Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda
-
Upload
sibarani-dinov -
Category
Documents
-
view
312 -
download
1
description
Transcript of Modul Perdarahan Pada Kehamilan Muda
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
1
Keg ia t a n Be la ja r
PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA
120 Menit by : Diana Novita, SST
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Materi
Materi yang akan dibahas pada modul ini adalah perdarahan pad
akehamilan muda yang meliputi : Abortus, Kehamilan Ektopik Terganggu,
dan Mola Hidatidosa. Perdarahan pervaginam pada ibu hamil muda
merupakan tanda dan gejala yang ditunjukkan pada ketiga penyakit
tersebut, sehingga bidan perlu menarik diagnosa untuk menentukan
asuhan segera yang diberikan kepada ibu.
B. Tujuan Belajar
1. Mahasiswi mampu memahami kondisi maternal dan neonatal yang
beresiko kegawatdaruratan
2. Mahasiswi mampu memberikan asuhan kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan sesuai prosedur dan kewenangan
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
2
C. Petunjuk Belajar
1. Bacalah pendahuluan modul ini sehingga anda benar-benar memahami
isi, kegunaan, kompetensi/kemampuan yang akan dicapai, dan cara
mempelajari materi ini!
2. Amatilah kejadian nyata yang terjadi pada saat anda berhadapan
dengan kasus kegawatdaruratan perdarahan pada kehamilan muda
seperti : abortus, kehamilan ektopik terganggu, dan mola hidatidosa!
3. Apabila anda kesulitan memahami konsep yang harus dipahami dari
modul ini, cobalah diskusi dengan teman kelompok belajar, atau kepada
orang yang anda anggap tahu!
4. Perbanyak referensi sebagai bahan bacaan anda agar rmudah
memahami dan memberikan asuhan pada kasus kegawatdaruratan!
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
3
KEG IAT AN BEL AJ AR
ABORTUS
Pada awal kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang
sedikit (spotting) di sekitar waktu pertama terlambat haid. Perdarahan ini adalah
perdarahan implantasi (penempelan hasil konsepsi pada dinding rahim) dan ini
normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan
mungkin terjadi pertanda servik yang rapuh (erosi). Perdarahan semacam ini
mungkin normal atau mungkin suatu tanda terjadinya keguguran (abortus).
Abortus adalah penghentian atau pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan
kurang dari 20 minggu. Berikut ini adalah macam–macam abortus :
a) Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa interval
luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Penanganannya:
lakukan penilaian awal untuk segera menentukan kondisi pasien (gawat
darurat, komplikasi berat, atau masih cukup stabil), segera upayakan
stabilisasi pasien sebelum melakukan tindakan lanjutan (evaluasi medik atau
merujuk), temukan dan hentikan dengan segera sumber perdarahan,
lakukan pemantauan ketat tentang kondisi pasca tindakan dan
perkembangan lanjutan. (Sarwono, 2001: 145)
b) Abortus provokatus (induced abortion) adalah abortus yang disengaja, baik
dengan memakai obat–obatan mau pun alat–alat.
c) Abortus medisinalis adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan
alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis) biasanya perlu mendapat persetujuan 2
sampai 3 tim dokter ahli.
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
4
d) Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan–
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
e) Abortus inkompletus (keguguran bersisa) adalah hanya sebagian dari hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Penanganannya: bila ada tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan
pemberian cairan dan tranfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat
mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat
uterotonika dan antibiotika.
f) Abortus insipiens (keguguran sedang berlangsung) adalah: abortus yang
sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang
teraba kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Penanganannya: bila ada
tanda–tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian cairan dan tranfusi
darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin dengan metode digital
dan kuretase. Setelah itu beri obat–obat uterotonika dan antibiotika.
g) Abortus imminens (ancaman keguguran) adalah keguguran yang
mengancam akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah
dengan memberikan obat–obat hormonal dan anti spasmodika serta
istirahat. Penanganan: tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total,
jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
h) Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap
berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih.
Penanganan: berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus
dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan
kuretase. Hendaknya juga diberikan uterotonika dan antibiotika.(Mohctar,
2012)
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
5
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (K.E.T)
1. Definisi
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba
falopii (saluran tuba) menuju keuterus (rahim). Telur tersebut akan
berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi janin. Pada
kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di
tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di
daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat
terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut), atau serviks
(leher rahim).
Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang
menyebabkan besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik
adalah kurangnya deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami
kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab
terbesar kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan. Resiko
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
6
kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi
normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka
suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan
yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami
kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena
besarnya risiko yang ditanggungnya.
2. Penyebab
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan
ektopik. Namun perlu diingat bahwa kehamilan ektopik dapat terjadi pada
wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah :
a. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan
sebesar 15% setelah kehamilan ektopik pertama dan meningkat
sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua
b. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesterone
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan
kontrasepsi spiral (3 – 4%). Pil yang mengandung hormon progesteron
juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron dapat
mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa
sel telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim
c. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut
sehingga menyebabkan telur melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba.
Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan saluran tuba
diantaranya adalah :
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
7
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 – 3,5 kali
dibandingkan wanita yang tidak merokok. Hal ini disebabkan karena
merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya telur dari
indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan
penurunan kekebalan tubuh
Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran
tuba, gangguan pergerakan sel rambut silia yang dapat terjadi karena
infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea
Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran
tuba
Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah
panggul, pengobatan infertilitas seperti bayi tabung --> menyebabkan
parut pada rahim dan saluran tuba
3. Tanda dan Gejala
Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda
seperti kehamilan pada umumnya, yaitu terlambat haid, mual dan muntah,
mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.
