MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

30
Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia) 1 MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA I. PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA 1.1. Pengantar Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis, geologis, sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Bahaya atau hazard merupakan salah satu komponen penyusun risiko ( risk) bencana. Bahaya dipetakan berdasarkan penyusunan beberapa parameter yang berpengaruh pada tiap-tiap jenis bahaya. Masing-masing parameter memiliki nilai/skor yang akan menentukan tingkat bahaya menjadi rendah, sedang, dan tinggi (lihat Perka BNPB No. 2 Tahun 2012). Penentuan parameter penyusun bahaya harus mengacu kepada instansi/lembaga pemerintah yang berwenang yang telah mengkaji dan mengeluarkan (standarisasi) peta tematik untuk masing-masing jenis bahaya, misalnya pembuatan peta tanah longsor harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh Badan Geologi-ESDM, pembuatan peta bahaya letusan gunungapi harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh PVMBG-ESDM, pembuatan peta bahaya kekeringan harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh BMKG, dll. Di dalam modul pelatihan ini, peta bahaya yang disusun sebagai contoh praktek adalah Peta Bahaya Tsunami. Tsunami adalah fenomena alam yang terjadi akibat aktivas tektonik di dasar laut yang mengakibatkan pemindahan volume air laut dan berdampak pada masuknya air laut ke daratan dengan kecepatan tinggi. Potensi kejadian tsunami dapat dipetakan melalui beberapa komponen seperti yang dijelaskan dalam pedoman umum pengkajian risiko bencana yang dikeluarkan oleh BNPB. Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah pemodelan numerik Standar Kompetensi Peserta mampu membuat peta bahaya berdasarkan parameter-parameter yang digunakan. Tujuan Pembelajaran Peserta dapat membuat salah satu peta bahaya dengan menggunakan aplikasi GIS Durasi Waktu 2 x 60 menit

Transcript of MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Page 1: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

1

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

II.. PPRROOSSEEDDUURR PPEENNYYUUSSUUNNAANN PPEETTAA BBAAHHAAYYAA

11..11.. PPeennggaannttaarr

Bahaya adalah situasi, kondisi atau karakteristik biologis, klimatologis, geografis, geologis,

sosial, ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk jangka

waktu tertentu yang berpotensi menimbulkan korban dan kerusakan. Bahaya atau hazard

merupakan salah satu komponen penyusun risiko (risk) bencana.

Bahaya dipetakan berdasarkan penyusunan beberapa parameter yang berpengaruh pada

tiap-tiap jenis bahaya. Masing-masing parameter memiliki nilai/skor yang akan menentukan

tingkat bahaya menjadi rendah, sedang, dan tinggi (lihat Perka BNPB No. 2 Tahun 2012).

Penentuan parameter penyusun bahaya harus mengacu kepada instansi/lembaga pemerintah

yang berwenang yang telah mengkaji dan mengeluarkan (standarisasi) peta tematik untuk

masing-masing jenis bahaya, misalnya pembuatan peta tanah longsor harus mengacu kepada

peta tematik yang dibuat oleh Badan Geologi-ESDM, pembuatan peta bahaya letusan gunungapi

harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh PVMBG-ESDM, pembuatan peta bahaya

kekeringan harus mengacu kepada peta tematik yang dibuat oleh BMKG, dll.

Di dalam modul pelatihan ini, peta bahaya yang disusun sebagai contoh praktek adalah

Peta Bahaya Tsunami. Tsunami adalah fenomena alam yang terjadi akibat aktivas tektonik di dasar

laut yang mengakibatkan pemindahan volume air laut dan berdampak pada masuknya air laut ke

daratan dengan kecepatan tinggi. Potensi kejadian tsunami dapat dipetakan melalui beberapa

komponen seperti yang dijelaskan dalam pedoman umum pengkajian risiko bencana yang

dikeluarkan oleh BNPB. Metode yang digunakan dalam praktek ini adalah pemodelan numerik

Standar Kompetensi

Peserta mampu membuat peta bahaya berdasarkan parameter-parameter yang digunakan. Tujuan Pembelajaran

Peserta dapat membuat salah satu peta bahaya dengan menggunakan aplikasi GIS

Durasi Waktu

2 x 60 menit

Page 2: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

2

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

genangan tsunami sederhana berdasarkan ketinggian gelombang dari garis pantai, kemiringan

lereng, dan koefisien kekasaran permukaan yang dibuat oleh Berryman (2006) dengan persamaan:

𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = (167 𝑛2

𝐻01/3

) + 5 𝑆𝑖𝑛𝑆

dimana: Hloss : kehilangan ketinggian tsunami per 1 m jarak inundasi

n : koefisien kekasaran permukaan

H0 : ketinggian gelombang tsunami di garis pantai

S : besarnya lereng permukaan

Parameter ketinggian gelombang tsunami di garis pantai mengacu pada hasil kajian BNPB

yang merupakan lampiran dari Perka No. 2 BNPB Tahun 2012 yaitu Panduan Nasional Pengkajian

Risiko Bencana Tsunami. Dengan menggunakan data SRTM 30 dan tutupan lahan (landcover),

parameter kemiringan lereng dan koefisien kekasaran permukaan dibuat sebagai parameter

tambahan untuk menyusun Peta Bahaya Tsunami. Studi kasus dalam praktek ini dilakukan untuk

wilayah Provinsi Bali.

11..22.. KKeebbuuttuuhhaann DDaattaa

Data-data yang digunakan dalam penyusunan peta bahaya tanah longsor dalam praktek ini adalah berupa data spasial yang terdiri dari:

No. Jenis Data Bentuk Data Sumber

1. Batas Adminsitrasi Vektor (Polygon Shapefile) BPS

2. Tutupan Lahan Vektor (Polygon Shapefile) BIG/Kemenhut

3. Garis Pantai Vektor (Polygon Shapefile) BIG/Kemenhut

3. SRTM 30 m Raster LAPAN

Data-data tersebut telah disiapkan di dalam satu format geodatabase: ,

yang dapat dibuka melalui program aplikasi ArcGIS – ArcMap .

11..33.. PPeennyyuussuunnaann PPeettaa

Setiap peserta dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

1) Buka aplikasi ArcGIS – ArcMap dengan meng-klik ikon yang berada di Start Menu atau di Dekstop

Page 3: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

3

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

2) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dari Standard Toolbar atau klik kanan

pada yang ada di Table Of Contens (TOC), kemudian pilih Add Data.

3) Pilih file Tutupan_Lahan_Bali di dalam file , kemudian klik Add.

4) Periksa dan perhatikan isi atribut file tersebut dengan melakukan klik kanan pada layer aktif:

Tutupan_Lahan_Bali, kemudian klik Open Attribute Table

Page 4: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

4

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

5) Tambahkan kolom baru (Add Field) di dalam atribut tabel. Klik Tabel Option, kemudian pilih

Add Field.

Beri nama KOEFISIEN untuk Field yang baru dengan type dapat berupa Double atau Float

(masing-masing tipe memiliki fungsi yang berbeda-beda untuk analisis lanjutan).

6) Isilah atribut field “KOEFISIEN” dengan nilai koefisien kekasaran permukaan untuk setiap

kelas tutupan lahan dengan mengacu pada tabel berikut:

Page 5: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

5

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Jenis Penggunaan / Penutupan Lahan

Nilai Koefisien Kekasaran

Badan Air 0.007

Belukar/Semak 0.040

Hutan 0.070

Kebun/Perkebunan 0.035

Lahan Kosong/Terbuka 0.015

Lahan Pertanian 0.025

Pemukiman/Lahan Terbangun 0.045

Mangrove 0.025

Tambak/Empang 0.010 Sumber: Dimodifikasi dari Berryman (2006)

Selanjutnya, klik ikon Select By Attribute untuk melakukan seleksi terhadap setiap jenis

tutupan lahan.

Page 6: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

6

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Cara ini merupakan langkah penyeleksian suatu field dengan nilai/kelas tertentu. Contoh

pada gambar merupakan langkah untuk menyeleksi nilai pada field KELAS yaitu Badan Air.

Klik Apply.

Hasil pada langkah tersebut menunjukkan bahwa terdapat 94 polygon atau baris data untuk

field KELAS dengan kategori Badan Air.

7) Klik kanan pada judul field KOEFISIEN, kemudian pilih Field Calculator

Page 7: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

7

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Isikan nilai koefisien untuk Badan Air dengan melihat Tabel koefisien kekasaran permukaan

pada Langkah 6. Nilai koefisien kekasaran permukaan untuk Badan Air adalah 0.007

8) Lakukan sesuai Langkah 7 untuk kelas tutupan lahan lainnya.

