Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

15
Bahan Ajar Mata Kuliah 1 Kegiatan Belajar PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA 120 Menit by : Diana Novita, SST PENDAHULUAN A. Deskripsi Materi Materi yang akan dibahas pada modul ini adalah perdarahan pad akehamilan muda yang meliputi : Abortus, Kehamilan Ektopik Terganggu, dan Mola Hidatidosa. Perdarahan pervaginam pada ibu hamil muda merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan pada ketiga penyakit tersebut, sehingga bidan perlu menarik diagnosa untuk menentukan asuhan segera yang diberikan kepada ibu. B. Tujuan Belajar 1. Mahasiswi mampu memahami kondisi maternal dan neonatal yang beresiko kegawatdaruratan 2. Mahasiswi mampu memberikan asuhan kebidanan pada kasus kegawatdaruratan sesuai prosedur dan kewenangan

description

Modul ini berisi bahan ajar matakuliah asuhan kegawatdaruratan maternal neonatal untuk program studi DIII Kebidanan, mengenai perdarahan pada kehamilan muda meliputi : abortus, kehamilan ektopik terganggu, dan mola hidatidosa

Transcript of Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

Page 1: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

1

Keg ia t a n Be la ja r

PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA

120 Menit by : Diana Novita, SST

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Materi

Materi yang akan dibahas pada modul ini adalah perdarahan pad

akehamilan muda yang meliputi : Abortus, Kehamilan Ektopik Terganggu,

dan Mola Hidatidosa. Perdarahan pervaginam pada ibu hamil muda

merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan pada ketiga penyakit

tersebut, sehingga bidan perlu menarik diagnosa untuk menentukan

asuhan segera yang diberikan kepada ibu.

B. Tujuan Belajar

1. Mahasiswi mampu memahami kondisi maternal dan neonatal yang

beresiko kegawatdaruratan

2. Mahasiswi mampu memberikan asuhan kebidanan pada kasus

kegawatdaruratan sesuai prosedur dan kewenangan

Page 2: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

2

C. Petunjuk Belajar

1. Bacalah pendahuluan modul ini sehingga anda benar-benar memahami

isi, kegunaan, kompetensi/kemampuan yang akan dicapai, dan cara

mempelajari materi ini!

2. Amatilah kejadian nyata yang terjadi pada saat anda berhadapan

dengan kasus kegawatdaruratan perdarahan pada kehamilan muda

seperti : abortus, kehamilan ektopik terganggu, dan mola hidatidosa!

3. Apabila anda kesulitan memahami konsep yang harus dipahami dari

modul ini, cobalah diskusi dengan teman kelompok belajar, atau kepada

orang yang anda anggap tahu!

4. Perbanyak referensi sebagai bahan bacaan anda agar rmudah

memahami dan memberikan asuhan pada kasus kegawatdaruratan!

Page 3: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

3

KEG IAT AN BEL AJ AR

ABORTUS

Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang

sedikit (spotting) di sekitar waktu pertama terlambat haid. Perdarahan ini adalah

perdarahan implantasi (penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim) dan ini

normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan

mungkin terjadi pertanda servik yang rapuh (erosi). Perdarahan semacam ini

mungkin normal atau mungkin suatu tanda terjadinya keguguran (abortus).

Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan

kurang dari 20 minggu. Berikut ini adalah macam–macam abortus :

a) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval

luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Penanganannya:

lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat

darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan

stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau

merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan,

lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan

perkembangan lanjutan. (Sarwono, 2001: 145)

b) Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik

dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.

c) Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan

alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu

(berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2

sampai 3 tim dokter ahli.

Page 4: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

4

d) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–

tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

e) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil

konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.

Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan

pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat

mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat

uterotonika dan antibiotika.

f) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah: abortus yang

sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang

teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada

tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi

darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital

dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.

g) Abortus imminens (ancaman keguguran) adalah keguguran yang

mengancam akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah

dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta

istirahat. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total,

jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.

h) Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap

berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.

Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus

dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan

kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.(Mohctar,

2012)

Page 5: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

5

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (K.E.T)

1. Definisi

Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba

falopii (saluran tuba) menuju keuterus (rahim). Telur tersebut akan

berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. Pada

kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di

tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di

daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat

terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut), atau serviks

(leher rahim).

Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik

Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang

menyebabkan besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik

adalah kurangnya deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami

kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab

terbesar kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan. Resiko

Page 6: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

6

kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi

normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka

suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan

yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami

kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena

besarnya risiko yang ditanggungnya.

2. Penyebab

Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan

ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada

wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah :

a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya

Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan

sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat

sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua

b. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone

Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan

kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron

juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat

mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa

sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim

c. Kerusakan dari saluran tuba

Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut

sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba

diantaranya adalah :

Page 7: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

7

Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali

dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena

merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari

indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan

penurunan kekebalan tubuh

Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran

tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena

infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea

Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran

tuba

Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah

panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung --> menyebabkan

parut pada rahim dan saluran tuba

3. Tanda dan Gejala

Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda

seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah,

mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.

Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah :

a. Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam

awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri

bertambah hebat bila bergerak

b. Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti

menstruasi).

Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala

diatas, maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan

Ektopik Terganggu. Hal ini sangat penting karena kehamilan ektopik dapat

Page 8: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

8

mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di

dalam.

Gambar 2. Komplikasi Kehamilan Ektopik (perdarahan)

Page 9: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

9

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon ß-hCG. Pemeriksaan ini

diulangi 2 hari kemudian. Pada kehamilan muda, level hormon ini

meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari. Kadar hormon yang rendah

menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.

b. Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat

menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat

melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,

indung telur, maupun di tempat lain.

5. Penatalaksanaan

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi

dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan.

Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui :

a. Operasi

Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu,

operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka

keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan,

akan dilakukan operasi laparaskopi

Gambar 3. Operasi Salpingostomi

Page 10: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

10

MOLA HIDATIDOSA

1. Defenisi

Mola hidatidosa (hamil anggur) adalah kelainan di dalam kehamilan

dimana jaringan plasenta (ari-ari) berkembang dan membelah terus

menerus dalam jumlah yang berlebihan. Mola dapat mengandung janin

(mola parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit). Pada

kebanyakan kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun

sekitar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan

disebut koriokarsinoma. Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1

dari 1000 wanita. Kadar hormon yang dihasilkan oleh mola hidatidosa lebih

tinggi dari kehamilan biasa.

Gambar 1. Mola Hidatidosa (hamil anggur)

Page 11: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

11

2. Penyebab

Sejauh ini penyebabnya masih belum diketahui. Diperkirakan bahwa

faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil,

dan kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian

mola. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga

berada dalam risiko tinggi. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam

folat, dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya kehamilan mola.

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.

Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim

lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti

perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi

seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi

mola :

a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk

RS

b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih

besar)

c. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup,

penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan

berkeringat, kulit lembab

d. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan

tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada

air seni)

Page 12: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

12

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

a. Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG

serial (diulang pada interval waktu tertentu)

b. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat

adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita

dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila

semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka

kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal

c. Foto roentgen dada

5. Penatalaksanaan

Mola harus dikeluarkan seluruhnya dari dalam rahim yang biasanya

dilakukan melalui tindakan dilatasi dan kuretase atau lebih dikenal sebagai

kuret. Sebagai alternatif dapat digunakan obat oksitosin atau prostaglandin

untuk membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Setelah itu

tindakan kuretase tetap harus dilakukan untuk memastikan rahim sudah

bersih.

Ibu harus memeriksakan darah dan air seninya secara teratur

selama 1 tahun setelah dilakukannya tindakan untuk memastikan hormon

hCG kembali normal dan tidak ada pertumbuhan jaringan plasenta lagi.

Apabila terapi berhasil dengan baik maka wanita pada umumnya dapat

kembali hamil lagi jika mereka menginginkannya. Namun penting untuk

diingatkan bahwa sebaiknya wanita dengan mola tidak hamil terlebih

dahulu selama 12 bulan pertama.

Page 13: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

13

Gambar 2. Mola Hidatidosa (hamil anggur)

6. Pencegahan

Karena pengertian dan penyebab dari mola masih belum diketahui

secara pasti maka kejadian molahidatidosa sulit untuk dicegah.

Bagaimanapun juga, nutrisi ibu yang baik dapat menurunkan risiko

terjadinya mola.

Page 14: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

14

RANGKUMAN

Perdarahan pervaginam pada ibu hamil muda merupakan tanda

dan gejala yang ditunjukkan pada ketiga penyakit tersebut, sehingga bidan

perlu menarik diagnosa untuk menentukan asuhan segera yang diberikan

kepada ibu.

T ES FORMAT IF

a. Sebutkan penyebab perdarahan pada kehamilan muda!

b. Jelaskan defenisi dari abortus dan jenisnya!

c. Sebutkan pengertian kehamilan ektopik!

d. Sebutkan tanda dan gejala kehamilan mola!

e. Sebutkan tanda dan gejala kehamilan ektopik!

T INDAK L ANJUT

Setelah selesai mempelajari modul ini sebaiknya mahasiswi mampu

memahami dan melakukan tindakan segera pada kejadian perdarahan pada

kehamilan muda, serta mampu mendokumentasikan ke dalam asuhan

kebidanan pada pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan agar mahasiswa lebih

memahami prosedur pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus

kegawatdaruratan maternal.

Page 15: Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda

B a h a n A j a r M a t a K u l i a h

15

DAFTAR PUSTAKA

1. Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta

2. Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC

3. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo

4. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku Asuhan Antenatal. Jakarta :

EGC