bearing harus simetris). Titik 1, 2, 3, dan 4 merupakan pengukuran axial, titik tersebut harus 90˚

terpisah satu sama lain.

Gambar 2.14 Bearing Misalignment[2]

2.5.3 Kerusakan Bearing

Kerusakan bearing (defective antifriction bearing) mempunyai cirri yaitu

mempunyai puncak ( peak ) tinggi beberapa kali RPM, 1x, 2x, 3x, 4x, ...10x. Vibrasi

akan timbul jika bearing sudah parah. Pada spektrum akan tampak impact (tubrukan)

beberapa frekuensi dengan amplitudo tinggi seperti ditunjukkan gambar 2.15.

Gambar 2.15 Spektrum Vibrasi Kerusakan Bearing

[2]

2.5.4 Loosenes

Tidak rapat ( mechanical looseness ) terjadi pada frekuensi dua kali putaran,

penyebabnya terjadi karena perubahan keseimbangan dan alignment. Biasanya terjadi

pada arah axial dan kejadiannya sering bersamaan dengan unbalance dan misalignment

Karakteristik loosness dapat diketahui pada spektrum dengan adanya beberapa amplitudo

tinggi khususnya pada 1 x RPM, 1,5 x RPM dan harmonik seperti yang terlihat pada

gambar 3.15. Looseness biasanya disebabkan oleh structural looseness dari tumpuan

mesin, pondasi, baut yang kendor, dan deteriorated grouting.

Gambar 2.16 Spektrum Vibrasi Looseness

[1]

2.6 Perhitungan Ketidakpastian Pengukuran

Ketidakpastian pengukuran yaitu suatu parameter yang menetapkan rentang nilai

kesalahan dari hasil pengukuran. Ketidakpastian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor,

misalnya keteledoran dari pengukur yaitu kurang terampil dalam memakai alat ukur.

Kesalahan Acak, kesalahan disebabkan oleh keadaan sekitar misalnya suhu, getaran,

bunyi dan lain-lain. Kesalahan acak menghasilkan simpangan yang tidak dapat diprediksi

terhadap nilai sebenarnya sehinga peluangnya diatas atau dibawah nilai benar. Kesalahan

ini dapat dikurangi dengan mengambil nilai rata-rata hasil pengukuran. Kesalahan

Sistematis misalnya kesalahan oleh kalibrasi alat, kesalahan titik nol, kesalahan

komponen dan kesalahan arah pandang/paralaks. Kesalahan sistematis yang besar

menyebabkan pengukuran tidak akurat.

Sumber ketidakpastian perlu dievaluasi dengan menggunakan metode – metode

tertentu antara lain analisa tipe A dan tipe B.

Analisa tipe A ( ketidakpastian UA) Analisa ketidakpatian tipe A adalah ketidakpastian yang tampak akibat pengulangan

pengukuran dan dihitung dengan metode statistik. Tujuan dari pengukuran ketidakpastian

tipe A ini yaitu untuk melihat seberapa akurat dan presisi data pengukuran yang didapat,

sehingga dapat dipastikan bahwa hasil pengukuran dapat di terima. Dengan mengetahui

jumlah data yang diambil (n), dan dihitung standar deviasi dari hasil pengukuran (σ),

persamaan standar deviasi yaitu:

1

n

DDi , (2.4)

dimana:

Di = koreksi ke – I atau dapat memakai variabel x. Yaitu nilai di tiap pengukuran.

D = rata-rata koreksi yaitu rata-rata dari hasil pengukuran

n = jumlah koreksi, yaitu jumlah data hasil pengukuran

maka persamaan untuk menghitung ketidakpastian UA1 adalah :

nUa

(2.5)

dimana:

σ = standar deviasi hasilmpengukuran

n = jumlah koreksi, yaitu jumlah data hasil pengukuran

ALAT-ALAT YANG DIPERGUNAKAN Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:

1. Macam-macam Pompa air

2. Laptop dengan Software Sound and Vibration Assistant dan MatLab

3. DAQ National Instrument

4. Stroboscop

LANGKAH-LANGKAH PRAKTIKUM Adapun langkah-langkah dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Sambungkan accelerometer ke Laptop

2. Tempelkan accelerometer pada mesin pompa

3. Buka software data logger.

4. Arahkan dan nyalakan stroboscop pada As pompa yang telah ditandai, putar knop

stroboscop sehingga terlihat bahwa As tidak berputar (stasioner) dan catat angka yang

ditunjukkan stroboscop5. Mulai proses data logger

5. Biarkan PC mengambil data selama 5 detik lalu hentikan proses data logger

6. Ulangi urutan no 1 s/d 6 dengan mengganti pompa air lain.

7. Buatlah grafik perbandingan hasil monitoring vibrasi dari tiap pompa dalam domain

8. waktu dan frekuensi

9. Bandingkan grafik dari tiap pompa lalu tuliskan pendapat anda terkait grafik tersebut