Tanda-tanda yang harus diperhatikan pada kehamilan ektopik adalah :
a. Nyeri hebat pada perut bagian bawah, nyeri tersebut dapat terasa tajam
awalnya kemudian perlahan-lahan menyebar ke seluruh perut. Nyeri
bertambah hebat bila bergerak
b. Perdarahan vagina (bervariasi, dapat berupa bercak atau banyak seperti
menstruasi).
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala
diatas, maka dikatakan bahwa wanita tersebut mengalami Kehamilan
Ektopik Terganggu. Hal ini sangat penting karena kehamilan ektopik dapat
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
8
mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di
dalam.
Gambar 2. Komplikasi Kehamilan Ektopik (perdarahan)
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
9
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah untuk mengecek hormon ß-hCG. Pemeriksaan ini
diulangi 2 hari kemudian. Pada kehamilan muda, level hormon ini
meningkat sebanyak 2 kali setiap 2 hari. Kadar hormon yang rendah
menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan ektopik.
b. Pemeriksaan ultrosonografi (USG). Pemeriksaan ini dapat
menggambarkan isi dari rahim seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat
melihat dimana lokasi kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba,
indung telur, maupun di tempat lain.
5. Penatalaksanaan
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi
dini dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan.
Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui :
a. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu,
operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka
keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan,
akan dilakukan operasi laparaskopi
Gambar 3. Operasi Salpingostomi
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
10
MOLA HIDATIDOSA
1. Defenisi
Mola hidatidosa (hamil anggur) adalah kelainan di dalam kehamilan
dimana jaringan plasenta (ari-ari) berkembang dan membelah terus
menerus dalam jumlah yang berlebihan. Mola dapat mengandung janin
(mola parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit). Pada
kebanyakan kasus, mola tidak berkembang menjadi keganasan, namun
sekitar 2-3 kasus per 1000 wanita, mola dapat berubah menjadi ganas dan
disebut koriokarsinoma. Kemungkinan terjadinya mola berulang berkisar 1
dari 1000 wanita. Kadar hormon yang dihasilkan oleh mola hidatidosa lebih
tinggi dari kehamilan biasa.
Gambar 1. Mola Hidatidosa (hamil anggur)
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
11
2. Penyebab
Sejauh ini penyebabnya masih belum diketahui. Diperkirakan bahwa
faktor-faktor seperti gangguan pada telur, kekurangan gizi pada ibu hamil,
dan kelainan rahim berhubungan dengan peningkatan angka kejadian
mola. Wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 40 tahun juga
berada dalam risiko tinggi. Mengkonsumsi makanan rendah protein, asam
folat, dan karoten juga meningkatkan risiko terjadinya kehamilan mola.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.
Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim
lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti
perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi
seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi
mola :
a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk
RS
b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih
besar)
c. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup,
penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan
berkeringat, kulit lembab
d. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan
tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada
air seni)
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
12
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
a. Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan ß-hCG
serial (diulang pada interval waktu tertentu)
b. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat
adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita
dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila
semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka
kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal
c. Foto roentgen dada
5. Penatalaksanaan
Mola harus dikeluarkan seluruhnya dari dalam rahim yang biasanya
dilakukan melalui tindakan dilatasi dan kuretase atau lebih dikenal sebagai
kuret. Sebagai alternatif dapat digunakan obat oksitosin atau prostaglandin
untuk membuat rahim berkontraksi dan mengeluarkan isinya. Setelah itu
tindakan kuretase tetap harus dilakukan untuk memastikan rahim sudah
bersih.
Ibu harus memeriksakan darah dan air seninya secara teratur
selama 1 tahun setelah dilakukannya tindakan untuk memastikan hormon
hCG kembali normal dan tidak ada pertumbuhan jaringan plasenta lagi.
Apabila terapi berhasil dengan baik maka wanita pada umumnya dapat
kembali hamil lagi jika mereka menginginkannya. Namun penting untuk
diingatkan bahwa sebaiknya wanita dengan mola tidak hamil terlebih
dahulu selama 12 bulan pertama.
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
13
Gambar 2. Mola Hidatidosa (hamil anggur)
6. Pencegahan
Karena pengertian dan penyebab dari mola masih belum diketahui
secara pasti maka kejadian molahidatidosa sulit untuk dicegah.
Bagaimanapun juga, nutrisi ibu yang baik dapat menurunkan risiko
terjadinya mola.
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
14
RANGKUMAN
Perdarahan pervaginam pada ibu hamil muda merupakan tanda
dan gejala yang ditunjukkan pada ketiga penyakit tersebut, sehingga bidan
perlu menarik diagnosa untuk menentukan asuhan segera yang diberikan
kepada ibu.
T ES FORMAT IF
a. Sebutkan penyebab perdarahan pada kehamilan muda!
b. Jelaskan defenisi dari abortus dan jenisnya!
c. Sebutkan pengertian kehamilan ektopik!
d. Sebutkan tanda dan gejala kehamilan mola!
e. Sebutkan tanda dan gejala kehamilan ektopik!
T INDAK L ANJUT
Setelah selesai mempelajari modul ini sebaiknya mahasiswi mampu
memahami dan melakukan tindakan segera pada kejadian perdarahan pada
kehamilan muda, serta mampu mendokumentasikan ke dalam asuhan
kebidanan pada pertemuan berikutnya. Hal ini dilakukan agar mahasiswa lebih
memahami prosedur pelaksanaan asuhan kebidanan pada kasus
kegawatdaruratan maternal.
B a h a n A j a r M a t a K u l i a h
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Kusmiyati, Y. DKK. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Jakarta
2. Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
4. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku Asuhan Antenatal. Jakarta :
EGC