9) Perhatikan Tabel Referensi Potensi Kejadian dan Genangan Tsunami untuk wilayah Bali

berikut (Lampiran dari Perka BNPB No. 2 Tahun 2014):

Kabupaten/Kota Provinsi Ketinggian Tsunami Maksimum (meter)

Waktu Kedatangan Tsunami (menit)

Badung Bali 10 30

Gianyar Bali 10 41

Klungkung Bali 10 30

Kota Denpasar Bali 10 37

Buleleng Bali 9 20

Tabanan Bali 8 40

Karang Asem Bali 7 30

Jembrana Bali 6 37

Berdasarkan Tabel tersebut, praktek pembuatan peta bahaya tsunami akan dibuat

berdasarkan daerah yang memiliki ketinggian tsunami yang sama yaitu Kabupaten Badung,

Page 8: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

8

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Kabupaten Gianyar, Kabupaten Klungkung, dan Kota Denpasar yang masing-masing memiliki

ketinggian tsunami maksimum 10 meter. Pada daerah yang memiliki ketinggian tsunami

yang berbeda, hasil peta bahaya tsunami telah disediakan di dalam folder BIMTEK_BALI.

10) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dari Standard Toolbar atau klik kanan

pada yang ada di Table Of Contens (TOC), kemudian pilih Add Data.

Pilih file Admin_kabupaten_bali_bps2010 di dalam file , kemudian klik

Add.

11) Pada menu Toolbar, pilih Select Features

12) Pilih dengan meng-klik daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Klungkung.

Page 9: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

9

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

13) Potong data Tutupan_Lahan_Bali berdasarkan daerah yang dipilih. Klik Geoprocessing pada

Menu Bar, kemudian pilih Clip.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Page 10: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

10

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

14) Konversi data polygon Tuplah_Denpasar_Badung_Gianyar_Klungkung1 menjadi sebuah

data raster.

Gunakan fasilitas Search untuk mencari tool Polygon to Raster. Klik Geoprocessing pada

Menu Bar, kemudian pilih Search For Tools.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Page 11: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

11

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

15) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data . Kemudian pilih file di dalam

file , kemudian klik Add.

16) Buat lereng dengan menggunakan tool Slope. Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah

sebelumnya.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Page 12: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

12

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

17) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster

Calculator.

Page 13: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

13

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Raster Calculator digunakan untuk menyelesaikan persamaan SinS dimana S adalah

besarnya lereng permukaan.

𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = (167 𝑛2

𝐻01/3

) + 5 𝑆𝑖𝑛𝑆

Tuliskan sintaks seperti pada gambar di bawah ini untuk menghasilkan data berdasarkan

persamaan tersebut.

Penyelesaian SinS dimana nilai slope (lereng) dalam bentuk satuan derajat (degree), maka

data Slope_deg harus dikonversi kedalam bentuk radian. Konversi dilakukan dengan data

Slope_deg dikalikan dengan 0.01745 (hasil dari pi/180). Proses ini berlaku didalam prinsip

trigonometri spasial untuk suatu data dengan satuan derajat.

Page 14: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

14

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

18) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Extract

By Mask.

Fungsi tool ini untuk memotong suatu data raster berdasarkan batasan daerah tertentu.

Potong data Sin_slope dengan menggunakan data Admin_kabupaten_bali_bps2010. Pilih

daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Klungkung seperti pada Langkah 11 dan 12

dengan menggunakan Select Feature .

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Page 15: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

15

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

19) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster

Calculator.

Page 16: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

16

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Raster Calculator digunakan untuk menyelesaikan persamaan keseluruhan.

𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = (167 𝑛2

𝐻01/3

) + 5 𝑆𝑖𝑛𝑆

Tuliskan sintaks seperti pada gambar di bawah ini untuk menghasilkan data berdasarkan

persamaan tersebut.

Nilai 10 pada sintaks tersebut merupakan nilai H0 yaitu ketinggian tsunami maksimum

berdasarkan tabel referensi dari lampiran Perka BNPB No. 2 Tahun 2012.

Page 17: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

17

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

20) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster

Calculator.

Agar diperoleh nilai kehilangan ketinggian tsunami per 1 meter jarak inundasi (genangan)

berdasarkan persamaan dari Berryman (2006) untuk setiap sel-nya, maka data Hloss_DBGK1

dibagi dengan ukuran sel yaitu 30 meter.

Page 18: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

18

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

21) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster

Calculator.

Hasil dari persamaan Berryman (2006) merupakan nilai pengurangan (kehilangan) ketinggian

gelombang tsunami disetiap sel raster Hloss_DBGK1 dimana ketinggian gelombang tsunami

di garis pantai setinggi 10 meter akan terus berkurang berdasarkan nilai kemiringan lereng

dan nilai koefisien kekasaran permukaan. Pengaruh ketinggian (elevasi) belum dimasukkan

di dalam persamaan tersebut sehingga dapat terjadi overestimate akibat pengaruh lereng.

Masalah tersebut disolusikan dengan membatasi nilai ketinggian gelombang tsunami yang

hilang hingga pada ketinggian 10 meter dari permukaan laut.

Tuliskan sintaks berikut pada Raster Calculator.

Page 19: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

19

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

22) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data . Kemudian pilih file di

dalam file , kemudian klik Add.

23) Pilih garis pantai daerah Denpasar, Badung, Gianyar, dan Klungkung seperti pada Langkah 11

dan 12 dengan menggunakan Select Feature .

24) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Cost

Distance.

Page 20: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

20

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Page 21: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

21

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

25) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster

Calculator.

Ketinggian genangan tsunami dapat dihitung dengan proses pengurangan antara ketinggian

gelombang tsunami terhadap hasil pada Langkah 24 (data Bahaya_tsunami_DBGK1).

Tuliskan sintaks sebagai berikut:

Page 22: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

22

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Perhatikan bahwa semakin menjauhi pantai maka nilai ketinggian genangan tsunami akan

berkurang (berwana semakin gelap)

26) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster

Calculator.

Lakukan pengskoran terhadap nilai Bahaya_tsunami_DBGK1_inundasi sebagai berikut:

Ketinggian genangan tsunami <1 meter, diberi nilai skor 0.3333

Ketinggian genangan tsunami 1 – 3 meter, diberi nilai skor 0.6667

Ketinggian genangan tsunami >3 meter, diberi nilai skor 1

Tuliskan sintaks sebagai berikut:

Page 23: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

23

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

27) Lakukan simbolisasi/pewarnaan pada data output Langkah 26

(Bahaya_tsunami_DBGK1_inundasi_skor). Klik 2 kali atau klik kanan pada layer

Bahaya_tsunami_DBGK1_inundasi_skor kemudian pilih Properties. Pilih tab Symbology.

Page 24: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

24

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

28) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data . Pilih file peta bahaya yang telah dibuat di

dalam file , kemudian klik Add.

Page 25: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

25

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Pilih semua file dengan menekan tombol Shift.

29) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Mosaic

To New Raster

Gabungkan semua data bahaya tsunami Provinsi Bali yang telah dibuat.

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Page 26: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

26

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

30) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Raster

Calculator. Buat nilai indeks bahaya dari tipe float menjadi integer. Lakukan seperti langkah

berikut:

Page 27: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

27

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

31) Panggil data dengan meng-klik ikon Add Data dari Standard Toolbar atau klik kanan

pada yang ada di Table Of Contens (TOC), kemudian pilih Add Data.

Pilih file Admin_desa_bali_bps2010 di dalam file , kemudian klik Add.

32) Buka isi atribut layer aktif Admin_desa__bali_bps2010 dengan melakukan klik kanan,

kemudian klik Open Attribute Table. Tambahkan kolom baru (Add Field) di dalam atribut

tabel. Klik Tabel Option, kemudian pilih Add Field.

Page 28: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

28

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Beri nama ID_DESA untuk field yang baru dengan type Text.

Isi setiap kolom pada field ID_DESA dengan nilai dari kolom field KODE_DESA dengan

menggunakan Field Calculator.

33) Gunakan fasilitas Search seperti pada langkah sebelumnya untuk menemukan tool Tabulate

Area. Fungsi dari tool ini untuk menghitung luas masing-masing kelas bahaya (hektar) di

setiap desa.

Page 29: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

29

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

Lakukan pengisian berdasarkan gambar di bawah ini:

Luas kelas bahaya yang dihasilkan adalah dalam bentuk satuan meter persegi (m2).

34) Buka isi atribut layer aktif tabulasi_luas_bahaya_desa dengan melakukan klik kanan,

kemudian klik Open

Page 30: MODUL PENYUSUNAN PETA BAHAYA TSUNAMI.pdf

Disusun oleh Tim Bimtek PRB 2014 Ridwan Yunus (UNDP-BNPB), Seniarwan (DRR Indonesia), M. Sufwandika (DRR Indonesia)

30

MODUL TEKNIS PROSEDUR PENYUSUNAN PETA BAHAYA

35) Ubah masing-masing luas kelas bahaya dari meter persegi menjadi hektar. Gunakan Field

Calculator dengan klik kanan pada masing-masing nama field kelas bahaya.

36) Ekspor atribut tabel tabulasi_bahaya_desa menjadi tabel baru yang dapat dibuka di Excel.

Klik ikon Table Option → Export. Beri nama dan simpan di dalam forlder BIMTEK_BALI →

TABULAR. Selesai.

Penanda Desa

Luas Bahaya Rendah

Luas Bahaya Tinggi

Luas Bahaya Sedang